Anda di halaman 1dari 5

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular dan bersifat kronik.

Penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang bersifat

intraseluler obligat dan terjadi pada kulit dan saraf tepi. Kuman Mycobacterium

leprae pertama kali menyerang pada syaraf perifer, yang kemudian mengenai

kulit dan mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikulo endotel

penderita, mata, otot, tulang dan testis. Penyakit kusta sangat ditakuti karena

dapat menimbulkan cacat tubuh, tetapi gejalanya tidak selalu kelihatan. Harus

diwaspadai apabila mempunyai luka yang tidak kunjung sembuh dan tidak sakit

ketika ditekan.

Tanda gejala tahap awal yang muncul adalah berupa kelainan warna kulit.

Biasanya terjadi hipopigmentasi, hiperpigmentasi dan eritematosa. Gejala-

gejala yang tampak dari penderita digunakan untuk menegakkan diagnosa.

Menurut WHO, kriteria untuk penegakan diagnosis kusta ada tiga, yaitu, Lesi

kulit yang berupa bercak hipopigmentasi atau lesi kulit kemerahan dengan

berkurangnya sensasi berbatas tegas, Adanya keterlibatan syaraf perifer,

seperti tampak pada penebalan berbatas tegas dengan hilangnya sensasi,

ditemukan basil tahan asam (BTA) di lapisan kulit. Tanda-tanda penyakit kusta

bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut

yaitu, adanya bercak tipis seperti panu pada badan/ tubuh manusia.

Penyakit kusta merupakan penyakitinfeksi kronis yang disebabkan oleh

bakteri, Mycrobacterium Leprae. Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi,

mukosa saluran pernapasan atas dan mata. Penatalaksanaa kasus kusa yang
2

buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progesif menyebabkan kerusaka

permanen pada kulit tepi, saraf, anggota gerak, mata,dan mata.

Pada tahun 2017 jumlah penderita kusta yang dilaporkan dari 150 negara

di semua regional WHO adalah sebanyak 210.671 kasus baru kusta dan jumlah

pasien yang masih terdaftar mengikuti pengobatan adalah 192.713 kasus,

dengan angka cacat tingkat 2 sebesar 1,6 per 1.000.000 penduduk. Angka

prefelensi dan angka penemuan kasus baru, Pada tahun 2000 indonesia telah

mencapi status eliminasi kusta.( prefelensi kusta <1 per 10.000 penduduk).

Angka prevelensi kusta di indonesia pada tahun 2018 sebesar 0,70

kasus/10.000 penduduk dan angka penemuan kasus baru sebesar 6,42 kasus per

100.000 penduduk. Penyakit kusta di Indonesia menempati peringkat nomor

tiga terbanyak di dunia setelah India dan Brasil serta peringkat teratas di

kawasan ASEAN. Penyebaran penyakit kusta merata di Indonesia. Prevalensi

penyakit kusta di Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2018 juga

masih menunjukkan banyak kasus baru. Dan di tahn 2018 Lampung mencatat

sebanyak 87 kasus baru penyakit Kusta yang dialami masyarakat Lampung.

Tahap Eliminasi Kusta di Lampung bila di prevelensikan yakni <1

kasus/10.000 penduduk. Sehingga penyakit kusta bisa dikatagorikan kecil

untuk di Lampung.

Proporsi kusta Multibasiller (MB) di antara penderita yangbaru

memperlihatkan masih adanya sumber penular tersembnyi serta tingginya

tingkat penularan di masyarakat. Proporsi kusta MB priode 2012-2018 tidak

banyak berubah bekisar 82-87%. Kasus kustatipe MB masih mendominasi di

Indonesia menunjukan banyaknya sumber penularan di masyarakat provinsi


3

dengan proporsi kusta MB tertinggi pada tahun 2018 yaitu Lampung berkisar

(99,35%). Untuk Wilayah Lampung Timur di wilayah kerja Puskesmas

Trimulyi Kecamatan Sekampung terdapat dua penderita penyakit Kusta.

Menurut Depkes RI (2005), rumah sehat adalah proporsi rumah yang

memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari tiga

komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu. Dampak Kejadian Penyakit Kusta, Penyakit kusta akan

berdampak kepada penderita kusta dari berbagai aspek dan juga berakibat

pada kualitas hidup yang semakin menurun dari Aspek Fisik, Psikologis,

Ekonomi, Sosial.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penyakit Kusta maka dapat dilakukan penelitian tentang “Gambaran

Kasus Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesman Trimulyo Kabupaten

Lampung Timur”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

“Untuk mengetahui Gambaran Kasus Penyakit Kusta di Wilayah Kerja

Puskesman Trimulyo Kabupaten Lampung Timur”

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran suhu kamar pada Penderita Penyakit

Kusta di Wilayah Kerja Puskesman Trimulyo Kabupaten Lampung

Timur
4

b. Untuk mengetahui gambaran luas kamar pada Penderita Penyakit

Kusta di Wilayah Kerja Puskesman Trimulyo Kabupaten Lampung

Timur

c. Untuk mengetahui gambaran kelembaban Rumah pada Penderita

Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesman Trimulyo Kabupaten

Lampung Timur

d. Untuk mengetahui gambaran vektor di dalam lingkungan Rumah

Penderita Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesman Trimulyo

Kabupaten Lampung Timur

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Mendapatkan informasi mengenai gambaran pasien Penderita

Penyakit Kusta yang berhubungan dengan lingkungan berupa saran

dan harapan untuk memperbaiki lingkungan di Wilayah Kerja

Puskesman Trimulyo Kabupaten Lampung Timur 2020.

2. Bagi Instansi

Dari hasil penelitian yang di dapatkan akan menambah informasi

mengenai hubungan antara gambaran rumah dan penderita

Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesman Trimulyo Kabupaten

Lampung Timur.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat untuk

mendapatkan informasi mengenai pasien Penderita Penyakit Kusta

dan lingkungan.
5

1.5 Ruang Lingkup

Dalam hal ini penulis membatasi penulisan pada gambaran rumah pada

penderita Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesman Trimulyo Kabupaten

Lampung Timur yang meliputi gambaran suhu rumah, luas kamar, kelembaban

rumah, keadaan vektor di dalam rumah.

Anda mungkin juga menyukai