TINJAUAN PUSTAKA
MSG dalam makanan biasanya dilakukan dalam jangka waktu pemakaian yang
MSG ditemukan pertama kali oleh dr. Kikunae Ikeda seorang ahli kimia
jepang pada tahun 1909, dr. Ikeda mengisolasi asam glutamat tersebut dari rumput
laut ‘kombu’ yang biasa digunakan dalam masakan Jepang, kemudian dia
menemukan rasa lezat dan gurih dari MSG yang berbeda dengan rasa yang pernah
dikenalnya oleh karena itu maka dia menyebut rasa itu dengan sebutan ‘umami’
yang berasal dari bahasa jepang ’umai’ yang berarti enak dan lezat (Geha dan
Beiser, 2000), rasa umami ini dapat bertahan lama, di dalamnya terdapat
Rangsangan selera dari makanan yang diberi MSG disebabkan oleh kombinasi
rasa yang khas dari efek sinergis MSG dengan 5-ribonukleotida yang terdapat di
dalam makanan, yang bekerja pada membran sel reseptor kecap atau lidah
(Sukawan, 2008).
MSG sendiri sebenarnya sama sekali tidak menghadirkan rasa yang enak,
bahkan sering menghadirkan rasa yang dideskripsikan sebagai rasa pahit, dan asin.
sesuai maka rasa, kenikmatan dan penerimaan terhadap makanan tersebut akan
dunia (Geha dan Beiser, 2000) dan menjadi bahan penambah rasa yang banyak
masakan Cina dan Asia Tenggara yang dikenal dengan nama Ajinomoto, Sasa,
Asam glutamat, asam bebas dari MSG, adalah unsur pokok dari protein
yang terdapat pada bermacam-macam sayuran daging, seafood, dan air susu ibu.
Asam glutamat digolongkan pada asam amino non essensial karena tubuh manusia
sendiri dapat menghasilkan asam glutamat. Asam glutamat terdiri dari 5 atom
karbon dengan 2 gugus karboksil yang pada salah satu karbonnya berkaitan
dengan NH2 yang menjadi ciri pada asam amino. Struktur kimia MSG sebenarnya
tidak banyak berbeda dengan asam glutamat, hanya pada salah satu gugus
(Sukawan, 2008). Rumus kimia dari MSG (Lolinger, 2000) seperti yang terlihat
Batasan aman (bagi orang dewasa) yang pernah dikeluarkan oleh badan
kesehatan dunia WHO (World Health Organization), asupan MSG per hari
sebaiknya sekitar 0-120 mg/kg berat badan. Jadi, jika berat seseorang 50 kg, maka
teh) per hari. WHO tidak menyarankan penggunaan MSG pada bayi di bawah 12
minggu. Jika digunakan secara berlebihan, MSG mempunyai efek negatif terhadap
tubuh, seperti:
pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu lama, pirolisis ini sangat
suhu tinggi dan dalam waktu yang lama. Karena asam amino penyusun
berpengaruh.
masyarakat umum, tetapi juga bahwa reaksi hypersensitif atau alergi akibat
mengkonsumsi MSG memang dapat terjadi pada sebagian kecil sekali dari
triasilgliserol, insulin dan leptin. Keadaan tersebut karena terjadinya stres oksidatif
percobaan dalam periode neonatal atau infant dengan pemberian MSG dosis tinggi
adrenal, tiroid, uterus, ovarium, dan testis, kerusakan fungsi reproduksi, dan
bahwa pada tikus neonetus yang dipajankan MSG terjadi gangguan perkembangan
testis, sel sertoli dan sel leydig pada masa prapubertasnya. Ternyata selain
reproduksi.
lahir selama 2 hari sampai usia 10 hari dan diperiksa pada usia prapubertas dan
sel sertoli dan sel leydig per testis, serta penurunan kadar Luteinizing Hormone
(LH), Folicle Stimulating Hormone (FSH), Thyroid (T), dan Free T4 (FT4).
Sementara pada saat dewasa memperlihatkan hiperleptimia yang lebih tinggi dan
penurunan dar FSH dan LH dan tidak nampak perubahan pada struktur testis
selama 15 hari (pajanan jangka pendek) dan 30 hari (pajanan jangka panjang) yang
berat testis, jumlah sperma dan peningkatan jumlah sperma yang rusak atau
abnormal. Jumlah sperma yang normal pada tikus yang dipajankan dengan MSG
jangka panjang lebih sedikit dibanding dengan yang dipajankan dengan jangka
pendek. Pada penelitian ini juga disimpulkan bahwa salah satu mekanisme yang
mungkin terjadi akibat dari efek toksik yang ditimbulkan oleh MSG pada sistem
Penelitian lain dilakukan pada anak mencit jantan dan betina yang baru
dilahirkan dengan melakukan penyuntikan subkutan dari hari ke-2 sampai hari ke-
11, dengan dosis berangsur-angsur meningkat, dari 2,2 sampai 4,2 mg/kg BB.
Ternyata setelah dewasa, bila mencit jantan dikawinkan dengan mencit betina
yang diberi MSG, maka jumlah kehamilan dan jumlah anak berkurang secara
bermakna pada mencit betina yang diberi MSG. Pada mencit betina dan mencit
jantan yang diberi MSG, terjadi pengurangan berat kelenjar endoktrin, yaitu pada
kelenjar hipofisis, tiroid, ovarium, atau testis. Setelah dewasa, pada mencit betina
yang diberi MSG terjadi kelambatan kanalisasi vagina dan mempunyai siklus
estrus yang lebih panjang daripada kontrol. Setelah dewasa, pada mencit jantan
jumlah sel leydig, juga dengan pemberian antioksidan vitamin C 0,2 g/kg BB tidak
morfologi sperma normal tetapi tidak menunjukkan hasil yang bermakna terhadap
kelompok perlakuan yang diberikan MSG 4 g/kg BB dan vitamin C 0,2 g/kg BB
radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas
terhadap sel normal, protein, dan lemak (Hariyatmi, 2004). Antioksidan berfungsi
2006).
Radikal bebas merupakan molekul atau atom yang tidak stabil karena
memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas ini
ikatan silang (cross-link) pada DNA, protein, lipida atau kerusakan oksidatif pada
gugus fungsional yang penting pada biomolekul ini. Perubahan ini akan
menyebabkan proses penuaan. Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam
jantung koroner, katarak, dan penyakit degenerasi saraf seperti parkinson (Silalahi,
2006).
bebas baru melalui reaksi berantai yang akhirnya jumlahnya terus bertambah
antioksidan dan zat antioksidan untuk menetralisir radikal bebas. Akan tetapi
sumber radikal bebas yang berasal dari lingkungan dan dari kegiatan fisik yang
karena tekanan oksidatif yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan sel bahkan
elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai
(Hariyatmi, 2004).
bebas yang baru dan mengubah radikal bebas menjadi molekul yang tidak
berantai, misalnya vitamin C, vitamin E, dan β-karoten; dan (3) antioksidan tertier
2.2.1 Vitamin E
tokoferol yang aktif secara biologis. Tokoferol adalah suatu antioksidan yang
sangat efektif, yang dengan mudah menyumbangkan atom hidrogen pada gugus
hidroksil (OH) dari struktur cincin ke radikal bebas sehingga radikal bebas
menjadi tidak reaktif. Vitamin E adalah vitamin yang larut baik dalam lemak yang
melindungi tubuh dari radikal bebas (Silalahi, 2006). Struktur dari vitamin E
melindungi asam lemak jenuh ganda dan komponen membran sel lain dari
oksidasi radikal bebas dengan memutuskan rantai peroksida lipid yang banyak
muncul karena adanya reaksi antara lipid dan radikal bebas dengan cara
allowance; RDA) adalah 8-10 mg. Dosis yang lebih tinggi (36-100 mg/hari)
dianjurkan untuk mencegah PJK dan kanker. Sumber vitamin E yang utama adalah
minyak nabati dan margarin yang dibuat dari minyak nabati (Silalahi, 2006).
2.2.2 Vitamin C
larut dalam air. Vitamin C secara efektif menangkap radikal bebas dan juga
dua ikatan antara karbon kedua dan ketiga dari 6 molekul karbon. Vitamin C
zat-zat komposisi yang lain teroksidasi. Bagaimanapun akibat dari reaksi ini
yang reaktif dan berbahaya dapat berinteraksi dengan asam askorbat, lalu
ternyata kurang reaktif bila dibandingkan dengan radikal bebas tersebut. Bila
radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid sudah dibentuk maka dia akan dapat
direduksi kembali menjadi asam askorbat sedikitnya dengan tiga jalur enzym yang
terpisah dengan cara mereduksi komponen yang terdapat di sistem biologi seperti
glutation, akan tetapi pada manusia hanya sebagian yang direduksi kembali
menjadi asam askorbat yang lain tidak dapat direduksi kembali menjadi asam
hingga 24 % dari radikal bebas yang ada dalam plasma, jaringan mata, otak, paru–
paru, hati, jantung, sperma dan berperan melindungi sel-sel dari kerusakan
selama 15 hari dapat meningkatkan jumlah spermatozoa pada mencit yang dipapar
daya 3.5 watt/cm2 selama 20 menit dan frekuenzi 60 kHz daya 0.5 watt/cm2
Pemberian vitamin C 0,2 mg/g BB secara oral selama 36 hari pada mencit
radikal bebas yang ditimbulkan oleh senyawa plumbum asetat 0,1 % yang ditandai
2008).
vitamin C dan vitamin E dapat menangkal radikal bebas dari allethrin dalam obat
Penelitian yang dilakukan pada testis tikus yang dipaparkan cadmium (Cd)
efek yang mirip pada pemberian vitamin C, akan tetapi efek dari vitamin E lebih
motilitas, viabilitas, dan spermatozoa normal setelah disimpan selama 72 jam pada
semen dan pemakaiannya dianjurkan untuk penanganan infertilitas pada pria, dan
mengkonsumsi vitamin E pada usia 49 minggu pada ayam jantan. (Lin dan Chang,
2005).
antioksidan pemutus rantai yang utama dalam membran sperma dan efektivitasnya
tergantung dari dosis (Huszar dan Vigue, 1994). Dalam randomized double-blind
Sistem reproduksi mencit jantan terdiri atas testis dan kantong skrotum,
epididimis dan vas deferens, sisa sistem eksretori pada masa embrio yang
berfungsi untuk transport sperma, uretra dan penis. Selain uretra dan penis semua
proses spermatogenesis. Kedua fungsi testis ini menempati lokasi yang terpisah
didalam testis. Biosintesis androgen berlangsug dalam sel leydig dijaringan inter
tersebut terdiri atas deretan sel epitel yang mengadakan pembelahan mitosis dan
masa produksi (Saryono, 2008). Pada tubulus seminiferus mengandung banyak sel
Sel sperma yang normal terdiri dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor.
Kepala ditutupi oleh tulang protoplasmic (galea kapitis). Galea kapitis biasanya
larut bila sperma diberi pelarut lemak yang biasanya digunakan untuk pengecatan.
Bila bergerak sperma berenang dalam cairan suspensinya seperti ikan dalam air.
Bila mati sperma akan terlihat datar dengan permukaan. Pada mencit ujung kepala
sperma berbentuk kait. Leher dan ekor tersusun dari flagellum tunggal yang padat
tetapi dari 9-18 fibril yang dibungkus oleh satu selubung. Pada ujung ekor
(Siregar, 2009).
abnormalitas. Antara lain sel sperma dengan kepala raksasa atau kepala kerdil,
kepala rangkap, sel sperma tanpa kepala atau tanpa ekor, kepala dengan banyak
pemilik semen tersebut terganggu. Sebagai patokan bila jumlah sel sperma
abnormal mendekati 50% dari total sel sperma pada ejakulat, jantan tersebut
dianggap steril, meskipun jumlah sperma yang normal pada ejakulat seharusnya
(Nalbandov, 1990).
Secara garis besar semen manusia terdiri dari atas 2 bagian besar yaitu
kelenjar seks tambahan pria mempunyai nilai volume normal antara 2–6 ml.
Istilah pada analisis semen manusia dengan akhiran spermia berhubungan dengan
Volume semen > 6 ml disebut hiperspermia; Semen tidak ada disebut aspermia.
motilitas sperma < 50% disebut asteno-zoospermia; morfologi sperma normal <
meneteskan 1 tetes semen pada gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup.
kali. Lapangan pandang diperiksa secara sistematik dan motilitas setiap sperma
sperma menunjukkan:
d. tidak bergerak
dibuat pada gelas objek dan dilakukan pengecatan dengan Giemsa. Sediaan
hapusan yang telah dicat kemudian diperiksa pada mikroskop cahaya dengan
2005).
cara ejakulat disedot dengan pipet TOMA leukosit, bila perlapangan pandang
dijumpai spermatozoa > 100, maka sedot ejakulat sampai angka 0,5 kemudian
sedot larutan OT sampai angka 11. disebut pengenceran 20 kali. Bila perlapangan
pandang dijumpai spermatozoa < 100, maka sedot ejakulat sampai angka 1,0
kemudian sedot larutan sampai angka 11, disebut pengenceran 10 kali. Campuran
dikocok dan didiamkan 15–20 menit. Buang tetes pertama melalui ujung pipet
kemudian teteskan kedalam bilik hitung yang telah ditutup cover glass melalui
tepi, diamkan sebentar agar merata. Dilihat di bawah mikroskop pembiasan lensa
semen tersebut normal. Kalau plasma semen dan spermatozoanya tidak baik
dikatakan semen tersebut tidak normal. Namun dari kesimpulan interprestasi Hasil
konsentrasi sperma < 20 juta/ml disebut oligozoospermia; motilitas sperma < 50%
konsentrasi sperma < 20 juta/ml dan motilitas sperma < 50% disebut
radikal bebas dan antioksidan, adalah salah satu penyebab dari infertilitas
jumlah yang kecil. Dalam jumlah yang kecil, ROS dibutuhkan untuk regulasi
fungsi sperma, kapasitasi sperma dan reaksi akrosom. Sedangkan dalam jumlah
yang besar ROS toxic terhadap sel normal dan menurunkan potensi fertilitas dari
2009).
spermatozoa. Kadar ROS yang tinggi dalam sel dapat mengoksidasi lipid, protein,
dan DNA. Lipid membran plasma spermatozoa memiliki fosfolipid dengan kadar
yang tinggi sehingga menyebabkan spermatozoa sangat rentan terhadap ROS. Hal
ini menunjukkan bahwa membran spermatozoa adalah target utama ROS dan lipid