Anda di halaman 1dari 6

Sejarah Ringkas Sistem Manajemen Mutu

Diringkas oleh Abdullah Muzi Marpaung

F252100105

A. Pendahuluan

Kesadaran akan pentingnya mutu telah muncul ribuan tahun yang lalu. Para sejarawan
menyatakan bahwa konsep mutu dapat dilacak hingga ke masa sekitar 3000 tahun Sebelum
Masehi di Babilonia. Salah satu konsep mutu di masa itu adalah aturan yang dikenal dengan
nama Code of Hammurabi, yang menyatakan, “The mason who builds a house which falls
down and kills the inmate shall be put to death”. Sejak masa itu hingga penghujung abad ke
19 konsep mutu tidak mengalami banyak perubahan. Jika dirangkum, konsep mutu pada
masa itu memiliki cirri-ciri sebagai berikut, pemeriksaan mutu oleh konsumen, pemberian
cap sebagai ekspresi reputasi, konsep keterampilan dan jangkauan pasar yang terbatas. Upaya
untuk melindungi hak konsumen secara legal juga sudah muncul pada periode ini, yaitu
sekitar tahun 1800 an dengan diberlakukannya undang-undang pencegahan pemalsuan.

B. Evolusi Sistem Manajemen Mutu

Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia yang ditandai dengan meningkatnya skala
produksi, proses produksi yang semakin rumit, persyaratan konsumen yang bertambah, serta
kemajuan teknologi, sistem manajemen mutu mulai berubah dari bentuk tradisionalnya. Jika
di masa lalu pemeriksaan mutu dilakukan oleh konsumen, maka pada masa berikutnya
pemeriksaan mutu dilakukan oleh produsen. Di sepanjang abad ke 20 perubahan-perubahan
penting yang menandai perkembangan sistem manajemen mutu yang berbasikan kepada
pemeriksaan oleh produsen terjadi hampir setiap 20 tahun.
1. Operator Quality Control

Sistem manajemen mutu modern (pemeriksaan oleh produsen) yang paling sederhana ini
terjadi pada sekitar akhir abad ke 19 hingga awal abd ke 20. Pada masa ini jumlah produksi
masih relatif kecil, dan diproduksi oleh seseorang atau sekelompok kecil orang yang sering
disebut dengan perajin. Para perajin ini mengendalikan sendiri seluruh pekerjaan, mulai dari
membeli bahan, menakar, mengukur, dan melakukan seluruh tahapan proses. Mereka pula
yang memeriksa hasil pekerjaan di setiap tahapan proses hingga produk akhir.

2. Foremen

Ketika jumlah permintaan konsumen semakin meningkat, maka skala produksi perlu
ditingkatkan. Jumlah orang yang terlibat di dalam produksi semakin bertambah. Tidak semua
dari orang tersebut memiliki kemampuan seperti perajin, yang menguasai lini produksi dari
awal hingga akhir. Oleh karena itu para pekerja ini mulai dikelompokkan sesuai keahlian
khasnya dan diarahkan oleh seorang mandor (foreman). Inilah awal dari konsep manufaktur
berskala besar. Mandor adalah orang yang bertugas untuk mengelola para pekerja dan
memastikan bahwa jumlah dan mutu hasil produksi sesuai dengan yang ditetapkan. Untuk
tanggung jawabnya yang demikian itu mandor digaji lebih tinggi daripada pekerja.

3. Inspection Quality Control

Selama peride Perang Dunia I sistem manufaktur berkembang semakin kompleks. Skala
produksi meningkat berlipat-lipat, dan mutu produk mulai mendapat gangguan. Pada situasi
seperti ini pula objektivitas mandor mulai dipertanyakan. Oleh karena ia bertanggungjawab
terhadap jumlah produksi dan mutu sekaligus, maka boleh jadi ia mulai mengabaikan mutu
demi mengejar jumlah produksi.

Persoalan-persoalan itu menggiring kepada ide pembentukan pekerjaan baru, yaitu Full Time
Inspector. Full Time Inspector adalah orang yang digaji khusus untuk memeriksa mutu
produk dan berhak untuk tidak memperbolehkan produk tersebut keluar dari ruang produksi
(pabrik) jika tidak memenuhi standar.
Jika Full Time Inspector bekerja di organisasi yang sama dengan pekerja (produksi) maka
dikuatirkan independensinya terganggu. Oleh karena itu organisasi inspeksi dipisahkan dari
produksi. Inilah awal mula Quality Control Department.
4. Statistical Quality Control

Pada masa perang dunia II produksi barang-barang manufaktur, barang untuk kebutuhan
perang seperti peluru, bersifat missal. Awalnya angkatan bersenjata AS memeriksa seluruh
peluru yang diproduksi. Pemeriksaan semua produk semacam ini (100 % inspection)
dirasakan semakin tidak lama semakin menyulitkan. Oleh karena itu, untuk
menyederhanakan dan mempercepat proses inspeksi tanpa mengorbankan mutu, maka
digunakanlah teknik pengambilan sampel (sampling). Karena dimulai dari industri militer,
maka pada teknik sampling dikenal istilah military-standard.

Jika dilihat sejarahnya, maka penggunaan statistika untuk pengendalian mutu secara efektif
sudah dilakukan sejak tahun 1920-an. Pada tahun 1924 seorang pakar statistika bernama
Walter A. Shewhart sudah mengembangkan bentuk pertama dari control chart yang sekarang
dikenal. Pada saat yang sama Shewhart juga mengembangkan teknik sampling. Rintisannya
ini kemudian diteruskan oleh William Edwards Deming. Patut juga disebut nama Dodge dan
Romig yang membuat table acceptance sampling di tahun 1930an. Keempat pakar inilah
yang berkontribusi paling besar di dalam penyusunan suatu teknik yang disebut dengan
Statistical Process Control (SPC). Sayangnya, teknik yang sekarang digunakan sangat luas
ini tidak begitu popular hingga akhir tahun 1940-an.

5. Quality Assurance

Pada periode 1960-an terjadi pergeseran konsep pengendalian mutu (Quality Control) ke
sistem jaminan mutu (Quality Assurance). Untuk menjamin mutu produk diperlukan
perencanaan, perancangan, pengadaan, bahan, transportasi, penyimpanan dan sebagainya.
Akan tetapi sistem jaminan mutu masih berfokus kepada pengendalian proses pada aspek
produksi (departemen produksi).

Jika dirunut ke belakang. Konsep Quality Assurance telah dimulai di pertengahan tahun
1950an oleh Joseph M. Juran dengan memperkenalkan pendekatan “Cost of Quality” , yang
menekankan identifikasi dan pengukuran yang akurat dan komplit terhadap biaya mutu.

Patut dicatat pula bahwa bagian terbesar dari pendekatan manajemen mutu ini
dikontribusikan oleh proses yang disebut PDCA (Plan-Do-Check-Action). Sebagian kalangan
mengatakan bahwa PDCA ini awalnya dikembangkan oleh Shewhart, sebagian lagi
mengatakannya sebagai upaya dari Deming. Oleh karenanya PDCA juga sering disebut
dengan Shewhart Cycle dan Deming Cycle.

Quality Assurance merupakan cikal bakal terbentuknya Total Quality Control, yang
kemudian dikenal dengan Total Quality Management

6. Total Quality Management

Tidak memerlukan waktu yang lama bagi sistem mutu menemukan bentuknya yang baru
setelah era Quality Assurance, yaitu Total Quality Control (TQC). Konsep awal TQC
dikembangkan oleh Armand V. Fiegenbaum dari General Electric di tahun 1960an. Konsep
awal TQC itu adalah memperluas tanggung jawab mutu dari departemen produksi ke seluruh
departemen di perusahaan. Serta memperluas fokus kendali mutu dari manufacturing hingga
product design.

Konsep awal TQC berkembang pesat. Misalkan di Jepang dikembangkan prinsip bahwa
tanggung jawab mutu merupakan tanggung jawab seluruh karyawan, melalui pembentukan
gugus kendali mutu. Bentuk paling akhir dari TQM yang terstandarisasi adalah ISO 9000.

Periode awal dari era Total Quality Control and Management di tahun 1960-an ditandai
dengan pertumbuhan revolusi industri di Jepang. Sejak akhir tahun 1980an Total Quality
Management diminati secara luas di seluruh dunia.

C. Penutup

Evolusi sistem mutu dari waktu ke waktu tidak serta merta menghilangkan sistem yang lama.
Pada masa ini keseluruhan sistem mutu tersebut dijumpai secara bersama-sama. Misalkan
sistem mutu operator atau perajin masih dijumpai dan masih akan tetap ada hingga kapanpun
juga. Selalu ada proses produksi yang membutuhkan sistem mutu perajin, contohnya dalam
hal hasil karya seorang pelukis.

Selain itu skala industri yang beragam serta juga membuat kesemua sistem mutu tersebut
eksis di masa yang sama. Industri atau proses produksi pada skala tertentu boleh jadi tidak
atau belum sesuai jika dikelola oleh sistem Total Quality Management. Akan tetapi, konsep
dasar bahwa mutu merupakan kepedulian dan tanggung jawab dari semua orang di dalam
perusahaan patutlah menjadi jiwa bagi seluruh industri pada tingkat apapun juga.

Anda mungkin juga menyukai