Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kusta termasuk penyakit tertua. Kusta adalah penyakit infeksi kronik, penyebabnya ialah
Mycobacterium Leprae yang intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu
kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
sususan saraf pusat ( (Dkk A. Kosasih, 2002). Kusta merupakan penyakit infeksi menular
kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae , kuman kusta bersifat sangat infektif
tetapi memiliki pathogenesis dan virulensi yang rendah dengan masa inkubasi yang panjang
(Ria Nur Madyasari, 2016). Penyakit ini berkembang perlahan-lahan dan dapat menyebabkan
lesi pada kulit hingga menjadikan seseorang mengalami beberapa gangguan kesehatan
terutama pada masalah kerusakan integritas kulit. Kerusakan integritas kulit merupakan suatu
keadaan dimana seseorang mengalami atau berada pada risiko rusaknya kulit yang meliputi
dermis dan atau epidermis atau jaringan yang meliputi membrane mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang kartilago, kapsul sendi dan ligamen (PPNI, 2016)
Menurut Wordl Health Organization (WHO,2016), total 145 negara atau wilayah
melaporkan pravelensi kusta ke WHO yaitu: 31 dari wilayah Afrika, 28 dari wilayah
Amerika, 9 dari wilayah Asia Tenggara, 15 dari wilayah Mediterania Timur, 31 dari wilayah
Eropa dan 30 dari wilayah Pasifik Barat. Dan didapat data 214.783 kasus baru kusta
terdeteksi, dan prevalensi terdaftar adalah 171.947 kasus. Menurut data Kementrian
Kesehatan RI pada tahun 2017 pravelensi penderita kusta di Indonesia yaitu sebesar
261.80.872 dengan 10.477 merupakan penderita kasus baru dan tingkat deteksi kasus per
100.000 penduduk ada 4,00 kasus (RI, 2017)
Secara umum angka prevalensi kusta di Jawa Timur mengalami kenaikan meskipun tidak
significant yaitu ada 1,02 kasus dengan 3496 penderita pada tahun 2015 menjadi 1,04 kasus
dengan 4058 penderita pada tahun2016 (). Jumlah penderita baru penyakit kusta tahun 2016
di Mojokerto yang dilaporkan sebanyak 35 orang dimana kasus MB (Multibacillary Baciler)
+ PB (Paucibacillary Baciler) laki-laki sebesar 24 orang dan perempuan sebesar 11 orang.
Yang mengalami cacat tingkat 2 sebanyak 3 orang, jumlah kasus kusta yang tercacat
sebanyak 61 orang, kesemuanya adalah kasus kusta MB dengan angka prevalensi 10.000
penduduk sebesar o,56 (). Dari hasil studi pendahuluan prevalensi jumlah kasus kusta dari
data di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto dari bulan Juli sampai September 2018
di dapat penderita kusta sebanyak 85 orang dimana laki-laki sebesar 54 orang dan perempuan
sebesar 85 orsng dimana laki-laki sebesar 54 orang dan perempuan sebesar 31 orang.
Mycobacterium Leprae satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan hamper
semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari maksudnya bakteri ke dalam saraf
tepi. Cara penularan bakteri ini melalui cairan dari hidng yang biasanya menyebar ke udara.
Perlu beberapa bulan kontak yang sering dengan penderita kusta, sehingga penyakit ini dapat
ditularkan. Saat setelah bakteri masuk ke dalam tubuh dan menginfeksi jaringan saraf tepi,
penderita lepra mengalami gangguan system saraf (Neuritis). Sehingga ketika bagian tubuh
mengalami suatu tekanan, otak tidak dapat menerima impuls akibatnya dapat terjadi kellahan
hebat dan kerusakan jaringan pada bagian tubuh tersebut. Respon jaringan tubuh ketika
kerusakan jaringan adalah dilepaskannya mediator radang yang menimbulkan edema dan
tanda-tanda infeksi. Ketika edema tersebut terjadi pembuluh darah kecil tertekan dan
menyebabkan sirkulasi nutrisi dan oksigen terganggu sehingga terjadi kematian jaringan.
Ketika akumulasi plasma dari jaringan yang rusak dibiarkan menyebabkan peningkatan
tekanan internal memicu robeknya jaringan kulit, akibatnya cairan plasma keluar dan timbul
ulkus terbuka. Dan terjadi kerusakan integritas kulit. Dampak dari kerusakan integritas kulit
pada pasien kusta adalah adanya nekrosis bagian tubuh yang timbul ulkus, kemudian jika
dibiarkan akan terjadi reabsorsi bagian tubuh seperti jari dan hal yang paling buruk
kemungkinannya adalah luka yang akan menjalar dan akan merusak fungsi tubuh lain.
Sehingga menyebabkan sebagian penderita kusta akan menjalani tindakan amputasi ()
Pada pasien penderita kusta yang mengalami kerusakan integritas kulit sangat penting
memperhatikan diri dalam proses perawatan tubuh pada luka yang timbul. Dari pentingnya
perawatan luka tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengindenfitikasi cara perawatan luka
pada pasien kusta yang benar, karena pada pasien kusta dengan masalah kerusakan integritas
kulit yang diserang pertama kali adalah saraf tepi. Perawatan luka yang kurang diperhatikan
oleh pasien dan pengetahuan pasien yang buruk dapat menyebabkan kerusakan integritas
kulit berpotensi menjadi luka kronis dan munculnya komplikasi penyakit yang lain. Sebagai
tenaga kesehatan penting untuk mengetahui pencegahan dan perawatan luka secara telaten
dan rutin. Untuk perawatan dan manajemen luka harus berlandaskan pengetahuan dasar
yang menyeluruh tentang struktur dan fungsi kulit. Dengan demikian sebagai seorang
perawat atau petugas kesehatan yang memberikan perawatan dan manajemen luka dituntut
untuk mengetahui dengan seksama kondisi kerusakan integritas kulit pada saat melakukan
tindakan tersebut ()

1.2 Batasan Masalah


Masalah studi kasus ini dibatasi pada “Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Integritas
Jaringan Kulit Pada Pasien Kusta di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto”

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Integritas Jaringan Kulit pada klien A
dan B dengan diagnosa medis Kusta di Rumah Sakit K usta Sumberglagah Mojokerto

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Integritas Jaringan Kulit
pada klien A dan B dengan diagnosa medis Kusta di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah
Mojokerto

1.4.2 Tujuan Khusus


a. Melakukan pengkajian keperawatan dengan masalah gangguan integritas jaringan
kulit pada klien A dan B dengan diagnosa medis Kusta di Rumah Sakit Kusta
Sumberglagah Mojokerto
b. Menetapkan diagnosis keperawatan dengan masalah gangguan integritas jaringan
kulit pada klien A dan B dengan diagnosa medis Kusta di Rumah Sakit Kusta
Sumberglagah Mojokerto
c. Menyusun perencanaan keperawatan dengan masalah gangguan integritas
jaringan kulit pada klien A dan B dengan diagnosa medis Kusta di Rumah Sakit
Kusta Sumberglagah Mojokerto
d. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan masalah gangguan integritas
jaringan kulit pada klien A dan B dengan diagnosa medis Kusta di Rumah Sakit
Kusta Sumberglagah Mojokerto
e. Melakukan evaluasi pada kedua klien yang mengalami kusta dengan masalah
gangguan integritas jaringan kulit dengan diagnosa medis Kusta di Rumah Sakit
Kusta Sumberglagah Mojokerto

1.5 Manfaat Penelitisn


1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bias menambah wawasan dan
mengembangkan serta menjadi salah satu sumber pembelajaran dalam
pengaplikasian ilmu keperawatan ke dalam praktik keperawatan dengan
memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami kusta dengan
gangguan integritas kulit

1.5.2 Manfaat Praktis

a) Bagi Perawat
Mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat tentang Asuhan
Keperawatan pada gangguan integritas jaringan kulit pada pasien kusta dan
sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada penanganan kasus kusta
b) Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan sebagai masukan untuk memberikan asuhan yang tepat
pasien kusta dengan gangguan integritas kulit
c) Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan tambahan refrensi tentang Asuhan Keperawatan pasien
sehingga dapat melaksanakan Asuhan Kepeawatanpasien kusta degan
gangguan integritas jaringan kulit
d) Bagi Klien
Dapat memberikan informasi dan sebagai sarana pemandirian pasien
dalam perawatan luka agar tetap terjaga kebersihan dan kelembapannya.
Sehingga dapat mencegah kerusakan integritas kulit pada pasien kusta agar
tidak semakin kronis dan agar pasien tenang dan lebih nyaman

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit Kusta

2.1.1 Definisi Kusta

Kusta merupakan penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh


Mycobacterium Leprae , kuman kusta bersifat sangat infektif tetapi memiliki
pathogenesis dan virulensi yang rendah dengan masa inkubasi yang panjang (Ria
Nur Madyasari, 2016). Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium Leprae, ditandai dengan sangat panjangnya masa inkubasi,
kesulitan dalam mendeteksi tanda dan gejala, dalam mendeteksi penyakit kusta
perlu dipertimbangkan stigma yang terkait dengan diagnosis dan kesulitan dalam
mendeteksi kusta aimptomatik, insiden dan prevalensi penyakit itu sendiri
(nursanti anwar, 2019). Kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
adanya cacat, perawatan diri dengan rutin sangat diperlukan untuk mecegah cacat
tidak bertambah berat, kusta terutama didapatkan dari daerah tropis dan sub tropis
yang udaranya panas dan lembab pada lingkungan hidup yang tidak sehat
(soedarto, 2015)

2.1.2 Etiologi

Anda mungkin juga menyukai