Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

ANALISIS POSTUR KERJA PEGAWAI POM BENSIN/SPBU DI KABUPATEN


JEMBER BERDASARKAN METODE RAPID ENTERY BODY ASSESMENT
(REBA)

(Disusun guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Ergonomi dan Faal
Kerja Kelas C)

Dosen Pengampu:
Ana Islamiyah Syamila, S.Keb., M.KKK

Disusun Oleh:

Niajeng Novta Dwi Nafisah (182110101062)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2020
2
PENDAHULUAN

Manusia tidak akan pernah terlepas dari pekerjaan yang dilakukannya sehari-
hari. Hal ini tentunya membuat manusia akan memerlukan energi yang sesuai dengan
beban yang dikerjakan. Pekerjaan di Negara berkembang seperti di Indonesia ini masih
sering dilakukan oleh manusia atau menggunakan tenaga manusia (Mas’idah,
Fatmawati, & Ajibta, 2009). Meskipun beberapa perusahaan sudah mengandalkan
teknologi mesin yang semakin canggih, akan tetapi aktivitas yang dilakukan secara
manual memiliki kelebihan yang teknologi mesin tidak dapat melakukan aktivitas
tersebut.

Pada pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga manual sering menggunakan postur
kerja yang salah. Posisi kerja dan gerakan kerja yang dilakukan oleh pekerja tentu
berbeda-beda disetiap stasiun kerja. Adapun keluhan sakit yang dirasakan oleh pekerja
dengan aktivitas tersebut adalah keluhan pada bagian leher, pinggang, lengan, punggung
dan otot-otot skeletal lainnya. Oleh karena itu, hal terebut dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan pada saat bekerja. Analisis postur kerja juga perlu untuk diterapkan
dalam menganstisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin saja
menimbulkan kecelakaan kerja. Salah satu analisis postur kerja yang dikembangkan
dalam ergonomi untuk mengukur risiko kerja adalah dengan menggunakan metode
penilaian REBA (Rapid Entire Body Assesment). (Fatimah, 2012)

Metode REBA atau C adalah sebuah metode yang dikembangkan pada bidang
ergonomi yang digunakan secara cepat dalam menilai posisi kerja pada postur leher,
punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki. Metode ini juga dapat dipengaruhi
oleh faktor beban dari luar yang dialami oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Hal yang
menjadikan metode REBA ini berbeda dengan metode lainnya adalah bahwa metode ini
dilakukan dengan menganalisis seluruh bagian tubuh melalui fokus terhadap
keseluruhan postur tubuh yang diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya kesalahan
postur tubuh dalam bekerja ataupun dapat meminimalisir potensi terjadinya
musculoskletal disorders pada tubuh pekerja. (Sulaiman & Sari, 2016)

Penilaian dengan menggunakan metode REBA tidak membutuhkan waktu yang


lama. Dalam melakukan scoring general di daftar aktivitas yang menandakan perlu ada

1
atau tidaknya pengurangan risiko yang diakibatkan postur kerja dari seorang pekerja
atau pegawai yang menjadi objek penelitian. (Mas’idah et al., 2009). Metode REBA
(Rapid Entire Body Assessment) pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis
postur tubuh salah satu pekerja di SPBU milik PT.PERTAMINA di Kabupaten Jember.
Metode REBA dilakukan secara cepat dalam menilai risiko pada bagian tubuh atas.
Metode REBA tergolong relatif mudah untuk digunakan dalam penelitian ini
dikarenakan dapat mengetahui nilai suatu postur tubuh yang tidak diperlukan secara
besar sudut yang spesifik namun hanya berupa range sudut. Penelitian ini diharapkan
dapat mengurangi keluhan-keluhan sakit yang dirasakan atau mengurangi risiko
terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan pada pekerja SPBU atau POM Bensin
PT.Pertamina tanpa mengurangi peforma kerja ataupun mengganggu pekerjaannya.

2
HASIL

Penelitian ini dilakukan di SPBU atau POM bensin di Kecamatan Kaliwates,


Kabupaten Jember dengan tahapan dokumentasi, wawancara dan data postur kerja.
Dokumentasi dilakukan dengan tujuan untuk mengananlisis postur kerja.

A. Data Responden

Gambar 1. Pegawai SPBU


1. Nama Responden : Riyadi
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Usia : 26 tahun
4. Berat Badan : 58 kg
5. Tinggi Badan : 165 cm
6. Jenis Pekerjaan : Pegawai POM Bensin/SPBU Kabupaten Jember
7. Massa Kerja : 5 tahun
8. Pendidikan Terakhir : Tamat Sekolah Menengah Pertama
9. Status Pernikahan : Menikah

1
B. Perhitungan Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA
Pencatatan dan pengumpulan data mengenai postur kerja pada kegiatan
atau aktivitas pegawai SPBU menggunakan foto yang dilakukan pada Minggu,
21 Juni 2020. Untuk menentukan sudut-sudut pada postur tubuh sikap kerja
yang dilakukan oleh pegawai tersebut meliputi foto postur kerja. Berikut ini foto
atau gambar postur kerja saat melakukan aktivitas kerja dapat dilihat pada tabel
1.

Gambar Keterangan
Posisi punggung membungkuk
dengan sudut 37o, pergerakan leher
menekuk dengan sudut 45o, posisi
lengan sebesar 35o, posisi lengan
bawah sebesar 80o, posisi pergelangan
tangan menekuk sebesar 20o, posisi
lutut menekuk dengan sudut sebesar
20o dalam keadaan berdiri.

Tabel 1. Postur Kerja berdasarkan range sudut

2
Untuk Bagian A, yang terdiri atas bagian Punggung, Leher dan kaki adalah
sebagai berikut:

1. Punggung
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa pergerakan punggung
termasuk dalam posisi membungkuk dengan sudut 37o (Skor REBA untuk
pergerakan punggung adalah 3 + 1 jika memutar atau miring kesamping = 4)

2. Leher
Berdasarkan gambar pegawai SPBU di atas dapat diketahui bahwa
pergerakan leher dengan sudut sebesar 45o terhadap sumbuh tubuh. (Skor
REBA untuk pergerakan leher adalah 2+1= 3)

3
3. Kaki (Legs)
Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa posisi berdiri, dan lutut
menekuk dengan sudut sebesar 380 (Skor REBA untuk pergerakan kaki
adalah 1+1 kaki tertopang = 2)

Adapun Skor REBA untuk Tabel A adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Tabel Skor REBA A


Dalam Observasi ergonomi dengan menggunakan metode REBA,
diperlukan pula perhitungan beban. Setelah kita mendapatkan total skor grup
A (Leher, Punggung, dan Kaki), selanjutnya kita tambahkan dengan skor
beban. Interpretasinya adalah sebagai berikut:

4
Dikarenakan beban yang diangkat tidak melebihi dari 5kg yaitu 3kg
maka penambahan nilai adalah 0 atau tidak ada.

Skor Total A: 7+0 = 7

Untuk bagian B pada Skor REBA terdiri atas Lengan atas, lengan bawah dan
pergelangan tangan:

1. Lengan Atas
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan atas
ke depan sebesar 350 terhadap sumbu tubuh. (Skor REBA untuk
pergerakan lengan atas adalah 2+1 posisi lengan abducted = 3)

2. Lengan bawah (Lower arm)


Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bawah sudut pergerakan
lengan bawah membentuk sudut 900 (Skor REBA untuk pergerakan
lengan bawah adalah 1)

5
3. Pergelangan Tangan
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa sudut pergerakan
pergelangan tangan kedepan (Flexion) terhadap lengan bawah termasuk
dalam range pergerakan 20o flexion. (Skor REBA untuk pergerakan
pergelangan tangan adalah 2)

Tabel 10. Tabel Skor REBA B

Skor Total B: 4

Setelah skor didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah mencari skor


coupling (pegangan/handle). Berikut detail masing-masing mengenai coupling
(pegangan/handle).

6
Skor dilihat postur kanan dan kiri, selanjutnya dapat dicari rata-rata dari kedua
coupling kanan dan kiri. Setelah didapatkan skor coupling, tambahkan dengan skor pada
tabel B. Skor Total B: 4 + 0 = 4

Total Skor A dan Skor B dengan menggunakan Tabel C untuk mendapatkan


Skor C.

7
Skor akhir dengan metode REBA

Skor dari tabel C, ditambah dengan skor aktivitas. Skor aktivitas didapatkan dengan:

Final Skor yang didapat adalah 8+ 0+1+0 = 9

Langkah selanjutnya adalah membandingkan dengan Tabel Action Level.

Skor final REBA adalah 9, Risk Level sesuai dengan tabel adalah Tinggi, action
yang harus segera dilaksanakan adalah perlu perbaikan secepatnya (Necessary Soon).

8
PEMBAHASAN
Proses pendapatan data responden tentang aktivitasnya dalam bekerja sebagai
pegawai SPBU, penulis secara langsung melakukan pengamatan yang disertai dengan
wawancara di SPBU/POM Bensin di Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember pada
tanggal 21 Juni 2020 Pukul 15.30 WIB. Pengamatan langsung dilakukan saat responden
bekerja, sedangkan wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi terkait
aktivitasnya selama 24 jam. Hasil dari wawancara serta pengamatan yang penulis
lakukan menjadi pengukuran analisis postur kerja berdasarkan metode REBA.
Faktor risiko ergonomi gangguan pada sistem otot-rangka (MSDs) Menurut
Iridiastadi dan Yassierli (Irdiastadi & Yassierli, 2014) memaparkan tujuh faktor risiko
utama gangguan pada sistem otot-rangka (musculoskeletal), yaitu:
1. Tekanan yang disebabkan oleh posisi kerja (postural stress).
2. Kerja yang menggunakan kekuatan otot secara berlebihan (forceful
exertion).
3. Gerakan yang dilakukan secara berulang (repetitive exertions).
4. Sikap kerja menahan sesuatu secara statis (sustained/static exertions).
5. Tekanan kontak mekanis setempat (localized mechanical contact stressor).
6. Getaran (vibrations).
7. Suhu dingin (cold temperature).
Kajian analisis postur kerja terhadap faktor risiko menjadi antisipasi dalam
terjadinya kemungkinan risiko gangguan musculoskletal disorders pada tubuh pekerja
di tempat kerjanya. Faktor-faktor risiko yang dapat terjadi pada kerja assembly manual,
dapat dilihat dari tekanan yang disebabkan oleh posisi kerja pada sikap statis, gerakan
secara berulang, dan siklus kerja pendek. (Purbasari, Anna, & Siboro, 2018). Parameter
yang terkait dari faktor-faktor risiko yang dikemukakan tersebut dapat dilakukan dengan
metode REBA. Adapun tujuan penelitian yang dilakukan ini adalah untuk menganalisis
postur kerja dari seorang pekerja untuk mengurangi risiko gangguan yang tidak
diharapkan, apabila terdapat risiko yang cukup signifikan maka perlu melakukan
perbaikan sehingga dapat meminimalisir hal tersebut. (Restuputri, Lukman, &
Wibisono, 2017).
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap analisis postur kerja pada Bapak Riyadi
yang dalam kegiatannya sehari-hari bekerja sebagai petugas atau pegawai di SPBU atau

1
POM Bensin milik PT.Pertamina di Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Situbondo adalah
posisi punggung yang membungkuk dengan sudut 37o, pergerakan leher yang menekuk
dengan sudut 45o, posisi lengan sebesar 35o, posisi lengan bawah sebesar 80o, posisi
pergelangan tangan yang menekuk sebesar 20o, serta posisi lutut menekuk dengan sudut
sebesar 20o dalam keadaan berdiri. Hasil tersebut didapatkan score sebagai berikut:
A. Skor A:
1. Punggung
(Skor REBA untuk pergerakan punggung adalah 3 + 1 jika memutar atau
miring kesamping = 4)
2. Leher
(Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2+1= 3)
3. Kaki (Legs)
(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1+1 kaki tertopang = 2)
Jadi, Skor REBA untuk Tabel A adalah 7. Dalam Observasi ergonomi
dengan menggunakan metode REBA, diperlukan pula perhitungan beban.
Setelah kita mendapatkan total skor grup A (Leher, Punggung, dan Kaki).
Selanjutnya kita tambahkan dengan skor beban yaitu tidak ada penambahan
dikarenakan beban yang diangkat tidak melebihi dari 5kg dimana bebannya
hanya 3kg. Maka, total Skor Tabel A dengan skor beban adalah 7+0 = 7.
B. Skor B:
1. Lengan Atas
(Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2+1 posisi lengan
abducted = 3)
2. Lengan bawah (Lower arm)
(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 1)
3. Pergelangan Tangan
(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2)

Jadi Skor REBA untuk Tabel B adalah 4. Setelah skor didapatkan,


langkah selanjutnya adalah mencari skor coupling (pegangan/handle). Skor
dilihat postur kanan dan kiri, selanjutnya dapat dicari rata-rata dari kedua
coupling kanan dan kiri. Setelah didapatkan skor coupling, tambahkan

2
dengan skor pada tabel B. Maka Total Skor Tabel B dengan Skor
Coupling adalah 4 + 0 (Baik) = 4

C. Skor C:
Total Skor A dan Skor B dengan menggunakan Tabel C untuk mendapatkan
Skor C, yaitu didapatkan nilai 8 pada Tabel C.
D. Skor akhir dengan metode REBA/ Final Skor
Skor dari tabel C, ditambah dengan skor aktivitas. Skor aktivitas didapatkan
dengan hasil Final Skor adalah 8+ 0+1+0 = 9
E. Interpretasi Metode REBA:
Skor final REBA adalah 9, Risk Level sesuai dengan tabel adalah Tinggi,
action yang harus segera dilaksanakan adalah perlu perbaikan secepatnya
(Necessary Soon). Perbaikan tersebut dapat diusulkan kepada pihak
perusahaan terkait agar dapat meminimalisir risiko terjadinya gangguan
musculoskletal disorders pada pekerja.

3
KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan, wawancara, dan perhitungan analisis postur kerja


seorang pegawai di SPBU atau POM Bensin PT.Pertamina di Kecamatan
Kaliwates, Kabupaten Jember, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada perhitungan diatas, total skor dalam menganalisis postur kerja berdasarkan
metode REBA (Rapid Entery Body Assesment) adalah 9. Hasil tersebut
menunjukkan pada level risiko sesuai dengan tabel adalah Tinggi, action atau
tindakan yang harus segera dilakukan adalah perlu perbaikan secepatnya
(Necessary Soon).
2. Faktor-faktor risiko yang dapat terjadi pada kerja assembly manual, dapat dilihat
dari tekanan yang disebabkan oleh posisi kerja pada sikap statis, gerakan secara
berulang, dan siklus kerja pendek. Dalam hal tersebut REBA (Rapid Entire
Body Assessment) yang digunakan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko
memang perlu diadakan perbaikan secepatnya untuk meminimalisir faktor-faktor
risiko yang dapat terjadi dalam aktivitas bekerja.
3. Berdasarkan hasil analisis perhitungan REBA (Rapid Entire Body Assessment)
yang telah dilakukan maka perlu usulan perbaikan sikap kerja pada pekerja
SPBU atau POM Bensin. Usulan perbaikan terkait sikap kerja atau postur kerja
yang salah yang dapat berisiko terkena gangguan musculoskletal disorders perlu
untuk dilakukan agar memberikan perbaikan ergonomis bagi postur kerja
pekerja dalam melakukan aktivitas kerjanya di SPBU tersebut.

1
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah. (2012). Penentuan Tingkat Resiko Kerja Dengan Menggunakan Score Reba.
Journal MIEJ, 1(1), 25–29. Retrieved from
https://journal.unimal.ac.id/miej/article/viewFile/132/102

Iridiastadi, H., Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Mas’idah, E., Fatmawati, W., & Ajibta, L. (2009). ANALISA MANUAL MATERIAL
HANDLING (MMH) DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOMEKANIKA
UNTUK MENGIDENTIFIKASI RESIKO CIDERA TULANG BELAKANG
(MUSCULOSKELETAL DISORDER). 37–56.

Purbasari, A., Anna, B., & Siboro, H. (2018). Analisis Sikap Kerja Terhadap Faktor
Risiko Ergonomi Pada Kerja Assembly Manual (Studi Kasus: Laboratorium
Teknik Industri Universitas Riau Kepulauan). Jurnal Profisiensi, 6(1).

Restuputri, D. P., Lukman, M., & Wibisono. (2017). Metode REBA Untuk Pencegahan
Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja. Jurnal Teknik Industri, 18(1), 19.
https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no1.19-28

Sulaiman, F., & Sari, Y. P. (2016). Analisis Postur Kerja Pekerja Proses Pengeasahan
Batu Akik Dengan Menggunakan Metode Reba. Jurnal Teknovasi, 3(1), 16–25.
https://doi.org/10.35308/jopt.v1i1.167

Anda mungkin juga menyukai