Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)

Oleh

Program Studi S1 Keperawatan Tingkat 3A

Kelompok 2

1. Aldy Gusdyan C2014201116


2. Andika Pratama C2014201038
Herawan
3. Andi Suryadi C2014201037
4. Arti Putri Giani Lestari C2014201034
5. Dea Cahya Hanifah C2014201029
6. Desta Laila Ramadita C2014201021
7. Elisa Handayani C2014201008

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


TA 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu Nia Restiana, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.J pada mata kuliah Keperawatan Jiwa
II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
kekerasan dalam rumah tangga bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nia Restiana,


M.Kep.,Ns.Sp. Kep.J selaku dosen Keperawatan Jiwa II yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf yang
sebesar-besar nya.

Tasikmalaya, 27 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...............................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................4

A. Pengertian KDRT................................................................................4
B. Dasar Hukum Larangan KDRT...........................................................4
C. Bentuk KDRT......................................................................................5
D. Faktor Terjadinya Tindak KDRT........................................................6
E. Dampak KDRT....................................................................................8
F. Cara Penanggulangan KDRT..............................................................8
G. Perlindungan Bagi Korban KDRT......................................................9

BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................................10

A. Kronologi Kasus I................................................................................10


B. Kronologi Kasus II..............................................................................10

BAB IV PEMBAHASAN KASUS......................................................................12

A. Pembahasan Kasus I............................................................................12


B. Pembahasan Kasus II...........................................................................13

BAB V PENUTUP...............................................................................................16

A. Kesimpulan .........................................................................................16
B. Saran....................................................................................................16

3
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence)
merupakan jenis kejahatan yang kurang mendapatkan perhatian dan
jangkauan hukum. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga pada
umumnya melibatkan pelaku dan korban diantara anggota keluarga di
dalam rumah tangga, sedangkan bentuk tindak kekerasan bisa berupa
kekerasan fisik dan kekerasan verbal (ancaman kekerasan). Pelaku dan
korban tindak kekerasan didalam rumah tangga bisa menimpa siapa saja,
tidak dibatasi oleh strata, status sosial, tingkat pendidikan, dan suku
bangsa.
Tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga merupakan
masalah sosial yang serius, akan tetapi kurang mendapat tanggapan dari
masyarakat dan para penegak hukum karena beberapa alasan, pertama:
ketiadaan statistik kriminal yang akurat, kedua: tindak kekerasan pada istri
dalam rumah tangga memiliki ruang lingkup sangat pribadi dan terjaga
privacynya berkaitan dengan kesucian dan keharmonisan rumah tangga
(sanctitive of the home), ketiga: tindak kekerasan pada istri dianggap wajar
karena hak suami sebagai pemimpin dan kepala keluarga, keempat: tindak
kekerasan pada istri dalam rumah tangga terjadi dalam lembaga legal yaitu
perkawinan. (Hasbianto, 1996).
Sebagian besar perempuan sering bereaksi pasif dan apatis
terhadap tindak kekerasan yang dihadapi. Ini memantapkan kondisi
tersembunyi terjadinya tindak kekerasan pada istri yang diperbuat oleh
suami. Kenyataan ini menyebabkan minimnya respon masyarakat terhadap
tindakan yang dilakukan suami dalam ikatan pernikahan. Istri memendam

4
sendiri persoalan tersebut, tidak tahu bagaimana menyelesaikan dan
semakin yakin pada anggapan yang keliru, suami dominan terhadap istri.
Rumah tangga, keluarga merupakan suatu institusi sosial paling kecil dan
bersifat otonom, sehingga menjadi wilayah domestik yang tertutup dari
jangkauan kekuasaan publik.
Di Indonesia data tentang kekerasan terhadap perempuan tidak
dikumpulkan secara sistematis pada tingkat nasional. Laporan dari institusi
pusat krisis perempuan, menunjukkan adanya peningkatan tindak
kekerasan terhadap perempuan. Menurut Komisi Perempuan (2005)
mengindikasikan 72% dari perempuan melaporkan tindak kekerasan sudah
menikah dan pelakunya selalu suami mereka. Mitra Perempuan (2005)
80% dari perempuan yang melapor pelakunya adalah para suami, mantan
suami, pacar laki-laki, kerabat atau orang tua, 4,5% dari perempuan yang
melapor berusia dibawah 18 tahun. Pusat Krisis Perempuan di Jakarta
(2005); 9 dari 10 perempuan yang memanfaatkan pelayanan mengalami
lebih dari satu jenis kekerasan (fisik, fisiologi, seksual, kekerasan
ekonomi, dan pengabaian), hampir 17% kasus tersebut berpengaruh
terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Berdasarkan pemaparan diatas,
penulis tertarik membahas kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa Pengertian dari KDRT?
2. Apa Dasar Hukum Larangan KDRT?
3. Apa saja Bentuk KDRT?
4. Apa saja Faktor Terjadinya Tindak KDRT?
5. Apa saja Dampak dari KDRT?
6. Bagaimana Cara Penanggulangan KDRT?
7. Bagaimana Perlindungan Bagi Korban KDRT?
8. Apa Contoh Kasus dari KDRT?

5
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep umum mengenai Kekerasan Dalam
Rumah Tangga dan contoh kasusnya dari KDRT tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Pengertian dari KDRT.
b. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Larangan KDRT.
c. Untuk Mengetahui Bentuk KDRT.
d. Untuk Mengetahui Faktor Terjadinya Tindak KDRT.
e. Untuk Mengetahui Dampak dari KDRT.
f. Untuk Mengetahui Cara Penanggulangan KDRT.
g. Untuk Mengetahui Perlindungan Bagi Korban KDRT.
h. Untuk Mengetahui Contoh Kasus dari KDRT.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan penulis
mengenai kekerasan dalam rumah tangga terhadap pelaku kepada
korban
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai sumber informasi atau kepustakaan dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas pengalaman belajar.
b. Diharapkan makalah ini dapat memberikan masukan kepada aparat
penegak hukum dan masyarakat dalam terjadinya KDRT
c. Memberikan gambaran apakah korban KDRT sudah merasa
terlindungi ketika melaporkan kasusnya ke aparat penegak hukum
dengan menganalisis kendala-kendala apa saja yang dihadapi
korban KDRT dalam memperoleh perlindungan hukum.

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian KDRT
Menurut Tarigan (2017), KDRT atau kekerasan dalam rumah
tangga adalah segala bentuk tindakan kekerasan baik fisik maupun psikis
yang terjadi dalam rumah tangga, baik antara suami dan istri maupun
orang tua dan anak yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual
dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi
dalam rumah tangga atau keluarga.
Berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2004 tentang KDRT
pada pasal 1 butir 1 menyebutkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga
adalah setiap perbuatan terhadap seeorang tentang perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hokum dalam lingkup rumah tangga. KDRT dapat diartikan
sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orang
tua, atau pasangan.

B. Dasar Hukum Larangan KDRT


Kekerasan dalam rumah tangga diatur dalam Undang-Undang
No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga. Larangan kekerasan dalam rumah tangga telah dijelaskan dalam
Pasal 5 UU No.23 Tahun 2004 disebutkan bahwa “Setiap orang dilarang
melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup
rumah tangganya, dengan cara: a. kekerasan fisik; b. kekerasan psikis; c.
kekerasan seksual; d. penelantaran rumah tangga.

7
Selain Undang-undang No.23 Tahun 2004, di dalam Pasal 285
KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) diatur disebutkan bahwa
“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seorang wanita bersetubuh dengan dia diluar pernikahan, diancam karena
melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”.

C. Bentuk KDRT
Lau dan Kosberg melalui studinya menegaskan bahwa ada empat
tipe kekerasan diantaranya :
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit atau luka berat (pasal 6). Kekerasan fisik contohnya seperti
menendang, menampar, memukul, menabrak, mengigit dan lain
sebagainya. Perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit tersebut tentu
harus mendapatkan penanganan medis sesuai kekerasan yang
dialaminya.
2. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis yakni perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada
seseorang (Pasal 7). Contohkan seperti perilaku mengancam,
mengintimidasi, mencaci maki/penghinaan, bullying dan lain
sebagainya. Kekerasan psikis ini apabila terjadi pada anak tentu akan
berdampak pada perkembangan dan psikis anak, sehingga cenderung
mengalami trauma berkepanjangan. Hal ini juga dapat terjadi pada
perempuan.
3. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual yakni setiap perbuatan yang berupa
pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan
cara tidak wajar dan atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual

8
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu
(Pasal 8), yang meliputi:
a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut;
b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan tertentu. Bentuk kekerasan seksual inilah
yang biasa banyak terjadi pada perempuan, karena perempuan
tergolong rentan.
4. Penelantaran Rumah Tangga
Perbuatan menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangga,
padahal menurut hukum yang berlaku bagi yang bersangkutan atau
karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan,
perawatan, serta pemeliharaan kepada orang tersebut. Penelantaran
juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan
ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja
yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di
bawah kendali orang tersebut (pasal 9)
Penelantaran rumah tangga dapat dikatakan dengan kekerasan
ekonomi yang dapat diindikasikn dengan perilaku seperti : penolakan
untuk memperoleh keuangan, penolakan untuk memberikan bantuan
yang bersifat finansial, penolakan terhadap pemberian makan dan
lainnya.

D. Faktor Terjadinya Tindak KDRT


Menurut Strauss A. Murray faktor yang memungkinkan terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga adalah sebagai berikut:
1. Pembelaan atas kekuasaan laki-laki
Laki-laki dianggap sebagi superioritas sumber daya
dibandingkan dengan wanita, sehingga mampu mengatur dan
mengendalikan wanita.

9
2. Diskriminasi dan pembatasan di bidang ekonomi
Diskrimininasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk
bekerja mengakibatkan wanita (istri) ketergantungan terhadap suami,
dan ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan
kekerasan.
3. Beban pengasuhan anak
Istri yang bekerja menjadikannya menanggung beban sebagai
pengasuh anak. Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak,
maka suami akan menyalahkan istri sehingga terjadi kekerasan dalam
rumah tangga.
4. Wanita sebagai anak-anak
Konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut
hukum, mengakibatkan keleluasaan laki-laki untuk mengatur dan
mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa
punya hak untuk melakukan kekerasan sebagi seorang bapak
melakukan terhadap anaknya agar menjadi tertib.
5. Orientasi peradilan pidana pada laki-laki
Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang
mengalami kekerasan oleh suaminya, diterima sebagai pelanggaran
hukum, sehingga penyelesaian kasusnya sering ditunda atau ditutup.
Alasan yang lazim dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya
legitimasi hukum bagi suami melakukan kekerasan sepanjang
bertindak dalam konteks harmoni keluarga.

Muhammad Taufik Makarao menyebutkan bahwa menurut


Abdulsyani faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga ada
dua yaitu faktor internal dan eksterna. Faktor internal berupa adanya
gangguan jiwa yang dialami pelaku, kondisi emosional pelaku yang labil
atau watak pelaku yang temperamental, pelaku sebagi penyandang
retardasi mental atau pelaku dalam kondisi anomia tau kebingungan.
Sedangkan faktor eksternal mencakup atas faktor ekonomi, faktor bacaan

10
dan tontonan atau film yang menampilkn pornografi dan kekerasan atau
sadisme.

E. Dampak KDRT
Menurut Baquandi (2016), adapun dampak yang akan terjadi yaitu
sebaga berikut :
1. Dampak terhadap istri
Mengalami sakit fisik (lebam dan memar pada anggota tubuh),
tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri,
mengalami rasa tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada suami
yang sudah menyiksa dirinya, mengalami stress pasca trauma,
mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.
2. Dampak terhadap anak
Kemungkinan kehidupan anak akan dibimbing dengan
kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak-anak
akan lebih tinggi, anak dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi
untuk melakukan kekerasan pada pasangannya apabila telah menikah
karena anak mengimitasi perilaku dan cara memperlakukan orang lain
sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya.

F. Cara Penanggulangan KDRT


1. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlak yang baik dan berpegang
teguh pada agamanya sehingga kekerasan dalam rumah tangga tidak
terjadi dan dapat diatasi.
2. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian didalam keluarga yaitu
dengan komunikasi yang baik antara suami dan istri
3. Butuh rasa saling percaya, pengertian, dan saling menghargai antar
anggota keluarga
4. Peranan media massa, media cetak, televisi, bioskop, radio, dan
internet adalah macrosystem yang sangat berpengaruh untuk
memberikan suatu berita yang bisa merubah suatu pola budaya bahwa
KDRT adalah suatu tindakan yang dapat melanggar hukum.

11
5. Mendampingi korban dalam menyelesaikan persoalan (konseling)
sehingga para korban akan lebih terpantau dan terlindungi serta
konselor dapat dengan cepat membantu pemulihan secara psikis.

G. Perlindungan Bagi Korban KDRT


1. Perlindungan oleh kepolisian berupa perlindungan sementara yang
diberikan paling lama 7 hari
2. Perlindungan oleh advokat diberikan dalam bentuk konsultasi hukum,
melakukan mediasi dan negosiasi diantara pihak korban dan pelaku
3. Perlindungan dengan penetapan pengadilan dikeluarkan dalam bentuk
perintah, perlindungan yang diberikan selama 1 tahun dan dapat
diperpanjang
4. Pelayanan tenaga kesehatan
5. Pelayanan pekerja social diberikan dalam bentuk konseling untuk
menguatkan dan memberikan rasa aman bagi korban

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Kronologi Kasus 1

Pasangan suami istri yang bernama karsiwen, seorang ibu rumah


tangga berumur 42 tahun yang beralamat di Ngablak Indah Rt 01/04,
Bengetayu Kulon, Kecamatan Genuk, Semarang dan Suaminya kasmijan
yang berumur 43 tahun. Pada awalnya kehidupan rumah tangga mereka
berjalan baik. Namun sejak 14 tahun akhir, hubungan keduanya sudah
tidak harmonis lagi. Setiap kali pulang ke rumah mereka selalu bertengkar
dan dampaknya mereka tidak lagi tinggal serumah. Puncaknya, pada sabtu
12 November 2011 sekitar pukul 08.15 WIB. Kasmijan mendatangi
karsiwen dengan marah marah dan langsung melakukan penganiayaan.
Setelah puas menghajar menggunakan balok kayu, menendang dengan
sepatu, menginjak dan membenturkan kepala korban hingga tak berdaya.
Kasmijan pergi begitu saja meninggalkan karsiwen. Akibat penganiayaaan
tersebut karsiwen mengalami luka-luka dibagian paha dekat pinggul,
wajah dan kaki memar perut sakit serta kepalanya sering pusing pusing
karena dibenturkan ke lantai. Atas kejadian ini, karsiwen melaporkan
kasmijan ke polrestabes semarang lantaran kekerasan rumah tanggga yang
dialaminya. Kepada mapolrestabes karsiwen mengatakan bahwa dirinya
sering dianiaya dan mendapatkan berbagai siksaan serta pukulan dari
suaminya jika sedang marah. Karena itu, karsiwen tak jarang mengalami
luka luka akibat dianiaya suaminya itu.

B. Kronologi kasus 2

Kasus Ibu Umi Retnowati dan suaminya (Bapak Imam wardiyono)


yang memiliki 5 orang anak. Pada tahun 2005, suami ibu umi menikah lagi
dengan (siti munawaroh) secara diam diam. Sejak suaminya menikah lagi,

13
ibu umi sering mengalami kekerasan fisik dari suaminya (sering dipukul,
dijambak rambutnya bahkan ditendang). Namun, ibu umi membiarkan saja
perbuatan suaminya dan lebih memaafkan suaminya tersebut. Puncak
kejadiannya terjadi pada tanggal 27 september 2009. Saat itu ibu umi dan
anaknya mendatangi rumah istri muda suaminya dengan maksud untuk
menangkap basah suaminya bersama istri barunya, sesampainya disana
suami ibu umi marah marah dan mengusir ibu umi dan anaknya. Dalam
perjalanan pulang, ditengah jalan suami ibu umi menyerempet motor yang
dikendarai ibu umi bersama anaknya. Akibatnya, kaki kanan terluka dan
siku tangan kanan ibu umi terkilir. Sedangkan anaknya (rauf hanafi)
mengalami luka dibagian kaki kanan dan pinggang sebelah kanan. Setelah
kejadian, ibu umi mendatangi bapak muhtarom (kepala desa) untuk
berkonsultasi mengenai penyelesaian kasus tersebut. Saat itu kepala desa
menyarankan agar ibu umi ke pengedilan agama untuk menggugat cerai
suaminya.

14
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. Pembahasan Kasus 1

Sejumlah pengaduan tindak pidana kekerasan terhadap perempuan


yang diterima oleh Komnas Perempuan menunjukkan bahwa tak jarang
perempuan menjadi korban KDRT, seperti halnya yang terjadi dan dialami
Ibu Karsiwen, melihat maraknya kekerasan tersebut Komnas Perempuan
melakukan berbagai hal, diantaranya:

1. Mengajak semua pihak meningkatkan perlindungan dan layanan


kepada korban KDRT yang berpusat pada korban dengan berbasis
pada hak korban atas kebenaran, keadilan, pemulihan, dan jaminan
atas tidak berulangnya kekerasan.
2. Mengajak pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat untuk terus
mensosialisasikan KDRT sebagai tindakan yang harus dihentikan, dan
memperbaiki tradisi ataupun praktik-praktik budaya yang masih
menjadi penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan, selain itu
mendorong pemerintah dan aparat penegak hukum agar dapat
mengimplementasikan UU PDKRT mendasarkan pada mandat UU No.
7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) untuk
menghapuskan diskriminasi dan mengakui ketimpangan relasi kuasa
laki-laki dan perempuan (suami dan istri) sebagai akar masalah KDRT.
3. Mendorong pemerintah untuk segera melakukan review terhadap PP
No. 4 tahun 2006 tentang Kerjasama Pemulihan dan mengeluarkan
sejumlah peraturan pelaksana lainnya, agar UU No. 23 tahun 2004
Tentang Penghapusan KDRT dapat diimplementasikan secara optimal.
Perlu juga dipahami bahwa UU dan peraturan-peraturan itu

15
seharusnnya bisa mendorong masyarakat untuk memahami tentang
hak-hak perempuan dan hak-hak korban KDRT.

B. Pembahasan Kasus 2

Pada tanggal 28 september 2009, ibu umi mendatangi pengadailan


agama kalianda untuk mendaftarkan gugatan cerai. Namun dari pihak
pengdailan agama kalianda disarankan untuk ke polres lampung selatan
untuk melaporkan tindak kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi.
Pada jam 10 pada hari yang sama (tanggal 28 september 2009) ibu umi
melaporkan ke polres lampung selatan. Dari polres disarankan untuk
melakukan visum. Setelah hampir sebulan, kasus kdrt yang dialami oleh
ibu umi terkesan tidak dilanjuti dengan serius oleh pihak polres. Hal ini
dapat terlihat dari tidak ditahannya suami ibu umi oleh pihak polres tanpa
alasan yang jelas. Sehingga menimbulkan sangkaan kepada pihak polres
bahwa kemungkinan besar suami ibu umi merupakan tokoh masyarakat
dan memiliki keluarga yang memiliki posisi berpengaruh di masyarakat.
Kondisi ini membuat ibu umi melaporkan kasusnya.

Mengenai kasus ke-1 dan ke-2 mengenai KDRT yang dilakukan


suami kepada istrinya maka dapat disimpulkan korban memiliki hak serta
peran berbagai pihak, kewajiban dari pemerintahannya, dan dilakukan
penangann dan pemulihan kepada korban KDRT, diantaranya yaitu :

1. Hak korban KDRT serta peran berbagai pihak


a. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, advokat, lembaga sosial , atau pihak lainnya baik
sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan
dari pengadilan
b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis
c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban;
d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap
tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan

16
perundang-undangan; dan
e. Pelayanan bimbingan rohani.
2. Kewajiban Pemerintah
Pemerintah (Menteri Pemberdayaan Perempuan) bertanggung
jawab dalam upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga (Ps
11). Oleh karenanya, sebagai pelaksanaan tanggung jawab tersebut,
pemerintah (Ps 12):
a. Merumuskan KEBIJAKAN PENGHAPUSAN KEKERASAN
DALAM RUMAH TANGGA;
b. Menyelenggarakan KOMUNIKASI, INFORMASI dan EDUKASI
tentang kekerasan dalam rumah tangga;
c. Menyelenggarakan ADVOKASI dan SOSIALISASI tentang
kekerasan dalam rumah tangga;
d. Menyelenggarakan PENDIDIKAN dan PELATIHAN SENSITIF
JENDER dan ISU KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
serta menetapkan STANDAR dan AKREDITASI pelayanan yang
sensitif gender. Selanjutnya menurut Pasal 13, untuk
penyelenggaraan pelayanan terhadap korban kekerasan dalam
rumah tangga, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
fungsi dan tugasnya masing-masing dapat melakukan upaya.
3. Penanganan dan pemulihan korban KDRT
Pada hakekatnya secara psikologis dan pedagogis ada dua
pendekatan yang dapat dilakukan untuk menangani KDRT, yaitu
pendekatan kuratif dan preventif.
a. Pendekatan kuratif
1) Menyelenggarakan pendidikan orang tua untuk dapat
menerapkan cara mendidik dan memperlakukan anak-anaknya
secara humanis.
2) Memberikan keterampilan tertentu kepada anggota keluarga
untuk secepatnya melaporkan ke pihak lain yang diyakini
sanggup memberikan pertolongan, jika sewaktu-waktu terjadi

17
KDRT.
3) Mendidik anggota keluarga untuk menjaga diri dari perbuatan
yang mengundang terjadinya KDRT.
b. Pendekatan Preventif
1) Memberikan sanksi secara edukatif kepada pelaku KDRT
sesuai dengan jenis dan tingkat berat atau ringannya
pelanggaran yang dilakukan, sehingga tidak hanya berarti bagi
pelaku KDRT saja, tetapi juga bagi korban dan anggota
masyarakat lainnya.
2) Membawa korban KDRT ke dokter atau konselor untuk segera
mendapatkan penanganan sejak dini, sehingga tidak terjadi luka
dan trauma psikis sampai serius.
3) Menyelesaikan kasus-kasus KDRT yang dilandasi dengan
kasih sayang dan keselamatan korban untuk masa depannya,
sehingga tidak menimbulkan rasa dendam bagi pelakunya.

BAB V

18
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kekerasan Dalam Rumah tangga adalah setiap perbuatan pada
seseorang terutama pada perempuan dalam bentuk kekerasan fisik,
kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran rumah tangga. Yang
ditandai dengan hubungan antar anggota keluarga yang ditandai dengan
penyiksaan secara verbal ataupun tidak adanya kehangatan dalam rumah
tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga terjadi karena adanya beberapa
faktor yaitu individual, ekonomi dan religius. Adapub faktor terjadinya
tindak KDRT yaitu pembelaan atas kekuasaan laki-laki, deskriminasi dan
pembatasan di bidang ekonomi, beban pengasuhan anak, dan orientasi
peradilan pidana pada laki-laki. Kekerasan dalam rumah tangga bisa
berdampak pada korban seperti menurunnya rasa percaya diri, mengalami
rasa tidak berdaya, mengalami stress pasca trauma, merasa tidak dihargai,
dan bisa berakibat kematian.

B. Saran
Dari simpulan diatas, penulis dapat memberikan beberapa saran
antara lain :
1. Dalam sebuah rumah tangga kedua belah pihak harus sama-sama
menjaga agar tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan kekerasan.
2. Sebelum kita melihat kesalah orang lain, mari kita berkaca pada diri
sendiri.
3. Maka antara suami dan istri harus memiliki keimanan yang kuat dan
akhlak yang baik, adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri,
serta memiliki rasa saling percaya, dan saling menghargai.

DAFTAR PUSTAKA

19
Vienda.A.A. 2017. “KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)”

https://www.academia.edu/9305737/Makalah_KDRT

Jamaludin.M. 2018. “KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)


MENURUT HUKUM ISLAM”

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7358/5/BAB%20II.pdf

Mudlofar.A. 2018. “BAB I PENDAHULUAN”

http://eprints.stainkudus.ac.id/2224/5/5.BAB%20II.pdf

Setiawan.C. 2018. “Konsep Kekerasan Dalam Rumah Tangga”

http://eprints.undip.ac.id/61741/3/
Cynthia_Nathania_Setiawan_22010114120049_Laporan_KTI_BAB_2.pd
f

Sutisna.R.A. 2019. “TINJAUAN UMUM TENTANG KEKERASAN DALAM


RUMAH TANGGA”

http://repository.uinbanten.ac.id/4809/4/bab%202%20rizki.pdf

Yanti.V.A.S. 2019. “ANALISIS KASUS KDRT YANG DIALAMI IBU


KARSIWEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN HAM SERTA
PEMENUHAN DAN PERLINDUNGAN ATAS HAK-HAKNYA.

https://www.academia.edu/34568712/
ANALISIS_KASUS_KDRT_YANG_DIALAMI_IBU_KARSIWEN_DA
LAM_PERSPEKTIF_HUKUM_DAN_HAM_SERTA_PEMENUHAN_D
AN_PERLINDUNGAN_ATAS_HAK_HAKNYA

20

Anda mungkin juga menyukai