Anda di halaman 1dari 4

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

STATUS TERAKREDITASI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER T.A. 2021/2022


Mata Kuliah : Kepearawatan Gawat darurat II
Tanda Tangan:
Hari/Tanggal ujian : 8 Februari 2022
Hari/Tanggal pengumpulan : 10 Februari 2022
Nama : Endang Kurniati
NIM : 21806039

1. Jelaskan dua penyebab kematian pada kasus akut abdomen


a. Diseksi aorta akut merupakan kegawatdaruratan aorta yang menjadi masalah besar
dengan presentasi klinis bervariasi dan mortalitas tinggi terutama bila tidak dikenali dini. Data
insidens pada populasi umum terbatas diperkirakan insidens 2,6-3,5 per 100.000 orang setiap
tahun. Sekitar 25% pasien diseksi aorta akut meninggal sebelum sampai ke rumah sakit dan
30% lainnya meninggal dalam perawatan rumah sakit (Luh et al., 2019).
Presentasi klinis diseksi aorta dapat tipikal atau atipikal. Sekitar 10%-20% kasus
menunjukkan presentasi atipikal seperti gejala sinkop tanpa nyeri, defisit neurologis, sesak
ataupun rasa tidak nyaman abdomen atau dada serta gejala atipikal lain. Presentasi klinis tidak
spesifik tersebut membuat penegakan diagnosis sulit di unit gawat darurat. Hal ini terkait
dengan tingginya angka mortalitas karena keterlambatan penanganan yang sesuai (Luh et al.,
2019).
Laporan ini mendokumentasikan gejala akut abdomen sebagai gejala utama diseksi
aorta dan penanganannya dengan pendekatan endovaskuler. Klinisi diharapkan dapat lebih
waspada pada pasien dengan presentasi klinis baik tipikal maupun atipikal dan mengetahui
tatalaksana agar dapat memberikan manajemen yang sesuai (Luh et al., 2019).
b. Akut abdomen atau nyeri akut abdomen adalah suatu kasus kegawatdaruratan abdomen
yang dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah, ditandai dengan keluhan nyeri
abdomen yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 24 jam. Pada kunjungan
pasien ke UGD, dilaporkan bahwa insiden akut abdomen berkisar 5-10%. Berdasarkan data
rekam medik RSUD Karawang, dari total 10.435 kunjungan di UGD selama tahun 2012, 405
kasus di antaranya ialah pasien akut abdomen dengan berbagai penyebab (Mannana et al.,
2021).
Peritonitis merupakan salah satu dari sekian banyak penyebab akut abdomen yang
menyumbang 1% insiden pasien yang datang ke UGD dan merupakan penyebab utama kedua
dari sepsis pada pasien di ICU secara global. Peritonitis adalah peradangan pada selaput serosa
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
STATUS TERAKREDITASI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
yang melapisi rongga abdomen dan organ viseral di dalamnya (perito-neum) dan merupakan
suatu kegawat-daruratan yang biasanya disertai dengan bakteremia atau sepsis. Peritonitis
harus didiagnosis dan ditangani sedini mungkin karena penanganan yang tidak tepat waktu
dapat mengancam jiwa. Namun, kenyataan-nya masih ditemukan kasus penundaan pengobatan
pasien yang datang dengan keluhan nyeri akut abdomen akibat peri-tonitis di UGD (Mannana
et al., 2021).

2. Mengapa pada kasus perforasi bisa terjadi keterlambatan diagnosis


Menurut jurnal pada kasus apendisitis akut terjadi keterlambatan diagnosis karena pada
pasien yang sangat muda atau tua, dan wanita usia produktif memiliki gejala yang tidak pasti dan
kodisi lain yang menyerupai apendistis, sehingga penegakan diagnosis masih menjadi tantangan
dalam ilmu bedah. Kesulitan penegakkan diagnosis berimplikasi pada tatalaksana yang tidak
optimal dan dapat menimbulkan komplikasi berupa perforasi (Mirantika et al., 2021).
Perforasi apendiks vermiformis akan mengakibatkan peritonitis purulenta dengan gejala
demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh abdomen dan distensi abdomen. Pada
orang berusia lanjut gejalanya seringkali samar dan ada perubahan anatomi apendiks vermiformis
berupa penyempitan lumen, dan arteriosklerosis, sementara itu insiden tinggi pada anak disebabkan
oleh dinding apendiks yang masih tipis, sehingga kebanyakan pasien baru dapat didiagnosis
setelah perforasi (Mirantika et al., 2021).

3. Apa peran yang harus bisa dilakukan oleh perawat dalam penanganan pertama kasus akut abdomen
The World Health Organization menyebutkan bahwa nyeri abdomen merupakan angka
kejadian nyeri yang cukup tinggi. Penanganan nyeri abdomen maupun nyeri secara umum
seringkali di unit pelayanan klinis terutama di instalasi gawat darurat sering kali menggunakan
terapi analgesik, hal ini dikarenakan kecepatan dan ketepatan harus diberikan pada penanganan
nyeri pada keadaan gawat darurat. Perawat mempunyai peran penting dalam penanganan dan
pengendalian nyeri yang dialami pasien sebagai bagian dari asuhan keperawatan. Penanganan
nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan terapi non farmakologis (Elmaghfuroh &
Wahyudi, 2019).
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya keadaan darurat
dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak ditanggulangi dengan
pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena perdarahan, peradangan,
perforai atau obstruksi pada alat pencernaan. Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
STATUS TERAKREDITASI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
dan bersifat individual, sehingga tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan
tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada
individu. Hal tersebut yang menjadi dasar bagi perawat untuk memberikan intervensi keperawatan
dalam mengatasi nyeri. Penatalaksanaan nyeri yang bertujuan untuk meringankan atau mengurangi
rasa nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh klien. Penatalaksanaan nyeri dapat
berupa farmakologi dan non farmakologi. Terapi non farmakologi dapat berupa intervensi perilaku
kognitif seperti teknik relaksasi benson (Pratiwi, 2020).
Relaksasi Benson merupakan relaksasi menggunakan teknik pernapasan yang biasa
digunakan di rumah sakit pada pasien yang sedang mengalami nyeri atau mengalami kecemasan.
Relaksasi Benson ada penambahan unsur keyakinan dalam bentuk kata-kata yang merupakan rasa
cemas yang sedang pasien alami. Kelebihan dari latihan teknik relaksasi dibandingkan teknik
lainnnya adalah lebih mudah dilakukan dan tidak ada efek samping apapun. Berdasarkan hasil dari
penelitian menyatakan bahwa terapi non farmakologi berupa terapi Relaksasi Benson dapat
menurunkan skala nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan setelah dilakukan selamat 15
menit. Terapi benson merupakan teknik relaksasi pernafasan dengan melibatkan keyakinan yang
menyebabkan penurunan terhadap konsumsi oksigen oleh tubuh dan otot-otot tubuh menjadi lebih
rileks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman (Pratiwi, 2020).
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
STATUS TERAKREDITASI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Elmaghfuroh, D. R., & Wahyudi, Y. (2019). Terapi Kombinasi Terhadap Nyeri Akut Abdomen di
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Borneo Journal of Medical Laboratory
Technology, 2(1), 120–124. https://doi.org/10.33084/bjmlt.v2i1.1090
Luh, N., Rustiari, P., Aryasa, I. G. M. A., Susila, K., & Dharma, S. (2019). Diseksi Aorta Akut
Stanford Tipe B dengan Gejala Akut Abdomen. Cdk-273, 46(2), 117–120.
Mannana, A., Tangel, S. J. C., & Prasetyo, E. (2021). Diagnosis Akut Abdomen akibat Peritonitis. E-
CliniC, 9(1), 33–39. https://doi.org/10.35790/ecl.v9i1.31853
Mirantika, N., Danial, & Bambang Suprapto. (2021). Hubungan antara Usia, Lama Keluhan Nyeri
Abdomen, Nilai Leukosit, dan Rasio Neutrofil Limfosit dengan Kejadian Apendisitis Akut
Perforasi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 3(4), 576–
585.
Pratiwi, N. N. I. (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien Akut Abdomen dengan Pemenuhan
Kebutuhan Aman Nyaman.
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/1565/1/1610492271296_Naspub_Novia Indah_P17190.pdf

Anda mungkin juga menyukai