Anda di halaman 1dari 13

Muhammad Arya Nadifa

41721010028
Desain Interior

Seni Rupa Pra Sejarah Indonesia

A. Sifat – Sifat Umum Seni Rupa Indonesia

1. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang
pada suatu kaidah yang turun temurun
2. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi kebudayaan
luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga menjadi milik bangsa
Indonesia sendiri
3. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan alam yang
berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang beraneka ragam
4. Bersifat Seni Kerajinan
Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam bahan untuk
membuat kerajinan
5. Bersifat Non Realis
Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang
selalu bersifat perlambangan / simbolisme

Seni Rupa Pra Sejarah Indonesia berfungsi:

1. Sebagai ritus agama / magi terhadap kekuatan gaib ( contoh lukisan gua kerap
diasosiasikan dengan magi perburuan, simbol lingga-yoni pada patung, totemisme;
ornamen wajah manusia-binatang pada lukisan dinding /ornamen ).
2. Sebagai pendukung nilai sosial ( contoh senjata khusus, baju kebesaran, mahkota, dsb
yang menunjukkan status sosial seorang Pemimpin ).

Masa Pra Sejarah Indonesia terbagi atas beberapa periode, yaitu:


1. Zaman Batu Tua ( Palaeolithicum ) ± lebih dari 600.000 tahun yang lalu
Pada masa ini di Indonesia manusia pelakunya adalah Homo Soloensis, Homo Wajakensis.
Kehidupan pada masa itu adalah no maden serta food gathering dengan cara berburu /
meramu. Pada saat itu mereka masih tinggal di gua-gua.
Artefak yang ditemukan pada masa ini yaitu Kapak genggam/chopper ( untuk memukul),
pipisan batu ( untuk menghaluskan makanan ), alat pemotong dari tulang / tanduk rusa ( untuk
belati ), flakes ( alat-alat kecil dari batu untuk mengupas makanan ). Ciri artefak yang ada pada
masa ini hanya memperlihatkan kemampuan teknis; belum ada sentuhan seni.

Beberapa jenis kapak genggam

Beberapa jenis kapak genggam


Alat serpih

Zaman Batu Madya ( Mesolithicum ) ± 2000 tahun yang lalu


Kehidupan yang terjadi pada masa ini adalah No maden, food gathering, semi sedenter. Hampir
sama dengan masa Palaeolithicum ( kapak genggam, kapak pendek, pipisan untuk menggiling
makanan, flakes untuk mengupas makanan, ujung mata panah, kapak, alat-alat dari tulang /
tanduk rusa untuk memotong / menusuk. Pada masa ini kebudayaan yang ditemui adalah
budaya peeble culture ( kebudayaan kapak genggam ), bone culture ( kebudayaan tulang ), dan
flakes culture ( kebudayaan alat serpih ).

Berbagai bentuk pipisan


Batu serut

Melukis dianggap bisa memancarkan daya magis. Hal itu disalurkan dengan membuat lukisan
dinding di ceruk ataupun di gua-gua. Mulai muncul budaya TOTEMISME. Implementasinya
berupa bentuk gambar-gambar hewan serta makhluk gua sering dijadikan obyek lukisan. Tema
lukisan umumnya adalah tema Perburuan, Telapak tangan, dan makhluk-makhluk supranatural.
Lukisan tangan di Papua

Lukisan Gua Lasitae, Sulawesi Selatan

Zaman Batu Muda ( Neolithicum ), 2000 tahun SM


Pada masa ini ditandai dengan masuknya Bangsa Austronesia, Austro-Asia ( Indo Cina ),
membawa budaya kapak lonjong & kapak persegi dari Dongson. Oleh karena itu kebudayaan
tersebut sering disebut sebagai Kebudayaan Dongson. Artefak yang ditemukan buatannya
sudah diasah dan lebih halus dari zaman sebelumnya.
Kapak persegi ,kapak bahu, kapak lonjong, perhiasan ( dari batu ), pakaian ( dari kulit
kayu ), tembikar ( untuk memasak ). Hal ini ditandai dengan adanya perbedaan dari tradisi &
kondisi alam yang berbeda-beda di Indonesia membuat karakter produknya juga berbeda.

Gambar 8
Kapak lonjong dari batu

Kapak lonjong dari tanah liat


Kapak persegi

Zaman Batu Besar ( Megalithicum ), dimulai 2000 tahun yang lalu


Kehidupan dan kondisi sosial ekonomi sama seperti masa Neolithicum. Artefak yang ditemukan
pada masa ini antara lain:
- Menhir ( tugu batu yang didirikan untuk memuja arwah nenek moyang ).

Gambar 11
Menhir

Gambar 12
Batu purba Pugung Raharjo,berupa menhir dan susunan batu, Lampung

Dolmen ( meja batu, merupakan tempat sesajen, pemujaan terhadap roh nenek moyang. Ada
yang berfungsi sebagai kuburan ).

Dolmen
Sarkofagus

Kubur Batu

Gambar 16
Punden Berundak
( tempat pemujaan nenek moyang yang mempunyai bentuk berundak-undak ).

Zaman Logam / Perunggu ( Masa Perundagian ), ± 500 tahun yang lain


Kehidupan : Sudah pandai membuat alat-alat dari logam dgn teknik khusus, kemajuan sosial
ekonomi; sudah mengenal uang, mampu bertani / beternak dalam skala yang lebih luas.
Gambar 17
Nekara

Nekara berfungsi sebagai genderang ( untuk upacara memanggil hujan, genderang perang,
dsb ). Pada sisinya terdapat kuping agar dapat digantung supaya bila dipukul bersuara
nyaring.

Gambar 18
Moko
Moko merupakan nekara yang lebih kecil. Moko masih ada hingga sekarang di NTT.
Berfungsi sebagai alat musik juga untuk menunjukkan status sosial seseorang. Selain itu
pada zaman perunggu ditemukan juga:
- Bejana perunggu
- Arca-arca perunggu ( dicetak dengan teknik a cire perdue )
- Perhiasan logam
- Mata kapak, panah, sabit, pisau, pedang dari besi.

A CIRE PERDUE merupakan Teknik mencetak dengan membuat model cetakannya terlebih
dahulu dari lilin yang ditutup tanah liat kemudian dipanaskan hingga lilinnya mencair. Setelah itu
logamnya baru dituangkan.

Gambar 19
Proses a cire perdue

Selain itu ada juga teknik bivalve. Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali
karena menggunakan dua keping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai berulang kali
sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua danvalve berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk
mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hiasannya.

Nekara hasil teknik bivalve

Peralatan hidup sehari-hari

Gambar 20
Kendi dari tanah liat
Gambar 21
Perhiasan

Gambar 22
Gelang dari batu chalcedony

Anda mungkin juga menyukai