DI SUSUN OLEH :
ANDHYKA SYAHPUTRA
71210891011
PEMBIMBING:
Dr.Mawar Gloria Tarigan, Sp.kj
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di bagian SMF
Psikiatri Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dengan judul “Gangguan
Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada, yang telah memberikan bimbingan dan arahannya selama
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di bagian SMF Psikiatri Rumah Sakit
Umum dr. Pirngadi Medan dalam membantu menyusun makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah
pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan ilmu
kedokteran dalam praktek di masyarakat.
Andhyka Syahputra
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1
1.2 Tujuan...................................................................................................
1
2.2 Epidemiologi............................................................................................
2
3
2.5 Gangguan Akibat Penggunaan Alkohol...................................................
6
2.6 Penatalaksanaan........................................................................................
17
BAB III PENUTUP..................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
20
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi1,2,4
Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang dibentuk dari
hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus hidroksil dengan atom-atom
hidrogen dalam jumlah yang sama; istilah ini meluas untuk berbagai hasil pertukaran yang
bereaksi netral dan mengandung satu atau lebih gugus alkohol.
2.2 Epidemiologi2,3,4
Kira-kira 85% dari semua penduduk Amerika Serikat pernah menggunakan
minuman yang mengandung alkohol sekurang-kurangnya satu kali dalam hidupnya. Dan
kira-kira 51% dari semua orang dewasa di Amerika Serikat merupakan pengguna alkohol
saat ini.
2.3 Etiologi,4,5
2.3.1 Riwayat Masa Kanak-kanak
Beberapa faktor telah teridentifikasi dalam riwayat masa kanak-kanak dari seseorang
yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol. Anak-anak beresiko yang memiliki
gangguan berhubungan dengan alkohol yaitu jika satu atau lebih orang tuanya adalah
pengguna alkohol.
Pada riwayat masa kanak-kanak terdapat gangguan defisit-atensi / hiperaktivitas
atau gangguan konduksi atau keduanya yang meningkatkan resiko anak untuk memiliki
gangguan berhubungan dengan alkohol pada masa dewasanya. Gangguan kepribadian
khususnya gangguan kepribadian antisosial juga merupakan predisposisi seseorang kepada
suatu gangguan berhubungan dengan alkohol.
2
Menurut teori psikoanalisis, orang dengan superego yang keras yang bersifat
menghukum diri sendiri berpaling ke alkohol sebagai cara menghilangkan stres bawah sadar
mereka. Kecemasan pada orang yang terfiksasi pada stadium oral mungkin diturunkan
dengan menggunakan zat seperti alkohol melalui mulutnya. Beberapa dokter psikiatrik
psikodinamika menggambarkan kepribadian umum dari seseorang dengan gangguan
berhubungan dengan alkohol adalah pemalu, terisolasi, tidak sabar, iritabel, penuh
kecemasan, hipersensitif, dan terrepresi secara seksual.
Aforisme psikoanalisis yang umum adalah bahwa superego dapat larut dalam
alkohol. Pada tingkat yang kurang teoritis, alkohol dapat disalahgunakan oleh beberapa
orang sebagai cara untuk menurunkan ketegangan, kecemasan, dan berbagai jenis penyakit
psikis. Konsumsi alkohol pada beberapa orang juga menyebabkan rasa kekuatan dan
meningkatnya harga diri.
Sama seperti faktor kultural, faktor prilaku dan pelajaran juga dapat mempengaruhi
kebiasaan minum, demikian juga kebiasaan didalam keluarga, khususnya kebiasaan minum
pada orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan minum. Tetapi beberapa bukti menunjukkan
bahwa, walaupun kebiasaan minum pada keluarga memang mempengaruhi kebiasaan
minum pada anak-anaknya, kebiasaan minum pada keluarga kurang langsung berhubungan
dengan perkembangan gangguan berhubungan dengan alkohol seperti yang dianggap
sebelumnya, walaupun hal tersebut memang memiliki peranan penting.
Dari sudut pandang prilaku, ditekankan pada aspek pendorong positif dari alkohol,
alkohol yang dapat menimbulkan perasaan sehat dan euforia pada seseorang. Selain itu,
konsumsi alkohol dapat menurunkan rasa takut dan kecemasan yang dapat mendorong
seseorang untuk minum lebih lanjut.
3
2.3.5 Faktor Genetika dan Biologi Lainnya
Data yang kuat menyatakan adanya suatu komponen genetika pada sekurangnya
suatu bentuk gangguan berhubungan dengan alkohol. Laki-laki lebih banyak menggunakan
alkohol daripada wanita. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan sanak
saudara tingkat pertama yang terpengaruh oleh gangguan berhubungan dengan alkohol
adalah 3-4 kali lebih mungkin memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol daripada
orang yang tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama yang terpengaruh dengan alkohol.
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa gangguan terkait alkohol lebih tinggi
resikonya pada kembar monizygot daripada dizygot.
b. Manifestasi klinis
Sekitar 80% pasien yang dirujuk akibat ketergantungan alkohol memiliki masalah
medis yang serius. Gejala putus obat umumnya timbul saat pasien sadar. Gambaran
komplikasi spesifik sangat bervariasi;
- Gastrointestinal : hepatitis, sirosis, gastritis, perdarahan gastrointestinal,
pankreatitis
- Kardiovaskuler : hipertensi ( menyebabkan meningkatkan kejadian penyakit
kanker mulut, esophagus, hati bahkan payudara)
- Obstetri :sindrom alkohol fetus
- Neurologis : sinkope, kejang, neuropati, status konfusional akut, perdarahan
subdural, ensefalopati
- Muskuloskeletal : gout
4
c. Manifestasi psikiatrik
- Depresi : semua bentuk depresi dapat dicetuskan oleh alkohol. Depresi sendiri
dapat menyebabkan alkoholisme dengan memacu orang untuk minum sebagai
usaha untuk mengurangi gejala-gejala depresi.
- Ansietas : gejala sering muncul pada saat putus obat parsial. Seperti halnya
depresi, ansietas atau gangguan panik merupakan predisposisi konsumsi alkohol
secara berlebihan sebagai usaha mengurangi gejala
- Perubahan kepribadian : penurunan standar kepekaan sosial dan perawatan diri
sendiri
- Disfungsi seksual : impotensi, ejakulasi lama
- Halusinasi : baik auditorik maupun visual biasanya selama putus obat tetapi
dapat pula terjadi tanpa gambaran delirium lainnya
- Halusinasi alkoholik : halusinasi auditorik yang mengganggu tapi jarang dan
terjadi saat sadar.2
1. Fase pertama atau fase dini ditandai dengan bertambahnya toleransi terhadap
alkohol, amnesia, secara diam-diam menggak sekaligus meminum alkohol, merasa
bersalah karena meminum minuman beralkohol dan terhadap prilaku yang
diakibatkannya.
2. Fase kedua atau fase krusial ditandai dengan hilangnya kendali terhadap kebiasaan
minum-minuman keras, perubahan kepribadian, kehilangan teman dan pekerjaan,
dan preokupasi untuk menjamin tersedianya minuman beralkohol.
3. Fase ketiga atau fase kronis ditandai dengan minum minuman beralkohol pada pagi
hari, pelanggaran terhadap standar etika, tremor atau gemetar dan halusinasi.5
Progresifitas penyakit ini bergantung kepada banyak faktor diantaranya usia, zat
psikoaktif pilihannya, gender, dan predisposisi faali (Royce, 1989). Progresifitas adiksi lebih
cepat pada remaja daripada orang dewasa. Progresifitas pada perempuan lebih cepat
daripada pada laki-laki. Kemungkinan anak seorang alkoholik untuk menjadi alkoholik
adalah sekitar 3-5 kali dari pada anak seorang nonalkoholik (Sher, 1991)5
5
2.5 Gangguan Akibat Penggunaan Alkohol3,4,8,9
DSN-IV menuliskan gangguan berhubungan dengan alkohol dan menyebutkan
kriteria diagnostik untuk intoksikasi alkohol dan putus alkohol.
Ketergantungan alkohol
Penyalahgunaan alkohol
Intoksikasi alkohol
Putus alkohol
Sebutkan jika
Sebutkan jika:
Sebutkan jika:
6
Gangguan mood akibat alkohol
Sebutkan jika:
Sebutkan jika:
Sebutkan jika:
Sebutkan jika:
Pola penggunaan alkohol sering kali disertai dengan prilaku berikut ini:
Intoksikasi alkohol bukan merupakan kondisi yang ringan. Intoksikasi alkohol yang
parah dapat menyebabkan koma, depresi pernapasan dan kematian, baik karena henti
pernapasan atau karena aspirasi muntah.pengobatan untuk intoksikasi berat berupa bantuan
pernapasan mekanik diunit perawatan intensif, dengan perhatian pada keseimbangan asam
basa pasien, elektrolit, dan temperatur. Beberapa penelitian aliran darah serebral selama
intoksikasi alkohol mengalami peningkatan tetapi akan menurun pada minum alkohol
selanjutnya.
Diagnosis putus alkohol disebut putus alkohol tanpa komplikasi di dalam DSM-III-R
untuk membedakannya dengan delirium putus alkohol. Kata “tanpa komplikasi”
(uncomplicated) dikeluarkan dari DSM-IV karena putus alkohol, walaupun tanpa delirium,
dapat bersifat serius dan dapat termasuk kejang dan hiperaktifitas otonomik. Keadaan yang
dapat mempredisposisikan atau memperberat gejala putus alkohol adalah kelelahan,
malnutrisi, penyakit fisik, dan depresi.1
9
Kriteria DSM-IV untuk putus alkohol memerlukan dihentikannya atau penurunan
penggunaan alkohol yang sebelumnya berat dan lama, dan juga adanya gejala fisik atau
neuropsikiatrik spesifik.
Tanda klasik dari putus alkohol adalah gemetar,kejang, dan gejala delirium tremens
(DTs), sekarang disebut delirium putus alkohol dalam DSM-IV. Gemetar muncul 6-8 jam
setelah dihentikannya minum, gejala psikotik dan persepsi muncul dalam 8-12 jam, kejang
dalam 12-24 jam, DTs dalam 72 jam. Tremor pada putus alkohol dapat mirip dengan tremor
fisiologis, dengan suatu tremor kontinyu dan amplitudo yang besar dan lebih dari 8 Hz, atau
dengan tremor familisl, dengan ledakan aktivitas tremor yang lebih lambat dari 8 Hz. 1
Gejala lain putus alkohol adalah iritabilitas umum, gejala gastrointestinal (mual dan
muntah) dan hiperaktivitas otonomik simpatik, termasuk kecemasan, kesiagaan, berkeringat,
kemerahan pada wajah, midriasis, takikardia, dan hipertensi ringan. Pasien dengan putus
alkohol biasanya sadar tetapi mudah dikagetkan.
10
Kriteria Diagnostik untuk Putus Alkohol
A. Penghentian (atau penurunan) pemakaian alkohol yang telah lama dan berat
B. Dua (atau lebih) tanda berikut ini yang berkembang dalam beberapa jam sampai
beberapa hari setelah kriteria A
1) Hiperaktivitas otonomik (misalnya, berkeringat atau kecepatan denyut nadi
lebih dari 100)
2) Peningkatan tremor tangan
3) Insomnia
4) Mual dan muntah
5) Halusinasi atau ilusi penglihatan, raba atau dengar yang transien
6) Agitasi psikomotor
7) Kecemasan
8) Kejang grand mal
C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang serius secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan
oelh gangguan mental lain.
Pengobatan
11
Masalah klinis Obat Jalur Dosis Keterangan
Gemetaran dan chlordiazepoxid Oral 25-100 mg tiap 4-6 Dosis awal dapat
agitasi ringan e jam diulangi tiap 2 jam
sampai sedang sampai pasien tenang;
dosis selanjutnya
harus ditentukan
secara individual dan
dititrasi
Halusinosis Diazepam Oral 5-20 mg tiap 4-6 jam Berikan sampai pasien
Agitasi parah Lorazepam Oral 2-10 mg tiap 4-6 jam tenang; dosis
chlordiazepoxid Intravena 0,5 mg/kg pada 12,5 selanjutnya harus
e mg/mnt
ditentukan secara
indivisual dan dititrasi
Kejang putus Diazepam Intravena 0,15 mg/kg pada 2,5
mg/mnt
Delirium Lorazepam Intravena 0,1 mg/kg pada 2,0
tremens mg/mnt
2.5.4 Delirium
12
Ciri penting dari sindroma delirium adalah terjadi dalam 1 minggu setelah seseorang
menghentikan minum alkohol. Disamping itu terdapat ciri-ciri berupa :
Kira-kira 5% dari semua pasien yang dirawat di rumah sakit karena alkoholik
mengalami DTs. Episode DTs biasanya mulai pada usia 30-40an setelah minum berat
selama 5-15 tahun.
Pengobatan
Pengobatan terbaik untuk DTs adalah pencegahan. Pasien yang putus dari alkohol
yang menunjukkan salah satu fenomena putus alkohol harus mendapatkan terapi
benzodiazepin, seperti chlordiazepoxide 25-50 mg tiap 2-4 jam hingga pasien lepas dari
bahaya. Tetapi jika tanda delirium terlihat, berikan chlordiazepoxide 50-100 mg tiap 4 jam
peroral atau lorazepam intravena jika medikasi oral tidak memungkinkan.
Pada pengobatan berikan diet tinggi kalori, tinggi karbohidrat, dan multivitamin.
Pasien dengan DTs jika diikat fisiknya akan berbahaya karena pasien dapat berontak
terhadap pengikatan sampai mengalami kelelahan yang berbahaya. Jika pasien tidak dapat
dikendalikan maka pasien harus ditempatkan diruangan isolasi. Pasien dapat mengalami
dehidrasi yang disebabkan diaforesis dan demam, hal ini dapat dikoreksi dengan pemberian
cairan oral maupun intravena. Diare, muntah dan anoreksia sering terjadi selama putus
alkohol.
13
telah menemukan adanya pembesaran ventrikel dan atrofi kortikal pada seseorang dengan
demensia dan riwayat ketergantungan alkohol, namun penelitian tersebut belum bisa
menjelaskan apa sebenarnya penyebab demensia.
Merupakan nama lain dari gangguan amnestik menetap akibat alkohol. Wernicke
(suatu kumpulan gejala akut) dan korsakoff (suatu keadaan kronis). Apabila sindrom
wernicke adalah reversibel dengan pengobatan, hanya 20 persen pasien dengan sindrom
korsakoff yang pulih. Patofisiologi antara kedua sindrom tersebut adalah defisiensi tiamin,
yang disebabkan oleh kebiasaan nutrisional yang buruk atau masalah malabsorbsi. Tiamin
adalah kofaktor bagi beberapa enzim yang penting, dan juga terlibat dalam konduksi
potensial akson disepanjang akson dan didalam transmisi sinaptik. Lesi neuropatologis
adalah simetris dan para ventrikuler, menganai korpus mamilaris, talamus, hipotalamus,
otak tengah, pons, medula, forniks, dan serebelum.
14
Sindrom korsakoff adalah hilangnya kemampuan untuk mengingat ingatan yang
baru yaitu hilangnya ingatan jangka pendek. Pasien berdiskusi untuk mengisi kekosongan
tersebut. Ensefalopati wernick merupakan awitan akut (berjam-jam hingga berhari-hari)
yang menyebabkan kebingungan global (apati, disorientasi dan ingatan terganggu),
gangguan mata (nistagmus dan oftalmoplegia) dan ataksia.
Pengobatan
Stadium dini sindrom wernicke berespons dengan cepat terhadap dosis tinggi tiamin
parentral, yang dianggap efektif dalam mencegah perkembangan menjadi sindrom
korsakoff. Dosis tiamin biasanya dimulai dengan 100 mg peroral dua sampai tiga kali sehari
dan dilanjutkan selama satu sampai dau minggu. Pada pasien dengan gangguan
berhubungan dengan alkohol yang sedang diberikan larutan glukosa intravena, adalah baik
untuk memasukkan 100 mg tiamin dalam setiap liter larutan glukosa.
Sindrom korasakoff adalah sindrom amnestik kronis yang dapat mengikuti sindrom
wernicke, dan kedua sindrom tersebut dianggap berhubungan secara patofisiologi. Ciri
utama dari sindrom korsakoff adalah sindrom gangguan mental (khususnya daya ingat
belum lama) dan amnesia anterograd pada seorang pasien yang sadar dan responsif. Pasien
mungkin memiliki atau tidak memiliki gejala konfabulasi. Pengobatan sindrom korsakoff
juga tiamin yang diberikan 100 mg peroral dua sampai tiga kali sehari; pengobatan harus
dilanjutkan selama 3 sampai 12 bulan. sedikit pasien yang berkembang menjadi sindrom
korsakoff dapat pulih secara lengkap, walaupun cukup banyak yang mengalami suatu
perbaikan dalam kemampuan kognitifnya dengan pemberian tiamin dan dukungan nutrisi.
Halusinasi setelah putus alkohol dianggap merupakan gejala yang jarang, dan
sindrom adalah beberapa dari delirium putus alkohol. Halusinasi dapat terjadi pada semua
usia, tetapi biasanya berhubungan dengan orang yang telah melakukan penyalahgunaan
alkohol dalam jangka waktu yang lama. Walaupun biasanya halusinasi menghilang dalam 1
minggu, tapi pada beberapa kasus dapat menetap. Halusinasi berhubungan dengan putus
alkohol harus dibedakan dengan skizofren yang berhubungan dengan temporal dengan putus
alkohol, tidak adanya riwayat klasik skizofrenia dan halusinasinya biasanya singkat.
Halusinasi berhubungan dengan putus alkohol dibedakan dari DTs oleh karena adanya
sensorium yang jernih pada pasien.
Pengobatan
Pengobatan halusinasi berhubungan dengan putus alkohol sama dengan DTs yaitu
dengan benzodiazepin, nutrisi yang adekuat, dan cairan jika diperlukan. Jika regimen gagal
dan pada kasus jangka panjang, antipsikotik dapat digunakan.
16
Kategori gangguan berhubungan alkohol yang tidak ditentukan adalah gangguan yang
berhubungan dengan pemakaian alkohol yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai
ketergantungan alkohol, penyalahgunaan alkohol, intoksikasi alkohol, putus alkohol,
delirium putus alkohol, demensia menetap akibat alkohol, gangguan psikotik akibat alkohol,
gangguan mood akibat alkohol, gangguan kecemasan akibat alkohol, disfungsi seksual
akibat alkohol, atau gangguan tidur akibat alkohol
Data yang jelas menyatakan bahwa wanita hamil atau yang menyusui tidak boleh
minum alkohol. Sindrom alkohol fetal (fetal alcohol syndrome) adalah akibat terpaparnya
janin dengan intoksikasi alkohol in utero saat ibunya minum alkohol. Sindrom alkohol fetal
merupakan penyebab utama retardasi mental di Amerika Serikat. Adanya alkohol
menghambat pertumbuhan intrauterin dan perkembangan setelah kelahiran. Mikrosefali,
malformasi kraniofasial dan defek tungkai dan jantung sering pada bayi yang terkena
intoksikasi alkohol dari ibunya. Perawakan yang pendek saat dewasa dan perkembangan
suatu rentan prilaku maladaptif dewasa juga dihubungkan dengan sindrom alkohol fetal.
Resiko wanita alkoholik mempunyai anak yang cacat sekitar 35%. Walaupun
kerusakan yang pasti pada janin tidak diketahui, kerusakan tampaknya sebagai akibat
pemaparan intoksikasi utero dengan alkohol atau metabolitnya. Alkohol mungkin
menyebabkan ketidakseimbangan hormonal yang meningkatkan resiko abnormalitas.
2.6 Penatalaksanaan8,9,10
2.6.1 Psikoterapi
2.6.2 Medikasi
17
Disulfiram
Psikotropika
Obat antiansietas dan antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan pada pasien
dengan gangguan terkait alkohol.
Pemulangan seorang pasien dari rumah sakit sering kali memiliki masalah
penempatan yang serius. Rumah dan lingkungan keluarga lainnya mungkin menghalangi,
tidak mendukung, atau terlalu tidak berstruktur. Halfway house adalah suatu sarana
18
pengobatan yang penting yang memberikan bantuan emosional, konseling, dan
pengembalian progresif ke dalam masyarakat.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. fase dini
2. fase krusial
3. fase kronis