1. Pendahuluan
Bidang yang dimaksud disini adalah bidang datar yang secara umum merupakan
gambaran dari penampang. Penampang tersebut berupa potongan tegak lurus sebatang
balok, kolom (tiang), pelat dan sebagainya.
dA
A
x
titik berat bidang
X
y
Y
Suatu bidang datar seperti pada Gambar 1.2 diatas, dengan luas bidang datar A.
Koordinat dA yaitu (x,y) sedangkan koordinat titik berat bidang yaitu (X,Y).
Berdasarkan data-data ini dapat ditentukan suatu hubungan:
XA = xdA (1.1)
YA = ydA (1.2)
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 1
Pengertian integral disini adalah perjumlahan, sehingga Persamaan 1.1 dan Persamaan
1.2 diatas dapat juga ditulis dalam bentuk Persamaan 1.3 dan Persamaan 1.4.
3. Contoh-Contoh
Contoh 1
Tentukan koordinat titik berat suatu bidang segiempat dengan lebar b, dan tinggi h
seperti pada gambar dibawah.
dA
dy
h y
Penyelesaian :
Dari Persamaan 1.2.
YA = ydA
dA = bdy
h
YA = ybdy
0
YA = ½by 2 h
0
Y bh = ½bh2
Y=½h
Dengan cara yang sama dapat pula ditentukan absis X dengan Persamaan 1.1, akan
tetapi luasan bidang kecil dA dibuat sejajar dengan sumbu y
XA = xdA
dA = hdx
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 2
h
XA = xhdx
0
XA = ½hx 2 b
0
X bh = ½hb2
X=½b
Contoh 2
Tentukan koordinat titik berat suatu bidang segitiga dengan lebar b, dan tinggi h seperti
pada gambar dibawah :
dA
dy
h y
b’
b
Penyelesaian :
YA = ydA
b: b’ = h: (h-y)
b( h y )
b’ =
h
dA = b’dy
b( h y )
dA = dy
h
by (h y )
h
YA = dy
0
h
h
by 2
YA = by dy
0
h
h
by 3
YA = ½by2- 1
3
h 0
2 1 2
YA =½bh - bh 3
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 3
Y ½bh = 1 6 bh2
Y = 13 h
Contoh 3
Tentukan koordinat titik berat suatu bidang setengah lingkaran dengan jari-jari r
seperti pada gambar berikut.
d
dA
d
x
Penyelesaian :
YA = ydA
r
YA =
0 0
sin d d
r
YA =
0 0
2sin d d
r
YA = 1
3 3
0
0
sin d
YA = 1 3
3 r (- cos )
0
1 3
YA = 3 r (1+1)
Y ½ r2 = 2
3 r3
4r
Y=
3
4r
Sehingga koordinat titik berat bidang setengah lingkaran sebesar (0, 3 ).
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 4
Contoh 4
Tentukan koordinat titik berat suatu penampang baja siku seperti pada gambar berikut
:
12,7 mm
152 mm
12,7 mm
102 mm
Penyelesaian :
Tempatkan salib sumbu seperti pada gambar dibawah. Dalam hal ini bidang
penampang berada dalam kwadran pertama, sehingga nilai dan ordinat bernilai positip.
Bidang penampang dibagi dalam 2 bagian: bagian 1 dan bagian 2.
12,7 mm
1
152 mm
12,7 mm
2 x
102 mm
YA = y1A1 + y2A2
153911,9985
Y= = 50,22 mm
3064,51
Sesuai dengan Persamaan 1.3
XA = x1A1 + x2A2
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 5
X. 3064,51 = 12,7. 152. 6,35 + 12,7. 89,3. 57,35
X = 25,22 mm
Sehingga koordinat titik berat bidang penampang baja siku sebesar (27,57 mm, 50,22
mm).
Contoh 5
Tentukan koordinat titik berat suatu penampang baja seperti pada gambar berikut :
25 mm
225 mm
25 mm 150 mm 25 mm
Penyelesaian :
Berhubung bidang tersebut mempunyai sumbu simetri yaitu sumbu y, maka salib
sumbu dapat digambarkan seperti pada gambar dibawah. Bidang penampang dibagi
menjadi 3 bagian.
1 25 mm
2 2
225 mm
x
25 mm 150 mm 25 mm
Dalam hal ini nilai absis tidak perlu dihitung, karena titik berat terletak pada sumbu y,
sehingga x = 0
YA = y1A1 + y2A2
Y (200. 25 + 2. 225. 25) = 200.25.237,5 + 2. 225. 25. 112,5
2453125
Y= = 150,96 mm
16250
6
Soal-soal :
120 mm
90 mm
2. Tentukan titik berat bidang kombinasi segi empat dengan setengah lingkaran
berikut ini :
60 mm
60 mm
120 mm
10 mm 80 mm 10 mm
120 mm
7
II. MOMEN INERSIA BIDANG DATAR
1. Pendahuluan
Momen inersia dapat disebut juga Momen Kedua atau Momen Kelembaman. Data
momen inersia suatu penampang dari komponen struktur akan diperlukan pada
perhitungan-perhitungan tegangan lentur, tegangan geser, tegangan torsi, defleksi
balok, kekakuan balok/kolom dan sebagainya. Luasan A pada gambar 2.1. merupakan
bidang datar yang menggambarkan penampang dari suatu komponen struktur, dengan
dA merupakan suatu luasan/elemen kecil.
x dA
r
y
x
O
Gambar 2.1 Potongan Penampang
Momen inersia pada Persamaan 2.1, Persamaan 2.2, dan Persamaan 2.3 selalu bertanda
positif, sedangkan momen inersia perkalian pada Persamaan 2.4 dapat bertanda
negatif.
Momen inersia pada keempat persamaan diatas penggunaannya terbatas pada momen
inersia bidang tunggal, sedangkan secara umum banyak bidang/penampang
merupakan gabungan dari beberapa penampang tunggal. Misalnya penampang yang
berbentuk L adalah gabungan dari dua penampang segi empat. Untuk menyelesaikan
8
momen inersia pada penampang gabungan diperlukan pengembangan dari Persamaan
2.1, 2.2, 2.3 dan 2.4 yang disebut dengan Teori Sumbu Sejajar.
x yo
dA
x’ x
r y
xo
A O
y dA 2 yy ' dA y' 2 dA
2
Ix =
Ix = y 2
dA 2 y' ydA y' 2 dA
Sumbu xo melalui titik berat bidang A, maka ydA 0 , sehingga :
Ix = Ixo + Ay’2 (2.5)
x dA 2xx' dA x' dA
2 2
Iy =
Iy = x dA 2 x' xdA x' dA
2 2
9
Sumbu xo dan sumbu yo melalui titik berat luasan A, maka xdA = 0 dan ydA = 0
Sehingga :
Ip = Ipo + Ar’2 (2.7)
3. Contoh-Contoh
Contoh 2.1
Hitunglah momen inersia (Ix, Iy, Ip, Ixy ) penampang segi empat dengan lebar b dan
tinggi h terhadap sumbu x dan sumbu y yang melalui titik berat penampang.
dy
y
h x
Penyelesaian :
dA = bdy
Ix = y2dA
1
h
2
Ixo =
1
y2bdy
h
2
Ixo = b 1
3 y3
1
2h
12 h
Ixo = b . 18 h 3 1 3 . 1 8 h 3
1
3
Ixo = 112 bh 3
Dengan cara yang sama dapat dihitung Iyo, dengan dA = h dx, sehingga dapat
diperoleh:
10
Iyo = 1
12 b3h
dy
h y
x
b
Ixy = xydA
h
Ixy =
0
1
2 bybdy
h
Ixy =
0
1
2 b 2 ydy
h
2 1 2
Ixy = 1
2 b 2 y
0
Ixy = ¼ b2h2
11
Contoh 2.2
Hitunglah momen inersia (Ix, Iy, Ip, Ixy ) penampang segi tiga dengan alas b dan tinggi
h terhadap sumbu x dan sumbu y yang melalui titik berat penampang
dA
dy
y
h
x
b’
b
Penyelesaian :
dA = b’dy
2 b: b’ = 2 3 h: ( 2 3 h-y)
3
b’ = b ( 2 3 h y )
h
dA = b ( 2 h y ) dy
h 3
Ix = y2dA
2 h
3
y b ( 2 3 h y ) dy
o 2
Ix =
h
1 h
3
2 h
3
Ixo = ( 2
3 by 2 b y 3 ) dy
h
1 h
3
2 h
3
3 b. 3 y
Ix = o 2 1b . 14 y 4
3
h
1 h
=
3
Ixo 2
3 b. 13 . 8 27 h 3 b . 1 4 .1681 h 4 2 3 b. 13 . 1 27 h 3 b . 1 4 . 181 h 4
h h
Ixo =
16
243 bh 3 16324bh 3 2 243bh 3 1324bh 3
Ixo =
18
243 bh 3 15324bh 3
Ixo = 1
36 bh 3
Dengan cara yang sama dapat dihitung Iy, dengan dA = h’ dx, sehingga dapat diperoleh
Iyo = 136 b 3 h
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 12
Momen Inersia polar, Ipo = r 2 dA = x
y 2 dA I y I x = (bh3 + b3h)
2 1
36
dA
h
h’
x
x dx
b
h’: h = (b-x) : b
h(b x)
h’ =
b
Ixy = xydA
b
Ixy = x
0
1
2
h (b x) h (b x)dx
b b
b
h2
Ixy = x 12
0 b 2
(b x) 2 dx
b
h2 2
0 2b 2 (b x 2bx x ) dx
2 3
Ixy =
b
h2 x h2 x2 h2 x3
Ixy = ( )dx
0
2 b 2b 2
1 h2 b
Ixy = 1 4 h 2 x 2 h 2 x 3 2 x 4
3b 8b 0
Ixy = 1 4 b h 13 b h 18 b h
2 2 2 2 2 2
Ixy = 1
24 b2h2
1
24 b 2 h 2 = Ixyo + 1
2 bh. 13 b. 13 h
Ixyo = 172 b 2 h 2
13
Contoh 2.3
Hitunglah momen inersia (Ix, Iy, Ip, Ixy ) penampang lingkaran dengan jari-jari r
terhadap sumbu x dan sumbu y yang melalui titik berat penampang
y
d dA
d
x
Penyelesaian :
dA = d d
y
2
Ix = dA
r 2
4 r ( 2 2 cos 2 ) d
4
Ixo = 1 1 1
0
2
o
Ix = 1
4 r 4 1
2 1
4 sin 2
0
o
Ix = 1
4 r ( 0) (0 0)
4
Ixo = ¼ r4
Momen inersia penampang lingkaran terhadap sumbu yang melalui pusat lingkaran
akan bernilai sama yaitu ¼ r4.
Sehingga :
Iyo = ¼ r4
Ipo = Ixo + Iyo
Ipo = ¼ r4 + ¼ r4
Ipo = ½ r4
Apabila sumbu x atau sumbu y merupakan sumbu simetri penampang maka Ixy = 0
Dengan demikian untuk penampang lingkaran Ixyo = 0.
14
Contoh 2.4
Hitunglah momen inersia (Ix, Iy, Ip, Ixy ) penampang setengah lingkaran dengan jari-
jari r terhadap sumbu x dan sumbu y yang melalui titik berat penampang.
d dA
d
x
Penyelesaian :
Momen inersia penampang setengah lingkaran terhadap sumbu x, prinsipnya sama
dengan momen inersia lingkaran penuh terhadap sumbu x. Kalau pada lingkaran penuh
batas-batas sudutnya dari = 0 sampai = 2, namun pada penampang setengah
lingkaran batas-batas sudutnya dari = 0 sampai = .
y
2
Ix = dA
r
4 sin .d
4 2
Ix = 1
0 6
Ix = 1
4 r 4 ( 1 2 1 2 cos 2 )d
0
Ix = 1
4 r 2
4 1 1
4 sin 2
0
Ix = 1
4 r ( 2 0) (0 0)
4 1
Ix = 1
8 r 4
Ix = Ixo + Ay’2
2
4r
1 r =
4
Ixo + 2 r
1 2
3
8
2
4r
Ix = 8 r - 2 r
o 1 4 1 2
3
4
8r
Ixo = 18 r 4 -
9
15
8
Ixo = r 4 18 2
9
x
2
Iy = dA
r
4 r ( 2 2 cos 2 ) d
4
Iyo = 1 1 1
0
Iyo = 1
4 r 4 1
2 1
4 sin 2
0
Iyo = 1
4 r [( 2 0) (0 0)]
4 1
Iyo = 1
8 r 4
Rangkuman momen inersia penampang sederhana (umum) yang telah dibahas diatas
dapat dilihat pada Tabel 2.1. Momen inersia ini dapat dipakai untuk menyelesaikan
momen inersia penampang gabungan (komposit).
16
Tabel 2.1 Momen Inersia Bidang Datar Penampang Umum
Ix = 112 bh 3
Iy = 112 b 3 h
segiempat h x
O Ip = 112 (bh 3 b 3 h)
Ixy = 0
b/3
Ix = 136 bh 3
segitiga h
Iy = 136 b 3 h
h/3
O Ip = 136 (bh 3 b 3 h)
x Ixy = 172 b 2 h 2
Ix = 1 4 r 4
Iy = 1 4 r 4
lingkaran D = 2r
x Ip = 1 2 r 4
O Ixy = 0
Y
8
Ix = r 4 18 2
9
4r/3
setengah lingkaran Iy = 8 r
1 4
O
y 8
Ip = r 4 1 4 2
9
2r Ixy = 0
17
4. Contoh soal penampang komposit
Contoh 2.5
Hitunglah momen inersia (Ix, Iy, Ip, Ixy ) penampang baja siku terhadap sumbu x dan
sumbu y yang melalui titik berat penampang.
12,7 mm
152 mm
12,7 mm
102 mm
Penyelesaian :
1. Hitung posisi titik berat penampang, untuk ini sudah dihitung pada contoh 1.4.
2. Gambarkan salib sumbu x dan sumbu y pada titik berat penampang sebagai berikut:
12,7 mm
1
152 mm x
O 12,7 mm
50,22 mm
2
102 mm
25,22 mm
18
7. Hitung momen inersia perkalian sebagai berikut :
Menghitung momen inersia perkalian, perhatikan tanda jarak, jarak dapat bertanda
negatip sesuai dengan posisinya pada salib sumbu. Hal ini berbeda dengan perhitungan
Ix dan Iy yang mana jarak dipangkatduakan sehingga tetap bertanda positif.
Ixy = Ixyo + Ax’y’
Ixy = 0 + 12,7. 152. [-(25,22- 6,35).(76- 50,22)]
+ 0 + 89,3.12.7.(57,35-25,22)[-(50,22-6,35)]
= - 939078,985 - 1598576,925
= - 2537655,91 mm4
Contoh 2.6
Hitunglah momen inersia (Ix, Iy, Ip, Ixy ) penampang tergambar terhadap sumbu x dan
sumbu y yang melalui titik berat penampang
25 mm
225 mm
25 mm 150 mm 25 mm
Penyelesaian :
1. Hitung posisi titik berat penampang, untuk ini sudah dihitung pada contoh 1.5.
2. Gambarkan salib sumbu x dan sumbu y pada titik berat penampang sebagai
berikut :
y
1 25 mm
99,04
x
2 2
225 mm
150,96
25 mm 150 mm 25 mm
3. Bagi penampang menjadi 3 bagian yaitu bidang1 dan 2 bagian bidang 2 seperti pada
gambar.
4. Hitung momem inersia terhadap sumbu x sebagai berikut :
Ix = Ixo + Ay’2
Ix1 = 112.200.253 200.25.86,54 2 = 37706274,67 mm4
Ix2 = 2. 112.25.2253 2.25.225.38,46 2 = 64101618,00 mm4 +
Ix = 101807892,67 mm4
19
5. Hitung momen inersia terhadap sumbu y sebagai berikut :
Iy = Iyo + Ax’2
Iy1 = 112.2003.25 0 = 16666666,67 mm4
Iy2 = 2. 112.253.225 2.25.225.87,5 2 = 86718750,00 mm4 +
Iy = 103385416,67 mm4
Momen inersia perkalian akan bernilai 0 apabila salah satu sumbu yang melalui titik
berat penampang adalah sumbu simetri.
Contoh 2.7.
Penampang seperti tergambar dibawah, O adalah titik berat penampang. Hitung a
supaya Ix = Iy
y
10 mm
x 200 mm
O
10 mm
120 10 a 10 120 mm
Penyelesaian
Iy = 4[ 112 .10.1203 + 10.120 (70 + 1 2 a)2] + 2. 112 .103.220 + 2.10.220 (5+ 1 2 a)2
Iy = 4[1440000 + 1200 (4900 + 70a + 0,25 a2)] + 36666,67 + 4400 (25 +5a + 0,25 a2)
Iy = 5760000 + 23520000 + 336000a + 1200 a2 + 36666,67 + 110000 + 22000a +
1100a2
Iy = 2300 a2 + 358000a + 29426666,67
Ix = Iy
70706666,67 = 2300 a2 + 358000a + 29426666,67
2300 a2 + 358000a – 41280000 = 0
20
a2 + 155,65 a – 17947,83 = 0
155,65 309,86
a1 = = 77,105 mm
2
Soal-soal :
50 mm
120 mm
90 mm
2. Tentukan Ix, Iy, Ixy bidang kombinasi segi empat dengan setengah lingkaran
berikut ini :
60 mm
60 mm
120 mm
21
3. Tentukan Ix, Iy, Ixy bidang berikut ini :
10 mm 80 mm 10 mm
120 mm
y
y’
y sin
x dA
x’
y cos y’
y x’
x cos
x sin
x
Sumbu x dan sumbu y diputar sehingga menjadi sumbu x’ dan dan sumbu y’ dengan
sudut putar sebesar . Dengan demikian dapat diperoleh hubungan sebagai berikut :
x’ = x cos + y sin
y’ = y cos - x sin
y' dA
2
Ix’ =
Ix’ = ( y cos x sin ) 2
dA
Ix’ = Ix cos2 + Iy sin2 - 2 Ixy sin cos
22
x' dA
2
Iy’ =
Iy’ = ( x cos y sin ) 2
dA
Iy’ = Iy cos2 + Ix sin2 + 2 Ixy sin cos
Catatan :
sin 2 = 2 sin cos
cos 2 = cos2 - sin2
cos2 = 1 2 + 1 2 cos 2
sin2 = 1 2 - 1 2 cos 2
Ix Iy Ix Iy
Iy’ = cos 2 I xy sin 2 (2.10)
2 2
Ix Iy
Ix’y’ = sin 2 I xy cos 2 (2.11)
2
Dari Persamaan 2.9.
Ix Iy Ix Iy
Ix’ - cos 2 I xy sin 2 (2.12)
2 2
Persamaan 2.11 dan Persamaan 2.12 masing-masing dikuadratkan kemudia
dijumlahkan sehingga diperoleh :
Ix Iy Ix Iy
2 2
I x' I x' y ' I xy
2 2
(2.13)
2 2
Persamaan 2.13 adalah persamaan lingkaran dengan bentuk (x-a)2 + y2 = r2
23
Ix’y’
r
Ix’
O N C M
Gambar 2.4 Lingkaran dengan Salib Sumbu Ix’ dan Sumbu Ixy’
Dari Gambar 2.4. diatas dapat ditentukan Momen inersia maksimum dan momen
inersia minimum
Imaks = OM = OC +CM
Imin = ON = OC – CM
Sehingga :
Ix Iy Ix Iy
2
I maks I xy 2
2 2
Ix Iy Ix Iy
2
I min I xy 2
2 2
Pada saat terjadi Imaks dan Imin maka Ix’y’ = 0, sehingga dari Persamaan 2.11 diperoleh:
Ix Iy
sin 2 I xy cos 2 0
2
2 I xy
tg 2
Ix Iy
24
Contoh 2.8
Penampang seperti tergambar,
1. Tentukan Ix, Iy, Ixy terhadap sumbu x dan sumbu y yang melalui titik berat
penampang
2. Tentukan sumbu utama dan momen inersia utama
10 mm
x 100 mm
10 mm
60 mm 10 mm 60 mm
Penyelesaian :
Ix Iy Ix Iy
2
I maks I xy 2
2 2
2
5,08.10 6 1,84.10 6 5,08.10 6 1,84.10 6
I maks
2,31.10 6 2
2 2
Imaks = 6,281. 106 mm4
Ix Iy Ix Iy
2
I min I xy 2
2 2
25
2
5,08.10 6 1,84.10 6 5,08.10 6 1,84.10 6
I maks
2,31.10 6
2
2 2
Imin = 0,639. 106 mm4
Sumbu Utama
2 I xy
tg 2
Ix Iy
2(2,31.10 6 )
tg 2 1,4259
5,08.10 6 1,84.10 6
sumbu min y
sumbu maks
27,48 x
26
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
III. TEGANGAN
1. Pendahuluan
Semua gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda termasuk berat sendiri dan gaya-
gaya reaksi yang disebabkan oleh tumpuan disebut sebagai gaya-gaya luar. Benda
stabil akan diam pada kesetimbangannya, maka gaya-gaya P yang bekerja padanya
akan memenuhi persamaan kesetimbangan statis, seperti pada Gambar 3.1.a
P1 P1 P2
P2
S
S1 S2 S3 dA
P3 P4 P3
P4
(a) (b) (c)
Benda dipisah menjadi 2 bagian, seperti pada Gambar 3.1.b, maka setiap bagian akan
berada dalam kesetimbangan pula. Untuk mempertahankan kesetimbangan maka pada
potongan akan bekerja gaya-gaya yang disebut dengan gaya-gaya dalam (S). Gaya-
gaya dalam ini terdiri dari bermacam macam besaran dan arah.
Contoh lain yang menggambarkan bekerjanya gaya-gaya luar dan gaya-gaya dalam
adalah sebuah balok yang dibebani dan dipotong menjadi 2 bagian, seperti pada
Gambar 3.2.
P1 P2
(a)
D D
(b)
M M
Balok setelah dipotong akan tetap berada dalam kesetimbangan apabila gaya-gaya
dalam momen M dan gaya lintang D bekerja pada penampang yang terpotong.
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 27
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
Namun untuk keperluan praktis rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut :
N
: Tegangan normal
A
N : Gaya tegak lurus penampang, bekerja pada titik berat
penampang
A : Luas penampang.
Tegangan Geser adalah tegangan yang sejajar terhadap suatu irisan yang secara
matematis dirumuskan sebagai berikut :
D
lim
A0 A
Namun untuk keperluan praktis rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
D
: Tegangan geser rata-rata
A
D : Gaya sejajar penampang
A : Luas penampang.
3. Satuan
Tegangan normal dan tegangan geser dihitung dalam satuan gaya dibagi dengan satuan
luas. Gaya adalah vektor sedangkan luas adalah skalar maka hasil baginya juga
merupakan vektor.
Satuan dasar SI adalah meter (m) untuk satuan panjang, kilogram (kg) untuk satuan
massa, dan detik (s) untuk satuan waktu. Satuan gaya didefinisikan sebagai satuan
massa dikalikan dengan satuan percepatan yaitu kilogram meter perdetik kwadrat
(kg.m/s2) disingkat dengan newton (N). Satuan tegangan adalah newton per meter
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 28
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
kwadrat (N/m2) disingkat dengan pascal (Pa). Tegangan dalam satuan Pascal secara
numeric sangat kecil bila dibandingkan dengan satuan-satuan tegangan lain yang biasa
dipakai. Oleh karena itu satuan tegangan lebih dapat diterima apabila menggunakan
satuan N/mm2 yang sama dengan megapascal (106 Pa = MPa), satuan MPa ini telah
mendapat pengakuan yang luas untuk satuan tegangan.
4. Contoh-Contoh
Contoh 3.1
Sebatang baja dengan diameter 19 mm mengalami gaya tarik sebesar 100 kN,
hitunglah tegangan yang terjadi pada batang baja.
Penyelesaian :
N
A
N = 100 kN = 100000 N
A = 0,25..192 = 283,5287 mm2
100000
352,698 N/mm2 = 352,698 MPa
283,5287
Contoh 3.2
Sebuah silinder beton dengan diameter 150 mm mengalami gaya tekan sebesar 600
kN, hitunglah tegangan yang terjadi pada silinder beton.
Penyelesaian :
N
A
N = 600 kN = 600000 N
A = 0,25..1502 = 17671,4587 mm2
600000
33,953 N/mm2 = 33,953 MPa
17671,4587
Contoh 3.3
Sebuah pondasi seperti tergambar memikul beban 20 kN/m2. Hitunglah tegangan yang
terjadi pada dasar pondasi. Berat isi pondasi sebesar 24 kN/m3
0,5 m
1m
tampak samping
1m 0,5 m
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 29
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
Penyelesaian :
Tegangan yang terjadi pada dasar pondasi diakibatkan oleh gaya normal. Gaya normal
yang bekerja terdiri dari 2 macam :
1. Gaya normal akibat beban 20 kN/m2
2. Gaya normal akibat berat sendiri pondasi.
N = N1 + N2 = 5 + 9 = 14 kN
A = luas alas pondasi = 1.0,5 = 0,5 m2 = 0,5.106 mm2
N 14.10 3
= 0,028 MPa
A 0,5.10 6
Contoh 3.4
Dua buah pelat baja disambung dengan menggunakan baut berdiameter 20 mm, seperti
pada gambar dibawah.
1. Hitung tegangan normal rata-rata dari pelat dimana tidak terdapat lobang
2. Hitung tegangan normal rata-rata pelat pada penampang kritis
3. Hitung tegangan geser rata-rata pada baut
4. Hitung tegangan dukungan antara baut dan pelat
45 kN 45 kN 150 mm
10 mm
10 mm
potongan memanjang
Penyelesaian :
1. Tegangan normal rata-rata dari pelat dimana tidak terdapat lubang :
N 45.10 3
= 30 MPa
A 150.10
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 30
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
A = 150.10 – 2.20.10
A = 1100 mm2
20 mm
150 mm
3
N 45.10
= 40,9 MPa 20 mm
A 1100
10 mm
D 45.10 3
112,5 MP
A 400
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 31
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
IV. REGANGAN
1. Pendahuluan
Pada analisis teori elastisitas yang dibahas dalam buku ini dibuat beberapa asumsi
dasar sebagai berikut:
1. Benda diasumsikan elastis
2. Material pembentuk benda diasumsikan homogen yang artinya sifat-sifat
bahan sama pada setiap titik. Material juga diasumsikan isotropic yang artinya
sifat-sifat bahan sama kesegala arah
Berdasarkan asumsi di atas maka sifat-sifat elastis suatu benda ditentukan oleh dua
jenis konstanta yaitu E (modulus elastisitas) dan (poisson ratio).
2. Regangan
Pada hakekatnya benda yang mengalami tegangan akan menimbulkan deformasi.
Deformasi ini sangat berhubungan erat dengan besarnya gaya yang menyebabkannya.
Regangan merupakan bagian dari deformasi yaitu perpanjangan persatuan panjang
yang ditulis dalam notasi (epsilon)
(4.1)
L
: perpanjangan/perpendekan
L : panjang mula-mula
Secara eksperimen besar gaya normal yang bekerja dapat ditentukan dengan alat uji
tekan (universal testing machine), demikian pula besar perpendekan dapat diukur
dengan alat dial gauge seperti pada Gambar 4.1.a. Apabila gaya normal diketahui
maka dengan dibagi luas penampang dapat ditentukan tegangan yang terjadi. Apabila
perpendekan sudah diketahui maka dengan membagi dengan panjang semula dapat
ditentukan besarnya regangan.
Pada gambar 4.1.b. besar gaya normal tarik dan besar perpanjangan dapat langsung
terbaca pada layar komputer.
Pada umumnya nilai regangan suatu bahan sangat kecil, terutama pada bahan-bahan
yang getas seperti beton. Nilai regangan akan jauh lebih besar pada bahan-bahan yang
lebih liat seperti baja tulangan.
Regangan merupakan besaran yang tidak berdimensi, namun ada juga yang memberi
dimensi meter per meter m/m atau kadang kadang nilai regangan diberi dalam bentuk
persen.
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 32
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
(a) (b)
Akhir-akhir ini regangan pada benda uji dapat ditentukan dengan alat strain gauge,
Gambar 4.2.a yang dihubungkan dengan strain indicator, Gambar 4.2.b. Alat ini
biasanya digunakan untuk mengukur regangan yang terjadi pada pengujian komponen
struktur, seperti pengujian balok, pengujian kolom dan pengujian pelat.
(a) (b)
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 33
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
Tegangan,
u C
y A B D
O y
Regangan,
Apabila sebatang baja ditarik dengan beban yang bertahap, pada awal pembebanan
kurva akan berada dititik O, seiring dengan pertambahan beban, kurva akan menuju
titik A dalam bentuk garis lurus. Garis lurus ini menggambarkan bahwa bahan masih
dalam kondisi elastis. Apabila pada saat kondisi elastis ini beban ditiadakan maka
kurva akan kembali ke titik O. Dengan kata lain apabila beban dilepas pada saat
kondisi elastis maka panjang benda akan kembali ke panjang semula. Titik A
merupakan batas proporsional bahan atau titik leleh, tegangan yang terjadi pada saat
bahan leleh disebut y (tegangan leleh). Dengan penarikan selanjutnya maka kurva
akan menuju ketitik B. Garis AB disebut kondisi plastis, apabila beban dilepas pada
kondisi plastis maka benda tidak akan kembali ke panjang semula. Dengan penarikan
lanjutan maka kurva akan bergerak sesuai dengan garis BCD. Garis BCD disebut
dengan kondisi pengerasan (strain hardening). Titik C merupakan titik puncak dari
tegangan yang disebut u (tegangan ultimit). Titik D merupakan titik terakhir kurva
yaitu titik putusnya benda uji.
Tegangan
O
Regangan
Berbeda dengan pengujian baja yang dilakukan dengan menarik benda uji, pengujian
beton dilakukan dengan menekan benda uji. Kurva hubungan tegangan regangan pada
beton mulai dari titik awal O sampai akhir berbentuk lengkung, sehingga tidak jelas
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 34
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
dimana batas proporsional bahan. Umumnya pada beton batas proporsional bahan
ditentukan 40% dari nilai tegangan hancur, sebab sampai tegangan 40% kurva masih
dapat dianggap lurus. Regangan hancur pada beton umumnya sebesar 0,3% nilai ini
jauh lebih kecil dengan nilai regangan pada baja pada saat putus yaitu sebesar kira-
kira 20%, sehingga beton dikatakan material getas.
4. Hukum Hooke
Secara grafis modulus elastisitas bahan E adalah tg , sehingga Hukum Hooke untuk
beban uniaksial:
E= atau = E (4.2)
Berhubung regangan tidak berdimensi maka satuan modulus elastisitas sama saja
dengan satuan tegangan. Dari kurva pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 maka hukum
Hooke hanya berlaku sampai batas proporsional bahan dengan kata lain hukum Hooke
hanya berlaku pada saat bahan dalam kondisi elastis.
Perbandingan Poisson
Disamping terjadinya deformasi dalam arah gaya yang bekerja, ternyata terjadi pula
deformasi pada arah tegak lurus gaya yang bekerja, yaitu perpanjangan dan
perpendekan dalam arah lateral (melintang). Apabila sebatang baja ditarik maka dalam
arah aksial maka akan terjadi perpanjangan dalam arah aksial, dan perpendekan dalam
arah lateral. Demikian pula sebaliknya apabila sebatang baja ditekan dalam arah aksial
maka akan terjadi perpendekan dalam arah aksial, dan perpanjangan dalam arah
lateral. Hal ini disebabkan oleh efek Poisson (nu), tanda negatip artinya perpendekan
dan sebaliknya perpanjangan untuk tanda positif.
regangan.lateral
= (4.3)
regangan.aksial
Pada keadaan ekstrim harga ada yang serendah 0,1 (pada beberapa jenis beton) dan
ada pula yang tinggi sebesar 0,5 (pada karet).
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 35
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
x
z
y
y Y
b
c
x
z
X
Gambar 4.5 Tegangan Normal Triaksial
Regangan-regangan dalam arah y dan arah z dapat pula diperoleh dengan jalan yang
sama, sehingga regangan-regangan dalam ketiga arah:
x y z
x (4.4)
E E E
x y
y z (4.5)
E E E
x y z
z (4.6)
E E E
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 36
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
dx zy
dz
yz yz
Y
zy
dy
X
Gambar 4.6 Tegangan Geser Murni pada Elemen Benda
Tegangan geser yang bekerja pada benda adalah yz, (Gambar 4.6.). Apabila hanya
pasangan yz yang bekerja maka benda belum setimbang, supaya benda menjadi
setimbang maka harus pula bekrja pasangan tegangan geser zy yang sama besar
dengan yz (Gambar 4.7.a). Akibat bekerjanya tegangan geser yz dan zy maka benda
akan mengalami deformasi seperti Gambar 4.7.b. Regangan geser yang terjadi pada
benda adalah yang merupakan besaran yang tidak berdimensi, besar regangan geser
akan sebanding dengan gaya geser yang bekerja pada benda, sehingga:
E
G (4.8)
2(1 )
Z Z
zy
A
B A B
yz yz
/2
C C
O zy C Y O /2 Y
(a) (b)
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 37
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
7. Dilatasi (Pemuaian)
Sisi-sisi dx, dy, dan dz dari sebuah elemen kecil, setelah diregangkan masing-masing
sisinya menjadi (1+x)dx, (1+y)dy dan (1+z)dz
Perubahan volume = (volume akhir – volume awal)
Perubahan volume = (1+x)dx (1+y)dy (1+z)dz – dxdydz
Perubahan volume = (1+x)(1+y)(1+z)dxdydz – dxdydz
Perubahan volume = (1+x + y + z + xy + yz + xz + xyz)dxdydz – dxdydz
Hasil perkalian regangan xy, yz, xz, dan xyz sangat kecil sehingga dapat
diabaikan sehingga :
Perubahan volume = (1+x + y + z) dxdydz – dxdydz
Perubahan volume = (x + y + z)dxdydz
8. Contoh-contoh
Contoh 4.1
100 kN
Batang aluminium diameter 50 mm diberi gaya tarik
sebesar 100 kN. Batang tersebut mengalami
pertambahan panjang 0,219 mm untuk panjang ukur
300 mm, diameter batang berkurang sebesar
300 mm 0,01215 mm
Hitung tetapan dan E ?
100 kN
Penyelesaian :
D 0,01215
Regangan lateral/lintang = 0,000243
D 50
L 0,219
Regangan aksial = 0,00073
L 300
regangan.lateral 0,000243
Poisson Rasio, 0,333
regangan.aksial 0,00073
N 100.10 3
50,955 MPa
A 14 .50 2
L
0,00073
L
50,955
Modulus Elastisitas, E = 69766 MPa
0,00073
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Contoh 4.2
300 mm 10 kN
40 kN
Penyelesaian :
a. Diagram gaya aksial :
20 kN 10 kN 40 kN
70 kN
+ + = 900 mm
50 kN
600 mm
40 kN
300 mm
N NL
E A
atau
L A
NL
EA
N1 L1 N 2 L2 N 3 L3
EA EA EA
70.10 .900 50.10 3.600 40.10 3.300
3
= 1,75 mm
200.10 3.300 200.10 3300 200.10 3.300
Contoh 4.3
P
Penyelesaian :
Contoh 4.4
Batang tembaga dengan diameter 60 mm dan panjang 150 mm mendapat gaya tekan
aksial sebesar 200 kN, terdistribusi secara merata. Hitung pertambahan diameter
batang yang disebabkan oleh gaya tekan. E = 85 GPa, = 0,30.
Penyelesaian :
Tegangan aksial
N 200.10 3
70,7714
A 0,25. .60 2
Regangan aksial
70,7714
aksial =
E 85.10 3
.lateral
.aksial
Regangan lateral
70,7714
.lateral 0,3. = 2,4978.10-4
85.10 3
D
2,4978.10 4
D
D = 2,4978.10-4. 60 = 0,015 mm
Contoh 4.5
Py
tebal pelat 10 mm
Px Px 100 mm
Py
200 mm
Pelat baja seperti tergambar memikul beban biaksial Px = 100 kN, dan Py = 300 kN,
beban bekerja secara merata pada penampang. E baja = 200 GPa, = 0,25.
a. Hitunglah perubahan tebal pelat baja.
b. Hitung perubahan volume pelat baja.
Penyelesaian :
a. Perubahan tebal pelat :
Py 300.10 3
y 150 MPa
A 200.10
Px 100.10 3
x 100 MPa
A 100.10
z 0
x y z
z
E E E
100 150
z 0,25 3
0,25 0,0003125
200.10 200.10 3
Z
0,0003125
Z
Z 0,0003125.10 0,003125 mm
Maka pelat baja berkurang tebalnya sebesar 0,003125 mm.
42
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
V. PUNTIR (TORSI)
1. Pendahuluan
Masalah puntir (torsi) pada batang elastik penampang bulat pertama kali dipelajari
oleh Coulomb sekitar tahun 1775. Secara umum puntiran terjadi bila balok atau kolom
mengalami perputaran terhadap sumbunya. Perputaran demikian dapat diakibatkan
oleh beban dengan titik kerja yang tidak terletak pada sumbu simetri.
½b
P
L
T = P.1/2b
M = P.L
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 43
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
P
D
A C
A T
B
Perhatikan balok CD, terjadi momen jepit pada C dan pada D. Momen jepit di C akan
mengakibatkan momen puntir pada balok AC, momen jepit di D akan mengakibatkan
momen puntir pada balok BD.
Pada dasarnya untuk keperluan perencanaan setiap balok harus diperiksa apakah balok
tersebut mengalami puntir atau tidak. Sebab puntir akan mempengaruhi perencanaan
penampang balok yang bersangkutan.
maks
r /r maks
O B C
dA
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 44
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
Dengan mengambil persamaan kesetimbangan gaya luar terhadap gaya dalam pada
suatu irisan penampang pada Gambar 5.3. maka dapat diturunkan hubungan sebagai
berikut :
Gaya-gaya dalam :
Tegangan geser puntir = maks
r
Luas = dA
Gaya = tegangan x luas = maks .dA
r
Momen puntir dalam = gaya x lengan = maks .dA.
r
Gaya-gaya luar :
Momen puntir luar = T
Gaya gaya dalam = Gaya gaya luar
r
maks .dA. = T
maks
r
2 dA T
2
Dari bab sebelumnya dA = Ip (momen inersia polar), sehingga
maks
Ip T
r
T.r
maks (5.1)
Ip
dengan :
maks : tegangan geser puntir maksimum
T : momen torsi
r : jari-jari lingkaran
Ip : momen inersia polar
r 4
Ip = (penampang lingkaran)
2
dx
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 45
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
dx
B
A
O
maks D
d
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 46
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
maks
b = sisi panjang
h h = sisi pendek
T
maks (5.3)
.b.h 2
Sudut puntir :
TL
(5.4)
.b.h 3 .G
b
1,00 1,50 2,00 3,00 6,00 10,00
h
0,208 0,231 0,246 0,267 0,299 0,312 0,333
0,141 0,196 0,229 0,263 0,299 0,312 0,333
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 47
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
6. Contoh-Contoh
Contoh 5.1
1,15 kN
A
C
3m 1m
B
Balok horizontal AB dijepit di A. Batang BC juga horizontal tetapi tegak lurus dengan
batang AB. Pada titik C bekerja gaya vertikal sebesar 1,15 kN.
a. Hitung tegangan geser puntir maksimum penampang pada batang AB dan
sudut puntir pada ujung B apabila penampang batang AB adalah lingkaran
dengan diameter 55 mm.
b. Hitung tegangan geser puntir maksimum penampang pada batang AB dan
sudut puntir pada ujung B apabila penampang batang AB adalah persegi
dengan tinggi 60 mm dan lebar 40 mm.
Modulus geser bahan (G) = 77,5 GPa
Penyelesaian :
Momen puntir pada batang AB
TAB = 1,15x1 = 1,15 kNm
a. Penampang lingkaran
Tegangan Geser puntir maksimum pada penampang
T .r 1,15.10 6 27,5
AB 35,2 Mpa
Ip 1 .27,5 4
2
b. Penampang persegi
Tegangan geser puntir maksimum pada penampang
T 1,15.10 6
AB 51,86 Mpa
.b.h 2 0,231.60.40 2
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 48
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
Contoh 5.2
0,75 kN
0,4 kN
A
E
D
3m B 1m
C
1,5 m
Penyelesaian :
Diagram momen puntir
Akibat gaya 0,75 kN
A B C
0,75 kNm
A B C
0,4 kNm
A B C
0,4 kNm
1,15 kNm
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 49
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
Sudut puntir
Sudut puntir di B
T .L 1,15.10 6.3000
B AB AB 0,049 rad
GI p 77,5.10 3.898360,5
TBC .LBC 0,4.10 6.1500
c 0,031 rad
GI p 77,5.10 3.251327,41
c total = 0,049 + 0,031 = 0,08 rad
Maka sudut puntir di C = 0,08 rad.
Contoh 5.3
Berapakah seharusnya panjang sebuah kawat aluminium yang berdiameter 5 mm
hingga benda ini dapat dipelintir sebesar satu putaran penuh tanpa melebihi tegangan
geser sebesar 42 MPa, modulus geser bahan 27 GPa.
Penyelesaian :
Momen inersia polar
I p 1 2 . .r 4 1
2 . .2,5 4 61,32 mm4
T.r
Ip
T .2,5
42
61,32
T = 1030 Nmm
T.L
GI p
dipelintir satu putaran penuh maka = 2
1030 L
2
27000.61,32
L = 10094 mm
L = 10,094 m
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 50
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
1. Pendahuluan
Pada analisis lentur murni yang dibahas disini, penampang balok adalah prismatis
(berpenampang konstan). Momen lentur yang bekerja pada balok berada pada sumbu
simetri vertikal balok.
2. Asumsi Dasar
Dikemukakan oleh Bernoulli dan Navier
1. Penampang-penampang sebuah balok yang tegak lurus sumbunya akan tetap
merupakan bidang datar setelah terjadi lenturan. Titik pangkal sumbu x,y,z
adalah titik berat penampang Sebelum balok dibebani, maka bidang ABCD
(berimpit dengan bidang xy) merupakan persegi seperti terlihat pada Gambar
6.1.a dan Gambar 6.1.b.Setelah balok dibebani maka balok akan melengkung,
titik A dan titik C saling mendekat, sedangkan titik B dan titik D saling
menjauh, dapat dilihat pada Gambar 6.1.c. Dengan demikian serat atas balok
mengalami tegangan tekan dan serat bawah balok mengalami tegangan tarik.
Batas antara tegangan tekan dengan tegangan tarik disebut garis netral, pada
Gambar 6.1.b, garis netral digambarkan oleh sumbu x.
bidang ABCD
(a)
y
A C
A C
x M M
B D
B D
(b) (c)
2. Pada balok yang mengalami lentur, regangan yang terjadi pada penampang
berbanding langsung dengan jaraknya ke garis netral.
Perhatikan kembali Gambar 6.1.b dan Gambar 6.1.c, pada AC terjadi regangan
sebesar :
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 51
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
AC
AC
AC
Semakin dekat ke garis netral maka nilai regangan akan semakin kecil, dan
nilai regangan nol pada garis netral, seperti terlihat pada Gambar 6.2.
maks
grs netral
maks
3. Tegangan normal yang diakibatkan oleh lentur berubah secara linier dengan
jaraknya ke garis netral.
Sesuai dengan hukum Hooke, nilai tegangan akan berbanding lurus dengan
regangan. Dengan demikian semakin dekat ke garis netral nilai tegangan akibat
lentur akan semakin kecil dan nol pada garis netral, terlihat pada Gambar 6.3.
(a)
(b)
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 52
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
y
y - maks y
c
M x z dA y
garis netral
dA -y
c
y
maks
c
maks
y
Tanda negatip pada maks merupakan serat tekan, dan tanda positip untuk serat tarik,
c
demikian pula halnya dengan nilai y, pada serat tekan bertanda positip dan pada serat
tarik bertanda negatip.
Gaya = Tegangan x Luas penampang
y
Tegangan = - maks (dapat juga diambil tanda positip)
c
Luas penampang = dA
y
Maka gaya = - maks dA
c
Fx = 0
y
A c maks .dA 0
maks
c ydA 0
A
ydA yA 0
A
y adalah ordinat titik berat
M=0
Mluar = Mdalam
y
M = maks dA. y
A
c
maks
M= y
2
dA
c A
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 53
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
maks
M= Ix
c
M .c
maks
Ix
Tanda negatip dapat dihilangkan dan disesuaikan saja dengan tanda momen
yang bekerja. Apabila momen yang bekerja positip maka serat bawah tertarik,
tegangan nya diberi tanda positip, dan serat atas tertekan, tegangannya diberi
tanda negatip.
Secara umum untuk tegangan sejauh y dari garis netral:
M .y
Ix
dengan :
: tegangan normal akibat lentur
M : momen luar
y : jarak tegangan yang ditinjau ke garis netral
Ix : momen inersia terhadap sumbu x
Apabila sebuah penampang balok terdiri dari dua bahan (bahan 1 dan bahan 2)
mengalami momen lentur, seperti pada Gambar 6.5.a, maka deformasi (regangan)
yang terjadi pada penampang akan tetap sebanding dengan jaraknya ke garis netral,
Gambar 6.5.b.
Walaupun regangan yang terjadi sama pada pertemuan kedua bahan, berdasarkan
hukum Hooke tegangan yang terjadi pada serat penampang pada masing-masing bahan
akan berbeda besarnya, hal ini diakibatkan oleh nilai modulus elastisitas yang berbeda
pada masing-masing bahan, Gambar 6.5.c.
Dalam menghitung tegangan pada penampang dengan dua bahan maka penampang
dibuat menjadi salah satu bahan padanan dengan ukuran penampang sesuai dengan
perbandingan nilai modulus elastisitas kedua bahan tersebut (n =E1/E2), terlihat pada
Gambar 6.6.a dan Gambar 6.6.b. Selanjutnya dihitung posisi garis netral sesuai dengan
prinsip penampang satu bahan. Nilai tegangan yang diperoleh disesuaikan dengan
perbandingan nilai modulus elastisitas kedua bahan tersebut.
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 54
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
a aE1
1
b2 bE2
Gambar 6.5 Diagram Tegangan dan Regangan pada Penampang Dua Bahan
h
b2/n
b1 nb1
b2
(a) (b)
5. Contoh-Contoh
Contoh 6.1
Balok dengan penampang seperti tergambar, memikul beban sebesar 5 kN/m.
1. Hitunglah tegangan normal akibat momen lentur maksimum pada penampang
2. Gambarkan diagram tegangan pada penampang
5 kN/m 60 mm 30 mm 60 mm
30mm
12 m
200 mm
30mm
40 mm 30 mm 40 mm
Penampang Balok
Penyelesaian :
Titik berat penampang akan berada pada sumbu simetri vertikal, oleh sebab itu untuk
menentukan titik berat hanya nilai ordinat saja yang perlu dihitung.
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 55
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
1
YA = y1A1 + y2A2 + y3A3
105 120
Y (150.30 + 200.30 + 110.30) =
x
10 150.30.245 + 200.30.130 + 110.30.15
1932000
125 2 Y= 140 mm
140 13800
Ix = Ixo + Ay2
Ix = 112150.303 150.30.1052 112 30.2003 30.200.10 2 112110.303 110.30.1252
Ix = 122360000 mm4
Nilai jarak 125 mm dan 10 mm semestinya ditulis minus, tetapi karena dikwadratkan,
dapat tidak ditulis
88,26 MPa
102,97 MPa
Contoh 6.2
Balok overstek, terjepit di A dengan penampang seperti tergambar, memikul beban
terbagi rata sebesar q
1. Hitung besar beban q (dalam kN/m) apabila tegangan lentur maksimum pada
penampang di perletakan jepit sebesar 140 MPa.
2. Gambarkan diagram tegangan normal lentur pada penampang di perletakan
jepit.
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 56
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
q
25 mm
225 mm
2,5 m
25 mm 150 mm 25 mm
Penyelesaian :
1 25 mm
99,04
x
2 2
225 mm
150,96
25 mm 150 mm 25 mm
Ix = Ixo + Ay’2
Ix1 = 112.200.253 200.25.86,54 2 = 37706274,67 mm4
Ix2 = 2. 112.25.2253 2.25.225.38,46 2 = 64101618,00 mm4 +
Ix = 101807892,67 mm4
2
Mmaks = ½ q.l
= ½ .q.2,52
M . yb
b
Ix
(dipakai yb supaya tegangan pada serat bawah akan maksimum 140 MPa)
1 .q.2,5 2.10 6.150,96
140 = 2
101807892,7
q = 30,21 kN/m
M . y a 94,40625.10 6.99,04
a 91,84 MPa
Ix 101807892,7
M . yb 94,40625.10 6.150,96
b 140 MPa
Ix 101807892,7
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 57
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
91,84 MPa
garis netral
140 MPa
Contoh 6.3
Balok baja dengan penampang I dibebani dengan dua beban terpusat seperti tergambar.
Akibat beban maka serat bawah penampang mengalami perpanjangan sebesar 0,12
mm, yang diamati pada titik ukur A dan B. Hitung besar beban P, E baja = 200 Gpa.
P P
200 mm
A B
2m 2m 2m
16 mm
10 mm
460 mm
16 mm
191 mm
Penyelesaian:
Luas penampang,
A = 191.16.2 + 428.10 = 10392 mm2
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 58
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
Momen Inersia
Ix = Ixo + Ay’2
Ix = 2( 112 .191.163 + 191.16.2222) + 1
12 .10.4283 = 366689824 mm4
Hukum Hooke
.E
0,12
200.10 3
200
= 120 MPa
M = P.2000
M .y
I
2000.P.230
120 =
366689824
P = 95658 N = 95,658 kN
Contoh 6.4
Sebuah balok dengan penampang terdiri dari dua bahan, bagian atas adalah kayu
dengan ukuran 150 mm x 250 mm sedangkan bagian bawah terdiri dari baja dengan
ukuran 150 mm x 10 mm, seperti terlihat pada gambar. Apabila penampang balok
memikul momen lentur sebesar 30 kNm, hitunglah tegangan maksimum dalam dalam
kayu dan baja.
E kayu = 10 GPa, E baja = 200 GPa.
250 mm
10 mm
150 mm
Penyelesaian :
Perbandingan E baja dengan E kayu:
Ebaja 200
n 20
Ekayu 10
Kedua bahan tersebut dijadikan satu bahan yaitu bahan padanan baja, sehingga ukuran
penampang menjadi :
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 59
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
tb
150 150
250 mm tb = 7,5mm
n 20
10 mm
150 mm
182,78
57,78 mm
x
72,22mm 77,22 mm
Ix = Ixo + Ay’2
Ix = 112 .7,5.2503 +7,5.250.57,782 + 1
12 .150.103 + 150.10.72,222
Ix = 23861458,35 mm4
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 60
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
11,49 MPa
garis netral
97,08 MPa
Contoh 6.5
Hitung tegangan maksimum pada beton dan baja untuk balok beton bertulang dengan
penampang seperti tergambar. Balok memikul momen positip sebesar 120 kNm. Luas
penampang baja total sebesar 3000 mm2. Perbandingan E baja terhadap E beton adalah
15, atau n =15.
900 mm
100 mm
900 mm
400 mm
Penyelesaian :
Beton adalah bahan yang mampu memikul tegangan tekan, tetapi lemah dalam
memikul tegangan tarik, bahkan apabila terjadi retak maka tegangan tarik pada beton
akan hilang. Akibat lentur maka penampang diatas garis netral akan tertekan
sedangkan dibawah garis netral akan tertarik. Oleh sebab itu penampang beton
dibawah garis netral dianggap tidak ada. Bahan yang ada dibawah garis netral hanya
baja, sebab baja mampu memikul tegangan tarik.
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 61
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
900 mm
100 mm
garis netral
900 mm
As
400 mm
Kedua bahan tersebut dijadikan satu bahan yaitu bahan padanan beton.
Luas baja setelah dijadikan padanan beton menjadi As = 3000.15 = 45000 mm2
Pada garis netral berlaku : ydA 0 sehingga :
A
x 100
900.100(x-50) + (x-100) 400 = 45000 (1000- x)
2
9.104x – 4,5.106 + (x-100)2.200 = 45.106- 45.103 x
9.104x – 4,5.106 + 200x – 4.104x + 2.106 = 45.106- 45.103 x
200 x2 + 95000 x – 47,5.106 =0
x2 + 475 x –237500 = 0
475 475 2 4.237500
x12 =
2
x = 304,63 mm
Momen inersia
M . y 120.10 6.304,63
beton 1,26 MPa
Ix 288,12.10 8
M .y 120.10 6.695,37
baja n 15 43,44 MPa
Ix 288,12.108
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 62
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
1,26 MPa
garis netral
43,44 MPa
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 63
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
Soal-soal :
1. Balok terletak pada sendi-rol dengan penampang seperti tergambar, memikul beban
terbagi rata sebesar q.
1. Hitung besar beban q (dalam kN/m) apabila tegangan lentur maksimum pada
penampang di tengah bentang sebesar 150 MPa.
2. Gambarkan diagram tegangan normal lentur pada penampang di tengah
bentang.
8m
120 15 30 15 120
15
16 0
2. Penampang balok beton bertulang berongga seperti tergambar. Luas tulangan baja
sebesar 3600 mm2, dan n = 12. Bila tegangan tekan maksimum dalam beton akibat
lentur sebesar 5 MPa, maka hitunglah :
1.Tegangan tarik pada baja.
2. Momen yang bekerja pada penampang.
120
1000
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 64
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
1. Pendahuluan
Selain gaya aksial, puntir, dan momen lentur yang dapat bekerja pada penampang ada
pula gaya geser (gaya lintang). Adanya gaya geser maka timbul tegangan geser pada
penampang. Sebuah segmen kecil pada balok seperti pada Gambar 7.1.a akan bekerja
tegangan geser. Apabila segmen kecil tersebut diperbesar maka tegangan geser bekerja
tegak lurus sumbu batang dan sejajar dengan sumbu batang seperti terlihat pada
Gambar 7.1.b
P P
(a)
(b)
Geser yang bekerja dalam arah horizontal (sejajar dengan sumbu balok) dapat
dibuktikan pada dua buah papan dilenturkan bersama seperti pada Gambar 7.2. maka
diantara pertemuan bidang memanjang papan akan terjadi geser. Gambar 7.2.a
menunjukkan pada balok belum bekerja beban, sehingga papan masih lurus dan ujung-
ujungnya masih rata satu dengan yang lain. Pada Gambar 7.2.b, beban sudah bekerja
sehingga balok melengkung, apabila diperhatikan ujung-ujungnya maka sudah tidak
rata lagi, ini yang membuktikan sudah terjadi geser pada pertemuan kedua bidang
papan. Untuk mengatasi geser maka kedua papan dapat dipaku atau dilem.
(a)
(b)
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 65
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
terlihat pada Gambar 7.3.b. Pada segmen x bekerja tegangan pada arah x, diuraikan
pada Gambar 7.3.c.
y y
x z
x
(a)
y
y
dA*
A*
x x’
b
z x
M M + M
S S’
x
(b) (c)
M .
A*
x dA
A*
I
dA
M
A*
x dA
I A*
dA
M M M
.b.x
I
A*
dA
I A*
dA = 0
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 66
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
M M M
.b.x
I dA = 0
A*
M
I A*
.b.x dA = 0
M 1
x I .b A*
dA
DS
bI x
dengan :
: tegangan geser
D : gaya geser (gaya lintang)
S : statis momen
b : lebar bidang geser
Ix : momen inersia
3. Contoh-Contoh
Contoh 7.1
Hitung dan gambarkan diagram tegangan geser yang terjadi pada penampang persegi
dengan lebar b dan tinggi h.
Penyelesaian :
Ix = 112 bh3
Menghitung S (statis momen) :
¼h
h garis netral
S = (½ h.b). 1 4 h = 1
8 bh2
D.S D. 18 bh 2 3 D 3 D
(A = luas penampang)
b.I x b. 112 bh 3 2 bh 2 A
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 67
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
D
maks= 3 2
A
rata= D
A
4r
3 garis netral
S = ½ r2. 4r 3
DS D. 12 r 2 . 4 r 3 4 D D
3 2 43 (A adalah luas lingkaran)
bI x 2r. 14 r 4
r A
4D
3A
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 68
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
Contoh 7.3
100
Hitung dan gambarkan diagram tegangan
geser pada penampang seperti tergambar.
Penampang memikul gaya geser sebesar
50 kN
400
100
Penyelesaian :
Berhubung persegi luar dan persegi dalam mempunyai titik berat yang sama maka
momen inersia dapat juga dihitung dengan cara momen inersia persegi luar dikurang
momen inersia persegi dalam.
100
1
100
DS
bI x
50.10 3.10 7
1a 0,2038 MPa
400.6133333333
50.10 3.10 7
1b 0,4076 MPa
200.6133333333
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 69
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
50.10 3.14.10 6
2 0,5706 MPa
200.6133333333
0,2038 MPa
1
0,4076 MPa
grs netral 2
0,5076 MPa
Contoh 7.4
150
Penyelesaian :
Ix = 112 .400.5003 – ¼ 1004
Ix = 40,88 108 mm4
150
1
150
S1 = 400.150.175 = 10500000
S2 = 400.250.125 – ½ . ¼..d2.( 4r 3 )
S2 = 12500000- ½ . ¼..2002.( 4.1003 )
S2 = 12500000 – 666666,67
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 70
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
S2 = 11833333,33 mm3
0,32 MPa
0,72 MPa
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 71
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
1. Pendahuluan
Pada komponen struktur semua gaya-gaya dalam harus diperhitungkan, dalam
perencanaan. Gaya-gaya dalam tersebut dapat berupa gaya normal, momen lentur,
gaya geser dan momen puntir. Gaya –gaya dalam tersebut dapat bekerja secara
simultan pada suatu penampang. Balok yang memikul gaya normal dan momen lentur
secara simultan akan mengalami tegangan normal pada penampang secara simultan
pula yaitu kombinasi antara tegangan normal akibat gaya normal (gaya aksial) dan
tegangan normal akibat momen lentur. Demikian pula balok yang memikul gaya geser
dan momen puntir secara simultan akan mengalami tegangan geser pada penampang
secara simultan pula yaitu kombinasi antara tegangan geser akibat gaya lintang (gaya
geser) dan tegangan geser akibat momen puntir.
2. Superposisi Regangan
Sebuah balok memikul momen lentur dan gaya normal secara simultan seperti pada
Gambar 8.1. Pada suatu penampang akan terjadi superposisi regangan akibat momen
lentur dan regangan akibat gaya normal seperti terlihat pada Gambar 8.2.
N N
n a n-a
b n+a
Sesuai dengan hokum Hooke, nilai tegangan akan sebanding dengan nilai regangan
sehingga diagram tegangan pada penampang adalah superposisi tegangan akibat gaya
normal dan tegangan akibat momen lentur.
N M .y
A I
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 72
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
3. Contoh-Contoh
Contoh 8.1
Sebuah balok dengan ukuran penampang 100 mm x 200 mm terletak diatas 2
perletakan sendi-roll dengan bentang 3 m seperti tergambar, berat sendiri balok
diabaikan. Hitung dan gambarkan diagram tegangan maksimum pada penampang
balok.
5 kN
40 kN 40 kN
1,25 m 1,75 m
Penyelesaian :
Gaya normal
Gaya normal yang bekerja sepanjang balok sebesar 40 kN (tarik)
N 40.10 3
Tegangan normal akibat gaya normal, 2 MPa
A 100.200
Momen lentur
5.1,25.1,75
Momen lentur maksimum, Mmaks = 3,6458 kNm
3
Momen inersia, Ix = 112 .b.h3 = 112 .100.2003 = 66,67.106 mm4
M . ya 3,6458.106.100
Tegangan normal akibat momen lentur, a 5,46 MPa
Ix 66,67.106
M . y b 3,6458.106.100
b 5,46 MPa
Ix 66,67.106
Tegangan normal gabungan,
N M .y
A I
a = 2 – 5,46 = - 3,46 MPa
b = 2 + 5,46 = + 7,46 MPa
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 73
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
Contoh 8.2
Sebuah bendung kecil berbentuk segitiga seperti pada gambar. Tentukanlah tegangan
yang bekerja pada potongan A-B (tinjau 1 m panjang bendung)
Berat volume beton = 25 kN/m3
Berat volume air = 10 kN/m3
3,3 m 3,6 m
A B
0,6 m
2,16 m
Penyelesaian :
3
Panjang AB = .2,16 1,8 m
3,6
Berat beton diatas potongan AB, N = ½ .1,8.3 .1.25 = 67,5 kN
Gaya horizontal air
H = h.h. ½ = ½ h2 = ½.10.2,72
H = 36,45 kN
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 74
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
h = 2,7 m
H
0,9 m
A B
h
(a) N (b)
0,6 m
1m
1,8 m
(c)
M = N.0,3 – H.0,9
M = 67,5.0,3 – 36,45.0,9
M = - 12,55 kNm
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 75
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
1m
1,8 m
0,0375 MPa
+
0,0232 MPa
0,0232
0,0143 MPa
0,0607
Contoh 8.3
A B
71,2 kN
50 mm
150 mm
Penyelesaian :
Gaya normal sebesar N = 71,2 kN (tarik)
Momen lentur sebesar M = 71,2. 0,15 = 10,68 kNm
Momen Inersia I = 112 .50.1503 mm4
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 76
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
N M .y
A I
71,2.103 10,68.106.75
A 9,49 56,96 47,47 MPa
50.150 14062500
71,2.10 3 10,68.10 6.75
B 9,49 56,96 66,45 MPa
50.150 14062500
Maka tegangan maksimum dalam kait = 66,45 MPa
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 77
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
1. Pendahuluan
Sumbu sebuah balok akan mengalami defleksi (melentur) akibat beban yang bekerja
padanya. Walaupun tegangan tegangan akibat gaya-gaya dalam sudah memenuhi
persyaratan namun defleksi yang terjadi pada balok tidak boleh melampaui batas yang
telah ditetapkan. Defleksi balok yang berlebihan pada gedung dapat merusak
komponen-komponen antara lain partisi, kusen. Defleksi yang berlebihan juga dapat
menjadi beban psikologis dari pengguna struktur.
Pada pembahasan ini defleksi yang ditinjau adalah defleksi yang disebabkan oleh
gaya-gaya yang tegak lurus dengan sumbu balok. Demikian pula defleksi yang ditinjau
hanya disebabkan oleh momen lentur, sedangkan yang diakibatkan oleh gaya lintang
akan diabaikan sebab defleksi akibat gaya lintang biasanya sangat kecil kira-kira 1 %.
A C
-y
u
A C
B D
B D s
s
(a) (b)
du d
y (9.2)
ds ds
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 78
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
du
adalah regangan linier dalam serat balok pada jarak y dari garis netral sehingga:
ds
du
ds
Dari Gambar 9.1.a diperoleh :
s .
1
lim
s 0 s
d 1
(9.3)
ds
Dari persamaan 2 :
du d
y
ds ds
d
y
ds
d
ds y
d
disubstitusi ke Persamaan 9.3, sehingga :
ds
1
(9.4)
y
x
x (Hukum Hooke)
E
M .y
x (Hukum Bernoulli)
I
I
y x
M
x
1
E
xI
M
1 M
(9.5)
EI
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 79
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
d
dy
ds
B
dx
ds = AB
ds = dx 2 dy 2
2
dy
ds = dx 1
dx
= radius kelengkungan
AB = ds = d
ds ds dtg
.
d dtg d
sin
d
dtg cos cos 2 sin 2 1
sec 2 1 tg 2 atau
d d cos
2
cos
2
dtg
2
dy dy
1 dengan tg
d dx dx
2
dy
dx 1
dx dy 2
1
dtg dx
dtg d2y
1 dx dx 2
dy 2
3
2
dy 2
3
2
1 1
dx dx
2
dy
Nilai merupakan nilai yang sangat kecil, oleh sebab itu dapat diabaikan
dx
sehingga :
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 80
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
1 d2y
dx 2
dy
Dari Gambar 9.2 terlihat bahwa apabila x bertambah maka nilai tg = berkurang
dx
dtg d 2 y
yang berarti 2 bertanda negatif.
dx dx
1
Apabila disubstitusi ke Persamaan 9.5. maka :
d2y M
2
dx EI
Rumus diatas merupakan persamaan deferensial, sehingga untuk menyelesaikannya
diperlukan syarat batas sesuai dengan jenis struktur yang ada.
3. Syarat-Syarat Batas
Tumpuan jepit
y
x
untuk x = 0, maka y = 0
dy
untuk x = 0, maka 0
dx
y P
x
untuk x = 0, maka y = 0
untuk x = L/2, maka
y q
dy
0
dx
x
L
4. Contoh-Contoh
Contoh 9.1
P Balok terjepit sebelah seperti tergambar,
dengan gaya terpusat.
1. Tentukan persamaan sudut rotasi dan
x l-x hitung pula sudut rotasi pada ujung bebas!
2. Tentukan persamaan defleksi dan hitung
pula defleksi di ujung bebas!
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 81
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
Penyelesaian :
1. Mx = -P(l-x)
d2y M
2
dx EI
d y P(l x)
2
dx 2 EI
dy P
dx EI
(l x)dx
dy P
(lx 1 2 x 2 C )
dx EI
dy
Syarat batas untuk x = 0, maka 0
dx
Sehingga:
P
0= (l.0 1 2 .0 2 C )
EI
C=0
dy P 2 1 2
(l 2 l )
dx EI
dy Pl 2
(sudut rotasi)
dx 2 EI
P sudut rotasi
garis horizontal
garis singgung
dy P
2. (lx 1 2 x 2 )
dx EI
P
y
EI (lx 1 2 x 2 )dx
P 1 2 1 3
y ( 2 lx 6 x D)
EI
Syarat batas : untuk x = 0, maka y = 0
Sehingga :
P 1
0= ( 2 l.0 2 1 6 .0 3 D
EI
D=0
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 82
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
P 1 2 1 3
y ( 2 lx 6 x )
EI
Defleksi pada ujung bebas x = l
P 1 3 1 3
y ( 2l 6l )
EI
Pl 3
y
3EI
Contoh 9.2
q
Balok terletak diatas dua perletakan sendi roll dengan beban merata q, seperti
tergambar.
1. Tentukan persamaan putaran sudut pada balok, tentukan pula putaran sudut
pada perletakan.
2. Tentukan persamaan defleksi pada balok, tentukan pula defleksi maksimum
pada balok
Penyelesaian :
Mx = ½ qlx-½qx2
Mx = ½ q(lx-x2)
d2y M
2
dx EI
2
d y q
2
(lx x 2 )
dx 2 EI
dy q
2 EI
(lx x 2 )dx
dx
Syarat batas :
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 83
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
dy
Untuk x = ½ l, 0
dx
Sehingga :
0=
2 EI
q 1 1 2 1 1 3
2 l( 2 l) 3 ( 2 l) C
0=
q 1 3
2 EI
12 l C
C = 112 l 3
dy q 1 2 1 3 1 3
2. ( 2 lx 3 x 12 l )
dx 2 EI
q
2 EI
y ( 1 2 lx 2 13 x 3 112 l 3 )dx
q 1 3 1 4 1 3
y ( 6 lx 12 x 12 l x D)
2 EI
y
2l l
1 1
2
Contoh 9.3
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 84
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
Balok dengan penampang seperti tergambar, memikul beban terbagi rata sebesar 3
kN/m’. Hitung defleksi balok pada jarak ¼ l dari A. Modulus elastisitas bahan = 2.105
MPa.
q = 3 kN/m’
A 1
4 l B
L = 10 m
20 mm
200 mm
20 mm
20 mm
140 mm
Penampang Balok
Penyelesaian :
Ix = ( 112 .140.203 + 20.140.1102)2 + 1
12 20.2003 = 8128.104 mm4
q = 3 kN/m’ = 3 N/mm
l = 10.103 mm = 104 mm
E = 2.105 MPa
I = 8128.104 mm4
19.3.(10 4 ) 4
y 17,12 mm
2048.2.10 5.8128.10 4
http://mahasiswasipilunila.wordpress.com 85