Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DALAM


PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM

Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sosiologi Hukum
Dosen: Dr. Iin Ratna Sumirat, S.H., M.Hum

Oleh:
Andre Wahyu Pratama
NIM: 222 611 214

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
SERANG 1444 H/ 2023 M

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan khadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan Hidayah-nya semata. Penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul : “Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Dalam Perspektif
Sosiologi Hukum“ Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhamad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya
sampai hari penghabisan.
Atas bimbingan dan saran teman-teman maka disusunlah makalah ini,
semoga dengan tersusunya makalah ini dapat berguna bagi penulis dalam
memenuhi tugas dari mata kuliah Sosiologi Hukum dan semoga segala yang
tertuang dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para
pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan
khusus dengan tujuan untuk memberarahan dan tuntunan agar yang membaca bisa
menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Teori Hukum, Dr. Iin Ratna Sumirat, S.H.,
M.Hum.
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banayak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu penulis berharap akan kritik
dan saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-
langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena
kesempurnanaan hanya milik Allah SWT semata.
Serang, 9 Maret 2023

Andre Wahyu Pratama

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5

C. Tujuan............................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6

A. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perspektif Sosiologi Hukum ..... 6

B. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam

Perspektif Maqasyid Syari’ah.......................................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14

A. Kesimpulan .................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekerasan dalam rumah tangga masih menjadi permasalahan yang
kerap terjadi di semua lapisan masyarakat, baik dengan kelas ekonomi
rendah hingga kelas ekonom tinggi. Terlebih pasca Pandemi Covid-19 yang
lalu memberikan kontribusi besar pada permasalahan sosial termasuk
kerapnya kekerasan dalam rumah tangga. Meskipun kepedulian akan
permaslahan ini telah dibuktikan dengan disahkannya Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (PKDRT), namun masih terjadi kesenjangan antara fakta
sesungguhnya (das sein) dengan fakta yang semestinya (das sollen).1 Mulai
dari keengganan korban untuk melaporkan masalah KDRT ke pihak
berwajib dengan berbagai alasan, diantaranya kekhawatiran suami
dipenjarakan hingga kehilangan nafkah hidup dan terancamnya masa depan
anak karena diceraikan. Faktanya kekerasan dalam rumah tangga justru
memberikan efek negatif yag lebih besar ketimbang akibat dari
implementasi hukum yang berlaku.
Dikutip dari CNBC Indonesia, sejak 1 Januari 2022 hingga Februari
2023 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(PPPA) menyebutkan terdapat 3.173 kasus kekerasan dalam rumah tangga
dengan korban perempuan berjumlah 2.898 kasus dan dan 528 kasus lainnya
korbannya adalah laki-laki.2 Contoh kasus kekerasan dalam rumah tangga
yang akhir-akhir ini mengejutkan masayrakat adalah kasus kekerasan dalam
rumah tangga yang dilakukan oleh oknum Polisi Polda Sulawesi Selatan
Fery Irawan dengan istrinya Venna Melinda yang proses persidangannya

1
Huijbers Theo, Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Cet.3, h.45
2
Aulia Mutiara Hatia Putri, (14 Februari 2023), Selamat Valentine! Kementerian PPA
Catat 3.000 Kasus KDRT, CNBC Indonesia, Diakses pada 9 Maret 2023,
https://www.cnbcindonesia.com/research/20230214094141-128-413581/selamat-valentine-
kementerian-pppa-catat-3000-kasus-kdrt

1
masih berlangsung hingga saat ini.3 Kasus kekerasan dalam rumah tangga
lainnya terjadi belakangan ini di Jawa Tengah seorang kuli bangunan di
Pekalongan yang memukul kepala istrinya dengan gagang pel hingga patah,
yang menyebabkan luka 10 jahitan di kepala.4 Bahkan di Inggris, seorang
istri menyiksa suaminya dengan kejam dan kasus ini baru terungkap setelah
dua puluh tahun.5 DPRD Bandung menyebutkan faktor ekonomi menjadi
salah satu yang menyebabkan 412 kasus kekerasan dalam rumah tangga
sepanjang tahun 2022 di Kota Bandung.6
Kekerasan sendiri sebagaimana tertulis dalam undang-undang
nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psiklogis dan atau penelantaran rumah tangga (anak) termasuk ancaman
untuk melakukan perbuatan pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.7
Tidak dapat dipungkiri terjadinya kekerasan dalam rumah tangga
mayoritas menimpa masyarakat dengan kondisi penghasilan kurang dari
tiga juta per bulan. Dengan pendapatan tersebut mereka harus menanggung
beban biaya istri dan anaknya. Kondisi ini kemudian memicu tidak
terkontrolnya psikologi pelaku kepada orang terdekatnya hingga berujung
pada tindakan merugikan orang lain termasuk kekerasan. Belum lagi

3
Liputan 6, (9 Maret 2023, 17.30) Venna Melinda BantahTudingan Mengintimidasi Ferry
Irawan, Sebut Taka Ada Bukti: Itu Bohong Besar, Diakses pada 9 Maret 2023,
https://www.liputan6.com/showbiz/read/5228648/venna-melinda-bantah-tudingan-
mengintimidasi-ferry-irawan-sebut-tak-ada-bukti-itu-bohong-besar
4
Robby Bernardi (9 Maret 2023, 15.26), Sadis! Kuli di Pekalongan Pukul Kepala Istri
Pakai Ggang Pel hingga Patah¸ detikJateng, Diakses pada 9 Maret 2023,
https://www.detik.com/jateng/hukum-dan-kriminal/d-6609654/sadis-kuli-di-pekalongan-pukul-
kepala-istri-pakai-gagang-pel-hingga-patah
5
Kiki Oktaviani, (28 Februari 2023, 05.00), Kejamnya IStri Siksa Suami, Baru Terungkap
Setelah 20 Tahun, Wolipop, Diakses pada 9 Maret 2023, https://wolipop.detik.com/wedding-
news/d-6592176/kejamnya-istri-siksa-suami-baru-terungkap-setelah-20-tahun
6
Sudrman Wamad, (2 Maret 2023, 21.31), DPRD Bandung Sebut Ekonomi Faktor
Tingginya Kasus KDRT, detikJabar, Diakses pada 9 Maret 2023,
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6597637/dprd-bandung-sebut-ekonomi-faktor-tingginya-
kasus-kdrt
7
Undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan

2
ditambah dengan dampak besar pasca Covid-19 yang berimbas pada sektor
perekonomian, pendidikan, pariwisata, dan lainnya.8 Hal ini tentu sangat
memberatkan kehidupan rumah tangga. Disisi lain orang tua dituntut untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang tua juga dihadapkan denga
krisis moral pada anak akibat pelaksanaan pendidikan yang sempat
tersendat Covid-19 yang imbasnya masih dirasakan hingga saat ini. Maka
tidak heran bila saat ini kasus stress pada masyarakat meningkat, mengingat
salah satu motif terbesar seseorang dalam melakukan kekerasan
diakrenakan rendahnya kepercayaan diri seseorang tersebut yang
berimplikasi pada pengetahuan dan pengalamannya dalam menjalani
kehidupan.
Terjadinya kekerasan dalam rumah tangga juga dapat terjadi
dikarenakan malasuai terhadap pemahaman ayat Allah dalam surat An-Nisa
ayat 34, yaitu:
ٍ‫ع ٰلى بَ ْعض‬
َ ‫ض ُه ٍْم‬
َ ‫ّللا بَ ْع‬
ٍُٰ ‫ل‬ َّ َ‫س ۤا ٍِء بِ َما ف‬
ٍَ ‫ض‬ َ ِ‫ع َلى الن‬
َ ٍَ‫ل قَ َّوا ُم ْون‬
ٍُ ‫اَ ِلر َجا‬
Artinya : “ Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan),..”
Banyak lelaki yang memahami bahwa perannya sebagai kepala
rumah tangga memiliki kekuasaan penuh dan totalitas, sehingga terdapat
malkonsepsi seolah istri hanya sebagai pelengkap atau sekedar penguhi
rumah tangga. Belum lagi pemikiran patriarki yang masih bergentayanan di
masyarakat, dengan anggapan bahwa posisi wanita berada dibawah laki-
laki. Hal ini semakin memperparah malkonsepsi yang berimbas pada
intimidasi terhadap perempuan. Padahal maksud dari kekuasaan dalam ayat
tersebut disertai kewajiban dalam mendidik dan membimbing perempuan.
Kemudian laki-laki dikaruniai keunggulan beberapa hal diatas wanita baik
dengan ilmu maupun akal budi, kekuasaan dan sebagainya diakrenakan

8
Naditya Kusumanngrum Erdiawati, 2022, Meningkatnya Kekerasan Pada Perempuan
Di Masa Covid-19 Dilihat Dari Sosiologi Hukum, Jurnal Hukum dan Pembangunan Ekonomi,
9(1), h.129

3
kewajibannya untuk memberi nafkah dan menjaga kehormatan perempuan.9
Maka kelebihan tersebut sejalan denga kewajiban yang harus dipikulnya.
Dalam hukum Islam, tujuan dari hukum itu sendiri pada dasarnya
untuk kemaslahatan. Sebagaimana Imam as-Syatibi menjelaskan melalui
kitabnya Al-Muwafakat tentang Maqasid Syari’ah yang membahas
kemaslahatan bagi manusia sebagai tujuan atau lebih dikenal dengan istilah
Maslahah Khamsah. Hal tersebut membahas tentang landasan
kesempurnaan hidup manusia untuk dapat memperoleh kebutuhan jasmani
dan akal seara mutlak sehingga dapat merasakan kenikmatan hidup. Hal
tersebut tidak dapat dicapai dengan sendirinya secara I’tiyad (kebiasaan
alami) semata, namun kemaslahatan diperoleh dengan upaya yang kuat.10
Begitupula dengan upaya mencapai tujuan rumah tangga yang Sakinah
mawaddah wa rohmah, perlu diupayakan dengan penuh kesadaran dan
kesungguhan.
Sejatinya rumah tangga menjadi tempat dimana individu saling
berkumpul memupuk kasih sayang dan cinta hingga mencapai kebahagiaan
yang kekal. Dalam mencapai tujuan tersebut tentu perlu mengupayakan
pemenuhan kewajiban masing-masing anggota keluarga, dengan begitu
maka hak-hak setiap anggota keluarga dapat terlindungi. Keluarga sebagai
komponen terkecil dalam tatanan masyarakat menjadi pondasi memebentuk
individu yang akan berdinamika dalam lingkup sosial. Dengan kata lain,
lingkungan sosial yang baik dimulai dengan keluarga yang harmonis.
Sejatinya mausia hidup dibatasi dengan ketetuan, bukan dengan maksud
merebut hak-hak tertentu, namun untuk Kembali pada tujuan awal manusia
diciptakan.

9
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, (Sinar Baru
Algesindo: t.t) Jilid 1, h.330
10
Al-Syatibi, Al-Muwafawah, Juz II, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, t.t), h.25

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kekerasan dalam rumah tangga menurut perspektif sosiologi
hukum?
2. Bagaimana kekerasan dalam rumah tangga menururt hukum keluarga
Islam perspektif maqasyid syari’ah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana kekerasan dalam rumah tangga menurut
perspektif sosiologi hukum
2. Untuk mengetahui bagaimana kekerasan dalam rumah tangga menurut
hukum keluarga Islam perspektif maqasyid syari’ah

5
BAB II
PEMBAHASAN
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DALAM
PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM

A. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perspektif Sosiologi Hukum


Kehidupan individu ditengah masyarakat dengan berbagai
kepentingan berimplikasi pada permasalahan sosial yang mendorong
masyarakat untuk membentuk suatu kesepakatan pada permasalahan
tertentu yang disebut hukum. Tentunya hal ini perlu ditaati agar tercapainya
kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial. Manusia bekerjasama dengan
bentuk interaksi sosial yang membentuk kontrak sosial dimana satu sama
lain saling membutuhkan. Termasuk dalam rumah tangga, laki-laki dan
perempuan berkumpul dengan ikatan yang sah untuk bekerjasama
memenuhi kebutuhannya.
Pada dasarnya interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis
bai kantar individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok.
Setidaknya terdapat dua faktor yang memungkinkan terjadinya kontak
sosial, diantaranya ialah adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Dan
kontak sosial yang terjadi dalam rumah tangga terjadi antara suami dan istri.
Kasus kekerasan dalam rumah tangga dapat dikatakan sebagai
interaksi sosial yang negatif. Kekerasan sejatinya tidak pernah diharapkan
oleh satu pihak lainnya dikarenakan dapat memberikan berbagai kerugian
khususnya pada korban. Dalam sosiologi, kontak sosial yang terjadi dalam
rumah tangga disebut pertentangan atau pertikaian. Usaha mencapai
kepentingan antar individu maupun kelompok tersebut dilakukan dengan
jalan melawan hambatan maupun ancaman yang menghalangi pencapaian
kepentingannya. Adapun akar masalah yang terjadinya pertentangan antara
lain:

6
1. Perbedaan antara orang-perorangan
Karakteristik individu baik berkaitan dengan kepribadian maupun
cara pandang yang dipengaruhi oleh pengetahuan (Reference of
Knowledge) dan pengalaman hidup (Reference of Experience) data
menjadi penyebab terjadinya bentrokan antar individu.
2. Perbedaan kebudayaan
Dalam pemikiran madzhab Behariorisme, lingkungan dipercaya
memberikan kontribusi terbesar dalam membentuk kepribadian
seseorang. Mengingat kebudayaan membentuk norma yang merupakan
buah budi dan keberdayaan berbagai individu, hal ini tentu berpengaruh
pada pembentukan sikap individu. Maka perbedan latar belakang antara
dua individu inilah yang memicu terjadinya pertentangan di dalam
rumah tangga.
3. Kepentingan yang berbenturan
Dalam teori Anomi, dipercaya penyebab ketidakpatuhan terhadap
hukum yang berlaku dipercaya karena adanya ketimpanga atau ketidak
sesuaian antara hukum yang berlaku dengan kepentingan individu
maupun kelompok. Kepentingan yang berbenturan antar individu
maupun kelompok inilah yang menjadi salah satu sumber pertentangan.
Kepentingan itu sendiri dapat berwujud ekonomi, politik, pendidikan
maupun kepentingan lainnya.
4. Perubahan Sosial
Perubahan situasi sosial yang cepat dalam masyarakat tentu
menimbulkan berbagai polemik, disisi lain perubahan tersebut
berdampak pada nilai-nilai dan menimbulkan perbedaan panangan yang
dipengaruhi kemampuan adaptasi antar individu. Perubahan tersebut
dapat menyebabkan disorganisasi dalam masyarakat. Hal ini juga terjadi
di dalam rumah tangga mengingat adanya dua kepribadian dalam satu

7
ikatan pernikahan yang didalamnya dimungkinkan terjadinya
masalah.11
Berkumpulnya dua individu dalam satu ikatan dengan dua
kepribadaian, latar belakang, budaya, status sosial yang berbeda tentu
menimbulkan pergesekan sosial. Selain perbedaan-perbedaan tersebut,
budaya partiarki yang masih dipercaya oleh masyarakat yang menganggap
lelaki memiliki kelebihan ketimbag perempuan membuat laki-laki semakin
merasa berkuasa secara berlebihan. Ketika perasaan lebih berkuasa itu tidak
diiringi rasa kasih sayang serta rasa tidak percaya diri karena minimnya
pengetahuan, pengalaman serta kesadaran diri sehingga berujung pada sikap
sewenng-wenang hingga pada kekerasan. Kerap kali korban kekerasan tidak
menunjukkan ciri yang jelas. Namun pada ummnya orang yang menjadi
korban kekerasan memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1. Penolakan pengakuan bahwa dirinya sedang, dalam atau melakukan
kekerasan, serta cenderung melupakan detail penting hingga berbohong
pada frekuensi dan keparahan tindak kekerasannya
2. Ketidakmampuan dalam merefleksikan kesalahan maupun kekurangan
diri, sibuk menyalahkan pihak-pihak diluar dirinya. Dengan demikian
pelaku kerap kali tidak merasa bertanggungjawab atas perbuatan
maupun akibat dari tindakannya
3. Melihat perilaku yang dilihatnya sebagai sesuatu yang wajar, seolah
tidak perlu ditanyakan, merasa sudah benar dan sesuai. Bahkan
dianggap sesuatu yang wajar karena akibat dari tidak dipeuhi
keinginannya.
4. Kuatnya penerimaan paham tradisional tentang laki-laki yang menjadi
kepala keluarga harus didengar, ditaati dan diikuti kata-katanya.
Muncunya reaksi cemas sekaligus marah bila pasangan atau anak
memiliki perbedaan pandangan. Sehingga melakukan segala cara
termasuk kekerasan untuk mengendalikan. Kebanyakan pelaku

11
Montisa Mariana, 2018, Fenomena Maraknya Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Dilihat Dari Perspektif Sosiologi Hukum, Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(3), h.113

8
kekerasan beranggapan bahwa istri dan anaknya adalah hak milik yang
dapat diperlakukan sesuai kemauannya.
5. Malkonsepsi tentang emosi negatif yang hampir semuanya
diekspresikan dengan kemarahan. Kecemasan dan kelemahan tersebut
ditutupi dengan perilaku agresif dan kemarahan.12
Keseriusan pemerintah dalam merespon maraknya kasus kekerasan
dalam rumah tangga diimplementasikan dengan Undang-undang Nomor 3
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Kepentingan tersebut dilatar belakangi dengan tidak terakomodirnya
kepentingan perempuan. Lahirnya undang-undang tersebut seolah menjadi
harapan baru bagi masyarakat khususnya perempuan. Meskipun
kenyataannya korban kekerasan tidak selalu perempuan. Menurut Undang-
undang Nomor 3 Tahun 2004 bahwa kekerasan dalam rumah tangga terbagi
menjadi 4 hal:
1. Kekerasan Fisik
2. Kekerasan Psikis
3. Kekerasan Ekonomi, dan
4. Kekerasan Seksual
Undang-undang ini menjadi upaya pemerintah dalam mengurangi
kasus kekerasan dalam rumah tangga yang biasanya dialami oleh
perempuan. Upaya ini diharapkan dapat melindungi dan mengantisipasi
kasus kekerasan maupun kekerasan dalam rumah tangga. Meskipun dalam
mengimplementasikan undang-undang tersebut memiliki berbagai
hambatan terutama malkonsepsi kebudayaan serta malasuai terhadap
mengarungi bahtera pernikahan, belum lagi diperparah dengan asumsi
permasalahan tersebut sebagai ranah yang sangat personal. Sehingga
kebanyakan orang enggan ikut campur. Ketidaktahuan dan ketidak pedulian
ini pada akhirnya melemahkan implementasi hukum yang ada untuk

12
Montisa Mariana, 2018, Fenomena Maraknya Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Dilihat Dari Perspektif Sosiologi Hukum, … h.114

9
mengurangi korban kekerasan dalam rumah tangga. Kendati demikian,
upaya melalui diberlakukannya undang-undang nomor 23 tahun 2004
tentang PKDRT tersebut diharapkan tetap membantu mencapai tujuan
pernikahan yang Sakinah, mawaddah warohmah di masyarakat.

B. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Keluarga Islam


Perspektif Maqasyid Syari’ah
Para ahli hukum (fuqaha) banyak yang membatasi persamaan antara
kedudukan laki-laki dengan perempuan hanya pada aspek spiritual saja dan
membiarkan masyarakat membuat hierarki dan pembatasan berdasarkan
gender. Dalam Al-Qur’an surah Al-Lail ayat 3 sampai 10 menjelaskan
tentang kesejajaran kaum perempuan dengan kaum laki-laki yang
disebutkan dalam qasam (sumpah) yang merupakan bukti (qarinah) bahwa
Allah melihat persamaan keduanya. Sedangkan yang membedakan
keduanya ada pada perilaku apakah baik atau buruk tanpa melihat
gendernya.13
Ayat tersebut juga merupakan deklarasi Al-Qur’an pertama terhadap
prinsip taklif baik laki-laki maupun perempuan dalam persoalan dunia dan
agama, juga merupakan prinsip balasan bagi usaha laki-laki dan perempuan
dalam kecenderungan melakukan aktivitas.14 Keseimbangan antara
kelebihan dan kekurangan antara laki-laki dan perempuan pun berhubungan
erat dengan keseimbangan hak dan kewajiban yang dipikulnya sebagaimana
tertera pada surat An-Nisa ayat 34 yang sudah penulis jabarkan pada
pendahuluan.
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan tindak kekerasan
berbasis gender yang bertitik tolak pada nilai-nilai kemanusiaan,
memuliakan sesama dan memberikan manfaat serta menghilangkan

13
Chaliddin dan Nazarudin, 2022, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Jurnal Syarah,
11(1), h.80
14
Al-Hibri, Azizah, Landasan Qur’ani Mengenai Hak-hak Perempuan Muslim Pada Abad
Ke-21, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001), h.91

10
kemudharatan bagi manusia. Dalam upaya penghapusan kekerasan dalam
rumah tangga sebagaimana tertera pada undang-undang nomor 23 tahun
2004 sejalan dengan tujuan hukum Islam. Tujuan tersebut yakni
perlindungan terhadap lima prinsip utama dalam Islam atau dikenal sebagai
Maslahah Khamsah yakni memelihara agama (hifdz al-diin), pemeliharaan
akal (hifdz al-‘aql), pemeliharaan keturunan (hifdz al-nasl), pemeliharaan
harta (hifdz al-mal wa al-‘irdh).15
1. Memelihara Agama (hifdz al-diin)
Dalam hal kekerasan dalam rumah tangga, seranga mental
pelaku terhadap korban kerap kali memawa dampak terganggunya
intergritas keutuhan mental psikologis sehingga secara spiritual korban
cederung mengalami kesulitan dalam mengekspresikan rasa syukur
sehingga kemampuan untuk menjalin relasi dengan pencipta menjadi
berkurang
2. Pemeliharaan Jiwa (hifdz al-nafs)
Hukum Islam menegakkan kewajiban bagi umatnya untuk
memelihara hidup dan mempertahankan hidupnya. Kekerasan dalam
rumah tangga merupakan Tindakan diskriminatif yang mengarah pada
intervensi pada pihak yang dilemahkan. Sesungguhnya dalam
kehidupan keluarga seorang suami mempunyai kewajiban yang bersifat
spiritual diantaranya ialah memberikan bimbingan dengan perlakuan
yang baik terhadap istri dan anak serta anggota keluarga yang lain untuk
selalu menaati perintah Allah SWT dan mencontoh teladan Rasul-Nya.
Hal ini tentu menentang tegas Tindakan kesewenangan atau
pengekangan terhadap jiwa seseorang
3. Pemeliharaan akal (hifdz al-‘aql)
Akal memiliki peran sangat penting dalam berpikir dan
memahami terutama tentang Allah, alam sekitar dan diri sendiri. Istri
yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga seringkali

15
Zuhdi Masjfuk, Pengantar Hukum Syariah, (Jakarta: Haiji Masagung, 1987), h.10

11
dikekang kebebasan individu yang merdeka, gangguan psikologis kerap
kali menjadi penyebab dergradasi kemampuan daya pikirya sehingga
tidak dapat berpikir logis, dan secara spiritual terganggu kemampuan
mengekspresikan emosinya.
4. Pemeliharaan keturunan (hifdz al-nasl)
Kekerasan yang dialami oleh korban khususnya istri dalam
lingkup rumah tangga tercermin dalam kekerasan seksual maupun
pemaksaan aborsi oleh suami. Hal tersebut tentu sangat bertentangan
dengan prinsip pergaulan hidup dalam rumah tangga yang seharusnya
berlandaskan prinsip pembangunan hubungan relasi yang baik antara
suami dan istri terhadap anggota keluarga yang lainnya (mu’asyarah bil
ma’ruf) dan musyawarah yang sejatinya harus ditanamkan dalam
kehidupan rumah tangga.
5. Pemeliharaan harta (hifdz al-mal)
Pada dasarnya seorang istri memiliki hak untuk mendapatkan
nafkah yang layak dari seorang suami. Tindakan penelantaran suami
terhadap istri dan anak-anaknya tentu merupakan tindakan yang tidak
bertanggung jawab karena laki-laki diberi kelebihan terutama pada fisik
agar lebih produktif dalam mengemban pekerjaan untuk memenuhi
kewajibannya. Sedangkan nafkah yang dimaksud bukan hanya
berbentuk sandang, pangan dan papan saja. Namun kewajiban dalam
memberikan bimbingan dan pendidikan yang baik bagi istri dan
anaknya. Sejatinya suami menjadi figur imam serta tauladan bagi istri
dan anaknya dan seorang istri senantiasa teguh dan amanah dalam
memelihara rumah tangganya serta kepatuhan dan hormat pada
suaminya.16
Islam memerintahkan suami agar mempergauli istrinya secara
ma’ruf dengan larangan menyakiti dan berbuat kemudhorotan kepada istri.

16
Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, (Yogyakarta: LSPPA, 1994),
h.68

12
Hal tersebut diimplementasikan dengan budi pekerti yang baik, akhlakul
karimah dalam bergaul dengan keluarga, dalam masyarakat.17

17
Adil Fatih Abdullah, Etika Suami-istri, Hidup Bermasalah, Bagaimana Mengatasinya,
(Jakarta: Gema Insani, 2005), h.20

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sosiologi hukum memandang kekerasan dalam rumah tangga sebagai
fenomena sosial yang banyak terjadi. Disahkannya Undang-undang Nomor
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
dalam menekan maraknya kasus kekerasan ternyata belum maksimal.
Masih ada kesenjangan antara fakta yang terjadi di lingkungan (das sein)
dengan fakta semestinya (das sollen). Salah satu sulitnya implementasi
hukum yang ada ialah sulitnya akses informasi dan keterbukaan dari korban,
ketidak pahaman akan kekerasan dalam keluarga, budaya patriarki,
malkonsepsi dalam memahami konsep spiritual maupun budaya, hingga
malasuai terhadap kehidupan pernikahan.
Hukum Islam memandang laki-laki dan perempuan setara dalam hal
spiritual. Firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an surat Al-Lail ayat 1 smpai 3
bahwa Allah memandang laki-laki dengan perempuan, perbedaan hanya
terletak pada perilakunya, apakah baik atau buruk. Bahkan dalam surat An-
Nisa ayat 34 dan dikutip dari tafsir Jalalain, bahwa latar belakang
dijarikannya laki-laki sebagai pemimpin serta diberikannya kelebihan
ketimbang perempuan merupakan keseimbangan terhadap tanggungjawab
dan kewajiban yang dipikulnya. Hukum Islam sendiri hadir untuk menjaga
prinsip maslahah atau kebaikan bagi umat. Diantaranya yakni memelihara
agama (hifdz al-diin), pemeliharaan akal (hifdz al-‘aql), pemeliharaan
keturunan (hifdz al-nasl), pemeliharaan harta (hifdz al-mal wa al-‘irdh),
atau dikenal sebagai Maslahah Khamsah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Abdullah, Adil Fatih, Etika Suami-istri, Hidup Bermasalah, Bagaimana
Mengatasinya, Jakarta: Gema Insani, 2005.
Al-Syatibi, Al-Muwafawah, Beirut: Dar al-Ma’rifah, t.t.
Azizah, Al-Hibri, Landasan Qur’ani Mengenai Hak-hak Perempuan Muslim Pada
Abad Ke-21, Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001.
Engineer, Asghar Ali, Hak-hak Perempuan dalam Islam, Yogyakarta: LSPPA,
1994.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, Sinar
Baru Algesindo: t.t.
Masjfuk, Zuhdi, Pengantar Hukum Syariah, Jakarta: Haiji Masagung, 1987.
Theo, Huijbers, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga

Jurnal
Chaliddin dan Nazarudin, 2022, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Jurnal Syarah,
11(1), 71-89.
Erdiawati, Naditya Kusumanngrum, 2022, Meningkatnya Kekerasan Pada
Perempuan Di Masa Covid-19 Dilihat Dari Sosiologi Hukum, Jurnal
Hukum dan Pembangunan Ekonomi, 9(1),
Mariana, Montisa, 2018, Fenomena Maraknya Kasus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga Dilihat Dari Perspektif Sosiologi Hukum, Jurnal Ilmiah Indonesia,

Website
Bernardi, Robby, (9 Maret 2023), Sadis! Kuli di Pekalongan Pukul Kepala Istri
Pakai Ggang Pel hingga Patah¸ detikJateng, Diakses pada 9 Maret 2023,
https://www.detik.com/jateng/hukum-dan-kriminal/d-6609654/sadis-kuli-
di-pekalongan-pukul-kepala-istri-pakai-gagang-pel-hingga-patah
Liputan 6, (9 Maret 2023), Venna Melinda BantahTudingan Mengintimidasi Ferry
Irawan, Sebut Taka Ada Bukti: Itu Bohong Besar, Diakses pada 9 Maret
2023, https://www.liputan6.com/showbiz/read/5228648/venna-melinda-
bantah-tudingan-mengintimidasi-ferry-irawan-sebut-tak-ada-bukti-itu-
bohong-besar

iv
Oktaviani, Kiki, (28 Februari 2023), Kejamnya IStri Siksa Suami, Baru Terungkap
Setelah 20 Tahun, Wolipop, Diakses pada 9 Maret 2023,
https://wolipop.detik.com/wedding-news/d-6592176/kejamnya-istri-siksa-
suami-baru-terungkap-setelah-20-tahun
Putri, Aulia Mutiara Hatia, (14 Februari 2023), Selamat Valentine! Kementerian
PPA Catat 3.000 Kasus KDRT, CNBC Indonesia, Diakses pada 9 Maret
2023, https://www.cnbcindonesia.com/research/20230214094141-128-
413581/selamat-valentine-kementerian-pppa-catat-3000-kasus-kdrt
Wamad, Sudirman, (2 Maret 2023, 21.31), DPRD Bandung Sebut Ekonomi Faktor
Tingginya Kasus KDRT, detikJabar, Diakses pada 9 Maret 2023,
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6597637/dprd-bandung-sebut-
ekonomi-faktor-tingginya-kasus-kdrt

Anda mungkin juga menyukai