Skripsi
Disusun oleh:
149114010
FAKULTAS PSIKOLOGI
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Disusun oleh:
NIM: 149114010
Dosen Pembimbing,
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN
NIM: 149114010
Yogyakarta,
Fakultas Psikologi
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
(Mank Indah)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita
nomophobia berat. Data dikumpulkan dengan pendekatan mixed-method, diawali dengan
penggunaan metode kuantitatif untuk mendapatkan responden dengan kategori nomophobia berat
dan dilanjutkan dengan metode kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner nomophobia yang dimiliki Yildirim dan Correia (2015), sedangkan data kualitatif
dikumpulkan melalui proses wawancara. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan metode
analisis statistik deskriptif. Sementara data kualitatif dianalisis menggunakan analisis isi kualitatif
(AIK) dengan pendekatan deduktif, yakni analisis terarah. Partisipan penelitian ini merupakan
mahasiswa salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. Pada Studi 1 berjumlah 221 orang
dan pada Studi 2 berjumlah empat orang. Hasil yang ditemukan adalah dari 221 orang responden,
semuanya mengalami nomophobia dan kaum perempuan lebih rentan mengalami nomophobia
berat. Secara umum, kecemasan saat tidak bisa menggunakan smartphone muncul sejak kuliah dan
SMA yang diduga disebabkan oleh pengalaman negatif yang diberikan dari orang terdekat. Gejala
yang dominan muncul adalah cemas jika ada seseorang yang menghubungi, sehingga partisipan
menganggap koneksi adalah hal yang penting untuk dapat uptodate dengan informasi di sosial
medianya. Strategi coping yang dominan digunakan untuk mengalihkan kecemasan adalah
berinteraksi sosial dan melakukan hobi.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
This study aims to explore how the dynamics of patients with severe nomophobia. Data
were collected with a mixed-method approach, starting with the use of quantitative methods to get
respondents with severe nomophobia category and followed by qualitative methods. The
quantitative data were collected using questionnaires nomophobia owned Yildirim and Correia
(2015), while the qualitative data collected through the interview process. Quantitative data
analysis was conducted using descriptive statistical analysis. While the qualitative data were
analyzed using qualitative content analysis with a deductive approach, the analysis focused.
Participants of this study arestudents one of private Colleges in Yogyakarta. There were 221
people in study onewhile in Study two there were four people. Results are from 221 respondents.
All of them experienced nomophobia where women were more susceptible to suffer from severe
nomophobia. In general, anxiety when unable to use smartphones emerged since college and high
school which is suspected to be caused by the negative experience came from significant others.
The dominant symptoms appear is feeling anxious if someone contacted them, so that participants
assume that connection is important in order to be up to date with information on social media.
The most used coping strategy used to distract their anxiety was by interacting socially and doing
hobbies.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal: 30 Januari 2019
Yang menyatakan,
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
hanya untuk mendapatkan tanda kelulusan atau ijazah, namun untuk menemukan
sebuah pembelajaran dalam berproses membuat suatu karya yang baik dan benar.
Proses ini tidak akan mudah untuk saya jalani sendiri. Begitu banyak orang-orang
hebat dan luar biasa yang mendukung perjalanan saya. Setulus hati saya ingin
mengucapkan terima kasih pada semua orang yang telah berperan serta membantu
1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang Maha Segalanya! Saya beryukur atas
ketidaknyamanan dalam hati saya. Terima kasih atas energi yang Engkau
berikan kepada saya hingga saya bisa sampai pada titik ini.
2. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
sabar dan memiliki dedikasi yang tinggi memberikan waktu serta segala hal
Terima kasih telah mengajari banyak hal untuk bisa membuat hasil karya
yang baik dan benar. Terima kasih telah mengembangkan kami Bapak.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan lebih mampu memahami diri saya sendiri serta orang lain.
4. Terima kasih kepada Bapak Eddy Suhartanto M.Si selaku dosen pembimbing
5. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Bapak R. Landung Eko Prihatmoko, M.Psi.,
Psi. selaku dosen penguji. Terima kasih atas diskusi dan masukan yang
6. Bapak Ketut Sumiartha, Ibu Wayan Sutri, Ayu Sri Adnyani, Aditya Jaya
Permana, Ketut Sri Muliati, dan Krisna Yuliawan yang selalu memberikan
semangat dan selalu mengingatkan saya bahwa skripsi adalah prioritas utama.
7. Terima kasih kepada Deva “Pabo” selaku teman kos sekaligus teman dekatku
yang selalu ada dalam segala situasi Mank Indah. Terima kasih telah menjadi
Pabo.
8. Kepada rekan diskusi yang sungguh luar biasa Dimas Maharani Parwanto
(Kuncung). Terima kasih atas waktu dan pemikiran kritismu yang selalu
9. Keluargaku PBB “Deva, Pande, Indri, Okta, Gantih, dan Dewa” yang menjadi
bahagia saat kita berkumpul bersama. Tetaplah seperti ini nanti dan aku selalu
sayang kalian.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Teman-temanku OMI “Intan, Dea, dan Grace” yang selalu mendukungku,
Terima kasih telah menerimaku yang apa adanya ini, aku sayang kalian.
11. Kepada teman-teman kelas A angkatan 2014 yang telah menemaniku sejak
semester awal. Terima kasih atas semangat dan kerjasamanya selama ini.
12. Terima kasih kepada semua teman-temanku dari PF 2015, AKSI 2016, PF
2017, AKSI 2018, dan P2TKP yang selalu memberikan semangat dan
13. Kepada adik-adikku, Anting, Brian, dan Alma, yang selalu menjadi teman-
skripsi ke depan!!
skripsi. Terima kasih atas diskusi, canda, dan sedihnya. Tetaplah semangat
dan yakinlah ketika kalian terus berusaha memberikan yang terbaik atas apa
15. Para partisipan yang mengalami nomophobia, terima kasih atas partisipasi
kalian. Tanpa kalian skripsi ini tidak akan berarti dan selesai.
16. Serta segala pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih
Kendati segala ucapan terima kasih ini saya berikan kepada segala pihak,
hanya sayalah yang bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan yang
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terutama kepada orangtua saya sebab mereka telah mengajarkan saya menjadi
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI
KARYA ILMIAH .................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................7
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................8
1. Manfaat Teoritis .....................................................................................8
2. Manfaat Praktis ......................................................................................8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................9
A. Remaja dan Teknologi Informasi .................................................................9
B. Nomophobia ...............................................................................................12
1. Pengertian .............................................................................................12
2. Dimensi Nomophobia ..........................................................................13
a. Not Being Able to Communicate ....................................................13
b. Losing Connectedness ....................................................................15
c. Not Being Able to Access Information ...........................................16
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB VI
PENUTUP ..............................................................................................................79
A. Kesimpulan ................................................................................................79
B. Keterbatasan penelitian ..............................................................................80
C. Saran ..........................................................................................................81
1. Bagi peneliti selanjutnya ......................................................................81
2. Bagi praktisi psikologi .........................................................................82
3. Bagi keluarga dan orang terdekat partisipan ........................................82
4. Bagi partisipan .....................................................................................82
DAFTAR ACUAN ................................................................................................83
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Adaptasi Kuesioner Nomophobia Yildirim dan Correia (2015) .... 32
Tabel 4. Norma Tingkat Nomophobia Menurut Yildirim dan Correia (2015) ..... 37
Tabel 13. Hasil Analisis Gejala dan Keluhan Terkait Dimensi Nomophobia ...... 69
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia akan mencapai lebih dari 100 juta orang (Wahyudi, 2016). Di sisi lain,
di tahun 2013, riset yang dilakukan Yahoo dan Midshare menemukan bahwa dari
Darmawiguna, & Wahyuni, 2014). Diduga bahwa populasi anak muda yang
muda tidak bisa terpisahkan dari smartphone yang mereka miliki dalam
perubahan kebiasaan dan perilaku sehari-hari individu saat ini terjadi karena
dunia maya, belajar, jejaring sosial, mencari informasi di internet, permainan, dan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penggunaan jangka panjang pada media baru ini mudah mengarahkan seseorang
ke perilaku adiktif dan impulsif. Yildirim dan Correia (2015) menambahkan ada
atau tidak dapat kontak dengan smartphone atau komputer yang dimilikinya
(King, Valenca, & Nardi, 2010, dalam Yildirim & Correia, 2015).
ini diungkapkan karena bertolak dari definisi King et al. (2010, dalam Yildirim &
yang modern yang dihasilkan dari interaksi individu dengan teknologi baru.
Kemudian, Yildirim dan Correia (2015) juga melihat bahwa smartphone semakin
marak pada lima tahun terakhir, dimana telah mengambil alih pasar telepon
selular bahkan hampir menggantikan frasa “telepon selular” (Yildirim & Correia,
2015).
dimensi yaitu, not being able to communicate, losing connectedness, not being
kehilangan koneksi dan terputus dengan identitas online seseorang pada sosial
dalam Gezgin & Cakir, 2016) bahwa perilaku nomophobic dapat menyebabkan
seorang individu merasakan efek kecemasan negatif yang berujung pada sulitnya
berita menyebutkan terdapat dua orang anak yang mengalami guncangan jiwa
(Flora, 2018).
mengubah kehidupan keseharian manusia ke arah yang negatif dan saat ini masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melakukan penelitian secara lebih mendalam dengan mencari tahu dinamika dari
smartphone, (2) gejala dan keluhan apa saja terkait dengan empat dimensi
nomophobia yang dialami oleh penderita nomophobia berat, (3) strategi coping
smartphone.
Penelitian terdahulu, baik di luar atau dalam negeri, belum banyak yang
& Murthy, 2015) dan di Turkish college students (Yildirim, Sumuer, Adnan, &
Yildirim, 2015). Lalu, ada pula yang mencari prevalensi nomophobia ini di
2017). Kemudian, penelitian lain ada yang berusaha mencari dimensi dari
kepercayaan diri (Sudarji, 2017), self esteem (Mayangsari & Ariana, 2015), dan
pengumpulan datanya berupa kuesioner (King et al., 2014; Yildirim et al., 2015;
Pavithra et al., 2015; Mayangsari & Ariana, 2015; Gezgin & Cakir, 2016;
Prasetyo & Ariana, 2016; Kanmani et al., 2017; Prasad, Patthi, Singla, Grupta,
Saha, Kumor, Malhi, & Venisha, 2017; Sudarji, 2017; Wahyuni & Harmaini,
2017). Lalu, ada pula penelitian yang menggunakan desain kualitatif dan mix
method, yaitu penelitian yang dilakukan Yildirim dan Correia (2015). Mix method
yang dilakukan Yildirim dan Correia (2015) digunakan untuk mencari dimensi
yang dilakukan oleh Yildirim dan Correia (2015) adalah menggunakan desain
instrumennya. Dalam menggunakan desain mix method ini, Yildirim dan Correia
luar maupun di dalam negeri menggunakan partisipan yang memiliki rentang usia
17-35 tahun dengan mahasiswa sebagai profesi yang sebagian besar digunakan
untuk sampel penelitian (Mayangsari & Ariana, 2015; Pavithra et al., 2015;
Yildirim & Correia, 2015; Yildirim, Sumuer, Adnan, & Yildirim, 2015; Prasetyo
& Ariana, 2016; Kanmani et al., 2017; Prasad, Patthi, Singla, Grupta, Saha,
Pavithra et al. (2015) mendapati dari 200 mahasiswa yang diteliti 79 diantaranya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan mahasiswa (18-24 tahun) lebih
(Sudarji, 2017), self esteem (Mayangsari & Ariana, 2015), dan the big five
defisiensi. Dari segi fokus penelitian, belum ada yang meneliti mengenai
nomophobia dengan aspek psikologis. Dari segi desain penelitian, hanya satu
yang ditemukan menggunakan desain mix method dan berlokasi di luar negeri,
yaitu Amerika Serikat. Desain tersebut digunakan dengan lebih dominan pada
kuantitatif yang lebih berfokus mencari suatu hubungan dengan aspek psikologis
dan melihat prevalensi kasus nomophobia di suatu populasi. Hal tersebut kurang
subjek mahasiswa aktif di suatu Universitas. Tujuan dari penggunaan mix method
pengumpulan datanya. Setelah itu, yang kedua, sampel subjek yang tergolong
berat akan diwawancara menggunakan metode kualitatif. Hal ini dilakukan untuk
tersebut. Kemudian, data yang diperoleh akan dianalisis dengan analisis isi
kualitatif.
B. Pertanyaan Penelitian
berat?
Pertanyaan turunan:
smartphone?
2. Gejala dan keluhan apa saja terkait dengan empat dimensi nomophobia
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
kepada masyarakat bahwa nomophobia saat ini sangat rentan terjadi pada kaum
berat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
teknologi. Lalu, penjelasan akan dilanjutkan pada apa yang dimaksud dengan
dimensi-dimensi yang dimiliki oleh nomophobia, serta alat ukur atau kuesioner
mengenai strategi coping secara umum dan konteks penelitian yang dituju, yaitu
terpisahkan dari kita saat ini (Lee, Tam, & Chei, 2013; Salehan & Negahban,
2013, dalam Yildirim & Correia, 2015). Kemunculan teknologi telekomunikasi ini
dihadapi dan diselesaikan dalam waktu cepat dan singkat (Oulasvirta, Rattenbury,
Ma, & Raita, 2012, dalam Yildirim & Correia, 2015). Di era sekarang, ponsel
cerdas atau yang kerap disebut smartphone merupakan teknologi komunikasi yang
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
menjadi trendi masyarakat (Oulasvirta et al., 2012, dalam Yildirim & Correia,
2015).
penggunanya sebesar 52,2 juta jiwa, kemudian pada tahun 2016: 69,4 juta jiwa,
2017: 86,6 juta jiwa, dan diperkirakan semakin memuncak pada tahun 2018, yakni
sebanyak 103 juta jiwa (Wahyudi, 2017). Riset yang dilakukan Yahoo dan
Midshare pada tahun 2013 menemukan bahwa dari 41 juta orang di Indonesia
smartphone di Indonesia secara umum dari tahun ke tahun, terdapat rentang usia
yang menguasai porsi terbesar dalam kepemilikan smartphone, yakni pada usia
16-21 tahun.
Bagi kaum muda, smartphone atau yang masih akrab disebut oleh
seperti menelepon dan mengirim pesan, memeriksa dan mengirim email, membuat
mencari informasi, game, hiburan, dll (Park, Kim, Shon, & Shim, 2013, dalam
Yildirim & Correia, 2015). Selain itu, adanya smartphone juga mampu
lebih terikat pada smartphone yang justru menuntun mereka pada permasalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
terkait penggunaan yang berlebihan pada smartphone (Yilmaz, Sar, & Cilvan,
2015; dalam Gezgin & Cakir, 2016). Smartphone dapat menyebabkan penggunaan
kompulsif (Oulasvirta et al., 2012, dalam Yildirim & Correia, 2015) dan membuat
ketagihan di kalangan remaja (Chiu, 2014; Lee et al., 2014; Salehan & Negahban,
2013, dalam Yildirim & Correia, 2015). Hal ini mungkin terjadi karena remaja
smartphone-nya.
efek yang besar pada perkembangan sosial dan emosional remaja (Gezgin &
penelitian Lee, Kim, Ha, Yoo, Han, Jung, & Jang (2016) yang dilakukan di
lebih rentan pada kecanduan oleh smartphone dibandingkan orang dewasa (Kwon,
Kim, Cho, dan Yang, 2013, dalam Gezgin & Cakir, 2016). Efek kecanduan inilah
remaja dan merupakan peserta didik yang sedang menjalani proses pendidikan di
suatu perguruan tinggi. Dalam penelitian ini, remaja khususnya mahasiswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
digunakan oleh peneliti adalah mereka yang berusia 18-24 tahun (Curtis, 2015)
B. Nomophobia
1. Pengertian
phobia yang menggambarkan kecemasan seseorang ketika berada jauh dari mobile
phone miliknya (SecurEnvoy, dalam Yildirim & Correia, 2015). Cheever et al.
(Prasetyo & Ariana, 2014) juga menjelaskan bahwa nomophobia adalah phobia
yang menggambarkan kondisi seseorang yang tidak dapat lepas dari telepon
genggam miliknya. Oleh karena itu, Yildirim dan Correia (2015) mengungkapkan
mobile phone. Kemudian, King et al. (2014) yang mengutip dari sebuah majalah
sebuah ketakutan yang terjadi karena tidak dapat melakukan komunikasi melalui
berlebih jika ia kehilangan atau jauh dari ponselnya (Wahyuni & Harmaini, 2017).
Dixit et al. (Gezgin & Cakir, 2016) juga menyatakan hal yang sama bahwa
individu yang memiliki perilaku nomophobic akan merasakan cemas saat individu
13
Sudarji, 2017).
meletakkan atau menyimpan smartphone. Hal tersebut pula yang membuat orang
dapat memeriksa smartphone mereka hingga 34 kali dalam sehari dan kerap
2. Dimensi Nomophobia
dimensi yaitu, not being able to communicate, losing connectedness, not being
yang memungkinkan komunikasi secara langsung dengan orang lain. Hal tersebut
meliputi perasaan tidak bisa menghubungi atau dihubungi. Dalam temuan hasil
14
jadwal saya diubah atau saya perlu bertanya dengan seseorang, saya dapat
melakukannya dengan lebih mudah.” (Olivia). Ada pula yang mengatakan, “Anda
bisa saja mengirimkan pesan teks ke grup untuk memberitahu dimana Anda akan
datang ke AS, saya merasa rindu rumah, tapi telepon saya dapat membantu saya
untuk berkomunikasi dengan keluarga saya dan saya merasa lebih baik”.
sebagai alat komunikasi begitu penting bagi orang dewasa muda. Para partisipan
akan merasa cemas. Hal ini tergambar dari kutipan-kutipan pernyataan di bawah
ini: “Bagian yang paling disayangkan adalah ketika saya tidak dapat menerima
pesan atau e-mail apapun. Saya tidak dapat menghubungi orang yang perlu saya
Pernyataan lain dari Lily seperti, “Uhmm..itu agak aneh, ketika saya tidak bisa
mengirimkan pesan kepada teman sekamar saya. Saya seakan tidak bisa
berkomunikasi”.
secara langsung atau yang dikatakan instan berarti bisa mendapatkan pesan teks
dari seseorang dengan segera. Selain pesan teks, media komunikasi lain yang
dilakukan oleh beberapa orang adalah pesan e-mail. Misalnya, partisapan Astrid
yang menyatakan “Ketika saya tidak memeriksa e-mail saya, saya akan merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
cemas karena saya tahu di akhir hari saya akan mendapatkan e-mail yang banyak.
menunjukkan bahwa ada sebuah keinginan dari Astrid untuk segera merespon
khususnya pada sosial media yang dimiliki. Para peserta menjelaskan bahwa
tersebut dapat tergambarkan dari salah satu hasil wawancara Yildirim dan Correia
negeri yang berbeda dan ia juga dapat mengikuti perkembangan dari teman-
temannya. Selain itu, keterhubungan atau terkoneksi yang dijelaskan oleh peserta
lainnya adalah ia mampu mengetahui arti dari notifikasi yang muncul melalui
smartphone miliknya. Hal ini seperti lampu berwarna ungu memiliki arti bahwa
itu adalah e-mail. Warna biru mengartikan teman dan yang lainnya. Melalui hal
tersebut peserta dapat memperhatikan dari kejauhan dan bisa pula memutuskan
untuk tidak memperdulikan hal-hal yang dianggap tidak penting. Peserta lainnya
16
dan jaringan online yang mereka miliki. Selain itu, keterhubungan tersebut tidak
hanya terkait dengan identitas online yang mereka miliki, namun juga dengan
smartphone itu sendiri. Pernyataan ini diperkuat oleh pernyataan Olivia yang
Kemudian ungkapan John juga mencerminkan hal yang sama, ia mengatakan akan
mereka dapat langsung mencari lagu apa yang sedang diputarkan tersebut. Selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
itu, ketika seseorang bertanya mengenai suatu hal, maka mereka langsung dapat
mencari jawabannya dengan segera. Mereka juga dapat mengecek ramalan cuaca,
jadwal pertandingan bola, berita, dan lainnya. Berbagai manfaat tersebutlah yang
mendapatkan banyak informasi yang mereka inginkan. Terlebih lagi, tidak hanya
dengan informasi yang berbasis online, mereka juga bisa mendapatkan informasi
mengatakan “Jika saya tidak dapat menjawab pertanyaan dengan segera dan tanpa
akses internet, hal itu akan membuat saya merasa tidak nyaman”. Peter pun juga
menyatakan hal yang serupa. Ia berpendapat, “Saya akan merasa cemas ketika
oleh sebuah smartphone dan hal ini mencerminkan adanya keinginan untuk dapat
18
muda merasakan kecemasan. Dari wawancara Yildirim dan Correia, ada yang
smartphone tersebut seperti sebuah ketenangan pikiran. Selain itu, ada pula yang
Kebebasan ini dirasakan karena dengan smartphone kita dapat bergerak kemana
pun untuk mendapatkan internet dan mengakses segala sesuatu yang kita
inginkan. Hal tersebut bisa dilakukan kapan saja. Di sisi lain, ketika kemudahan
muncul. Kemudian hal ini menyebabkan mereka selalu berusaha mencari tahu
apakah mereka memiliki sebuah layanan atau dapat tersambung pada suatu
perasaan cemas, tidak nyaman, atau bahkan kehilangan ketenangan pikiran. Ada
untuk mengisi daya baterai smartphone-nya. Hal ini ia upayakan untuk dapat
tersebut bisa saja tidak terjadi ketika dia sedang bersama keluarga atau temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Maka, Ted pun mengatakan bahwa kontrol dari efek kesepian yang berhubungan
smartphone.
3. Pengukuran Nomophobia
King et al. yaitu Mobile Phone Use Questionnaire (MP-UQ) (2014, dalam
Yildirim et al., 2015).. Akan tetapi, kuesioner ini tidak memiliki pengukuran
psikometri yang baik mengenai validitas isi dan reliabilitasnya (Yildirim et al.,
2015). Kuesioner ini tidak diperiksa struktur yang mendasarinya dengan analisis
faktor dan konsistensi internalnya juga tidak diuji (Yildirim et al., 2015).
Kemudian, Yildirim dan Correia (2015) menyusun sebuah kuesioner yang dapat
Kuesioner yang disusun oleh Yildirim dan Correia (2015) dikenal dengan
20
item NMP-Q disusun menggunakan skala Likert 7 poin, yaitu dengan 1 “Sangat
Tidak Setuju” dan 7 “Sangat Setuju”. Skor total didapatkan dengan cara
nomophobia mulai dari 20 hingga 140. Skor yang lebih tinggi menyatakan bahwa
keparahan nomophobia terjadi lebih berat. Kategori skor tersebut terurai sebagai
skor NMP-Q lebih dari 20 sampai dengan kurang dari 60 masuk dalam kategori
nomophobia ringan; skor NMP-Q lebih dari atau sama dengan 60 dan kurang dari
100 masuk dalam kategori nomophobia sedang; dan skor NMP-Q lebih besar dan
mempunyai alpha Cronbach yang baik yaitu .939, .874, .827, .814. Artinya,
kuesioner ini secara empiris memiliki konsistensi internal yang baik dan memiliki
skor yang dapat diandalkan. Lalu, kuesioner ini juga sudah melalui proses
validasi, yaitu validasi konten dan validasi konstruk. Validasi konten pada
kuesioner ini dilakukan oleh ahli yang mengevaluasi kejelasan kalimat serta
bahasa, kepentingan item, dan relevansi item. Dari 23 item NMP-Q para ahli
Hal ini karena NMP-Q dan MPI-Q memiliki jenis skala yang sama yaitu Likert
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
scale dengan rentang 1 (sangat tidak setuju) sampai 7 (sangat setuju). Hasil yang
ditemukan adalah r(299) = .710, p < .01. Artinya NMP-Q dan MPI-Q memiliki
kemiripan dengan ditemukannya hubungan yang kuat antara dua skor kuesioner
tersebut.
disusun oleh King et al. (2014) tidak memiliki kualitas psikometri yang baik.
Kedua, NMP-Q memiliki hasil pengukuran psikometri yang baik dan NMP-Q
hal yang terkait dengan kondisi pergolakan atau mudah berubah-ubah (Reber &
Reber, 2010), sedangkan makna khususnya memiliki arti sebuah label bagi
pada proses-proses bawah sadar. Di lain sisi, pada penelitian ini dinamika yang
keluhan terkait dengan empat dimensi nomophobia. Lalu yang ketiga mengenai
Asal-usul dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asal mula dan
22
jauh dari smartphone-nya. Terdapat tiga poin utama yang menjadi fokus peneliti
dalam melihat asal-usul, yaitu waktu mulai mengalami kecemasan saat jauh dari
peneliti juga ingin melihat apakah ada hal yang dilakukan penderita untuk dapat
Dengan kata lain, peneliti ingin melihat strategi coping yang digunakan
dari smartphone.
Menurut Lazarus dan Folkman (1984) coping adalah suatu respon untuk
nyaman baik secara fisiologis maupun psikologis. Terdapat dua strategi coping
menurut Lazarus dan Folkman (1984) yaitu problem focused coping dan emotion
focused coping.
23
strategi coping ini menilai bahwa masalahnya masih dapat dikontrol dan
diselesaikan (Lazarus dan Folkman, 1984). Strategi coping ini tidak dapat
diterapkan untuk setiap situasi. Strategi ini akan berjalan secara efektif ketika
sumber stres yang dirasakan berasal dari tekanan saat sedang ingin mencapai
suatu tujuan (Folkman & Lazarus, 1980). Salah satu stressor yang dirasa efektif
manajemen waktu.
Lain daripada itu, emotion focused coping atau strategi coping yang
berfokus pada emosi adalah suatu usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk
masalah yang dihadapinya atau berdoa. Strategi ini dirasa kurang efektif dalam
itu, emotion focused coping justru menambah masalah dan stres yang berujung
alkohol, atau merokok (Genco, Ho, Grossi, Dunford, & Tedesco, 1999).
C. Kerangka Konseptual
mahasiswa adalah hal yang lumrah. Kebiasaan tersebut dipicu oleh keinginan
24
kecanduan smartphone (Kwon, Kim, Cho, dan Yang, 2013, dalam Gezgin &
Cakir, 2016). Kecanduan ini juga dapat menggiring mahasiswa masuk ke dalam
di kalangan muda maupun tua. Maka, untuk mencegah hal tersebut, alangkah
lebih baik jika terdapat sebuah informasi mengenai penyebab dan proses
terjadinya nomophobia ini. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi
dinamika ini, peneliti harus melalui langkah penentuan mahasiswa yang menderita
dan laki-laki yang memiliki ketidaknyamanan tinggi ketika tidak bersama dengan
smartphone. Lalu, untuk meneliti hal tersebut secara akurat, peneliti menyebarkan
mahasiswa yang masuk dalam kategori nomophobia berat, yaitu mereka yang
memiliki skor total 100-140. Skor total ini didapatkan dengan cara menjumlahkan
25
nomophobia berat tersebut, peneliti berfokus pada tiga poin besar. Pertama,
Asal-usul yang ditekankan peneliti ada tiga hal, yaitu waktu mulai mengalami
smartphone.
teori dimensi nomophobia yang ditemukan Yildirim dan Correia (2015). Dimensi
smartphone (Yildirim & Correia, 2015). Gejala yang dimaksud peneliti dalam hal
ini misalnya, perasaan cemas yang muncul dari subjek akibat tidak bisa
tidak tenang.
26
berbagai pihak khususnya para orangtua yang kemudian mampu mencari tindakan
Dinamika penderita
nomophobia berat
27
penelitian ini menurut Sugiyono (2014) disebut sebagai metode kombinasi model
sequential. Penelitian ini terdiri dari dua studi yaitu, Studi 1 dengan pendekatan
BAB III
STUDI 1
nomophobia berat. Pada studi ini metode yang digunakan adalah metode
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
organisasi yang dapat diobservasi atau diukur dan berbeda-beda pada setiap
individu (Creswell, 2009, dalam Supratiknya, 2015). Variabel pada studi pertama
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dengan orang lain. Hal tersebut meliputi perasaan tidak bisa menghubungi atau
dihubungi.
terputus dengan identitas online khususnya pada sosial media yang dimiliki.
memiliki smartphone.
melalui skor total NMP-Q. Jika skor total yang diperoleh subjek tinggi, maka
subjek masuk dalam kategori nomophobia berat dan subjek dianggap memiliki
kecemasan yang tinggi ketika ia jauh dari mobile phone-nya. Semakin rendah skor
total pengisian NMP-Q, maka subjek masuk dalam kategori nomophobia ringan
atau bahkan tidak masuk dalam kategori nomophobia. Jika demikian, dapat
disimpulkan bahwa perasaan cemas subjek ketika jauh dari mobile phone sangat
kecil.
C. Partisipan
30
menyebarkan kuesioner NMP-Q melalui google form. Proses ini dilakukan agar
mempermudah peneliti mendapatkan subjek dalam jangka waktu yang tidak lama.
Proses ini merupakan cara yang conventional dan masuk pada jenis proses non-
Studi 1 yang didapatkan peneliti adalah 221 yang terdiri dari 25,8% laki-laki dan
United State of America (USA). Bahasa yang dimiliki oleh kuesioner ini adalah
1. Kuesioner ini diadaptasi oleh peneliti setelah melalui proses perizinan dari
Caglar Yildirim, selaku pemilik kuesioner. File asli kuesioner ini dikirimkan
2. Peneliti mencari dua orang penerjemah yang menguasai Bahasa Inggris dan
dan item-item pada kuesioner dari bahasa sumber yaitu Bahasa Inggris ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Inggris) untuk melihat kesesuaian hasil terjemahan dengan versi asli. Hasilnya
item perlu direvisi karena terdapat penggunaan kata yang kurang tepat. Pada
bagian petunjuk pengerjaan juga terdapat kalimat yang dinilai kurang baku.
Lalu, peneliti melakukan revisi pemilihan kata terkait petunjuk pengerjaan dan
hal yang masih kurang dipahami atau dirasa sulit oleh responden terkait
6. Hasil uji coba yang dijelaskan pada poin 5, lalu peneliti revisi dan diskusikan
ada, tanpa mengurangi arti atau maksud dari petunjuk dan item yang
sesungguhnya.
32
Please indicate how much you agree or disagree with each statement in relation
to your smartphone.
Anda setuju atau tidak setuju pada setiap pernyataan dengan cara memilih
Tabel 1
Hasil Adaptasi Kuesioner Nomophobia Yildirim dan Correia (2015)
No. Versi Bahasa Inggris Versi Bahasa Indonesia
1 I would feel uncomfortable without Saya akan merasa tidak nyaman
constant access to information ketika tidak mengakses informasi
through my smartphone. secara terus menerus melalui
smartphone saya.
2 I would be annoyed if I could not Saya akan merasa kesal jika tidak
look information up on my bisa melihat informasi pada
smartphone when I wanted to do so. smartphone saya ketika saya ingin
melakukannya.
3 Being unable to get the news (ex: Jika saya tidak mampu
happenings, weather, etc.) on my mendapatkan berita (misalnya,
smartphone would make me kejadian, cuaca, dll) pada
nervous. smartphone saya akan merasa
gugup.
4 I would be annoyed if I could not Saya akan merasa kesal jika saya
use my smartphone and/or its tidak bisa menggunakan
capabilities when I wanted to do so. smartphone dan/atau
kemampuannya ketika saya ingin
melakukannya.
5 Running out of battery in my Kehabisan baterai di smartphone
smartphone would scare me. saya akan membuat saya takut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
34
35
dengan menggunakan skala likert 7 poin, yaitu dengan poin 1 berarti “Sangat
Tidak Setuju” dan meningkat sampai poin 7 yang berarti “Sangat Setuju”.
Tabel 2
Blue Print Kuesioner Nomophobia
No. Ketersebaran Total
No. Dimensi
Item Item
1 Not being able to communicate 10, 11, 12, 13, 14, 15 6
2 Losing connectedness 16, 17, 18, 19, 20 5
3 Not being able to access information 1, 2, 3, 4 4
4 Giving up convenience 5, 6, 7, 8, 9 5
Total Item 20 20
e-mail. Data demografi ini disusun peneliti agar dapat mempermudah peneliti
221 orang subjek yaitu mahasiswa dan mahasiswi dengan cara disebarkan melalui
google form. Tujuan dilakukan tryout pada tahap ini adalah untuk memeriksa
kualitas psikometrik item dan alat ukur, dengan 2 parameter: korelasi item-total
untuk memeriksa daya beda item dan koefisien Alpha Cronbach untuk melihat
36
memiliki koefisien Alpha Cronbach yang tinggi, yaitu 0,938. Hasil tersebut
memiliki skor koefisien korelasi item-total lebih dari 0,4, artinya butir-butir item
pada instrumen tersebut baik. Supratiknya (2014) menyatakan instrumen tes yang
atas 0,20.
Tabel 3
Koefisien Korelasi Setiap Item
Item-Total Statistics
Corrected Item-Total Corrected Item-Total
No. Item No. Item
Correlation (Rit) Correlation (Rit)
i1 .421 i11 .712
i2 .539 i12 .768
i3 .464 i13 .785
i4 .486 i14 .744
i5 .632 i15 .769
i6 .588 i16 .715
i7 .542 i17 .627
i8 .522 i18 .725
i9 .667 i19 .630
i10 .742 i20 .612
korelasi item-total yang baik pada setiap butir item, peneliti memutuskan untuk
deskriptif. Metode analisis ini digunakan untuk dapat menganalisis data dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
berat, peneliti berpedoman dengan norma skoring yang telah dibuat oleh Yildirim
Tabel 4
Norma Tingkat Nomophobia Menurut Yildirim dan Correia (2015)
Skor Tingkat Nomophobia
Skor NMP-Q = 20 Tidak ada
21 ≤ Skor NMP-Q < 60 Ringan
60 ≤ Skor NMP-Q < 100 Sedang
100 ≤ Skor NMP-Q ≤ 140 Berat
smartphone yaitu sejumlah 221 orang. Usia minimal subjek yang mengisi
orang berusia 23 tahun. Berdasarkan sebaran data jenis kelamin, dari 221 orang
subjek tersebut, 57 orang atau 25,8% di antaranya berjenis kelamin laki-laki dan
Dari 221 orang subjek yang mengisi kuesioner nomophobia, semua masuk
38
dalam beberapa kategori, yaitu 44 orang atau 19,9% masuk dalam kategori
nomophobia ringan dengan skor total terendahnya adalah 27, 149 orang atau
67,4% masuk kategori nomophobia sedang, dan 28 orang lainnya atau 12,7%
menyentuh 137. Kemudian, penelitian ini juga menemukan bahwa 22 dari 164
yang mengalami nomophobia berat adalah 6 dari 57 orang (10,5%). Hasil tersebut
nomophobia berat. Hasil penelitian ini mirip dengan yang dilakukan oleh
level nomophobia yang lebih tinggi daripada laki-laki. Penemuan tersebut diduga
akibat durasi penggunaan internet yang tinggi pada perempuan (Gezgin & Cakir,
2016).
Tabel 5
Sebaran Subjek Nomophobia Berat
1 A R K N. Perempuan 18 112
2 G R B D R. Laki-laki 19 131
3 JA Perempuan 21 105
4 F Perempuan 22 104
5 D A D S P.A. Perempuan 19 114
6 A Laki-laki 22 106
7 RRA Perempuan 22 103
8 M Perempuan 18 100
9 AI Perempuan 21 100
10 APL Perempuan 22 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
11 Ay Perempuan 21 102
12 MN Perempuan 20 106
13 ADT Laki-laki 21 135
14 MA Perempuan 22 116
15 AM Perempuan 20 117
16 PAS Perempuan 20 102
17 DMLP Laki-laki 22 109
18 P M I G N I. Laki-laki 20 102
19 D G K M. Perempuan 18 102
20 K Perempuan 20 116
21 N L P G. V D. Perempuan 19 112
22 TR Perempuan 21 119
23 OY Laki-laki 18 137
24 NPIR Perempuan 20 103
25 YP Perempuan 20 103
26 DAVA Perempuan 19 131
27 LADP Perempuan 20 122
28 RK Perempuan 21 112
berat (Tabel 5), peneliti memilih beberapa orang untuk menjadi partisipan di Studi
akan mengambil responden yang memiliki skor nomophobia berat yang tergolong
rendah dan tinggi untuk mengikuti proses wawancara. Di sisi lain, peneliti tetap
BAB IV
STUDI 2
nomophobia berat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan analisis isi
penafsiran secara subjektif dari isi data yang berupa teks dengan proses klasifikasi
berbagai tema dan pola (Hsieh & Shannon, 2005, dalam Supratiknya, 2015).
B. Fokus Penelitian
yang ketiga mengenai strategi coping yang digunakan mahasiswa untuk mengatasi
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
C. Partisipan
criterion-based. Partisipan pada studi 2 ini dipilih dari 22 orang perempuan dan 6
orang laki-laki yang dalam Studi 1 ditemukan masuk pada kategori nomophobia
berat. Peneliti mengurutkan skor nomophobia berat partisipan dari yang terendah
sampai yang tertinggi. Setelah itu, peneliti mengambil terlebih dahulu salah satu
partisipan yang masuk dalam kategori nomophobia berat yang tergolong rendah
dan setelah itu berlanjut pada kategori nomophobia berat yang tergolong tinggi.
Berikut adalah data partisipan yang dipilih peneliti untuk proses wawancara pada
Studi 2:
Tabel 6
Partisipan Nomophobia Berat di Studi 2
1 JA Perempuan 21 105
2 OY Laki-laki 18 137
3 ADT Laki-laki 21 135
4 LADP Perempuan 20 122
adalah partisipan yang bersedia ikut berpartisipasi dalam proses wawancara dan
berhenti pada partisipan keempat. Artinya, peneliti merasa tidak akan terdapat
informasi baru dengan menambah data pada partisipan kelima karena data dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
keempat partisipan sudah dalam dan beragam (Patton, 1990, dalam Marrow, 2005,
D. Peran Peneliti
Pada studi kedua ini, peneliti memiliki peran penting yaitu sebagai
pengambilan data. Peneliti juga berperan untuk menangkap suara partisipan dan
mengolahnya. Dalam hal ini, peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk
partisipan, hanya saja peneliti dan partisipan berasal dari universitas yang sama.
Peneliti memilih salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta sebagai lokasi
penelitian karena merupakan tempat peneliti menuntut ilmu dan peneliti juga
Potensi buruk yang dapat muncul dalam penelitian ini adalah timbulnya
peneliti untuk memastikan bahwa partisipan merasa bebas dari perasaan tidak
43
pengambilan data, dan potensi paling buruk yang mungkin terjadi dalam
yang dilakukan dengan cara bertatap muka langsung antara peneliti dan partisipan
tetapi, jenis wawancara ini tetap memberi ruang untuk peneliti dan partisipan
keluar dari konteks pertanyaan utama. Adanya daftar pertanyaan wawancara dapat
membantu peneliti melakukan probing secara mendalam tanpa keluar dari tujuan
oleh peneliti agar proses pengambilan data mampu terlaksana dengan baik.
44
Di sisi lain, peneliti yang dibantu rekan peneliti juga melakukan proses
45
Tabel 7
Pedoman Wawancara
Pertanyaan Pembuka
Sejak kapan memiliki smartphone?
Berapa jumlah smartphone yang kamu miliki?
Berapa pulsa yang dihabiskan dalam 1 bulan?
Berapa kuota yang dihabiskan dalam 1 bulan?
Berapa kali kamu membuka tutup smartphone dalam 1 hari?
Kira-kira dalam sehari berapa lama intensitas penggunaan smartphone mu?
Hal apa yang paling sering kamu buka dalam smartphone mu?
Pertanyaan Utama
Bisa tidak kamu ceritakan jika kamu tidak dengan smartphone mu, itu
gimana?
Sejak kapan kamu mulai merasa cemas ketika tidak ada smartphone? Kenapa
itu bisa terjadi?
Biasanya kalau kamu tidak bisa menggunakan smartphone mu, apa yang
kamu lakukan?
Apakah pernah kamu berupaya untuk mengurangi intensitasmu dalam
menggunakan smartphone?
Pertanyaan Probes Terkait 4 Dimensi Nomophobia
Coba ceritakan perasaan seperti apa yang muncul ketika kamu tidak dapat
berkomunikasi dengan keluarga/temanmu melalui smartphone yang kamu
miliki!?
Coba ceritakan apa kamu rasakan ketika kamu kehilangan koneksi pada
smartphone dan juga terputus dengan identitas online khususnya pada
sosmed!?
Coba ceritakan ketika kamu terpaksa tidak bisa mengakses informasi melalui
smartphone, bagaimana perasaanmu!?
Bagaimana rasanya ketika kamu terlepas dari smartphone? Kenyamanan
seperti apa yang kamu rasakan dari smartphone mu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Pada Studi 2, metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini
adalah Analisis Isi Kualitatif (AIK). Metode ini merupakan metode untuk
yaitu analisis isi terarah. Kemudian, data yang dihasilkan pada penelitian ini
Sesudah itu, transkrip tersebut nantinya akan dianalisis melalui analisis isi
menemukan sejenis narasi analitik yang koheren dari keselurahan corpus data.
dalam susunan hirarkis menjadi tema-tema dan sub-sub tema di bawah masing-
masing tema.
5) Tema-tema dan sub-sub tema diberi label atau nama, lalu masing-masing
47
Tabel 8
Kerangka Analisis Asal-Usul Timbulnya Kecemasan
No. Asal-Usul Timbulnya Kecemasan
1 Waktu munculnya kecemasan ketika jauh dari smartphone
2 Adakah seseorang yang memicu timbulnya kecemasan
3 Penyebab timbulnya perasaan cemas ketika jauh dari smartphone
Tabel 9
Kerangka Analisis Dimensi Nomophobia
No. Dimensi
1 Not being able to Tidak dapat langsung menghubungi
communicate (tidak keluarga/teman
dapat Khawatir ada yang menghubungi
berkomunikasi) Tidak dapat menerima pesan/panggilan
Cemas akan rusaknya hubungan yang konstan
(terus-menerus) dengan keluarga/teman
48
Tabel 10
Kerangka Analisis Strategi Coping untuk Mengatasi Kecemasan
No. Jenis Strategi Coping
penelitian. Strategi pertama adalah thick description atau deskripsi mendalam dan
dilakukan agar partisipan mengetahui dan merasa bahwa rumusan tema-tema yang
review oleh rekan sejawat yang bertujuan untuk proses akurasi laporan penelitian.
(Supratiknya, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
transkrip rekaman wawancara agar tidak terjadi kesalahan serius dalam proses
telah dirumuskan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pergeseran makna kode-
data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur pada
Pemaparan waktu dan tempat pada masing-masing partisipan diuraikan pada tabel
di bawah ini:
Tabel 11
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
50
menjelaskan garis besar dari penelitian yang sedang dilakukan dan memberikan
risiko yang mungkin terjadi dan pernyataan kesediaan untuk partisipan setelah
dengan tatap muka, kecuali pada P2 yang melalui via telepon karena keterbatasan
inti sejak kecil hingga saat ini. P1 memiliki handphone sejak kelas 1 SMP dan
peningkatan sejak awal penggunaan sampai saat ini. Pada awalnya dengan pulsa
25 ribu P1 sudah mendapatkan paket data yang bisa dia gunakan selama sebulan.
Akan tetapi, setelah kuliah ia merasa kurang sehingga pulsa yang ia butuhkan
bertambah menjadi 50 ribu dengan data paket sebesar 3GB. Selain menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
video, film, dan menonton Youtube. Ia juga menggunakan wifi tersebut untuk
dapat mengakses media Line dan WhatsApp. Di sisi lain, hal yang paling sering
games, lalu menonton youtube, scrolling sosial media, dan terakhir membalas
di ruang tamu dengan situasi yang cukup nyaman dan kondusif, walaupun
beberapa kali terdapat beberapa orang yang berada di rumahnya menyapa peneliti.
terang. Hal ini juga didukung karena lampu yang berada di ruang tamu partisipan
52
sebuah gerakan. Selain itu, beberapa kali ia mengatakan “Ayo tanya lagi, tanya
lagi, aku mau ditanyain lagi.” Di sisi lain, peneliti juga mengobservasi bahwa P1
beberapa kali meminta ulang peneliti untuk menjelaskan maksud dari pertanyaan.
Kampus P1. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2018 dengan
durasi waktu 10 menit. Wawancara ini dilakukan untuk menggali beberapa hal
yang belum ditemukan peneliti. Tempat wawancara kedua terbilang kondusif dan
kemeja dengan celana panjang, dan memakai sepatu. P1 juga terlihat membawa
beberapa lukisan dan tas gendong berwarna hitam. Proses wawancara berlangsung
dengan lancar dan tidak begitu lama. Lancarnya proses wawancara karena P1
menjawab pertanyaan dari peneliti dengan cukup jelas dan panjang. Setelah proses
53
merupakan rumah yang terletak jauh dari perkotaan. Sementara itu, di Yogyakarta
ia tinggal di sebuah rumah kos yang letaknya tidak terlalu jauh dari pusat
rumah yang jauh dari perkotaan ini yang terkadang menjadi sebuah kendala bagi
merasakan memiliki handphone sejak kelas 1 SMP. Semua alat komunikasi yang
ia miliki baik itu handphone atau smartphone, P2 dapatkan dengan cara meminta
kepada orangtuanya. Akan tetapi, smartphone ini ia dapatkan tidak dengan cuma-
cuma. P2 diberikan sebuah syarat tertentu dari orangtuanya untuk dapat memiliki
Sejak awal ia memiliki smartphone hingga saat ini, penggunaan paket data
pada dirinya meningkat, yaitu dari 2GB naik menjadi 5GB dan berakhir di 7GB
sampai sekarang. Peningkatan ini terjadi menurutnya karena dari waktu ke waktu
54
maksimal 4 jam. Lalu, ia menjelaskan bahwa dalam sehari ia bisa membuka tutup
berkuliah.
selama 25 menit. Tempat wawancara cukup kondusif karena tidak terlalu banyak
membawa tas yang berisi beberapa buku. Selain itu, P2 juga terlihat mengeluarkan
tidak fokus karena pada saat itu ia ingin mempersiapkan lomba yang akan ia ikuti.
Hal ini terlihat ketika selesai wawancara ia langsung meminta waktu untuk
belajar. Namun demikian, ia tetap menjalani proses wawancara dengan baik. Saat
menit. Proses wawancara ini dilakukan untuk menggali kembali data yang dirasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
menjawab dengan lancar dan jelas, serta mampu memahami maksud peneliti.
dan berasal dari Yogyakarta. Ia tinggal di rumah bersama keluarga inti. Sejak
Lalu, pada kelas 1 SMA handphone yang ia miliki berganti jenis menjadi
ada peningkatan yang terjadi pada dirinya. Penyebabnya karena banyaknya media
Di antara media sosial yang ada, Instagram merupakan salah satu media
sosial yang paling sering dibuka oleh P3 ketika ia bosan. Sementara itu, aplikasi
yang sering ia gunakan ada aplikasi WhatsApp dan kemudian aplikasi Go-jek.
Oktober 2018 dengan durasi waktu 25 menit. Situasi saat wawancara sangat
kondusif dan nyaman karena tidak terdapat banyak orang di sekitar tempat
wawancara. Suhu udara pada tempat wawancara juga tidak panas karena terdapat
kaos yang berwarna hitam dengan celana panjang berbahan jeans. P3 merupakan
56
nya.
nya. Ia juga terlihat fokus dalam melakukan tanya jawab pada proses wawancara
berlangsung. Kerap kali ia terlihat tertawa dan tersenyum pada saat menjawab.
Nada suara yang dikeluarkan P3 terdengar cukup keras sehingga peneliti tidak
itu, ia mulai berhenti dan mencoba melakukan interaksi sosial dengan mengajak
memiliki penerangan yang cukup baik berwana putih dan kuning terang. Suasana
di dalam café cukup ramai, namun tidak begitu bising. Pada saat wawancara
dalam menjawab pertanyaan dari peneliti. Walaupun ada satu pertanyaan yang
sehari. Partisipan juga terlihat beberapa kali tertawa ketika proses wawancara
57
salah satu kamar kos di dekat kampusnya. P4 merupakan seorang anak yang
sejak duduk di kelas 3 SMP. Awalnya, alat komunikasi ini digunakan untuk
menjelaskan bahwa jika dihitung dari sejak awal dirinya memiliki smartphone,
terjadi peningkatan pemakaian paket data olehnya. Jumlah kuota paket data yang
ia gunakan adalah 2GB, lalu meningkat menjadi 2GB yang unlimited, dan sejak
smartphone-nya dalam satu hari rata-rata bisa mencapai 6-7 jam dengan 20-40
58
terang. Namun, pada saat itu kondisi di lingkungan sekitar tempat wawancara
marun, rok yang cukup panjang, dan rambut tergerai. Ia datang dengan membawa
terkait penelitian yang sedang peneliti lakukan. Dia terlihat antusias dalam
juga terlihat menjawab semua pertanyaan yang peneliti lontarkan dengan panjang
Rica B2 sekitar pukul 20.00 WIB. Durasi wawancara kedua ini berlangsung 10
menit. Proses wawancara ini dilakukan peneliti untuk menggali beberapa hal yang
dirasa belum mendalam. Selain itu, peneliti juga melakukan konfirmasi hasil yang
dengan lancar sebab partisipan mampu memahami maksud peneliti dan menjawab
dengan jelas.
59
Tiga hal yang menjadi fokus utama peneliti dalam pemaparan hasil dinamika ini
adalah (a) asal-usul munculnya kecemasan, (b) gejala dan keluhan yang muncul
terkait dengan dimensi nomophobia, dan (c) strategi coping yang digunakan
partisipan untuk mengatasi kecemasan yang muncul ketika jauh dari smartphone-
nya. Kemudian, untuk upaya memperkuat hasil yang ditemukan, peneliti akan
penderita nomophobia berat. Asal muasal timbulnya kecemasan ini akan dilihat
kecemasan.
partisipan mulai merasakan kecemasan pada saat kuliah (P1, P2, P4), namun
ada pula yang mulai merasakannya ketika SMA (P3). Bagi mereka yang mulai
merasakan kecemasan baru di waktu kuliah, ada yang dimulai dari semester
awal dan ada pula yang baru muncul di semester 4. Hal ini dapat dibuktikan
60
SMA ini dilatarbelakangi oleh beberapa sebab. Bagi partisipan yang merasakan
perantau. Latar belakang ini membuat partisipan kerap kali harus stand by
karena partisipan sudah mulai berpacaran sejak SMA. Oleh sebab itu, ia
diantaranya adalah orang-orang di sekitar kita. Maka dalam sub ini, peneliti
yang dapat memicu seseorang memiliki perasaan cemas. Akan tetapi, 3 dari 4
partisipan mengatakan orang terdekat yang dimaksud adalah orangtua (P1, P2,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Dipicu Orangtua
P1
Heemm karena kan hp ku aku silent, terus kadangan tu ibuku telepon
berkali-kali tapi aku enggak tahu tu loo. Misalnya aku lagi di jalan.
Terus aku dimarahin, terus aku jadi cemas tu loo.
Dipicu Pacar
P3
Karena kalau dulu SMA kan masih jamannya pacaran kan. Jadi
komunikasi itu perlu. Jadi kalau tanpa handphone pun nanti kadang si
ceweknya suka kamu seharian kemana aja kok enggak ada kabar,
kayak gini kayak gini. Jadi kita serba salah kan kalau..mungkin
handphone nya ketinggalan, tapi namanya cewek kan paling kamu
suka dikasi tahu kayak gitu loo. Jadi memang mungkin dari situ
harusss stay handphone kayak gitu.
mereka untuk dapat menghubungi dan memberikan informasi terkait kabar atau
hal lainnya. Maka, ketika partisipan merasakan dampak negatif seperti terkena
marah, partisipan akan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi dengan selalu
stand by pada smartphone-nya. Partisipan ingin untuk tetap siaga agar dapat
nya. Ada yang disebabkan karena faktor internal, seperti merasa sendiri (P1),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
ada yang disebabkan karena faktor eksternal, seperti berada jauh dari
keluarga (P2, P4), serta pernah menerima dampak negatif dari orang-orang
terdekat karena tidak stand by pada smartphone (P1, P2, P3). Penemuan
Merasa sendiri
P1
Mungkin intinya ada suatu peristiwa terus itu membuat aku ngerasa
aahh aku sendirian. Terus apa yaaa yang bisa aku lakukan dengan
aku sendirian. Oh main hp, gitu sih.
jauh dari keluarga mereka, ada beberapa hal yang harus mereka perhatikan.
Misalnya pada P2, ia merasa perlu cepat dalam merespon pesan yang diberikan
disebabkan oleh jarak tempat pengiriman uang dari lokasi rumahnya sangat
jauh. Sementara bagi P4, ia dipesankan oleh orangtuanya untuk selalu memberi
benar terhadap P4. Pada partisipan lainnya, hal negatif lain bisa saja terjadi
63
P3
Karena kalau dulu SMA kan masih jamannya pacaran kan. Jadi
komunikasi itu perlu. Jadi kalau tanpa handphone pun nanti kadang si
ceweknya suka kamu seharian kemana aja kok enggak ada kabar,
kayak gini kayak gini. Jadi kita serba salah kan kalau..mungkin
handphone-nya ketinggalan, tapi namanya cewek kan paling kamu
suka dikasi tahu kayak gitu loo. Jadi memang mungkin dari situ
harusss stay handphone kayak gitu. Mungkin pengalaman pacaran
yang protective kali ya, haha lebih harus stay handphone.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kutipan-kutipan di atas adalah
sebagian besar peristiwa atau keadaan yang membuat partisipan merasa cemas
Mayangsari dan Ariana (2015) pun mampu mendukung hal tersebut, yakni
Tabel 12
Hasil Analisis Asal-Usul Timbulnya Kecemasan
Tema Kategori Kode
Waktu munculnya Kuliah
kecemasan SMA
Asal-Usul
Seseorang yang memicu Orang terdekat (Orangtua,
Timbulnya
timbulnya kecemasan pacar)
Kecemasan
Penyebab timbulnya Merasa sendiri
perasaan cemas Berada jauh dari keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Nomophobia
yang akan dipaparkan pada hasil penelitian ini berpedoman dengan dimensi-
dengan smartphone.
memungkinkan komunikasi secara langsung dengan orang lain. Ada dua gejala
yang muncul pada partisipan terkait dengan dimensi yang pertama. Gejala-
gejala tersebut seperti cemas ada yang menghubungi (P1, P2, P3, P4) dan
cemas tidak dapat menghubungi (P4). Hal ini terbukti dari kutipan ungkapan
65
aku alami itu, takut ada keluarga ngehubungin, papa, itu yang paling
sering.
mereka. Kondisi ini bertolak dari latar belakang yang dimiliki partisipan, ketika
partisipan tidak melakukan komunikasi yang baik via smartphone pada orang
terdekat mereka, partisipan akan menerima sebuah dampak negatif dari hal
tersebut.
2) Kehilangan Koneksi
pada sosial media yang dimiliki. Gejala-gejala yang muncul terkait dengan
(P1, P2, P3), takut tidak bisa up to date (P2, P3, P4), dan tidak tahu apa
yang harus dilakukan (P1, P2, P3, P4). Hasil yang ditemukan ini dapat
66
merupakan suatu hal yang penting dan utama untuk partisipan miliki. Yildirim
dan Correia (2015) juga menjelaskan kesimpulan yang sama bahwa koneksi
maka semua aktivitas pada smartphone-nya lumpuh sampai pada tidak ada
notifikasi yang masuk. Kondisi tersebut membuat mereka seakan bingung dan
67
seperti takut tidak bisa melihat informasi (P2), tidak bisa mengakses
informasi dengan segera (P3, P4), dan kesal tidak bisa digunakan saat
ini:
Kesimpulan yang dapat ditarik dari dimensi ini ialah bahwa sebuah
informasi memang benar menjadi suatu hal yang selalu ingin dilihat oleh
68
4) Kehilangan Kenyamanan
dengan dimensi ini seperti, panik ketika baterai habis (P1, P3, P4), dan
mengeluhkan tidak ada sinyal (P3). Keluhan ini dibuktikan dari kutipan
69
Ringkasan hasil yang didapatkan pada poin kedua, mengenai gejala dan
keluhan terkait dimensi nomophobia akan ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 13
Hasil Analisis Gejala dan Keluhan Terkait Dimensi Nomophobia
Tema Dimensi Nomophobia
Tidak dapat Kehilangan Tidak dapat Kehilangan
berkomunikasi koneksi mengakses kenyamanan
Kategori
informasi yang diberikan
oleh smartphone
Cemas ada Cemas Takut tidak Panik ketika
yang tidak dapat bisa melihat baterai habis
menghubungi menerima informasi
notifikasi Berusaha
Cemas tidak Tidak bisa
mencari
dapat Takut tidak mengakses
menghubungi bisa up to informasi
sinyal/koneksi
Kode yang hilang
date dengan segera
70
menghadapi kecemasannya. Ada yang akan berlarut dan tidak bisa menghadapi
kecemasan yang ia rasakan, namun ada juga yang bangkit dan berupaya mencari
suatu solusi untuk mengurangi kecemasannya tersebut. Pada bagian ini, peneliti
akan memaparkan temuan terkait strategi coping yang dimiliki partisipan untuk
mengurangi kecemasan ketika sedang berada jauh atau tidak dapat menggunakan
ketika smartphone-nya tidak bisa digunakan atau tertinggal di suatu tempat adalah
mereka akan mencoba menjalin interaksi sosial (P1, P2, P3, P4). Hal ini
Namun pada penelitian ini juga ditemukan beberapa usaha yang dilakukan
melukan hobi (P1) yang ia senangi, seperti bermain video game dan melukis.
Melakukan Hobi
P1
Sebenernya dulu sempet sih dikasi NDS tuu loo khusus buat main game.
Itu sempet membuat ku menjauh dari hp sebentar. Tapi tu, mungkin
karena itu enggak bisa buat update, terus aku bosen sama game-game nya
tu, yaudah aku balik lagi ke hp.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Eemm iya sih aku mulai mengalihkan apa yaa, mengalihkan tanganku sih
sebenarnya. Misalnya gambar, melukis, gitu. Tapi tu..hehe tetep cemas tu
lho kek kalo lagi melukis tu lho. Liat hp, heheh gitu sih. Terus misalnya
nanti lagi nunggu cat kering nih, em ngapain yaa, main hp hehehe gitu
sih.
sosial. Interaksi sosial ini partisipan lakukan untuk dapat mengaktifkan kehidupan
sosialnya secara nyata, tidak hanya bermain dengan smartphone mereka. Selain
itu, mereka melakukan hal tersebut juga bertujuan untuk melupakan sejenak
pengalihan tersebut terlihat sulit dipertahankan. Oleh karena itu, dapat dikatakan
strategi coping yang digunakan oleh seluruh partisipan masuk dalam emotion
focused coping, yakni usaha yang dilakukan merupakan usaha yang tidak
1984). Pemaparan hasil mengenai strategi coping ini dapat teringkas dalam tabel
di bawah ini:
Tabel 14
Hasil Analisis Strategi Coping Mengatasi Kecemasan
Tema Jenis Strategi Coping
Kategori Emotion focus coping
Menjalin interaksi sosial
Kode
Melakukan hobi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
kuliah, saat suatu peristiwa kurang nyaman dirasakan oleh partisipan karena
menggunakan smartphone-nya.
berusaha mengisi daya baterai dimanapun mereka berada dan selalu berusaha
muncul akibat tidak dapat menggunakan smartphone. Di sisi lain, ada partisipan
dengan cara melakukan hobi. Akan tetapi, usaha yang dilakukan ini tidak berhasil
BAB V
PEMBAHASAN UMUM
Pada bagian ini, peneliti akan membahas terlebih dahulu terkait penemuan
kuantatif pada Studi 1. Setelah itu, peneliti membahas hasil penemuan Studi 2,
Pada Studi 1 ditemukan bahwa dari 221 responden yang mengisi kuesioner
masuk dalam kategori tidak mengalami nomophobia. Hasil ini dirasa wajar terjadi
penelitian tersebut dari 380 responden, yang tidak mengalami nomophobia hanya
17 orang (Mulyar, 2016). Maka, dapat dilihat bahwa pada kalangan remaja
Hasil penelitian pada Studi 1, dari 221 responden ditemukan bahwa semua
berat. Jika ditelaah lebih lanjut, ditemukan remaja perempuan memiliki rentan
dibanding remaja laki-laki dalam mengalami nomophobia berat, yaitu 13,4%. Hal
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
ini bisa jadi akibat durasi penggunaan internet yang tinggi pada mereka yang
penggunaan yang tinggi tersebut disebabkan oleh aktivitas perempuan yang lebih
pribadinya (Geser, 2006). Selain itu, wanita juga kerap menggunakan ponselnya
untuk sekadar bergosip atau berdiskusi terkait selera dan minat mereka (Geser,
2006).
keluarga dan kerabat. Maka, situasi menjadi wajar jika perempuan terlihat lebih
lingkungan dan pengalaman yang dimiliki pada setiap individu. Mayangsari dan
Ariana (2015) juga menemukan bahwa lingkungan dan pengalaman adalah dua
atau pacar ini yang diduga memicu partisipan untuk tidak ingin mengulangi
kesalahan yang sama. Misalnya, ketika mereka tidak stand by pada smartphone
mereka, orangtua atau pacar dari partisipan akan menghubungi mereka. Maka,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
ketika partisipan tidak menjawab atau menghubungi dengan segera mereka akan
terkena marah. Sebuah peristiwa yang mungkin terlihat kecil, namun partisipan
merasa kurang nyaman atau cemas akan hal tersebut, sehingga memicu partisipan
Berawal dari alasan di atas, partisipan akan menjadi terbiasa dan dikontrol
Tujuannya hanya untuk melihat notifikasi yang masuk dan kemudian berupaya
untuk segera membalas pesan yang menurut mereka penting. Kebiasaan inilah
yang juga membawa mereka pada sebuah perasaan tidak nyaman yang berujung
cemas ketika mereka tidak bisa menggunakan atau jauh sekalipun dengan
smartphone mereka.
kehabisan baterai, atau kehabisan data paket akan membuat mereka merasakan
gejala-gejala atau keluhan tertentu. Gejala dan keluhan yang dipaparkan pada
bagian ini akan dikaitkan dengan dimensi nomophobia menurut Yildirim dan
Correia (2015), yaitu tidak dapat berkomunikasi, kehilangan koneksi, tidak dapat
Gejala yang pasti muncul pada setiap partisipan tatkala mereka tidak dapat
menggunakan smartphone mereka ialah cemas jika ada yang menghubungi. Pada
dimensi nomophobia menurut Yildirim dan Correia (2015) cemas ada yang
76
Kecemasan terkait hal ini bisa muncul pada semua partisipan sebab menjalin
komunikasi dengan orang terdekat seperti orangtua atau pacar dianggap menjadi
hal yang penting bagi mereka. Oleh karena itu, saat mereka tidak dapat
terdekat.
Di sisi lain, menurut partisipan, koneksi merupakan satu hal yang penting.
mereka akan merasakan cemas. Keluhan yang muncul pun seperti tidak tahu apa
yang harus dilakukan. Hal ini terjadi karena dengan adanya koneksi maka mereka
mampu menghubungi siapa saja yang ingin mereka hubungi, mereka mampu
mengakses dan up to date terkait informasi yang mereka inginkan melalui sosial
media, dan juga bisa memanfaatkan smartphone mereka untuk hiburan (games
utama yang harus mereka miliki pada smartphone mereka di zaman sekarang ini.
Kondisi ini pun dijelaskan Yildirim dan Correia (2015) pada penelitiannya.
Bahkan dengan kecanggihan teknologi saat ini, melihat notifikasi saja mampu
penelitian ini pun ditemukan bahwa terdapat gejala cemas ketika tidak dapat
dapat menerima notifikasi ini hanya dirasakan pada beberapa partisipan, semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
partisipan mengungkapkan bahwa notifikasi menjadi suatu hal yang penting dan
mencari koneksi atau sinyal yang hilang sampai mereka mendapatkannya. Selain
itu, beberapa partisipan juga akan merasa panik ketika baterai smartphone mereka
habis.
ditemukan bahwa partisipan memang merasakan gejala cemas ketika mereka tidak
mengungkapkan bahwa kecemasan tersebut tidak begitu berarti. Hal ini terjadi
karena mereka dapat meminta bantuan teman untuk mencari informasi yang
mereka inginkan atau mereka bisa mencarinya di waktu lain ketika smartphone-
nya sudah bisa digunakan. Hanya saja, ketika smartphone tersebut tidak bisa
digunakan saat mereka ingin mengakses informasi tertentu, mereka akan merasa
kesal.
Menurut Lazarus dan Folkman (1984) terdapat suatu tindakan yang akan
dilakukan oleh seseorang untuk mengurangi stres yang dialami dalam bentuk
mereka, strategi coping terbagi menjadi dua jenis, yaitu strategi coping yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
berfokus pada masalah (problem focused coping) dan strategi coping yang
coping yang berfokus pada emosi, yakni bahwa mereka mencoba untuk
yang dilakukan partisipan untuk selalu dekat dengan smartphone yaitu melakukan
“tidak bisa jauh dari smartphone”. Hal ini dimungkinkan karena smartphone
memiliki fitur yang dapat bertindak sebagai penguatan positif bagi penggunanya
(Bisen & Deshpande, 2016), sehingga mereka yang sudah terbiasa mendapatkan
penguatan positif ini sulit untuk menjauhinya. Maka, dapat dikatakan bahwa
usaha yang dilakukan oleh partisipan tersebut merupakan usaha yang tidak
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
kesimpulan, yaitu:
yaitu 13,4%.
smartphone pada penderita nomophobia berat bisa muncul saat kuliah dan
SMA. Pemicunya diduga oleh orang terdekat (orangtua dan pacar) yang
memberikan suatu peristiwa yang kurang nyaman bagi remaja, seperti terkena
marah ketika tidak stand by pada smartphone dan tidak memberi kabar pada
mereka.
dominan mengarah pada perasaan cemas ada yang menghubungi atau tidak.
Gejala pada dimensi tidak dapat berkomunikasi ini dominan muncul diduga
koneksi adalah hal utama yang harus mereka miliki untuk dapat melakukan
koneksi, mereka akan mengeluhkan tidak tahu apa yang harus dilakukan,
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
misalnya mereka tidak dapat up to date dengan informasi terkini yang berada
di sosial media. Hal tersebut berujung pada usaha untuk selalu mendapatkan
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang ditemukan pada penelitian ini ada terdapat tiga poin,
terpakai.
pada Studi 2.
laki-laki. Hal ini mungkinterjadi karena rapport yang dijalin peneliti dengan
81
C. Saran
dari tinggi sampai yang paling rendah. Kemudian memilih dari skor
paling bawah terlebih dahulu, lalu naik ke skor yang paling tinggi dan
begitu terus secara berulang sampai data dinyatakan jenuh. Tidak lupa
data yang lebih tepat pada Studi 2, misalnya dengan focused group
discussion (FGD).
mengajak ngobrol lebih lama terkait dengan smartphone dan hal lain
seputar partisipan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Bagi praktisi dapat lebih membuka wawasan terkait dengan nomophobia yang
Bagi keluarga dan orang terdekat partisipan, dimohon memberi ruang dan
ini akan membuat partisipan tidak takut, khawatir, atau cemas tatkala mereka
4. Bagi Partisipan
pada jam-jam tertentu. Pembatasan waktu ini ditata agar penggunaan yang
83
DAFTAR ACUAN
Bisen, S., & Deshpande, Y. (2016). An analytical study of smartphone addiction
among engineering students: A gender differences. Journal of Indian
Psychology, 4(1), 70-83.
Bragazzi, N., & Puente, G. (2014). A proposal for including nomophobia in the
new DSM-V. Psychology Research and Behavior Management, 7, 155-
160.
Chiu, S. (2014). The relationship between life stress and smartphone addiction on
Taiwanese university student: A meditation model of learning self afficacy
and social efficacy. Computer in Human Behavior, 34, 49-57.
Curtis, A. (2015). Defining adolescence. Journal of Adolescent and Family
Health, 7(2), 1-39.
Flora, M. (2018, Januari 17). Kecanduan gawai akut, 2 pelajar Bondowoso masuk
RS Jiwa. Liputan6. Diunduh 8 Februari, 2018, dari
http://news.liputan6.com/read/3229494/kecanduan-gawai-akut-2-pelajar-
bondowoso-masuk-rs-jiwa
Genco, R., Ho, A., Grossi, S., Dunford, R., & Tedesco, L. (1999). Relationship of
stress, distress, and inadequate coping behaviors to periodontal disease.
Journal Periodontol, 70, 711-723.
Geser, H. (2006). Are girl (even) more addicted? Some gender patterns of cell
phone usage. Sociology in Switzerland: Sociology of the Mobile Phone.
Gezgin, D. M., & Cakir, O. (2016). Analysis of nomophobic behaviors of
adolescents regarding various factors. Journal of Human Sciences, 13,
2505-2519.
Gifary, S., & Kurnia, I. (2015). Intensitas penggunaan smartphone terhadap
perilaku komunikasi. Jurnal Sosioteknologi, 14(2), 170-178.
Kanmani, A. S., Bhavani.,& Maragatham, R.S. (2017). Nomophobia-an insight
into its psychological aspects in India. The International Journal of Indian
Psychology, 4(87), 5-15.
King, A., Valenca, A., Silva, A., Baczynski, T., Carvalho, M., & Nardi, A. (2013).
Nomophobia: Dependency on virtual environments or social
phobia?.Journal of Computers in Human Behavior, 29, 140-144.
King, A., Valenca, A., Silva, A., Sancassiani, F., Machado, S., & Nardi, A.
(2014). Nomophobia: Impact of cell phone use interfening with symptms
and emotions of indviduals with panic disorder compared with a control
group. Clinical Practice & Epidemology in Mental Health, 10, 28-35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
85
86
1 Partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat suka rela. Saya paham bahwa
sebagai subjek saya tidak akan memperoleh imbalan materi. Saya bisa
membatalkan dan tidak melanjutkan partisipasi saya sebagai subjek tanpa
sanksi apa pun. Jika saya memutuskan membatalkan dan tidak melanjutkan
partisipasi saya sebagai subjek, tidak seorang pun akan tahu selain (para)
peneliti.
2 Saya paham bahwa apa yang akan saya lakukan dalam penelitian ini penting
dan mungkin menarik. Namun bila ternyata saya merasa tidak nyaman
melakukannya maka saya berhak menolak memberikan jawaban atau
melakukan tugas yang diminta.
3 Saya paham bahwa partisipasi yang dibutuhkan dari saya adalah menjalani
wawancara dan observasi yang diselenggarakan oleh para peneliti dari Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Kegiatan tersebut membutuhkan waktu
selama 1,5 jam. Para peneliti mungkin akan membuat catatan-catatan,
membuat rekaman audio-video saat kegiatan berlangsung dan melakukan
tanya-jawab pada akhir kegiatan.
4 Saya paham bahwa para peneliti tidak akan menyebutkan nama saya dalam
laporan yang disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelitian ini,
dan bahwa kerahasiaan saya sebagai subjek dalam penelitian ini dijamin
sepenuhnya. Data dan informasi lain yang diperoleh dari penelitian ini hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87