MAKALAH GASTEOTRITIS (1) - Dikonversi
MAKALAH GASTEOTRITIS (1) - Dikonversi
Makalah
Gastroentritis
Dosen Pembimbing :
Ibu Hj. Tri Mawarni, S.Kep.,Ns.M.Kep
Disusun oleh :
Kelompok 2
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-nya yang berupa kesehatan dan kemampuan sehingga kita bisa
menyelesaikan makalah tentang “Gastroentritis” ini dengan tepat waktu. Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Hj. Tri
Mawarni, S.Kep.,Ns.M.Kep . pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca serta
penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................................................4
A. Konsep Teori Penyakit..................................................................................................4
1. Defenisi....................................................................................................................4
2. Etiologi.....................................................................................................................4
3. Tanda Gejala.............................................................................................................4
4. Patofisiologi..............................................................................................................5
5. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................5
6. Penatalaksanaan......................................................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................................7
1. Pengkajian................................................................................................................7
2. Diagnosa...................................................................................................................9
3. Intervensi.................................................................................................................9
4. Implementasi.........................................................................................................13
5. Evaluasi..................................................................................................................15
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN...........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroenteritis saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang
sering terjadi pada masyarakat. Gastroenteritis juga merupakan penyebab
utama kesakitan dan kematian pada anak di berbagai Negara.Gastroenteritis
dapat menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih
renta mengalami diare, karena sistem pertahanan tubuh anak belum
sempurna(Paramita, 2017).
Gastroenteritis akut perlu tatalaksana yang cepat dan
tepat.Gastroenteritis akut merupakan peningkatan pengeluaran tinja
dengakon sistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling
sedikit tiga kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak,
Gastroenteritis akut didefinisika sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam,
sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24
jam, penanganan gastroenteritis sangat penting dan harus selalu diwaspadai
karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan
kematian (Maidarti da Rima Dewi, 2017).
Diare juga dapat terjadi akibat masuknya mokroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
Mikroorganisme tersebut berkembangbiak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. Enterotoksin yang
di produksi agen bakteri (seperti E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan
efek lansung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen
gastrointestinal.Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan
tubuhnya yang masih lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap
penyebaran bakteri penyebab diare. Jika diare disertai muntah berkelanjutan
akan menyebabkan dehidrasi. Inilah yang harus selalu diwaspadai karena
sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan kematian
(Maidarti dan Rima Dewi, 2017).Penyakit diare pada anak juga sebagai
penyebab kurang gizi sebab diare menyebabkan anoreksia (kurang nafsu
1
makan) sehingga mengurangi asupan gizi dan daya serap tubuh terhadap
sari makanan, terlebih jika terjadi dalam kondisi infeksi. Oleh karena itu diare
yang terus menerus akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas
hidup anak di masa depan. (Poernomo, Setiawati, Hadisaputro, Budhi, & Adi,
2016) .Tindakan yang perlu dilakukan pada pasien Gastroenteritis Akut
dengan diare yaitu manajemen diare (I.03101) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). mengidentifikasi penyakit diare, mengidentifikasi riwayat pemberian
makanan, memonitor warna, volume, fekuensi dan kosistensi tinja,
memonitor jumlah pengeluaran diare, memberikan asupan cairan oral,
memasang jalur intravena, mengambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap, menganjurkan makanan porsi kecil tapi sering, menganjurkan
melanjutkan pemberian air susu, berkolaborasi pemberian obat antimodilitas.
Selain itu, manajemen diare salah satunya adalah dengan mengamati turgor
kulit secara berkala untuk mengetahui tingkat dehidrasi (NIC, 2016). Aspek
yang paling penting adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektolit, ini
dilakukan dengan cara rehidrasi oral, yang harus dilakukan pada semua
pasien, kecuali jika tidak dapat minum atau diare hebat yang membahayakan
jiwa yang memerlukan hidrasi intravena. Status hidrasi harus dipantau
dengan baik dengan memerhatikan tanda-tanda vital, pernafasan dan urin,
serta penyesuaian infus jika diperlukan. Jumlah cairan yang hendak
diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar (Veneziano, 2017)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gastroentritis ?
2. Bagaimana etiologi dari gastroentritis ?
3. Apa saja tanda dan gejala dari gastroentritis ?
4. Bagaimana patofisiologi dari gastroentritis ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari gastroentritis ?
6. Bagaimana penatalaksanaan gastroentritis ?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari penderita gastroentritis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud gastroentritis .
2
2. untuk menegtahui etiologi dari gastroentritis .
3. untuk mengetahui tanda dan gejala dari gastroentritis .
4. untuk megetahui patofisiologi dari gastroentritis
5. untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penujang dari gastroentritis .
6. untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan gastroentritis .
7. untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan
dari penderita gastroentritis .
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2. Etiologi
a. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera),
Virus(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida
Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi
padaanak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak
lemak,sayuran dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas
3. Tanda Gejala
a. Konistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat
b. muntah (umumnya tidak lama)
c. demam (mungkin ada atau tidak)4.kram abdomen, tenesmus
d. membrane mukosa kering
e. fontanel cekung (bayi)
f. BB menurun
4
g. malaise
4. Patofisiologi
Usus halus menjadi bagian absorbsi utama dan usus besar
melakukan absorbsi air yang akan membuat solid dari komponen feses,
dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan menyebabkan
absorbsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta absorbsi air menjadi
terganggu. Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung.
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan dan elektrolit
memberikan manifestasi pada ketidakseimbnagan asam basa dan
gangguan sirkulasi yaitu terjadinya gangguan keseimbangan asam basa
(metabolik asidosis).hal ini terjadi karena kehilangan Na bikarbonat
bersama feses.
Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat
adalah dehidrasi. Diare dengan dehidrasi berat dapat mengakibatkan
renjatan syok hipovolemik. Syok adalah suatu keadaan yang disebabkan
oleh defisiensi sirkulasi akibat disparitas (ketidakseimbangan) antara
volume darah dan ruang vaskular. Faktor yang menyebabkan terjadinya
disparitas pada gastroenteritis adalah karena volume darah berkurang
akibat permeabilitas yang bertambah secara menyeluruh. Hal ini
membuat cairan keluar dari pembuluh-pembuluh dan kemudian masuk ke
dalam jaringan sehingga terjadi pengentalan darah (Muttaqin, 2013).
Kondisi gastroenteritis memberikan manifestasi berbagai masalah
keperawatan yang diberikan pada klien untuk menurunkan keluhan
melalui asuhan keperawatan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. darah samar feses : untuk memeriksa adanya darah (lebih sering
pada GEyang berasal dari bakteri)
b. evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mucus atau pus pada
feses
c. hitung darah lengkap dengan differensial
d. uji antigen immunoassay enzim-untuk memastikan adanya rotavirus
5
e. kultur feses (jika anak dirawat di RS, pus dalam feses, tau diare
yang berkepanjangan)-untuk menentukan pathogen
f. evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
g. aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
h. urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi;
organismeshigella keluar melalui urin)
6. Penatalaksanaan
Rehidrasi
a. jenis cairan
Cara rehidrasi oral
1) Formula lengkap (NaCl, NaHCO 3 , KCl dan
Glukosa) seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
2) Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
Cara parenteral
1) Cairan I : RL dan NS
2) Cairan II : D 5 ¼ salin,nabic. KCLD5 : RL = 4 : 1 + KCLD5
+ 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
3) HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus
pada diareusia > 3 bulan.
b. Jalan pemberian
Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran
menurun)
c. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
Defisit ( derajat dehidrasi)
Kehilangan sesaat (concurrent less)
Rumatan (maintenance).
d. Jadwal / kecepatan cairan
Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila
berat badanyakurang lebih 13 kg : maka pemberianya
adalah
:1)BB (kg) x 50 cc2)BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap
diare = 1 gls.
6
Terapi standar pada anak dengan diare sedang :+ 50
cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
Terapi
7
d. Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya,
pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang
mengalami diare.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan makanan pada
suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat
tinggal.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu,
kesadaran menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang .
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan
waktu
8
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
2. Diagnosa
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
c. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan diare
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
penyakit (keram abdomen)
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
f. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
nutrisi
3. Intervensi
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi (D.0020)
Diare adalah pengeluaran fases yang sering, lunak dan tidak
berbentuk (SDKI)
Kriteria hasil :
Kontrol pengeluaran fases meningkat
Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
mengejan saat defekasi menurun
distensi abdomen menurun
Nyeri dan keram abdomen menurun
Konsistensi fases membaik
Frekuensi defekasi membaik
Pristaltik usus membaik
Intervensi :
Manajemen diare
Pemantauan cairan
Dukungan perawatan : BAB/BAK
9
Manajemen cairan
Manajemen elektrolit
Manajemen eleminasi fekal
Manajemen nutrisi
Pemberian obat
Promosi berat badan
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
Defisit Nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabollisme (SDKI)
Kriteria hasil :
Porsi makanan yang dihabiskan mneingkat
Pengetahuan tentang makanan yang sehat meningkat
Penegtahuan tentang minuman yang sehat meningkat
Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi meningkat
Penyiapan dan penyimpanan makanan yang aman meningkat
Nyeri abdomen menurun
Diare menurun
Bising usus membaik
Membran mukosa membaik
Intervensi :
Manajemen nutrisi
Promosi berat badan
Dukungan kepatuhan program pengobatn
Edukasi diet
Manajemen diare
Manajemen eleminasi fekal
Pemantauan tanda vital
Pemebrian makanan
Pemberian obat intravena
c. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan diare
1
Resiko ketidakseimbangan cairan adalah resiko mengalami
penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari
intravaskuler, interstisial atau intraselular
Kriteria Hasil :
Asupan cairan meningkat
Kelembaban mukosa meningkat
Asupan makanan meningkat
Dehidrasi menurun
Tekanan darah membaik
Tugor kulir membaik
Intervensi
Manajemen cairan
Pemantauan Cairan
Identifikasi resiko
Pemantauan tanda vital
Pencegahan infeksi
Pencegahan pendarahan
Manajemen nutrisi
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
(keram abdomen)
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang sennag, lega, dan
sempurna daam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial
Kriteria hasil
Kesejahteraan fisik meningkat
kesejahteraan psikologis meningkat
Dukungan sosial dari keluarga dan teman meningkat
Kebebasan melakukan ibadah meningkat
Keluhan tidak nyaman menurun
Gelisah menurun
Keluhan sulit tidur menurun
Klien tidak merintih lagi
Pola eleminasi membaik
1
Intervensi
Menajemen nyeri
Terapi relaksasi
Manajemen nyeri akut
Pemberian obat
Kompres panas
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(inflamasi) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosioanal
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI)
Kriteria hasil
Keluhan nyeri menurun
meringis menurun
Gelisah menurun
Kesulitan tidur menurun
Frekuensi nadi membaik
Nafsu makan membaik
Pola tidur membaik
Intervensi
Manajemen nyeri
Pemberian analgesik
Kompres panas
Pemberian obat
f. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
Hipertermia adalah gangguan suhu tubh meningkat diatas suhu
normal (SDKI)
Kriteria hasil
Klien tidak mengigil
Suhu tubuh membaik
Ventilasi membaik
Tekanan darah membaik
1
Intervensi
Manajemen hipertermia
Regulasi temperatur
Edukasi pengukuran suhu tubuh
Kompres dingin
Pemberian obat
Perawatan sirkulasi
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
nutrisi
Gangguan integritas kulit adalah kerusakan kulit (dermis dan/atau
epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen)
Kriteria hasil
Elestisitas kulit meningkat
Kerusakan jaringan menurun
kerusakan lapisan kulit menurun
Nyeri menurun
Intervensi
Perawatan integritas kulit
Dukungan perawatan diri
Edukasi perawatan diri
Konsultasi
4. Implementasi
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
Implementasi
Melakukan manajemen nyeri
Melakukan pemantauan cairan
Melakukan dukungan perawata BAB/BAK
Melakukan manajemen cairan
Melakukan manajemen elektroit
Melakukan eleminasi fekal
1
Melakukan manajemen nutrisi
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
Implementasi
Melakukan manajemen nutrisi
Melakukan promosi berat badan
Melakukan dukungan kepatuhan program pengobatn
Mengedukasikan diet
Memanajemen diare
Memanajemen eleminasi fekal
Memantau tandal vital
Memberikan maknan
Memberikan obat intravena
c. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
diare Implementasi
Memanajemen cairan
Memantau cairan
Mengidentifikasi resiko
Memantau tanda vital
Mencegah infeksi
Mencegah pendarahan
Memanjemen nutrisi
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (keram
abdomen)
Implementasi
Memanajemen nyeri
Melakukan terapi relaksasi
Memanajemen nyeri akut
Memberikan obat
Memberukan kompres panas
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(inflamasi) Implementasi
1
Memanajemen nyeri
Memberikan analgesik
Memberikan kompres panas
Memberikan obat
f. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
Implementasi
Memanajemen hipertermia
Meregulasi temperatur
mengedukasikan pengukuran suhu tubuh
Memberikan kompres dingin
Mermberikan obat
Melakukan perawatan sirkulasi
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
nutrisi
Implementasi
Melakukan perawatan integritas kulit
Melakukan dukungan perawatan diri
Mengedukasikan perawatan diri
Melakukan konsultasi
5. Evaluasi
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
Evaluasi :
S : Klien mengatakan frekuensi BAB membaik
O : Pristaltik usus membaik
A : Masalah diare teratasi
P : Intervensi dihentikan
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
S : Klien mengatakan nafsu makan meningkat
O : Klien mampu mengahabiskan diet yang diberikan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1
c. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
diare S : Klien mengatakan kondisinya semakin membaik
O : Klien nampak lebih segar
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (keram
abdomen)
S : Klien mengatakan nyeri abdomen mulai berkurang
O : Klien tampak tidak merintih lagi
A : Masalah teratasi sebagaian
P : Intervensi dilanjutkan
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(inflamasi) S : Klien mengatakan nyeri mulai berkurang
O : Klien tampak tidak gelisah dan meringis
A : Masalah mulai teratasi
P : Intervensi dilanjutkan sebagian
f. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
S : Klien mengatakan demem sudah berkurang
O : Suhu tubuh klien 36,5 oC
A : Masalag teratasi
P : Intervensi dihentikan
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
nutrisi
S:-
O : Tidak terdapat tugor kulit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
1
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK
ABDOMEN
I. TUJUAN PRAKTIKUM
TUJUAN UMUM.
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam melakukan pemeriksaan abdomen.
TUJUAN KHUSUS.
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
1. Melakukan pemeriksaan abdomen secara inspeksi,
auskultasi, palpasi dan perkusi
2. Melakukan pemeriksaan hepar
3. Melakukan pemeriksaan sphleen
4. Mengidentifikasi abnormalitas pada abdomen
1
No. TINDAKA
N
PERSIAPAN
1 Persiapan alat
1. Stetoskop
2. Bak instrumen
3. Sarung tangan/handscoen
4. Kassa steril
5. Selimut
6. Tissue
7. Bullpen
8. Bengkok
9. Lembar dokumentasi
2 Persiapan perawat :
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
4. Informed consent
3 Persiapan lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
4 Persiapan klien :
Atur posisi klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan.
PELAKSANAAN
5 Mengucapkan Basmallah
6 Perawat mencuci tangan
7 Meletakkan alat di dekat klien
8 Memakai handscoen
A. INSPEKSI
9 Posisikan pasien supine (telentang) dengan nyaman
10 Buka baju pasien,bantu/minta pasien untuk turunkan celana hingga simfisis
11 Tutup dada dan daerah simfisis pasien menunakan selimut
1
12 Amati permukaan abdomen (rata, abdominal frog, scapoid/cekung)
kesimetrisan abdomen,
kulit (warna, lesi, penyebaran pembuluh darah vena), gerakan dinding
abdomen (gelombang peristaltik, pulsasi), umbilikus, pembesaran
organ, massa
B. AUSKULTASI
1) MENDENGARKAN PERISTALTIK USUS
13 Letakkan diafragma stetoskop pada kuadran kiri bawah dinding abdomen
(sesuaikan
dengan gambar) pada abdomen pasien
14 Dengarkan suara peristaltik usus, hitung selama 1 menit
Normal dewasa : 5 – 35x/menit
Normal anak : 5 – 15 x/menit
2) MENDENGARKAN SUARA PEMBULUH DARAH
15 Letakkan diafragma stetoskop, dengarkan bising yang muncul
Misalnya “bruit” hepatik terdengar pada karsinoma hepar
C. PALPASI
16 Lakukan palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke dalam
(jika pasien mengeluhkan nyeri, sebaiknya diperiksa paling akhir)
17 Jika dinding abdomen tegang, minta pasien untuk menekuk lutut. Tekan daerah
muskulus rectus abdominalis, minta pasien nafas dalam
(muskulus rectus relaksasi maka ada spasme volunter, jika kontraksi/kaku
maka
itu spasme
sejati)
18 1) PALPASI BIMANUAL
(dilakukan dengan 2 tangan, untuk memeriksa organ dalam)
Letakkan tangan kiri di pinggang kanan atau kiri pasien, dan tangan kanan
pada bagian depan dinding abdomen
1
19 2) PEMERIKSAAN BALLOTTEMENT
memberikan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen dan dengan
cepat tangan ditarik kembali
20 Amati gerakan/pantulan abdomen
(cairan asites akan berpindah untuk sementara sehingga massa yang
membesar dalam rongga abdomen dapat terasa saat memantul)
21 Letakkan satu tangan pada satu sisi perut pasien
22 Tangan yang lain mendorong/menekan sisi perut yang berlawanan
23 Rasakan adanya tekanan gelombang cairan pada tangan pertama
D. PERKUSI
24 Tentukan bagian abdomen yang akan dilakukan perkusi
25 Tempatkan telapak tangan kiri pada bagian yang akan
di perkusi. Lakukan perkusi sesuai urutan gambar di
bawah ini.
2
36 Evaluasi :
Klien bersih, rapi dan nyaman
Tempat tidur rapi
Perawatmampu menyipulkan hasil pengkajian inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi
Perawat mampu menyimpulkan apakah ada pembesaran organ
dalam, berapa suara bising usus klien, dll
2
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Lab/ UPF IKA, 1994.Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
Jakarta