-Sanksi positif
Penghargaan terhadap individu berupa pujian
-Sanksi negatif
Hukuman terhadap individu berupa sindrian, ejekan,
pengucilan, denda, dan hukuman penjara
MACAM-MACAM NORMA
Norma dapat menjadi tuntunan bagi manusia untuk
berperilaku baik dalam kehidupan masyarakat. Ada beberapa
jenis norma yaitu:
-Norma agama
Aturan yang bersumber pada hukum agama atau kitab suci
yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Tujuannya untuk
mengatur manusia agar bahagia di dunia & akhirat. Contoh
ketaatan terhadap norma agama:
A)menjalankan ibadah
B) Menghormati & patuh terhadap ortu
C) Tidak melakukan hal-hal tercela
Norma agama sesuai dengan pasal 29:1 UUD 1945 yang
berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhan Yang Maha Esa”
-Norma kesusilaan
Aturan-aturan hidup yang berkaitan dengan bisikan kalbu &
suara hati nurani. Suara hati nurani ini senantiasa
mengatakan kejujuran & kebenaran yang mengarahkan
manusia pada kebaikan. Manusia diberikan hati nurani agar
dapat membedakan mana yang benar & salah. Sanksi dari
pelanggaran terhadap norma kesusilaan adalah akan merasa
malu, menyesal, & bersalah. Contohnya:
A)tidak sombong
B) Berbuat baik
C) Menghindari sifat tidak baik
D)Tidak angkuh
E) Jujur
-Norma kesopanan
Aturan untuk mengatur tingkah laku manusia yang bersumber
dari tata kelakukan/tata krama kebiasaan dalam masyarakat.
Norma ini berawal dari adanya hubungan yang terjadi
antarmanusia yang kemudian membentuk aturan-aturan yang
desepakati. Norma ini bersifat kedaerahan (lokal) karena
terkadang berbeda dengan masyarakat lainnya. Contoh:
A)mengucapkan permisi ketika memasuki rumah
B) Menghormati orang yang lebih tua
C) Tidak berkata tidak bagus
D)Tidak makan sambil bicara
E) Tidak meludah di sembarang tempat
Sanksi melanggar norma tersebut adalah cemoohan, celaan,
diasingkan, atau dikucilan.
-Norma hukum
Aturan yang mengatur tingkah laku manusia yang bersumber
dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah/penguasa
negara. Tujuan norma ini adalah untuk mempertegas norma-
norma lainnya. Norma hukum bersifat tegas & memaksa yang
dibuat dari luar diri manusia. Sanksi melanggar norma hukum
adalah hukuman. Contohnya:
A)Melakukan kewajiban pajak
B) Tidak menggangu ketertiban umum
C) Patuh terhadap peraturan lalu lintas
D)Dilarang melakukan tindak kejahatan
TINGKATAN NORMA
Berdasarkan kekuatan mengikatnya, norma yang berlaku
dalam masyarakat dibedakan menjadi beberapa tingkatan,
yaitu cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan
(mores), adat istiadat (custom).
-Cara
Perbuatan yang dilakukan secara perorangan/berkaitan
dengan hubungan antarindividu dalam masyarakat.
Berdasarkan daya pengikatnya, pelanggar mendapt sanksi
yang tidak tegas, seperti teguran.
-Kebiasaan
Perbuatan yang dilakukan berulang-ulang & dianggap benar.
Perilaku yang diakui & diterima oleh masyarakat. Sanksi lebih
tegas dibandingkan cara yang berupa, mendapatkan
cemooh/ejekan.
-Tata kelakuan
Perilaku yang oleh masyarakat dijadikan sebagi alat
pengawas/pengontrol anggota masyarakat. Bersifat memaksa
& berupa larangan yang sanksinya berupa, hukuman atau
dipenjara.
-Adat istiadat
Aturan yang tidak tertulis & biasanya aturanya diakui sebagi
hal yang baik. Sanksi berupa hukuman penolakan dari
masyarakat ataupun sanksi berat lainnya.
RANGKUMAN PPKN BAB 3
Konstitusi
Bahasa Inggris: Constitution
Bahasa Belanda: Constitutie
Bahasa Jerman: Constitution (verfassung)
Bahasa Latin: Constitution/Constituere
Pengertian: Hukum dasar yang menjadi pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara
Tujuan:
Memberikan pegawasan terhadap kekuasaan politik
Memberikan batasan bagi pemerintah dalam
menjalankan tugasnya
13 JULI 1945
Panitia perancang UUD membahas dan menyepakati
beberapa hal (lambang negara, negara kesatuan, sebutan
Majelis Permusyawaratan Rakyat, & pembentukan
Panitia Penghalus Bahasa (Djajadiningrat, Salim, &
Soepomo). Rancangan UUD diberikan kepada panitia
Penghalus Bahasa.
UUD 1945
14 JULI 1945
BPUKI menggelar sidang pleno
Agenda: Pembacaan tentang pernyataan kemerdekaan
Panitia perancang UUD melaporkan hasil kerjanya:
1) Pernyataan tentang Indonesia merdeka
2) Pembukaan UUD
3) Batang tubuh UUD
Wilayah negara Indonesia sama dengan bekas wilayah
Hindia-Belanda ditambah Malaya (Sabah & Serawak
di negara Malaysia), Borneo Utara (wilayah Brunei
Darussalam), Papua, Timor-Portigus (Timor Leste),
dan pulau-pulau di sekitarnya.
Bentuk negara: negara kesatuan
Bentuk pemerintahan: republik
Bendera: Sang Saka Merah Putih
Bahasa: Bahasa Indonesia
Rancangan UUD berjumlah:
-42 Pasal
-5 pasal (di antaranya aturan peralihan dengan keadaan
perang)
-1 pasal (mengenai aturan tambahan)
15 JULI 1945
BPUKI menggelar sidang
Agenda: Penambahan rancangan UUD
Soepomo (Ketua panitia perancang UUD)
memberikan penjelasan atas naskah UUD
16 JULI 1945
Naskah UUD diterima dalam sidang BPUKI. Usulan-
usulan panitia keuangan, pembelaan tanah air diterima.
Tugas BPUKI pun berakhir & dibubarkan pada tanggal 7
Agustus 1945.
PPKI
7 AGUSTUS 1945
BPUKI dibubarkan dan Soekarno diangkat menjadi
ketua. Kemudian dibentuk PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia)(Dokuritsu Junbi Inkai)
ANGGOTA PPKI
PPKI beranggota 21 orang yang dipilih oleh Marsekal
Terauchi dan 6 tanpa sepengetahuan Jepang.
PERUBAHAN UUD
1) Istilah “hukum dasar” menjadi “undang-undang dasar”
2) “Muqaddimah” (piagram Jakarta) diganti menjadi
“Pembukaan”
3) Mengubah kalimat “dalam suatu hukum dasar”
menjadi “dalam suatu undang-undang dasar”
4) Dalam piagram Jakarta alinea keempat rumusan
Pancasila sila pertama diubah menjadi “Ketuhanan Yang
Maha Esa”
5) Pada alinea keempat tercabtum sila kedua Pancasila
“Menurut kemanusiaan yang adil & beradab” diubah
menjadi “Kemanusiaan yang adil & beradab”
6) Pasal 6:1 “Presiden ialah orang Indonesia asli yang
beragama Islam” diubah menjadi “Presiden ialah orang
Indonesia asli”
7) Pasal 29:1 “Negara berdasar atas ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” diubah menjadi “Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa”
UUD 1945
UUD 1945 disahkan melalui 2 tahap:
1) Pengesahan pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas 4
alinea
2) Pengesahan Batang Tubuh UUD 1945 :
-16 bab
-37 pasal
-4 pasal aturan peralihan
-2 ayat aturan tambahan
16 Bab 41 Pasal 2 Ayat