Anda di halaman 1dari 6

Bab

1 Disusun: Syarif Hidayat, S.Ag. M.Pd


Dra. Siti Sa’adah PABP XII

KOMPETENSI DASAR
3.1. menganalisis dan mengevaluasi makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3:
159, serta Hadis tentang berpikir kritis dan bersikap demokratis
4.1. Membaca dan mendemontrasikan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159; sesuai
dengan kaidah tajwid dan makharijulhuruf.
4.2. Menyajikan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai pesan
Q.S. Ali Imran/3: 190-191dan Q.S. Ali Imran/3: 159

TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan belajar dari rumah (BDR), peserta didik dapat menganalisis, mengevaluasi,
Membaca, mendemontrasikan Menyajikan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang berakal
(ulil albab) sesuai pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta memiliki sikap
mandiri, jujur, dan disiplin.
URAIAN MATERI

A. KHAZANAH KEILMUAN
Definisi tentang berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji. Ia memberikan definisi bahwa berpikir
kristis adalah “berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan
tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan”. Salah satu contoh kemampuan berpikir kritis
adalah kemampuan “membuat ramalan”, yaitu membuat prediksi tentang suatu masalah, seperti
memperkirakan apa yang akan terjadi besok berdasarkan analisis terhadap kondisi yang ada hari ini.

Dalam Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar masa depan di dunia, tetapi lebih jauh dari
itu, yaitu di akhirat. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi adalah orang yang pikirannya jauh ke
masa depan di akhirat. Maksudnya, jika kita sudah tahu bahwa kebaikan dan keburukan akan
menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita, harus ada pertimbangan akal
sehat. Jangan dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di posisi yang rendah di akhirat.
“Berpikir sebelum bertindak”, itulah motto yang harus menjadi acuan orang “cerdas”.

Islam sangat menghargai manusia yang berpikir kritis. Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak
pengulangan kata yang berakar kata aql, fikr, fiqh, dzikr, yang menginspirasi untuk mengembangkan
pemikiran pemikirannya. Semangat ini mendorong ilmuan Islam untuk mencurahkan gagasan dan
pikiran sehingga melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi umat manusia di dunia.
Secara Islami berpikir kritis bukan berarti berpikir bebas yang tak terbatas karena kemampuan akal
pikiran manusia memiliki keterbatasan. Oleh sebab itu hasil pemikiran sekaligus kebenaran berpikir

1
yang dilakukan manusia bersifat relatif. Sementara itu kebenaran yang mutlak dan pasti hanyalah
milik Allah Swt. Oleh karena itu, ada kalimat yang masyhur di kalangan ulama fi qh, dan hampir
semua imam mazhab pernah mengatakan kalimat ini, yaitu: “Pendapatku benar, tapi bisa saja salah.
Pendapat selainku itu salah tapi bisa jadi benar”

Semua imam mazhab mengklaim bahwa pendapatnya itu ialah yang benar namun dengan
kerendahan hati mereka mengatakan bahwa pendapatnya itu benar dengan kemungkinan adanya
kesalahan, akan tetapi pendapat yang lain salah dengan kemungkinan adanya kebenaran di
dalamnya. Pernyataan para imam tentang kebenaran pendapat mazhabnya merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas apa yang telah mereka lakukan, dan bukan berarti menunjukkan
kesombongan mereka. Dalam arti kata bahwa hasil pemikiran para imam mazhab itu dapat
dipertanggungjawabkan karena telah melalui tahap pengujian berulangulang dan konsisten. Akan
tetapi, pengakuan para imam tentang kebenaran pendapat ulama yang lain merupakan bentuk
apresiasi, pengakuan, dan penghargaan atas jerih payah pihak lain dalam mencurahkan segala
kemampuan pikiran. Kebetulan pemikiran di antara mereka berbeda disebabkan perbedaan sudut
pandang dan cara berpikir satu mazhab dengan mazhab lainnya.

Walaupun demikian mereka saling menghargai satu dengan lainya karena dilandasi semangat bahwa
kebenaran berpikir manusia adalah bersifat relatif adanya. Sikap para imam mazhab dengan
mempertahankan dan mempertanggungjawabkan kebenaran pendapat kelompoknya di satu sisi,
sedangkan di sisi lain mengakui dan mengapresiasi pendapat kelompok yang lain merupakan cermin
ajaran Islam yang sudah lama mempraktikkan nilai-nilai demokrasi. Istilah demokrasi memang baru
dikenal dalam dunia Islam akan tetapi praktek demokrasi sudah dilakukan umat Islam semenjak
berabad-abad silam. Di alam demokrasi, setiap orang boleh mengemukakan pendapat berdasarkan
nalar kritisnya. Dengan catatan bahwa berpikir kritis sangat dianjurkan tapi memaksakan pendapat
dan mencemooh pikiran pihak lain sangat dihindarkan

B. Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159


1) Q.S. Ali Imran/3: 190-191.

2
3
2) Q.S. Ali Imran/3: 159

4
C. PENERAPAN SIKAP Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159

Berikut ini adalah sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan berpikir
kritis berdasarkan ayat al-Qur'±n dan hadis di atas ialah:
1) Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal sehat;
2) Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah alam semesta bagi manusia;
3) Melakukan kajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Qur'±n secara lebih mendalam bersama para
pakar di bidang masing-masing;
4) Menjadikan ayat-ayat al-Qur'±n sebagai inpirasi dalam melakukan penelitian-penelitian ilmiah
untuk mengungkap misteri penciptaan alam;
5) Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sebagai inspirasi dalam mengembangkan IPTEK;
6) Mengoptimalkan pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan umat manusia;
7) Membaca dan menganalisis gejala alam untuk mengantisipasi terjadinya bahaya;
8) Senantiasa berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner;

Perilaku demokratis yang harus dibiasakan sebagai implementasi dari ayat dan hadis yang
telah dibahas antara lain sebagai berikut:
1) Bersikap lemah lembut jika hendak menyampaikan pendapat (tidak berkata kasar ataupun
bersikap keras kepala);
2) Menghargai pendapat orang lain;
3) Berlapang dada untuk saling memaafkan;
4) Memohonkan ampun untuk saudara-saudara yang bersalah;
5) Menerima keputusan bersama (hasil musyawarah) dengan ikhlas;
6) Melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah dengan tawakal;
7) Senantiasa bermusyarawarah tentang hal-hal yang menyangkut kemaslahatan bersama;
8) Menolak segala bentuk diskriminasi atas nama apapun;
9) Berperan aktif dalam bidang politik sebagai bentuk partisipasi dalam membangun bangsa;

SUMBER BELAJAR
1. HA. Sholeh Dimyati dan Feisal Ghozali, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
/kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ,-- edisi revisi Jakarta kementrian Pendidikan Agama
dan kebudayaan, 2018 CV. Putra Nugraha
2. Al-quran dan terjemahan, depag

5
TUGAS PERTEMUAN KE 1
BAB TENTANG BERFIKIR KRITIS DAN BERSIKAP DEMOKRATIS

TUGAS KALIAN ADALAH MEMBACA AL-QURAN SEBAGAI BERIKUT LALU DIREKAM


DAN DIKIRIMKAN KE https://bit.ly/DaftarhadirXII-MIPA

QS. AL- IMRON : 190 -191 TENTANG BERFIKIR KRITIS

QS. AL – IMRON : 159 TENTANG BERSIKAP DEMOKRATIS

Anda mungkin juga menyukai