Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Makalah
Gastroentritis

Dosen Pembimbing :
Ibu Hj. Tri Mawarni, S.Kep.,Ns.M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 2

Gusti Wirahadi Kusuma Nahdhea Khairunisa


1140970120053 1140970120064
Hadrianur Puji Apriliani
1140970120054 1140970120071
Muhammad Norrahman Hakiki
1140970120063

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA
BANJARMASIN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-nya yang berupa kesehatan dan kemampuan sehingga kita bisa
menyelesaikan makalah tentang “Gastroentritis” ini dengan tepat waktu. Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Hj. Tri
Mawarni, S.Kep.,Ns.M.Kep . pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca serta
penulis.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Hj. Tri Mawarni,


S.Kep.,Ns.M.Kep yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah
pengetahuan serta wawasan saya sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Banjarmasin, 12 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................................................4
A. Konsep Teori Penyakit..................................................................................................4
1. Defenisi....................................................................................................................4
2. Etiologi.....................................................................................................................4
3. Tanda Gejala.............................................................................................................4
4. Patofisiologi..............................................................................................................5
5. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................5
6. Penatalaksanaan......................................................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................................7
1. Pengkajian................................................................................................................7
2. Diagnosa...................................................................................................................9
3. Intervensi.................................................................................................................9
4. Implementasi.........................................................................................................13
5. Evaluasi..................................................................................................................15
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN...........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang
sering terjadi pada masyarakat. Gastroenteritis juga merupakan penyebab
utama kesakitan dan kematian pada anak di berbagai Negara.Gastroenteritis
dapat menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih
renta mengalami diare, karena sistem pertahanan tubuh anak belum
sempurna(Paramita, 2017).
Gastroenteritis akut perlu tatalaksana yang cepat dan
tepat.Gastroenteritis akut merupakan peningkatan pengeluaran tinja
dengakon sistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling
sedikit tiga kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak,
Gastroenteritis akut didefinisika sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam,
sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24
jam, penanganan gastroenteritis sangat penting dan harus selalu diwaspadai
karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan
kematian (Maidarti da Rima Dewi, 2017).
Diare juga dapat terjadi akibat masuknya mokroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
Mikroorganisme tersebut berkembangbiak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. Enterotoksin yang
di produksi agen bakteri (seperti E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan
efek lansung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen
gastrointestinal.Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan
tubuhnya yang masih lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap
penyebaran bakteri penyebab diare. Jika diare disertai muntah berkelanjutan
akan menyebabkan dehidrasi. Inilah yang harus selalu diwaspadai karena
sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan kematian
(Maidarti dan Rima Dewi, 2017).Penyakit diare pada anak juga sebagai
penyebab kurang gizi sebab diare menyebabkan anoreksia (kurang nafsu

1
makan) sehingga mengurangi asupan gizi dan daya serap tubuh terhadap
sari makanan, terlebih jika terjadi dalam kondisi infeksi. Oleh karena itu diare
yang terus menerus akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas
hidup anak di masa depan. (Poernomo, Setiawati, Hadisaputro, Budhi, & Adi,
2016) .Tindakan yang perlu dilakukan pada pasien Gastroenteritis Akut
dengan diare yaitu manajemen diare (I.03101) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). mengidentifikasi penyakit diare, mengidentifikasi riwayat pemberian
makanan, memonitor warna, volume, fekuensi dan kosistensi tinja,
memonitor jumlah pengeluaran diare, memberikan asupan cairan oral,
memasang jalur intravena, mengambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap, menganjurkan makanan porsi kecil tapi sering, menganjurkan
melanjutkan pemberian air susu, berkolaborasi pemberian obat antimodilitas.
Selain itu, manajemen diare salah satunya adalah dengan mengamati turgor
kulit secara berkala untuk mengetahui tingkat dehidrasi (NIC, 2016). Aspek
yang paling penting adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektolit, ini
dilakukan dengan cara rehidrasi oral, yang harus dilakukan pada semua
pasien, kecuali jika tidak dapat minum atau diare hebat yang membahayakan
jiwa yang memerlukan hidrasi intravena. Status hidrasi harus dipantau
dengan baik dengan memerhatikan tanda-tanda vital, pernafasan dan urin,
serta penyesuaian infus jika diperlukan. Jumlah cairan yang hendak
diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar (Veneziano, 2017)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gastroentritis ?
2. Bagaimana etiologi dari gastroentritis ?
3. Apa saja tanda dan gejala dari gastroentritis ?
4. Bagaimana patofisiologi dari gastroentritis ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari gastroentritis ?
6. Bagaimana penatalaksanaan gastroentritis ?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari penderita gastroentritis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud gastroentritis .

2
2. untuk menegtahui etiologi dari gastroentritis .
3. untuk mengetahui tanda dan gejala dari gastroentritis .
4. untuk megetahui patofisiologi dari gastroentritis
5. untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penujang dari gastroentritis .
6. untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan gastroentritis .
7. untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan
dari penderita gastroentritis .

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Teori Penyakit


1. Defenisi
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan
usus halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada
beberapa kasus,muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit. (LynnBetz,2009)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yanglebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan
tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang
meningkat.Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer
lebih dari 3 xsehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya ,
yaitu diare akut dankronis (Mansjoer,A.1999,501).

2. Etiologi
a. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera),
Virus(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida
Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi
padaanak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak
lemak,sayuran dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas

3. Tanda Gejala
a. Konistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat
b. muntah (umumnya tidak lama)
c. demam (mungkin ada atau tidak)4.kram abdomen, tenesmus
d. membrane mukosa kering
e. fontanel cekung (bayi)
f. BB menurun

4
g. malaise

4. Patofisiologi
Usus halus menjadi bagian absorbsi utama dan usus besar
melakukan absorbsi air yang akan membuat solid dari komponen feses,
dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan menyebabkan
absorbsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta absorbsi air menjadi
terganggu. Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung.
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan dan elektrolit
memberikan manifestasi pada ketidakseimbnagan asam basa dan
gangguan sirkulasi yaitu terjadinya gangguan keseimbangan asam basa
(metabolik asidosis).hal ini terjadi karena kehilangan Na bikarbonat
bersama feses.
Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat
adalah dehidrasi. Diare dengan dehidrasi berat dapat mengakibatkan
renjatan syok hipovolemik. Syok adalah suatu keadaan yang disebabkan
oleh defisiensi sirkulasi akibat disparitas (ketidakseimbangan) antara
volume darah dan ruang vaskular. Faktor yang menyebabkan terjadinya
disparitas pada gastroenteritis adalah karena volume darah berkurang
akibat permeabilitas yang bertambah secara menyeluruh. Hal ini
membuat cairan keluar dari pembuluh-pembuluh dan kemudian masuk ke
dalam jaringan sehingga terjadi pengentalan darah (Muttaqin, 2013).
Kondisi gastroenteritis memberikan manifestasi berbagai masalah
keperawatan yang diberikan pada klien untuk menurunkan keluhan
melalui asuhan keperawatan.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. darah samar feses : untuk memeriksa adanya darah (lebih sering
pada GEyang berasal dari bakteri)
b. evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mucus atau pus pada
feses
c. hitung darah lengkap dengan differensial
d. uji antigen immunoassay enzim-untuk memastikan adanya rotavirus

5
e. kultur feses (jika anak dirawat di RS, pus dalam feses, tau diare
yang berkepanjangan)-untuk menentukan pathogen
f. evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
g. aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
h. urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi;
organismeshigella keluar melalui urin)

6. Penatalaksanaan
Rehidrasi
a. jenis cairan
 Cara rehidrasi oral
1) Formula lengkap (NaCl, NaHCO 3 , KCl dan
Glukosa) seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
2) Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
 Cara parenteral
1) Cairan I : RL dan NS
2) Cairan II : D 5 ¼ salin,nabic. KCLD5 : RL = 4 : 1 + KCLD5
+ 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
3) HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus
pada diareusia > 3 bulan.
b. Jalan pemberian
 Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
 Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran
menurun)
c. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
 Defisit ( derajat dehidrasi)
 Kehilangan sesaat (concurrent less)
 Rumatan (maintenance).
d. Jadwal / kecepatan cairan
 Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila
berat badanyakurang lebih 13 kg : maka pemberianya
adalah
:1)BB (kg) x 50 cc2)BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap
diare = 1 gls.

6
 Terapi standar pada anak dengan diare sedang :+ 50
cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt

Terapi

a. obat anti sekresi: Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30


mgklorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
b. obat anti spasmotik: Papaverin, opium, loperamide
c. antibiotic: bila penyebab jelas, ada penyakit
penyerta Dietetik
a. Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair
atau susu
b. Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu
sapi dapatdiberi elemen atau semi elemental formula.
Supportif: Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh
terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x 3.
c. Riwayat Penyakit Sekarang BAB warna kuning kehijauan, bercamour
lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih
dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari
( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

7
d. Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya,
pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang
mengalami diare.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan makanan pada
suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat
tinggal.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu,
kesadaran menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang .
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan
waktu

8
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

2. Diagnosa
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
c. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan diare
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
penyakit (keram abdomen)
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
f. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
nutrisi

3. Intervensi
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi (D.0020)
Diare adalah pengeluaran fases yang sering, lunak dan tidak
berbentuk (SDKI)
Kriteria hasil :
 Kontrol pengeluaran fases meningkat
 Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
 mengejan saat defekasi menurun
 distensi abdomen menurun
 Nyeri dan keram abdomen menurun
 Konsistensi fases membaik
 Frekuensi defekasi membaik
 Pristaltik usus membaik
Intervensi :
 Manajemen diare
 Pemantauan cairan
 Dukungan perawatan : BAB/BAK

9
 Manajemen cairan
 Manajemen elektrolit
 Manajemen eleminasi fekal
 Manajemen nutrisi
 Pemberian obat
 Promosi berat badan
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
Defisit Nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabollisme (SDKI)
Kriteria hasil :
 Porsi makanan yang dihabiskan mneingkat
 Pengetahuan tentang makanan yang sehat meningkat
 Penegtahuan tentang minuman yang sehat meningkat
 Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi meningkat
 Penyiapan dan penyimpanan makanan yang aman meningkat
 Nyeri abdomen menurun
 Diare menurun
 Bising usus membaik
 Membran mukosa membaik
Intervensi :
 Manajemen nutrisi
 Promosi berat badan
 Dukungan kepatuhan program pengobatn
 Edukasi diet
 Manajemen diare
 Manajemen eleminasi fekal
 Pemantauan tanda vital
 Pemebrian makanan
 Pemberian obat intravena
c. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan diare

1
Resiko ketidakseimbangan cairan adalah resiko mengalami
penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari
intravaskuler, interstisial atau intraselular
Kriteria Hasil :
 Asupan cairan meningkat
 Kelembaban mukosa meningkat
 Asupan makanan meningkat
 Dehidrasi menurun
 Tekanan darah membaik
 Tugor kulir membaik
Intervensi
 Manajemen cairan
 Pemantauan Cairan
 Identifikasi resiko
 Pemantauan tanda vital
 Pencegahan infeksi
 Pencegahan pendarahan
 Manajemen nutrisi
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
(keram abdomen)
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang sennag, lega, dan
sempurna daam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial
Kriteria hasil
 Kesejahteraan fisik meningkat
 kesejahteraan psikologis meningkat
 Dukungan sosial dari keluarga dan teman meningkat
 Kebebasan melakukan ibadah meningkat
 Keluhan tidak nyaman menurun
 Gelisah menurun
 Keluhan sulit tidur menurun
 Klien tidak merintih lagi
 Pola eleminasi membaik

1
Intervensi
 Menajemen nyeri
 Terapi relaksasi
 Manajemen nyeri akut
 Pemberian obat
 Kompres panas
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(inflamasi) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosioanal
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI)
Kriteria hasil
 Keluhan nyeri menurun
 meringis menurun
 Gelisah menurun
 Kesulitan tidur menurun
 Frekuensi nadi membaik
 Nafsu makan membaik
 Pola tidur membaik
Intervensi
 Manajemen nyeri
 Pemberian analgesik
 Kompres panas
 Pemberian obat
f. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
Hipertermia adalah gangguan suhu tubh meningkat diatas suhu
normal (SDKI)
Kriteria hasil
 Klien tidak mengigil
 Suhu tubuh membaik
 Ventilasi membaik
 Tekanan darah membaik

1
Intervensi
 Manajemen hipertermia
 Regulasi temperatur
 Edukasi pengukuran suhu tubuh
 Kompres dingin
 Pemberian obat
 Perawatan sirkulasi
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
nutrisi
Gangguan integritas kulit adalah kerusakan kulit (dermis dan/atau
epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen)
Kriteria hasil
 Elestisitas kulit meningkat
 Kerusakan jaringan menurun
 kerusakan lapisan kulit menurun
 Nyeri menurun
Intervensi
 Perawatan integritas kulit
 Dukungan perawatan diri
 Edukasi perawatan diri
 Konsultasi

4. Implementasi
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
Implementasi
 Melakukan manajemen nyeri
 Melakukan pemantauan cairan
 Melakukan dukungan perawata BAB/BAK
 Melakukan manajemen cairan
 Melakukan manajemen elektroit
 Melakukan eleminasi fekal

1
 Melakukan manajemen nutrisi
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
Implementasi
 Melakukan manajemen nutrisi
 Melakukan promosi berat badan
 Melakukan dukungan kepatuhan program pengobatn
 Mengedukasikan diet
 Memanajemen diare
 Memanajemen eleminasi fekal
 Memantau tandal vital
 Memberikan maknan
 Memberikan obat intravena
c. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
diare Implementasi
 Memanajemen cairan
 Memantau cairan
 Mengidentifikasi resiko
 Memantau tanda vital
 Mencegah infeksi
 Mencegah pendarahan
 Memanjemen nutrisi
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (keram
abdomen)
Implementasi
 Memanajemen nyeri
 Melakukan terapi relaksasi
 Memanajemen nyeri akut
 Memberikan obat
 Memberukan kompres panas
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(inflamasi) Implementasi

1
 Memanajemen nyeri
 Memberikan analgesik
 Memberikan kompres panas
 Memberikan obat
f. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
Implementasi
 Memanajemen hipertermia
 Meregulasi temperatur
 mengedukasikan pengukuran suhu tubuh
 Memberikan kompres dingin
 Mermberikan obat
 Melakukan perawatan sirkulasi
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
nutrisi
Implementasi
 Melakukan perawatan integritas kulit
 Melakukan dukungan perawatan diri
 Mengedukasikan perawatan diri
 Melakukan konsultasi

5. Evaluasi
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
Evaluasi :
S : Klien mengatakan frekuensi BAB membaik
O : Pristaltik usus membaik
A : Masalah diare teratasi
P : Intervensi dihentikan
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
S : Klien mengatakan nafsu makan meningkat
O : Klien mampu mengahabiskan diet yang diberikan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

1
c. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
diare S : Klien mengatakan kondisinya semakin membaik
O : Klien nampak lebih segar
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (keram
abdomen)
S : Klien mengatakan nyeri abdomen mulai berkurang
O : Klien tampak tidak merintih lagi
A : Masalah teratasi sebagaian
P : Intervensi dilanjutkan
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(inflamasi) S : Klien mengatakan nyeri mulai berkurang
O : Klien tampak tidak gelisah dan meringis
A : Masalah mulai teratasi
P : Intervensi dilanjutkan sebagian
f. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
S : Klien mengatakan demem sudah berkurang
O : Suhu tubuh klien 36,5 oC
A : Masalag teratasi
P : Intervensi dihentikan
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
nutrisi
S:-
O : Tidak terdapat tugor kulit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

1
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK

ABDOMEN

I. TUJUAN PRAKTIKUM
TUJUAN UMUM.
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam melakukan pemeriksaan abdomen.

TUJUAN KHUSUS.
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
1. Melakukan pemeriksaan abdomen secara inspeksi,
auskultasi, palpasi dan perkusi
2. Melakukan pemeriksaan hepar
3. Melakukan pemeriksaan sphleen
4. Mengidentifikasi abnormalitas pada abdomen

II. KONSEP TEORI


Pemeriksaanabdomen meliputiinspeksi,auskultasi, palpasidan
perkusi. Pemeriksaan iniberbeda dengan tahapan pemeriksaan pada
organ lain. Auskultasi dilakukan terlebih dahulu sebelum palpasi dan
perkusi, agar hasil pemeriksaan lebih akurat karena belum dilakukan
manipulasi pada abdomen. Pembagian topografi abdomen dapat di
amati pada gambar dibawah ini :

1
No. TINDAKA
N
PERSIAPAN
1 Persiapan alat
1. Stetoskop
2. Bak instrumen
3. Sarung tangan/handscoen
4. Kassa steril
5. Selimut
6. Tissue
7. Bullpen
8. Bengkok
9. Lembar dokumentasi
2 Persiapan perawat :
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
4. Informed consent
3 Persiapan lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
4 Persiapan klien :
Atur posisi klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan.
PELAKSANAAN
5 Mengucapkan Basmallah
6 Perawat mencuci tangan
7 Meletakkan alat di dekat klien
8 Memakai handscoen
A. INSPEKSI
9 Posisikan pasien supine (telentang) dengan nyaman
10 Buka baju pasien,bantu/minta pasien untuk turunkan celana hingga simfisis
11 Tutup dada dan daerah simfisis pasien menunakan selimut

1
12 Amati permukaan abdomen (rata, abdominal frog, scapoid/cekung)
kesimetrisan abdomen,
kulit (warna, lesi, penyebaran pembuluh darah vena), gerakan dinding
abdomen (gelombang peristaltik, pulsasi), umbilikus, pembesaran
organ, massa
B. AUSKULTASI
1) MENDENGARKAN PERISTALTIK USUS
13 Letakkan diafragma stetoskop pada kuadran kiri bawah dinding abdomen
(sesuaikan
dengan gambar) pada abdomen pasien
14 Dengarkan suara peristaltik usus, hitung selama 1 menit
 Normal dewasa : 5 – 35x/menit
 Normal anak : 5 – 15 x/menit
2) MENDENGARKAN SUARA PEMBULUH DARAH
15 Letakkan diafragma stetoskop, dengarkan bising yang muncul
 Misalnya “bruit” hepatik terdengar pada karsinoma hepar

C. PALPASI
16 Lakukan palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke dalam
(jika pasien mengeluhkan nyeri, sebaiknya diperiksa paling akhir)
17 Jika dinding abdomen tegang, minta pasien untuk menekuk lutut. Tekan daerah
muskulus rectus abdominalis, minta pasien nafas dalam
(muskulus rectus relaksasi maka ada spasme volunter, jika kontraksi/kaku
maka
itu spasme
sejati)
18 1) PALPASI BIMANUAL
(dilakukan dengan 2 tangan, untuk memeriksa organ dalam)
Letakkan tangan kiri di pinggang kanan atau kiri pasien, dan tangan kanan
pada bagian depan dinding abdomen

1
19 2) PEMERIKSAAN BALLOTTEMENT
memberikan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen dan dengan
cepat tangan ditarik kembali
20 Amati gerakan/pantulan abdomen
(cairan asites akan berpindah untuk sementara sehingga massa yang
membesar dalam rongga abdomen dapat terasa saat memantul)
21 Letakkan satu tangan pada satu sisi perut pasien
22 Tangan yang lain mendorong/menekan sisi perut yang berlawanan
23 Rasakan adanya tekanan gelombang cairan pada tangan pertama
D. PERKUSI
24 Tentukan bagian abdomen yang akan dilakukan perkusi
25 Tempatkan telapak tangan kiri pada bagian yang akan
di perkusi. Lakukan perkusi sesuai urutan gambar di
bawah ini.

26 Ketuk punggung jari telunjuk/tengah tangan kiri dengan jari telunjuk/tengah


tangan kanan
27 Dengarkan suara yang ditimbulkan
(perkusi abdomen normal adalah timpani, hati berbunyi redup/dullness)
1) PEMERIKSAAN SHIFTING DULLNESS
28 Miringkan pasien ke kanan
29 Perkusi abdomen bagian atas dan bawah
(atas terdengan timpani, bawah redup)
30 Miringkan pasien pada sisi yang berlawanan
(akan terdengar yang semula redup akan berubah menjadi timpani)
31 Rapikan alat-alat yang telah digunakan
32 Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien
33 Perawatmengucapkan “Hamdallah” kemudian menyampaikan informasi hasil
pemeriksaan
kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan tindakan sudah selesai.
34 Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan
35 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan merapikan baju
Klien

2
36 Evaluasi :
 Klien bersih, rapi dan nyaman
 Tempat tidur rapi
 Perawatmampu menyipulkan hasil pengkajian inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi
 Perawat mampu menyimpulkan apakah ada pembesaran organ
dalam, berapa suara bising usus klien, dll

2
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. (2013). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.


EGC. Jakarta.

Lab/ UPF IKA, 1994.Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC.

Jakarta

Anda mungkin juga menyukai