Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

( PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAKUTAN)

Dosen pengampu : : Yulina Dwi Hastuty S.Kep,Ners,M.Biomed

Nama : Aisyah Az zahra


Kelas : 1A
NIM : P07524421003

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


T.A 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukan obat kedalam jaringan kulit yang di
lakukan untuk tes alergi terhadap obat yang akan diberikan .pada umumnya diberikan pada
pasien yang akan diberikan obat antibiotic. Pemberian intrakutan pada dasarnya dibawah
kulit atau dapat dibawah dermis atau epidermis. Secara umum pada daerah lengan tangan dan
daerah ventral.

Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra dermis.
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang berarti
sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyai derajat
pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi
disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan. Karena
absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat
yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.

Injeksi intracutan (IC) adalah pemberian obat kedalam lapisan dermal kulit tepat dibawah
epidermis. Biasanya hanya sejumlah kecil larutan yang digunakan(contoh 0,1 ml).Metode
pemberian ini sering kali digunakan untuk uji alergi dan penapisan tuberkulosis.

B. TUJUAN
● Pasien mendapatkan pengobatan  sesuai program pengobatan dokter.
● Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
● Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
● Menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test).
● Digunakan untuk test tuberkulin atau tes alergi terhadap obat-obatan tertentu.
● Pemberian vaksinasi.

C. Lokasi injeksi intrakutan(IC)


Lokasi injeksi intracutan biasanya pada :

1. lengan bawah bagian dalam


2. dada atas 
3. punggung dibawah skapula
4. Lengan kiri umumnya digunakan untuk penapisan TBC
5. lengan kanan digunakan untuk semua pemeriksaan lain.
6. Dilengan atas, yaitu tiga jari di bawah sendi bahu tepat di tengah daerah muskulus   
deltoideus. 
7. Dilengan bawah, yaitu bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari
pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari peredaran darah. 
BAB II

METODE

A. Persiapan alat
a. Sarung tangan
b. Spuit seteril dengan obat injeksi pada tempatnya yang sudah disiapkan
c. Kapas alcohol dalam kom (secukupnya)
d. Perlak dan pengalas
e. Bengkok
f. Alat tulis/ bolpoint
g. MAR atau cetakan computer dengan instruksi pengobatan yang diresepkan.

B. Persiapan Pasien
a. Memberikan salam pada pasien. R/ sebagai pendekatan terapeutik
b. Cek perencanaan Keperawatan klien (dosis, nama klien, obat, waktu
pelaksanaan, tempat injeksi). R/ memastikan klien mendapat pengobatan yang
tepat.
c. Menjelaskan tujuan  dan prosedur tindakan pada keluarga/ pasien. R/ agar pasien
tahu tindakan yang akan dilakukan dan mengurangi kegelisahan klien.
d. Menanyakan kesiapan/ persetujuan klien sebelum kegiatan dilakukan. R/
memastikan klien menerima atau menolak tindakan yang akan dilakukan.

C. Pelaksanaan
a. Periksa MAR atau cetakan computer dengan intruksi pengobatan yang
diresepkan. Periksa nama klien dan nama obat, dosis, jalur dan waktu pemberian.
Salin atau cetak kembali bagian MAR yang sulit dibaca. R/ lembaran intruksi
merupakan sumber yang paling terpercaya dan satu-satunya rekaman pengobtan
klien yang sah. Pastikan klien menerima obat yang tepat. MAR yang tidak dapat
terbaca merupakan sumber kesalahan pengobatan.
b. Periksa riwayat medis dan pengobatan klien. R/ memperlihatkan kebutuhan akan
pengobatan.
c. Periksa riwayat alergi klien: ketahui subtansi penyebab alergi dan reaksi alergi
normal. Beberapa subtansi memiliki komposisi yang hampir sama; jangan
berikan substansi yang telah diketahui menimbulkan reaksi alergi pada klien. R/
memungkinkan identifikasi dini resiko klien. Dapat membutuhkan resep obat
yang berbeda.
d. Identifikasi dengan setidaknya dua alat pengenal. Bandaingkan nama klien
dengan pengenal lainnya (contohnya nomor identifikasi rumah sakit) pada MAR,
cetakan computer, atau layar computer dengan informasi pada gelang
identifikasi klien. Minta klien menyebutkan namanya jika mungkin sebagai
pengenal ketiga. R/ sesuai dengan syarat TJC (2008) dan meningkatkan
keamanan pengobatan. Pada sebagian besar lingkungan pelayanan akut, nama
dan nomor identifikasi klien pada gelang dan MAR digunakan untuk
mengidentifikasi klien. Gelang identifikasi dibuat saat klien masuk kerumah
sakit dan merupakan sumber identifikasi yang paling terpercaya. Nama dan
nomor klien bukan pengenal yang baik.
e. Bandingkan label medikasi dengan MAR di sisi tempat tidur. R/ pemeriksaan
terakhir pada label obat dengan MAR di sisi klien akan mengurangi kesalahan
pemberian obat.
f. Periksa tanggal kadaluarsa obat. R/ manfaat obat meningkat atau menurun jika
telah kadaluarsa.
g. Perhatikan respon verbal dan nonverbal sebelum menerima injeksi. R/ injeksi
menimbulkan nyeri. Beberapa klien merasa gelisah, yang akan meningkatkan
rasa nyeri.
h. Periksa kontraindikasi. R/ meminimalkan terjadinya hal yang tidak diharapkan.
i. Siapkan obat secara asepsis dari ampul atau vial. Periksa label obat dengan MAR
dua kali saat mempersiapkan obat. R/ memastikan obat tetep steril. Teknik
persiapan berbeda untuk ampul dan vial. Memastikan obat yang tepat disiapkan
untuk obat yang tepat.
j. Berikan obat pada klien pada saat yang tepat dan lakukan hygiene tangan. R/
memastikan klien memperoleh efek obat pada waktu yang tepat dan mengurangi
transfer organisme.
k. Kenakan sarung tangan bersih. R/ mengurangi transfer mikroorganisme.
l. Buka gaun hanya pada bagian yang membutuhakan pajanan. R/ menghormati
klien.
m. Amati lesi atau perubahan warna di lengan bawah. Pilih lokasi tiga atau empat
jari di bawah antecubiti dan selebar tangan di atas pergelangan tangan. Jika anda
tidak dapat menggunakan lengan bawah, inspeksi punggung bagian atas. Jika
perlu, gunakan lokasi injeksi subkutan. R/ lokasi IC harus bersih agar anda dapat
melihat hasil tes kulit dan menginterpretasikannya dengan benar.
n. Relokasi lokasi penanda anatomis. R/ injeksi anatomis yang tepat akan
mencegah cidera syaraf, tulang, dan pembuluh darah.
o. Bersihkan lokasi dengan antiseptic. Letakkan kapas ditengah lokasi dan
rotasikan keluar dengan arah melingkar sekitar 5cm. R/ aksi mekanis usapan
kapas akan melingkar sekresi yang mengandung mikroorganisme.
p. Pegang kapas di antara jari ketiga dank e empat tangan non-dominan. R/ kapas
akan tetap dapat diakses saat spuit ditarik.
q. Lepaskan tutup spuit dengan dengan menariknya secara lurus. R/ mencegah spuit
menyentuh tangan bagian samping penutup akan mencegah kontaminasi.
r. Pegang dengan bevel menghadap ke atas. R/ dengan bevel menghadap ke atas,
kemungkinan obat terdeposit ke jaringan di bawah dermis menjadi lebih kecil.
s. Lakukan injeksi :
i. Dengan tangan dominan, renggangkan kulit lokasi dengan telunjuk atau
ibu jari. R/ spuit lebih mudah menembus kulit yang kencang.
ii. Masukkan spuit perlahan dengan bevel menghadap ke atas pada sudut 5
sampai 15 derajat sampai terasa asanya tahanan. Lalu tusukan spuit
melalui epidermis sampai sekitar 3mm di bawah permukaan kulit. Anda
akan melihat ujung spuit melalui kulit. R/ memastiakan ujung spuit
berada dalam dermis.
iii. Suntikan obat secara perlahan. Normalnya, anda akan merasakan
tahanan. Jaka tidak, berarti spuit terlalu dalam; lepaskan dan ulangi lagi.
Tangan nondominan dapat menstabilkan spuit selama injeksi. R/ injeksi
perlahan akan meminimalkan rasa tidak nyaman. Lapisan dermis bersifat
kencang dan tidak mudah meluas saat larudan diinjeksikan. Stabilisasi
spuit akan mencegah gerakan yang tidak perlu dan mengurangi rasa tidak
nyaman.
iv. Saat menginjeksikan obat, akan tampak gelembung kecil (bleb)
berdiameter sekitar 6mm (seperti gigitan nyamuk) pada permukaan kulit.
Beritahukan pada klien bahwa ini merupakan hal yang normal. R/
gelembung menandakan obat telah berada dalam dermis.
t. Tekan perlahan. Jangan memijat lokasi penyuntikan. Berikan plester jika perluR/
pijatan dapat merusak jaringan. Pijatan pada lokasi IC akan mendepresikan obat
kelapisan jaringan di bawahnya dan mengubah hsil pemeriksaan.
u. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman.R/ memberikan rasa nyaman bagi
klien.
v. Buang spuit yang tidak tertutup atau yang telah tertupup dan tabung suntiknya ke
tempat pembuangan yang anti kebocoran.R/ mencegah cidera terhadap klien dan
personil kesehatan. Menutup spuit meningkatkan resiko cidera akibat jarum
(OSHA 2006).
w. Tetaplah bersama klien dan amati adanya reaksi alergi.R/ dispnea, mengi, dan
kolaps sirkulatorik merupakan tanda reaksi anfilatik berat dan mengancam jiwa.
x. Minta klien untuk menjelaskan tujuan dan efek obat.R/ mengevaluasi
pemahaman klien tentang informasi yang diberikan.
y. Untuk injeksi IC, gunakan pensil kulit dan gambarlah lingkaran di sekitar
injeksi. Baca lokasi dalam beberapa waktu kemudian sesuai dengan jenis obat
atau tes kulit yang dilakukan.R/ tanda tersebut mempermudah penemuan lokasi.
Hasil tes klit dibaca pada berbagai waktu, tergantung jenis obat atau jenis tes
kulit. Sesuaikan dengan arahan pabrik untuk menentukan waktu pembacaan hasil
tes.
z. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.R/ klien mengetahui tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya.
aa. Membereskan alat-alat.R/ mencegah jarum melukai klien.
bb. Berpamitan dengan klien.R/ menjalin hubungan terapeutik.
cc. Cuci tangan.R/ mencegah transfer mikroorganisme.

D. Hasil
Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan pada area
penyutikan dengan melingkari  area penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau
diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif jika
terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya pasien
alergi dengan antibiotik tersebut.Bacalah tes tuberculin setelah 2-3 hari. Indurasi (area
keras, padat, dan terelevasi) pada kulit di sekitar injeksi menandakan reaksi positif, yaitu
sebagai berikut:

a. 15 mm atau lebih pada klien tanpa factor resiko tuberkolosis yang diketahui.
b. 10 mm atau lebih pada klien yang merupakan imigran baru; pengguna obat
injeksi; pekerja pada lingkungan resiko tinggi; personel laboratorium
mikrobakteriologi; klien dengan kondisi klinis yang menempatkan pada resiko
tinggi; anak usia di bawah 4 tahun; dan anak usia infantile, anak, dan remaja
yang terpajan pda dewasa resiko tinggi.
BAB III

KESIMPULAN
Jika hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlu dilakukan pendidikan kesehatan maka
perawat harus membuat perdokumentasian khusus untuk pelaksanaan penyuluhan kesehatan
pada klien dan keluarganya. Pada saat klien telah diberikan informasi tentang manfaat/ fungsi
dari pemberian obat yang dilakukan, maka perawat segera membuat surat persetujuan
tindakan medik (informed content) sebagai aspek legilitas dalam perlindungan hukum bagi
perawat. Catat semua alat yang digunakan, baik jenisnya, jumlahnya maupun dosisnya,
sebagai pertanggungjawaban adiministrasi pengobatan pada pihak Rumah Sakit. Buat laporan
dengan mencatat langkah-langkah prosedur pemberian obat. Catat kapan pemberian obat dan
obat apa yang telah diberikan serta catat perubahan yang dirasakan oleh pasien setelah
pemberian obat tersebut. Dokumentasi harus segera dilakukan pada setiap pelaksanaan
pemberian obat. Pastikan kebenaran akan setiap pencatatan yang dilakukan. Mencatat nama
perawat yang melakukan penyuntuikan serta tanda tangan.

DAFTAR PUSTAKA
● Ariyani, Ratna. 2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : Trans Info Media
● Aziz, Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.Jakarta:
Salemba Medika.
● Berman, Audrey dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5.
Jakarta : EGC
● Lynn, Pamela. 2010. Atlas Foto Pemberian Obat Lippincott. Jakarta : Erlangga
● Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan Buku 2 edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika.
● Tim Penulis Poltekkes Kemenkes Maluku.2011.Penuntun Praktikum
Ketrampilan Kritis I untuk Mahasiswa D3 Keperawatan.Jakarta:Salemba
Medika
● Widyatun, Dian.2012.Pemberian Obat Melalui Intracutan.

Anda mungkin juga menyukai