Anda di halaman 1dari 8

FRAKTUR PENIS

Dosen Pembimbing :

Renaldi, S.Kep., Ns.

Mata Kuliah :

Keperawatan Gadar II

Disusun Oleh :

Nama : Endang Kurniati

NIM : 21806039

Kelas : Keperawatan B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


DAFTAR ISI
Judul ................................................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2

A. Definisi dan Etiologi .................................................................................................. 2


B. Epidemiologi .............................................................................................................. 2
C. Anatomi Penis ............................................................................................................ 2
D. Pemeriksaan Fraktur Penis ......................................................................................... 2
E. Patofisiologi ............................................................................................................... 3
F. Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................. 3
G. Penatalaksanaan ......................................................................................................... 3
H. Contoh Kasus ............................................................................................................. 4

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 5

Kesimpulan ....................................................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 6

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur penis merupakan kegawatdaruratan urologi yang jarang dan sebagian besar
terjadi pada trauma tumpul pada penis yang mengalami ereksi. Fraktur penis sering
terjadi pada saat hubungan seksual dan jarang terjadi pada trauma tumpul karena
benturan. Trauma menyebabkan robekan dan rembesan darah pada tunika albuginea.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu fraktur penis ?
2. Apa penyebab terjadinya fraktur penis ?
3. Bagaimana penatalaksanaan fraktur penis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu fraktur penis !
2. Untuk mengetahui penyebab fraktur penis !
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan fraktur penis !

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi dan Etiologi
Fraktur penis merupakan keadaan terjadinya ruptur tunika albuginea pars
cavernosa. Penyebab paling sering adalah saat hubungan seksual, penis yang ereksi
terbentur perineum atau tulang panggul wanita. Penyebab lain adalah saat masturbasi,
memaksa penis kembali ke bentuk semula saat ereksi, membalikkan badan di tempat
tidur saat ereksi dan trauma lainnya.

B. Epidemiologi
Kejadian fraktur penis termasuk jarang, namun merupakan suatu kegawatdaruratan
bidang urologi. Mengingat penyebab utama terjadi saat hubungan seksual, menimbulkan
rasa malu untuk segera mendapatkan penanganan. Kejadian fraktur penis 1 pada setiap
175.000 pria di Amerika Serikat. Di Asia Timur, lebih sering ditemukan sebesar 1,14 –
10,48 setiap 100.000 pria. Data kejadian ini masih sangat kurang dan bervariasi di setiap
negara.

C. Anatomi Penis
Penis terbentuk dari tiga struktur, yakni 2 corpora cavernosa dan 1 corpus
spongiosum. Setiap bagian dilapisi oleh fasia yang terdiri dari pembuluh darah, saluran
limfatik, dan sel saraf. Lalu bagian terluar ditutupi oleh kulit. Corpus cavernosus dilapisi
oleh lapisan tunika albuginea yang memiliki dua lapisan longitudinal dan sirkular.
Corpus cavernosus memiliki ketebalan sekitar 2 mm, sedangkan corpus spongiosum
memiliki ketebalan 0,5 mm, keduanya membentuk alur di bagian ventral oleh tunika
albuginea. Uretra berada di corpus spongiosum, dengan struktur elastis membantu
ejakulasi dan pengeluaran urin. Corpus cavernosa mendapatkan suplai pembuluh darah
dari arteri cavernosa yang mengisi bagian tengah dari setiap corpus cavernosa.

D. Pemeriksaan Fraktur Penis


Fraktur penis merupakan keadaan emergensi yang umumnya ditegakkan melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap. Riwayat kejadian sebelum terjadinya keluhan
sangat penting, seperti riwayat berhubungan seksual, masturbasi, trauma, dan kegiatan
sebelum terjadinya keluhan.

2
Keluhan yang paling umum adalah nyeri akut, kehilangan kemampuan ereksi
(detumescence), dan adanya bunyi “pop”. Selain itu, jika terjadi kerusakan uretra akan
ditandai dengan hematuria.
Melalui pemeriksaan fisik dapat ditemukan ekimosis, pembengkakan penis, dan
deviasi bentuk penis. Terjadinya ruptur tunika albuginea akan menyebabkan penyebaran
hematoma ke perineum, skrotum, dan abdomen bagian bawah. Pada palpasi akan
didapatkan kesan keras dan nyeri, terabanya defek tunika albuginea merupakan salah
satu tanda khas fraktur penis.

E. Patofisiologi
Tunika albuginea yang melapisi corpora cavernosa memiliki ketebalan sekitar 2
mm saat penis tidak ereksi, dan akan bertambah tipis sekitar 0,2–0,5 mm saat ereksi,
yang menyebabkan penis lebih rentan cedera saat ereksi. Tunika albuginea bisa
meregang menahan tekanan sampai 1500 mmHg pada corpora cavernosa saat ereksi,
tekanan melebihi batasan tersebut menyebabkan laserasi yang menjadi fraktur penis.

F. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi (USG) merupakan alat diagnostik pertama untuk identifkasi defek
tunika albuginea dan hematoma di penis. Selain USG, dapat dilakukan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) yang dapat menilai kerusakan tunika albuginea lebih baik
dibanding USG. Jika dicurigai kerusakan uretra dengan adanya darah dari meatus uretra,
hematuria, dan retensi urin, maka harus dilakukan pemeriksaan Retrograde
Urethrography.

G. Penatalaksanaan
Penanganan fraktur penis adalah melakukan tindakan operasi untuk eksplorasi luka
dan repair struktur penis. Penanganan aktif sesegera mungkin menurunkan komplikasi
dari 30% menjadi 4% dan angka kesembuhan pada tindakan operasi sebesar 92%,
sehingga tindakan operasi sesegera mungkin lebih dianjurkan.
Tindakan yang umum dilakukan adalah insisi secara degloving, yakni insisi dalam
bentuk memutari atau sirkumsisi pada bagian distal. Insisi cara ini merupakan pilihan
utama karena sangat baik dari segi proses pengerjaannya dimana dapat memperlihatkan
langsung kedua tunika, dan dapat dilihat jika ada cedera uretra.

3
H. Contoh Kasus
Seorang laki-laki usia 22 tahun datang dengan riwayat nyeri dan bengkak pada
penis akibat benturan pada stang motor saat kecelakaan lalu lintas, 1 jam sebelum masuk
rumah sakit. Pemeriksaan fisik di-temukan bengkak, hematom pada batang penis,
deformitas berupa angulasi ke sinistra disertai nyeri tekan. Perdarahan dari meatus uretra
externus tidak terlihat. Pasien masih bisa buang air kecil. Skrotum dan testis tidak
ditemukan kelainan.
Pasien dalam keadaan sehat sebelum kecelakaan, tidak ada riwayat menggunakan
obat dan riwayat alergi. Riwayat kelainan di bidang urologi sebelumnya disangkal. Hasil
pemeriksaan laboratorium rutin tidak ditemukan kelainan. Urinalisis ditemukan eritrosit
60-70/LPB.
Kami memutuskan untuk melakukan eksplorasi, dikerjakan insisi subcoronal
sirkumferensia dan degloving sampai proksimal penis, tampak hematom pada
dorsolateral corpus cavernosum dextra. Kemudian dilakukan evakuasi hematom, tampak
rupture dengan ukuran ± 1 cm dan dilakukan perbaikan dengan jahitan primer
mengunakan benang vicril 3.0 pada corpus cavernosum yang robek. Pasien dirawat
selama 3 hari dan pulang dengan foley catheter terpasang dan pemberian antibiotik.
Pasien disarankan tidak melakukan hubungan seksual selama 4 minggu. Pemantauan di
poliklinik pada kunjungan hari ke 28 tidak ditemukan kelainan dari fungsi miksturisi dan
tidak terdapat nyeri pada ereksi di pagi hari.

4
BAB III

PENUTUP
 Kesimpulan
Fraktur penis termasuk kasus jarang, namun membutuhkan penanganan segera dan
termasuk kegawat-daruratan urologi. Penyebab utama adalah saat hubungan seksual.
Terapi utama adalah operasi untuk memperbaiki tunika albuginea yang ruptur.

5
DAFTAR PUSTAKA

Syamun Rahmens, dkk. 2014. Fraktur Penis dengan Ruptur Corpus Cavernosum.

Tampubolon Glorius Anthony Kevin, dkk. 2021. Diagnosis dan Tatalaksana Fraktur Penis.

Anda mungkin juga menyukai