Anda di halaman 1dari 27

Seminar Hasil Nama : Fernanda Syahputra

Fakultas Peternakan BP : 1710613087


Universitas Andalas Hari/Tgl : / Agustus2021
Padang Jam : WIB

PRODUKSI, RENDEMEN, KADAR AIR DAN KADAR ABU DARI TEPUNG MAGGOT
BSF ( Black Soldier Fly ) YANG DI TUMBUHKAN PADA MEDIA TUMBUH
CAMPURAN DARAH SEGAR DAN AMPAS TAHU FERMENTASI

Fernanda Syahputra,dibawah bimbingan


Dr. Montesqrit, S.Pt, M.Si. dan Dr. Ir, Firda Arlina, M.Si
Bagian Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang, 2021

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara berbagai imbangan pemberian
darah segar dan ampas tahu fermentasi dan level pemberian probio fm sebagai media tumbuh
larva BSF (Black Soldier Fly/Hermetia illucens) terhadap produksi, rendemen dan bahan kering
serta bahan organik. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama yaitu Imbangan antara darah segar dan ampas tahu
(1:1, 1:2, 1:3) kemudian faktor kedua yaitu level pemberian probio fm (25 ml/kg, 50 ml/kg, 75
ml/kg), Parameter yang diukur adalah produksi maggot BSF (panjang dan berat ), rendemen
maggot BSF dan kadar air serta kadar abu tepung maggot BSF. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa imbangan darah segar dan ampas tahu fermentasi serta pemberian level probio FM pada
media tumbuh larva BSF berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi, rendemen maggot
BSF, dan kadar air serta kadar abu tepung maggot BSF. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pemberian imbangan darah segar dan ampas tahu fermentasi serta level
pemberian probio fm pada media tumbuh larva BSF memberikan hasil yang tidak jauh berbeda
antar imbangan maupaun level pemberian probio fm terhadap produksi maggot BSF,rendemen
maggot BSF dan kadar air serta kadar abu dari tepung maggot BSF.
Kata Kunci : BSF,darah segar, ampas tahu, probio fm
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
suatu usaha peternakan selain dari bibit, kesehatan ternak dan manajemen. Biaya pakan terutama
pada ternak unggas dapat mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Anggordi, 1979). Protein
adalah bahan pakan yang harus tersedia dalam ransum ternak yang diperlukan untuk
pembentukan jaringan tubuh, metabolisme, produksi dan reproduksi.
Bahan pakan sumber protein yang diperlukan dalam ransum ternak seperti tepung ikan
memiliki harga yang cukup mahal. Oleh karena itu, diperlukan bahan pakan alternatif sebagai
pakan sumber protein hewani. Salah satu bahan yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan
pakan sumber protein tinggi dan harga yang murah adalah tepung maggot.
Tepung maggot merupakan prapupa dari lalat BSF (Black Soldier Fly) yang diolah
menjadi tepung. Kelebihan dari maggot BSF untuk dijadikan sebagai bahan pakan yaitu
memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Maggot BSF mengandung 41-42% protein kasar; 31-
35% lemak kasar; 14-15% abu; 4,8-5,1 kalsium dan ,6-0,63% fospor (Fauzi dan Sari 2018).
Montesqrit et al. (2019a) menyatakan bahwa beberapa pakan seperti tepung ikan, tepung
daging, bungkil kelapa, bungkil kedelai dan ampas tahu dapat dimanfaatkan sebagai media
tumbuh bagi larva BSF. Pemeliharaan larva BSF dengan pemberian kombinasi ampas tahu dan
tepung daging menghasilkan produksi maggot yang banyak dan kandungan protein kasar yang
tinggi. Pemberian tepung ikan atau tepung daging dalam media tumbuh larva BSF menjadi
kontradiktif karena bahan yang digunakan harus dibeli dengan harga yang cukup mahal.
Maka berdasarkan hal tersebut Montesqrit (2019b) mendapatkan media tumbuh dengan
bahan pakan sumber protein yang harganya murah dijadikan sebagai media tumbuh. Penggunaan
media tumbuh berupa campuran ampas tahu dan limbah dari rumah pemotongan hewan (darah)
digunakan sebagai media tumbuh untuk maggot BSF dan setelah dijadikan tepung didapatkan
kandungan protein kasarnya tinggi yaitu sebesar 53,06% dan menyamai dengan kandungan
protein kasar dari tepung ikan.
Efrizon (2019) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan 1 kg tepung darah diperlukan 5
kg darah segar. tepung darah dicampurkan dengan ampas tahu dan difermentasi menggunakan
yakult kemudian dijadikan sebagai media tumbuh dari maggot lalat BSF. Pengolahan darah segar
menjadi tepung darah memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses pembuatannya.
Maka perlu dilakukan kajian media tumbuh ampas tahu dan limbah darah dalam bentuk
segar yang difermentasi dengan probio fm yang mengandung asam laktat yang sudah teruji dan
diketahui jumlah bakteri asam laktatnya. Beberapa penelitian pendahuluan telah dilakukan yaitu
darah segar yang dicampur dengan ampas tahu tanpa diberi fermentor menyebabkan maggot BSF
kurang menyukai dan tubuhnya lebih kecil dibandingkan dengan ampas tahu dan darah segar
yang difermentasi. Demikian juga pemberian level probiotik yang terlalu tinggi, maka perlu
evaluasi imbangan ampas tahu yang optimal dan level probiotik yang sesuai. Untuk itu perlu
diketahui imbangan yang optimal serta level pemberian probio fm yang optimal terhadap
produksi dan rendemen dari maggot BSF serta kadar air dan kadar abu dari tepung maggot BSF
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dari
imbangan campuran ampas tahu dan darah segar yang di fermentasi dengan Probio fm sebagai
media tumbuh larva BSF terhadap produksi dan rendemen maggot BSF serta kadar air dan kadar
abu dari tepung maggot BSF?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh imbangan dari campuran ampas
tahu dan darah segar yang difermentasi dengan Probio fm sebagai media tumbuh maggot BSF
terhadap produksi dan rendemen maggot BSF serta kadar air dan kadar abu dari tepung maggot
BSF
Manfat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk peneliti dan
memberikan informasi yang bermanfaat kepada masyarakat khususnya peternak tentang
imbangan yang tepat antara campuran ampas tahu dan darah segar yang di fermentsi dengan
Probio fm sebagai media tumbuh maggot BSF.
Hipotesis
Adanya interaksi antara imbangan ampas tahu dan darah segar yang di fermentasi dengan
level Probio fm yang berbeda. Imbangan ampas tahu dan darah segar 1:3 dan level Probio fm
50ml/kg memberikan hasil yang optimal pada protein kasar, retensi nitrogen dan energi
metabolisme.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini anatara lain: telur lalat Black Soldier Fly
(Hermetia illucens), ampas tahu, darah segar, Probio fm .
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rak tempat wadah pemeliharaan larva
BSF, wadah tempat telur BSF sebelum dipindahkan ke wadah pemeliharaan, jarring untuk
penutup, wadah plastik tempat pemeliharaan larva BSF, timbangan digital, thermometer ranagn,
tabung spray, spatula untuk mengaduk media selama penelitian, Kandang metabolisme, tempat
minum, suntik untuk cekok, tempat penampung feses, kertas label dan pensil.serta alat-alat
laboratorium.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen yang menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) pola faktorial 3x3 dengan tiga ulangan. Faktor A adalah imbangan ampas tahu
dan darah segar (1:1, 1:2, 1:3). Faktor B adalah level pemberian Proboi_FM (0,25ml/kg,
0,50ml/kg 0,75ml/kg).
Analisis Data
Data analisis statistik dengan analisis ragam sesuai Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pola faktorial 3x3 dengan tiga ulangan pada Tabel 4.
Tabel 1.Analisis ragam penelitian rancangan acak lengkap (RAL).
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0.05 0.01
Faktor A a-1 JKA KTA KTA/KTS
Faktor B b-1 JKB KTB KTB/KTS
Interaksi AB (a-1)(b-1) JKAB KTAB KTAB/KTS
SISA ab(r-1) JKS KTS
TOTAL Rab-1 JKT
Keterangan :Db= Derajat bebas JKT = Jumlah Kuadrat Sisa
JK = Jumlah kuadrat JKS = Jumlah kuadrat sisa
KT = Kuadrat tengah KTA = Kuadrat tengah A
JKA = Jumlah kuadrat A KTB = Kuadrat tengah B
JKB = Jumlah kuadrat B KTAB= Kuadrat tengah AB
JKAB = Jumlah kuadrat AB KTS = Kuadrat tengah sisa

Peubah Yang Diamati

1. Produksi
Produksi diamati dengan mengukur berat serta panjang dari maggot BSF pada masing-
masing perlakuan. Berat diukur dengan menimbang 200 ekor Larva BSF yang di ambil secara
acak kemudian di timbang menggunakan timbangan digital serta menimbang berat total setiap
perlakuan pada saat panen. Kemudian Larva BSF sebanyak 20 ekor yang telah diambil secara
acak tadi diukur panjang tubuhnya menggunakan penggaris.
2. Rendemen
Rendemen di dapatkan dari berat maggot segar dikurangi dengan berat maggot setelah di
keringkan pada suhu ( 60oC ) dan di bagi dengan berat segar dan dikalikan 100 %.
3. Kadar Air
. Penentuan kadar air didasarkan pada perbedaan berat sampel sebelum dan sesudah
dikeringkan atau 100% dikurangi bahan kering. Kadar air yang diukur merupakan persentase
bobot yang hilang setelah dilakukan pemanasan dengan suhu 105oC sampai beratnya tetap.
Sampel dimasukan ke dalam oven selama 24 jam hingga tercapai berat tetap. Persentase kadar
air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
% Kadar Air = 100 %−Bahan Kering
4. Kadar Abu
Prosedur analisa kadar abu yaitu krus porselen kosong dipanaskan didalam oven
kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang beratnya kemudian
sampel ditimbang sebanyak 5g dan diletakan dalam krus, kemudian dibakar pada kompor listrik
sampai tidak berasap, lalu krus dimasukan dalam muffle furnace. Pengabuan dilakukan pada
suhu 5500C selama 2-3 jam hingga terbentuk abu berwarna abu keputihan. Krus kemudian
didinginkan dalam desikator, setelah dingin krus kemudian ditimbang, dan Persentase kadar abu
dapat dihitung dengan menggunakan rumus (AOAC, 2005) sebagai berikut :

B 1−B2
Kadar Abu %= x 100 %
Bahan kering sampel
Keterangan :
B1 = Berat sampel awal
B2 = Berat sampel akhir

Pelaksanaan Penelitian
Untuk mendapatkan tepung maggot BSF, dilakukan pembesaran mulai dari telur.
Kemudian telur di besarkan pada media campuran ampas tahu dan darah segar yang difermentasi
yang optimal (sesuai dengan perlakuan satu tim penelitian). Wadah yang digunakan sebagai
media tumbuh telur maggot BSF yaitu baskom yang berisi campuran media tumbuh hingga umur
5 hari, dan setelah itu dipindahkan ke wadah kotak yang berisi media dengan ukuran 30cm x
20cm x 12cm. Maggot yang telah dipindahkan ke wadah kotak di beri pakan sampai pada fase
pre pupa untuk kemudian dijadikan tepung maggot.
Kandang ayam broiler yang digunakan dalam penelitian yaitu kandang metabolik
sebanyak 30 buah yang sudah terdapat tempat pakan, tempat air minum, tempat penampungan
feses. Setiap unit kandang berukuran 50 x 40 x 20 cm dan setiap unit berisi 1 ekor ayam broiler.
kemudian ayam dimasukan kedalam kandang metabolik dan dipuasakan selama 24 jam
sebelum proses pencekokan. Setelah 24 jam, selanjutnya dilakukan proses pencekokan tepung
maggot sebanyak 20 gram per ekor, setelah itu eksreta dari masing-masing ayam ditampung
selama 36 jam. Eksreta yang ditampung disemprot dengan larutan asam sulfat yang telah
diencerkan hal bertujuan untuk menghindari penguapan nitrogen. Setelah eksreta ditampung
dikering anginkan terlebih dahulu dan ditimbang sebelum dimasukkan kedalam oven 60 oC dan
di analisa.
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dimulai penyiapan media tumbuh dan pembesaran maggot BSF serta
pengukuran produksi di rumah, kemudian analisa kadar air dan kadar abu di labor Nutrisi Non
Ruminansia Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Penelitian dilaksanakan pada bulan
januari 2021.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi

Berdasarkan media tumbuh yang digunakan untuk ukuran (panjang dan berat) serta
produksi dari maggot BSF dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2: Data rataan ukuran (panjang dan berat ) serta produksi maggot BSF
Perlakuan Panjang mm Berat mg/ekor Produksi
A1B1 9,41 47,05
A1B2 13,30 49,23
A1B3 14,00 49,45
A2B1 13,57 46,97
A2B2 14,03 47,03
A2B3 13,83 41,93
A3B1 13,27 44,40
A3B2 12,87 40,18
A3B3 13,73 51,83
Keterangan: A1= Darah segar : ampas tahu = 1:1
A2= Darah segar : ampas tahu = 1:2
A3= Darah segar : ampas tahu = 1:3
B1= Probio FM 25ml/kg media tumbuh
B2= Probio FM 50ml/kg media tumbuh
B3= Probio FM 75ml/kg media tumbuh
Panjang maggot BSF dalam penelitian ini berkisar antara 9,41 – 14,03 mm dan berat
maggot BSF dalam penelitian ini adalah 40,18– 51,83 mg/ ekor. Panjang maggot BSF tertinggi
didapatkan pada perlakuan A2B2 dengan panjang 14,03 dan berat maggot tertinggi pada
perlakuan A3B3 dengan berat 51,83 mg/ekor. Berdasarkan analisis keragaman (lampiran ),
perbandingan darah segar dan ampas tahu dengan level probio FM memberikan interaksi tidak
nyata (P>0,05) antar perlakuan. Faktor yang mempengaruhi perbedaan produksi maggot BSF
adalah perbedaan media tumbuh yang digunakan. Hal ini dijelaskan oleh Nugraha et al. (2018),
perbedaan media tumbuh akan mempengaruhi produksi maggot BSF yang dihasilkan. Sedangkan
pada penelitian ini, bahan media tumbuh yang digunakan sama sehingga tidak terjadi perbedaan
produksi yang dihasilkan.
Dalam penelitian ini, media tumbuh yang digunakan adalah imbangan darah segar dan
ampas tahu yang difermentasi menggunakan probio fm selama 3 hari. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah di dapatkan bahwa imbangan darah segar dan ampas tahu serta level
pemberian level probio fm tidak berpengaruh terhadap panjang dan berat serta produksi dari
maggot BSF. Hal ini diduga karna media yang digunakan sama serta mempunyai nilai bahan
organik yang relatif sama sehingga menghasilkan produksi maggot yang tidak jauh berbeda antar
perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tomberlin dkk., 2002 menyatakan bahwa maggot
Hermetia illucens dapat dikembangbiakkan pada media yang kaya akan bahan organik.
Pada penelitian ini diketahui nilai rata-rata rataan panjang maggot BSF yaitu 13,69 serta
nilai rata-rata rataan berat maggot 46,45 mm/ekor. Hal ini menunjukkan bahwa bahan media
tumbuh maggot yang digunakan pada penelitian ini menghasilkan nilai produksi yang baik hal
ini diduga karena media yang digunakan mempunyai nilai bahan organik yang cukup tinggi
yakni 96,26-97,97. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Gobbi et al. (2013) dan Tomberlin et al.
(2002) dalam Monita dkk. (2017) mengemukakan kualitas dan kuantitas makanan yang dicerna
oleh maggot BSF memiliki pengaruh penting terhadap pertumbuhan dan waktu perkembangan
maggot BSF, kelangsungan hidup, mortalitas, dan perkembangan ovarium serangga dewasa serta
menentukan perkembangan fisiologi dan morfologi BSF dewasa.
Rendemen Maggot BSF
Berdasarkan data hasil penelitian rendemen maggot BSF diamati dengan penimbangan
bobot badan maggot BSF pada masa panen 22 hari sehingga hasilnya dapat dilihat pada tabel 6
sebagai berikut.
Tabel 3: Data rataan nilai Rendemen maggot BSF

Perlakuan Rendemen %
A1B1 45,96
A1B2 49,47
49,48
A1B3
A2B1 48,50
A2B2 49,99
46,55
A2B3
A3B1 44,39
A3B2 44,26
A3B3 50,74
Keterangan: A1= Darah segar : ampas tahu = 1:1
A2= Darah segar : ampas tahu = 1:2
A3= Darah segar : ampas tahu = 1:3
B1= Probio FM 25ml/kg media tumbuh
B2= Probio FM 50ml/kg media tumbuh
B3= Probio FM 75ml/kg media tumbuh
Tabel 6 memperlihatkan rataan rendemen maggot BSF berkisar dari 44,26 % -50,74 %.
Berdasarkan analisa keragaman, perlakuan menunjukkan tidak terdapat interaksi dan antar
perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai rendeman maggot BSF.
Dapat kita lihat dari hasil rataan semua perlakuan sebagai media tumbuh larva BSF memberikan
hasil yang tidak jauh berbeda, hal ini menyatakan imbangan media tumbuh serta level pemberian
probio fm yang dilakukan dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap nilai rendemen dari
maggot BSF.
Rendemen dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu kadar air dari media
tumbuh. Kadar air dari media yaitu berkisar antara 75,82% - 80,43%. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan diketahui bahwa imbangan darah segar dan ampas tahu serta level pemberian
probio fm menghasilkan nilai rendemen yang tidak terlalu berbeda. Hal ini diduga karna media
yang digunakan pada penelitian ini memiliki kadar air yang juga tidak terlalu berbeda..
Rata-rata nilai rataan rendemen pada penelitian ini yaitu 42,78%. Pada penelitian
Gusmardev (2021) yang menggunakan beberapa media tumbuh maggot BSF yaitu tepung daging
dan ampas tahu, tepung darah dan ampas tahu, tepung jeroan ayam dan ampas tahu serta tepung
jeroan ikan dan ampas tahu mendapatkan hasil nilai rataan sekitar 35,05 % - 38,22 %. Hal ini
menunjukkan bahwa dari beberapa limbah ternak yang digunakan sebagai media tumbuh maggot
BSF, darah segar dan ampas tahu merupakan media terbaik berdasarkan hasil rendemen yang
telah di ketahui dari beberapa media diatas.
Kadar Air Tepung Maggot BSF
Berdasarkan data hasil penelitian rendemen maggot BSF diamati dengan penimbangan
bobot badan maggot BSF pada masa panen 22 hari sehingga hasilnya dapat dilihat pada tabel 6
sebagai berikut.
Tabel 7: Data rataan energi metabolisme tepung maggot BSF
Perlakuan Kadar Air %
A1B1 5,53
A1B2 6,02
6,97
A1B3
A2B1 6,07
A2B2 4,92
6,74
A2B3
A3B1 5,26
A3B2 5,44
A3B3 5,34
Keterangan: A1= Darah segar : ampas tahu = 1:1
A2= Darah segar : ampas tahu = 1:2
A3= Darah segar : ampas tahu = 1:3
B1= Probio FM 25ml/kg media tumbuh
B2= Probio FM 50ml/kg media tumbuh
Pengaruh perlakuan terhadap kadar air tepung maggot BSF dapat dilihat pada Tabel 7
kadar air dalam penelitian ini berkisar antara 4,92% - 6,97%. Berdasarkan analisa keragaman,
perlakuan menunjukkan tidak terdapat interaksi dan antar perlakuan memberikan pengaruh tidak
nyata (P>0,05) terhadap kadar air tepung maggot BSF. Hal ini diduga karena media yang
digunakan sama sehingga kadar air nya pun tidak terlalu berbeda. Kadar air dari media yang
digunakan berkisar antara 75,82% - 80,57%.
Kadar air memiliki peran penting terhadap mutu pakan. Semakin tinggi kadar air dalam
suatu pakan maka akan semakin tinggi pula resiko kerusakannya (Sulaiman dkk, 2014). Pada
penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa perlakuan yang dilakukan memberikan hasil
kadar air pada tepung maggot BSF yang tidak terlalu berbeda .Hal ini diduga karena media
tumbuh yang digunakan sama serta kadar air dari masing-masing imbangan tidak terlalu
berbeda.
Kadar air pada pakan menentukan penerimaan kesegaran dan daya tahan pakan. Pada
penelitian ini didapat rata-rata nilai kadar air yaitu 5,81 % berdasarkan penelitian efrizon (2019)
didapatkan kadar air dari media tepung darah dan ampas tahu yaitu 5,18 % yang menunjukkan
bahwa kadar air dari media darah segar dan ampas tahu fermentasi menghasilkan kadar air yang
hampir sama dengan media tepung darah dan ampas tahu fermentasi. Menurut SNI (2011) kadar
air maksimal pada suatu pakan ternak ungags adalah 13%. Hal ini menyatakan bahwa tepung
maggot dengan media darah segar dan ampas tahu fermentasi sangat baik digunakan sebagai
pakan ternak ungags berdasarkan nilai kadar airnya.
Kadar air pada suatu pakan berpengaruh terhadap penyimpanan . Kadar air sangat
berhubungan dengan perkembangan kapang yang bisa tumbuh dalam bahan pakan dan
menghasilkan senyawa toksik yang sangat berbahaya jika dikonsumsi oleh ternak. (Syamsu,
2002). Menurut Jassim (2010) kadar air pada tepung ikan adalah 2,5 % yang menunjukkan
bahwa kadar air tepung maggot memiliki kadar air yang hampir sama dengan tepung ikan serta
memiliki daya simpan yang baik .
Kadar Abu Tepung Maggot BSF
Pengaruh perlakuan berupa perbandingan darah segar dan ampas tahu fermentasi dengan
level probio fm sebagai media tumbuh larva BSF terhadap kadar abu tepung maggot BSF dapat
dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut.
Tabel .8 Data Hasil Rataan Kadar Abu Tepung Maggot BSF

Perlakuan Kadar Abu %


A1B1 9,40
A1B2 9,67
A1B3 10,32
A2B1 10,40
A2B2 10,09
A2B3 9,82
A3B1 11,09
A3B2 10,59
A3B3 10,08
Keterangan: A1= Darah segar : ampas tahu = 1:1
A2= Darah segar : ampas tahu = 1:2
A3= Darah segar : ampas tahu = 1:3
B1= Probio FM 25ml/kg media tumbuh
B2= Probio FM 50ml/kg media tumbuh
Pengaruh perlakuan terhadap kadar abu tepung maggot BSF dapat dilihat pada Tabel 8
kadar abu dalam penelitian ini berkisar antara 9,40% - 11,09%. Berdasarkan analisa keragaman,
perlakuan menunjukkan tidak terdapat interaksi dan antar perlakuan memberikan pengaruh tidak
nyata (P>0,05) terhadap kadar abu tepung maggot BSF. Hal ini diduga karena media serta
fermentor yang digunakan sama sehingga kadar abu nya pun tidak terlalu berbeda serta
kandungan bahan organik pada tepung maggot BSF relative sama yaitu berkisar antara 82,71%-
85,05 %
Kadar abu dapat menentukan baik tidaknya suatu pakan. Semakin tinggi kadar abu maka
semakin buruk kualitas pakan tersebut (Suparjo, 2010) Pada penelitian ini didapatkan nilai rata-
rata 10,16 % kadar abu yang dapat dikatakan bahwa kadar abu pada tepung maggot ckup tinggi.
Hal ini diduga karena kulit pada maggot BSF yang relative cukup tebal. Hal ini juga
menunjukkan bahwa tepung maggot BSF memiliki bahan organik serta mineral yang baik .
Sesuai dengan pernyataan Utami dkk (2013) bahwa semakin tinggi kandungan kadar abu dalam
suatu bahan maka tinggi pula kandungan mineral pada bahan tersebut.
Abu pada bahan mengindikasikan kandungan bahan organik bahan tersebut. Semakin
tinggi kadar abu suatu bahan, maka semakin rendah bahan organiknya. Bahan organik sendiri
merupakan bahan kering yang dikurangi dengan kadar abu. Bahan organik terdiri dari protein
kasar, lemak kasar, serat kasar, dan BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen). Selanjutnya
Sudarmadji et al. (1996) menjelaskan bahwa kadar abu menentukan besarnya jumlah mineral
yang terkandung pada bahan tersebut. Semakin tinggi kadar abu suatu bahan, maka semakin
tinggi pula kadar mineralnya.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan kombinasi media
tumbuh larva BSF dari limbah peternakan yang difermentasi dengan ampas tahu memberikan
hasil yang sama dengan campuran tepung daging dan ampas tahu terhadap rendemen larva BSF,
energi metabolisme dan retensi nitrogen tepung maggot BSF.
Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan yaitu agar penggunaan limbah peternakan
sebagai media tumbuh larva BSF yang dikombinasikan dengan ampas tahu tidak dalam bentuk
tepung, dan digunakan fermentor yang lain dengan level pemberian yang optimal,demikian juga
dicari imbangan yang optimal antara limbah peternakan dengan ampas tahu.

DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi H., 1994 . Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta : PT Gramedia
Efrizon,A. 2019 . Pengaruh Limbah Peternakan Sebagai Media Tumbuh Larva BSF (Black
Soldier Fly/Hermetia Illucens) Terhadap Kandungan Bahan Kering, Protein Kasar Dan
Lemak Kasar tepung Maggot BSF.skripsi. Padang : Universitas Andalas
Fauzi, R.U.A dan Sari, E.R.N. 2018. Analisis usaha budidaya maggot sebagai alternatif pakan
lele. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri. 7(I):39-46
Gobbi P, Martínez-Sánchez A, Rojo S. 2013. The effects oflarval diet on adult lifehistory traits
of the BlackSoldier Fly,Hermetia illucens(Diptera:Stratiomyidae). Eur J Entomol.
110:461-468.
Gusmardev U. 2021. Pengaruh limbah peternakan sebagai media tumbuh larva bsf (black soldier
fly/hermetia illucens) terhadap rendemen, metabolisme energi dan retensi nitrogen tepung
maggot bsf
Hartadi, et al.1991.Ilmu Makanan Ternak Dasar.Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Jassim, J.M. 2010. Effect of using local fish meal (Liza abu) as protein concentration in broiler
diets. J. Poultry Sci., 9(12):1097-1099.
Makkar HPS, Tran G., Heuze V. dan Ankreas P. 2014. State of the art on use of insects as animal
feed. Anim Feed Sci Technol. 197:1-33.
Manin, F., Ella H, Yusrizal, dan Yatno. 2010. Penggunaan Simbiotik yang Berasal dari Bungkil
Inti Sawit dan Bakteri Asam Laktat Terhadap Performans, Lingkungan dan Status
Kesehatan Ayam Broiler. Laporan Penelitian Strategi Nasional
Manin, F., Ella Hendalia, A.Aziz, 2008. Isolasi dan Produksi Isolat Bakteri Asam Laktat dan
Bacillus sp dari Saluran Pencernaan Ayam Buras Asal Lahan Gambut Sebagai Sumber
Probiotik. Jornal AGRITEK (Jornal Ilmu-ilmu Pertanian Teknologi Pertanian dan
Kehutanan) Terakreditasi No. 026/DIKTI/KEP/2005. Agritek Edisi Khusus Dies Natalis
IPM ke-16 November 2007. Halaman 74-78 (Penelitian Fundamental 2007-2008)
Monita, L. S.H. Sutjahjo, A.A.Amin dan M.R. Fahmi. 2017. Pengolahan Sampah Organik
Perkotaan menggunakan Larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens). Jurnal Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan. 7 (3): 227-234.
Montesqrit, Mahata E.M dan Amizar R, 2019a. Pemanfaatan Bahan Pakan Sumber
Protein Sebagai Media Tumbuh Black Soldier Fly (Hermetia Illucens)
Guna Menghasilkan Tepung Maggot Kaya Protein. Prosiding Seminar Nasional Semirata
BKS PTN wilayah Barat bidang Ilmu Pertanian. Jambi
27-29 Agustus 2019.
Montesqrit, Mahata E.M, Amizar R, Adrizal dan Efrizon A. 2019b. Pengaruh Limbah
Peternakan Sebagai Media Tumbuh Larva BSF (Black Soldier Fly/Hermetia Illucens)
Terhadap Kandungan Bahan Kering, Protein Kasar Dan Lemak Kasar Tepung Maggot
BSF. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
“Membangun Peternakan Berkelanjutan menuju Era Industri 4.0” Fakultas Peternakan
Universitas Jambi 2-3 Oktober 2019 (unpublish)
Nugraha I. L., Farida Fathul, dan Syahrio Tantalo. 2018. Pengaruh berbagai media terhadap suhu
media dan produksi maggot. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 2(1): 32-37
Nurani, M. E. Mahata. 2009. Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Fermentasi sebagai Pakan
Alternatif Ternak Di Daerah Sentra Kakao Padang Pariaman.Laporan Penelitian.Padang :
Fakultas Peternakan Universitas Andalas
Standar Nasional Indonesia.2011. SNI Pakan Ayam 7652.4:2011. Badan Standarisasi Nasional .
Jakarta
Steel, R. G. D., dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi ke-4.Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama. (Diterjemahkan oleh B.Sumantri).
Sudarmadji. S., Haryono, B., Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty
Yogyakarta. Yogyakarta
Suhartini, S. dan Hidayat, N. 2005. Aneka Olahan Ampas Tahu. Surabaya :Trubus Agrisarana
Suparjo.2010.Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi.Laboratorium Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Jambi : jambi
Syamsu, J. A. 2002. Pengaruh waktu penyimpanan dan jenis kemasan terhadap kualitas dedak
padi. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan.Universitas Hasanuddin.
Makassar. 1(2): 75-83.
Tomberlin JK, Sheppard DC, Joyce JA. 2002. Selected life-history traits of Black Soldier Flies
(Diptera: Stratiomyidae) reared on three artificial diets. Ann Entomol Soc Am. 95:379-
386.
Tschirner.A dan Simon. A . 2015 . Journal of Insects as Food and Feed . Influence of different
growing substrates and processing on the nutrient composition of black soldier fly larvae
destined for animal feed. 45(10). 1-15
Utami. D. A .T., Aida. Y., Pranata.F.S. 2013. Variasi Kombinasi Tepung Labu Kuning
(Cucurbita Moschata D) dan Tepung Azolla (Azolla pinatta R.br) pada Kecerahan
Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio L). Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.
Yuniarifin, H, Bintoro VP, Suwarastuti A. 2006. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Asam Fosfat
pada Proses Perendaman Tulang Sapi terhadap Rendemen, Kadar Abu dan Viskositas
Gelatin. Journal Indon Trop Anim Agric. 31(1) : 55-61

LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis statistik Produksi (Panjang dan Berat) Maggot BSF

Panjang
Faktor A ulangan Faktor B (Level Probio FM) Jumlah Rataan
(DS:AT) B1 B2 B3
A1 1 13,6 14,2 14,2 42,00 14,00
2 15,1 11,4 13,7 40,20 13,40
3 15,2 14,3 14,1 43,60 14,53
jumlah 43,90 39,90 42,00 125,80 41,93
rataan 14,63 13,30 14,00 13,98
ulangan B1 B2 B3 jumlah rataan
A2 1 12,7 15,1 13,2 41,00 13,67
2 13,3 14,1 13,70 41,10 13,70
3 14,7 12,90 14,6 42,20 14,07
Jumlah 40,70 42,10 41,50 124,30 41,43
Rataan 13,57 14,03 13,83 13,81
ulangan B1 B2 B3 jumlah rataan
A3 1 13,5 12,1 12,9 38,50 12,83
2 13,2 13,7 13,7 40,60 13,53
3 13,1 12,8 14,6 40,50 13,50
Jumlah 39,80 38,60 41,20 119,60 39,87
Rataan 13,27 12,87 13,73 13,29
TOTAL 124,40 120,60 124,70 369,70
RATAAN 13,82 13,40 13,86 13,69
Perhitungan:

FK = (Y)2 = (369,70)2
rab 27
= 5062,15

JKT = ΣiΣjΣkY2ijk – FK
= (13,62+14,22+…+14,62) – 5062,15
= 21,98

JKA = ΣI (ai)2 – FK
Rb
= (125,80)2 + (124,30)2 + (119,60)2 – 5062,15
9
= 2,33
JKB = Σj(bj)2 – FK
ra
= (124,40)2 + (120,60)2 + (124,70)2 – 5062,15
9
= 1,16

JKAB = ΣiΣjY2ij – JKA – JKB - FK


r
= (40,702 + 42,102 + … + 41,202) - 2,33– 1,16– 5062,15
3
= 2,97

JKS = JKT – JKA – JKB – JKAB


=21,98– 2,33– 1,16– 2,97
= 15,53
Anova Faktoria 3x3x3
Tabel Anova
Ftabel
SK DB JK KT Fhit ket
0,05 0,01
Perlakuan 8 6,45 0,81 0,93 2,51 3,71 ns
Faktor A 2 2,33 1,16 1,35 3,55 6,01 ns
Faktor B 2 1,16 0,58 0,67 3,55 6,01 ns
Interaksi AB 4 2,97 0,74 0,86 2,93 4,58 ns
Sisa 18 15,53 0,8626
Total 26 21,98
Ket : ns = Berbeda tidak nyata (P>0,05)

Berat
Faktor A ulangan Faktor B (Level Probio FM) Jumlah Rataan
(DS:AT) B1 B2 B3
A1 1 37,85 54,25 45,2 137,30 45,77
2 50,85 46,45 43,1 140,40 46,80
3 52,45 47 60,05 159,50 53,17
jumlah 141,15 147,70 148,35 437,20 145,73
rataan 47,05 49,23 49,45 48,58
ulangan B1 B2 B3 jumlah rataan
A2 1 44,45 51,75 45,1 141,30 47,10
2 45,85 48,15 38,3 132,30 44,10
3 50,6 41,2 42,4 134,20 44,73
jumlah 140,90 141,10 125,80 407,80 135,93
rataan 46,97 47,03 41,93 45,31
ulangan B1 B2 B3 jumlah rataan
A3 1 46,2 40,3 56,15 142,65 47,55
2 43,9 39,2 43,75 126,85 42,28
3 43,1 41,05 55,6 139,75 46,58
jumlah 133,20 120,55 155,50 409,25 136,42
rataan 44,40 40,18 51,83 45,47
TOTAL 415,25 409,35 429,65 1254,25
RATAAN 46,14 45,48 47,74 46,45
Perhitungan:

FK = (Y)2 = (1254,25)2
rab 27
= 58264,56

JKT = ΣiΣjΣkY2ijk – FK
= (37,852+54,252+…+55,62) – 58264,56
= 875,41

JKA = ΣI (ai)2 – FK
rb
= (437,20)2 + (407,80)2 + (409,25)2 – 58264,56
9
= 61,02
JKB = Σj(bj)2 – FK
ra
= (415,25)2 + (409.35)2 + (429.65)2 – 58264,56
9
= 24,23

JKAB = ΣiΣjY2ij – JKA – JKB - FK


r
= (141,152 + 147,702 + … + 155,502) - 61,02– 24,23– 58264,56
3
= 246,45

JKS = JKT – JKA – JKB – JKAB


= 875,41– 61,02– 24,23– 246,45
= 543,71

Anova Faktoria 3x3x3


Tabel Anava
Ftabel
SK DB JK KT Fhit ket
0,05 0,01
331,7
2,51 3,71
Perlakuan 8 0 41,46 1,37 ns
Faktor A 2 61,02 30,51 1,01 3,55 6,01 ns
Faktor B 2 24,23 12,12 0,40 3,55 6,01 ns
246,4
2,93 4,58
Interakasi AB 4 5 61,61 2,04 ns
543,7 30,206
Sisa 18 1 1
875,4
Total 26 1
Ket : ns = Berbeda tidak nyata (P>0,05)

Lampiran 2. Analisis statistik Rendemen maggot BSF


Faktor ulanga Faktor B (Level Probio FM) Jumlah Rataan
A n B1 B2 B3
(DS:AT
)
A1 1 45,44 51,52 48,67 145,63 48,54
2 51,72 51,45 47,22 150,39 50,13
3 40,71 45,43 52,54 138,68 46,23
jumlah 137,87 148,40 148,43 434,70 144,90
rataan 45,96 49,47 49,48 48,30
ulanga B1 B2 B3 jumlah rataan
n
A2 1 41,17 50,14 41,24 132,55 44,18
2 51,36 49,22 51,96 152,54 50,85
3 52,96 50,61 46,46 150,03 50,01
jumlah 145,49 149,97 139,66 435,12 145,04
rataan 48,50 49,99 46,55 48,35
ulanga B1 B2 B3 jumlah rataan
n
A3 1 47,29 43,8 56,54 147,63 49,21
2 48,75 42,09 46,86 137,70 45,90
3 37,12 46,89 48,83 132,84 44,28
jumlah 133,16 132,78 152,23 418,17 139,39
rataan 44,39 44,26 50,74 46,46
TOTAL 416,52 431,15 440,32 1287,9
9
RATAAN 46,28 47,91 48,92 47,70
Perhitungan:

FK = (Y)2 = (1287,99)2
rab 27
= 61441,4
JKT = ΣiΣjΣkY2ijk – FK
= (45,442+52,522+…+48,832) – 61441,4
= 531,06
JKA = ΣI (ai)2 – FK
Rb
= (434,70)2 + (435,12)2 + (418,17)2 – 61441,4
9
= 20,77
JKB = Σj(bj)2 – FK
rab
= (416,52)2 + (431,15)2 + (440,32)2 – 61441,4
9
= 32,02
JKAB = ΣiΣjY2ij – JKA – JKB - FK
r
= (137,872 + 148,402 + … + 152,232) - 61,02– 24,23– 61441,4
3
= 92,96

JKS = JKT – JKA – JKB – JKAB


= 875,41– 61,02– 24,23– 246,45
= 385,31

Anova Faktoria 3x3x3

Tabel Anova
D Ftabel ke
SK JK KT Fhit
B 0,05 0,01 t
0,8
2,51 3,71
Perlakuan 8 145,75 18,22 5 ns
0,4
3,55 6,01
Faktor A 2 20,77 10,38 9 ns
0,7
3,55 6,01
Faktor B 2 32,02 16,01 5 ns
1,0
2,93 4,58
Interaksi AB 4 92,96 23,24 9 ns
Sisa 18 385,31 21,4059
Total 26 531,06
Ket : ns = Berbeda tidak nyata (P>0,05)

Lampiran 3. Analisis statistik Kadar Air Tepung maggot BSF


Faktor A ulangan Faktor B (Level Probio FM) Jumlah Rataan
(DS:AT) B1 B2 B3
A1 1 5,67 5,49 7,44 18,60 6,20
2 5,25 5,66 5,85 16,76 5,59
3 5,66 6,91 7,62 20,19 6,73
jumlah 16,58 18,06 20,91 55,55 18,52
rataan 5,53 6,02 6,97 6,17
ulangan B1 B2 B3 jumlah rataan
A2 1 4,46 5,36 8,25 18,07 6,02
2 6,76 4,25 5,43 16,44 5,48
3 6,98 5,16 6,55 18,69 6,23
jumlah 18,20 14,77 20,23 53,20 17,73
rataan 6,07 4,92 6,74 5,91
ulangan B1 B2 B3 jumlah rataan
A3 1 5,36 4,77 6,16 16,29 5,43
2 4,09 4,77 4,45 13,31 4,44
3 6,34 6,77 5,40 18,51 6,17
jumlah 15,79 16,31 16,01 48,11 16,04
rataan 5,26 5,44 5,34 5,35
TOTAL 50,57 49,14 57,15 156,86
RATAAN 5,62 5,46 6,35 5,81
Perhitungan:

FK = (Y)2 = (156,86)2
rab 27
= 911,299

JKT = ΣiΣjΣkY2ijk – FK
= (5,672+5,492+…+5,402) – 911,299
= 30,09

JKA = ΣI (ai)2 – FK
Rb
= (55,55)2 + (55,20)2 + (48,11)2 – 911,299
9
= 3,21

JKB = Σj(bj)2 – FK
rab
= (50,57)2 + (49,14)2 + (57,15)2 – 911,299
9
= 4,06
JKAB = ΣiΣjY2ij – JKA – JKB - FK
r
= (16,582 + 18,062 + … + 116,012) - 3,21– 4,06– 911,299
3
= 92,96

JKS = JKT – JKA – JKB – JKAB


= 875,41– 3,21– 4,06– 4,30

= 18,52

Anova Faktoria 3x3x3


Tabel Anova
Ftabel
SK DB JK KT Fhit ket
0,05 0,01
Perlakuan 8 11,57 1,45 1,40 2,51 3,71 ns
Faktor A 2 3,21 1,61 1,56 3,55 6,01 ns
Faktor B 2 4,06 2,03 1,97 3,55 6,01 ns
Interaksi AB 4 4,30 1,07 1,04 2,93 4,58 ns
Sisa 18 18,52 1,0291
Total 26 30,09
Ket : ns = Berbeda tidak nyata (P>0,05)

Lampiran 4. Analisis statistik Kadar Abu Tepung maggot BSF


Faktor A ulangan Faktor B (Level Probio FM) Jumlah Rataan
(DS:AT) B1 B2 B3
A1 1 9,04 9,18 10,35 28,57 9,52
2 9,50 9,95 10,12 29,57 9,86
3 9,65 9,87 10,50 30,02 10,01
jumlah 28,19 29,00 30,97 88,16 29,39
rataan 9,40 9,67 10,32 9,80
ulangan B1 B2 B3 jumlah rataan
A2 1 10,14 10,31 9,63 30,08 10,03
2 10,89 10,26 9,49 30,64 10,21
3 10,17 9,69 10,35 30,21 10,07
jumlah 31,20 30,26 29,47 90,93 30,31
rataan 10,40 10,09 9,82 10,10
ulangan B1 B2 B3 jumlah rataan
A3 1 11,83 10,00 9,70 31,53 10,51
2 11,91 11,78 10,18 33,87 11,29
3 9,52 9,98 10,36 29,86 9,95
jumlah 33,26 31,76 30,24 95,26 31,75
rataan 11,09 10,59 10,08 10,58
TOTAL 92,65 91,02 90,68 274,35
RATAAN 10,29 10,11 10,08 10,16
Perhitungan:

FK = (Y)2 = (274,35)2
rab 27
= 2787,7

JKT = ΣiΣjΣkY2ijk – FK
= (9,042+9,182+…+10,402) – 2787,7
= 13,94

JKA = ΣI (ai)2 – FK
Rb
= (88,16)2 + (90,93)2 + (95,26)2 – 2787,7
9
= 2,85

JKB = Σj(bj)2 – FK
rab
= (92,65)2 + (91,02)2 + (90,68)2 – 2787,7
9
= 0,25

JKAB = ΣiΣjY2ij – JKA – JKB - FK


r
= (28,192 + 29,002 + … + 30,242) - 2,85– 0,25– 2787,7
3
= 3,14

JKS = JKT – JKA – JKB – JKAB


= 13,94– 2,85– 0,25– 3,14

= 7,71

Anova Faktoria 3x3x3


Tabel Anova
Ftabel
SK DB JK KT Fhit ket
0,05 0,01
Perlakuan 8 6,23 0,78 1,82 2,51 3,71 ns
Faktor A 2 2,85 1,42 3,32 3,55 6,01 ns
Faktor B 2 0,25 0,12 0,29 3,55 6,01 ns
Interaksi AB 4 3,14 0,78 1,83 2,93 4,58 ns
Sisa 18 7,71 0,4284
Total 26 13,94
Ket : ns = Berbeda tidak nyata (P>0,05)

Lampiran 5 : Analisa Produksi Maggot BSF


BERAT Berat/ekor Produks TOTAL RATAAN
SEGAR (mg) i gr Panjang (mm) Panjang Panjang
200
EKOR
A1 7,57 37,85 120 13 15 18 15 11 12 1 14 12 12 136 13,6
4
A2 10,17 50,85 14 16 15 15 15 13 1 14 16 17 151 15,1
6
A3 10,49 52,45 350 15 15 13 17 15 13 1 17 15 17 152 15,2
5
TOTAL
RATAA
N
B1 10,85 54,25 200 10 14 13 12 13 15 1 16 16 15 142 14,2
8
B2 9,29 46,45 80 15 10 11 10 10 15 1 12 11 10 114 11,4
0
B3 9,4 47 18 14 20 15 10 13 1 16 12 13 143 14,3
2
TOTAL
RATAA
N
C1 9,04 45,2 360 15 15 17 15 15 12 1 15 13 15 142 14,2
0
C2 8,62 43,1 273,34 10 12 15 17 12 18 1 13 13 12 137 13,7
5
C3 12,01 60,05 50 17 15 14 15 15 14 1 16 10 10 141 14,1
5
TOTAL
RATAA
N
D1 8,89 44,45 370 12 14 10 13 14 12 1 12 15 13 127 12,7
2
D2 9,17 45,85 360 13 15 15 12 13 10 1 16 13 16 133 13,3
0
D3 10,12 50,6 180 16 16 15 10 13 17 1 15 14 15 147 14,7
6
TOTAL
RATAA
N
E1 10,35 51,75 350 15 16 19 20 15 15 1 13 12 10 151 15,1
6
E2 9,63 48,15 430 15 16 16 15 17 12 1 13 10 13 141 14,1
4
E3 8,24 41,2 390 20 15 10 11 14 12 1 13 12 10 129 12,9
2
TOTAL
RATAA
N
F1 9,02 45,1 365 15 12 12 15 16 13 1 13 12 13 132 13,2
1
F2 7,66 38,3 360 13 12 12 17 19 11 1 13 13 12 137 13,7
5
F3 8,48 42,4 150 13 18 15 13 16 15 1 17 12 10 146 14,6
7
TOTAL
RATAA
N
G1 9,24 46,2 380 12 15 15 15 12 15 1 12 13 12 135 13,5
4
G2 8,78 43,9 500 12 12 15 16 11 12 1 12 17 13 132 13,2
2
G3 8,26 43,1 350 16 12 12 10 13 12 1 15 15 14 131 13,1
2
TOTAL
RATAA
N
H1 8,06 40,3 272,33 15 12 8 12 12 13 1 14 11 10 121 12,1
4
H2 7,84 39,2 280 15 16 13 17 14 15 1 13 12 12 137 13,7
0
H3 8,21 41,05 200 13 15 12 15 14 12 1 12 10 12 128 12,8
3
TOTAL
RATAA
N
I1 11,23 56,15 15 13 12 11 12 12 1 14 13 12 129 12,9
5
I2 8,75 43,75 100 15 12 14 18 15 14 1 12 11 14 137 13,7
2
I3 11,12 55,6 290,71 13 15 14 13 17 19 1 13 13 12 146 14,6
7

Lampiran 6 : Rendemen Maggot BSF


No. Kode Sampel Rendemen %
1 A1B1.1 45,44
2 A1B1.2 51,72
3 A1B1.3 40,71
4 A1B2.1 51,52
5 A1B2.2 51,45
6 A1B2.3 45,53
7 A1B3.1 48,67
8 A1B3.2 47,22
9 A1B3.3 52,54
10 A2B1.1 41,17
11 A2B1.2 51,36
12 A2B1.3 52,96
13 A2B2.1 50,14
14 A2B2.2 49,22
15 A2B2.3 50,61
16 A2B3.1 41,24
17 A2B3.2 51,96
18 A2B3.3 46,46
19 A3B1.1 47,29
20 A3B1.2 48,75
21 A3B1.3 37,12
22 A3B2.1 43,80
23 A3B2.2 42,09
24 A3B2.3 46,89
25 A3B3.1 56,54
26 A3B3.2 48,86
27 A3B3.3 48,83

Lampiran 7 : Hasil analisa laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Andalas

Media tumbuh
No. Kode Sampel BKU (%) Bahan Kadar
Kering (%) Abu(%)
1 A1B1 22,42 91,93 3,74
2 A1B2 24,18 90,10 3,39
3 A1B3 20,13 92,03 3,17
4 A2B1 22,21 91,44 3,14
5 A2B2 19,93 91,48 3,26
6 A2B3 21,45 91,79 2,94
7 A3B1 23,54 91,52 2,73
8 A3B2 20,13 90,36 2,30
9 A3B3 19,57 90,19 2,03

Tepung Maggot BSF


No. Kode Bahan Bahan Kadar Kadar
Sampel Kering Organik Air Abu
1 A1B1.1 94,33 85,30 5,67 9,04
2 A1B1.2 94,75 85,25 5,25 9,50
3 A1B1.3 94,34 82,70 5,66 9,65
4 A1B2.1 94,51 85,33 5,49 9,18
5 A1B2.2 94,34 84,39 5,66 9,95
6 A1B2.3 93,09 83,23 6,91 9,87
7 A1B3.1 92,56 82,22 7,44 10,35
8 A1B3.2 94,15 84,03 5,85 10,12
9 A1B3.3 92,38 81,88 7,62 10,50
10 A2B1.1 95,54 85,40 4,46 10,14
11 A2B1.2 93,24 82,35 6,76 10,89
12 A2B1.3 93,02 82,85 6,98 10,17
13 A2B2.1 94,64 84,33 5,36 10,31
14 A2B2.2 95,75 85,49 4,25 10,26
15 A2B2.3 94,84 85,15 5,16 9,69
16 A2B3.1 91,75 82,11 8,25 9,63
17 A2B3.2 94,57 85,08 5,43 9,49
18 A2B3.3 93,45 83,10 6,55 10,35
19 A3B1.1 94,64 82,81 5,36 11,83
20 A3B1.2 95,91 85,84 4,09 11,91
21 A3B1.3 93,66 84,14 6,34 9,52
22 A3B2.1 95,23 85,23 4,77 10,00
23 A3B2.2 95,23 83,45 4,77 11,78
24 A3B2.3 93,23 83,26 6,77 9,98
25 A3B3.1 93,84 84,14 6,16 9,70
26 A3B3.2 95,55 85,37 4,45 10,18
27 A3B3.3 94,60 84,24 5,40 10,36

Anda mungkin juga menyukai