Anda di halaman 1dari 9

MODUL 9 CAUSAL LOOP DIAGRAM

Tujuan Instruksional Umum:

 Diakhir pertemuan mahasiswa diharapkan dapat menggunakan causal


loop diagram untuk menjelaskan Masalah Sistem
Tujuan Instruksional Khusus:

 Diakhir pertemuan mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi


kebutuhan untuk dapat membangun causal loop diagram
 Diakhir pertemuan mahasiswa diharapkan dapat membangun causal
loop diagram

1. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, baik kehidupan di dalam masyarakat maupun
kehidupan dalam sebuah organisasi pasti sangat banyak kejadian yang terjadi,
baik kejadian yang bersifat positif maupun kejadian yang bersifat
negatif. Setiap kejadian kejadian yang ada tentunya harus dipahami dengan
benar secara keseluruhan dan mendalam, agar kejadian yang bersifat positif
dapat dilanjutkan dan kejadian yang bersifat negatif dapat dicegah agar tidak
terulang kembali. Cara untuk memahami setiap kejadian yang ada diperlukan
sebuah proses untuk memahami suatu permasalahan dari penyebab hingga
akibat, dari awal hingga akhir, dan juga keterkaitan antaran satu hal dengan
hal lainnya sebagai sebuah hubungan sebab dan akibat, yang sering disebut
dengan System Thinking.

Metode System Thinking memiliki berbagai tools dalam melihat sebuah


situasi menyeluruh yang saling berhubungan, diantaranya adalah Model
Causal Loop Diagram (CLD). Model Causal Loop Diagram (CLD) atau
yang sering juga dikenal dengan diagram sebab akibat adalah model yang
digunakan dalam sebuah pemecahan maupun pencegahan masalah dengan
melihat setiap faktor yang ada berkaitan dengan faktor-faktor lainnya.
2. PENDEKATAN CAUSAL LOOP
Model Causal Loop Diagram (CLD) menggunakan pendekatan dalam
pemecahan masalah dengan melihat kompleksitas dari sistem yang
digambarkan dengan sebuah diagram berupa garis lengkung yang berujung
panah yang menghubungkan satu faktor dengan faktor lainnya.

Pada setiap panah yang ada di dalam Causal Loop Diagram (CLD) terdapat
tanda “S” dan “O”. Tanda “S” dan “O” ini menunjukan hubungan keterkaitan
antara satu faktor dengan faktor lainnya. Tanda “S” menunjukan hubungan
yang saling menguatkan, yaitu bahwa apabila faktor yang menjadi sebab atau
faktor yang mempengaruhi meningkat, maka faktor akibat atau faktor yang
dipengaruhi akan ikut meningkat. Berikut ini adalah contoh hubungan yang
saling menguatkan.

Dari contoh diatas dapat terlihat bahwa apabila kualitas transformasi umum
yang ada di satu kota meningkat, maka jumlah penggunaan transportasi
umum akan juga meningkat. Selain hubungan yang saling menguatkan atau
yang disebut dengan Reinforcing Loop (R) adapula Balancing Loop (B) yaitu
hubungan yang saling bertolak belakang, seperti contoh gambar berikut ini.
Gambar diatas menunjukan bahwa apabila pemeliharaan kebersihan
transportasi umum harus selalu dilakukan. Karena proses pemeliharaan
adalah proses yang bersifat terus menerus dan tidak bisa dilakukan hanya
sekali. Ketika pemeliharaan telah dilakukan maka kebersihan akan
meningkat, namun dengan seiring berjalannya waktu, kebersihan akan
menurun kembali dan harus dilakukan proses pemeliharaan kembali agar
kebersihan transportasi umum tetap terjaga.

Pendekatan memalui model CLD mempunyai beberapa keuntungan antara


lain :
 Mendorong untuk dapat melihat permasalahan secara menyeluruh,
baik dari segi cakupan dan waktu sehingga dapat mencegah pemikiran
yang sempit.
 Gambaran rantai hubungan sebab- akibat membuat lebih eksplisit dan
dasar pemikiran akan lebih baik.
 Memungkinkan efektifitas komunikasi dapat berjalan dan perwujudan
kerja sama tim akan lebih baik.
 Membantu mengeksplorasi alternatif kebijakan dan keputusan
sehingga konsekwensinya dapat diantisipasi lebih awal.
 Memungkinkan keberadaan posisi yang baik untuk mengambil
keputusan
2.1. CLD KASUS KEMACETAN
Berikut ini salah satu contoh sederhana penggunaan Causal Loop Digram
(CLD) pada kasus kemacetan kota Jakarta :

Gambar diatas menjelaskan bahwa kemacetan kota Jakarta dipengaruhi


banyak faktor yang saling berkaitan. Sebagai salah satu contoh penyebab
kemacetan Jakarta adalah tingginya penggunaan kendaraan pribadi di kota
Jakarta, dimana penyebab tingginya penggunaan pribadi dipengaruhi oleh
tingginya tingkat kriminalitas di kota Jakarta yang
menyebabkan penduduk kota lebih memilih kendaraan pribadi dari pada
kendaraan umum. Kemudian tingkat kriminalitas yang tinggi disebabkan oleh
tingginya tingkat pengangguran di kota Jakarta.

3. PEMBANGUNAN CAUSAL LOOP DIAGRAM


Sherwood pada tahun 2002, mengusulkan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan Causal Loop Digram (CLD), yaitu :
1. Ketahui batasan permasalahan;
2. Memulai dari suatu hal yang menarik;
3. Ketahui faktor yang menjadi penyebab dan faktor yang menjadi akibat;
4. Gunakan kata benda bukan kata kerja;
5. Jangan menggunakan kata meningkat atau menurun;
6. Jangan ragu untuk memasukan kata yang tidak biasa;
7. Gunakan tanda “S” dan “O” pada setiap hubungan keterkaitan;
8. Diagram yang baik adalah diagram yang menggambarkan keadaan
sebenarnya;
9. Senangilah diagram yang dibuat;
10. Tidak ada diagram yang benar-benar selesai.

Sementara Vermaak, 2004 mengusulkan langkah-langkah berikut dalam


membangun CLD:

PRE Batasi dan definisikan isu dan diagnosis dari berbagai sudut pandang

1 Gunakan firasat untuk memilih 10 faktor teratas berdasarkan data lengkap.

2 Rancang sebuah alur cerita (story line), gambarkan loop dan isi kekosongan cerita

3 Periksa panah untuk hubungan sebab dan akibat

4 Periksa aliran diagram; Gambarkan sebagai lingkaran loop

5 Cari dan diskusikan poin-poin pengungkit (leverage) & monitoring

POST Menguji dan menggunakan diagram Anda untuk mempengaruhi perubahan

3.1. Aliran Diagram dan Looping

3.1.1. Aliran Diagram


Ada tiga petunjuk dasar untuk menunjukkan bahwa aliran diagram yang
dibuat membutuhkan perbaikan:
• Di mana Anda terjebak berjalan melalui diagram: beberapa anak panah
umumnya tidak kausal sama sekali atau mengarah ke arah yang salah. Alasan
lain adalah diagram terdiri dari bagian yang terputus. Novelis Isabelle
Allende menunjukkan bahwa sebuah cerita bagus mengalir bukan karena
kejadian tapi karena adanya keterkaitan di antara keduanya. Jadi ketika Anda
terjebak menceritakan keseluruhan cerita, Anda perlu memikirkan ulang loop
dan menghubungkan bagian diagram yang terpisah menjadi keseluruhan.
• Di mana Anda memerlukan banyak kata untuk menjelaskan beberapa
panah: Anda perlu menambahkan beberapa faktor untuk menceritakannya.
Hal yang sama berlaku untuk variabel penting yang muncul dalam cerita
Anda, tapi jangan tampilkan di atas kertas. Begitu juga sebaliknya, Anda
perlu mengurangi kompleksitas detail dengan menyingkirkan faktor-faktor
dalam peregangan cabang tanpa cabang karena sedikit menambah cerita.
• Dimana hubungan kausal tampaknya tidak cukup untuk menjelaskan apa
yang terjadi: Anda perlu menambahkan hubungan kausal. Ketidakcukupan
efek mengacu pada faktor-faktor yang tidak menunjukkan atau sedikit
dampak pada faktor lain dalam diagram. Penyebab ketidakcukupan mengacu
pada sebaliknya dimana anak panah masuk ke suatu faktor tidak menjelaskan
secara meyakinkan kemunculan suatu faktor. Contohnya adalah "struktur
konflik yang tidak jelas" di mana Anda merasa bahwa kurangnya
keterampilan kerja sama mungkin memainkan peran lebih besar dalam
menciptakan konflik daripada struktur yang tidak jelas.

3.1.2. Looping

CLD yang sudah dewasa untuk kasus kehidupan nyata umumnya memiliki
banyak loop. Namun visualisasi yang buruk bisa, menyebabkan kebingunang
dan pembaca akan kemudian tersesat dalam kekacauan diagram. Seni
menggambar diagram yang baik tidak hanya memerlukan perhatian yang
fokus pada fungsi, namun juga kepada beberapa petunjuk artistik (mis.,
Moxnes 1984).

Pertama, menggambar ulang loop individu agar menjadi sebuah lingkaran


dapat membantu meminimalkan panah dan panah panah yang mengelilingi
faktor. Kedua, sederhanakan dengan "aliran searah" melalui masing-masing
faktor. Cara menggambar ini memungkinkan orang melihat sekilas segala
sesuatu yang mempengaruhi faktor (panah datang dari satu arah) dan apa
yang pada gilirannya mempengaruhi (panah keluar dengan arah yang
berlawanan). Gambar di bawah menggambarkan bagaimana langkah-langkah
ini dapat membuat perbedaan. Ketiga, dalam diagram yang rumit dapat
membantu bila tema terpisah menempati "sudut" diagram yang berbeda.

Beberapa penulis juga menganjurkan pelabelan jenis loop sebagai


"reinforcing" (R atau +) atau "balancing" (B atau -) seperti yang ditunjukkan
pada Gambar. Beberapa pelanggaran terhadap peraturan artistik ini tidak
dapat dihindari, namun untungnya masih memungkinkan tokoh yang mudah
diingat.

3.2. Titik Leverage (Pengungkit) dan Monitoring


(Pemantauan)

Seringkali intervensi atau usaha hanya difokuskan pada hilangnya gejala,


bukan hilangnya masalah. Perangkap ini muncul dalam usaha perubahan
dimana kita tidak membedakan antara titik leverage (di mana sedikit usaha
mempengaruhi perubahan sistem) dan titik pemantauan (di mana sedikit
perubahan sistem dapat dirasakan dengan segera).

Metafora yang tepat untuk menggambarkan relevansi perbedaan tersebut


adalah bagaimana orang mandi - memutar keran adalah titik leverage,
merasakan suhu dengan tangan Anda adalah titik pemantauan. Beralih kedua
hal ini membuat mandi menjadi hal yang menakutkan dan sulit dilakukan.

Dalam ilmu manajemen, kebingungan seperti itu adalah hal yang biasa.
Pemicu untuk perubahan (mis., "Konflik") atau hasil perubahan yang
diinginkan (mis., "Budaya kewirausahaan") pada umumnya harus dianggap
sebagai titik pemantauan karena banyak hal memperkuat budaya organisasi
dan berkontribusi pada konflik. Perubahan dalam sistem sudah mudah
dialami disana. Namun "menerapkan perubahan budaya" atau terlibat dalam
"resolusi konflik" merupakan intervensi pada tingkat operasional. Kita dapat
membedakan titik-titik ini dalam diagram kita:
• Faktor pengarah: lebih banyak panah yang keluar dari pada yang masuk
• Faktor pengukur: lebih banyak panah yang masuk dari pada yang keluar
• Faktor Ambivalen: beberapa anak panah masuk dan keluar
• Faktor otonom: sedikit atau tidak ada panah masuk atau keluar

Faktor pengarah adalah titik pengungkit (paling memungkinkan), sedangkan


faktor pengukur paling cocok untuk memantau kemajuan. Faktor Ambivalen
bermasalah. Orang mungkin ingin menggunakannya sebagai titik
pengungkitan, namun seringkali sulit untuk dikuasai karena banyak faktor
lain yang mempengaruhi mereka.

Analisis pengaruh semacam itu (Probst & Gomez, 1991; Van Reibnitz, 1988)
membantu agen perubahan melepaskan diri dari pemahaman leverage dan
prasangka sebelumnya. Melakukan analisis secara mekanis dengan
menghitung panah, dapat menyebabkan kesimpulan palsu ketika anak panah
memiliki kekuatan yang sangat berbeda.

Sangat disarangkan untuk mencoba bagaimana sebuah faktor pengarah


menciptakan efek "bola salju" dalam diagram. Bila alasan ini tidak
meyakinkan, CLD harus disesuaikan dengan membuang panah keluar yang
lemah dari faktor pengarah yang seharusnya. Setiap leverage yang belum
tertangkap juga bisa diperbaiki pada saat ini dengan menambahkan panah
keluar dan kemungkinan loop yang mungkin berasal darinya. Terkadang
timbul komplikasi bila faktor pengarah yang kuat (misalnya, pergeseran
demografis) berada di luar kendali kita. Dalam kasus semacam itu, ini adalah
titik leverage dalam teori namun tidak dalam praktek karena merupakan
faktor yang melepaskan kendali langsung. Faktor pengarah dan pengukuran
dapat ditandai (S dan M) pada diagram untuk memudahkan membaca.

Anda mungkin juga menyukai