PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengendalian mutu (Quality Control), atau QC untuk akronimnya, adalah suatu
proses yang pada intinya adalah menjadikan entitas sebagai peninjau kualitas dari
semua faktor yang terlibat dalam kegiatan produksi.
Penekanan QC terletak pada pengujian produk untuk mendapatkan produk yang
cacat. Dalam pemilihan produk yang akan diuji, biasanya dilakukan pemilihan produk
secara acak (menggunakan teknik sampling). Setelah menguji produk yang cacat, hal
tersebut akan dilaporkan kepada manajemen pembuat keputusan apakah produk dapat
dirilis atau ditolak. Hal ini dilakukan guna menjamin kualitas dan merupakan upaya
untuk meningkatkan dan menstabilkan proses produksi (dan proses-proses lainnya
yang terkait) untuk menghindari, atau setidaknya meminimalkan, isu-isu yang
mengarah kepada kecacatan-kecacatan di tempat pertama, yaitu pabrik. Untuk
pekerjaan borongan, terutama pekerjaan-pekerjaan yang diberikan oleh instansi
pemerintah, isu-isu pengendalian mutu adalah salah satu alasan utama yang
menyebabkan tidak diperbaharuinya kontrak kerja.
Sebelum mengetahui tentang Pengendalian Mutu (Quality Control) lebih lanjut,
terlebih dahulu kita harus mengetahui sejarah dan pengertian dari setiap era yang
terjadi dalam sejarah pengendalian mutu tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
A. SEJARAH MUTU
B. PERKEMBANGAN PENGENDALIAN MUTU
C. SEJARAH PENGENDALIAN MUTU DI INDONESIA
C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini sebagai bahan pedoman untuk menerangkan presentasi
tentang Sejarah Pengendalian Mutu selain itu agar dapat memahami
SEJARAH PENGENDALIAN MUTU
BAB II
PEMBAHASAN
A.SEJARAH MUTU
Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam satu
hari.
Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang
menjadi bagiannya.
Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang
telah ditentukan (personal loss).
Quality is primarily the result of senior management actions and not the results of
actions taken by workers.
The system of work that determines how work is performed and only managers can
create system.
Only manager can allocate resources, provide training to workers, select the
equipment and tools that worekers use, and provide the plant and environment
necessary to achieve quality.
Only senior managers determine the market in which the firm will participate and
what product or service will be solved.
Hal ini berarti bahwa tanpa keterlibatan pimpinan secara aktif tidak
mungkin tercapai manajemen mutu terpadu.
4. Prof Juran
Mengunjungi Jepang pada tahun 1945. Di Jepang Juran membantu
pimpinan Jepang di dalam menstrukturisasi industri sehingga mampu
mengekspor produk ke pasar dunia. Ia membantu Jepang untuk
mempraktekkan konsep mutu dan alat-alat yang dirancang untuk pabrik ke
dalam suatu seri konsep yang menjadi dasar bagi suatu management
process yang terpadu. Juran mendemonstrasikan tiga proses manajerial
untuk mengelola keuangan suatu organisasi yang dikenal dengan trilogy
Juran yaitu, Finance Planning, Financial control, financial improvement.
Adapun rincian trilogy itu sebagai berikut :
Quality planning, suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang
akan menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian
mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan
pelanggan.
Quality control, suatu proses dimana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi,
dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan.
Persoalan yang telah diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak
segera diperbaiki.
Yang jelas para sarjana tersebut sependapat bahwa konsep : pentingnya perbaikan
mutu secara terus menerus bagi setiap produk walaupun tehnik yang diajarkan
berbeda-beda.
2.Era Inspeksi
dalam
dikirim
barang cacat
ini disebut
Ellias
Whitney
memperkenalkan
pengendalian mutu pada awal abad 19 ,
bentuk pengecekan barang yang akan
kepelanggan dengan cara memisahkan
agar konsumen merasa puas. Pendekatan
sebagai pengendalian mutu tradisional.
Pada zaman ini, mutu hanya melekat pada produk akhir. Dengan kata lain,
masalah mutu hanya berkaitan dengan produk yang rusak atau cacat. Zaman ini
berlangsung di negara Barat sekitar tahun 1800-an, dimana produsen mulai mendapatkan
pesaing dan produksi yang digunakan adalah produksi massal. Pemilihan terhadap
SEJARAH PENGENDALIAN MUTU
produk akhir dilakukan dengan melakukan inspeksi. Perhatian produsen terhadap mutu
sangat terbatas. Manajemen puncak sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap
kualitas produk, dan tanggung jawab terhadap produk didelegasikan pada departemen
inspeksi/operasi dengan titik berat pada produk akhir sebelum dilepas ke konsumen
sehingga perbaikan terjadi ketika kesalahan telah terjadi.
Era ini dimulai pada tahun 1930 yang diperkenalkan oleh Walter A. Shewart. Jika
pada zaman inspeksi terjadi penyimpangan atribut produk yang dihasilkan dari atribut
standar (terjadi cacat ), departemen tersebut tidak dapat mendeteksi apakah
penyimpangan tersebut disebabkan karena kesalahan pada produksi atau hanya karena
kebetulan. Dengan demikian, informasi yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk
SEJARAH PENGENDALIAN MUTU
melakukan perbaikan terhadap produksi untuk mencegah hal serupa. Tetapi pada
statistical quality control, departemen inspeksi dilengkapi dengan alat dan metode
statistic dalam mendeteksi adanya penyimpangan yang terjadi dalam produk yang
dihasilkan selama proses produksi. Data penyimpangan tersebut dapat diberitahukan
kepada departemen produksi sebagai dasar diadakannya perbaikan terhadap proses dan
system yang digunakan untuk mengolah produk. Para era ini, deteksi penyimpangan
signifikan secara statistic sudah mulai dilakukan sehingga kualitas produk sudah mulai
dikendalikan departemen produksi. Akan tetapi konsep kualitas masih terbatas pada
atribut yang melekat pada produk yang sedang dan telah diproduksi.
Di era ini, konsep mutu mengalami perluasan. Jika dulu hanya terbatas pada tahap
produksi kini mulai merambah ke tahap desain dan koordinasi dengan departemen jasa
( seperti bengkel, energy, perencanaan dan pengendalian produksi, serta pergudangan ).
Keterlibatan manajemen dalam penanganan mutu produk mulai disadari pentingnya
karena keterlibatan pemasok dalam penentuan mutu produk memerlukan koordinasi dan
kebijakan manajemen. Pada zaman ini mulai diperkenalkan konsep mengenai biaya mutu,
yaitu pengeluaran akan dapat dikurangi jika manajemen meningkatkan aktifitas
pencegahan yang merupakan hal yang lebih penting daripada upaya perbaikan mutu atas
penyimpangan yang sudah terlanjur terjadi.
5.Era Strategis Quality Management / Total Quality Management
5.1Sejarah Perkembangan Total Quality Management
Banyak yang beranggapan bahwa TQM berasal dari Jepang, mengingat konsep
TQM banyak dipengaruhi perkembangan-perkembangan di Jepang. Kekalahan Jepang
pada perang dunia II, membangkitkan budaya Jepang dalam membangun sistem kualitas
modern. Hadirnya pakar kualitas W. Edward Deming di Jepang pada tahun 1950
membuat para ilmuwan dan insinyur Jepang lebih bersemangat dalam membangun dan
memperbaiki sistem kualitas. Keberhasilan yang cukup pesat perusahaan Jepang di
bidang kualitas men jadi perhatian perusahaan-perusahaan di negara maju lainnya.
Perusahaan kelas dunia kemudian mempelajari apa yang pemah diraih oleh perusahaan
Jepang dalam mengembangkan konsep kualitas. Hasil studi perusahaan-perusahaan
industri kelas dunia ini menunjukkan bahwa keberhasilan perusahaan Jepang ini salah
satunya menerapkan apa yang dikenal dengan Total Quality Management (TQM).
Tokoh yang di kenal luas dalam TQM ini adalah Edward Deming. Beliau
mengajarkan teknik-teknik pengendalian kualitas di U.S. War Department, serta
SEJARAH PENGENDALIAN MUTU
mengajarkan mata kuliah mengenai kualitas kepada ilmuan, insinyur, dan eksekutif
perusahaan Jepang. Berawal dari sinilah TQM berkembang pesat di negara Sakura ini.
Pada awalnya orang Jepang memperhatikan tentang perilaku pelanggan.
Pelanggan suka sekali memilih dan mengeluh terhadap hal-hal yang sepele, mereka
berharap sesuatunya sempuma. Sebagai contoh, seorang pelanggan membeli kendaraan
bermotor. Kebetulan asesori kendaraan motor kurang tepat pemasanganya yang
sebenamya ia dapat memasangnya sendiri, dan hal tersebut tidak periu diributkan.
Hanya sayangnya mereka tidak terbiasa dengan hal itu, dan mereka akan senang
jika kejadian semacam itu dapat dicegah. Berawal dari situlah orang Jepang
dalam memproduksi barang sangat memperhatikan pelanggan. Produk barang/jasa yang
dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan sama persis seperti yang dilaporkan
penjual.
Sekarang telah menjadi kenyataan, bahwa produk dari Jepang yang
dulunya dikenal sebagai produk rongsokan dan imitasi murahan dari produk Barat, kini
justru sebaliknya menjadi produk-produk yang berkualitas tinggi dan berkembang pesat
di dimia. Perusahaan-perusahaan Jepang menyadari bahwa pada masa mendatang adalah
kualitas. Dilakukannya antara lain dengan menciptakan infra-kualitas, yaitu aspek
manusia, proses, dan Upaya perbaikan dilakukan dengan mengirimkan tim ke luar untuk
mempelajari pendekatan-pendekatan dilakukan perusahaan asing dan mengundang
dosen-dosen datang ke Jepang untuk memberikan kursus pelatihan kepada para manajer.
Hasil dari semua upaya tadi adalah banyak ditemukannya strategi-strategi baru untuk
menciptakan revolusi.
Sejak pertengahan tahun 70-an, barang-barang manufaktur Jepang,
seperti mobil dan produk-produk elektronika mulai mendominasi perdagangan dunia
karena kualitas yang dihasilkan sudah melampaui kualitas yang dihasilkan pesaingnya
dari Amerika dan Eropa. Begitu pula dalam beberapa industri kunci, misal mesin industri,
baja, otomotif, industri Barat mulai tergeser.
Aspek perhatian atau penekanan Amerika sejak Perang Dunia II, yakni pada
aspek kuantitas dan kurang memperhatikan kualitas menjadi penyebab kegagalan
bersaing dengan perusahaan Jepang.
Dalam era ini, keterlibatan manajemen puncak sangat besar dan menentukan
dalam menjadikan kualitas untuk menempatkan perusahaan pada posisi kompetitif.
System ini dapat didefinisikan sebagai system manajemen strategis dan integrative yang
melibatkan semua manajer dan karyawan, serta menggunakan metode-metode kualitatif
dan kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi
agar dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan.
SEJARAH PENGENDALIAN MUTU
10
11
12
Organisasi
Organisasi gaya Jepang, gaya Amerika Serikat, dan gaya Eropa Barat, perlu
dipahami untuk dapat mengetahui konsep TQC tersebut. Perbedaan konsep organisasi
gaya Jepang dengan AS dan Eropa Barat adalah sebagai berikut.
Konsep Jepang
QCC
1. Tanggung jawab
perorangan terbatas.
2. Tanggung jawab
sama besar.
3. Kesedian berbuat
lebih.
4.
Kesadaran
kelompok.
5.
golongan
Perbedaan
tidak
Perbedaan Organisasi
Konsep
AS/Eropa
Barat
MBO
Tanggung
jawab
perorangan besar.
Tanggung
jawab
bersama kecil.
Pengkotakan (adanya
spesialisasi tinggi).
Adanya
pemeran
utama.
Perbedaan kelompok
yang nyata.
Konsep TQC
Mengutamakan mutu.
Memperlakukan
proses berikut sebagai
pelanggan.
Pengendalian mutu
dengan fakta.
Melaksanakan
pengendalian
mutu
pada proses.
13
mencolok.
TQC dan QCC perlu dipelajari dalam MSDM karena manusia adalah aktiva yang
paling berharga, perencanaan dan pelaku dalam mewujudkan barang atau jasa yang
bermutu tinggi.
B. Dasar TQC
Dasar TQC adalah mentalitas, kecakapan, dan manajemen partisipasi dengan sikap
mental yang mengutamakan kualitas kerja. Mentalitas adalah kesediaan bekerja sungguhsungguh, jujur dan bertanggung jawab melaksanakan pekerjaannya.
C. Mentalitas Dasar TQC
a. Kerja Sama dan Partisipasi Total
1) Agar karyawan mengetahui cara0cara dalam membangun sikap mental dasar
dilingkungan kerjaan masing-masing.
2) Tujuannya adalah :
a) Berorientasi kepada tanggung jawab kelompok.
b) Bersedia membuat lebih/berpartisipasi dalam bidang yang berhubungan.
c) Menciptakan kesadaran kelompok.
d) Dapat saling menghargai antar golongan/tingkatan.
b. Berorientasi Kepada Mutu
1) Yang dimaksud dengan mutu/kualitas adalah:
a) Disesuaikan dengan permintaan.
b) Sistemnya adalah pencegahan sejak awal dikerjakan dengan benar.
c) Standarnya adalah tidak cacat/harus tidak ada kesalahan.
d) Ukurannya adalah biaya untuk mencapai kualitas.
2)
a)
b)
c)
3)
a)
b)
c)
d)
e)
14
Pengertian dasar
Pengendalian mutu terpadu (PMT) adalah suatu sistem manajemen yang melibatkan
semua tingkatan karyawan melaui pelaksanaan konsep quality control dan metode
statistik untuk memuaskan langganan dan karyawan.
b. Quality control circle (QCC = GKM) adalah kelompok kecil karyawan dari lingkup
kerjasama yang dengan sukarela melakukan kegiatan pengendalian dengan menggunakan
teknik quality control.
c. Quality control project (QCP) adalah kelompok kecil karyawan dan lingkup kerja
yang sama atau lebih luas yang melakukan kegiatan perbaikan dalam satu kali proyek
sampai selesai dengan menggunakan teknik quality control.
d.
Dukungan manajer adalah dukungan dari manajer puncak dalam menetapkan
kebijaksanaan dan memberi arahan serta dukungan dari manajer media untuk berperan
serta dalam TQC.
SEJARAH PENGENDALIAN MUTU
15
e.
Kekuatan TQC terletak pada bagian terlemah dari rantai lingkaran gugus kendali
mutu (QCC).
3. Tujuan pelaksanaan TQC
a. Pencapaian kebijaksanaan dan target perusahaan secara efisien.
b. Perbaikan hubungan manusia serta mutu barang atau jasa.
c. Peningkatan moral, prakarsa dan kerjasama karyawan.
d. Pengembangan kemampuan tenaga kerja.
e. Peningkatan produktivitas dan profitibilitas usaha.
4. Manfaat Pelaksanaan TQC
a. Bagi Karyawan
1) Meningkatkan kemampuan karyawan dalam melihat, mengenali permasalahan dan
2)
3)
kerja.
Membiasakan berpikir secara analitis dengan menggunakan teknik-teknik quality
4)
5)
control.
Peningkatan daya kreativitas.
Peningkatan kepercayaan diri.
b.
1)
2)
3)
4)
c.
1)
2)
3)
Bagi Perusahaan
Pengembangan perusahaan melalui akumulasi gagasan-gagasan perbaikan.
Meningkatkan daya saing barang atau jasa yang dihasilkan.
Memperbaiki hubungan perusahan dengan karyawan.
Partisipasi semua karyawan di dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan.
Bagi Konsumen
Konsumen akan memperoleh barang/jasa yang bermutu baik.
Konsumen akan mendapatkan kepuasan dari barang/jasa tersebut.
Konsumen akan memperoleh barang/jasa yang memenuhi kesehatan dan
4)
5)
keselamatan.
Konsumen akan menerima barang sesuai dengan pesanannya.
Pemerintah akan mendapatkan pajak-pajak.
16
hal tersebut dengan motivasi dan kesadaran yang mendalam akan tanggung jawabnya
sebagi anggota organisasi, yang hidup matinya tergantung dari kondisi orgnasasi tempat
ia bekerja tersebut. Setiap kelompok biasanya terdiri dari 3 8 orang, yang secara
sukarela mengadakan kegiatan pengendalian mutu di tempat ia bekerja.
Ciri khas Gugus kendali mutu :
a. Setiap anggota bekerja sama dan melakukan kegiatan atas prakarsa mereka sendiri.
b. Setiap anggota selalu berinteraksi untuk saling mempengaruhi.
c. Setiap anggota kelompok saling mengenal dengan baik, sehingga dapat berdiskusi
secara terbuka.
d. Anggota kelompok mengadakan pertemuan secara rutin untuk mendiskusikan berbagai
masalah guna mencapai tujuan bersama.
Sasaran / tujuan yang hendak dicapai dalam Gugus Kendali Mutu :
a. Mengurangi kesalahan yang ada dan sekaligus meningkatkan mutu.
b. Menyadari akan pentingnya kerja kelompok.
c. Mendorong dan meningkatkan partisipasi dan motivasi individu.
d. Membangkitkan sikap dapat mencegah dan mengatasi berbagai masalah.
e. Memperbaiki dan mengembangkan komunikasi dan hubungan antar pihak dalam
perusahaan.
f. Mendorong pengembangan pribadi dan kepemimpinan.
g. Mendorong sikap dapat melakukan efisiensi dan perbaikan secara terus menerus.
17
Tahun 1980 TQC pertama kali diperkenalkan lewat PT. United Tractors, PT. Multi
Astra, PT. Gaya Motor, dan PT. Nippondenso Indonesia. TQC yang masuk ke
kelompok Astra bersumber dari:
1. Komatsu
2.Fuji Xerox ( New Xerox Movement )
3. Honda
18
4. Toyota
5. dan lain-lain
1981 - 1982 Seminar, penelitian dan diskusi tentang penerapan TQC di Astra.
1982 Manajemen puncak memutuskan TQC sebagai sistem manajemen Astra;
dirumuskan Coorporate Key Result Areas.
1983 Sistem manajemen Astra disebut Astra Total Quality Control (ATQC) dan
dimulailah pelatihan masif ATQC kepada seluruh jajaran manajemen Astra Group dan
berawal dari para pimpinan puncak pada bulan Oktober 1983.
Kegiatan TQC/QCC dimulai dengan promosi kegiatan TQC dan QCC ( 3 model
groups) dengan bantuan dari Principal.
1985 Diperkenalkan kegiatan Idea Sugestion / Improvement dan diikuti dengan QCC
Convension.
1990 Dimulai aktivitas Quality Assurance dan Organisasi yang ditujukan untuk
Customer Satisfaction dengan sasaran The Best Quality di Asia dan diikuti dengan
training 7-Habits secara masif. Pada saat bersamaan dilaksanakan Skill Improvement
Program terhadap Managers dan Supervisors dan diikuti dengan pelatihan masif
Practical Problem Solving untuk para General Managers.
1994 Aktivity Management diubah dari bersifat Vertical menjadi Cross Functional
Activity Management, untuk lebih mempertajam pembagian tanggung jawab dan
pencapaian sasaran.
19
Astra Quality Control Circle ikut berpartisipasi dalam The Internacional Competitive
Presentation of IEQCC, Singapura.
1995 Astra Quality Control Circle, QCC Lepas of Auto 2000, Bogor merebut
penghargaan The First Twin Winners bersama QCC Motorola, Malaysia.
1996 Astra melaksanakan konvensi pertama Astra Quantum Leap Program (AQLP) di
Bali.
1997 Diperkenalkan SQC training terutama untuk para Engineers, dan untuk jajaran
manajemen
diberikan
pelatihan
Strategic
Service
Intent.
1998 Astra Total Quality Control mulai dikenal dengan Astra Total Quality
Management(ATQM).
2000 Focus ATQM pada implementasi Manajemen Mutu secara konsisten dan mulai
diperkenalkan Strategic Manajemen dan sistem lain ( seperti ISO 9000:2000, Six
Sigma,dll) sebagai penyempurnaan dari ATQM.
Kemudian, pada tahun 1997 berdirilah Wahana Kendali Mutu (WKM) yaitu sebuah
organisasi kendali mutu yang bersifat nasional yang memiliki sekretariat di Jakarta.
Dalam perkembangannya WKM telah berhasil mengadakan suatu kegiatan yang
diberi nama Temu Karya Mutu dan Produktivitas Nasional (TKMPN) sebanyak 12
20
BAB III
PENUTUP
21
KESIMPULAN
Menghadapi era globalisasi sekarang ini, setiap perusahaan/organisasi harus
mampu menghasilkan produk dengan mutu yang baik, harga lebih murah dan pelayanan
yang lebih baik pula dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan perbaikan mutu semua aspek yang berkaitan produk tersebut yaitu :
bahan mentah, karyawan yang terlatih, promosi yang efektif dan pelayanan memuaskan
bagi pembeli, sehingga pembeli akan menjadi pelanggan yang setia. Mutu yang tercipta
dengan kondisi seperti itulah yang disebut mutu terpadu secara menyeluruh (Total
Quality).
Untuk keberhasilan pengembangan mutu di atas, diperlukan juga elemen
pendukung seperti : kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung,
komunikasi, ganjaran dan pengakuan, serta pengukuran. Keberhasilan manajemen Jepang
karena negeri ini secara konsekuen melaksanakan prinsip-prinsip mutu terpadu seperti di
atas, yang kemudian di contoh oleh Amerika Serikat, Eropa dan negara-negara di Timur
Tengah. Di Indonesia menerapkan Manajemen Mutu Terpadu akan berhasil kalau secara
konsekuen pula mengikuti prinsip-prinsip dasar mutu terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
http://bukucepatpaham.blogspot.com/2013/01/makalah-total-quality-control-tqc.html
SEJARAH PENGENDALIAN MUTU
22
http://qc-corner.blogspot.com/2009/09/sejarah-perkembangan-gerakan-kendali.html
http://liescholisoh.blogspot.com/2012/05/tqc.html
http://ireztia.com/2008/09/19/perkembangan-mutu-dan-tokoh-tokohnya/
https://yudiansyahsukmana.wordpress.com/2010/01/27/sejarah-perkembangan-mutu/
https://tqmdalampendidikan.files.wordpress.com/2012/04/graphic31.jpg
http://bpm.narotama.ac.id/?p=375
http://www.edrawsoft.com/images/examples/TQM_MODEL.png
http://www.edrawsoft.com/TQM-Diagrams.php
https://tqmdalampendidikan.wordpress.com/category/tqm/
23