Oleh
Kelompok 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu Nia Restiana, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.J pada mata kuliah Keperawatan Jiwa
II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
kekerasan dalam rumah tangga bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf yang
sebesar-besar nya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...............................................................................3
A. Pengertian KDRT................................................................................4
B. Dasar Hukum Larangan KDRT...........................................................4
C. Bentuk KDRT......................................................................................5
D. Faktor Terjadinya Tindak KDRT........................................................6
E. Dampak KDRT....................................................................................8
F. Cara Penanggulangan KDRT..............................................................8
G. Perlindungan Bagi Korban KDRT......................................................9
BAB V PENUTUP...............................................................................................16
A. Kesimpulan .........................................................................................16
B. Saran....................................................................................................16
3
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence)
merupakan jenis kejahatan yang kurang mendapatkan perhatian dan
jangkauan hukum. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga pada
umumnya melibatkan pelaku dan korban diantara anggota keluarga di
dalam rumah tangga, sedangkan bentuk tindak kekerasan bisa berupa
kekerasan fisik dan kekerasan verbal (ancaman kekerasan). Pelaku dan
korban tindak kekerasan didalam rumah tangga bisa menimpa siapa saja,
tidak dibatasi oleh strata, status sosial, tingkat pendidikan, dan suku
bangsa.
Tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga merupakan
masalah sosial yang serius, akan tetapi kurang mendapat tanggapan dari
masyarakat dan para penegak hukum karena beberapa alasan, pertama:
ketiadaan statistik kriminal yang akurat, kedua: tindak kekerasan pada istri
dalam rumah tangga memiliki ruang lingkup sangat pribadi dan terjaga
privacynya berkaitan dengan kesucian dan keharmonisan rumah tangga
(sanctitive of the home), ketiga: tindak kekerasan pada istri dianggap wajar
karena hak suami sebagai pemimpin dan kepala keluarga, keempat: tindak
kekerasan pada istri dalam rumah tangga terjadi dalam lembaga legal yaitu
perkawinan. (Hasbianto, 1996).
Sebagian besar perempuan sering bereaksi pasif dan apatis
terhadap tindak kekerasan yang dihadapi. Ini memantapkan kondisi
tersembunyi terjadinya tindak kekerasan pada istri yang diperbuat oleh
suami. Kenyataan ini menyebabkan minimnya respon masyarakat terhadap
tindakan yang dilakukan suami dalam ikatan pernikahan. Istri memendam
4
sendiri persoalan tersebut, tidak tahu bagaimana menyelesaikan dan
semakin yakin pada anggapan yang keliru, suami dominan terhadap istri.
Rumah tangga, keluarga merupakan suatu institusi sosial paling kecil dan
bersifat otonom, sehingga menjadi wilayah domestik yang tertutup dari
jangkauan kekuasaan publik.
Di Indonesia data tentang kekerasan terhadap perempuan tidak
dikumpulkan secara sistematis pada tingkat nasional. Laporan dari institusi
pusat krisis perempuan, menunjukkan adanya peningkatan tindak
kekerasan terhadap perempuan. Menurut Komisi Perempuan (2005)
mengindikasikan 72% dari perempuan melaporkan tindak kekerasan sudah
menikah dan pelakunya selalu suami mereka. Mitra Perempuan (2005)
80% dari perempuan yang melapor pelakunya adalah para suami, mantan
suami, pacar laki-laki, kerabat atau orang tua, 4,5% dari perempuan yang
melapor berusia dibawah 18 tahun. Pusat Krisis Perempuan di Jakarta
(2005); 9 dari 10 perempuan yang memanfaatkan pelayanan mengalami
lebih dari satu jenis kekerasan (fisik, fisiologi, seksual, kekerasan
ekonomi, dan pengabaian), hampir 17% kasus tersebut berpengaruh
terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Berdasarkan pemaparan diatas,
penulis tertarik membahas kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa Pengertian dari KDRT?
2. Apa Dasar Hukum Larangan KDRT?
3. Apa saja Bentuk KDRT?
4. Apa saja Faktor Terjadinya Tindak KDRT?
5. Apa saja Dampak dari KDRT?
6. Bagaimana Cara Penanggulangan KDRT?
7. Bagaimana Perlindungan Bagi Korban KDRT?
8. Apa Contoh Kasus dari KDRT?
5
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep umum mengenai Kekerasan Dalam
Rumah Tangga dan contoh kasusnya dari KDRT tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Pengertian dari KDRT.
b. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Larangan KDRT.
c. Untuk Mengetahui Bentuk KDRT.
d. Untuk Mengetahui Faktor Terjadinya Tindak KDRT.
e. Untuk Mengetahui Dampak dari KDRT.
f. Untuk Mengetahui Cara Penanggulangan KDRT.
g. Untuk Mengetahui Perlindungan Bagi Korban KDRT.
h. Untuk Mengetahui Contoh Kasus dari KDRT.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan penulis
mengenai kekerasan dalam rumah tangga terhadap pelaku kepada
korban
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai sumber informasi atau kepustakaan dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas pengalaman belajar.
b. Diharapkan makalah ini dapat memberikan masukan kepada aparat
penegak hukum dan masyarakat dalam terjadinya KDRT
c. Memberikan gambaran apakah korban KDRT sudah merasa
terlindungi ketika melaporkan kasusnya ke aparat penegak hukum
dengan menganalisis kendala-kendala apa saja yang dihadapi
korban KDRT dalam memperoleh perlindungan hukum.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian KDRT
Menurut Tarigan (2017), KDRT atau kekerasan dalam rumah
tangga adalah segala bentuk tindakan kekerasan baik fisik maupun psikis
yang terjadi dalam rumah tangga, baik antara suami dan istri maupun
orang tua dan anak yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual
dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi
dalam rumah tangga atau keluarga.
Berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2004 tentang KDRT
pada pasal 1 butir 1 menyebutkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga
adalah setiap perbuatan terhadap seeorang tentang perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hokum dalam lingkup rumah tangga. KDRT dapat diartikan
sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orang
tua, atau pasangan.
7
Selain Undang-undang No.23 Tahun 2004, di dalam Pasal 285
KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) diatur disebutkan bahwa
“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seorang wanita bersetubuh dengan dia diluar pernikahan, diancam karena
melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”.
C. Bentuk KDRT
Lau dan Kosberg melalui studinya menegaskan bahwa ada empat
tipe kekerasan diantaranya :
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit atau luka berat (pasal 6). Kekerasan fisik contohnya seperti
menendang, menampar, memukul, menabrak, mengigit dan lain
sebagainya. Perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit tersebut tentu
harus mendapatkan penanganan medis sesuai kekerasan yang
dialaminya.
2. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis yakni perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada
seseorang (Pasal 7). Contohkan seperti perilaku mengancam,
mengintimidasi, mencaci maki/penghinaan, bullying dan lain
sebagainya. Kekerasan psikis ini apabila terjadi pada anak tentu akan
berdampak pada perkembangan dan psikis anak, sehingga cenderung
mengalami trauma berkepanjangan. Hal ini juga dapat terjadi pada
perempuan.
3. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual yakni setiap perbuatan yang berupa
pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan
cara tidak wajar dan atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual
8
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu
(Pasal 8), yang meliputi:
a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut;
b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan tertentu. Bentuk kekerasan seksual inilah
yang biasa banyak terjadi pada perempuan, karena perempuan
tergolong rentan.
4. Penelantaran Rumah Tangga
Perbuatan menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangga,
padahal menurut hukum yang berlaku bagi yang bersangkutan atau
karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan,
perawatan, serta pemeliharaan kepada orang tersebut. Penelantaran
juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan
ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja
yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di
bawah kendali orang tersebut (pasal 9)
Penelantaran rumah tangga dapat dikatakan dengan kekerasan
ekonomi yang dapat diindikasikn dengan perilaku seperti : penolakan
untuk memperoleh keuangan, penolakan untuk memberikan bantuan
yang bersifat finansial, penolakan terhadap pemberian makan dan
lainnya.
9
2. Diskriminasi dan pembatasan di bidang ekonomi
Diskrimininasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk
bekerja mengakibatkan wanita (istri) ketergantungan terhadap suami,
dan ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan
kekerasan.
3. Beban pengasuhan anak
Istri yang bekerja menjadikannya menanggung beban sebagai
pengasuh anak. Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak,
maka suami akan menyalahkan istri sehingga terjadi kekerasan dalam
rumah tangga.
4. Wanita sebagai anak-anak
Konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut
hukum, mengakibatkan keleluasaan laki-laki untuk mengatur dan
mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa
punya hak untuk melakukan kekerasan sebagi seorang bapak
melakukan terhadap anaknya agar menjadi tertib.
5. Orientasi peradilan pidana pada laki-laki
Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang
mengalami kekerasan oleh suaminya, diterima sebagai pelanggaran
hukum, sehingga penyelesaian kasusnya sering ditunda atau ditutup.
Alasan yang lazim dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya
legitimasi hukum bagi suami melakukan kekerasan sepanjang
bertindak dalam konteks harmoni keluarga.
10
dan tontonan atau film yang menampilkn pornografi dan kekerasan atau
sadisme.
E. Dampak KDRT
Menurut Baquandi (2016), adapun dampak yang akan terjadi yaitu
sebaga berikut :
1. Dampak terhadap istri
Mengalami sakit fisik (lebam dan memar pada anggota tubuh),
tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri,
mengalami rasa tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada suami
yang sudah menyiksa dirinya, mengalami stress pasca trauma,
mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.
2. Dampak terhadap anak
Kemungkinan kehidupan anak akan dibimbing dengan
kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak-anak
akan lebih tinggi, anak dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi
untuk melakukan kekerasan pada pasangannya apabila telah menikah
karena anak mengimitasi perilaku dan cara memperlakukan orang lain
sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya.
11
5. Mendampingi korban dalam menyelesaikan persoalan (konseling)
sehingga para korban akan lebih terpantau dan terlindungi serta
konselor dapat dengan cepat membantu pemulihan secara psikis.
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kronologi Kasus 1
B. Kronologi kasus 2
13
ibu umi sering mengalami kekerasan fisik dari suaminya (sering dipukul,
dijambak rambutnya bahkan ditendang). Namun, ibu umi membiarkan saja
perbuatan suaminya dan lebih memaafkan suaminya tersebut. Puncak
kejadiannya terjadi pada tanggal 27 september 2009. Saat itu ibu umi dan
anaknya mendatangi rumah istri muda suaminya dengan maksud untuk
menangkap basah suaminya bersama istri barunya, sesampainya disana
suami ibu umi marah marah dan mengusir ibu umi dan anaknya. Dalam
perjalanan pulang, ditengah jalan suami ibu umi menyerempet motor yang
dikendarai ibu umi bersama anaknya. Akibatnya, kaki kanan terluka dan
siku tangan kanan ibu umi terkilir. Sedangkan anaknya (rauf hanafi)
mengalami luka dibagian kaki kanan dan pinggang sebelah kanan. Setelah
kejadian, ibu umi mendatangi bapak muhtarom (kepala desa) untuk
berkonsultasi mengenai penyelesaian kasus tersebut. Saat itu kepala desa
menyarankan agar ibu umi ke pengedilan agama untuk menggugat cerai
suaminya.
14
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
A. Pembahasan Kasus 1
15
seharusnnya bisa mendorong masyarakat untuk memahami tentang
hak-hak perempuan dan hak-hak korban KDRT.
B. Pembahasan Kasus 2
16
perundang-undangan; dan
e. Pelayanan bimbingan rohani.
2. Kewajiban Pemerintah
Pemerintah (Menteri Pemberdayaan Perempuan) bertanggung
jawab dalam upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga (Ps
11). Oleh karenanya, sebagai pelaksanaan tanggung jawab tersebut,
pemerintah (Ps 12):
a. Merumuskan KEBIJAKAN PENGHAPUSAN KEKERASAN
DALAM RUMAH TANGGA;
b. Menyelenggarakan KOMUNIKASI, INFORMASI dan EDUKASI
tentang kekerasan dalam rumah tangga;
c. Menyelenggarakan ADVOKASI dan SOSIALISASI tentang
kekerasan dalam rumah tangga;
d. Menyelenggarakan PENDIDIKAN dan PELATIHAN SENSITIF
JENDER dan ISU KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
serta menetapkan STANDAR dan AKREDITASI pelayanan yang
sensitif gender. Selanjutnya menurut Pasal 13, untuk
penyelenggaraan pelayanan terhadap korban kekerasan dalam
rumah tangga, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
fungsi dan tugasnya masing-masing dapat melakukan upaya.
3. Penanganan dan pemulihan korban KDRT
Pada hakekatnya secara psikologis dan pedagogis ada dua
pendekatan yang dapat dilakukan untuk menangani KDRT, yaitu
pendekatan kuratif dan preventif.
a. Pendekatan kuratif
1) Menyelenggarakan pendidikan orang tua untuk dapat
menerapkan cara mendidik dan memperlakukan anak-anaknya
secara humanis.
2) Memberikan keterampilan tertentu kepada anggota keluarga
untuk secepatnya melaporkan ke pihak lain yang diyakini
sanggup memberikan pertolongan, jika sewaktu-waktu terjadi
17
KDRT.
3) Mendidik anggota keluarga untuk menjaga diri dari perbuatan
yang mengundang terjadinya KDRT.
b. Pendekatan Preventif
1) Memberikan sanksi secara edukatif kepada pelaku KDRT
sesuai dengan jenis dan tingkat berat atau ringannya
pelanggaran yang dilakukan, sehingga tidak hanya berarti bagi
pelaku KDRT saja, tetapi juga bagi korban dan anggota
masyarakat lainnya.
2) Membawa korban KDRT ke dokter atau konselor untuk segera
mendapatkan penanganan sejak dini, sehingga tidak terjadi luka
dan trauma psikis sampai serius.
3) Menyelesaikan kasus-kasus KDRT yang dilandasi dengan
kasih sayang dan keselamatan korban untuk masa depannya,
sehingga tidak menimbulkan rasa dendam bagi pelakunya.
BAB V
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekerasan Dalam Rumah tangga adalah setiap perbuatan pada
seseorang terutama pada perempuan dalam bentuk kekerasan fisik,
kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran rumah tangga. Yang
ditandai dengan hubungan antar anggota keluarga yang ditandai dengan
penyiksaan secara verbal ataupun tidak adanya kehangatan dalam rumah
tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga terjadi karena adanya beberapa
faktor yaitu individual, ekonomi dan religius. Adapub faktor terjadinya
tindak KDRT yaitu pembelaan atas kekuasaan laki-laki, deskriminasi dan
pembatasan di bidang ekonomi, beban pengasuhan anak, dan orientasi
peradilan pidana pada laki-laki. Kekerasan dalam rumah tangga bisa
berdampak pada korban seperti menurunnya rasa percaya diri, mengalami
rasa tidak berdaya, mengalami stress pasca trauma, merasa tidak dihargai,
dan bisa berakibat kematian.
B. Saran
Dari simpulan diatas, penulis dapat memberikan beberapa saran
antara lain :
1. Dalam sebuah rumah tangga kedua belah pihak harus sama-sama
menjaga agar tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan kekerasan.
2. Sebelum kita melihat kesalah orang lain, mari kita berkaca pada diri
sendiri.
3. Maka antara suami dan istri harus memiliki keimanan yang kuat dan
akhlak yang baik, adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri,
serta memiliki rasa saling percaya, dan saling menghargai.
DAFTAR PUSTAKA
19
Vienda.A.A. 2017. “KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)”
https://www.academia.edu/9305737/Makalah_KDRT
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7358/5/BAB%20II.pdf
http://eprints.stainkudus.ac.id/2224/5/5.BAB%20II.pdf
http://eprints.undip.ac.id/61741/3/
Cynthia_Nathania_Setiawan_22010114120049_Laporan_KTI_BAB_2.pd
f
http://repository.uinbanten.ac.id/4809/4/bab%202%20rizki.pdf
https://www.academia.edu/34568712/
ANALISIS_KASUS_KDRT_YANG_DIALAMI_IBU_KARSIWEN_DA
LAM_PERSPEKTIF_HUKUM_DAN_HAM_SERTA_PEMENUHAN_D
AN_PERLINDUNGAN_ATAS_HAK_HAKNYA
20