ASPEK MEDIKOLEGAL
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
DISUSUN OLEH:
RAHMAT HIDAYAT SK (71210891007)
DOKTER PEMBIMBING:
Nilai :
Dokter Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Aspek Medikolegal Kekerasan Dalam
Rumah Tangga”.
Penulisan laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan dalam guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di
bagian SMF Forensik Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada dr. Dessy D. Harianja, M,H, Sp.F yang telah memberikan
bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di bagian
SMF Forensik Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dalam membantu
penyusunan paper ini.
Dalam penulisan paper ini, tentunya penulis menyadari banyak
kekurangan yang terdapat dalam laporan kasus ini. Penulis juga menyadari bahwa
laporan kasus ini jauh dari kata sempurna, sehingga penulis membutuhkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak guna memperbaiki
laporan kasus ini agar menjadi lebih baik ke depannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
2.1 Definisi......................................................................................................4
2.2 Kekerasan..................................................................................................4
2.3 Keluarga....................................................................................................4
2.4 Rumah tangga............................................................................................5
2.5 Kekerasan dalam rumah tangga................................................................6
2.6 Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga........................................6
2.7 Prevalensi Kejadian Kekerasan Dalam Rumah Tangga............................8
2.8 Faktor Umum Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga.....................8
2.9 Aspek Hukum Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga....................10
2.10 KETENTUAN PIDANA.........................................................................11
2.11 Perlindungan Saksi Dan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga......14
BAB III..................................................................................................................16
TINJAUAN KASUS.............................................................................................16
3.1 Kronologi................................................................................................16
3.2 Hasil Pemeriksaan...................................................................................16
BAB IV..................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................18
4.1 Kesimpulan..............................................................................................18
Daftar Pustaka.....................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kekerasan dalam rumah tangga memiliki tren yang terus meningkat dari
tahun ke tahun. Data yang diperoleh dari Jurnal Perempuan edisi ke 45,
menunjukkan bahwa dari tahun 2001 terjadi 258 kasus Kekerasan Dalam
Rumah Tangga. Tahun 2002 terjadi sebanyak 226 kasus, pada tahun 2003
sebanyak 272 kasus, tahun 2004 terjadi 328 kasus dan pada tahun 2005 terjadi
455 kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Jurnal Perempuan edisi 45).
Kekerasan Dalam Rumah Tangga menjadi kasus yang tak pernah habis dibahas
karena meskipun berbagai instrumen hukum, mulai dari Internasional sampai
pada tingkat nasional belum mampu menekan angka kasus Kekerasan Dalam
Rumah Tangga yang terjadi.
Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa dari tahun ke tahun Kekerasan
Dalam Rumah Tangga cenderung meningkat karena kekerasan yang dihadapai
perempuan juga meningkat. Sedangkan dari sumber yang sama didapati bahwa
jenis kekerasan yang paling sering dihadapi oleh perempuan adalah kekerasan
psikis (45,83 %).
Data Komnas Perempuan menunjukkan bahwa pada awal tahun 2004
menunjukkan peningkatan serius dalam jumlah kasus kekerasan berbasis gender
yang menimpa perempuan. Pada tahun 2001 terdapat 3.169 kasus yang
dilaporkan ke lembaga pengada layanan tersebut. Pada tahun 2002 angka itu
meningkat menjadi 5.163 kasus dan tahun 2003 terdapat 5.934 kasus.
Sedangkan tahun 2006, catatan dari Ketua Komnas Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan, Kamala Chandrakirana, menunjukkan kekerasan terhadap
perempuan (KTP) sepanjang tahun 2006, mencapai 22.512 kasus, dan kasus
terbanyak adalah Kekerasan dalam Rumah Tangga sebanyak 16.709 kasus atau
76%. (Chandrakirana, 2007)
Angka-angka di atas harus dilihat dalam konteks fenomena gunung es, di
mana kasus yang tampak hanyalah sebagian kecil saja dari kejadian yang
sebenarnya. Apalagi angka- angka tersebut hanya didapatkan dari jumlah
2
melaporkan kejadian yang menimpa dirinya karena tidak tahu kemana harus
mengadu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Kekerasan
Kekerasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah perihal yang bersifat (berciri) keras atau perbuatan
seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera
atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik
orang lain.1
Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik
maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara
pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada akibat
yang merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang tidak
dikendaki oleh korban. Kekerasan terhadap perempuan adalah
setiap perbuatan berdasarkan pembedan jenis kelamin yang
berakibat kesengsaraan dan penderitaan perempuan secara
fisik, seksual, psikologis termasuk ancaman tindakan tertentu,
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-
wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam
kehidupan pribadi.2
Macam kekerasan bisa berupa tindakan kekerasan
fisik atau kekerasan psikologi:
Definisi kekerasan Fisik (WHO): tindakan fisik yang dilakukan terhadap
orang lain atau kelompok yang mengakibatkan luka fisik, seksual dan psikogi.
Tindakan itu antara lain berupa memukul, menendang, menampar, menikam,
menembak, mendorong (paksa), menjepit.
Definisi kekerasan psikologi (WHO): penggunaan kekuasaan secara
sengaja termasuk memaksa secara fisik terhadap orang lain atau kelompok yang
mengakibatkan luka fisik, mental, spiritual, moral dan pertumbuhan sosial.
Tindakan kekerasan ini antara lain berupa kekerasan verbal,
memarahi/penghinaan, pelecehan dan ancaman.3
6
2.3 Keluarga
Keluarga merupakan suatu kata yang berasal dari
Bahasa sansekerta yaitu kula dan warga yang berarti anggota
maupun kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan di
mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah,
bersatu. Keluarga inti (“nuclear family”) terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak mereka. (4)
Definsi keluarga menurut Burgess dkk dalam
Friedman (1998), yang berorientasi pada tradisi dan
digunakan sebagai referensi secara luas:
a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan dengan ikatan
perkawinan, darah dan ikatan adopsi
b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama -sama dalam satu
rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap
rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu s ama lain dalam
peran-peran sosial keluarga seperti suami -istri, ayah dan ibu, anak laki - laki dan
anak perempuan, saudara dan saudari.
d. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri
Pengertian luas dari keluarga adalah kekerabatan
yang dibentuk atas dasar perkawinan dan hubungan darah.
Kekerabatan yang berasal dari satu keturunan atau hubungan
darah merupakan penelusuran leluhur seseorang, baik melalui
garis ayah maupun ibu ataupun keduanya. Hubungan
kekerabatan seperti ini dikenal sebagai keluarga luas
(extended family) yaitu ikatan keluarga dalam satu keturunan
yang terdiri atas kakek, nenek, ipar, paman, anak, cucu, dan
sebagainya.3
2.4 Rumah tangga
Definisi rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa
7
ancaman dan atau berbuat kekerasan secara fisik dalam rangka mengontrol dan
mengintimidasi korbannya. Kekerasan ini sering terjadi pada orang-orang yang
berhubungan dekat, suami-istri, anggota keluarga, atau pembantu rumah tangga.7
2.6 Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga
Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) pada pasal 6 sampai 9 bentuk-bentuk
kekerasan dalam rumah tangga diantaranya :
1. Kekerasan fisik,
Definisi kekerasan fisik dalam Pasal 6 Undang- Undang PKDRT adalah
sebagai berikut; “Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.”
Kekerasan fisik merupakan bentuk kekerasan yang dimaksudkan untuk
menimbulkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. kepada korban. Kekerasan
fisik yang dialami korban seperti: pemukulan menggunakan tangan ataupun alat
(seperti: kayu, parang), membenturkan kepala ke tembok, menjambak rambut,
menyundut dengan rokok, menendang, dan mencekik leher.
Kekerasan fisik ini kadang diikuti oleh kekerasan seksual, baik itu berupa
serangan terhadap alat seksual maupun berupa persetubuhan paksa. Moerti
Hadiati Soeroso merangkum bentuk kekerasan fisik ini ke dalam 3 (tiga)
kelompok, yaitu; kekerasan pembunuhan, penganiayaan, dan perkosaan. Akibat
dari kekerasan fisik dapat berupa luka ringan, luka sedang, luka berat, maupun
kematian.
2. Kekerasan psikis
Dalam Pasal 7 Undang-Undang PKDRT memberikan
pengertian kekerasan psikis, sebagai berikut: “Kekerasan
psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah
perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa
tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada
seseorang." Kekerasan psikis berupa makian, ancaman cerai,
tidak memberi nafkah, hinaan, menakut-nakuti, serta
9
tangga.
UU PKDRT Pasal 3 menyebutkan Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
dilaksanakan berdasarkan :
a. Penghormatan hak asasi manusia
b. Keadilan dan kesetaraan gender
c. Nondiskriminasi
d. Perlindungan korban.
UU PKDRT Pasal 4 menyebutkan Penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga bertujuan
a. Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga
b. Melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga
c. Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga
d. Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera. 1
B. Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan
Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan yang selanjutnya disebut sebagai Perpres
Komnas Perempuan ialah merupakan penyempurnaan Keputusan Presiden No.
181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
Perpres Komnas Perempuan Pasal 24 telah mencabut dan menyatakan tidak
berlaku Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan. Komnas Perempuan ini dibentuk berdasarkan prinsip
negara hukum yang menyadari bahwa setiap bentuk kekerasan terhadap
perempuan merupakan salah satu bentuk pelanggaran atas hak-hak asasi manusia
sehingga dibutuhkan satu usaha untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya
kekerasan terhadap perempuan.2
2.10 KETENTUAN PIDANA
Ketentuan pidana terhadap pelanggaran KDRT diatur oleh Undang-
undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT
sebagai berikut :1
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 44
14
a. Tingkat kesadaran : Sadar penuh (nilai kesadaran lima belas dari skala lima
belas)
b. Denyut nadi : Denyut nadi normal (tujuh puluh kali per
menit)
c. Pernapasan : Pernapasan normal (dua puluh kali permenit)
d. Tekanan tekanan darah : Tekanan darah normal (seratus sepuluh per enam
puluh milimeter air raksa)
19