Dosen Pengampu:
Widjonarko, S.T., M.T.
Dr. Eng. Maryono, S.T., M.T.
Ir. Parfi Khadiyanta, M. Si.
Dr. Ing. Santy Paula Dewi, S.T., M.T.
Disusun Oleh :
Kelompok 1A
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
produktivitas aktivitas ekonomi yang menyangkut masyarakat banyak, sehingga perlu dilakukan
evaluasi untuk melihat apakah pembangunan MRT sejauh ini telah memberikan manfaat yang
diharapkan, terutama dari kualitas pelayanan dan dampak-dampak yang dihasilkan.
1.4. Metodologi
1.4.1. Cara Mendapatkan Data
Cara yang digunakan untuk mendapatkan data dalam Proyek Pembangunan MRT Fase 1
Lebak Bulus-Bundaran HI ini adalah dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder
yang digunakan berupa pemetaan dan telaah dokumen. Pemetaan dilakukan untuk mendapatkan data
yang berkaitan dengan lokasi serta jalur MRT Fase 1 Lebak Bulus-Bundaran HI, sedangkan telaah
dokumen dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan dokumen perencanaan
pembangunan MRT Fase 1 yang dilaksanakan serta untuk mendapatkan data statistik yang berkaitan
dengan kependudukan dan prasarana yang ada disekitar lokasi pembangunan MRT.
6
pembangunan MRT Fase 1 adalah metode analisis data yang dipakai adalah metode analisis deskriptif
serta kualitatif, dengan penjabaran sebagai berikut.
a. Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif bertujuan untuk mengubah sekumpulan data mentah menjadi
bentuk yang lebih mudah dipahami yang berbentuk informasi yang lebih ringkas. Metode ini
digunakan untuk mendeskripsikan data yang terkumpul tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum. Adapun data yang memerlukan analisis ini adalah data
kondisi koridor MRT Fase 1, persepsi masyarakat akan kebersihan dan kesehatan disekitar
serta jumlah pengunjung yang merasa nyaman. Dari hasil analisis ini dapat dimanfaatkan
sebagai data yang mendukung analisis lanjutan, sehingga fungsinya mendukung analisis
lanjutan yang dilakukan.
b. Metode Analisis Kualitatif
Metode analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang berupa kata-kata yang
tidak dapat dikategorikan. Metode analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui anggapan
masyarakat akan kebersihan dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap fasilitas dan estetika
dari MRT Fase 1. Data-data yang digunakan dalam metode analisis ini didapat dari
wawancara terhadap beberapa masyarakat sampel yang tinggal di sekitaran staisun MRT Fase
1. Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara terstruktur dengan menggunakan
instrumen yang berisi pertanyaan yang telah disusun.
c. Metode Analisis Data Statistika
Teknik analisis data statistika adalah suatu teknik bagaimana cara-cara mengumpulkan data,
mengolah, menyajikan, dan menganalisa, penarikan kesimpulan serta pembuatan keputusan
yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan penganalisaan yang dilakukan.
d. Teknik Analisis Komparatif Konstan
Teknik analisis komparatif adalah teknik yang digunakan untuk membandingkan kejadian-
kejadian yang terjadi disaat peneliti menganalisa kejadian tersebut dan dilakukan secara terus
menerus sepanjang penelitian dilakukan. Berney G. Galaser dan Anselm L. Strouss
mengemukakan beberapa Teknik Komparatif Konstan, yaitu: membandingkan kejadian yang
dapat diterapkan pada tiap kategori, tahap memadukan kategori serta cirinya, tahap membatasi
lingkup teori dan tahap menulis teori.
e. Metode Analisis Kuantitatif
Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menilai sejauh mana hubungan dengan
efektivitas. Peningkatan kualitas lingkungan dengan terjadinya penurunan polusi udara.
Tujuan metode analisis kuantitatif menggunakan alat-alat analisis tersebut adalah untuk
mengetahui model dan keterkaitan antara peningkatan pendapatan bersih masyarakat. Data-
data yang digunakan dalam metode analisis ini didapat dari observasi dan analisis melalui
prosedur yang telah direncanakan sebelumnya
7
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian yang dilakukan ini terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, metode evaluasi dan
sistematika dalam melakukan evaluasi perencanaan.
BAB II PROFIL WILAYAH DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN
Bab ini berisikan gambaran profil wilayah, dan profil kegiatan yang juga mencakup
pelaksanaan dan rincian anggaran biaya dari proyek yang dievaluasi.
BAB III KERANGKA KERJA LOGIS DAN INDIKATOR MONITORING EVALUASI
Bab ini berisikan kerangka kerja logis evaluasi perencanaan dan indicator monitoring dan
evaluasi kegiatan pembangunan.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN MONITORING DAN EVALUASI
KEGIATAN PEMBANGUNAN
Bab ini menjelaskan analisis monitoring dan evaluasi yang mencakup analisis output, analisis
outcomes, dan analisis impact, serta analisis kinerja kegiatan evaluasi perencanaan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan, rekomendasi dan rencana tindak terkait proyek evaluasi
perencanaan yang dilakukan.
8
BAB II
PROFIL WILAYAH DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN
DKI Jakarta termasuk kedalam wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek) karena sebagai pusat
utama kegiatan ekonomi. Wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek) memiliki total penduduk sekitar
28 juta jiwa. Sebagai wilayah pusat perokonomian, Jakarta memiliki sarana dan prasarana yang dapat
dikatakan memadai. Berikut adalah batas administrasi dari Kota Jakarta;
a) Sebelah utara : Laut Jawa
b) Sebeiah timur : Provinsi Jawa Barat
c) Sebelah selatan : Provinsi Jawa Barat
d) Sebelah barat : Provinsi Banten
9
2.2. Gambaran Umum Proyek Pembangunan
MRT adalah Mass Rapid Transit yaitu angkutan cepat terpadu dimana merupakan sebuah
sistem transportasi transit cepat berbasis rel. PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta) berdiri
pada tanggal 17 Juni 2008, berbentuk badan hokum Perseroan Terbata dengan mayoritas saham
dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. PT MRT Jakarta memiliki ruang lingkup kegiatan di
antaranya untuk pengusahaan dan pembangunan prasarana dan sarana MRT, pengoperasian dan
perawatan prasarana dan sarana MRT, serta pengembangan dan pengelolaan property/bisnis di stasiun
dan Kawasan sekitarnya.
Rencana pembangunan MRT di Jakarta sesunguhnya sudah dirintis sejak tahun 1985. Namun,
saat itu proyek MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional. Pada tahun 2005, Presiden Republik
Indonesia menegaskan bahwa proyek MRT Jakarta merupakan proyek nasional. Jalur MRT Jakarta
rencananya akan membentang kurang lebih 110,8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan-Utara
(Koridor Lebak Bulus – Kampung Bandan) Sepanjang 23,8 km dan Koridur Timur-Barat sepanjang
87 km. Pembangunan koridor selatan-utara dari lebak bulus sampai kampung bandan dilakukan
dengan dua fase.
Fase 1 yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan
Bundaran Hotel Indonesia. Pada fase 1 ini telah dibangun jalur kereta sepanjang 16 kilometer yang
meliputi 10 kilometer jalur laying dan 6 kilometer jalurbawah tanah. Tujuh stasiun laying tersebut
adalah Lebak Bulus, Fatmawai, Cipeter Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja.
Sedangkan 6 stasiun bawah tanah dimulai dari Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh
Atas dan Bundaran Hotel Indonesia.
Satu rangkaian kereta MRT terdiri dari 6 gerbong, dengan kapasitas penumpang sekitar 200
orang per gerbong. Dengan ini, satu kereta dapat memuat sekitar 1200 penumpang dalam satu waktu.
Kecepatan maksimum kereta adalah 100 km/jam. Sistem operasi kereta MRT akan menggunakan
sistem ATO (Automatic Train Operation), dimana perjalanan kereta diatur secara otomatis sehingga
tugas masinis hanya menutup dan membuka pintu serta menekan tombol start awal kereta. Untuk
mencegah terjadinya tabrakan antar kereta, kereta MRT akan dilengkapi dengan sistem ATP
(Automatic Train Protection).
10
BAB III
KERANGKA KERJA LOGIS DAN INDIKATOR MONITORING EVALUASI
11
Hirarki Means of
Deskripsi Indikator Asumsi dan Resiko
Logis Verification
Terbangunnya jalur koridor MRT Panjang total koridor MRT Telaah Dokumen
Tersedianya fasilitas penunjang MRT Sarana dan Prasarana Observasi
Tersedianya set kereta Jumlah set kereta Telaah Dokumen
Perizinan pembangunan
Penyediaan Lahan
Anggaran / Pembiayaan
Input Pekerjaan Konstruksi stasiun layang
Pekerjaan Konstruksi stasiun bawah tanah
Pekerjaan Konstruksi rel
Pekerjaan penyediaan sarana prasarana pendukung
Sumber : Analisis Kelompok Evaluasi Perencanaan 1A
12
Tabel 2. Indikator Monitoring dan Evaluasi Pembangunan MRT Fase I
Hirarki
Kebutuhan Data Parameter Data Instansi Terkait Metode Survey Instrumen Survey PJ
Logis
Jumlah stasiun layang dan bawah Alat Tulis dan
Unit PT MRT Jakarta Telaah Dokumen Qashash M
tanah yang terbangun Laptop/Komputer
Pajang Koridor MRT yang telah Alat Tulis dan
OUTPUT
13
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN MONITORING DAN EVALUASI
KEGIATAN PEMBANGUNAN
14
Pemilihan rute dari MRT
fase 1 telah memperhatikan
pusat-pusat kegiatan di
Jakarta yang memiliki
mobilitas masyarakat cukup
tinggi namun terkendala
Pemilihan oleh jarak dan biaya
rute dan transportasi karena jalanan
lokasi yang macet pada rute
stasiun tersebut
Contoh: Lebak Bulus-
Bundaran HI hanya sekitar
20 menit, dibandingkan
dengan mobil dan motor
bisa hingga satu jam karena
macet.
Fasilitas dan layanan
penunjang yang disediakan
oleh MRT telah memberikan
Ketersediaan
manfaat bagi pengguna,
Terbangunnya MRT sarana dan
terutama dari aspek
Fase 1 yang prasarana
kenyamanan dan keamanan
meningkatkan
pengguna seperti yang telah
Outcome kemudahan mobilitas
dijelaskan sebelumnya.
masyarakat dengan
Tarif yang dikenakan oleh
memperhatikan
MRT Jakarta dinilai telah
keterjangkauan
terjangkau, jika
memperhatikan jarak dan
waktu tempuh. Tarif
maksimal adalah sebesar Rp.
14.000 (Lebak Bulus-
Bundaran HI).
15
Peningkatan kualitas udara
di Jakarta sebagai implikasi
dari pembangunan MRT
Fase 1 merupakan outcome
jangka panjang, sehingga
belum dapat dinilai
implikasinya sejak
operasional pertama kali
MRT pada Maret 2019
hingga saat ini. Hal ini juga
disebabkan terlalu banyak
faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas
udara.
16
Tabel 4. Evaluasi Relevansi Pembangunan MRT Fase 1
Kebijakan Keterangan Kebijakan Implementasi Keterangan
4.2.2. Efektivitas
Efektivitas adalah suatu kondisi yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau pencapaian
suatu tujuan yang diukur dengan kualitas, kuantitas, dan waktu, sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Penilaian efektivitas pada evaluasi program pembangunan MRT Fase 1
Lebak Bulus-Bundaran HI didasarkan pada capaian sasaran maupun tujuan yang diharapkan dapat
terealisasi pada program tersebut. Berikut merupakan tabel efektivitas program pembangunan MRT
Fase 1:
Tabel 5. Evaluasi Efektifitas Pembangunan MRT Fase I
Efektifitas Rencana Realisasi
Terbangunnya MRT tahap 1 yang Terpilihnya Lebak Bulus-Bundaran HI
meningkatkan kemudahan sebagai rute MRT Fase 1 dimana jalur
mobilitas masyarakat dengan tersebut menghubungkan antar pusat
memperhatikan keterjangkauan kegiatan
Tersedianya sarana dan prasarana
pendukung yaitu Railway Systems &
Trackwork dan Rolling Stock. Railway
System merupakan prasarana penunjang
sistem perkeretaapian yang terdiri atas
10 sub sistem, yaitu Substation System,
Efektif
Overhead Contact System, Power
Distribution System, Signaling System,
Telecommunication System, Facility
SCADA, Automatic Fare Collection
System, Platform Screen Doors,
Escalator and Elevator, dan Trackwork.
Tarif perjalanan tergolong dapat
menjangkau semua kalangan, tarif
perjalanan memiliki kisaran antara Rp.
4000-14000
17
Efektifitas Rencana Realisasi
Meningkatnya Kualitas Lingkungan Terjadinya penurunan polusi udara yang
dapat dilihat dari indeks kualitas udara
pada Kota Jakarta dimana pada tahun
2018 wilayah DKI 1 memiliki ISPU max
133 dimana kualitas udara dikategorikan
sebagai tidak sehat. Pada tahun 2019
setelah MRT beroperasi, sampai dengan
bulan Agustus, DKI1 memiliki jumlah
hari terbanyak dengan kualitas udara
baik, yakni 65 hari sekaligus jumlah hari
tersedikit dengan kualitas udara tidak
sehat, yakni 13 hari.
Sumber : Analisis Kelompok Evaluasi Perencanaan 1A
4.2.3. Efisiensi
Pengukuran hasil implementasi dilakukan dengan meninjau kembali input serta output yang
diharapkan pada rencana program. Efisiensi dapat ditinjau dari penggunaan sumberdaya dalam hal ini
dapat ditinjau waktu. Berikut tabel analisis efisiensi dalam Pembangunan MRT di Provinsi DKI
Jakarta.
Tabel 6. Evaluasi Efisiensi Pembangunan MRT FAse 1
Variabel Input Output Efisiensi
Efisien, karena dengan adanya MRT
Dibangunnya 13 Stasiun akan memberikan tambahan pilihan
Terbangunnya
MRT Fase 1 di beberapa moda transportasi umum dengan
Stasiun MRT Fase
titik di Jakarta pada tahun tarif terjangkau serta mengurangi
Waktu 1 dan mulai
2013 untuk memberikan kecametan di Jakarta melalui moda
dioperasikan pada
kemudahan mobilitas bagi angkutan massal sehingga secara
tahun 2019
masyarakat langsung juga akan mengurangi
polusi
Sumber : Analisis Kelompok Evaluasi Perencanaan 1A
4.2.4. Dampak
Penilaian dampak dalam evaluasi berfungsi untuk mengetahui efisiensi dan dampak dari
program yang laksanakan. Hasil dari penilaian dampak adalah berupa dampak positif dan negatif.
Hasil penilaian dampak terkait pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) Fase I dapat dilihat
pada Tabel X.X berikut
18
Tabel 7. Evaluasi Dampak Pembangunan MRT Fase I
Adanya program pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) yang dibagi dalam
beberapa fase, memiliki dampak yang baik terutama dalam segi waktu dan lingkungan. Pengguna
MRT beranggapan bahwa dengan adanya transportasi umum yang baru dan bebas hambatan,
membuat perjalanan menjadi lebih mudah karena waktu yang dibutuhkan semakin berkurang.
Berdasarkan Tabel X.X dapat dikatakan bahwa pembangunan MRT berkontribusi baik terhadap
pengurangan emisi Co2 karena adanya peningkatan jumlah pengguna yang beralih dari kendaraan
pribadi ke kendaraan umum perkotaan.
4.2.5. Keberlanjutan
Pengukuran hasil implementasi dilakukan dengan meninjau kembali outcome yang
diharapkan pada rencana program berdasrkan indicator terkait. Keberlanjutan dapat ditinjau dari segi
peningkatan kualitas lingkungan yang dilihat berdasarkan ISPU dan jumlah emisi CO2 di Provinsi
DKI Jakarta. Berikut tabel analisis keberlanjutan dalam Pembangunan MRT di Provinsi DKI Jakarta.
Secara umum, pembangunan MRT memiliki outcome jangka panjang yaitu meningkatkan
kualitas udara Kota Jakarta apabila seluruh fase pembangunan telah dilaksanakan. Berdasarkan data
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dalam statistik Dinas Lingkungan Hidup, Pembangunan MRT
Fase I belum sepenuhnya memberikan dampak terhadap kualitas udara. Hal ini disebabkan terlalu
banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas udara.
19
Apabila dilihat secara lebih detail, pembangunan MRT tahap I memberikan kontribusi baik
terhadap penurunan jumlah emisi CO2 di Kota Jakarta. Pembangunan MRT Jakarta fase 1
diperkirakan mengurangi angka emisi CO2 hingga 85.680 ton CO2 per tahun dimana hampir 50%
dari total emisi CO2 tahunan Kota Jakarta. Angka tersebut didapat dengan memperhitungkan
sumbangan emisi CO2 dari kendaraan yang melintasi jalur MRT fase I tersebut. Peningkatan kualitas
lingkungan yang dilihat dari jumlah emisi CO2 merupakan akibat dari penambahan jumlah pengguna
transportasi umum di Kota Jakarta. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan integrasi antar
transpotasi umum kota.
20
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Program pembangunan MRT Fase I bertujuan untuk mengatasi permasalahan kemacetan dan
peningkatan aksesibilitas di DKI Jakarta. Pembangunan Fase 1 ini dilakukan untuk
menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran Hotel Indonesia dengan panjang
koridor yaitu 16 km. Adapun pembangunan ini telah selesai dan mulai beroperasi pada tahun
2019. Berikut ini merupakan hasil evaluasi dari pembangunan MRT Fase I.
1. Pembangunan stasiun layang, bawah tanah, jalur koridor, fasilitas penunjang operasional,
hingga ketersediaan armada telah terealisasi.
2. Peningkatan kulitas udara akibat adanya pengembangan proyek MRT belum sepenuhnya
terealisasi mengingat berdasarkan statistik Dinas Lingkungan Hidup, Indeks Standar
Pencemar Udara (ISPU) di Jakarta cenderung mengalami peningkatan dari Januari 2019
hingga Agustus (59,4 menjadi 88,9). Debu dari pekerjaan pembangunan MRT Fase 2
dinilai menjadi salah satu penyebabnya.
3. Pembangunan MRT Fase I telah relevan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 53
Tahun 2017 tentang Penugasan Kepada Perseroan Terbatas MRT Jakarta Untuk
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Mass Rapid Transit.
4. Pembangunan MRT Fase I dinilai telah efektif memberikan pelayanan terutama terkait
peningkatan kemudahan mobilitas.
5. Pembangunan MRT Fase I dinilai efisien dengan memberikan banyak dampak positif bagi
masyarakat Jakarta.
6. Pembangunan MRT Fase I memberikan dampak positif terutama dari segi waktu dan
lingkungan.
7. Pembangunan MRT Fase I dinilai telah berkelanjutan karena dari Integrasi antar
transportasi umum di Kota Jakarta membuat angka pengguna semakin bertambah sehingga
mengurangi penggunaan transportasi pribadi sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah
polusi udara
8. Program-program pembangunan MRT Fase 1 di Provinsi DKI Jakarta memang telah
terealisasi seluruhnya dan dapat dikatakan telah memberikan dampak positif, akan tetapi
untuk dapat mencapai tujuan-tujuan jangka panjang terkait penggunaan moda transportasi
umum dengan implikasi peningkatan kualitas lingkungan dan menyelesaikan masalah
kemacetan, pembangunan MRT fase 1 masih belum cukup.
21
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Lingkungan Hidup (DLH). 2019. Data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Provinsi DKI
Jakarta Tahun 2018. DKI Jakarta: Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan Hidup (DLH). 2020. Data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Provinsi DKI
Jakarta Tahun 2019. DKI Jakarta: Dinas Lingkungan Hidup
Dwiwanto, Dodiek. 2019. MRT Jakarta Capai Target Jumlah Penumpang. Dalam
artikel.rumah123.com. Diakses pada 17 November 2020.
Fadli, Ardiyansyah. 2020. Pengguna Kendaraan Umum Melonjak Berkat Integrasi Transportasi.
properti.kompas.com. Diakses pada 17 November 2020.
Hamdi, Imam. 2019. Testimoni Pekerja Jakarta Naik MRT. Dalam metro.tempo.com. Diakses pada
17 November 2020
Oktaria, Dhina Setyo. 2020. Analisis Kebijakan Standar Pelayanan Minimum Bagi Pengguna Kereta
Api MRT Jakarta. Jurnal Komunikasi Universitas Garut. Vol III (8), 372-381
Parinduri, Luthfi. 2019. Penetapan Tarif Bersubsidi Penumpang Moda Raya Terpadu Jakarta Phase I.
Jurnal ISBN. Volume I(1), 1-6
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 53 Tahun 2017 Tentang Penugasan Kepada
Perseroan Terbatas MRT Jakarta Untuk Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Mass Rapid
Transit
Ramadhani, Niko. 2019. 5 Manfaat Kehadiran MRT Jakarta Untuk Indonesia. Dalam
www.akseleran.co.id. Diakses pada 17 November 2020
Setyadi, Fajar. 2019. MRT Fase 1 Turunkan Polusi Jakarta. Dalam www.validnews.id. Diakses pada
17 November 2020
22