Anda di halaman 1dari 183

PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PELAYANAN, KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN TEKNOLOGI


INFORMASI KOMUNIKASI TERHADAP PENINGKATAN
KEPUASAN MASYARAKAT PADA BALAI KARANTINA
PERTANIAN KELAS II MEDAN

TESIS

Oleh :

HETTY EVARINA SITUMORANG


187007064

MAGISTER MANAJEMEN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL


PROSEDUR (SOP) PELAYANAN, KEBIJAKAN
PEMERINTAH DAN TEKNOLOGI INFORMASI
KOMUNIKASI TERHADAP PENINGKATAN
KEPUASAN MASYARAKAT PADA BALAI
KARANTINA PERTANIAN KELAS II MEDAN

Nama Mahasiswa : Hetty Evarina Situmorang


Nomor Pokok : 187007064
Program Studi : Magister Manajemen (MM)

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si


Ketua

Dr. Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM


Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Prof. Dr. Robert Sibarani, MS

Tanggal Lulus : 08 Pebruari 2021

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Telah diuji pada


Tanggal : 08 Pebruari 2021

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si
Anggota : 1. Dr. Ir. Sugiharto Pujangkoro MM
2. Prof. Dr. Isfenti Sadalia, ME
3. Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM
4. Dr. Fadli, SE, M.Si

ii

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Hetty Evarina Situmorang

NIM : 187007064

Menyatakan bahwa tesis yang berjudul “ PENERAPAN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN, KEBIJAKAN

PEMERINTAH DAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI

TERHADAP PENINGKATAN KEPUASAN MASYARAKAT PADA

BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II MEDAN adalah benar hasil

penelitian saya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data

informasi dinyatakan jelas.

Medan, Maret 2021

Yang Membuat Penyataan

Hetty Evarina Situmorang


187007064

iii

Universitas Sumatera Utara


PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELAYANAN, KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN TEKNOLOGI
INFORMASI KOMUNIKASI TERHADAP PENINGKATAN
KEPUASAN MASYARAKAT PADA BALAI KARANTINA
PERTANIAN KELAS II MEDAN

ABSTRAK

Hetty Evarina Situmorang


NIM 187007064

Kepuasan masyarakat terhadap kinerja pelayanan aparatur pemerintah


dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain, penerapan Standar Operasional
Prosedur (SOP), kebijakan pemerintah dan penerapan sistem teknologi dan
informasi. Asas-asas pelayanan publik seperti transparansi, akuntabilitas,
partisipatif, kondisional, kesamaan hak dan kewajiban serta keseimbangan hak
dan kewajiban sangat mempengaruhi kepuasan masyarakat terhadap sistem dan
prosedur pelayanan.
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif
asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Standar
Operasional Prosedur (SOP) dalam pelayanan, kebijakan pemerintah serta
teknologi informasi komunikasi terhadap peningkatan kepuasan masyarakat pada
Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan. Populasi penelitian adalah
masyarakat pengguna jasa karantina sebanyak 80 orang responden. Penentuan
sampel menggunakan metode total sampling sehingga terdapat 80 orang sampel
penelitian. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data
menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa Standar
Operasional Prosedur (SOP), Kebijakan Pemerintah, dan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dan Kepuasan Masyarakat berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan masyarakat. Standar Operasional Prosedur (SOP) secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan masyarakat.
Kebijakan Pemerintah secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan masyarakat. Teknologi Informasi dan Komunikasi secara parsial
memberi pengaruh signifikan terhadap kepuasan masyarakat. Kepada Balai
Karantina Pertanian Kelas II Medan disarankan untuk lebih meningkatkan
kualitas pelayanan sehingga kepuasan konsumen dalam melakukan transaksi
secara online dapat lebih ditingkatkan

Kata kunci : Standar Operasional Prosedur, Kebijakan Pemerintah, Teknologi


Informasi dan Komunikasi.

iv

Universitas Sumatera Utara


IMPLEMENTATION OF STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)
for SERVICES, GOVERNMENT POLICY AND INFORMATION
TECHNOLOGY OF COMMUNICATION ON IMPROVING PUBLIC
SATISFACTION OF BALAI KARANTINA PERTANIAN
KELAS II MEDAN

ABSTRACT

HETTY EVARINA SITUMORANG


NIM 187007064

Public satisfaction with the service performance of government officials is


influenced by many factors such as application of Standar Operating Procedures
(SOP), government policy and the application of technology and information
systems. Principles of Public service such as transparency, accountability,
participatory, conditionality, equality of rights and obligations as well as balance
of rights and obligations greatly affect public satisfaction with service systems
and procedures.
The present study is a survey using an associative quantitative approach
aimed at determining the effect of the application of Standar Operating
Procedures (SOP) in services, government policy and information communication
technology on improving public satisfaction of Balai Karantina Pertanian Kelas
II Medan. The population included the people who used the service as of 80
people using quarantine services. The sampling method used a total sampling
method so that there are 80 samples. The data collection method used a
questionnaire. The collected data were than analyzed by using a multiple linear
regression. The results of the study indikated that Standar Operating Procedures
(SOP), Government Policies, and Information and Communication Technology
and Community Satisfaction have a positive and significant effect on community
satisfaction. Standar Operating Procedure (SOP) partially has a positive and
significant effect on community satisfaction. Government policies partially have a
positive and significant effect on community satisfaction. Information and
Communication Technology partially has a significant effect on community
satisfaction. It is suggested to the Class II Medan Agricultural Quarantine Center
to further improve the quality of service so that consumer satisfaction in online
transactions can be further improved

Keywords: Standar Operating Procedure, Government Policy, Technology


Information and Communication

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan kasih karunia-Nya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar Magister
Manajemen pada Program Studi Magister Manajemen, Sekolah Pascasarjana
Univesitas Sumatera Utara, Medan.
Judul penelitian ini adalah : PENERAPAN STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN, KEBIJAKAN
PEMERINTAH DAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI
TERHADAP PENINGKATAN KEPUASAN MASYARAKAT PADA
BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II MEDAN
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat
dan menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.
Hum, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.
2. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, MS, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku Ketua Program Studi Magister
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah banyak membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan
tesis Ini.
5. Bapak Dr. Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM, selaku anggota Komisi
Pembimbing yang telah banyak membantu serta banyak memberikan
semangat terhadap penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
6. Ibu Prof. Dr. Isfenti Sadalia, ME, Ibu Dr. Beby Karina Fawzea Sembiring, SE,
MM, Bapak Dr. Fadli, SE, M.Si, selaku Komisi Pembanding, atas saran dan
masukan yang telah di berikan kepada penulis.

vi

Universitas Sumatera Utara


7. Seluruh Dosen / Staff Pengajar Program S2 Magister Manajemen Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis
selama proses belajar di Universitas Sumatera Utara.
8. Staff administrasi Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera
Utara.
9. Ibu / Bapak Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan dan Bapak
Kepala Tata Usaha Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan yang telah
memberikan izin meneliti kepada Penulis di Balai Karantina Pertanian Kelas
II Medan serta telah banyak membantu dan memberikan semangat terhadap
Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
10. Seluruh Pegawai Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.
11. Orang Tua Penulis Bapak P. Situmorang dan Ibu T. Sihite, terima kasih atas
segala doa, dukungan, semangat dan segala pengorbanan nya terhadap penulis
selama ini. Semoga Tuhan senantiasa menyayangi dan melindungi kalian.
12. Teman – Teman MM 44-2 dan teman – teman kelas Konsentrasi Manajemen
Pemasaran yang telah banyak membantu serta memberikan semangat terhadap
penulis.
13. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian tesis
ini yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Dengan segala keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang


ditinjau, penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata kesempurnaan. Akhir kata, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran agar tesis ini lebih sempurna dan juga sebagai masukan kepada penulis
untuk penelitian dan karya ilmiah di masa yang akan datang

Medan, Maret 2021

Hetty Evarina Situmorang


187007064

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Hetty Evarina Situmorang

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 17 September 1982

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Bahagia No.277, Padang.Bulan – Medan

No. Hp : 0822 6722 5827

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1988 – 1994 : SD Advent 4 Medan

Tahun 1994 – 1997 : SLTP Methodist 1 Medan

Tahun 1997 – 2000 : SMU Methodist 1 Medan

Tahun 2000 – 2003 : D3 Keuangan Perbankan Politeknik Negeri Medan

Tahun 2003 – 2006 : S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera

Utara

Tahun 2018 – 2021 : S2 Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT PEKERJAAN

Tahun 2008 – 2010 : Staff Keuangan PT. Sanyo Precision Batam

Tahun 2011 – sekarang : ASN di Balai Karantina Pertanian Kelas II

Tanjungpinang

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................ 16
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian ......................................... 17
1.3.1. Tujuan Penelitian .................................................. 17
1.3.2. Sasaran Penelitian ................................................. 18
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................... 18
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan ............................................ 19
1.5.1. Ruang Lingkup Penelitian ..................................... 19
1.5.2. Batasan Penelitian ................................................. 20
1.6 Asumsi Penelitian ............................................................ 20

BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................... 21


2.1. Telaah Teori .................................................................... 21
2.1.1. Pelayanan Publik ................................................... 21
2.1.1.1. Pengertian Pelayanan Publik .................. 21
2.1.1.2. Standar Pelayanan Publik ....................... 22
2.1.1.3. Indikator Pelayanan Publik .................... 24
2.1.1.4. Kualitas Pelayanan Publik ...................... 27
2.1.1.5. Tujuan Pelayanan Publik ........................ 29
2.1.2. Kepuasan Masyarakat .......................................... 31
2.1.2.1. Pengertian Kepuasan Masyarakat ........... 31
2.1.2.2. Indeks Kepuasan Masyarakat ................. 32
2.1.2.3. Sasaran Indeks Kepuasan Masyarakat ... 32
2.1.2.4. Manfaat Indeks Kepuasan Masyarakat ... 33
2.1.2.5. Indikator Kepuasan Masyarakat ............. 36
2.1.3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan . 37
2.1.3.1. Pengertian Standar Operasional (SOP)
Pelayanan ............................................... 37
2.1.3.2. Manfaat Standar Operasional (SOP)
Pelayanan ................................................ 39
2.1.3.3. Tujuan Standar Operasional Prosedur ... 40
2.1.3.4. Indikator Standar Operasional Prosedur
(SOP) .................................................... 41

ix

Universitas Sumatera Utara


2.1.3.5. Prinsip Kerja SOP ................................... 43
2.1.4. Kebijakan Pemerintah ......................................... 45
2.1.4.1. Pengertian Kebijakan Publik ................. 45
2.1.4.2. Jenis-Jenis Kebijakan Publik ................. 46
2.1.4.3. Proses Kebijakan Publik ........................ 47
2.1.4.4. Indikator Kebijakan Publik .................... 48
2.1.5. Teknologi Informasi dan Komunikasi ................. 48
2.1.5.1. Pengertian Teknologi Informasi dan
Komunikasi ............................................ 48
2.1.5.2. Komponen Teknologi Informasi dan
Komunikasi ............................................ 49
2.1.5.3. Indikator Teknologi Informasi dan
Komunikasi ........................................... 50
2.1.5.4. Manfaat Teknologi Informasi dan
Komunikasi ............................................ 51
2.2. Telaah Penelitian Terdahulu ............................................ 54
2.3. Resume Telaah Teori dan Penelitian Terdahulu .............. 59
2.4. Kerangka Konseptual ...................................................... 62
2.5. Hipotesis Penelitian ........................................................ 63

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 65


3.1 Jenis Penelitian ............................................................... 65
3.2 Lokasi Penelitian ......................................................... 65
3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................... 66
3.3.1 Populasi ................................................................ 66
3.3.2 Sampel Penelitian ................................................. 66
3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ..................... 67
3.5 Instrumen Penelitian ....................................................... 68
3.5.1 Kuesioner .............................................................. 68
3.5.2 Dokumentasi ......................................................... 68
3.6. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis ....................... 68
3.6.1 Metode Analisis Data .......................................... 68
3.6.1.1. Uji Validitas ............................................. 68
3.6.1.2. Uji Reliabilitas.......................................... 70
3.6.1.3. Uji Normalitas .......................................... 71
3.6.1.4. Uji Multikolinieritas ................................. 71
3.6.1.5. Uji Heterokedastisitas .............................. 72
3.6.2. Pengujian Hipotesis .............................................. 72
3.6.2.1. Persamaan Regresi ................................... 73
3.6.2.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik-F) 73
3.6.2.3. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik-t) ... 74
3.6.2.4. Koefisien Determinasi (R2) ..................... 74

Universitas Sumatera Utara


BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................... 76
4.1. Gambaran Umum Balai Karantina Pertanian Kelas II
Medan ............................................................................. 76
4.1.1 Sejarah Singkat Badan Karantina Pertanian ........ 76
4.1.2 Tentang Balai Karantina Pertanian
Kelas II Medan..................................................... 78
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ................................... 80
4.1.3.1 Visi ........................................................... 80
4.1.3.2 Misi ......................................................... 80
4.1.4 Struktur Organisasi ............................................. 81
4.1.5 Tugas dan Tanggung Jawab ................................ 82
4.1.5 Standar Waktu Layanan Balai Karantina
Pertanian Kelas II Medan ................................... 84
4.2 Hasil Penelitian ............................................................... 86
4.2.1 Karakteristik Responden ..................................... 86
4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur ....................................................... 86
4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin .......................................... 88
4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan................................................ 89
4.2.2 Deskripsi Variabel Penelitian ............................. 90
4.2.2.1 Standar Operasional Prosedur (SOP) ..... 90
4.2.2.2 Kebijakan Pemerintah ............................. 93
4.2.2.3 Teknologi Informasi dan Komunikasi .... 96
4.2.2.4 Kepuasan Masyarakat ............................. 100
4.3 Hasil Analisis Data ......................................................... 104
4.3.1 Hasil Uji Normalitas .............................................. 104
4.3.2 Hasil Uji Multikolinieritas .................................... 105
4.3.3 Hasil Uji Heterokedastisitas .................................. 106
4.4 Hasil Uji Hipotesis ......................................................... 108
4.4.1 Hasil Uji F Secara Simultan .................................. 108
4.4.2 Hasil Uji-t Secara Parsial ....................................... 109
4.4.3 Hasil Uji R-Square ................................................ 110
4.4.4 Persamaan Regresi ................................................ 111
4.5 Pembahasan ................................................................... 112
4.5.1 Pengaruh Standar Operasional Prosedur (SOP)
Terhadap Kepuasan Masyarakat ........................... 112
4.5.2 Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap
Kepuasan Masyarakat ........................................... 114
4.5.3 Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi
Terhadap Kepuasan Masyarakat ........................... 116
4.6 Implikasi Manajerial ....................................................... 119
4.6.1 Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)
(SOP) Pelayanan ................................................... 119

xi

Universitas Sumatera Utara


4.6.2 Pentingnya Melaksanakan Standar Operasional
Prosedur (SOP) Pelayanan ................................... 121
4.6.3 Penerapan Kebijakan Pemerintah .......................... 122
4.6.4 Pentingnya Penerapan Kebijakan Pemerintah ....... 124
4.6.5 Penerapan Teknologi Informasi Komunikasi ........ 126
4.6.6 Pentingnya Penerapan Teknologi Informasi ......... 129
4.6.7 Tindak Lanjut ........................................................ 130

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 134


5.1 Kesimpulan ..................................................................... 134
5.2 S a r a n .......................................................................... 135

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 137

LAMPIRAN ................................................................................................ 142

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Frekuensi Kegiatan Operasional Balai Karantina Pertanian


Kelas II Medan Tahun 2018 ..................................................... 8
Tabel 1.2 Indeks Kepuasan Masyarakat BKP Kelas II Medan
Periode Sem.II Tahun 2017 dan Sem.I Tahun 2018 ................ 13
Tabel 1.3 Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Karantina Pertanian
Kelas II Medan Semester II Tahun 2018 ................................. 14
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu ................................................... 55
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 67
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas..................................................................... 69
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................. 71
Tabel 4.1 Standar Waktu Layanan BKP Kelas II Medan ........................ 84
Tabel 4.2 Pelayanan Sertifikasi Karantina Hewan BKP Medan .............. 85
Tabel 4.3 Pelayanan Sertifikasi Karantina Tumbuhan BKP Medan ........ 85
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ........................ 87
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 88
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ....... 89
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Standar
Operasional Prosedur (SOP) ..................................................... 90
Tabel 4.8 Kategori Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan........ 92
Tabel 4.9 Nilai Mean Indikator Variabel SOP Pelayanan ........................ 92
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kebijakan
Pemerintah................................................................................. 93
Tabel 4.11 Kategori Kebijakan Pemerintah ................................................ 95
Tabel 4.12 Nilai Mean Indikator Variabel Kebijakan Pemerintah.............. 95
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Teknologi
Informasi dan Komunikasi ........................................................ 96
Tabel 4.14 Kategori Teknologi Informasi dan Komunikasi ....................... 98
Tabel 4.15 Nilai Mean Indikator Variabel Teknologi Informasi ................ 99
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kepuasan
Masyarakat ................................................................................ 100
Tabel 4.17 Kategori Kepuasan Masyarakat ................................................ 102
Tabel 4.18 Nilai Mean Indikator Variabel Kepuasan Masyarakat .............. 103
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas ................................................................. 104
Tabel 4.20 Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................ 105
Tabel 4.21 Hasil Uji Heterokedastisitas ...................................................... 106
Tabel 4.22 Hasil Uji F Secara Simultan ...................................................... 108
Tabel 4.23 Hasil Uji-t Secara Parsial .......................................................... 109
Tabel 4.24 Hasil Uji Determinasi R ............................................................ 111

xiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ............................................................ 63

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan ........................................................................ 81

Gambar 4.2 Komposisi Responden Berdasarkan Umur ............................. 87

Gambar 4.3 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 88

Gambar 4.4 Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan .................... 89

Gambar 4.5 Grafik PP Normalitas Data Penelitian ................................... 105

Gambar 4.6 Grafik Heterokedastisitas ...................................................... . 107

xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner ......................................................................... 142

Lampiran 2 : Master Data Penelitian ...................................................... 146

Lampiran 3 : Hasil Pengolahan Data ...................................................... 148

xv

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kepuasan masyarakat merupakan faktor utama yang harus diperhatikan

oleh penyedia pelayanan publik, karena kepuasan masyarakat akan menentukan

keberhasilan pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Definisi

kepuasan masyarakat sering disamaartikan dengan definisi kepuasan pelanggan

atau kepuasan konsumen, hal ini hanya dibedakan pada siapa penyedia dan apa

motif diberikannya pelayanan tersebut. Penyedia pelayanan di dalam pelayanan

publik adalah pegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas pelayanan

publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah diamanatkan dan

penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, lembaga instansi

pemerintah dan dunia usaha, yang memperoleh manfaat dari suatu kegiatan

penyelenggaraan pelayanan publik. Kepuasan pelayanan berdasarkan

Kep./25/M.PAN/2/2004 yaitu hasil pendapat dan penilaian masyarakat terhadap

kinerja pelayanan yang diberikan oleh aparatur penyelenggara pelayanan publik.

Kepuasan selain dipengaruhi oleh persepsi kualitas pelayanan, juga

ditentukan oleh kualitas produk, harga, dan faktor – faktor yang bersifat pribadi

serta yang bersifat situasi sesaat (Tjiptono & Chandra, 2012). Kepuasan menjadi

sangat penting bagi suatu perusahaan oleh sebab itu semakin baik kualitas

pelayanan pada konsumen maka kepuasan akan meningkat, sebaliknya apabila

kualitas pelayanan tidak sesuai dengan harapan konsumen maka kepuasan

Universitas Sumatera Utara


2

konsumen akan menurun (Kotler & Amstrong, 2012). Perusahaan atau lembaga

negara harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan

utama. Dengan demikian kepuasan pelanggan merupakan respon dari pelanggan

terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja

aktual yang dirasakan setelah pemakaian (Rangkuti, 2006)

Kegiatan pelayanan adalah sebuah kegiatan yang menitikberatkan pada

upaya memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang lain (Saleh, 2010). Dalam

kegiatan pelayanan, semangat memberikan yang terbaik bagi orang lain yang

dilayani haruslah dipahami sebagai suatu sikap yang muncul dari suatu kesadaran

akan nilai – nilai tersebut sehingga melayani tidaklah dipahami hanya semata

untuk memenuhi tanggungjawab formal seorang petugas pelayanan. Masyarakat

dapat menilai langsung kinerja pemerintah berdasarkan pelayanan yang

diterimanya. Untuk itu kualitas pelayanan publik di semua kementerian / lembaga

adalah suatu hal yang mendasar yang harus segera ditingkatkan.

Warga negara mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan publik yang

berkualitas dari negara. Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah

kepada masyarakat sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara

sebagai pelayan masyarakat dengan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan

rakyat. Karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum

(public services) sangat strategis karena akan sangat menentukan sejauh mana

pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya bagi

masyarakat dan sejauh mana negara telah menjalankan perannya dengan baik

Universitas Sumatera Utara


3

sesuai dengan tujuan pendiriannya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi

rakyatnya.

Pelayanan publik yang baik tentunya menjadi harapan penting bagi

masyarakat, mulai dari sikap aparatur yang memberikan pelayanan, bentuk

pelayanan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan, sampai

kepada perilaku aparaturnya. Jika pelayanannya baik, masyarakat akan merasa

puas atas pelayanan yang diberikan yang menjadi acuan baik atau buruknya

pelayanan publik. Sehubungan dengan itu perbaikan pelayanan publik mutlak

diperlukan agar image buruk masyarakat kepada pemerintah dapat diperbaiki,

karena dengan perbaikan kualitas pelayanan publik yang semakin baik dapat

mempengaruhi kepuasan masyarakat dan kepercayaan masyarakat terhadap

pemerintah dapat dibangun kembali. Pelayanan publik yang berkualitas sangat

tergantung pada berbagai aspek, yaitu bagaimana pola penyelenggaraannya (tata

laksana), dukungan sumber daya manusia, dan kelembagaan sehingga masyarakat

dapat merasakan kepuasan terhadap kinerja lembaga pemerintahan.

Peningkatan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang ada

diharapkan dapat diperoleh dengan menerapkan beberapa hal antara lain

penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan yang merupakan

pedoman yang berisi prosedur – prosedur operasional standar yang ada di dalam

suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan

tindakan berjalan secara efektif, efisien, konsisten dan standar sistematis. SOP

yang telah ditetapkan harus dilaksanakan oleh pegawai pada unit kerja masing –

masing sesuai dengan SOP masing – masing unit kerja. Dengan terciptanya

Universitas Sumatera Utara


4

Standar Operasional Prosedur dan pelaksanaannya serta pengawasan layanan yang

baik, akan menciptakan kualitas layanan yang sesuai dengan keinginan

masyarakat. Apabila semua kegiatan sudah sesuai dengan yang ditetapkan dalam

Standar Operasional Prosedur, maka secara bertahap kualitas pelayanan akan

lebih profesional, cepat dan mudah.

Kemajuan teknologi tentunya akan memudahkan dalam proses pelayanan.

Pelayanan berbasis teknologi ini salah satunya adalah penggunaan teknologi

informasi untuk pembayaran secara online, penggunaan media transaksi

elektronik guna pembayaran dengan kartu kredit, serta fasilitas jejaring sosial

(media sosial) sebagai media yang mudah dan cepat. Perusahaan atau lembaga

negara semakin dituntut untuk dapat meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan

dengan menyediakan fasilitas – fasilitas supaya tidak kalah bersaing dalam

pelayanan. Dengan adanya fasilitas ini, tentu masyarakat akan semakin mudah

dalam melakukan transaksi dan akan meningkatkan kepuasan masyarakat

terhadap kinerja lembaga pemerintahan. Faktor teknologi mempunyai pengaruh

yang besar terhadap peningkatan pelayanan, karena faktor teknologi menjadi salah

satu faktor yang mendukung kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan.

Pemanfaatan teknologi informasi dapat dilakukan secara efektif jika setiap

pegawai dapat menggunakan teknologi tersebut dengan baik dan pemanfaatan

teknologi yang efektif dapat meningkatkan kinerja. Pemanfaatan Teknologi

Informasi Komunikasi dapat memberikan dukungan pelayanan administrasi, serta

untuk membantu pengambilan keputusan yang diharapkan akan menjadi perhatian

terhadap peningkatan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan instansi

Universitas Sumatera Utara


5

pemerintah. Dampak positif dari pelayanan yang baik akan meningkatkan

kepuasan dan kesetiaan masyarakat terhadap lembaga negara. Kemajuan yang

sangat pesat dalam dunia teknologi informasi menuntut lembaga negara juga

untuk dapat memahami serta memanfaatkannya dalam kegiatan pelayanan sebagai

upaya untuk meningkatkan kepuasan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk dapat memenuhi keinginan masyarakat dalam memperoleh

pelayanan yang baik pada instansi pemerintah juga telah disusun sebuah konstitusi

yang berisi aturan dan prinsip dasar politik bagi sebuah negara. Di negara

Indonesia, konstitusi tersebut tertuang dalam bentuk Undang – Undang Dasar

Negara. Undang – Undang ini bersifat mengatur, mengikat, dan wajib bagi

seluruh warga negara. Tujuan dibentuknya Undang – Undang sebagai bahan dasar

hukum adalah supaya negara dapat menjamin terlaksananya kepentingan

masyarakat sesuai dengan peraturan serta hukum perundang – undangan yang

berlaku. Selain Undang – Undang Negara terdapat juga beberapa kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah ini terkait pada keputusan yang

dibuat oleh pemerintah karena pemerintah mempunyai wewenang dan kekuasaan

untuk mengatur masyarakat umum serta memberikan pelayanan kepada

masyarakat umum. Dengan adanya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

tersebut dapat dijadikan dasar bagi instansi pemerintah dalam melaksanakan

tugasnya melayani masyarakat sehingga masyarakat akan merasakan kepuasan

terhadap pelayanan pemerintah.

Beberapa hasil penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh (Rahayu

& Sihombing, 2018) menyatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara

Universitas Sumatera Utara


6

Implementasi Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan Permenpan

No.35 tahun 2012 terhadap Kepuasan Pelanggan di Kantor Regional VI Badan

Kepegawaian Negara Medan. Selain SOP Pelayanan terdapat Teknologi Informasi

dan Komunikasi yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, seperti

penelitian yang dilakukan oleh (Putria, 2013) menyatakan bahwa teknologi

informasi dapat memberikan kontribusi yang sangat baik, jika diterapkan secara

keseluruhan di Lingkungan PLN Batam dan akan mempengaruhi kepuasan

pelanggan PLN. Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,

pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat, seluruh informasi yang ingin

disampaikan kepada pelanggan maupun kepada karyawan PLN Batam itu sendiri

dapat diterima dengan cepat dan akurat. Sedangkan (Ramadani, 2019) dalam

penetiannya di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang meneliti

mengenai Implementasi Kebijakan Pengelolaan Komunikasi Publik menyatakan

bahwa dengan adanya Kebijakan Pemerintah mengenai Komunikasi Publik dapat

dilihat keberhasilannya berupa pemberitaan di media massa yang tidak hanya

banyak tapi juga kualitasnya yang positif dan netral, sehingga pemberitaan negatif

dapat diminimalisir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebijakan

pemerintah membawa pengaruh positif terhadap kepercayaan masyarakat kepada

pelayanan instansi pemerintah.

Penelitian ini menganalisa faktor – faktor yang dapat meningkatkan

kepuasan masyarakat terhadap kinerja instansi pemerintah yang dalam hal ini

penelitian dilakukan di Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan. Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan adalah salah satu dari 52 Unit Pelaksana

Universitas Sumatera Utara


7

Teknis (UPT) dari Kementerian Pertanian yang dibentuk berdasarkan Peraturan

Menteri Pertanian RI No.22/Permentan/OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian, tanggal 3 April

2008 yang mempunyai tugas pokok melaksanakan operasional perkarantinaan dan

pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati di bidang perkarantinaan hewan

dan tumbuhan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Badan Karantina Pertanian sebagai salah satu Eselon I Kementerian Pertanian.

Sebagai sektor publik UPT Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan berupaya

membangun kepercayaan kepada masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan

sehingga diharapkan mampu menjawab tantangan yang ada ditengah isu miring

terhadap rendahnya kualitas pelayanan, disiplin, integritas dan profesionalitas

Aparatur Sipil Negara.

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan mempunyai tugas untuk

memberi pelayanan operasional karantina hewan / tumbuhan, pengawasan

keamanan hayati hewani / nabati, sarana teknik serta pengelolaan sistem informasi

dan dokumentasi serta pengawasan dan penindakan pelangaran peraturan

perundang – undangan di bidang karantina hewan / tumbuhan dan keamanan

hayati / nabati. Sesuai dengan motto dari Balai Karantina Pertanian Kelas II

Medan yang menyatakan SIAP (Santun, Ikhlas, Akuntabel dan Profesional)

melayani semua masyarakat maka dalam hal ini kepuasan masyarakat pengguna

jasa karantina menjadi sangat penting bagi peningkatan pelayanan BKP Kelas II

Medan. Masyarakat sudah seharusnya mendapatkan pelayanan dari pemerintah

secara cepat, tepat, murah, transparan, sederhana dan mudah dilaksanakan, serta

Universitas Sumatera Utara


8

tidak diskriminatif. Untuk itu upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada

masyarakat dilakukan terus menerus dan berkelanjutan oleh semua jajaran

aparatur negara pada semua tingkatan, termasuk dilingkup Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan.

Kegiatan operasional tindak karantina meliputi antara lain pemeriksaan

dokumen, pemeriksaan di lapangan, pemeriksaan di laboratorium, pengasingan,

pengamatan, penahanan, perlakuan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan.

Tindakan Karantina tersebut merupakan fungsi pelayanan yang diberikan terhadap

orang atau perusahaan sebagai pengguna jasa karantina yang dilaksanakan oleh

petugas karantina. Kegiatan tindakan operasional karantina pertanian pada tahun

2018 di lingkup Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan untuk karantina hewan

dan tumbuhan pada umumnya berupa kegiatan ekspor, impor, domestik masuk

dan domestik keluar dapat terlaksana cukup baik. Adapun frekuensi kegiatan

pelayanan operasional di Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan pada tahun

2018 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1
Frekuensi Kegiatan Operasional BKP Kelas II Medan tahun 2018
Jenis Kegiatan Karantina Hewan Karantina Tumbuhan
Domestik Masuk 45.862 982
Domestik Keluar 8.138 11.360
Eksport 3.466 3.568
Import 36 272

Sumber : Laporan Tahunan Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan,2018

Universitas Sumatera Utara


9

Untuk meningkatkan pelayanan kepada para pengguna jasa Kantor Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan telah menerapkan SOP pada setiap kegiatan

pelayanan, penetapan undang – undang mengenai tarif yang berlaku untuk setiap

pelayanan dan penggunaan teknologi informasi komunikasi. Penerapan SOP

Pelayanan ini dilakukan untuk lebih memperjelas bagaimana cara dan prosedur

dalam pelayanan perkarantinaan baik bagi petugas maupun masyarakat. Dengan

diterapkannya SOP Pelayanan tersebut diharapkan kedua belah pihak mengetahui

hal – hal yang diperlukan dan berapa lama waktu penyelesaiannya. Namun

seringkali penerapan SOP Pelayanan ini tidak berjalan dengan baik dikarenakan

kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai layanan perkarantinaan.

Misalnya dalam melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap hewan yang

berbeda – beda jangka waktu pemeriksaan yang tergantung kepada besar kecilnya

resiko yang dimiliki. Hal tersebut sering membuat masyarakat pengguna jasa

merasa kecewa apabila karena menunggu terlalu lama yang dapat mengakibatkan

menurunnya kepuasan masyarakat tersebut.

Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat terlihat pada saat

masyarakat melakukan pembayaran jasa karantina dengan sistem mobile ataupun

online. Dengan pembayaran yang dilakukan secara online baik pihak pengguna

jasa maupun petugas karantina tidak perlu saling bertemu. Hal ini dilakukan

untuk mengurangi berbagai resiko yang mungkin timbul pada saat melakukan

pembayaran dan dapat menghemat waktu baik para petugas karantina maupun

masyarakat. Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan juga telah menggunakan

website yang berfungsi dalam melakukan berbagai pelayanan dengan cara online.

Universitas Sumatera Utara


10

Pada website tersebut terdapat beberapa pelayanan yang dapat dilakukan secara

online tanpa perlu datang ke kantor sehingga masyarakat dapat berinteraksi tanpa

perlu bertatap muka dengan petugas karantina dan pelayanan yang mereka

inginkan juga dapat selesai dengan cepat. Selain itu masyarakat juga dapat

mengetahui berbagai informasi dan ketentuan yang ada di Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan mengenai tindakan karantina dan juga dapat secara

langsung melakukan pengaduan apabila ada pelayanan yang tidak sesuai dengan

aturan yang ada.

Namun terdapat juga beberapa hal yang menjadi masalah dalam

penggunaan teknologi informasi komunikasi ini, antara lain belum meratanya

kemampuan petugas dalam penggunaan teknologi informasi komunikasi yang

dapat mengakibatkan perbedaan hasil kerja baik antara unit kerja maupun antar

petugas. Perkembangan infrastruktur yang masih kurang merata terutama dalam

menjangkau daerah – daerah terpencil juga menjadi masalah dalam penggunaan

teknologi infomasi ini yang dapat membuat pekerjaan menjadi lebih lambat

ataupun laporan dan informasi yang tidak lagi real time. Selain itu di beberapa

daerah atau unit kerja masih kurang tersedianya sumber daya manusia yang

berkualitas yang mampu menggunakan teknologi tersebut dengan baik sehingga

penggunaan teknologi tersebut tidak dapat dilakukan dengan maksimal. Dan ada

juga kekhawatiran akan hilangnya data dikarenakan pengelolaan keamanan

teknologi kantor yang juga kurang merata dan masih lemah. Hal – hal tersebut

tentu dapat memperlambat kinerja petugas dalam melakukan pekerjaannya

melayani masyarakat pengguna jasa dan bahkan ada yang merasa kecewa karena

Universitas Sumatera Utara


11

lambatnya pelayanan yang mereka peroleh yang akan berdampak menurunnya

kepuasan masyarakat terhadap kinerja instansi pemerintah.

Beberapa kebijakan pemerintah yang ada di Balai Karantina Peranian

Kelas II Medan yaitu berupa biaya atau tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP) yang dikenakan kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan.

Biaya yang dikenakan kepada masyarakat berbeda antara satu dengan yang lain

yang disesuaikan dengan jenis pelayanan yang diterima. Selain itu kebijakan

pemerintah berupa adanya larangan beberapa hewan atau tumbuhan yang dilarang

masuk atau keluar dari suatu daerah. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuk

dan tersebarnya hama dan penyakit tumbuhan maupun hewan yang dapat menjadi

ancaman bagi daerah tersebut. Dan juga kebijakan berapa lama waktu yang

dibutuhkan untuk beberapa hewan atau tumbuhan dapat dilakukan pemeriksaan

atau bahkan penahanan apabila syarat – syarat yang tidak dapat dipenuhi oleh

masyarakat dalam pelayanan tindak karantina. Diharapkan dengan adanya

berbagai kebijakan tersebut instansi pemerintah dapat memberikan pelayanan

secara prima sesuai dengan aturan yang ada dan masyarakat juga memiliki rasa

aman dan nyaman dalam menerima pelayanan dari pemerintah.

Namun pada kenyataannya seringkali kebijakan yang ada masih terdapat

beberapa permasalahan yang terjadi seperti kurangnya sosialisasi dari kantor Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan kepada masyarakat mengenai pelayanan

karantina yang berdampak pada kurangnya informasi yang diterima masyarakat

mengenai tindak karantina dan masyarakat juga belum memahami secara jelas

mekanisme pelayanan yang diterapkan, anggaran atau tarif yang sering dianggap

Universitas Sumatera Utara


12

tidak sesuai dan sistem pembayaran yang sering terkendala ataupun kurang

tersedianya petugas pelayanan di instansi tersebut. Hal – hal tersebut membuat

masyarakat menjadi kecewa dan menimbulkan rasa kurang percaya kepada

instansi pemerintah karena kebijakan pemerintah tersebut yang dianggap

merugikan masyarakat pengguna jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinya

hubungan yang kurang baik antara masyarakat dengan kinerja instansi

pemerintah.

Dengan adanya beberapa masalah tersebut maka Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi

masyarakat pengguna jasa sehingga masyarakat dapat mempercayai kembali

instansi pemerintah yang saat ini dinilai buruk oleh masyarakat. Salah satu upaya

Kantor Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan dalam meningkatkan rasa

percaya masyarakat tersebut adalah dengan mewujudkan reformasi birokrasi

dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik yang bebas korupsi, kolusi dan

nepotisme. Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan telah menyusun Indeks

Kepuasan Masyarakat, sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat kualitas

pelayanan. Adapun Indeks Kepuasan Masyarakat ini dilakukan oleh unit

pelayanan dalam pengukuran tingkat kepuasan masyarakat pengguna jasa

karantina minimal 1 (satu) tahun sekali melalui penyebaran kuesioner tentang

sistem manajemen mutu pelayanan dan hasil pengukuran tingkat kepuasan

masyarakat yang dilakukan tersebut akan dianalisa untuk mengambil langkah

kebijakan perbaikan dan peningkatan kepuasan masyarakat pengguna jasa

karantina.

Universitas Sumatera Utara


13

Disamping itu data Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) akan dapat

dijadikan bahan penilaian dan gambaran terhadap unsur pelayanan yang sedang

dilakukan, sehingga akan dapat dilakukan perbaikan dan juga akan menjadi

pendorong dan motivasi setiap unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan

kualitas pelayanannya untuk kedepannya.

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam

Keputusan Menteri PAN Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman

Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, maka dikembangkan 14 unsur yang

relevan, valid dan reliabel, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar

pengukuran IKM. Berikut data Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan tahun 2017 – 2018:

Tabel 1.2
Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan
Periode Semester II Tahun 2017 dan Semester I Tahun 2018
Periode
No Unsur Pelayanan Semester II Semester I
2017 2018
1 Prosedur Pelayanan 3.160 3.310
2 Persyaratan Pelayanan 3.290 3.350
3 Kejelasan Petugas Pelayanan 3.310 3.330
4 Kedisiplinan Petugas Pelayanan 3.280 3.290
5 Tanggungjawab petugas pelayanan 3.310 3.420
6 Kemampuan petugas pelayanan 3.350 3.360
7 Kecepatan pelayanan 3.270 3.260
8 Keadilan mendapatkan pelayanan 3.480 3.720
9 Kesopanan dan keramahan petugas 3.320 3.250
10 Kewajaran biaya pelayanan 3.420 3.360
11 Kepastian biaya pelayanan 3.600 3.300
12 Kepastian jadwal pelayanan 3.360 3.320
13 Kenyamanan lingkungan 3.550 3.500
14 Keamanan pelayanan 3.500 3.500
Sumber : Laporan IKM Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan tahun 2017 – 2018

Universitas Sumatera Utara


14

Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa ada beberapa unsur pelayanan dari

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan yang mengalami penurunan dari

periode penilaian sebelumnya (Semester II tahun 2017 ke Semester I tahun 2018)

seperti unsur kesopanan dan keramahan petugas, kepastian jadwal pelayanan serta

kenyamanan lingkungan yang termasuk kepada kategori Standar Operasional

Prosedur (SOP) Pelayanan kemudian ada penurunan di unsur kewajaran biaya

pelayanan dan kepastian biaya pelayanan yang termasuk kepada kategori

Kebijakan Pemerintah dan unsur terakhir yang mengalami penurunan adalah

unsur kecepatan pelayanan yang termasuk kategori Teknologi Informasi dan

Komunikasi.

Periode Semester II Tahun 2018 Indeks Kepuasan Masyarakat BKP Kelas

II Medan mengalami perubahan unsur penilaian dari semula 14 unsur penilaian

menjadi 9 unsur penilaian yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.3
Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan
Semester II Tahun 2018
Periode
No Unsur Pelayanan
Semester II 2018
1 Persyaratan Pelayanan 3.330
2 Sistem, Mekanisme dan Prosedur 3.450
3 Waktu Penyelesaian 3.470
4 Biaya / Tarif 3.000
5 Produk Spesifikasi jenis pelayanan 3.790
6 Kompetensi Pelaksana 3.490
7 Perilaku Pelaksana 3.370
8 Sarana dan Prasarana 3.410
9 Penanganan pengaduan, saran dan keluhan 2.990
Sumber : Laporan IKM Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


15

Dengan skor nilai interval masing – masing sebagai berikut :

Tidak Baik =1

Kurang Baik = 2

Baik =3

Sangat Baik =4

Dari Tabel 1.3 terlihat hanya terdapat sembilan unsur penilaian yang

dilakukan yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dikarenakan

terdapat beberapa unsur yang digabung sehingga terjadi penurunan unsur

penilaian. Adapun unsur yang mempunyai nilai terendah yaitu unsur penanganan

pengaduan, saran dan keluhan yang dapat dikategorikan sebagai Standar

Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan memiliki nilai yang dapat dikatakan

kurang baik dan unsur biaya / tarif yang termasuk kategori Kebijakan Pemerintah.

Dengan melihat masih ada beberapa unsur yang mengalami penurunan dalam

Indeks Kepuasan Masyarakat tersebut harus dicari apa yang menjadi penyebab

penurunan unsur – unsur yang dimaksud dan dilakukan perbaikan pelayanan bagi

masyarakat pengguna jasa karantina. Melalui berbagai upaya yang

berkesinambungan serta terus menerus melakukan perbaikan layanan kepada

masyarakat diharapkan akandiperoleh kepuasan terhadap kinerja BKP Kelas II

Medan.

Dari Tabel 1.2 dan Tabel 1.3 dapat dilihat penurunan kepuasan masyarakat

pengguna jasa karantina pada BKP Kelas II Medan. Penurunan tersebut terlihat

pada unsur kesopanan dan keramahan petugas, kepastian jadwal pelayanan serta

kenyamanan lingkungan, kemudian unsur kewajaran biaya pelayanan dan

Universitas Sumatera Utara


16

kepastian biaya pelayanan dan unsur kecepatan pelayanan. Adanya fenomena

penurunan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat pada beberapa unsur tersebut

berupa penurunan di unsur Standar Operasional Prosedur, Teknologi Informasi

Komunikasi serta unsur Kebijakan Pemerintah yang turun dari tahun sebelumnya

membuat penulis tertarik untuk mengkaji mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Penurunan pada unsur – unsur tersebut tentu membuat penurunan kepuasan yang

dirasakan masyarakat terhadap kinerja Kantor Balai Karantina Pertanian Kelas II

Medan dan harus diketahui hal apa yang menjadikan penurunan nilai tersebut.

Dengan mengetahui penyebab penurunan tingkat kepuasan masyarakat terhadap

unsur – unsur tersebut diharapkan dapat dilakukan tindakan oleh Kantor BKP

Kelas II Medan dalam usaha untuk memperbaiki kinerja dan kepuasan masyarakat

terhadap kinerja BKP Kelas II Medan dapat meningkat.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul :“Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan,

Kebijakan Pemerintah dan Teknologi Informasi Komunikasi terhadap

Peningkatan Kepuasan Masyarakat pada Balai Karantina Pertanian Kelas II

Medan.”

1.2. Perumusan Masalah

Untuk menjawab permasalahan yang terjadi maka diajukan pertanyaan

penelitian sebagai berikut ini :

1) Apakah penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan dapat

meningkatkan kepuasan masyarakat pada Balai Karantina Pertanian Kelas II

Medan?

Universitas Sumatera Utara


17

2) Apakah penerapan Kebijakan Pemerintah dapat meningkatkan kepuasan

Masyarakat pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan?

3) Apakah penerapan Teknologi Informasi Komunikasi dapat meningkatkan

kepuasan Masyarakat pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

4) Apakah penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan,

Kebijakan Pemerintah dan Teknologi Informasi Komunikasi secara

bersama – sama dapat meningkatkan kepuasan kepada Masyarakat

Pengguna Jasa Karantina pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan?

5) Hal – hal apakah yang perlu ditingkatkan oleh Kantor Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan dalam memberikan kepuasan kepada Masyarakat

Pengguna Jasa Karantina?

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh Standar

Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan, Kebijakan Pemerintah dan Teknologi

Informasi dan Komunikasi terhadap kepuasan masyarakat, sedangkan tujuan

khusus penelitian adalah :

1) Mengetahui dan menganalis pengaruh parsial Standar Operasional Prosedur

(SOP) Pelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat Pengguna Jasa Karantina

pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

2) Mengetahui dan menganalis pengaruh parsial kebijakan pemerintah

berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Masyarakat Pengguna Jasa

Karantina pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

Universitas Sumatera Utara


18

3) Mengetahui dan menganalisis pengaruh parsial Teknologi Informasi

Komunikasi terhadap Kepuasan Masyarakat Pengguna JasaKarantina pada

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

4) Mengetahui dan menganalisis pengaruh simultan SOP Pelayanan, Kebijakan

Pemerintah dan Pengunaan Teknologi Informasi Komunikasi berpengaruh

secara serentak terhadap Kepuasan Masyarakat Pengguna Jasa Karantina

pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

5) Mengetahui dan menganalisis hal – hal apakah yang perlu ditingkatkan oleh

Kantor Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan dalam memberikan

kepuasan kepada masyarakat pengguna jasa karantina.

1.3.2. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian adalah peningkatan kepuasan masyarakat terhadap

pelayanan Balai Karantina Pertanian kelas II Medan dengan menerapkan Standar

Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan, Kebijakan Pemerintah dan Teknologi

Informasi dan Komunikasi.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini ada beberapa manfaat yang diharapkan, yaitu:

1. Bagi Instansi Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan

untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa pada Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan sehingga pengguna jasa memperoleh kepuasan dan

Universitas Sumatera Utara


19

juga dalam upaya mewujudkan pelayanan prima dan Birokrasi yang lebih

baik.

2. Bagi Peneliti

a) Dengan penelitian ini dapat diketahui dan dipahami variabel – variabel

yang dapat mempengaruhi Kepuasan Masyarakat Pengguna Jasa Karantina

terhadap pelayanan pada Balai Karantian Pertanian Kelas II Medan.

b) Dengan penelitian ini peneliti dapat menambah perbendaharaan

pengetahuan dalam membuat karya ilmiah dengan menerapkan teori - teori

yang diperoleh dalam perkuliahan di Program Studi Magister Manajemen

maupun dari literatur-literatur

c) Sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, juga dapat menambah ilmu

pengetahuan di bidang Manajemen Pemasaran.

3. Bagi Institusi Pendidikan (USU)

Sebagai menambah wacana penelitian bagi Program Studi Magister

Manajemen Universitas Sumatera Utara

4. Bagi khasanah ilmu pengetahuan

Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian

yang sama dimasa yang akan datang

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan

1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian adalah peningkatan kepuasan masyarakat terhadap

pelayanan Balai Karantina Pertanian kelas II Medan dengan menerapkan Standar

Universitas Sumatera Utara


20

Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan, Kebijakan Pemerintah dan Teknologi

Informasi dan Komunikasi.

1.5.2. Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi terhadap pengaruh Standar Operasional Prosedur

(SOP) Pelayanan, Kebijakan Pemerintah dan Teknologi Informasi dan

Komunikasi terhadap kepuasan masyarakat

1.6. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian ini adalah bahwa penerapan Standar Operasional

Prosedur (SOP) Pelayanan, Kebijakan Pemerintah dan Teknologi Informasi dan

Komunikasi dapat meningkatkan kepuasan masyarakat

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1.Telaah Teori

2.1.1. Pelayanan Publik

2.1.1.1. Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan publik tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang

menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan publik. Sebelum menjelaskan lebih

lanjut mengenai pelayanan publik, maka peneliti akan menguraikan terlebih

dahulu pengertian pelayanan publik. Pelayanan publik sering dilihat sebagai

representasi dari eksistensi birokrasi pemerintahan, karena hal itu bersentuhan

langsung dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Filosofi dari pelayanan publik

menempatkan rakyat sebagai subyek dalam penyelenggaraan pemerintahan

(Rachmadi, 2008).

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai segala kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak dasar setiap warga Negara dan

penduduk atas suatu barang, jasa, dan atau pelayanan administrasi yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik

(Saleh, 2010)

Menurut (Hayat, 2017), pelayanan publik adalah melayani kebutuhan yang

berkaitan dengan kepentingan publik yang merupakan pemberian layanan yang

diberikan kepada warga negara secara baik dan professional baik jasa, barang atau

administratif sebagai bagian dari keperluan masyarakat.

21

Universitas Sumatera Utara


22

Menurut (Dwiyanto, 2016) pelayanan publik adalah serangkaian aktivitas

yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga

pengguna. Pengguna yang dimaksudkan disini adalah warga negara yang

membutuhkan pelatanan publik, seperti pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP),

akta kelahiran, akta nikah, akta kematian, sertifikat tanah, izin usaha, Izin

Mendirikan Bangunan (IMB), izin gangguan (HO), izin mengambil air tanah,

berlangganan air minum, listrik dan sebagainya.

Berdasarkan Undang Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik yaitu Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan dalam rangka

pengaturan, pembinaan, bimbingan, penyediaan fasilitas, jasa dan lainnya yang

dilaksanakan oleh aparatur pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan

kepada masyarakat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Secara eksplisit, (Widodo, 2011) menjelaskan bahwa pelayanan publik

dapat dinyatakan sebagai segala sesuatu bentuk pelayanan sektor publik yang

dilaksanakan aparatur pemerintah dalam bentuk barang dan jasa, yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan perundangan yang berlaku. Dengan

kata lain, pelayanan publik merupakan pemberian layanan keperluan masyarakat

yang mempunyai kepentingan pada orang itu sesuai dengan aturan pokok dan tata

cara yang telah ditetapkan.

2.1.1.2. Standar Pelayanan Publik

Menurut (Wahyuni, 2006) standar pelayanan publik berfungsi untuk

memberikan arah bertindak bagi instansi penyedia pelayanan publik, di mana

dengan ditetapkannya suatu standar atas pelayanan publik, maka dapat

Universitas Sumatera Utara


23

mempermudah instansi penyedia pelayanan untuk menentukan strategi dan

prioritas.

Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004, standar pelayanan,

sekurang – kuranngya meliputi :

1) Prosedur Pelayanan

2) Waktu Penyelesaian

3) Biaya Pelayanan

4) Produk Pelayanan

5) Sarana dan Prasarana

6) Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Sinambela dkk (2013) mengemukakan asas-asas pelayanan publik

tercermin dari:

1). Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2). Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan perundang- undangan.

3) Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

4). Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


24

5). Kesamanan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama, ras, golongan,

gender dan status ekonomi.

6). Keseimbangan Hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban

masing- masing pihak.

Asas-asas penyelenggaraan pelayanan publik juga diatur dalam Pasal 4

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

1). Asas kepentingan umum,

2). Asas kepastian hukum,

3). Asas kesamaan hak,

4). Keseimbangan hak dan kewajiban,

5). Asas keprofesionalan,

6). Asas partisipasif,

7). Asas persamaan perlakuan/tidak deskriminatif,

8). Asas keterbukaan,

9). Asas akuntabilitas,

10). Asas fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan,

11).Asas ketepatan waktu,

12. Asas kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

2.1.1.3. Indikator Pelayanan Publik

Menurut Mahmudi (2012) indikator standar pelayanan publik sekurang-

kurangnya meliputi:

Universitas Sumatera Utara


25

1) Prosedur pelayanan meliputi prosedur pelayanan yang dibakukan bagi

pemberi dan penerima pelayanan termasuk prosedur pengaduan.

2) Waktu penyelesaian meliputi standar waktu penyelesaian pelayanan sejak saat

pengajuan permohonan sampai penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan

3). Biaya pelayanan meliputi standar biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya

yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

4) Produk pelayanan meliputi standar produk (hasil) pelayanan yang akan

diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5) Sarana pelayanan meliputi standar sarana pelayanan yang memadai oleh

penyelenggara pelayanan publik

6). Prasarana pelayanan meliputi prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan

teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.

7) Kompetensi petugas meliputi standar kompetensi berdasarkan pengetahuan,

keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan

Haryono (2018) menyatakan, dalam melaksanakan pelayanan yang baik

terdapat beberapa unsur pokok pelayanan, yaitu:

1) Kecepatan Pelayanan

a) Pelayanan yang benar, ramah, dan nyaman tidak ada artinya jika

pelayanan yang diberikan sangat lambat. Pelayanan yang lambat dapat

mengecewakan pelanggan.

b) Pelayanan dikatakan lambat jika lebih lama dari yang dijanjikan atau

lebih lambat dari rata – rata pelayanan yang diberikan perusahaan

pesaing.

Universitas Sumatera Utara


26

c) Pelayanan yang lambat terjadi karena karyawan kurang terampil,

mekanisme kerja yang tidak jelas, belum adanya kerjasama yang baik

antar sesama karyawan, kesadaran pelayanan yang kurang dari

karyawan, dan peralatan kerja yang kurang mendukung.

d) Pelayanan yang cepat dapat tercipta jika dikerjakan oleh karyawan yang

terampil dengan mekanisme kerja yang jelas dan didukung oleh sarana

yang cukup memadai.

2) Kenyamanan Pelayanan

a) Kenyamanan dalam pelayanan merupakan bagian dari produk yang

ditawarkan. Oleh karena itu, tingkat kenyamanan dalam pelayanan akan

menentukan pula tingkat kepuasan pelanggan.

b) Kenyamanan pelayanan dapat dirasakan pelanggan, baik di dalam maupun

di luar gedung perusahaan.

3) Keramahan Pelayanan

4) Kebenaran Pelayanan

Patton (2008) menyebutkan bahwa pelayanan yang terbaiklah yang dapat

membedakan kualitas pelayanan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

Diperlukan tiga paradigma pengikat yang menjadikan pelayanan biasa menjadi

istimewa, yaitu bagaimana memandang diri sendiri, bagaimana memandang orang

lain dan bagaimana memandang pekerjaan. Pelayanan sepenuh hati terletak pada

kesungguhan empat sikap 4P, yaitu Passionate (gairah), Progressive (progresif),

Proactive (Proaktif) dan Positive (Positif).

Universitas Sumatera Utara


27

Menurut kebijaksanaan Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman

Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik prinsip – prinsip pelayanan antara lain

kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung jawab,

kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan,

keramahan dan kenyamanan.

2.1.1.4. Kualitas Pelayanan Publik

Salah satu faktor yang menentukan kepuasan masyarakat adalah persepsi

mengenai kualitas pelayanan yang berfokus pada 5 elemen yang biasa dikenal

dengan istilah kualitas pelayanan “RATER” (responsiveness, assurance, tangible,

empathy dan reliability). Inti dari konsep kualitas pelayanan adalah menunjukkan

segala bentuk aktualisasi kegiatan pelayanan yang memuaskan orang-orang yang

menerima pelayanan sesuai dengan daya tanggap (responsiveness), menumbuhkan

adanya jaminan (assurance), menunjukkan bukti fisik (tangible) yang dapat

dilihat, menurut empati (empathy) dari orang-orang yang memberikan pelayanan

sesuai dengan kehandalannya (reliability) menjalankan tugas pelayanan yang

diberikan secara konsekuen untuk memuaskan penerima pelayanan.

Bentuk-bentuk aplikasi kualitas pelayanan berdasarkan konsep “RATER”

yang dikemukakan oleh (Zeethari & Patasuraman, 2010) adalah sebagai berikut:

1) Ketanggapan (Responsiveness), suatu kebijakan untuk membantu dan

memberikan pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat kepada pelanggan,

dengan penyampaian informasi yang jelas.

2) Jaminan dan Kepastian (Assurance),

Universitas Sumatera Utara


28

Setiap bentuk pelayanan memerlukan adanya kepastian atas pelayanan yang

diberikan. Jaminan atas pelayanan yang diberikan oleh pegawai sangat

ditentukan oleh performance atau kinerja pelayanan, sehingga diyakini bahwa

pegawai tersebut mampu memberikan pelayanan yang handal, mandiri dan

profesional yang berdampak pada kepuasan pelayanan yang diterima.

3) Bukti fisik (Tangible), berupa kemampuan suatu perusahaan dalam

menunjukkan eksistensinya kepada pihak lain. Hal ini meliputi fasilitas fisik,

perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan

pegawainya.

4) Perhatian (Empathy)

Empati dalam suatu pelayanan adalah adanya suatu perhatian, keseriusan,

simpatik, pengertian dan keterlibatan pihak – pihak yang berkepentingan

dengan pelayanan untuk mengembangkan dan melakukan aktivitas pelayanan

sesuai dengan tingkat pengertian dan pemahaman dari masing-masing pihak

tersebut. Pihak yang memberi pelayanan harus memiliki empati memahami

masalah dari pihak yang ingin dilayani.

5) Keandalan (Realibility),

Setiap pelayanan memerlukan bentuk pelayanan yang handal, artinya dalam

memberikan pelayanan, setiap pegawai diharapkan memiliki kemampuan

dalam pengetahuan, keahlian, kemandirian, penguasaan dan profesionalisme

kerja yang tinggi, sehingga aktivitas kerja yang dikerjakan menghasilkan

bentuk pelayanan yang memuaskan, tanpa ada keluhan dan kesan yang

berlebihan atas pelayanan yang diterima oleh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


29

Menurut Zeethari & Patasuraman (2010) hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah:

1. Menentukan pelayanan publik yang disediakan, apa saja jenis dan macamnya

2. Memperlakukan pengguna pelayanan sebagai customers

3. Berusaha memuaskan pengguna pelayanan sesuai dengan yang diinginkannya

4. Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan berkualitas

5. Menyediakan cara – cara bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan lain

Mengacu kepada penjelasan tersebut di atas, pelayanan dan Birokrasi

publik harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif,

sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, responsive dan adaptif serta sekaligus

dapat membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu

dan masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri.

2.1.1.5. Tujuan Pelayanan Publik

Tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat,

maka untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan yang tercermin

dari:

a) Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat di

akses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai

serta mudah di mengerti.

b) Akuntabilitas, yakni pelayan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara


30

c) Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan

pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip

efesiensi dan efektivitas.

d) Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat

dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan, dan harapan masyarakat.

e) Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat

dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan

lain-lain.

f) Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan

aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Ada beberapa hal yang perlu dipahami terlebih dahulu bila ingin sukses

memberikan pelayanan yaitu berupa karakteristik tentang pelayanan itu sendiri,

antara lain:

1) Pelayanan sifatnya tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya

dengan barang jadi.

2) Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan

pengaruh yang sifatnya adalah tindak sosial.

3) Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata,

karena pada umumnya kejadian keduanya terjadi secara bersamaan dan di

tempat yang sama.

Universitas Sumatera Utara


31

2.1.2. Kepuasan Masyarakat

2.1.2.1. Pengertian Kepuasan Masyarakat

Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin “satis” (artinya

cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat) sehingga kepuasan

(satisfaction) bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat

sesuatu memadai” (Tjiptono, 2014).

Kepuasan merupakan respon terhadap evaluasi persepsi atas perbedaan

antara harapan awal sebelum pembelian (atau standar kinerja lainnya) dan kinerja

aktual produk sebagaimana dipersepsikan setelah memakai atau mengkonsumsi

produk bersangkutan. Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya (Kotler, 2014).

Kepuasan masyarakat merupakan respon terhadap kinerja organisasi

publik yang dipersepsikan sebelumnya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari

perbedaan antara kinerja yang dirasakan (perceived performance) dan harapan

(expectation) masyarakat bisa mengalami salah satu dari tiga tingkat kepuasan

yang umum.

Kepuasan masyarakat terhadap organisasi publik sangat penting karena

adanya hubungan kepercayaan masyarakat. Menurut Pasolong (2010), “Semakin

baik pemerintahan dan kualitas pelayanan yang diberikan, maka semakin tinggi

kepercayaan masyarakat (high trust)”. Kepercayaan masyarakat akan semakin

tinggi apabila masyarakat mendapatkan pelayanan yang baik dan merasa

terpuaskan akan pelayanan tersebut

Universitas Sumatera Utara


32

2.1.2.2. Indeks Kepuasan Masyarakat

Kepuasan masyarakat terhadap kinerja pelayanan pemerintah perlu untuk

terus diukur dan dibandingkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mengukur kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah adalah dengan

menggunakan Indeks Kepuasan Masyarakat. Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara (KEPMENPAN) Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Pedoman

Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi

Pemerintah menyebutkan Indeks Kepuasan Masyarakat adalah tingkat kepuasan

masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif

atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur

penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan

kebutuhannya.

2.1.2.3. Sasaran Indeks Kepuasan Masyarakat

Menurut KEPMENPAN Nomor 25 tahun 2004 tentang Pedoman Umum

Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat, “Indeks kepuasan masyarakat

ditujukan sebagai penataan sistem, mekanisme dan prosedur pelayanan sehingga

pelayanan dapat dilaksanakan secara lebih berkualitas, berdaya guna dan berhasil

guna”. Selain itu, sasaran lainnya dari Indeks Kepuasan Masyarakat adalah

tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam upaya

peningkatan kualitas pelayanan publik.

Menurut KEPMENPAN Nomor 25 tahun 2004 tentang Pedoman Umum

Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat, tujuan dari Indeks Kepuasan

Masyarakat adalah “Untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara

Universitas Sumatera Utara


33

berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan

kualitas pelayanan publik selanjutnya”. Sedangkan bagi masyarakat, Indeks

Kepuasan Masyarakat dapat digunakan sebagai gambaran tentang kinerja

pelayanan unit yang bersangkutan.

2.1.2.4. Manfaat Indeks Kepuasan Masyarakat

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

(KEPMENPAN) Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan

Indeks Kepuasan Masyarakat, dengan tersedianya data Indeks Kepuasan

Masyarakat (IKM) secara periodik, dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1). Diketahui kelemahan atau kekurangan dari masing-masing unsur dalam

penyelenggaraan pelayanan publik

2) Diketahui kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh

unit pelayanan publik secara periodik

3) Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya yang perlu

dilakukan

4). Diketahui indeks kepuasan masyarakat secara menyeluruh terhadap hasil

pelaksanaan pelayanan publik pada lingkup pemerintah pusat dan daerah

5) Memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara pelayanan pada lingkup

pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan

6) Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang kinerja unit pelayanan

Menurut Supranto & Limakrisna (2010), terdapat beberapa strategi dan

perangkat yang diharapkan dapat mendukung tujuan dan rencana yang didasarkan

Universitas Sumatera Utara


34

pada pemahaman kendala dan manfaat para pelanggan untuk berpartisipasi, antara

lain :

a. Memfasilitasi dan memudahkan pelaporan dengan memperluas kemampuan

dan pilihan pelaporan secara elektronik, seperti menjawab survey yang

berulang melalui peralatan elektronik.

b. Menggunakan pendekatan yang terpusat pada responden dalam pengumpulan

data untuk membagi tingkat partisipasi dan memudahkan respon

c. Menyelaraskan prosedur pengumpulan data dengan praktik pencatatan rumah

tangga dan bisnis untuk mendorong partisipasi

d. Memanfaatkan informasi dari pemerintah federal, negara dan sector swasta

untuk mengurangi kebutuhan data yang terlalu banyak.

Salah satu peran penting yang dapat dijalankan pemasaran dalam

meningkatkan kepuasan pelanggan adalah memberi pelanggan input dan umpan

balik. Pemasar yang dekat dengan pelanggan dapat memberikan wawasan atas

harapan pelanggan. Apa yang mereka sukai, harapkan, dan butuhkan bagi mereka

yang merancang program dan system, mengukur dan melaporkan kepuasan atau

ketidakpuasan pelanggan terhadap kinerja. Kemudian membuat rekomendasi atas

bidang mana saja yang harus difokuskan dan diterapkan strategi pengembangan.

Perlu dilakukan Importance and Performance analysis yaitu suatu analisis yang

hasilnya dapat menunjukkan kepada pimpinan karakteristik / atribut apa saja dari

barang dan jasa yang dianggap penting oleh pelanggan tetapi kurang mendapatkan

perhatian dari pimpinan dan kinerja kurang baik apa sehingga mengecewakan atau

membuat tidak puas para pelanggan. Salah satu perangkat utama yang harus

Universitas Sumatera Utara


35

diadopsi organisasi sektor publik untuk mengukur dan menelusuri kepuasan

pelanggan adalah dengan melakukan survey periodik. Dengan menggunakan

hasil dari survey ini, para pimpinan mendapatkan perspektif tentang bagaimana

warga memandang dan mengalami pelayanan mereka.

Menurut (Supranto & Limakrisna, 2010) dengan mengasumsikan bahwa

instansi pemerintah memiliki ruangan untuk meningkatkan bidang pelayanan

pelanggan maka segala sunber daya perlu dilakukan penyesuaian. Adapun tujuan

dengan melakukan peningkatan kepuasan pelanggan antara lain :

1) Meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan dapat meningkatkan

pendapatan

2) Meningkatkan pelayanan dan kepuasan dapat mendukung keperluan

pembiayaan masa depan

3) Meningkatkan pelayanan dan kepuasan dapat meningkatkan efisiensi

operasional

4) Meningkatkan pelayanan dan kepuasan dapat meningkatkan ukuran kinerja

Ukuran kepuasan masyarakat adalah berdasarkan apa yang dirasakan oleh

masyarakat, yaitu sebagai penerima layanan di unit pelayanan pemerintah.

Setidaknya terdapat sepuluh ukuran atau unsur yang dipakai masyarakat dalam

menilai kepuasan pelayanan di instansi pemerintah (Semil N. S., 2018). Dari

sepuluh unsur yang berkaitan dengan persepsi masyarakat atas pelayanan unit

pelayanan pemerintah, ada delapan unsur yang sering memuaskan masyarakat dan

dua unsur lainnya masih dikeluhkan / belum memuaskan masyarakat yang

dilayani.

Universitas Sumatera Utara


36

Unsur unsur yang membuat kepuasan masyarakat yang dilayani antara lain

adalah :

a) Keramahan petugas

b) Ketepatan waktu penyelesaian

c) Biaya pelayanan

d) Kenyamanan

e) Kecepatan pelayanan

f) Keadilan dalam pelayanan

g) Kejelasan petugas

h) Jadwal pelayanan

Sedangkan unsur yang tidak memuaskan masyarakat yang dilayani antara

lain

a) Kemudahan proses

b) Kejelasan informasi

2.1.2.5. Indikator Kepuasan Masyarakat

Menurut Kotler (2014), kepuasan masyarakat memiliki beberapa indikator

utama seperti :

1. Terpenuhinya harapan publik

Publik merasa puas akan terpenuhinya keinginan dan kebutuhan dari suatu

produk barang atau jasa.

2. Adanya keinginan menggunakan jasa pelayanan pemerintah

Sikap merupakan kecenderungan yang dipelajari, ini berarti bahwa sikap yang

berkaitan dengan perilaku membeli terbentuk sebagai hasil dari pengalaman

Universitas Sumatera Utara


37

langsung mengenai produk, informasi secara lisan yang diperoleh dari orang

lain atau terpapar oleh iklan di media masa, internet dan berbagai bentuk

pemasaran langsung

3. Merekomendasikan kepada pihak lain

Publik akan selalu merekombenasikan hasil pengalamanya kepada orang lain

atas apa yang diperoleh dari pelayanan yang ditawarkan lembaga atau instansi

pemerintah.

4. Kualitas layanan

Kualitas pelayanan dapat diwujudkan melalui pemenuhan dan keingianan

konsumen serta ketepatan menyampaikan untuk mengimbangi harapan

konsumen.

5. Loyalitas

Konsumen memiliki berbagai alasan untuk tidak mengembangkan loyalitas

terhadap produk atau jasa tertentu, yang mampu memberikan manfaat atau

harapan mereka terpenuhi.

2.1.3 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan

2.1.3.1. Pengertian Standar Operasional (SOP) Pelayanan

Secara konseptual, Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan

bentuk konkret dari penerapan prinsip manajemen kualitas yang diaplikasikan

untuk suatu organisasi. Laksmi & Budiantoro (2008) mengemukakan bahwa

SOP merupakan dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara

kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk

memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan biaya

Universitas Sumatera Utara


38

serendah – rendahnya. SOP biasanya terdiri dari manfaat, kapan dibuat atau

direvisi, metode penulisan prosedur, serta dilengkapi oleh bagan flowchart di

bagian akhir.

Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011, bahwa SOP

adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi

tahap dan sistematis. SOP memuat serangkaian instruksi secara tertulis tentang

kegiatan rutin atau berulang – ulang yang dilakukan oleh sebuah organisasi.

Untuk itu SOP juga dilengkapi dengan referensi, lampiran, formulir, diagram dan

alur kerja (flowchart)

Tambunan (2013) mengemukakan bahwa SOP merupakan “Pedoman yang

berisi prosedur – prosedur operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi

yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap keputusan, langkah atau tindakan

dan penggunaan fasilitas pemrosesan yang dilaksanakan oleh orang-orang di

dalam suatu organisasi telah berjalan secara efektif, konsisten, standar dan

sistematis”.

Insani (2010) mengemukakan bahwa SOP adalah dokumen yang berisi

serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses

penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan,

waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang berperan dalam

kegiatan.

Atmoko (2011) mengemukakan bahwa “SOP adalah pedoman atau acuan

untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian

Universitas Sumatera Utara


39

kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif

dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit

kerja yang bersangkutan”.

Berdasarkan uraian di atas SOP merupakan gambaran langkah –langkah

kerja (sistem, mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam

pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan instansi pemerintah. SOP sebagai

suatu dokumen / instrumen memuat tentang proses dan prosedur suatu kegiatan

yang bersifat efektif dan efisisen berdasarkan suatu standar yang sudah baku.

Pengembangan instrumen manajemen tersebut dimaksudkan untuk memastikan

bahwa proses pelayanan di seluruh unit kerja dapat terkendali dan dapat berjalan

sesuai dengan standarisasi yang berlaku.

2.1.3.2. Manfaat Standar Operasional (SOP) Pelayanan

Beberapa manfaat dari Standar Operasional Prosedur (SOP) menurut

Tambunan (2019) adalah :

1. Standarisasi proses dan hasil dalam penyelesaian suatu pekerjaan

2. Meminimalisasi tingkat kesalahan yang mungkin dilakukan dalam

melaksanakan atau menyelesaikan pekerjaan

3. Mendukung pencapaian efisiensi dan efektivitas dari pelaksanaan pekerjaan

4. Mendukung tanggung jawab moral individual dalam melakukan pekerjaan

5. Mendukung terciptanya kesesuaian pekerjaan, antara yang direncanakan

dengan realisasi

6. Memberikan informasi yang penting akan perlunya kualifikasi kompetensi

yang wajib dimiliki seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya

Universitas Sumatera Utara


40

7. Terciptanya ukuran kualitas dari suatu pekerjaan, sehingga dimungkinkan

untuk melakukan koreksi atau perbaikan sehingga tercapai ukuran / standar

yang diharapkan.

Sedangkan fungsi dari SOP secara umum adalah :

a) Melancarkan berbagai tugas dari masing – masing individu / pegawai di

dalam organisasi pemerintahan

b) Sebagai landasan hukum dalam mengantisipasi terjadinya penyimpangan

yang tidak diinginkan

c) Membantu dalam mengidentifikasi berbagai hambatan – hambatan dalam

pelaksanaan pekerjaan

d) Mendisiplinkan semua pegawai dalam melakukan pekerjaan

e) Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan yang bersifat rutinitas

f) Memudahkan dan menjelaskan proses suatu kegiatan oleh semua pihak yang

berkepentingan di dalam organisasi

2.1.3.3. Tujuan Standar Operasional Prosedur

Menurut Puji (2014) tujuan SOP antara lain adalah sebagai berikut:

1. Menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan

kemana petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau

pekerjaan tertentu.

2. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, dan

supervisor.

Universitas Sumatera Utara


41

3. Menghindari kegagalan atau kesalahan dengan demikian menghindari dan

mengurangi konflik, keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam proses

pelaksanaan kegiatan.

4. Parameter untuk menilai mutu pelayanan.

5. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan

efektif.

6. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas

yang terkait.

7. Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses

kerja bila terjadi suatu kesalahan atau dugaan praktik dan kesalahan

administratif lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas.

2.1.3.4. Indikator Standar Operasional Procedur (SOP)

Menurut Tambunan (2013), indikator Standar Operasional Procedur (SOP)

adalah :

1. Efektifitas

Efektifitas yang dimaksudkan dalam hal ini adalah meliputi tingkat

pemahaman pegawai terhadap SOP, kejelasan maksud dan tujuan SOP,

optimalisasi penerapan SOP, upaya meminimalkan tingkat kesalahan

2. Efisiensi

Hal ini meliputi kemudahan melaksanakan kerja, sistematika penyusunan

SOP dan rincian substansi SOP.

Universitas Sumatera Utara


42

3. Standarisasi

Hal ini meliputi kelengkapan prosedur kerja, dan kesesuaian SOP dengan

standar umum yang ditetapkan.

4. Konsistensi

Hal ini meliputi kesesuaian SOP dengan hasil pelaksanaan, tingkat

objektifitas SOP dan kesesuaian antara struktur organisasi dengan proses

pelaksanaan SOP.

Menurut Insani (2010) indikator Standar Operasional Procedur (SOP)

antara lain adalah sebagai berikut :

1). Analisis sistem dan prosedur kerja

Analisis sistem dan prosedur kerja adalah kegiatan mengidentifikasikan

fungsi-fungsi utama dalam suatu pekerjaan, dan langkah-langkah yang

diperlukan dalam melaksanakan fungsi sistem dan prosedur kerja.

2). Analisis tugas

Analisis tugas merupakan proses manajemen yang merupakan penelaahan

yang mendalam dan teratur terhadap suatu pekerjaan, karena itu analisa tugas

diperlukan dalam setiap perencanaan dan perbaikan organisasi.

3). Deskripsi tugas

Merupakan garis besar data informasi yang dihimpun dari analisa tugas,

disajikan dalam bentuk terorganisasi yang mengidentifikasikan dan

menjelaskan isi tugas atau jabatan tertentu.

4). Spesifikasi tugas berisi catatan-catatan terperinci mengenai kemampuan

pekerja untuk tugas spesifik

Universitas Sumatera Utara


43

5). Penilaian tugas, berupa prosedur penggolongan dan penentuan kualitas tugas

untuk menetapkan serangkaian nilai moneter untuk setiap tugas spesifik dalam

hubungannya dengan tugas lain

6). Pengukuran kerja dan penentuan standar tugas merupakan prosedur penetapan

waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas dan menetapkan

ukuran yang dipergunakan untuk menghitung tingkat pelaksanaan pekerjaan.

7). Pengevaluasian tugas-tugas ini dapat dibakukan, sehingga dapat dibuat

pelaksanaan tugas yang baku.

2.1.3.5. Prinsip Kerja Standar Operasional Prosedur (SOP)

Dalam penyusunan suatu Standar Opersional Prosedur (SOP), terdapat

beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu :

1) Prosedur kerja harus sederhana sehingga mengurangi beban pengawasan

2) Spesialisasi harus dipergunakan sebaik-baiknya

3) Pencegahan penulisan, gerakan dan usaha yang tidak perlu

4) Berusaha mendapatkan arus pekerjaan yang sebaik-baiknya

5) Mencegah kekembaran (duplikasi) pekerjaan

6) Harus ada pengecualian yang seminimun-minimunya terhadap peraturan

7) Mencegah adanya pemeriksaan yang tidak perlu

8) Prosedur harus fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi yang berubah

9) Pembagian tugas tepat

10) Memberikan pengawasan yang terus menerus atas pekerjaan yang dilakukan

11) Penggunaan urutan pelaksanaan pekerjaaan yang sebaik-baiknya

Universitas Sumatera Utara


44

12) Tiap pekerjaan yang diselesaikan harus memajukan pekerjaan dengan

memperhatikan tujuan

13) Pekerjaan tata usaha harus diselenggarakan sampai yang minimum

14) Menggunakan prinsip pengecualian dengan sebaik-baiknya

Analisis terhadap prosedur kerja akan menghasilkan suatu diagram alur

(flow chart) dari aktivitas organisasi dan menentukan hal – hal kritis yang akan

mempengaruhi keberhasilan organisasi. Aktivitas – aktivitas kritis ini perlu

didokumentasikan dalam bentuk prosedur – prosedur dan selanjutnya memastikan

bahwa fungsi – fungsi dan aktivitas itu dikendalikan oleh prosedur – prosedur

kerja yang telah terstandarisasi. SOP yang merupakan pedoman atau petunjuk

prosedural dalam proses pelaksanaan tugas – tugas sehingga memberikan hasil

yang lebih efektif. Oleh karena itu SOP sebaiknya harus sudah dirancang dan

disusun sebelum suatu pekerjaan dilaksanakan, misalnya SOP di bidang

pelayanan publik sudah tersusun dengan baik sebelum dilaksanakan kegiatan

publik kepada masyarakat.

Kemampuan menyusun SOP didapatkan dari pengalaman mengikuti

pelatihan ISO. SOP yang memuat perincian tugas atau kegiatan yang dilakukan

ataupun yang menjadi tugas masing–masing pegawai dalam memberikan

pelayanan dapat dijadikan arahan bagi pegawai untuk mematuhi aturan tersebut.

Selanjutnya dilakukan evaluasi, misalnya mengenai waktu pelayanan perizinan

yang tidak sesuai dengan yang telah dijadwalkan. Kemudian dicari tahu

kendalanya, jika memang waktunya terlalu singkat maka akan diubah untuk

Universitas Sumatera Utara


45

diperpanjang sepanjang tidak melebihi standar waktu yang ditetapkan dalam

pemberian izin pelayanan. (Semil N. S., 2018).

SOP yang telah disusun dan yang telah digunakan dalam mendukung

pelaksanaan tugas–tugas akan dapat digunakan untuk menilai suatu hasil

pekerjaan apakah sudah sesuai atau belum berdasarkan standar yang telah

ditetapkan. SOP juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengoreksi kesalahan –

kesalahan yang mungkin terjadi seslama proses pelaksanaan kegiatan. Kinerja

yang salah / buruk diperbaiki kembali alurnya sesuai dengan standar operasional

prosedur. Salah satu contoh SOP yang perlu dibuat oleh sebuah organisasi atau

perusahaan adalah SOP untuk bagian customer service atau SOP untuk bidang

layanan pelanggan. Bidang kerja yang satu ini merupakan salah satu ujung

tombak sebuah perusahaan karena bidang ini berhadapan langsung dengan

pelanggan yang merupakan salah satu bidang paling penting yang memungkinkan

sebuah perusahaan dapat terus berjalan.

2.1.4 Kebijakan Pemerintah

2.1.4.1. Pengertian Kebijakan Pemerintah (Publik)

Kebijakan pemerintah adalah sebuah instrumen pemerintah, bukan saja

dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula

governance yang menyentuh pengelolaan sumberdaya publik. Menurut Bridgman

dalam Suharto (2012), bahwa kebijakan publik pada umumnya mengandung

pengertian mengenai ‘whatever government choose to do or not to do”. Artinya,

kebijakan publik adalah ‘apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan

Universitas Sumatera Utara


46

atau tidak dilakukan. Dengan kata lain, kebijakan pemerintah adalah seperangkat

tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu.

Nugroho (2010) merumuskan definisi kebijakan publik sebagai keputusan

yang dibuat negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan

tujuan negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalah strategi untuk

mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi,

untuk menuju pada masyarakat yang dicita-citakan.

2.1.4.2. Jenis-jenis Kebijakan Publik

Anderson dalam Suharno (2010) menyampaikan jenis jenis kebijakan

publik sebagai berikut:

1. Kebijakan substantif versus kebijakan prosedural

Kebijakan substantif yaitu kebijakan yang menyangkut apa yang akan

dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan kebijakan prosedural adalah

bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dijalankan.

2. Kebijakan distributif versus kebijakan regulatori versus kebijakan

redistributif: Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau

kemanfaatan pada masyarakat atau individu. Kebijakan regulatori merupakan

kebijakan yang berupa pembatasan atau pelarangan terhadap perilaku individu

atau kelompok masyarakat.

3. Kebijakan material versus kebijakan simbolik. Kebijakan material adalah

kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya yang lengkap pada

kelompok sasaran. Sedangkan, kebijakan simbolis adalah kebijakan yang

memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran.

Universitas Sumatera Utara


47

4. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum (public goods) dan barang

pribadi (private goods). Kebijakan public goods adalah kebijakan yang

mengatur pemberian barang atau pelayanan publik. Kebijakan private goods

adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untuk

pasar bebas.

2.1.4.3. Proses Kebijakan Publik

Michael Howlet dan M. Ramesh seperti yang dikutip Subarsono (2013)

menyatakan bahwa proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan yakni sebagai

berikut:

1) Penyusunan agenda (agenda setting), yakni suatu proses agar suatu masalah

bisa mendapat perhatian dari pemerintah.

2) Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni proses perumusan pilihan-

pilihan kebijakan oleh pemerintah

3) Pembuatan kebijakan (decision making), yakni proses ketika pemerintah

memilih untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu

tindakan.

4) Implementasi kebijakan (policy implementation), yaitu proses untuk

melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.

5) Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni proses untuk memonitor dan

menilai hasil atau kinerja kebijakan.

Universitas Sumatera Utara


48

2.1.4.4. Indikator Kebijakan Publik

Menurut Suharno (2010), indikator yang melekat pada kebijakan publik

antara lain adalah:

1. Lebih mengarah kepada kepentingan publik

Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan

daripada sebagai perilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.

2. Keputusan tidak berdiri sendiri

Kebijakan pada hakekatnya terdiri atas tindakan – tindakan yang saling berkait

dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat –

pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan yang berdiri sendiri.

3. Kebijakan terkait realisasi pemerintah

Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan pemerintah

dalam bidang tertentu.

4. Ada intervensi pemerintah

Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, mungkin pula negatif,

kemungkinan meliputi keputusan – keputusan pejabat pemerintah untuk tidak

bertindak atau tidak melakukan tindakan apapun dalam masalah-masalah

dimana justru campur tangan pemerintah diperlukan.

2.1.5. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2.1.5.1. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi

Sutabri (2014) mengemukakan bahwa teknologi informasi adalah suatu

teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses,

mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara

Universitas Sumatera Utara


49

untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,

akurat dan tepat waktu, yang digunakan keperluan pribadi, bisnis, dan

pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan

keputusan.

Menurut Mulyadi (2014) teknologi informasi adalah mencakup komputer

(baik perangkat keras dan perangkat lunak), berbagai peralatan kantor elektronik,

perlengkapan pabrik dan telekomunikasi. Teknologi informasi adalah studi

penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan,

menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata,

bilangan, dan gambar.

Rusman (2011) mendefinisikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)

sebagai sebuah media atau alat bantu dalam memperoleh pengetahuan antara

seseorang kepada orang lain. Lebih lanjut lagi Kementerian Riset dan Teknologi

menyebutkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai bagian

dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang secara umum adalah semua

teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan,

penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.

2.1.5.2. Komponen Teknologi Informasi dan Komunikasi

Asmani (2011) mengemukakan ada beberapa komponen utama teknologi

informasi dan komunikasi yakni :

Universitas Sumatera Utara


50

1) Komputer (sistem komputer)

Komputer meliputi perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software),

dan alat penyimpanan (storage). Sistem 14 komputer terdiri dari komputer,

software, informasi, pemrograman, manusia, dan komunikasi.

2) Komunikasi

Beberapa fasilitas komunikasi yang sering digunakan diantaranya adalah

modem, multiplexer, concentrator, pemroses depan, bridge, gateway, dan

network card.

3) Keterampilan Penggunaan

Semua kemajuan dan perkembangan teknologi yang ada akan sia-sia apabila

sumber daya manusia yang ada tidak mampu menguasainya.

2.1.5.3. Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi

Menurut Sutarman (2010), ada empat indikator teknologi informasi dan

komunikasi yakni :

1. Kecepatan kerja

Komputer dengan teknologi inforemasi dan komunikasi dapat mengerjakan

sesuatu perhitungan yang komleks dalam hitungan detik, sangat cepat, jauh

lebih cepat dari yang dapat dikerjakan oleh manusia.

2. Konsistensi hasil capaian kerja

Hasil pengolahan lebih konsisten tidak berubah-ubah karena formatnya

(bentuknya) sudah standar, walaupun dilakukan berulang kali, sedangkan

manusia sulit menghasilkan yang persis sama.

3. Ketepatan hasil

Universitas Sumatera Utara


51

Komputer tidak hanya cepat, tetapi juga lebih akurat dan tepat (presisi).

Komputer dapat mendeteksi suatu perbedaan yang sangat kecil, yang tidak

dapat dilihat dengan kemampuan manusia, dan juga dapat melakukan

perhitungan yang sulit.

4. Keandalan (Reliability)

Apa yang dihasilkan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan dilakukan

oleh manusia. Kesalahan yang terjadi lebih kecil kemungkinannya jika

menggunakan computer

2.1.5.4. Manfaat Teknologi Informasi Komunikasi

Menurut Rahadi (2007) kemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

tersebut dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu :

1. Kemanfaatan dengan estimasi satu faktor yang meliputi dimensi :

a) Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier)

b) Bermanfaat (usefull)

c) Menambah produktifitas (Increase productivity)

d) Mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness)

e) Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance)

2. Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor (kemanfaatan dan efektifitas).

Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor dibagi menjadi dua kategori lagi

yaitu kemanfaatan dan efektifitas, dengan dimensi masing – masing yang

dikelompokkan sebagai berikut:

a) Kemanfaatan meliputi dimensi :

1) Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier)

Universitas Sumatera Utara


52

2) Bermanfaat (usefull)

3) Menambah produktifitas (Increase productivity).

b) Efektifitas meliputi dimensi

1) Mempertinggi efektifitas (enchance my effectiveness)

2) Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve my job performance).

Dalam pembangunan, pengembangan dan penerapan teknologi informasi di

Instansi Pemerintah didasarkan pada beberapa asas-asas berikut ini:

1) Asas keterpaduan / Sinergi.

Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus mampu

mengintegrasikan semua informasi yang tersedia di pemerintahan daerah

secara efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan. Pembakuan

data dan informasi yang dibutuhkan antar instansi sangat diperlukan untuk

dapat memenuhi asas keterpaduan ini.

2) Asas Peningkatan Kualitas SDM.

Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus diupayakan untuk

dapat memperkuat dan meningkatkan kualitas SDM lokal, baik secara

internal yaitu dilingkungan pegawai pemerintah daerah ataupun secara

eksternal dilingkungan masyarakat lokal.

3) Asas Manfaat / Dayaguna.

Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus diupayakan untuk

lebih efisien dan ekonomis serta berdayaguna tinggi. Sistem harus mampu

untuk menyajikan informasi yang dibutuhkan secara cepat, akurat dan tepat

waktu sehingga dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan.

Universitas Sumatera Utara


53

4) Asas Keamanan Dan Kehandalan.

Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus dijamin

kehandalannya sehingga mampu untuk selalu siap pakai sesuai dengan

tingkat pelayanan yang dibutuhkan, serta terjamin tingkat keamanan dan

kerahasiaan data sesuai dengan hukum dan perundang – undangan yang

berlaku.

5) Asas Legalitas.

Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus taat hukum, dalam

hal ini harus menghormati hak – hak kekayaan intelektual (HaKI), copyright

serta hak-hak lain yang diakui secara hukum dan perundang-undangan yang

berlaku.

6) Asas Kesetaraan Hak Akses.

Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus mampu menjamin

dan menyediakan kesetaraan hak akses terhadap informasi pemerintahan

yang bersifat terbuka untuk umum. Hal ini dimaksudkan untuk sedapat

mungkin menghindarkan timbulnya kesenjangan digital pada daerah –

daerah atau masyarakat tertentu.

7) Asas Fleksibilitas.

Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus dilakukan secara

modular dan berkelanjutan (incremental development) untuk menjamin

tingkat fleksibilitas sistem terhadap perubahan-perubahan yang berlangsung

baik di internal pemerintahan ataupun perubahan eksternal.

8) Asas Open System, Open Source dan Legal software.

Universitas Sumatera Utara


54

Pembangunan dan penerapan teknologi informasi dilakukan dengan

menggunakan standar open system, sehingga memungkinkan untuk

memadukan antar beberapa teknologi yang tersedia saat ini secara lebih

efisien. Pemerintah juga didorong untuk sedapat mungkin menggunakan

aplikasi – aplikasi open source sehingga dapat meningkatkan tingkat

efisiensi, nilai ekonomis pada investasi, dan menghindari ketergantungan

absolute pada salah satu pihak. (Wibisono, 2016)

2.2. Telaah Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan hasil penelaahan dari beberapa penelitian

terdahulu dengan variabel penelitian, waktu dan tempat penelitian yang berbeda.

Damapoli (2014) menyatakan dalam penelitiannya bahwa implementasi kebijakan

pemerintah kota Mobagu di Kecamatan Kotamobagu Selatan dalam pelayanan

kesehatan belum dapat dilaksanakan secara maksimal disebabkan keterbatasan

sumber daya yang dimiliki dan sifat pelayanan yang hanya pelayanan dasar

sedangkan untuk pelayanan lanjutan tidak dilayani.

Wulan & Mustam (2014) dalam jurnalnya menyatakan masih terdapat

kekurangan dalam keandalan SOP yang dirasakan masih berbelit – belit

disebabkan karena banyak persyaratan dan banyak tahapan yang harus dipenuhi

oleh masyarakat. Selain itu pegawai kantor Pertanahan Kota Semarang dinilai

masih kurang cermat dalam memeriksa berkas pemohon yang menyebabkan

pelayanan terhambat. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang sudah pernah

dilakukan yang dapat digunakan sebagai bahan pembanding, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


55

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu


No Nama / Topik Variabel Variabel Hasil Penelitian
Tahun Independen Dependen
Penelitian
1 Tanjung Pengaruh Penerapan Standar Kepuasan SOP tidak memberi
(2017) Standar Operasional Operasional Pelayanan pengaruh terhadap
Prosedur terhadap Prosedur, Sistem peningkatan kepuasan di
Kepuasan Pelayanan Pelayanan Intern PPN Sibolga. Tidak semua
dan Kompetensi kegiatan yang ada di PPN
di Pelabuhan
SDM Sibolga dipandu oleh SOP,
Perikanan Nusantara
atau hanya sebagian kegiatan
Sibolga
saja seperti administrasi,
Provinsi Sumatera pengurusan surat, dll, dan
Utara sebagaian kegiatan lainnya
tidak dipandu oleh SOP,
dengan kata lain
diciptakannya SOP di PPN
Sibolga pada faktanya hanya
formalitas saja.

2 Ratna Pengaruh Fasilitas Fasilitas Kantor, Kepuasan Fasilitas Kantor, Kualitas


(2018) Kantor, Kualitas Kualitas Pengunjung Pelayanan dan Standar
Pelayanan dan Pelayanan dan Operasional Prosedur
Standar Operasional Standar berpengaruh secara simultan
Prosedur terhadap Operasional terhadap Kepuasan
Tingkat Kepuasan Prosedur Pengunjung.
Pengunjung pada
Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan
Daerah Kabupaten
Batanghari

3 Tefa Penerapan Kebijakan Pelayanan Hasil penelitaian


(2016) Kebijakan Pemerintah Pembuatan menunjukkan bahwa
Pemerintah Daerah Daerah Kartu implementasi kebijakan
terhadap Pelayanan Keluarga pemerintah sudah terwujud
Pembuatan Kartu dengan baik melalui rencana
Keluarga (Studi kerja perangkat daerah yang
Kasus pada Dinas telah disusun dengan baik
Kependudukan dan sesuai dengan tujuan
Pencatatan Sipil kebijakan pemerintah
Kabupaten daerah.
Tulungagung
Provinsi Jawa
Timur)

Universitas Sumatera Utara


56

Tabel 2.1 Lanjutan

4 Wulan & Peningkatan Kualitas Reformasi 1. Dalam memberikan


Mustam Kualitas Pelayanan Birokrasi pelayanan Kantor Pertanahan
(2016) Pelayanan Publik (SOP, Standar Kota Semarang masih
dalam Rangka Pelayanan terdapat kekurangan dalam
Reformasi Minimal dan keandalan SOP yang dirasa
Birokrasi di Partisipasi masih berbelit – belit, hal
tersebut disebabkan karena
Kantor Pertanahan Masyarakat)
banyak persyaratan dan
Kota Semarang
banyak tahapan yang harus
dipenuhi oleh pemohon
2. Pegawai Kantor Pertanahan
Kota Semarang dinilai masih
kurang cermat dalam
memeriksa berkas pemohon
yang menyebabkan
pelayanan terhambat
3. Jaminan kepastian waktu
untuk pelayanan balik nama
dan pendaftaran serifikat
tanah pertama kali sering
mengalami keterlambatan
tidak sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dalam
SOP
5 Paongganan Pengaruh Automasi Kualitas Terdapat pengaruh positif
(2014) Teknologi Perpustakaan Layanan signifikan variabel automasi
Informasi dan Pelayanan perpustakaan, layanan digital
terhadap Kualitas Digital dengan variabel kualitas
Layanan pelayanan pemustaka. Hal itu
Pemustaka pada menunjukkan bahwa semakin
Badan tinggi tingkat pemanfaatan
Perpustakaan dan automasi perpustakaan dan
Arsip Daerah semakin baik layanan digital
Provinsi Sulawesi akan berakibat pada
Tenggara meningkatnya kualitas
pelayanan pemustaka, dan
sebaliknya semakin rendah
tingkat pemanfaatan automasi
perpustakaan dan semakin
buruk layanan digital
perpustakaan, berakibat pada
menurunnya kualitas
pelayanan pemustaka di
BPAD Provinsi Sulawesi
Tenggara.

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 2.1 Lanjutan

6 Fahlefi Penerapan Teknologi Pelaksanaan Penerapan teknologi


(2015) Teknologi Informasi Informasi, Pelayanan informasi dalam pengelolaan
bagi Pelaksanaan Sistem data bagi pelayanan publik
Pelayanan Publik Informasi pada BP2TSP Kota
(Studi Kasus pada Manajemen, E- Samarinda telah terlaksana
BP2TSP) Kota Government dengan baik melalui program
Samarinda dan aplikasi yang sesuai
dengan struktur data
pelayanan perijinan secara
internal. Namun para pegawai
masih membutuhkan
pendampingan oleh pihak
pengembang software yang
menunjukkan bahwa
keterampilan dan kemampuan
pegawai pengelola data masih
terbatas. Disamping itu
penerapan teknologi
informasi dalam pengelolaan
data tersebut masih terus
perlu dikembangkan agar
dapat mengalami peningkatan
dalam hal koordinasi dan
kerjasama secara eksternal
dengan instansi lain yang
terkait.

7 Febryan & Implementasi Pelayanan Teknologi 1. Pelayanan perizinan


Tedi Pelayanan Publik Publik, Informasi berbasis TIK di BPPTPM
(2016) Berbasis Teknologi Pelayanan Kota Bogor belum baik.
Informasi (Studi Perizinan Transparansi teknologi
Kasus di Badan Terpadu, informasi belum dapat
Pelayanan Perizinan E-Government membantu masyarakat.
2. Keterbukaan informasi
Terpadu dan
belum diakses karena
Penanaman Modal
sistem daring tidak
Kota Bogor) dimanfaatkan.
3. Kurangnya peran
masyarakat, penggunaan
teknologi dalam
penyampaian pengaduan
dan saran sudah meningkat.
4. Efisiensi yang terjadi
hanya membantu pegawai
dalam meningkatkan
kecepatan pelayanan

Universitas Sumatera Utara


58

Tabel 2.1 Lanjutan

8 Sirajuddin Implementasi Kebijakan Pelayanan Implementasi kebijakan


(2014) Kebijakan Pemerintah Publik pemerintah daerah tentang
Pemerintah Daerah Dasar pelayanan publik dasar
Daerah dalam Bidang bidang sosial di Kota
Pelayanan Publik Sosial Makassar telah berjalan
Dasar Bidang sesuai dengan model
Sosial di Kota kebijakan publik sebagaimana
Makassar hasil konfirmasi dengan
empat tepat yaitu tepat
menjawab permasalahan,
tepat pelaksanaannya, tepat
target, dan tepat lingkungan

9 Fauziannur Pengaruh Kualitas Kualitas Kepuasan Bahwa varibel Kualitas


(2018) Pelayanan Pelayanan Nasabah Pelayanan berpengaruh
terhadap terhadap kepuasan nasabah
Kepuasan pada Bank Bank BPD Kaltim
Nasabah pada Cabang Samarinda. Hasil
Bank BPD Kaltim penelitian ini menunjukkan
Syariah Cabang bahwa Bank BPD Kaltim
Samarinda sudah cukup handal dalam
memberikan pelayanan
kepada para nasabah sehingga
dapat memberikan kepuasan
terhadap nasabah

10 Damopoli Implementasi Kebijakan Kepuasan 1. Kebijakan Pemerintah di


(2014) Kebijakan Pemerintah Pelayanan kecamatan Kotamobagu
Pemerintah Kesehatan Selatan dalam pelayanan
Daerah dalam Masyarakat kesehatan gratis belum
Peningkatan dapat dilaksanakan secara
Kepuasan maksimal, disebabkan oleh
keterbatasan sumber daya
Pelayanan
yang dimiliki, baik itu
Kesehatan
tenaga medis, dan prasarana
Masyarakat sarana yang ada di pusat
pelayanan kesehatan.
2. Kebijakan pemerintah
daerah kota Kotamobagu
dalam pemberian pelayanan
kesehatan gratis bagi
masyarakat masih bersifat
pelayanan medis dasar,
sedangkan untuk pelayanan
medis lanjutan tidak
dilayani

Universitas Sumatera Utara


59

2.3. Resume Telaah Teori dan Penelitian Terdahulu

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sirajuddin, 2014) yang

menganalisis kebijakan pemerintah daerah dalam pelayanan publik dasar bidang

sosial, (Dharma, 2013) yang menganalis mengenai hubungan antara kebijakan

harga, pelayanan dan fasilitas pendukung terhadap kepuasan pelanggan pada

PT. Semen Tonasa (Ratna, 2018) yang mengaitkan antara pengaruh fasilitas

kantor, kualitas pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) terhadap

tingkat kepuasan pengunjung dan (Paongganan, 2014) yang menganalis pengaruh

teknologi informasi terhadap kualitas dan kepuasan pemustaka pada badan

perpustakaan dan arsip.

Supriatna (2013), pelaksanaan pelayanan publik oleh aparatur pemerintah

kepada masyarakat berkaitan erat dengan upaya untuk menciptakan kepuasan

masyarakat sebagai penerima layanan. Hal ini sebenarnya merupakan implikasi

dari fungsi aparat negara sebagai pelayan masyarakat. Karena itu, kedudukan

aparatur pemerintah dalam pelayanan umum (public services) sangat strategis

karena akan sangat menentukan sejauhmana pemerintah mampu memberikan

pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat, yang dengan demikian akan

menentukan sejauhmana negara telah menjalankan perannya dengan baik sesuai

dengan tujuan pendiriannya.

Kepuasan masyarakat dapat diukur melalui adanya prosedur yang tidak

sulit, persyaratan yang mudah atau sederhana, dan pelayanan yang sesuai dengan

harapan. Dalam mencapai tujuan tersebut, instansi pemerintah harus lebih

memusatkan perhatiannya kepada pelayanan dengan sebaik baiknya. Pelayanan

Universitas Sumatera Utara


60

yang baik membutuhkan instruktur pelayanan yang sangat baik pula. Bagi

masyarakat yang pernah berurusan dengan birokrasi selalu mengeluh dan kecewa

terhadap pelayanan aparatur dalam memberikan pelayanan. Pegawai ASN harus

dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dimana salah satu tugas ASN

adalah memberikan pelayanan sebaik – baiknya dan meningkatkan pemberdayaan

dan kegiatan pembangunan sehingga dapat menciptakan suatu instansi pemerintah

yang siap bersaing dan selalu siap berkembang dalam menghadapi setiap

perubahan yang terjadi di masyarakat baik dari sumber daya manusia maupun dari

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehinga pelayanan tersebut dapat

memberikan kepuasan yang menjadi harapan masyarakat dan pelayanan publik

dinyatakan prima bilamana pelayanan tersebut memuaskan pelanggan.

Pengaruh SOP Pelayanan dengan kepuasan masyarakat sangat besar

karena didalam SOP tersebut terdapat pedoman pelayanan yang harus

dilaksanakan misalnya berapa lama suatu pekerjaan dapat diselesaikan sehingga

masyarakat akan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan bila sesuai

dengan SOP yang ada tersebut. Apabila kepuasan masyarakat dapat tercapai,

maka akan diperoleh beberapa manfaat antara lain hubungan antara instansi

pemerintah dan masyarakat menjadi baik dan harmonis sehingga masyarakat tidak

merasa takut ataupun segan untuk mengurus hal – hal yang mereka butuhkan di

kantor pemerintah. Selain itu akan menimbulkan rasa kepercayaan masyarakat

kepada instansi pemerintah.

Meningkatnya jumlah pemakai internet secara drastis setiap tahunnya,

serta perilaku masyarakat yang menginginkan informasi cepat dan transaksi yang

Universitas Sumatera Utara


61

dapat dilakukan selama 24 jam sehari menjadi faktor pendorong berkembangnya

teknologi informasi komunikasi. Sarana teknologi informasi tersebut tentu dapat

digunakan instansi pemerintah dalam mendukung strategi guna meningkatkan

pelayanan yang akan berdampak kepada kepuasan masyarakat. Dengan adanya

penerapan teknologi informasi akan membantu pegawai dalam melakukan

pekerjaannya dengan mengurangi keterbatasan yang dimilikinya dan merupakan

salah satu pengukur kesuksesan pengembangan sistem informasi pada organisasi

yang bersangkutan. Selain itu pemanfaatan teknologi informasi merupakan sarana

penunjang / pendorong bagi instansi pemerintah dalam mencapai tujuannya yaitu

memberikan pelayanan yang terbaik dan prima kepada masyarakat sehingga

masyarakat merasakan kepuasan dengan menggunakan teknologi informasi

tersebut.

Pada masyarakat umum kebijakan pemerintah berupa memahami apa yang

sebenarnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan

yang merupakan fokus perhatian, kejadian atau kegiatan yang timbul sesudah

disahkannya suatu kebijakan ataupun dampak nyata pada masyarakat. Sebuah

kebijakan harus dilaksanakan atau diimplementasikan agar mempunyai dampak

atau tujuan yang diinginkan. Kebijakan pemerintah memiliki pengaruh yang

cukup kuat terhadap peningkatan kepuasan masyarakat dalam menerima

pelayanan dari instansi pemerintah dikarenakan pada kebijakan tersebut sudah

jelas aturan dan dasar dari pemerintah terhadap setiap kegiatan pelayanan yang

ingin mereka peroleh. Dengan aturan yang pasti dan jelas akan berpengaruh

terhadap kepuasan masyarakat sebagai penerima pelayanan.

Universitas Sumatera Utara


62

2.4. Kerangka Konseptual

Pada dasarnya kerangka konseptual adalah penjelasan sementara terhadap

gejala yang menjadi objek permasalahan penelitian. Kerangka konsep disusun

berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian yang relevan. Kerangka konsep

merupakan argumentasi penulis dalam merumuskan hipotesis, maka argumentasi

kerangka konsep menggunakan logika deduktif (metode kuantitatif) dengan

memakai pengetahuan ilmiah sebaga premis – premis dasarnya. (Pasolong, 2016).

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam

suatu masalah tertentu yang akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-

variabel penelitian, yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Dengan melihat penelitian – penelitian terdahulu dan pengaruh variabel –

variabel tersebut terhadap peningkatan kepuasan maka peneliti menggunakan

variabel berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan sebagai variabel

X1, variabel Kebijakan Pemerintah sebagai variabel X2 dan Penggunaan

Teknologi Informasi sebagai variabel X3 dengan pengaruh masing – masing

variabel tersebut terhadap kepuasan masyarakat pengguna jasa karantina sebagai

variabel Y sehingga dapat diperoleh kerangka konsep yang diterapkan dalam

penelitian ini yang dapat dilihat dalam Gambar 2.1

Universitas Sumatera Utara


63

Standar Operasional Kepuasan


ProsedurPelayanan (X1)
Masyarakat
Pengguna Jasa
Karantina
Kebijakan Pemerintah (X2)
(Y)

Teknologi Informasi dan


Komunikasi(X3)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.5 Hipotesis Penelitian

Terdapat beberapa hipotesis dari penelitian ini antara lain :

Ha1 : Terdapat pengaruh positif dansignifikan antara Standar Operasional

Prosedur (SOP) Pelayanan terhadap Peningkatan Kepuasan Masyarakat

pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

Ha2 : Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Kebijakan Pemerintah

terhadap peningkatan Kepuasan Masyarakat pada Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan

Ha3 : Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Teknologi Informasi dan

Komunikasi terhadap Peningkatan Kepuasan Masyarakatpada Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan

Ha4 : Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan, Kebijakan Pemerintah

dan Teknologi Informasi Komunikasi secara bersama –sama memiliki

Universitas Sumatera Utara


64

pengaruh positif dan signifikan terhadap Peningkatan Kepuasan

Masyarakat pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian asosiatif.

Penelitian assosiatif yaitu penelitian mengenai hubungan dari dua variabel atau

lebihyang dapat juga disebut hubungan sebab akibat yang dalam penelitian ini ada

variabel independen (sebab) yaitu variabel yang mempengaruhi dan variabel

dependen (akibat) yaitu variabel yang dipengaruhi.(Sinulingga, 2011). Kedua hal

tersebut memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam

rangka mengetahui dan memahami PengaruhPenerapan Standar Operasional

Prosedur (SOP) Pelayanan, Kebijakan Pemerintah dan Penggunaan Teknologi

Informasi Komunikasi terhadap Peningkatan Kepuasan Masyarakat pada Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Balai Karantina Pertanian Kelas II

Medan di Kualanamu yang beralamat di Jalan Dusun Lestari Desa Pasar V,

Kebun Kelapa, Kec. Beringin Kab. Deli Serdangyaitu pada masyarakat pengguna

jasa karantina yang menggunakan jasa di kantor tersebut dengan waktu penelitian

dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Nopember 2020 – Januari 2021

65

Universitas Sumatera Utara


66

3.3. Metode Pengumpulan Data

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (V.Sujarweni & P.Endrayanto, 2012).

Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah para pengguna jasa di Kantor

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan dengan jumlah sebanyak 80 orang.

Pengguna Jasa merupakan istilah untuk orang pribadi atau badan usaha yang

memerlukan layanan jasa karantina. Dalam penelitian ini penulis mempersempit

populasi yaitu jumlah masyarakat pengguna jasa karantina yang telah

menggunakan jasa karantina berulang kali sebanyak 80 responden yang dibagi

menjadi pengguna jasa karantina hewan dan pengguna jasa karantina tumbuhan

sesuai dengan pelayanan yang diterima.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sedangkan menurut Arikunto (2010) sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang hendak diteliti dan mewakili

karakteristik populasi dan apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari 100

maka sampel yang diambil adalah semuanya yang disebut juga dengan sensus

atau total sampling. Dalam penelitian ini karena jumlah populasi kurang dari 100

yaitu berjumlah 80 responden berupa 40 responden masyarakat pengguna jasa

karantina hewan dan 40 responden masyarakat pengguna jasa karantina

Universitas Sumatera Utara


67

tumbuhan, maka seluruh anggota populasi digunakan menjadi sampel penelitian

sehingga terdapat 80 sampel penelitian.

3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, definisi operasional variabel penelitian dipaparkan

pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Skala No
Variabel Definisi Operasional Indikator ukur Kuesioner
Variabel Suatu sistem yang berisi 1). Efektifitas
Bebas urutan proses melakukan 2). Efisiensi
pekerjaan dari awal 3). Standarisasi Likert 1-8
Standar sampai akhir yang 4). Konsistensi
Operasional disusun untuk
Prosedur memudahkan, merapikan,
(SOP) dan menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan waktu
dan peraturan yang telah
ditentukan.
Merupakan suatu 1). Lebih mengarah
ketentuan yang kepada kepentingan
dikeluarkan oleh publik
Kebijakan pemerintah yang dapat 2). Kebijakan tidak
Pemerintah dijadikan pedoman, berdiri sendiri
pegangan atau petunjuk 3). Kebijakan terkait Likert 9-16
dalam pelaksanaan suatu dengan realiasi
pekerjaan sehingga pemerintah
tercapai kelancaran dan 4). Ada tindakan
keterpaduan dalam pengawasan oleh
mencapai tujuan tertentu. pemerintah

Teknologi yang 1). Kecepatan kerja


berhubungan dengan 2). Konsistensi hasil
Teknologi pengambilan, 3). Ketepatan hasil Likert 17-24
Informasi dan pengumpulan, kerja
Komunikasi pengolahan, 4). Keandalan
penyimpanan,
penyebaran, dan
penyajian informasi dan
komunikasi

Universitas Sumatera Utara


68

Tabel 3.1 Lanjutan


Skala No
Variabel Definisi Operasional Indikator ukur Kuesioner
Variabel Tingkat kepuasan 1). Terpenuhinya Likert 25-34
Terikat merupakan fungsi dari harapan publik
perbedaan antara 2). Keinginan
kinerja yang dirasakan menggunakan jasa
Kepuasan (perceived layanan pemerintah
masyarakat 3). Merekomendasikan
performance) dan pada orang lain
harapan (expectation) 4). Kualitas layanan
masyarakat bisa 5). Loyalitas
mengalami salah satu
dari tiga tingkat
kepuasan yang umum.

3.5. Instrumen Penelitian

3.5.1 Kuisioner

Yaitu bentuk instrumen pengumpulan data berupa daftar pertanyaan

tertulis terutama yang terkait dengan variabel penelitian

3.5.2 Dokumentasi

Yakni untuk mengumpulkan data sekunder sebagai pendukung data

primer yang diperoleh dari dokumen perusahaan seperti sejarah singkat

perusahaan dan data lainnya.

3.6. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

3.6.1. Metode Analisis Data

3.6.1.1. Uji Validitas

Menurut Ghozali (2014), validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan sebagai

ukuran apakah data yang telah di dapat setelah penelitian merupakan data yang

Universitas Sumatera Utara


69

valid (data yang diperoleh melalui kuesioner dapat menjawab tujuan penelitian)

dengan alat ukur yang telah disediakan (kuesioner). Untuk melihat validitas maka

nilai Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan tabel r, maka nilai r

tabel sebesar 0,36. Untuk itu nilai rhitung pada Corrected Item-Total Correlation

dibandingkan dengan r-tabel (0,36), jika nilai Corrected Item-Total Correlation

lebih besar dari 0,361, maka butir dinyatakan valid dengan kriteria sebagai

berikut:

Jika Rhitung>Rtabel (0.361), maka pertanyaan tersebut valid.

Jika Rhitung<Rtabel (0.361) maka pertanyaan tidak valid.

Uji validitas yang dilakukan terhadap ke-34 item pernyataan dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas
Item pernyataan r-hitung validitas r-tabel Kesimpulan
Standar Operasional Prosedur
SOP1 .675 0.36 Valid
SOP2 .639 0.36 Valid
SOP3 .455 0.36 Valid
SOP4 .430 0.36 Valid
SOP5 .514 0.36 Valid
SOP6 .568 0.36 Valid
SOP7 .668 0.36 Valid
SOP8 .656 0.36 Valid
Kebijakan Pemerintah
Bijak1 .625 0.36 Valid
Bijak2 .484 0.36 Valid
Bijak3 .453 0.36 Valid
Bijak4 .617 0.36 Valid
Bijak5 .635 0.36 Valid
Bijak6 .625 0.36 Valid
Bijak7 .481 0.36 Valid
Bijak8 .611 0.36 Valid

Universitas Sumatera Utara


70

Tabel 3.2 Lanjutan


Item pernyataan r-hitung validitas r-tabel Kesimpulan
Teknologi Informasi dan Komunikasi
TIK1 .697 0.36 Valid
TIK2 .662 0.36 Valid
TIK3 .377 0.36 Valid
TIK4 .570 0.36 Valid
TIK5 .443 0.36 Valid
TIK6 .383 0.36 Valid
TIK7 .697 0.36 Valid
TIK8 .662 0.36 Valid
Kepuasan Masyarakat
Puas1 .482 0.36 Valid
Puas2 .684 0.36 Valid
Puas3 .481 0.36 Valid
Puas4 .579 0.36 Valid
Puas5 .602 0.36 Valid
Puas6 .457 0.36 Valid
Puas7 .482 0.36 Valid
Puas8 .682 0.36 Valid
Puas9 .622 0.36 Valid
Puas10 .602 0.36 Valid
Sumber : Hasil penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 3.2 memperlihatkan bahwa nilai r-hitung validitas ke-34 item

pernyataan adalah lebih besar dari r-tabel (0.36) sehingga dapat disimpulkan bahwa

ke-34 item pernyataan adalah valid (r-hitung > 0.36).

3.6.1.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan

menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam

mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan

pada waktu yang berbeda. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan di Kantor

Universitas Sumatera Utara


71

Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjungpinang yang beralamat di Jalan Rawa

Sari No. 22 A, Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Hasil uji reliabilitas terhadap ke-4 variabel penelitian memperlihatkan

hasil sebagai berikut :

Tabel 3.3
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel r-hitung r-tabel Kesimpulan
reliabilitas
1 Standar Operasional Prosedur 0.838 0.6 Reliabel
2 Kebijakan Pemerintah 0.837 0.6 Reliabel
3 Teknologi Informasi dan 0.835 0.6 Reliabel
komunikasi
4 Kepuasan Masyarakat 0.860 0.6 Reliabel
Sumber: Hasil penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 3.3 memperlihatkan bahwa ke-4 variabel penelitian memiliki nilai r-

hitung reliabilitas lebih besar dari 0.6, sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-4

variabel penelitian adalah reliabel.

3.6.1.3 Uji Normalitas

Menurut Sugiyono (2016) pengujian normalitas data dilakukan untuk

melihat apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independennya

memiliki distribusi normal atau tidak. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal

dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

3.6.1.4 Uji Multikolinieritas

Sugiyono (2016) multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel dependen. Cara

Universitas Sumatera Utara


72

yang digunakan untuk menilainya adalah dengan melihat nilai faktor inflasi varian

(Variance Inflasi Factor/VIF, < 5 dan nilai Tolerance > 0,1.

3.6.1.5.Uji Heteroskedastisitas

Sugiyono (2016) heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah

dalam model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu

pengamatan yang lain. Jika variasi residual dari satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut

heterokedastisitas, model yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.

Dasar pengambilan keputusannya adalah: jika pola tertentu, seperti titik-titik

(poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka terjadi

heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik (point-point)

menyebar di bawah dan di atas angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi

heterokedastisitas.

3.6.2. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, uji hipotesis menggunakan analisis regresi linear

berganda. Menurut Sugiyono (2016) analisis regresi berganda digunakan untuk

meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, jika dua atau

lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi. Model analisis

ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti variabel bebas yang

berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Uji hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan analisis regresi linier berganda yang terdiri dari :

1). Persamaan Regresi

Universitas Sumatera Utara


73

2). Uji F secara simultan

3). Uji-t secara parsial

4). Uji determinasi R

3.6.2.1 Persamaan Regresi

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui sebab

akibat dengan menentukan Kepuasan Masyarakat Pengguna Jasa Karantina

sebagai variabel dependen (Y) dan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pelayanan, Kebijakan Pemerintah dan Teknologi Komunikasi Informasi sebagai

variabel independen. Persamaan regresi linear berganda yang digunakan untuk

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = α +1X1 + 2X2 + 3X3

Keterangan :

Y : Kepuasan Masyarakat Pengguna Jasa Karantina

α : Konstanta

β1,β2,β3 : Koefisien Variabel

X1 : Variabel Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan

X2 : Variabel Kebijakan Pemerintah

X3 : Variabel Teknologi Informasi dan Komunikasi

3.6.2.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikasi dari seluruh

variabel bebas secara bersama-sama atau secara simultan terhadap variabel terikat.

Universitas Sumatera Utara


74

Bentuk pengujiannya adalah:

H0 : artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

H1 : artinya secara serentak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel

bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%

H0 ditolak jika Fhitung>Ftabel pada α = 5%

3.6.2.3. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik-t)

Uji-t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel

bebas terhadap variabel terikat. Model hipotesis yang digunakan dalam Uji

Statistik-t ini adalah:

H0 : artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari

variabel bebas terhadap variabel terikat.

H1 : artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari

variabel bebas terhadap variabel terikat

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

H0 diterima jika t hitung <t tabel pada α = 5%

H0 ditolak jika t hitung> t tabel pada α = 5%

3.6.2.4. Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain, Uji

Universitas Sumatera Utara


75

koefisien determinasi adalah dengan persentase pengkuadratan nilai koefisien

yang ditemukan. R-square atau nilai determinan (R2) mendekati satu berarti

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat kuat. Sehingga koefisien

determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas (SOP

Pelayanan, Kebijakan Pemerintah dan Teknologi Informasi dan Komunikasi)

terhadap variabel terikat (Kepuasan Masyarakat Pengguna Jasa) dengan ketentuan

jika nilai R2 mendekati 1 (satu) maka semakin kuat pengaruhnya, sebaliknya jika

mendekati 0 (nol) maka pengaruhnya semakin lemah.

Universitas Sumatera Utara


76

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

4.1.1 Sejarah Singkat Badan Karantina Pertanian

Sejarah Karantina Pertanian di Indonesia telah diawali sejak jaman

penjajahan Hindia Belanda, yang diawali dengan adanya penyebaran penyakit

karat daun kopi yang disebabkan oleh Hemileila vastatrix di Srilangka. Pada

tahun 1930 pelaksanaan kegiatan operasional karantina di pelabuhan-pelabuhan

diawasi secara sentral oleh Direktur Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman dan

Budidaya, serta ditetapkan seorang pegawai Balai yang kemudian diberi pangkat

sebagai Planten ziektenkundigeambtenaar (pegawai ahli penyakit tanaman).

Penyelenggaraan karantina pertanian di Indonesia telah berlangsung sejak

zaman penjajahan Hindia Belanda. Hal ini diawali oleh adanya penyebaran

penyakit karat daun kopi yang disebabkan oleh cendawan Hemileila vastatrix

dari Sri Lanka. Pemerintah kolonial berusaha untuk mencegah masuknya penyakit

tersebut ke Indonesia untuk melindungi perkebunan kopi yang menjadi salah satu

sumber pendapatan utama mereka dengan cara menerbitkan Ordonansi 19

Desember 1877 (Staatsblad No. 262) yang melarang pemasukan tanaman kopi

dan biji kopi dari Sri Lanka. Ordonansi tersebut merupakan pertama kali yang

dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda dalam bidang perkarantinaan tumbuhan

di Indonesia

Universitas Sumatera Utara


77

Setelah kemerdekaan negara Republik Indonesia, urusan perkarantinaan

pertanian berada di bawah tanggung jawab Departemen Pertanian dengan fungsi

karantina hewan dan karantina tumbuhan berada di bawah unit yang berbeda.

Pada tahun 1992 diterbitkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang

Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan

karantina hewan, ikan, dan tumbuhan di Indonesia. Terdapat tiga buah Peraturan

Pemerintah yang selanjutnya diterbitkan untuk menjalankan Undang-Undang

tersebut, yaitu:

a) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan,

b) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan,

c) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan.

Pada 27 September 2001, Karantina Ikan diserah terimakan dari

Departemen Pertanian ke Departemen Kelautan dan Perikanan. Terbitnya

Keputusan Presiden Nomor 58 Tahun 2001 menyatakan lahirnya Badan Karantina

Pertanian sebagai Unit Eselon I/a di Departemen Pertanian. Sejak tahun 2008,

tepatnya setelah terbit Peraturan Menteri Pertanian Nomor

22/Permentan/OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis Karantina Pertanian, terjadi penggabungan antara Karantina Hewan dan

Karantina Tumbuhan menjadi Badan Karantina Pertanian. Mulai saat itu,

terbentuk 52 Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian yang tersebar di seluruh

Indonesia.

Setelah puluhan tahun diterapkan, beberapa ketentuan dalam Undang -

Undang Nomor 16 Tahun 1992 dianggap sudah tidak sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


78

perkembangan dan kebutuhan hukum di masyarakat sehingga perlu diganti. Oleh

karena itu, pada tahun 2019 diterbitkan Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2019

tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan untuk menggantikan Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 1992. Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan adalah

salah satu Unit Pelaksana Teknis di bidang perkarantinaan hewan dan tumbuhan

yang berada di bawah naungan dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan

Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian. Balai Karantina Pertanian Kelas II

Medan ini merupakan penggabungan dari dua instansi yaitu Stasiun Karantina

Tumbuhan Kelas I Polonia dengan Wilayah Kerja Balai Karantina Tumbuhan

Kelas I Polonia yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pertanian

No. 22/Permentan/OT.140/2/2008.

4.1.2 Tentang Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan berkedudukan di Jalan Dusun

Lestari Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kualanamu, Kabupaten

Deliserdang. Berdasarkan Permentan Nomor 22/Permentan/OT.140/4/2008

wilayah kerja Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan dan Permentan

Nomor 35/Permentan/KR.020/9/2017 tanggal 27 September 2017 tentang

perubahan kedua atas Peraturan Menteri Pertanian

Nomor. 94/Permentan/OT.140/12/2011 tentang tempat pemasukan dan

pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina (MPHK) dan Organisme

Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) meliputi :

1. Bandar Udara meliputi :

Universitas Sumatera Utara


79

a) Kuala Namu

b) Silangit

2. Pelabuhan Laut meliputi :

a) Pangkalan Susu

b) Pangkalan Brandan

c) Kantor Pos Besar Medan

Sedangkan tugas pokok Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan adalah

melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta

pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati. Dalam melaksanakan tugas

pokoknya, Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan

2. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan,

penolakan, pemusnahan dan pembebasan media pembawa Hama Penyakit

Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina

(OPTK).

3. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK, OPTK

4. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK

5. Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati.

6. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan tumbuhan

7. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan hayati

hewani dan nabati.

8. Pengelolaan sistim informasi, dokumentasi dan sarana teknik karantina hewan

dan tumbuhan.

Universitas Sumatera Utara


80

9. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang –

undangan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan kemananan

hayati hewani dan nabati.

10. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan

4.1.3.1 Visi

Menuju karantina pertanian yang modern, terpercaya dan akuntabel

dengan mengutamakan pelayanan prima

4.1.3.2 Misi

1) Melindungi kelestarian sumber daya alam hayati hewan dan tumbuhan dari

serangan HPHK (Hama dan Penyakit Hewan Karantina) dan OPTK

(Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina)

2) Mendukung terwujudnya keamanan pangan,

3) Memfasilitasi perdagangan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan

akses pasar komoditas pertanian,

4) Memperkuat kemitraan perkarantinaan

5) Meningkatkan citra dan kualitas layanan publik.

Universitas Sumatera Utara


81

4.1.4 Struktur Organisasi

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertania No 22/ Kpts/ OT. 140/ 4/

2008 tanggal 3 April 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis Badan Karantina Pertanian, ditetapkan Susunan Unit Organisasi dan Tata

Kerja Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan, yang dipimpin oleh Kepala

(Eselon III/b) terdiri dari :

a. Sub Bagian Tata Usaha (Eselon IV/B)

b. Seksi Karantina Hewan (Eselon IV/B)

c. Seksi Karantina Tumbuhan (Eselon IV/B)

d. Kelompok Jabatan Fungsional

Kepala

Sub Bagian

Tata Usaha

Seksi Karantina Seksi Karantina


Hewan Pertanian

Kelompok Jabatan
Fungsional

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

Sumber : Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan, 2020

Universitas Sumatera Utara


82

4.1.5 Tugas dan Tanggung Jawab

Masing – masing unit organisasi tersebut diatas, mempunyai tugas dan

fungsi sebagai berikut :

1. Sub Bagian Tata Usaha

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, evaluasi

dan pelaporan, serta urusan tata usaha dan rumah tangga.

2. Seksi Karantina Hewan

Mempunyai tugas melakukan pelayanan operasional karantina hewan,

pengawasan keamanan hayati hewani, dan sarana teknik, serta pengelolaan

system informasi dan dokumentasi serta pengawasan dan penindakan

pelanggaran peraturan perundang – undangan karantina hewan dan hayati

3. Seksi Karantina Tumbuhan

Mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan operasional karantina

tumbuhan, pengawasan keamanan hayati nabati, dan sarana teknik, serta

pengelolaan system informasi dan dokumentasi serta pengawasan dan

penindakan pelanggaran peraturan perundang – undangan dibidang karantina

tumbuhan dan keamanan hayati nabati.

4. Kelompok Jabatan Fungsional

Terdiri dari Jabatan Fungsional Medik Veteriner, Paramedik Veteriner dan

jabatan Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT)

serta Jabatan Fungsional Lain yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan

fungsional berdasarkan bidang keahlian masing – masing sesuai dengan

peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara


83

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas dan fungsinya sebagai

berikut :

1 . Jabatan Fungsional Medik Veteriner dan Paramedik Veteriner

a). Melakukan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan,

penolakan, pemusnahan dan pembebasan media pembawa hama penyakit

hewan karantina (HPHK)

b). Melakukan pemantauan daerah sebar HPHK

c). Melakukan pembuatan koleksi HPHK

d) Melakukan pengawasan keamanan hayati hewani

e) Melakukan kegiatan fungsional lain sesuai peraturan dan perundang –

undangan

2. Jabatan Fungsional Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan :

a). Melakukan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,,

penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan media pembawa

organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK)

b) Melakukan pemantauan daerah sebar OPTK

c) Melakukan pembuatan koleksi OPTK

d) Melakukan pengawasan keamanan hayati nabati

e) Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan dan

perundang – undangan yang berlaku

3 Jabatan Fungsional Lainnya mempunyai tugas melakukan kegiatan fungsional

sesuai dengan jabatan fungsional masing – masing

Universitas Sumatera Utara


84

4.1.6 Standar Waktu Layanan Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan telah menetapkan Standar Waktu Layanan (SLA) yang

termasuk kedalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan. Standar waktu

pelayanan sangat penting bagi pengguna layanan untuk kejelasan jangka waktu

penyelesaian tindakan karantina yang mereka inginkan. Adapun Standar Waktu

Pelayanan (Service Level Agreement) yang ditetapkan di Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan yaitu :

Tabel 4.1
Standar Waktu Layanan BKP Kelas II Medan

STANDAR WAKTU LAYANAN


BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II MEDAN
NO KATEGORI MEDIA PEMBAWA WAKTU LAYANAN
HPHK DAN OPTK
1 Resiko Rendah (Low Risk) 3 Hari

2 Resiko Sedang (Medium Risk) 7 Hari

3 Resiko Tinggi (High Risk) 14 Hari

Sumber : Website BKP Kelas II Medan

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan juga telah menetapkan waktu

pelayanan sertifikasi karantina hewan dan tumbuhan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


85

1. Waktu Pelayanan Sertifikasi Karantina Hewan

Tabel 4.2
Pelayanan Sertifikasi Karantina Hewan BKP Kelas II Medan
No. Jenis Pelayanan Sertifikasi Karantina Waktu Penyelesaian (hari)
Hewan
Ekspor Impor Antar
Area

1. Pemeriksaan sampai dengan pelepasan 1 -2 1–2 1-2


(sertifikasi) Media Pembawa HPHK tanpa
perlakuan/pengujian laboratorium

2. Pemeriksaan sampai dengan pelepasan 1- 7 1 - 21 1-7


(sertifikasi) Media Pembawa HPHK
dengan perlakuan/pengujian laboratorium

3. Pemeriksaan sampai dengan penolakan/ 1-2 1–5 1-2


dikembalikan ke pemilik/ pemusnahan
Media Pembawa HPHK yang tidak
memenuhi persyaratan
Sumber : Website BKP Kelas II Medan

2. Waktu Pelayanan Sertifikasi Karantina Tumbuhan

Tabel 4.3
Pelayanan Sertifikasi Karantina Tumbuhan BKP Kelas II Medan
No. Jenis Pelayanan Sertifikasi Waktu Penyelesaian (hari)
Karantina Tumbuhan

Ekspor Impor Antar Area

1. Pemeriksaan sampai dengan pelepasan 1-2 1-2 1-2


(sertifikasi) Media Pembawa OPTK
tanpa perlakuan

Universitas Sumatera Utara


86

Tabel 4.3 Lanjutan

No. Jenis Pelayanan Sertifikasi Waktu Penyelesaian (hari)


Karantina Tumbuhan

Ekspor Impor Antar Area

2. Pemeriksaan sampai dengan pelepasan 2-7 3-7 1-2


(sertifikasi) Media Pembawa OPTK
dengan perlakuan

3. Pemeriksaan sampai dengan pelepasan - 1-180 -


(sertifikasi) Media Pembawa OPTK
(tindakan pengasingan dan
pengamatan)

4. Pemeriksaan sampai dengan 1-3 1 - 29 1–3


penolakan/pemusnahan Media
Pembawa OPTK yang tidak memenuhi
persyaratan

Sumber : Website BKP Kelas II Medan

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin,

pendidikan dan pekerjaan.

4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam 4 kategori yakni <30

tahun, 30-40 tahun, dan 41-50 tahun dan lebih dari 50 tahun dengan distribusi

frekuensi sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


87

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
1. <30 tahun 2 2.5
2. 30-40 tahun 50 62.5
3. 41-50 tahun 21 26.3
4. >50 tahun 7 8.8
Total 80 100.0
Sumber : Hasil penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa dari 80 responden penelitian, 2 orang

(2.5%) berumur dibawah 30 tahun, 50 orang (62/5%) berumur antara 30-40

tahun, 21 orang (26.3%) berumur antara 41-50 tahun dan 7 orang (8.8%) berumur

lebih dari 50 tahun. Dengan demikian, mayoritas responden penelitian berumur

antara 30-40 tahun yakni sebanyak 50 orang (62.5%). Berikut ini adalah grafik

lingkar komposisi responden berdasarkan usia.

Komposisi Responden Berdasarkan Umur

9% 3%

26%

62%
<30 tahun
30-40 tahun
41-50 tahun
>50 tahun

Gambar 4.2

Komposisi Responden Berdasarkan Umur

Universitas Sumatera Utara


88

4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel berikut;

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Perempuan 11 13.8
2. Laki-laki 69 86.3
Total 80 100.0
Sumber : Hasil penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa dari 80 responden penelitian, 11 orang

(13.8%) adalah perempuan dan 69 orang (86.3%) adalah laki-laki. Dengan

demikian, mayoritas responden adalah laki-laki yakni sebanyak 69 orang (86.3%).

Berikut ini adalah gambar grafik lingkar komposisi responden berdasarkan jenis

kelamin.

Kom posisi Responden Berdasarkan Jenis


Kelam in

14%

86%
Perempuan
Laki-laki

Gambar 4.3
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Universitas Sumatera Utara


89

4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan dalam penelitian ini dikategorikan kedalam 4 tingkatan yakni

SMA, D3, S1 dan S2 dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. SMA 16 20.0
2. D3 19 23.8
3. S1 39 48.8
4. S2 6 7.5
Total 80 100.0
Sumber : Hasil penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa dari 80 responden penelitian, 16 orang

(20.0%) berpendidikan SMA, 19 orang (23.8%) berpendidikan D3, 39 orang

(48.8%) berpendidikan S1 dan 6 orang (7.5%) berpendidikan S2. Dengan

demikian, mayoritas responden berpendidikan S1 yakni sebanyak 39 orang

(48.8%). Berikut ini adalah gambar grafik lingkar komposisi responden

berdasarkan pendidikan

Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan

8% 20%

48% 24%
SMA
D3
S1
S2

Gambar 4.4
Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan

Universitas Sumatera Utara


90

4.2.2 Deskripsi Variabel Penelitian

4.2.2.1 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan dalam penelitian ini

diukur dengan 8 item pernyataan dengan distribusi jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Standar Operasional
Prosedur (SOP)
Jawaban
Sangat Setuju Kurang Tidak setuju Sangat tidak
No Pernyataan setuju setuju setuju

n % n % n % n % n %
1 Prosedur / tahapan alur
pelayanan mudah
11 13.8 58 72.5 7 8.8 2 2.5 2 2.5
dipahami dan tidak
berbelit – belit
2 Maksud dan tujuan SOP
jelas sehingga
13 16.3 50 62.5 5 6.3 7 8.8 5 6.3
mengurangi
kemungkinan kesalahan
3 SOP disusun secara
sistematis sehingga
19 23.8 43 53.8 17 21.3 - - 1 1.3
memudahkan
pelaksanaan kerja
4 Substansi SOP dibuat
secara rinci agar
21 26.3 46 57.5 9 11.3 3 3.8 1 1.3
pelaksanaan kerja
semakin efisien
5 SOP sesuai dengan
standar umum yang 20 25.0 45 56.3 9 11.3 2 2.5 4 5.0
ditetapkan
6 Kelengkapan prosedur
17 21.3 52 65.0 11 13.8 - - - -
kerja sesuai kebutuhan
7 Target SOP selalu
konsisten dengan hasil 9 11.3 57 71.3 11 13.8 1 1.3 2 2.5
pelaksanaan
8 Struktur organisasi Balai
Karantina Pertanian
Kelas II Medan
2 2.5 55 68.8 21 26.3 2 2.5 - -
konsisten dengan
proses dan hasil
pelaksanaan SOP
Sumber : Data penelitian 2020 (data diolah)

Universitas Sumatera Utara


91

Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa ditinjau dari Standar Operasional

Prosedur (SOP) Pelayanan, mayoritas responden penelitian (72.5%) menjawab

setuju pernyataan ke-1 yakni prosedur / tahapan alur pelayanan mudah dipahami

dan tidak berbelit – belit. Mayoritas responden penelitian (62.5%) menjawab

sangat setuju pernyataan ke-2 yakni maksud dan tujuan SOP jelas sehingga

mengurangi kemungkinan kesalahan. Mayoritas responden penelitian (53.8%)

menjawab setuju pernyataan ke-3 yakni Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pelayanan disusun secara sistematis sehingga memudahkan pelaksanaan kerja.

Mayoritas responden penelitian (57.5%) menjawab setuju pernyataan ke-4 yakni

Substansi Standar Operasional Prosedur Pelayanan dibuat secara rinci agar

pelaksanaan kerja semakin efisien. Mayoritas responden penelitian (56.3%)

menjawab setuju pernyataan ke-5 yakni SOP sesuai dengan standar umum yang

ditetapkan. Mayoritas responden penelitian (65.0%) menjawab setuju pernyataan

ke-6 yakni kelengkapan prosedur kerja sesuai kebutuhan. Mayoritas responden

penelitian (71.3%) menjawab setuju pernyataan ke-7 yakni Target SOP selalu

konsisten dengan hasil pelaksanaan. Mayoritas responden penelitian (68.8%)

menjawab setuju pernyataan ke-8 yakni struktur organisasi Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan konsisten dengan proses dan hasil pelaksanaan SOP.

Selanjutnya, berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden tentang

Standar Operasional Prosedur (SOP) tersebut di atas, Standar Operasional

Prosedur (SOP) Pelayanan dikelompokkan kedalam 3 kategori yakni baik (jika

skor > mean), cukup (jika skor = mean) dan kurang (jika skor < mean) dengan

distribusi frekuensi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


92

Tabel 4.8
Kategori Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kategori Standar Operasional Jumlah Persentase (%)
Prosedur (SOP) Pelayanan
Baik 57 71.3
Cukup 9 11.2
Kurang 14 17.5
Jumlah 80 100,0
Sumber : Hasil penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa dari 80 responden penelitian, 57 orang

(71.3%) responden mengatakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan adalah baik, 9 orang (11.2%)

mengatakan cukup baik dan 14 orang (17.5%) mengatakan kurang baik. Dengan

demikian, mayoritas responden mengatakan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pelayanan Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan adalah baik yakni sebanyak

57 orang (71.3%).

Ditinjau dari variabel Standar Operasional Prosedur, hasil analisis

deskriptif memperlihatkan bahwa nilai mean setiap indikator variabel Standar

Operasional Prosedur adalah sebagai berikut ;

Tabel 4.9
Nilai Mean Indikator Variabel Standar Operasional Prosedur Pelayanan
No Indikator SOP Nilai Mean
1 Efektifitas 7.66
2 Efisiensi 8.02
3 Standarisasi 8.01
4 Konsistensi 7.58

Universitas Sumatera Utara


93

Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa ditinjau dari Standar Operasional

Prosedur, indikator paling berpengaruh adalah efisiensi dan standarisasi (mean =

8.0) sedangkan indikator yang paling tidak berpengaruh adalah konsistensi (mean

= 7.58

4.2.2.2 Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah dalam penelitian ini diukur dengan 8 item

pernyataan dengan distribusi jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kebijakan Pemerintah
Jawaban

Sangat Setuju Kurang Tidak setuju Sangat tidak


setuju setuju
No Pernyataan setuju

n % n % N % N % n %

1 Kebijakan pemerintah
sudah sesuai dengan 22 27.5 57 71.3 1 1.3 - - - -
kepentingan masyarakat
2 Kebijakan karantina
bertujuan menertibkan
masyarakat terkait 14 17.5 63 78.8 1 1.3 2 2.5 - -
masalah karantina
hewan / tumbuhan
3 Kebijakan karantina
tidak mengabaikan 57 71.3 19 23.8 4 5.0 - - - -
kebijakan publik lainnya
4 Pelayanan karantina
hewan/tumbuhan selalu 49 61.3 30 37.5 1 1.3 - - - -
bekerjasama dengan
instansi lain
5 Pelayanan karantina
selalu diberikan untuk 50 62.5 23 28.8 7 8.8 - - - -
merealisasikan
kebijakan pemerintah
6 Kebijakan sanksi bagi
pelanggar kebijakan
diberikan untuk 29 36.3 43 53.8 8 10.0 - - - -
mendorong realisasi
kebijakan pemerintah
7 Pemerintah melakukan
intervensi agar tidak 18 22.5 59 73.8 3 3.8 - - - -
ada diskriminasi
implementasi kebijakan

Universitas Sumatera Utara


94

Tabel 4.10 Lanjutan

Jawaban

Sangat Setuju Kurang Tidak setuju Sangat tidak


setuju setuju
No Pernyataan setuju

n % n % N % N % n %

8 Pemerintah selalu
menekankan agar
petugas karantina 8 10.0 59 73.8 13 16.3 - - - -
menjamin pelayanan
yang adil kepada semua
masyarakat
Sumber : Data penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 4.10 memperlihatkan bahwa ditinjau dari Kebijakan Pemerintah,

mayoritas responden penelitian (71.3%) menjawab sangat setuju pernyataan ke-1

yakni Kebijakan Pemerintah sudah sesuai dengan kepentingan masyarakat.

Mayoritas responden penelitian (78.8%) menjawab setuju pernyataan ke-2 yakni

Kebijakan Pemerintah yang berkenaan dengan perkarantinaan bertujuan

menertibkan masyarakat terkait masalah karantina hewan / tumbuhan. Mayoritas

responden penelitian (71.3%) menjawab sangat setuju pernyataan ke-3 yaitu

bahwa Kebijakan tersebut tidak mengabaikan kebijakan publik lainnya. Mayoritas

responden penelitian (61.3%) menjawab sangat setuju pernyataan ke-4 yakni

pelayanan karantina hewan/tumbuhan selalu bekerjasama dengan instansi lain.

Mayoritas responden penelitian (62.5%) menjawab sangat setuju pernyataan ke-5

yakni Pelayanan karantina selalu diberikan untuk merealisasikan kebijakan

pemerintah. Mayoritas responden penelitian (53.8%) menjawab setuju pernyataan

ke-6 yakni kebijakan sanksi bagi pelanggar kebijakan diberikan untuk mendorong

realisasi kebijakan pemerintah. Mayoritas responden penelitian (73.8%)

menjawab setuju pernyataan ke-7 yakni Pemerintah melakukan intervensi agar

tidak ada diskriminasi implementasi kebijakan. Mayoritas responden penelitian

Universitas Sumatera Utara


95

(73.8%) menjawab setuju pernyataan ke-8 yakni pemerintah selalu menekankan

agar petugas karantina menjamin pelayanan yang adil kepada semua masyarakat.

Selanjutnya, berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden tentang

Kebijakan Pemerintah tersebut di atas, Kebijakan Pemerintah dikelompokkan

kedalam 3 kategori yakni baik (jika skor > mean), cukup (jika skor = mean) dan

kurang (jika skor < mean) dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.11
Kategori Kebijakan Pemerintah
Kategori Jumlah Persentase (%)
Kebijakan Pemerintah
Baik 51 63.8
Cukup 10 12.5
Kurang 19 23.8
Jumlah 80 100,0
Sumber : Hasil penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa dari 80 responden penelitian, 51 orang

(63.8%) responden mengatakan kebijakan pemerintah terhadap tugas pelayanan

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan adalah baik, 10 orang (12.5%)

mengatakan cukup baik dan 19 orang (23.8%) mengatakan kurang baik. Dengan

demikian, mayoritas responden mengatakan kebijakan pemerintah dalam tugas

pelayanan Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan adalah baik yakni sebanyak

51 orang (63.8%).

Ditinjau dari variabel Kebijakan Pemerintah, hasil analisis deskriptif

memperlihatkan bahwa nilai mean setiap indikator variabel Kebijakan Pemerintah

adalah sebagai berikut ;

Universitas Sumatera Utara


96

Tabel 4.12
Nilai Mean Indikator Variabel Kebijakan Pemerintah
No Indikator Kebijakan Pemerintah Nilai Mean
1 Lebih mengarah pada kepentingan publik 8.37
2 Kebijakan tidak berdiri sendiri 9.26
3 Realisasi pemerintah 8.80
4 Intervensi pemerintah 8.12
Sumber : Data penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 4.12 memperlihatkan bahwa ditinjau dari Kebijakan Pemerintah,

indikator paling berpengaruh adalah kebijakan tidak berdiri sendiri (mean =9.26)

sedangkan indikator paling tidak berpengaruh adalah intervensi pemerintah (mean

= 8.12)

4.2.2.3 Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi Informasi dan Komunikasi diukur dengan 8 item pernyataan

dengan distribusi jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Teknologi Informasi
dan Komunikasi
Jawaban
Sangat Setuju Kurang Tidak setuju Sangat tidak
No Pernyataan setuju setuju setuju
n % n % n % n % n %
1 Proses pelayanan yang
diterima oleh
masyarakat pengguna
12 15.0 59 73.8 5 6.3 1 1.3 - -
jasa selesai dengan
cepat sehingga tidak
perlu menunggu lama
2 Proses kerja yang
semakin singkat namun
16 20.0 54 67.5 6 7.5 4 5.0 - -
sesuai dengan
kebutuhan masyarakat
3 Penggunaan teknologi
informasi Komunikasi
14 17.5 48 60.0 16 20.0 - - 2 2.5
telah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


97

Tabel 4.13 Lanjutan

Jawaban
Sangat Setuju Kurang Tidak setuju Sangat tidak
No Pernyataan setuju setuju setuju
n % n % n % n % n %
4 Teknologi Informasi
Komunikasi
menghasilkan pekerjaan 20 25.0 51 63.8 6 7.5 2 2.5 1 1.3
yang konsisten dan
sesuai standar
5 Teknologi Informasi
yang digunakan oleh
Balai Karantina
Pertanian Kelas II
Medan mempermudah 19 23.8 46 57.5 11 13.8 2 2.5 2 2.5
petugas dalam
memberikan pelayanan
yang lebih cepat dan
akurat.
6 Teknologi yang ada
telah dimanfaatkan
dengan sebaiknya
sehingga tepat sasaran 18 22.5 54 67.5 7 8.8 1 1.3 - -
dalam pemberian
pelayanan kepada
masyarakat
7 Petugas yang melakukan
pemeriksaan memiliki
kemampuan yang baik 12 15.0 57 71.3 10 12.5 - - 1 1.3
terhadap teknologi yang
digunakan
8 Kuantitas dan kualitas
informasi yang diberikan
3 3.8 58 72.5 18 22.5 1 1.3 - -
lebih terjamin dan
semakin meningkat
Sumber : Data penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 4.13 memperlihatkan bahwa ditinjau dari Teknologi Informasi dan

Komunikasi, mayoritas responden penelitian (73.8%) menjawab setuju

pernyataan ke-1 yakni proses pelayanan yang diterima oleh masyarakat pengguna

jasa selesai dengan cepat sehingga tidak perlu menunggu lama. Mayoritas

responden penelitian (67.5%) menjawab setuju pernyataan ke-2 yakni proses kerja

yang semakin singkat namun sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Mayoritas

Universitas Sumatera Utara


98

responden penelitian (60.0%) menjawab setuju pernyataan ke-3 yakni penggunaan

Teknologi Informasi Komunikasi telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

selalu konsisten. Mayoritas responden penelitian (63.8%) menjawab setuju

pernyataan ke-4 yakni Teknologi Informasi Komunikasi yang digunakan

menghasilkan pekerjaan yang konsisten dan sesuai standar yang ditetapkan.

Mayoritas responden penelitian (67.5%) menjawab setuju pernyataan ke-6 yakni

Teknologi yang ada telah dimanfaatkan dengan sebaiknya sehingga tepat sasaran

dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Mayoritas responden penelitian

(61.3%) menjawab setuju pernyataan ke-7 yakni petugas yang melakukan

pemeriksaan memiliki kemampuan yang baik terhadap teknologi yang digunakan.

Mayoritas responden penelitian (72.5%) menjawab setuju pernyataan ke-8 yakni

kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan lebih terjamin dan semakin

meningkat.

Selanjutnya, berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden tentang

Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut di atas, Teknologi Informasi dan

Komunikasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yakni baik (jika skor > mean),

cukup (jika skor = mean) dan kurang (jika skor < mean) dengan distribusi

frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.14
Kategori Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kategori Teknologi Informasi Jumlah Persentase (%)
dan Komunikasi
Baik 28 35.0
Cukup 39 48.8
Kurang 13 16.3
Jumlah 80 100,0
Sumber : Hasil penelitian 2020 (data diolah)

Universitas Sumatera Utara


99

Tabel 4.14 memperlihatkan bahwa dari 80 responden penelitian, 28 orang

(35.0%) responden mengatakan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan adalah baik, 39 orang (48.8%) mengatakan

cukup baik dan 13 orang (16.3%) mengatakan kurang baik. Dengan demikian,

mayoritas responden mengatakan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi

pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan adalah cukup baik yakni

sebanyak 39 orang (48.8%).

Ditinjau dari variabel Teknologi Informasi dan Komunikasi, hasil analisis

deskriptif memperlihatkan bahwa nilai mean setiap indikator variabel Kebijakan

Pemerintah adalah sebagai berikut ;

Tabel 4.15
Nilai Mean Indikator Variabel Teknologi Informasi dan Komunikasi
No Indikator Teknologi Informasi dan Nilai Mean
Komunikasi
1 Kecepatan kerja 7.97
2 Konsistensi 7.98
3 Ketepatan kerja 8.08
4 Keandalan 7.77
Sumber : Hasil penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 4.15 memperlihatkan bahwa ditinjau dari Teknologi Informasi dan

Komunikasi, indikator paling berpengaruh adalah ketepatan kerja (mean – 8.08)

sedangkan indikator paling tidak berpengaruh adalah keandalan (mean =7.77)

4.2.2.4 Kepuasan Masyarakat

Kepuasan Masyarakat diukur dengan 10 item pernyataan dengan distribusi

jawaban sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


100

Tabel 4.16
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kepuasan Masyarakat
Jawaban
Sangat Setuju Kurang Tidak setuju Sangat tidak
No Pernyataan setuju setuju setuju
n % N % N % n % n %
1 Masyarakat pengguna
jasa karantina merasa
puas karena pelayanan 11 13.8 61 76.3 5 6.3 2 2.5 1 1.3
BKP II Medan sesuai
harapan masyarakat
2 Pelayanan karantina
yang diberikan cepat
29 36.3 45 56.3 3 3.8 3 3.8 - -
selesai dan sesuai yang
diinginkan masyarakat
3 Kebijakan karantina
tidak mengabaikan 17 21.3 51 63.8 8 10.0 3 3.8 1 1.3
kebijakan publik lainnya
4 Pelayanan karantina
hewan / tumbuhan 1 1.3
21 26.3 50 62.5 5 6.3 3 3.8
selalu bekerjasama
dengan instansi lain
5 Pengguna jasa karantina
selalu
merekomendasikan 14 17.5 57 71.3 7 8.8 1 1.3 1 1.3
karantina pada
masyarakat.
6 Pengguna jasa selalu
merekomendasikan
pada kelompok lain yang 18 22.5 48 60.0 12 15.0 2 2.5 - -
membutuhkan jasa
perkarantinaan
7 Masyarakat puas
dengan pelayanan
8 10.0 65 81.3 6 7.5 1 1.3 - -
karantina yang cepat
dan sesuai harapan
8 Kondisi perangkat lunak,
keras dan internet di
Kantor BKP Kelas II 3 3.8 63 78.8 9 11.3 5 6.3 - -
Medan dalam keadaan
baik dan siap pakai
9 Pengguna jasa BPK
Kelas II Medan
menunjukkan loyalitas
tinggi karena sikap dan 1 1.3 71 88.8 7 8.8 1 1.3 - -
perhatian petugas baik
dan responsif dalam
melayani

Universitas Sumatera Utara


101

Tabel 4.16 Lanjutan

Jawaban
Sangat Setuju Kurang Tidak Sangat
No Pernyataan setuju setuju setuju tidak
setuju
n % N % N % n % n %
10 Loyalitas pengguna
jasa BPK Kelas II
Medan semakin
tinggi karena
71 88.8 9 11.3 - - - - - -
pelayanan yang
cepat selesai dan
sesuai dengan apa
yang diinginkan
Sumber : Data penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 4.16 memperlihatkan bahwa ditinjau dari Kepuasan Masyarakat

mayoritas responden penelitian (76.3%) menjawab setuju pernyataan ke-1 yakni

masyarakat pengguna jasa karantina merasa puas karena pelayanan Balaii

Karantina Pertanian Kelas II Medan sesuai harapan masyarakat. Mayoritas

responden penelitian (56.3%) menjawab setuju pernyataan ke-2 pelayanan

karantina yang diberikan cepat selesai dan sesuai yang diinginkan masyarakat.

Mayoritas responden penelitian (63.8%) menjawab setuju pernyataan ke-3 yakni

kebijakan karantina tidak mengabaikan kebijakan publik lainnya.

Mayoritas responden penelitian (62.5%) menjawab sangat setuju

pernyataan ke-4 yakni dalam memberikan pelayanan baik di bidang karantina

hewan / tumbuhan Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan selalu bekerjasama

dengan instansi lain. Mayoritas responden penelitian (61.3%) menjawab sangat

setuju pernyataan ke-5 yakni pengguna jasa karantina akan merekomendasikan

karantina pada masyarakat yang memerlukan pelayanan perkarantinaan.

Mayoritas responden penelitian (60.0%) menjawab sangat setuju pernyataan ke-6

Universitas Sumatera Utara


102

yakni pengguna jasa karantina selalu merekomendasikan pada kelompok lain

yang membutuhkan jasa perkarantinaan.

Mayoritas responden penelitian (81.3%) menjawab sangat setuju

pernyataan ke-7 yakni masyarakat puas dengan pelayanan karantina yang cepat

dan sesuai harapan. Mayoritas responden penelitian (78.8%) menjawab sangat

setuju pernyataan ke-8 yakni kondisi perangkat lunak, keras dan internet di Kantor

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan dalam keadaan baik dan siap pakai.

Mayoritas responden penelitian (88.8%) menjawab sangat setuju pernyataan ke-9

yakni pengguna jasa karantina menunjukkan loyalitas tinggi karena sikap dan

perhatian petugas baik dan responsif dalam melayani. Mayoritas responden

penelitian (88.8%) menjawab sangat setuju pernyataan ke-10 yakni loyalitas

pengguna jasa BPK Kelas II Medan semakin tinggi karena pelayanan yang cepat

selesai dan sesuai dengan yang diinginkan

Selanjutnya, berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden tentang

Kepuasan Masyarakat tersebut di atas, Kepuasan Masyarakat dikelompokkan

kedalam 3 kategori yakni baik (jika skor > mean), cukup (jika skor = mean) dan

kurang (jika skor < mean) dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.17
Kategori Kepuasan Masyarakat
Kategori Jumlah Persentase (%)
Kepuasan Masyarakat
Puas 41 51.3
Cukup 24 30.0
Kurang 15 18.8
Jumlah 80 100,0
Sumber : Hasil penelitian 2020 (data diolah)

Universitas Sumatera Utara


103

Tabel 4.17 memperlihatkan bahwa dari 80 responden penelitian, 41 orang

(51.3%) responden mengatakan puas dengan pelayanan yang diberikan oleh

kantor Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan, 24 orang (30.0%) cukup puas

dan 15 (18.8%) mengatakan kurang puas. Dengan demikian, mayoritas responden

mengatakan puas dengan pelayanan yang diberikan oleh kantor Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan yakni sebanyak 41 orang (51.3%).

Ditinjau dari variabel Kepuasan Masyarakat, hasil analisis deskriptif

memperlihatkan bahwa nilai mean setiap indikator variabel Kepuasan Masyarakat

adalah sebagai berikut ;

Tabel 4.18
Nilai Mean Indikator Variabel Kepuasan Masyarakat
No Indikator Kepuasan Masyarakat Nilai Mean
1 Harapan publik terpenuhi 8.23
2 Keinginan menggunakan jasa 8.08
3 Merekomendasi pada orang lain 8.05
4 Kualitas layanan 7.80
5 Loyalitas 7.78
Sumber : Hasil penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 4.18 memperlihatkan bahwa ditinjau dari Kepuasan Masyarakat,

indikator paling berpengaruh adalah harapan publik terpenuhi (mean = 8.23)

sedangkan indikator paling tidak berpengaruh adalah kualitas pelayanan dan

loyalitas (mean =7.78)

4.3 Hasil Analisis Data

4.3.1 Hasil Uji Normalitas

Universitas Sumatera Utara


104

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian

berdistribusi normal dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan grafik

PP Plot dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.19
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandarized
Residual
N 80
Mean 80
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .0000000
Absolute 1.40274598
Most Extreme Differences Positive .092
Negative .055
Kolmogorov-Smirnov Z .824
Asymp. Sig. (2-tailed) .506
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil penelitian 2020 (data diolah)

Tabel 4.19 memperlihatkan bahwa nilai residual probabilitas (asymp.sig.

2-tailed) adalah 0.506 lebih besar dari sig-α (0.05), sehingga dapat disimpulkan

bahwa data penelitian berdistribusi secara normal. Hal yang sama juga

dikonfirmasikan oleh grafik P-P normalitas berikut :

Universitas Sumatera Utara


105

Gambar 4.5. Grafik PP Normalitas Data Penelitian

Grafik di atas memperlihatkan bahwa titik titik data tersebar di sepanjang

garis diagonal membentuk simetris kiri dan kanan. Hal ini mengindikasikan

bahwa data penelitian berdistribusi normal

4.3.2 Hasil Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas yang dilakukan memperlihatkan hasil seperti pada

tabel berikut :

Tabel 4.20
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Standar Operasional Prosedur .836 1.197
1 Kebijakan Pemerintah .840 1.190
Teknologi Informasi dan Komunikasi .994 1.006
a. Dependent Variable: Kepuasan masyarakat

Tabel 4.20 memperlihatkan bahwa nilai tolerance ke-3 variabel secara

berturut turut adalah 0.836, 0.840, dan 0.994 seluruhnya lebih kecil dari 1, dan

nilai VIF ke-3 variabel adalah 1.197, 1.190 dan 1.006 seluruhnya lebih kecil

Universitas Sumatera Utara


106

dari 10 sehingga disimpulkan data penelitian tidak mengandung gejala

multikolinieritas.

4.3.3 Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Data penelitian yang baik adalah tidak mengandung gejala

heterokedastisita. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas, sebaliknya jika berbeda disebut

heteroskedastisitas dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.21
Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Unstandarized Standarized t Sig.
Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -1.016 2.461 -.413 .681
Standar Operasional Prosedur .059 .040 .182 1.488 .141
(SOP)
1
Kebijakan Pemerintah .022 .044 .060 .489 .626
Teknologi Informasi dan -.016 .063 -.029 -.255 .799
Komunikasi
a. Dependent Variable: abs_res_1

Tabel 4.21 memperlihatkan bahwa nilai asymp.sig (2-sided) setiap

variabel adalah 0.141, 0.626 dan 0.799 dimana ke-3 variabel bebas memiliki nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga hasil perhitungan ini memenuhi uji

persyaratan gejala heterokedastisitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

data penelitian ini tidak mengandung gejala hetero-kedastisitas. Dengan kata lain,

Universitas Sumatera Utara


107

tidak ada hubungan korelasi kuat antar variabel bebas dalam penelitian ini. Hal

yang sama dapat diperlihatkan oleh grafik heterokedastisitas berikut

Gambar 4.6 Grafik Heterokedastisitas

4.4 Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda yang terdiri

dari uji –F secara simultan dan uji-t secara parsial dengan hasil sebagai berikut;

4.4.1 Hasil Uji F Secara Simultan

Uji F secara simultan dilakukan untuk mengetahui apakah ke-3 variabel

bebas X1 (Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan), X2 (Kebijakan

Pemerintah) dan X3 (Teknologi Informasi dan Komunikasi) memberikan

pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (Kepuasan Masyarakat)

Universitas Sumatera Utara


108

Tabel 4.22
Hasil Uji F Secara Simultan
ANOVAa
Model Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 300.352 3 100.117 48.948 .000b
1 Residual 155.448 76 2.045
Total 455.800 79
a. Dependent Variable: Kepuasan Masyarakat
b. Predictors: (Constant), Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kebijakan Pemerintah,
Standar Operasional Prosedur

Tabel 4.22 memperlihatkan bahwa nilai F-hitung = 48.498 dengan nilai

signifikansi (p-value) =0,000. Jika dibandingkan dengan nilai F-tabel = 2.49 (untuk

N = 80 atau df=94), dapat diketahui bahwa F-hitung (48.498) > F-tabel (2.49) dan

sig-p (0,000) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-3 variabel X1 (Standar

Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan, X2 (Kebijakan Pemerintah) dan X3

(Teknologi Informasi dan Komunikasi) memberi pengaruh signifikan terhadap

variabel terikat Y (Kepuasan masyarakat)

4.4.2 Hasil Uji-t Secara Parsial

Untuk mengetahui pengaruh masing masing variabel bebas terhadap

variabel terikat Y (Kepuasan masyarakat), dilakukan uji-t secara parsial dengan

hasil sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


109

Tabel 4.23
Hasil Uji-t Secara Parsial
Coefficientsa
Unstandarized Standarized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 1.039 3.917 .265 .792
.495 .063 .575 7.85 .000
Standar Operasional Prosedur
0
1 .274 .071 .283 3.87 .000
Kebijakan Pemerintah
3
Teknologi Informasi dan .439 .100 .295 4.38 .000
Komunikasi 9
a. Dependent Variable: Kepuasan masyarakat

Interpretasi :

1) Pengaruh Standar Operasional Prosedur (SOP) Terhadap Kepuasan


Masyarakat

Tabel 4.23 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X1 (Standar Operasional

Prosedur (SOP) Pelayanan) = 7.850 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0,000.

Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel =1.99 (untuk N =80 atau df= 76) dan sig-

=0,05 dapat diketahui bahwa t-hitung X1 (7.850) > t-tabel (1.99) dan p-value (0,000)

< 0,05. Hasil analisis ini memenuhi persyaratan uji hipotesis dimana jika t-hitung >

t-tabel dan p-value < 0,05 berarti Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pelayanan) memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (Kepuasan

masyarakat).

Universitas Sumatera Utara


110

2) Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Kepuasan Masyarakat

Tabel 4.23 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X2 (Kebijakan Pemerintah)

= 3.873 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0,002. Jika dibandingkan dengan

nilai t-tabel =1.99 (untuk N =80 atau df= 76), dapat diketahui bahwa t-hitung X2

(3.873) > t-tabel (1.99) dan p-value (0,002) <0,05. Hasil analisis ini memenuhi

persyaratan uji hipotesis dimana jika t-hitung > t-tabel dan p-value < 0,05, berarti Ha

diterima atau Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel X2

(Kebijakan Pemerintah) memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y

(Kepuasan masyarakat).

3) Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Kepuasan


Masyarakat

Tabel 4.23 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X3 (Teknologi Informasi

dan Komunikasi) = 4.389 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0,016. Jika

dibandingkan dengan nilai t-tabel t-tabel =1.99 (untuk N =80 atau df= 76) dan sig-

=0,05, dapat diketahui bahwa t-hitung X3 (4.389) > t-tabel (1.99) dan p-value (0,016)

<0,05. Hasil analisis ini memenuhi persyaratan uji hipotesis dimana jika t-hitung >

t-tabel dan p-value < 0,05, berarti Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa variabel X3 (Teknologi Informasi dan Komunikasi)

memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (Kepuasan masyarakat).

4.4.3 Hasil Uji R-Square

Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat Y yakni kepuasan masyarakat, dilakukan uji R-square dengan hasil sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


111

Tabel 4.24
Hasil Uji Determinasi R
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate

1 .812a .659 .645 1.43016


a. Predictors: (Constant), Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kebijakan
Pemerintah, Standar Operasional Prosedur
b. Dependent Variable: Kepuasan Masyarakat

Tabel 4.24 memperlihatkan bahwa nilai adjusted r-square = 0,645, hal ini

berarti besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat Y (Kepuasan

masyarakat) adalah sebesar 0,645 x 100% = 64.5 %. Dengan kata lain, sebesar

64.5% variabel kepuasan masyarakat dapat dijelaskan oleh variabel Standar

Operasional Prosedur (SOP), Kebijakan Pemerintah, Teknologi Informasi dan

Komunikasi dan Kepuasan Masyarakat sedangkan selebihnya (35.5%) dijelaskan

oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

4.4.4 Persamaan Regresi

Persamaan regresi dapat disusun sesuai dengan nilai koefisien hasil

perhitungan berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Y = 1.039 + 0.495X1+ 0.274X2 + 0.439X3 + e

Interpretasi :

1) Persamaan ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan Standar Operasional

Prosedur (SOP) Pelayanan sebesar 1 poin, dapat meningkatkan Kepuasan

Masyarakat sebesar 1.039 + 0.495 = 1.5 poin. Dengan kata lain, setiap

Universitas Sumatera Utara


112

peningkatan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan, dapat

meningkatkan kepuasan masyarakat sebesar 1.5 kali.

2) Persamaan ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan Kebijakan Pemerintah

sebesar 1 poin, dapat meningkatkan Kepuasan Masyarakat sebesar 1.039 +

0.274 = 1.3 poin. Dengan kata lain, setiap peningkatan Kebijakan Pemerintah,

dapat meningkatkan Kepuasan Masyarakat sebesar 1.3 kali.

3) Persamaan ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan teknologi informasi

dan komunikasi sebesar 1 poin, dapat meningkatkan kepuasan masyarakat

sebesar 1.039 + 0.439 = 1.5 poin. Dengan kata lain, setiap peningkatan

Teknologi Informasi dan Komunikasi, dapat meningkatkan Kepuasan

Masyarakat sebesar 1.5 kali.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Pengaruh Standar Operasional Prosedur (SOP) Terhadap Kepuasan


Masyarakat

Hasil analisis memperlihatkan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP)

memberi pengaruh signifikan terhadap kepuasan masyarakat. Hal ini

diindikasikan oleh nilai t-hitung X1 (7.850) > t-tabel (1.98) dan p-value (0,000)

<0,05. Hal ini berarti semakin baik Standar Operasional Prosedur (SOP), semakin

tinggi kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Balai Karantina Pertanian Kelas

II Medan.

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan melaksanakan pelayanan

kepada masyarakat berdasarkan SOP yang ada dengan mengedepankan prinsip

efektifitas dan efisiensi kerja. Sebagai konsekuensinya, prosedur kerja yang dibuat

Universitas Sumatera Utara


113

sederhana mungkin sehingga tidak membebankan tugas pengawasan,

menghindari rangkap atau duplikasi kerja, bekerja berdasarkan urutan kerja yang

sistematis, serta mengedepankan spesialisasi tugas. Pada akhirnya, penerapan

prinsip efektifitas dan efisiensi kerja tersebut memberi dampak positif terhadap

peningkatan kepuasan masyarakat.

Selain itu, dengan menerapkan SOP yang ada, Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan semakin mudah melakukan evaluasi hasil kerja dimana kinerja

yang buruk segera diperbaiki sehingga memberi dampak positif bagi kepuasan

masyarakat Hal ini sangat ditekankan dalam SOP terutama dalam bidang

pelayanan kepada masyarakat sehingga diharapkan memberikan peningkatan

kepuasan kepada masyarakat luas. Alasan utama terjadinya peningkatan kepuasan

masyarakat melalui penerapan Standar Operasional Prosedur adalah adanya

peningkatan efisiensi kerja pegawai, prosedur kerja yang tidak berbelit-belit dan

ketanggapan pegawai yang tinggi terhadap setiap kebutuhan dan masalah

masyarakat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purba (2019), Pengaruh

Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Terhadap Kepuasan

Masyarakat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli

Utara dimana hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan Standar Operasonal

Prosedur (SOP) berpengaruh positif terhadap kepuasan masyarakat pada Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Tanjung (2017), Pengaruh

Penerapan Standar Operasional Prosedur terhadap Kepuasan Pelayanan di

Universitas Sumatera Utara


114

Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga Provinsi Sumatera Utara dimana hasil

penelitian membuktikan bahwa dengan ada atau tanpa panduan SOP kegiatan

pelayanan di PPN Sibolga dapat berjalan, walaupun tidak diandalkan utuk semua

kegiatan. Karena SOP tersebut sangat berperan penting dalam mengarahkan setiap

kegiatan yang ada di pelabuhan.

4.5.2 Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Kepuasan Masyarakat

Hasil analisis memperlihatkan bahwa kebijakan pemerintah memberi

pengaruh signifikan terhadap kepuasan masyarakat. Hal ini diindikasikan oleh

nilai t-hitung X2 (3.873) > t-tabel (1.99) dan p-value (0,002) <0,05. Hal ini berarti

semakin baik kebijakan pemerintah, semakin tinggi kepuasan masyarakat

terhadap pelayanan Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

Upaya Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan untuk secara

berkesinambungan telah memberikan hasil yang sangat signifikan terhadap

peningkatan kepuasan masyarakat. Hal ini terjadi karena kebijakan pemerintah

lebih mengarah kepada kepentingan publik, terutama bagi mereka yang memiliki

kepentingan dengan Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan. Setiap keputusan

yang diambil dalam konteks kebijakan publik selalu berorientasi kepada

kepentingan masyarakat luas. Hal ini sangat disadari oleh masyarakat terutama

oleh masyarakat yang memiliki urusan kepentingan dengan Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan. Sebagai konsekuensinya, terjadi peningkatan kepuasan

masyarakat terutama karena kebijakan pemerintah yang diterapkan oleh Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan diharapkan dapat membuat masyarakat luas

lebih percaya kepada peraturan yang ada.

Universitas Sumatera Utara


115

Hasil penelitian ini sejalan dengan Tefa (2016). Penerapan Kebijakan

Pemerintah Daerah terhadap Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga (Studi Kasus

pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tulungagung Provinsi

Jawa Timur) dimana hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan kebijakan

pemerintah daerah mempengaruhi kepuasan pelayanan masyrakat dalam

pembuatan Kartu Keluarga pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Dodopo (2013)

Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu

Keluarga ( Suatu Studi Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Halmahera Utara ) dimana hasil penelitian membuktikan bahwa implementasi

kebijakan dalam pelayanan pembuatan kartu keluarga sudah berjalan dengan baik

dan pelayanan yang diberikan telah mengalami peningkatan dalam hal pemberian

layanan pembuatan kartu keluarga.

Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah, bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945,

penyelenggaraan pemerintah daerah diarahkan agar mampu melahirkan

kepemimpinan daerah yang efektif dengan memperhatikan prinsip yang

demokratis, persamaan keadilan dan persamaan hukum dalam sistem Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Wilayah Negara Republik Indonesia dibagi atas

daerah Provinsi dan daerah provinsi dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan Kota,

yang masing-masing memiliki daerah yang melaksanakan fungsi-fungsi

Universitas Sumatera Utara


116

pemerintahan daerah, yakni Pemerintahan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD). Kepala Daerah adalah kepala Pemerintahan Daerah baik di

daerah provinsi maupun Kabupaten/Kota merupakan lembaga Exeskutif daerah.

Salah satu bagian yang perlu dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

pelayanan publik adalah penyelenggaraan tugas-tugas ditingkat kabupaten dimana

tingkat keberhasilan sangat ditentukan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai pemerintah yang langsung

berhadapan dengan masyarakat luas yang beraneka ragam coraknya, maka dalam

menjalankan tugasnya dari pemerintah atasan dia juga harus mampu melihat

keinginan dari masyarakat sehingga sangat penting yang berhubungan dengan

peranannya sebagai penyelenggara serta penanggungjawab utama di bidang

pemerintah, pembangunan dan masyarakat mempunyai keterpaduan.

4.5.3 Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Kepuasan


Masyarakat

Hasil analisis memperlihatkan bahwa Teknologi Informasi dan

Komunikasi memberi pengaruh signifikan terhadap Kepuasan masyarakat. Hal

ini diindikasikan oleh nilai t-hitung X3 (4.389) > t-tabel (1.99) dan p-value (0,016)

<0,05. Hal ini berarti semakin tinggi teknologi informasi dan komunikasi

semakin tinggi kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan terus berupaya meningkatkan

kepuasan masyarakat terutama melalui penerapan teknologi informasi dan

komunikasi khususnya dalam pelayanan masyarakat. Hal ini sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


117

dukungan pemerintah dengan pengembangan teknologi informasi yang dapat

dilihat salah satunya dengan dikembangkannya website dan juga beberapa media

online maupun media sosial pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

Adanya pengembangan website maupun media online oleh Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan telah memberikan dampak positif terhadap kepuasan

masyarakat yang sebelumnya mendapat pelayanan birokratis yang kaku dan

lamban sehingga menimbulkan ketidakpuasan masyarakat.

Sebaliknya, dengan penggunaan website dan berbagai media online terjadi

peningkatan efisiensi waktu penyelesaian urusan masyarakat. Bahkan pelayanan

menjadi semakin fleksibel dengan sistem pelayanan 24 jam sehingga dapat di

akses dimana saja dan kapan saja. Dengan keberadaan berbagai media online

tersebut, proses kerja dan tata kelola Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

semakin memuaskan, terutama dengan terciptanya hubungan instansi yang

semakin baik dengan masyarakat. Disisi lain, kemudahan mendapatkan informasi

yang diperlukan masyarakat juga semakin dirasakan masyarakat sehingga terjadi

peningkatan kepuasan masyarakat secara keseluruhan terhadap sistem dan tata

kerja Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

Dengan adanya penerapan teknologi informasi dan komunikasi,

masyarakat luas semakin merasakan adanya peningkatan kecepatan kerja pegawai

terutama dengan adanya berbagai aplikasi yang juga sudah online atau mobile

dalam melakukan berbagai pekerjaan sehingga akurasi hasil kerja juga semakin

meningkat, bahkan keandalan petugas juga semakin baik, sehingga kepuasan

Universitas Sumatera Utara


118

masyarakat terhadap sistem, prosedur dan tata kelola semakin tinggi terhadap

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

Hasil Penelitian Ini sejalan dengan Penelitian Paonganan (2014) Pengaruh

Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Layanan Pemustaka pada Badan

Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dimana hasil

penelitian memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara

variabel otomasi perpustakaan dan layanan digital dengan variabel kualitas

pelayanan pemustaka. Diperoleh nilai korelasi 0,605 berarti tingkat korelasi

otomasi perpustakaan dengan kualitas pelayanan pemustaka pada taraf kuat,

sementara korelasi antara layanan digital dengan kualitas pelayanan pemustaka

0,461 berarti tingkat korelasi layanan digital dengan kualitas pelayanan pemustaka

pada taraf yang sedang. Koefisien Determinasi adalah 0,633. artinya 63,30%

variasi dari kualitas pelayanan pemustaka dapat dijelaskan oleh variasi dari

variabel bebas, yaitu otomasi perpustakaan dan layanan digital. Sedangkan

sisanya 36,70% dijelaskan oleh sebab – sebab lain

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Putria (2013) Pengaruh

Implementasi Teknologi Informasi Dan Kualitas Pelayanan Jasa Terhadap

Kepuasan Pelanggan pada PT. PLN Batam dimana hasil penelitian membuktikan

bahwa implementasi teknologi Informasi dapat memberikan kontribusi yang

sangat baik, jika ini diterapkan secara keseluruhan di lingkungan PLN Batam.

Karena implementasi teknologi informasi juga akan mempengaruhi kepuasan

pelanggan PLN. Dengan memanfaatkan teknologi pekerjaan dapat diselesaikan

dengan cepat, seluruh informasi yang ingin disampaikan kepada pelanggan

Universitas Sumatera Utara


119

maupun kepada karyawan PLN Batam itu sendiri dapat diterima dengan cepat dan

akurat.

Peranan teknologi informasi dalam berbagai aspek kegiatan bisnis dapat

dipahami karena sebagai sebuah teknologi yang menitik beratkan pada pengaturan

sistem informasi dengan penggunaan komputer. Teknologi informasi dapat

memenuhi kebutuhan informasi dunia bisnis dengan cepat, tepat waktu, relevan

dan akurat. Era globalisasi sekarang ini, menuntut perusahaan untuk

meningkatkan pelayanan secara profesional sesuai dengan bidangnya masing-

masing. Perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat telah

mendorong perusahaan untuk menghasilkan produk atau layanan yang dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga konsumen merasa puas

dengan apa yang telah mereka dapatkan dari perusahaan. Ditenggah berbagai

kendala yang ada, PLN Batam melakukan peningkatan pelayanan kepada selurug

pelanggan dan masyarakat Batam dengan senantiasa mempertahankan fokus

untuk menjadi perusahaan energi terbaik.

4.6. Implikasi Manajerial

4.6.1. Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan oleh Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan

Ditinjau dari Standar Operasional Prosedur, indikator paling berpengaruh

adalah efisiensi dan standarisasi (mean = 8.0) sedangkan indikator yang paling

tidak berpengaruh adalah konsistensi (mean = 7.58. Hal ini berarti penerapan

Standar Operasional Prosedur pada Balai Karntina Pertanian kelas II Medan

Universitas Sumatera Utara


120

berhasil meningkatkan efisiensi dan standarisasi kerja Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan. Tetapi, capaian kinerja Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

belum konsisten. Oleh karena itu, Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan perlu

meningkatkan kekonsistenan kerja antara lain dengan meningkatkan pelatihan

dan pengarahan kerja oleh pimpinan agar kekonsisenan kerja pegawai Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan dapat lebih ditingkatkan.

Pentingnya peranan SOP dalam sebuah organisasi sehingga mutlak

dijadikan dasar dalam menentukan jenis pelayanan dan standar kualitas

pelayanan. Khusus pada instansi pemerintahan yang berorientasi publik,

pelayanan prima sudah semestinya menjadi hal utama yang harus mampu

mengubah paradigma lama tentang birokrasi yang biasanya panjang dan rumit

karena birokrasi yang baik adalah melayani masyarakat bukan dilayani

masyarakat, ada aspek kualitas meeting the needs of customer yang harus dicapai

atau sebagaimana dinyatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia

membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa

pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hal ini didukung

dengan sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat dimana akses dan segala

kemudahan dibuka seluas-luasnya turut mengubah perilaku manusia untuk tidak

segan menuntut haknya pada negara selaku penyelenggara pelayanan publik.

Dengan adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan,

penyelenggaraan administrasi pemerintahan dapat berjalan dengan pasti. Berbagai

bentuk penyimpangan dapat dihindari atau sekalipun terjadi penyimpangan di

lingkungan pemerintahan, hal tersebut dapat ditemukan penyebabnya dan bisa

Universitas Sumatera Utara


121

diselesaikan dengan cara yang tepat. Apabila semua kegiatan sudah sesuai dengan

yang ditetapkan dalam Standar Operasional Prosedur, maka secara bertahap

kualitas pelayanan publik akan lebih profesional, cepat dan mudah.

4.6.2. Pentingnya Melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pelayanan di Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

Pentingnya pelaksanaan Standarr Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan

oleh Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan adalah karena Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan mempunyai tugas pelayanan operasional yang sangat

luas meliputi karantina hewan / tumbuhan, pengawasan keamanan hayati hewani /

nabati baik kegiatan ekspor, impor, domestik masuk dan domestik keluar. Standar

Operasional Prosedur diperlukan agar tindakan karantina berlangsung efektif dan

efisien, tidak ada penundaan waktu maupun antrian panjang terutama dalam hal

pemeriksaan dokumen, pemeriksaan lapangan, pemeriksaan laboratorium,

pengasingan, pengamatan, penahanan, perlakuan, penolakan, pemusnahan dan

pembebasan sehingga kepuasan masyarakat pengguna jasa karantina semakin

tinggi.

Untuk menjamin pelaksanaan tugas dan fungsinya sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan, Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan juga telah didukung oleh sumber daya manusia yang profesional

dan fasilitas pemeriksaan yang modern terdiri dari dokter hewan karantina,

paramedik karantina, pemeriksa hasil mutu pertanian dan petugas lainnya

Universitas Sumatera Utara


122

sehingga efisiensi dan efektifitas kerja yang dicapai berhasil meningkatkan

kepuasan masyarakat pengguna jasa karantina.

Masyarakat pengguna jasa karantina sangat merasakan manfaat penerapan

Standar Operasional oleh Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan terutama

dalam pencegahan masuk, keluar dan tersebarnya hama dan penyakit hewan

karantina, pengawasan dan pengendalian keamanan pangan dan mutu pangan,

keamanan pakan dan mutu pakan, sehingga terjadi peningkatan kepuasan

masyarakat terhadap hasil kerja pengkarantinaan yang dilaksanakan Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan.

4.6.3. Penerapan Kebijakan Pemerintah di Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan

Ditinjau dari Kebijakan Pemerintah, indikator paling berpengaruh adalah

kebijakan tidak berdiri sendiri (mean =9.26) sedangkan indikator paling tidak

berpengaruh adalah intervensi pemerintah (mean = 8.12). Hal ini berarti kebijakan

pemerintah yang diterapkan Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan cukup

sukses menerapkan kebijakan pemerintah dengan tidak mengabaikan kebijakan

Balai Karantina itu sendiri sehingga kebijakan pemerintah tidak terkesan berdiri

sendiri atau bertentangan dengan kebijakan Balai Karantina. Dalam hal ini,

intervensi pemerintah perlu ditingkatkan agar penerapkan kebijakan pemerintah

benar benar maksimal pada Balai Karantina Kelas II Medan. Peningkatan

intervensi pemerintah antara lain dapat dilakukan dengan penyertaan aparat

pemerintah dalam melakukan pengawasan segala aktifitas operasional Balai

Universitas Sumatera Utara


123

Karantina Kelas II Medan sehingga tercipta sinkronisasi peran antara Pemerintah

dengan Balai Karantina Kelas II Medan.

Salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan pemerintah adalah

implementasi kebijakan. Kebijakan pemerintah sering dianggap hanya merupakan

pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh legislatif atau para pengambil

keputusan, seolah – olah tahapan ini kurang berpengaruh. Implementasi kebijakan

pemerintah khususnya dalam pelayanan di Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan sebagai suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor

yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan. Kebijakan

pemeritah tersebut bersifat multi disipliner termasuk dalam bidang jasa pelayanan

di Balai Karatina Pertanian Kelas II Medan. Meningkatkan kepatuhan Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan terhadap kebijakan pemerintah seperti

penetapan biaya atau tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang

dikenakan kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan, tanpa adanya

tindakan diskriminatif membuat masyarakat pengguna jasa karantina semakin

puas bahkan semakin percaya terhadap hasil kerja Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan.

Biaya yang dikenakan kepada masyarakat pengguna jasa karantina telah

disesuaikan dengan jenis pelayanan yang diterima. Selain itu Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan semakin disiplin menerapkan kebijakan pemerintah

seperti larangan beberapa hewan atau tumbuhan yang dilarang masuk atau keluar

dari suatu daerah untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama dan penyakit

tumbuhan maupun hewan yang dapat menjadi ancaman bagi daerah tersebut.

Universitas Sumatera Utara


124

Terlebih lagi dengan adanya Kebijakan otonomi daerah dalam Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, secara eksplisit

memberikan otonomi yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan

mengelola berbagai kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah. Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan dengan Pemerintah Daerah harus saling

bekerjasama dalam mengoptimalkan pembangunan daerah yang berorientasi

kepada kepentingan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin menambah

otoritas Balai Karantina Pertanian untuk menerapkan kebijakan pemerintah bagi

kepentingan masyarakat luas dalam menciptakan kepuasan masyarakat dengan

pelayanan yang diberikan oleh Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

4.6.4. Pentingnya Penerapan Kebijakan Pemerintah di Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan

Dalam upaya untuk meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap

penerapan kebijakan pemerintah, Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan terus

melakukan sosialisasi informasi tentang mekanisme pelayanan yang diterapkan,

anggaran atau tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan sistem

pembayaran sehingga membuat masyarakat pengguna jasa karantina merasa puas

dengan kebijakan pemerintah yang diterapkan Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan. Kepastian tentang jangka waktu pemeriksaan atau bahkan

penahanan hewan ternak / tumbuhan memberi kepastian bahwa pelayanan yang

diberikan Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan benar-benar telah mengikuti

peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga masyarakat semakin merasa

Universitas Sumatera Utara


125

aman dan nyaman apabila berhubungan dengan Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan. Kepuasan masyarakat terhadap kinerja pelayanan Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan dapat dilihat salah satunya dari pencapaian predikat

Wilayah Bebas Korupsi (WBK) yang diterima oleh Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan pada Desember 2020. Kementerian Pertanian melalui Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan berhasil meraih predikat WBK/WBBM dari

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)

pada acara Apresiasi dan Penghargaan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas

dari Korupsi (WBK) / Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) Tahun

2020. Karantina Pertanian Medan bersama dengan lima UPT Karantina Pertanian

lainnya yang mendapatkan predikat WBK, yaitu Karantina Belawan, Karantina

Soetta, Karantina Surabaya, Karantina Tanjung Priok, dan Karantina Semarang.

Serta satu UPT Karantina mendapatkan Predikat WBBM, yaitu Karantina

Yogyakarta.

Hal ini adalah salah satu upaya dari Karantina Medan dalam membangun

dan menjaga kepercayaan publik sebagai institusi pelayanan. Penilaian ini

dilakukan secara periodik setiap tahun dengan terus dilakukan monitoring dan

evaluasi. Apabila suatu waktu ditemukan fakta yang bertentangan dengan predikat

WBK tersebut maka predikat ini dapat dicabut dari unit yang bersangkutan.

Keberhasilan reformasi birokrasi harus didukung sumber daya manusia (SDM)

aparatur yang tidak hanya unggul tapi juga berintegritas. Integritas lembaga

maupun aparat harus ditegakkan sebagai formula untuk mencegah terjadinya

korupsi yang sangat merugikan negara sehingga semua Aparatur Sipil Negara

Universitas Sumatera Utara


126

(ASN) bukan hanya di Balai Karantina Medan, harus memiliki komitmen untuk

membangun budaya integritas karena dengan adanya integritas yang kuat ASN

akan mampu menghidari ancaman dan tekanan dari pihak manapun. Balai

Karantina Medan telah berkomitmen untuk meraih predikat Zona Integritas (ZI)

agar dapat menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih

dan Melayani (WBBM) yang merupakan gerbang awal dalam mewujudkan

birokrasi yang bersih dan melayani.

Keberhasilan Karantina Medan memperoleh penghargaan tersebut semakin

meningkatkan kepercayaan masyarakat pengguna jasa pada layanan

perkarantinaan sehingga perlindungan sumber daya alam dapat terjaga,

tersedianya pangan dan pakan yang sehat serta memiliki daya saing di pasar

global. Oleh karena itu, masyarakat pengguna jasa karantina semakin puas

dengan hasil penerapan kebijakan pemerintah oleh Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan.

4.6.5. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan

Ditinjau dari Teknologi Informasi dan Komunikasi, indikator paling

berpengaruh adalah ketepatan kerja (mean – 8.08) sedangkan indikator paling

tidak berpengaruh adalah keandalan (mean =7.77). Hal ini menunjukkan bahwa

teknologi informasi dan komunikasi yang diaplikasikan pada Balai Karantina II

Medan berhasil meningkatkan akurasi kerja. Tetapi, keandalan petugas masih

tetap menjadi masalah yang harus ditingkatan, antara lain dengan mengadakan

pelatihan khusus bagi petugas karantina dalam bidang pelayanan sehingga

Universitas Sumatera Utara


127

keandalan, ketanggapan, tanggungjawab, jaminan dan empati petugas dapat lebih

ditingkatkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat luas.

Pemerintah telah menetapkan program pembangunan pengembangan

Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan istilah E-goverment. Penerapan

E-government merupakan sesuai dengan Inpres No.3 tahun 2003 tentang

penyelanggaran tata kelola pemerintahan secara elektronis di Indonesia.

Implementasi e-government dalam pelaksanaan tata kelola pemerintah dan

pelayanan publik membutuhkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

beserta sumber daya manusia yang handal dalam mengelolanya. Pelayanan

pemerintah yang birokratis dan terkesan kaku dapat dieliminir melalui

pemanfaatan e-government menjadi lebih fleksibel, dan lebih berorientasi pada

kepuasaan pengguna. Selain itu e-government menawarkan pelayanan kepada

masyarakat selama 24 jam sehingga dapat di akses dimana saja dan kapan saja.

Mendukung era keterbukaan informasi publik, Badan Karantina Pertanian

(Barantan) sebagai salah satu badan publik dan unit kerja di bawah Kementerian

Pertanian (Kementan) berkomitmen penuh menyampaikan informasi publik dan

telah membuka akses layanan publik secara luas. Sesuai amanah Undang –

Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Barantan

bersama seluruh jajarannya di tingkat Unit Pelaksana Teknis yang ada di seluruh

Indonesia, memberikan informasi publik dan pelayanan perkarantinaan kepada

publik secara terbuka, cepat dan mudah. Hal ini dikarenakan transparansi

informasi menjadi pilar penting dalam menjalankan tugas perkarantinaan menjaga

sumber daya alam hayati dan keamanan pangan.

Universitas Sumatera Utara


128

Untuk itu, Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan menyediakan

website yang dapat dipergunakan masyarakat pengguna jasa karantina sehingga

masyarakat dapat berinteraksi tanpa perlu bertatap muka dengan petugas karantina

dan pelayanan yang mereka inginkan juga dapat selesai dengan cepat. Selain itu

masyarakat juga dapat mengetahui berbagai informasi dan ketentuan yang ada di

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan mengenai tindakan karantina dan juga

dapat secara langsung melakukan pengaduan apabila ada pelayanan yang tidak

sesuai dengan aturan yang ada. Berbagai akses layanan bagi publik disediakan

Barantan dalam hal ini Balai Karantina Medan secara online guna mendukung

komitmen tersebut seperti One Stop Services (OSS) IQFAST, PPK Online, e-cert

system, e-personal dan Simponi Barantan. Hal ini dilakukan untuk

penyelenggarakan tata kelola pemerintahan secara elektronis dengan

memanfaatkan sarana teknologi informasi dan komunikasi sebagai implemantasi

e-government di setiap lembaga pemerintahan. Hal ini cukup baik dalam

meningkatkan hubungan antara masyarakat dengan pemerintah, terlebih lagi

dalam mendapatkan informasi yang lebih jelas dari pihak pemerintah.

Ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi pada Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan juga sangat membantu masyarakat pengguna jasa karantina

khususnya dalam melakukan pembayaran jasa karantina yakni dengan sistem

mobile ataupun online. Hal ini dilakukan untuk mengurangi berbagai resiko yang

mungkin timbul pada saat melakukan pembayaran dan dapat menghemat waktu

baik para petugas karantina maupun masyarakat sehingga penerapan teknologi

Universitas Sumatera Utara


129

informasi dan komunikasi semakin meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap

pelayanan karantina yang diberikan Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

4.6.6. Pentingnya Teknologi Informasi dan Komunikasi di Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan

Mendukung era keterbukaan informasi publik, Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan sebagai salah satu badan publik dan unit kerja di bawah Badan

Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen penuh

menyampaikan informasi publik dan telah membuka akses layanan publik secara

luas. Sesuai amanah Undang – Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik, Barantan bersama seluruh jajarannya di tingkat Unit Pelaksana

Teknis yang ada di seluruh Indonesia, memberikan informasi publik dan

pelayanan perkarantinaan kepada publik secara terbuka, cepat dan mudah.

Transparansi informasi menjadi pilar penting dalam menjalankan tugas

perkarantinaan menjaga sumber daya alam hayati dan keamanan pangan. Berbagai

akses layanan bagi publik disediakan Barantan guna mendukung komitmen

tersebut. Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan telah berkomitmen penuh dan

sudah membuka akses layanan publik secara online, terutama masa pandemi ini

layanan publik perkarantinaan agar dapat diakses publik dengan mudah dan cepat.

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan juga telah menyediakan berbagai

informasi publik dan akses layanan publik Barantan melalui fasilitas ruang

pelayanan informasi publik PPID. Hal ini guna meminimalisir penyalahgunaan

wewenang jabatan dan menjunjung tinggi transaparansi.

Universitas Sumatera Utara


130

Selama masa pandemi, masyarakat juga dapat mendapatkan informasi

terkait perkarantinaan melalui fasilitas PPID yang disediakan secara online. Selain

itu juga, masyarakat pengguna jasa juga diberikan akses informasi melalui

berbagai media sosial yang ada, seperti komunikasi melalui aplikasi whatsapp,

facebook ataupun instagram Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan untuk

memudahkan publik tanpa harus datang langsung. Melalui berbagai media

layanan informasi publik, Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan berkomitmen

memberikan informasi secara profesional, tangguh dan tepercaya.

Namun berbagai program tersebut belum sepenuhnya berjalan dengan baik

dikarenakan masih adanya beberapa permasalahan yang timbul dalam

pelaksanaan program secara online ini yang antara lain masih terbatasnya tenaga

ahli yang kompeten di bidang informasi teknologi, data antar instansi yang belum

terintegrasi, anggaran yang kurang memadai dan belum merata pada setiap

instansi dan juga masih minimnya tingkat keamanan dalam penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi tersebut. Hal tersebut mengakibatkan pelayanan

masyarakat pengguna jasa Balai Karantina Pertanian kelas II Medan masih sering

terganggu sehingga pelayanan yang diberikan masih kurang maksimal.

4.6.7 Tindak Lanjut Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pelayanan, Kebijakan Pemerintah dan Teknologi Informasi dan

Komunikasi di Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

Universitas Sumatera Utara


131

Tindak lanjut dari penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pelayanan, Kebijakan Pemerintah dan Teknologi Informaasi dan Komunikasi di

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan, dilakukan dengan cara :

1. Penanganan pengaduan dan keluhan masyarakat sebagai pengguna jasa telah

ditindaklanjuti dengan melengkapi sarana pengaduan dengan cara

menyediakan kotak pengaduan, sehingga keluhan, ketidakpuasan ataupun

informasi dari masyarakat, khususnya pengguna jasa dapat ditampung dan

diketahui, sehingga dapat meningkatkan pelayanan operasional.

2. Biaya / tarif untuk sertifikasi surat kesehatan tumbuhan dan hewan yang

merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diinformasikan secara

terbuka dengan ditempatkan di ruangan counter dan dapat dibaca secara

langsung oleh pengguna jasa.

3. Persyaratan pelayanan yang merupakan persyaratan teknis dan administrasi

yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis

layanannya lebih dipermudah lagi dengan tidak melanggar SOP yang sudah

ditetapkan.

4. Komoditi pertanian dapat diperiksa fisiknya di kantor Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan, yaitu di Tempat Pemeriksaan Karantina (TPK)

yang telah dibangun di kantor Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

Hal ini mempermudah untuk pengecekan fisik untuk komoditi dan petugas

karantina selalu siap di tempat untuk melakukan pemeriksaan.

Tindak lanjut atas hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat

memperbaiki pelayanan operasional yang diberikan kepada pengguna jasa /

Universitas Sumatera Utara


132

stakeholder, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat

umumnya dan pengguna jasa khususnya, terwujudnya penataan sistem,

mekanisme dan prosedur pelayanan yang mudah di lingkup Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan, sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara lebih

bermutu berdaya dan berhasil guna. Dalam hal ini masyarakat selaku penerima

pelayanan diharapkan sudah merasa puas, tenang dan memiliki rasa kepercayaan

yang tinggi kepada unit pelayanan publik, khususnya Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan.

Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat

kepuasan masyarakat penerima pelayanan. Kepuasan masyarakat penerima

pelayanan dapat dicapai apabila masyarakat penerima pelayanan memperoleh

pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan. Walaupun hasil

penerapan kuesioner penelitian ini secara umum dapat dinilai sangat baik, akan

tetapi masih perlu lebih meningkatkan pelayanan publik, oleh karena masih

banyak masalah pelayanan publik yang perlu ditingkatkan penanganannya yang

mungkin luput dari perhatian selama ini.

Usaha peningkatan kualitas pelayanan publik itu, tidak akan terwujud

apabila tidak didukung oleh 2 (dua) syarat utama, yaitu komitmen para

pimpinan/pejabat pelayanan publik dibidang pertanian dan ketersediaan

sumberdaya yang memadai sesuai dengan kemajuan teknologi. Oleh karena itu

pada masa yang akan datang sangat diharapkan :

1. Perlunya sosialisasi dan konsolidasi diantara para pemimpin/pejabat pembina

maupun penyelenggara pelayanan publik dibidang pertanian bahwa kepuasan

Universitas Sumatera Utara


133

masyarakat perlu dicapai sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan

pencapaian visi dan misi Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

2. Perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya bagi unit pelayanan

publik, baik Sumberdaya Manusia Pelayanan, Sarana Kerja Pelayanan yang

termasuk didalamnya teknologi pendukung pelayanan publik serta

pengembangan Standar Operasi Prosedur (SOP) Pelayanan. Hal ini sesuai

dengan hasil analisis deskriptif bahwa ditinjau dari Kepuasan Masyarakat,

indikator paling berpengaruh adalah harapan publik terpenuhi (mean = 8.23)

sedangkan indikator paling tidak berpengaruh adalah kualitas pelayanan dan

loyalitas (mean =7.78). Artinya, aspek kualitas pelayanan dan loyalitas masih

tetap menjadi faktor yang harus lebih ditingkatkan agar kepuasan masyarakat

dapat lebih ditingkatkan terhadap pelayanan Balai Karantina kelas II

Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data tentang pengaruh Standar Operasional

Prosedur (SOP) Pelayanan, Kebijakan Pemerintah dan Teknologi Informasi dan

Komunikasi terhadap Peningkatan Kepuasan Masyarakat pada Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Secara parsial, Standar Operasional Prosedur (SOP) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan masyarakat pengguna jasa karantina pada Balai

Karantina Pertanian Kelas II Medan dan merupakan variabel yang mempunyai

pengaruh paling tinggi dibanding dengan variabel Kebijakan Pemerintah

maupun Teknologi Informasi dan Komunikasi di Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan.

2. Kebijakan Pemerintah secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan masyarakat pengguna jasa karantina pada Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan.

3. Teknologi Informasi dan Komunikasi secara parsial memberi pengaruh positif

dan signifikan terhadap kepuasan masyarakat pengguna jasa Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan

4. Secara simultan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan, Kebijakan

Pemerintah dan Teknologi Informasi Komunikasi berpengaruh signifikan

terhadap Kepuasan Masyarakat Pengguna Jasa Karantina pada Balai Karantina

134

Universitas Sumatera Utara


135

Pertanian Kelas II Medan yang ditunjukkan pada uji F dengan angka

signifikan sebesar 48.95% sedangkan sisanya sebesar 51.05% dijelaskan oleh

variabel atau faktor lain yang tidak diteliti.

5. Berdasarkan hasil uji Parsial dengan uji T dapat terlihat bahwa variabel yang

paling sedikit berpengaruh terhadap kepuasan masyarakat pengguna jasa pada

Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan adalah variabel Kebijakan

Pemerintah, oleh karena itu Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan perlu

lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terhadap setiap kebijakan

yang dikeluarkan oleh pemerintah.

5.2 S a r a n

Berdasarkan hasil penelitian tentang Penerapan Standar Operasional

Prosedur (SOP) Pelayanan, Kebijakan Pemerintah dan Teknologi Informasi

Komunikasi Terhadap Peningkatan Kepuasan Masyarakat pada Balai Karantina

Pertanian Kelas II Medan yang belum maksimal, maka dengan ini disampaikan

saran – saran sebagai berikut:

1. Kepada Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan disarankan untuk lebih

meningkatkan Standar Operasional Prosedur Pelayanan yang ada terutama

dalam konsistensi waktu pelayanan yang telah ditetapkan untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa di Balai Karantina Pertanian

Kelas II Medan.

2. Kepada pegawai Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan disarankan untuk

semakin banyak memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai

Universitas Sumatera Utara


136

peraturan perkarantinaan dan lebih banyak menjalin kerjasama dengan

instansi terkait sehingga semakin masyarakat semakin mengetahui mengenai

karantina pertanian.

3. Dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi diharapkan peningkatan

keandalan kerja para pegawai dibidang teknologi, selain itu juga pelayanan

secara mobile ataupun online semakin ditingkatkan sehingga pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat semakin cepat, efektif dan efisien.

4. Kepada para pegawai semakin meningkatkan pengetahuannya melalui

berbagai pelatihan yang sesuai dengan kemampuan dan pekerjaannya

masing – masing.

5. Kepada peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis dengan

skala penelitian yang lebih luas untuk mendapatkan hasil penelitian yang

lebih akurat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. Yoeti, H. (2005). Customer Service Cara Efektif Memuaskan Pelanggan.


Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Asmani, Jamal (2011). Tips Efektif Pemanfaatan Teknologi Informasi dan


Komunikasi dalam Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press

Achmad et.al.2012, Layanan Cinta (Perwujudan Layanan Prima Perpustakaan).


CV. Sugeng Seto, Anggota IKAPI, Jakarta

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Asdi


Mahasatya.

Atmoko, T. (2011). Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah. Bandung.

Damopoli, R. V. (2014). Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam


Pelayanan Kesehatan Masyarakat. 23-36.

Dharma, R. (2013). Analisis Pengaruh Harga, Pelayanan dan Fasilitas Pendukung


terhadap Kepuasan Pelanggan pada PT. Semen Tonasa Kabupaten
Pangkep. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar,

Dwiyanto, A. (2015). Manajemen Pelayanan Publik : Peduli, Inklusif, dan


Kolaborasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fahlefi, Z. (2015). Penerapan Teknologi Informasi bagi Pelaksanaan Pelayanan


Publik (Studi Kasus pada BP2TSP Kota Samarinda). Jurnal Paradigma
Universitas Mulawarman, 155-166.

Fauziannur, M. (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Nasabah


pada Bank BPD Kaltim Syariah Cabang Samarinda. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Mulawarman, 1-18.

Febryan, D., & Tedi, E. (2016). Implementasi Pelayanan Publik Berbasis


Teknologi Informasi (Studi Kasus di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
dan Penanaman Modal Kota Bogor). Jurnal Adiministrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, 1-9.

Gerson, R. F. (2014). Mengukur Kepuasan Pelanggan, terj. Jakarta: Lembaga


Manajemen PPM.

137

Universitas Sumatera Utara


138

Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.


Yogyakarta: Universitas Diponegoro.

Haryono, P. (2018). How To Manage Customer Voice. Yogyakarta: Andi Offset.

Hayat. (2017). Manajemen Pelayanan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Insani, I. (2010). Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Daerah dalam


Rangka Peningkatan Tranparansi dan Akuntabiltas Pengelolaan
Keuangan Daerah.

Kotler, P., & Amstrong, G. (2012). Prinsip - Prinsip Pemasaran. Jakarta:


Erlangga.

Laksmi, F., & Budiantoro. (2008). Manajemen Perkantoran Modern. Jakarta:


Pernaka.

Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2018). Sistem Informasi Manajemen Mengelola


Perusahaan Digital - terjemahan. Jakarta: Salemba Empat.

Mahmudi (2015). Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Kedua. Yogyakarta:


UPP STIM YKPN.

Mulyadi (2014). Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah


Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

Nugroho, Adi (2010). Rekayasa Perangkat Lunak menggunakan UML & Java.
Yogyakarta: Andi Offset.

Osborne, D., & Plastrik, P. (2010). Banishing Bureaucracy, The Five Strategies
for Reiventing Government, terjemahan Memangkas Birokrasi : Lima
Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha. Jakarta: PPM.

Paongganan, H. W. (2014). Pengaruh Teknologi Informasi terhadap Kualitas


Layanan Pemustaka pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara. Jupiter, 11-21.

Pasolong, M. D. (2016). Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung:


Alfabeta.

Patton, D. P. (2008). Pelayanan Sepenuh Hari. Jakarta: PT. Pustaka Delapratasa.

Universitas Sumatera Utara


139

Puji, Indah Hartatik (2014). Buku Pintar Membuat Standar Operasional


Prosedur. Yogyakarta: Flashbook.

Purba (2019) Pengaruh Penerapan Standar Operasional Prosedur (Sop) Pelayanan


Terhadap Kepuasan Masyarakat Pada Dinas Kependudukan Dan Catatan
Sipil Kabupaten Tapanuli Utara, Jurnal edisi Agustus 2019

Putria, N. E. (2013). Pengaruh Implementasi Teknologi Informasi dan Kualitas


Pelayanan Jasa terhadap Kepuasan Pelanggan pada PT. PLN Batam. CBIS
Journal, 77-96.

Rahadi, D. R. (2007). Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Pelayanan


di Sektor Publik. Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007).

Rahayu, S., & Sihombing, M. (2018). Hubungan Implementasi Sistem


Operasional Prosedur berdasarkan Permenpan Nomor 35 Tahun 2012
terhadap Kepuasan Pelanggan di BKN Regional VI Medan. Jurnal
Administrasi Publik, 72-90.

Ramadani, T. (2019). Implemantasi Kebijakan Pengelolaan Komunikasi Publik di


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Borneo Administrator, 1-
18.

Rangkuti, F. (2006). Bisnis Plan Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan


Analisis Kasus. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ratna, E. M. (2018). Pengaruh Fasilitas Kantor, Kualitas Pelayanan dan Standar


Operasional Prosedur terhadap Tingkat Kepuasan Pengunjung pada Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Batanghari. EKSIS :
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, 1-6.

Roth, A., Givi, C., & Seal, G. (n.d.). Operating Strategies for the 1990s: elements
comprising word-class manufacturing.

Rusman (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi :


Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers PT. Raja
Grafindo Persada.

Saleh, A. M. (2010). Public Service Communication. Malang: UMM Press.

Sawyer, W. (2009). Using Information Technology Pengenalan Praktis Dunia


Komputer dan Komunikasi. Jakarta: Andi.

Universitas Sumatera Utara


140

Semil, N. (2018). Pelayanan Prima Instansi Pemerintah. Depok: Prenadamedia


Group.

Semil, N. S. (2018). Pelayanan Prima Instansi Pemerintah. Depok: Prenadamedia


Group.

Sirajuddin, I. A. (2014). Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam


Pelayanan Publik Dasar Bidang Sosial di Kota Makassar. Jurnal
Administrasi Publik, 1-14.

Sinulingga, S. (2011). Metode Penelitian. Medan: USU Press.

Soekanto, S. (2015). Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Subarsono, AG. (2013). Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Afabeta.

Suharno. (2010). Dasar – Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta: UNY Press.

Suharto, Edi. (2012). Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Supranto, J., & Limakrisna, N. (2010). Pemasaran untuk Pimpinan Sektor Publik
dan Organisasi Nirlaba yang Visioner. Jakarta: Salemba Empat.

Supriatna (2013). Konsep Dasar Desain Pembelajaran. Jakarta: Pusat


Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Sutabri, Tata (2014). Pengantar Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi.

Sutarman. (2010). Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Tambunan, R. M. (2013). Pedoman Penyusunan Standar Operating Procedures


(SOP). Jakarta: Maistas Publishing.

Tambunan, T. S. (2019). Standar Operasional Prosedur Instansi Pemerintah.


Bandung: Yrama Widya.

Universitas Sumatera Utara


141

Tanjung, Y. O. (2017). Pengaruh Penerapan Standar Operasional Prosedur


terhadap Kepuasan Pelayanan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga
Provinsi Sumatera Utara. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Riau Pekanbaru, 1-15.

Tefa, G. (2016). Penerapan Kebijakan Pemerintah Daerah terhadap Pelayanan


Pembuatan Kartu Keluarga (Studi Kasus pada Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur). Jurnal
Politikologi Institut Pemerintahan dalam Negeri, 67-79.

Tjiptono, F., & Chandra, G. (2012). Pemasaran Strategik. Yogyakarta: Andi.

V.Sujarweni, & P.Endrayanto. (2012). Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Wibisono, P. (2016). Mengelola Kinerja Kementerian dan Pemerintahan.


Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Wulan, R. R., & Mustam, M. (2014). Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik


dalam Rangka Reformasi Birokrasi di Kantor Pertanahan Kota Semarang.
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro, 30-41.

Wulan, R. R., & Mustam, M. (2016). Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik


dalam Rangka Reformasi Birokrasi di Kantor Pertanahan Kota Semarang.
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Diponegoro, 1-20.

Zeethari, V., & Patasuraman. (2010). Delivering Quality Service - Balancing


Customer, Perception and Expectation. USA: The Free Press.

Universitas Sumatera Utara


142

Lampiran 1 :

KUESIONER
PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELAYANAN, KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN TEKNOLOGI
INFORMASI KOMUNIKASI TERHADAP PENINGKATAN
KEPUASAN MASYARAKAT PADA BALAI KARANTINA
PERTANIAN KELAS II MEDAN

Profil Responden :

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :

Petunjuk :
Jawablah setiap pernyataan dibawah ini dengan membubuhkan tanda
contreng () pada kolom yang tersedia dengan opsi jawaban sebagai berikut ;
SS Sangat setuju
S Setuju
KS Kurang setuju
TS Tidak setuju
STS Sangat tidak setuju

A1. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan


No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
A1.1 Efektifitas
1 Prosedur / tahapan alur pelayanan mudah
dipahami dan tidak berbelit – belit
2 Maksud dan tujuan SOP jelas sehingga
mengurangi kemungkinan kesalahan
A1.2 Efisiensi
3 SOP disusun secara sistematis sehingga
memudahkan pelaksanaan kerja
4 Substansi SOP dibuat secara terperinci agar
pelaksanaan kerja semakin efisien

Universitas Sumatera Utara


143

A1.3 Standarisasi
5 SOP sesuai dengan standar umum yang
ditetapkan
6 Kelengkapan prosedur kerja sesuai dengan
kebutuhan standar
A1.4 Konsistensi
7 Target SOP selalu konsisten dengan hasil
pelaksanaan
8 Struktur organisasi Balai Karantina Pertanian
Kelas II Medan konsisten dengan proses dan
hasil pelaksanaan SOP

A2. Kebijakan Pemerintah


No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
A2.1 Lebih mengarah pada kepentingan publik
9 Kebijakan pemerintah sudah sesuai dengan
kepentingan masyarakat
10 Kebijakan karantina bertujuan menertibkan
masyarakat terkait masalah karantina hewan /
tumbuhan
A2.2 Kebijakan tidak berdiri sendiri
11 Kebijakan karantina tidak mengabaikan
kebijakan publik lainnya
12 Pelayanan karantina hewan/tumbuhan selalu
bekerjasama dengan instansi lain
A2.3 Lebih terkait kepada realisasi pemerintah
13 Pelayanan karantina selalu diberikan untuk
merealisasikan kebijakan pemerintah
14 Kebijakan sanksi bagi pelanggar kebijakan
diberikan untuk mendorong realisasi kebijakan
pemerintah
A2.4 Ada intervensi pemerintah
15 Pemerintah melakukan intervensi agar tidak
ada diskriminasi implementasi kebijakan
16 Pemerintah selalu menekankan agar petugas
karantina menjamin pelayanan yang adil
kepada semua masyarakat

Universitas Sumatera Utara


144

A3. Teknologi Informasi dan Komunikasi


No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
A3.1 Kecepatan Kerja
17 Proses pelayanan yang diterima oleh
masyarakat pengguna jasa selesai dengan cepat
sehingga tidak perlu menunggu lama
18 Proses kerja yang semakin singkat namun
sesuai dengan kebutuhan masyarakat
A3.2 Konsistensi Hasil Capaian Kerja
19 Penggunaan teknologi informasi Komunikasi
telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
selalu konsisten.
20 Teknologi Informasi Komunikasi yang
digunakan menghasilkan pekerjaan yang
konsisten dan sesuai standar yang ditetapkan
A3.3 Ketepatan Hasil
21 Teknologi Informasi yang digunakan oleh Balai
Karantina Pertanian Kelas II Medan
mempermudah petugas dalam memberikan
pelayanan yang lebih cepat dan akurat.
22 Teknologi yang ada telah dimanfaatkan dengan
sebaiknya sehingga tepat sasaran dalam
pemberian pelayanan kepada masyarakat
A3.4 Keandalan
23 Petugas yang melakukan pemeriksaan memiliki
kemampuan yang baik terhadap teknologi yang
digunakan
24 Kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan
lebih terjamin dan semakin meningkat

Universitas Sumatera Utara


145

B. Kepuasan Masyarakat
No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
B1 Terpenuhinya harapan publik
25 Masyarakat pengguna jasa karantina merasa
puas karena pelayanan BKP II Medan sesuai
harapan masyarakat
26 Pelayanan karantina yang diberikan cepat
selesai dan sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh masyarakat
B2 Keinginan menggunakan jasa layanan
pemerintah
27 Kebijakan karantina tidak mengabaikan
kebijakan public lainnya
28 Pelayanan karantina hewan / tumbuhan selalu
bekerjasama dengan instansi lain
B3 Merekomendasikan pada orang lain
29 Pengguna jasa karantina selalu
merekomendasikan karantina kepada
masyarakat.
30 Pengguna jasa karantina selalu
merekomendasikan pada kelompok lain yang
membutuhkan jasa perkarantinaan
B4 Kualitas layanan
31 Masyarakat puas dengan pelayanan karantina
yang cepat dan sesuai harapan
32 Kondisi perangkat lunak, keras dan internet di
Kantor BKP Kelas II Medan dalam keadaan
baik dan siap dipakai kapanpun
B5 Loyalitas
33 Pengguna jasa BPK Kelas II Medan
menunjukkan loyalitas tinggi karena sikap dan
perhatian petugas kepada masyarakat baik dan
responsif dalam melayani
34 Loyalitas pengguna jasa BPK Kelas II Medan
semakin tinggi karena pelayanan yang cepat
selesai dan sesuai dengan apa yang diinginkan
Kuesioner disusun berdasarkan indikator masing masing variabel penelitian

Universitas Sumatera Utara


146

Lampiran 2 : MASTER DATA PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


147

Universitas Sumatera Utara


148

Lampiran 3 : HASIL PENGOLAHAN DATA


Frequency Table KARAKTERISTIK RESPONDEN
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
<30 tahun 2 2.5 2.5 2.5
30-40 tahun 50 62.5 62.5 65.0
Valid 41-50 tahun 21 26.3 26.3 91.3
>50 tahun 7 8.8 8.8 100.0
Total 80 100.0 100.0

Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 11 13.8 13.8 13.8
Laki-laki 69 86.3 86.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
SMA 16 20.0 20.0 20.0
D3 19 23.8 23.8 43.8
Valid S1 39 48.8 48.8 92.5
S2 6 7.5 7.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Frequency Table STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


Prosedur / tahapan alur pelayanan mudah dipahami dan tidak berbelit – belit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 11 13.8 13.8 13.8
Setuju 58 72.5 72.5 86.3
Kurang setuju 7 8.8 8.8 95.0
Valid
Tidak setuju 2 2.5 2.5 97.5
Sangat tidak setuju 2 2.5 2.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


149

Maksud dan tujuan SOP jelas sehingga mengurangi kemungkinan kesalahan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 13 16.3 16.3 16.3
Setuju 50 62.5 62.5 78.8
Kurang setuju 5 6.3 6.3 85.0
Valid
Tidak setuju 7 8.8 8.8 93.8
Sangat tidak setuju 5 6.3 6.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

SOP disusun secara sistematis sehingga memudahkan pelaksanaan kerja


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 19 23.8 23.8 23.8
Setuju 43 53.8 53.8 77.5
Valid Kurang setuju 17 21.3 21.3 98.8
Sangat tidak setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Substansi SOP dibuat secara terperinci agar pelaksanaan kerja semakin efisien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 21 26.3 26.3 26.3
Setuju 46 57.5 57.5 83.8
Kurang setuju 9 11.3 11.3 95.0
Valid
Tidak setuju 3 3.8 3.8 98.8
Sangat tidak setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


150

SOP sesuai degan standar umum yang ditetapkan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 20 25.0 25.0 25.0
Setuju 45 56.3 56.3 81.3
Kurang setuju 9 11.3 11.3 92.5
Valid
Tidak setuju 2 2.5 2.5 95.0
Sangat tidak setuju 4 5.0 5.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

Kelengkapan prosedur kerja sesuai dengan kebutuhan standar


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 17 21.3 21.3 21.3
Setuju 52 65.0 65.0 86.3
Valid
Kurang setuju 11 13.8 13.8 100.0
Total 80 100.0 100.0

Target SOP selalu konsisten dengan hasil pelaksanaan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 9 11.3 11.3 11.3
Setuju 57 71.3 71.3 82.5
Kurang setuju 11 13.8 13.8 96.3
Valid
Tidak setuju 1 1.3 1.3 97.5
Sangat tidak setuju 2 2.5 2.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


151

Struktur organisasi Balai Karantina Medan konsisten dengan proses dan hasil
pelaksanaan SOP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 2 2.5 2.5 2.5
Setuju 55 68.8 68.8 71.3
Valid Kurang setuju 21 26.3 26.3 97.5
Tidak setuju 2 2.5 2.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Standar Operasional Prosedur


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 57 71.3 71.3 71.3
Cukup 9 11.3 11.3 82.5
Valid
Kurang 14 17.5 17.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Descriptives nilai mean STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN


Descriptive Statistics STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Efektifitas 80 4.00 10.00 7.6625 1.26234
Efisiensi 80 5.00 9.00 8.0250 .99333
Standarisasi 80 4.00 10.00 8.0125 1.08492
Konsistensi 80 4.00 10.00 7.5875 1.00245
Valid N (listwise) 80

Frequency Table KEBIJAKAN PEMERINTAH


Kebijakan pemerintah sudah sesuai dengan kepentingan masyarakat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 22 27.5 27.5 27.5
Setuju 57 71.3 71.3 98.8
Valid
Kurang setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


152

Kebijakan karantina bertujuan menertibkan masyarakat terkait masalah


karantina hewan / tumbuhan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 14 17.5 17.5 17.5
Setuju 63 78.8 78.8 96.3
Valid Kurang setuju 1 1.3 1.3 97.5
Tidak setuju 2 2.5 2.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Kebijakan karantina tidak mengabaikan kebijakan public lainnya


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 57 71.3 71.3 71.3
Setuju 19 23.8 23.8 95.0
Valid
Kurang setuju 4 5.0 5.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

Pelayanan karantina hewan/tanaman selalu bekerjasama dengan instansi


lain
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 49 61.3 61.3 61.3
Setuju 30 37.5 37.5 98.8
Valid
Kurang setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Pelayanan karantina selalu diberikan untuk merealisasikan kebijakan pemerintah


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sangat setuju 50 62.5 62.5 62.5
Setuju 23 28.8 28.8 91.3
Valid
Kurang setuju 7 8.8 8.8 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


153

Kebijakan sanksi bagi pelanggar kebijakan diberikan untuk mendorong


realisasi kebijakan pemerintah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 29 36.3 36.3 36.3
Setuju 43 53.8 53.8 90.0
Valid
Kurang setuju 8 10.0 10.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

Pemerintah melakukan intervensi agar tidak ada diskriminasi implementasi


kebijakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 18 22.5 22.5 22.5
Setuju 59 73.8 73.8 96.3
Valid
Kurang setuju 3 3.8 3.8 100.0
Total 80 100.0 100.0

Pemerintah selalu menekankan agar petugas karantina menjamin


pelayanan yang adil kepada semua masyarakat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 8 10.0 10.0 10.0
Setuju 59 73.8 73.8 83.8
Valid
Kurang setuju 13 16.3 16.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Kebijakan Pemerintah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 51 63.8 63.8 63.8
Cukup 10 12.5 12.5 76.3
Valid
Kurang 19 23.8 23.8 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


154

Descriptives NILAI MEAN KEBIJAKAN PEMERINTAH


Descriptive Statistics KEBIJAKAN PEMERINTAH
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepentingan publik 80 5.00 10.00 8.3750 .84756
Kebijakan 80 7.00 10.00 9.2625 .72468
Realisasi Pemerintah 80 7.00 10.00 8.8000 .99873
Intervensi
80 7.00 10.00 8.1250 .83249
Pemerintah
Valid N (listwise) 80

Penggunaan teknologi informasi Komunikasi telah sesuai dengan kebutuhan


masyarakat dan selalu konsisten.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat setuju 14 17.5 17.5 17.5
Setuju 48 60.0 60.0 77.5
Kurang setuju 16 20.0 20.0 97.5
Sangat tidak setuju 2 2.5 2.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Teknologi Informasi Komunikasi yang digunakan menghasilkan pekerjaan yang


konsisten dan sesuai standar yang ditetapkan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat setuju 20 25.0 25.0 25.0
Setuju 51 63.8 63.8 88.8
Kurang setuju 6 7.5 7.5 96.3
Tidak setuju 2 2.5 2.5 98.8
Sangat tidak setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


155

Teknologi Informasi yang digunakan oleh Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan
mempermudah petugas dalam memberikan pelayanan yang lebih cepat dan
akurat.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat setuju 19 23.8 23.8 23.8
Setuju 46 57.5 57.5 81.3
Kurang setuju 11 13.8 13.8 95.0
Tidak setuju 2 2.5 2.5 97.5
Sangat tidak setuju 2 2.5 2.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Teknologi yang ada telah dimanfaatkan dengan sebaiknya sehingga tepat


sasaran dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat setuju 18 22.5 22.5 22.5
Setuju 54 67.5 67.5 90.0
Kurang setuju 7 8.8 8.8 98.8
Tidak setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Petugas yang melakukan pemeriksaan memiliki kemampuan yang baik terhadap


teknologi yang digunakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat setuju 12 15.0 15.0 15.0
Setuju 57 71.3 71.3 86.3
Kurang setuju 10 12.5 12.5 98.8
Sangat tidak setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


156

Kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan lebih terjamin dan semakin
meningkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat setuju 3 3.8 3.8 3.8
Setuju 58 72.5 72.5 76.3
Kurang setuju 18 22.5 22.5 98.8
Tidak setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Teknologi Informasi dan Komunikasi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 28 35.0 35.0 35.0
Cukup 39 48.8 48.8 83.8
Kurang 13 16.3 16.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Nilai Mean TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Descriptive Statistics TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kecepatan Kerja 80 4.00 10.00 7.9750 1.04306
Konsistensi 80 5.00 10.00 7.9875 1.02493
Ketepatan Kerja 80 5.00 10.00 8.0875 1.03354
Keandalan 80 5.00 10.00 7.7750 .84156
Valid N (listwise) 80

Universitas Sumatera Utara


157

Frequency Table KEPUASAN MASYARAKAT


Masyarakat pengguna jasa karantina merasa puas karena pelayanan BKP II
Medan sesuai harapan public
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 11 13.8 13.8 13.8
Setuju 61 76.3 76.3 90.0
Kurang setuju 5 6.3 6.3 96.3
Valid
Tidak setuju 2 2.5 2.5 98.8
Sangat tidak setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Pelayanan karantina yang diberikan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 29 36.3 36.3 36.3
Setuju 45 56.3 56.3 92.5
Valid Kurang setuju 3 3.8 3.8 96.3
Tidak setuju 3 3.8 3.8 100.0
Total 80 100.0 100.0

Kebijakan karantina tidak mengabaikan kebijakan public lainnya


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 17 21.3 21.3 21.3
Setuju 51 63.8 63.8 85.0
Kurang setuju 8 10.0 10.0 95.0
Valid
Tidak setuju 3 3.8 3.8 98.8
Sangat tidak setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


158

Pelayanan karantina hewan/tanaman selalu bekerjasama dengan instansi lain


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 21 26.3 26.3 26.3
Setuju 50 62.5 62.5 88.8
Kurang setuju 5 6.3 6.3 95.0
Valid
Tidak setuju 3 3.8 3.8 98.8
Sangat tidak setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Pengguna jasa karantina selalu merekomendasikan karantina kepada masyarakat lain


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 14 17.5 17.5 17.5
Setuju 57 71.3 71.3 88.8
Kurang setuju 7 8.8 8.8 97.5
Valid
Tidak setuju 1 1.3 1.3 98.8
Sangat tidak setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Pengguna jasa karantina selalu merekomendasikan pada kelompok lain


karena Letak BKP Kelas II Medan strategis dan mudah dijangkau masyarakat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat setuju 18 22.5 22.5 22.5
Setuju 48 60.0 60.0 82.5
Valid Kurang setuju 12 15.0 15.0 97.5
Tidak setuju 2 2.5 2.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


159

Masyarakat puas dengan pelayanan karantina yang cepat dan sesuai harapan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sangat setuju 8 10.0 10.0 10.0
Setuju 65 81.3 81.3 91.3
Valid Kurang setuju 6 7.5 7.5 98.8
Tidak setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Kondisi perangkat lunak, keras dan internet di Kantor BKP Kelas II Medan dalam
keadaan baik dan siap dipakai kapanpun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sangat setuju 3 3.8 3.8 3.8
Setuju 63 78.8 78.8 82.5
Valid Kurang setuju 9 11.3 11.3 93.8
Tidak setuju 5 6.3 6.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Pengguna jasa BPK Kelas II Medan menunjukkan loyalitas tinggi karena sikap dan
perhatian petugas kepada masyarakat baik dan responsif dalam melayani
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sangat setuju 1 1.3 1.3 1.3
Setuju 71 88.8 88.8 90.0
Valid Kurang setuju 7 8.8 8.8 98.8
Tidak setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Loyalitas pengguna jasa BPK Kelas II Medan semakin tinggi karena pelayanan yang
cepat selesai dan sesuai dengan apa yang diinginkan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Setuju 71 88.8 88.8 88.8
Valid Kurang setuju 9 11.3 11.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


160

Kepuasan Masyarakat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 41 51.3 51.3 51.3
Cukup 24 30.0 30.0 81.3
Valid
Kurang 15 18.8 18.8 100.0
Total 80 100.0 100.0

Nilai mean Kepuasan Masyarakat

Descriptive Statistics KEPUASAN MASYARAKAT


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Harapan publik terpenuhi 80 4.00 10.00 8.2375 .97102
Keinginan menggunakan jasa 80 5.00 10.00 8.0875 1.06965
Merekomendasi pada orang lain 80 5.00 9.00 8.0500 .85536
Kualitas layanan 80 6.00 10.00 7.8000 .75305
Loyalitas 80 6.00 9.00 7.7875 .54410
Valid N (listwise) 80

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 30 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.838 8

Universitas Sumatera Utara


161

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's
Item Deleted if Item Item-Total Alpha if Item
Deleted Correlation Deleted
SOP1 20.3000 20.769 .675 .808
SOP2 20.1000 19.817 .639 .809
SOP3 20.3667 20.723 .455 .836
SOP4 20.2000 21.614 .430 .837
SOP5 20.2333 21.771 .514 .826
SOP6 20.1000 20.369 .568 .819
SOP7 20.2667 20.616 .668 .808
SOP8 20.1333 19.568 .656 .807

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 30 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.837 8

Universitas Sumatera Utara


162

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's
Item Deleted if Item Item-Total Alpha if Item
Deleted Correlation Deleted
Bijak1 20.3333 20.989 .625 .811
Bijak2 20.1667 22.971 .484 .829
Bijak3 20.2667 23.651 .453 .832
Bijak4 20.0667 21.720 .617 .812
Bijak5 20.0667 21.582 .635 .809
Bijak6 20.3333 20.989 .625 .811
Bijak7 20.2000 23.821 .481 .829
Bijak8 20.0333 21.895 .611 .813

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 30 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.835 8

Universitas Sumatera Utara


163

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's
Item Deleted if Item Item-Total Alpha if Item
Deleted Correlation Deleted
TIK1 20.4333 19.082 .697 .796
TIK2 20.2667 20.202 .662 .803
TIK3 20.2333 23.357 .377 .836
TIK4 20.1667 20.764 .570 .815
TIK5 20.2667 23.030 .443 .830
TIK6 20.1000 22.507 .383 .838
TIK7 20.4333 19.082 .697 .796
TIK8 20.2667 20.202 .662 .803
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.860 10

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's
Item Deleted if Item Item-Total Alpha if Item
Deleted Correlation Deleted
Puas1 26.3000 34.424 .482 .853
Puas2 26.1667 31.247 .684 .836
Puas3 26.2333 34.668 .481 .853
Puas4 26.0667 32.478 .579 .845
Puas5 26.4333 31.289 .602 .844
Puas6 26.2667 33.720 .457 .856
Puas7 26.3000 34.424 .482 .853
Puas8 26.1333 31.430 .682 .836
Puas9 26.1667 31.868 .622 .841
Puas10 26.4333 31.289 .602 .844

Universitas Sumatera Utara


164

HASIL UJI NORMALITAS NPar Tests


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandarized
Residual
N 80
Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1.40274598
Absolute .092
Most Extreme
Positive .055
Differences
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z .824
Asymp. Sig. (2-tailed) .506
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

PPlot
Unstandarized Residual

Universitas Sumatera Utara


165

Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Standar Operasional .836 1.197
Prosedur
1 Kebijakan Pemerintah .840 1.190
Teknologi Informasi dan .994 1.006
Komunikasi
a. Dependent Variable: Kepuasan Masyarakat

HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS


Coefficientsa
Model Unstandarized Standarized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -1.016 2.461 -.413 .681
Standar Operasional Prosedur .059 .040 .182 1.488 .141
1 Kebijakan Pemerintah .022 .044 .060 .489 .626
Teknologi Informasi dan -.016 .063 -.029 -.255 .799
Komunikasi
a. Dependent Variable: abs_res_1

Charts

Universitas Sumatera Utara


166

Regression
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 .812a .659 .645 1.43016
a. Predictors: (Constant), Teknologi Informasi dan Komunikasi,
Kebijakan Pemerintah, Standar Operasional Prosedur
b. Dependent Variable: Kepuasan Masyarakat

ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 300.352 3 100.117 48.948 .000b
1 Residual 155.448 76 2.045
Total 455.800 79
a. Dependent Variable: Kepuasan Masyarakat
b. Predictors: (Constant), Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kebijakan Pemerintah,
Standar Operasional Prosedur

Coefficientsa
Model Unstandarized Standarized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 1.039 3.917 .265 .792
Standar Operasional Prosedur .495 .063 .575 7.850 .000
1 Kebijakan Pemerintah .274 .071 .283 3.873 .000
Teknologi Informasi dan .439 .100 .295 4.389 .000
Komunikasi
a. Dependent Variable: Kepuasan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara


167

Charts

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai