Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH BAHASA INDONESIA, BAHASA NEGARA DAN BAHASA

PEMERSATU

Disusun Oleh :

AZALIA NUR FIDELA (1140970120045)

I PUTU EKA YUDHA SUADHA (1140970120056)

M.ANGGOLA ULA YUDHA (1140970120059)

NAHDHEA KHAIRUNISA (1140970120064)

RAFLY WIRADHARMA (1140970120073)

KELAS 2 B JALAK
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA BANJARMASIN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“SEJARAH BAHASA INDONESIA, BAHASA NEGARA DAN BAHASA
PEMERSATU.”
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “SEJARAH BAHASA
INDONESIA, BAHASA NEGARA DAN BAHASA PEMERSATU.”
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Norhasanah, S.Kep.,N selaku
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna
.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 07 Maret 2022

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai bahasa
kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa melayu
dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di Nusantara. Bahasa
melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa yang
digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar nusantara.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa melayu tampak makin jelas dari


peninggalan-peninggalan kerajaan islam, baik yang berupa batu tertulis,
seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujah, Aceh, berangka tahun 1380 M,
maupun hasil-hasil sastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti syair Hamzah
Fansuri, hikayat raja-raja Pasai, sejarah melayu, Tajussalatin dan
Bustanussalatin.

Bahasa melayu menyebar kepelosok nusantara bersama dengan


menyebarnya agama islam diwilayah nusantara bahasa melayu mudah
diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar
pulau, antar suku, antara pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan karena
bahasa melayu tidak mengenal tutur.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengatahui bagaimana sejarah Bahasa Indonesia .
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Bahasa Negara .
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Bahasa Pemersatu .

1.3 Manfaat

1. Agar pembaca dapat menambah pengetahuan mengenai sejarah


bahasa Indonesia, bahasa negera, dan bahasa pemersatu.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... 2

BAB I................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 3

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3

1.4 Manfaat ...................................................................................................... 3

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 4

BAB II .................................................................................................................. 5

PEMBAHASAN ................................................................................................... 5

A. Sejarah Bahasa Indonesia ...................................................................... 5

1.1 Fungsi Bahasa Indonesia ........................................................................... 7

1.2 Kedudukan Bahasa Indonesia ............................................................... 8

1.3 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Pramerdeka ..... 9

1.4 Sejarah Bahasa Indonesia pada Masa Pascamerdeka ........................ 11

1.5 Peristiwa-peristiwa yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Indonesia


....................................................................................................................... 12

1.6 Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi ................................. 14

B. Sejarah Bahasa Sebagai Pemersatu Bangsa ............................................ 15

2.1 Sastra dan Pers Pergerakan .................................................................... 16

2.2 Bahasa Persatuan .................................................................................... 17

BAB III ............................................................................................................... 19

PENUTUP ......................................................................................................... 19

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 19

3.2 Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Bahasa Indonesia


Pada zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai bahasa
kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa melayu
dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di Nusantara. Bahasa
melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa yang
digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar nusantara.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa melayu tampak makin


jelas dari peninggalan-peninggalan kerajaan islam, baik yang berupa batu
tertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujah, Aceh, berangka
tahun 1380 M, maupun hasil-hasil sastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti
syair Hamzah Fansuri, hikayat raja-raja Pasai, sejarah melayu,
Tajussalatin dan Bustanussalatin.

Bahasa melayu menyebar kepelosok nusantara bersama dengan


menyebarnya agama islam diwilayah nusantara bahasa melayu mudah
diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar
pulau, antar suku, antara pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan
karena bahasa melayu tidak mengenal tutur.

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan


antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu
yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan
(lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga
hampir di seluruh Asia Tenggara.

Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang


merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan
nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antara suku-suku, bahasa
melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di
kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa
Indonesia dengan para pedagang asing.
Bahasa Melayu terdapat dua jenis yaitu:

1. Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur, sebab sangat mudah dimengerti
dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah
menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para
penggunanya.
2. Melayu Tinggi yang pada masa lalu digunakan oleh kalangan keluarga
kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Bentuk
bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh
sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.

Telah dikemukakan pada beberapa kesempatan, mengapa bahasa melayu


dipilih menjadi bahasa nasional bagi negara Indonesia yang merupakan
suatu hal yang menggembirakan yaitu:

1. Dibandingkan dengan bahasa lain yaitu bahasa jawa (yang menjadi


bahasa ibu bagi sekitar setengah penduduk Indonesia), bahasa
melayu merupakan bahasa yang kurang berarti. Di Indonesia, bahasa
itu diperkirakan dipakai hanya oleh penduduk kepulauan Riau, Linggau
dan penduduk pantai-pantai diseberang Sumatera. Namun justru
karena pertimbangan itu juga pemilihan bahasa jawa akan selalu
dirasakan sebagai pengistimewaan yang berlebihan.
2. Mengapa bahasa melayu lebih diterima dari pada bahasa jawa, tidak
hanya secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara reksikal, seperti
diketahui bahasa jawa mempunyai beribu-ribu morfen leksikal dan
bahkan beberapa yang bersifat gramatikal. Faktor yang paling penting
adalah juga kenyataannya bahwa bahasa melayu mempunyai sejarah
yang panjang sebagai ligua France.

Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar


biasa. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara
berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar :

1. Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia


2. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan
3. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda
ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda dan baru setelah
kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa
Indonesia diakui secara Yuridis.

Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara


pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal
36).

1.1 Fungsi Bahasa Indonesia


Fungsi bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

Fungsi Bahasa Secara Umum:

1. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.


Mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan.
Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang
tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita
untuk mengekspresikan diri, yaitu :

 Agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita.


 Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.

2. Sebagai alat komunikasi.


Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan
perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama.
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat
menggunakan bahasa sebagai komunikasi, berarti memiliki tujuan agar
para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian
seseorang.

Fungsi Bahasa Indonesia Secara Khusus :

1. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari- hari.

Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan


komunikasi dengan makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung
dapat menggunakan bahasa formal dan non formal.
2. Mewujudkan seni (sastra).
Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui media
seni, seperti syair, puisi, prosa dll. Terkadang bahasa yang digunakan yang
memiliki makna denotasi atau makna yang tersirat. Dalam hal ini,
diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa mengetahui makna
yang ingin disampaikan.

3. Mempelajari bahasa-bahasa kuno.


Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui peristiwa atau
kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin
atau dapat terjadi kembali dimasa yang akan datang, atau hanya sekedar
memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang dari suatu hal.
Misalnya untuk mengetahui asal dari suatu budaya yang dapat ditelusuri
melalui naskah kuno atau penemuan prasasti-prasasti.

4. Mengeksploitasi IPTEK.
Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta akal dan
pikiran yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia akan
selalu mengembangkan berbagai hal untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu
didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat
mempergunakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia itu
sendiri.

1.2 Kedudukan Bahasa Indonesia


kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai:

a. Lambang kebanggaan nasional.


Sebagai lambang kebanggaan nasional bahasa Indonesia memancarkan
nilai- nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai
yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga, menjunjung dan
mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap
bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu,
dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara
dan mengembangkannya.
b. Lambang identitas nasional.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan
lambang bangsa Indonesia. Berarti bahasa Indonesia dapat mengetahui
identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan watak sebagai
bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian
kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak
menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.

c. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang


sosial budaya dan bahasanya.
Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam
latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat
menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang
sama. Karena dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan
bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah
masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan
fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun.
Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah
bahasa Indonesia.

d. Alat penghubung antarbudaya antar daerah.


Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk
segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi
yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan kemanan mudah diinformasikan kepada warga. Apabila
arus informasi antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat
peningkatan pengetahuan seseorang. Apabila pengetahuan seseorang
meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

1.3 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Pramerdeka


Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman
Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di
Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara
pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari
berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:

 Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun
1380
 Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
 Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
 Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
 Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:

 Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan


hidup dan sastra.
 Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia
 Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun
pedagang yang berasal dari luar indonesia.
 Bahasa resmi kerajaan.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan


menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang
dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima
oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar
suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan


mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa
Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia.
(Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi


bahasa Indonesia yaitu :

 Bahasa melayu sudah merupakanlingua franca di Indonesia, bahasa


perhubungan dan bahasa perdangangan.
 Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa
melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
 Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional
 Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi
bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut
sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan
keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.

Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa


bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi
kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa
Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu
Riau-Johor.

Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca


(bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang
menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan
bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.

Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya


Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa
tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-
negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat,
dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang
digunakan di seluruh Hindia Belanda.”

Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901,
Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan
pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

1.4 Sejarah Bahasa Indonesia pada Masa Pascamerdeka


Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa
Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia.

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para
pemuda berikrar:

1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
Tanah Air Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur
yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa
bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada
tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa
nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa
negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang
Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah
Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi
bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa
indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.

1.5 Peristiwa-peristiwa yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa


Indonesia

1. Budi Otomo.

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang


bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum
terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat
untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan
permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan
keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda
merupakan syarat utam untuk melanjutkan pelajaran menambang ilmu
pengetahuan barat.

2. Sarikat Islam.

Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya
bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan
politik jga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat non kooperatif
dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna mempergunakan
bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa
Indonesia.

3. Balai Pustaka.

Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini
didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur,
pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain
menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.

Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap


perkembangan bahasa melau menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan
sebagai berikut :

1. Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa


Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca
hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab
melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh
bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
4. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu
sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang
akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu
yang bersusun baik dan terpelihara.
4. Sumpah Pemuda.

Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang


diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu
tahun 1926, telah pula diadakan kongres p[emuda yang tepat
penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak
semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi
perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Dari segi politik, kongres
pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari
perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional yang
dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan
Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah untuk
mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu

Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan


bergabung dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal
28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di
Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian
lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan
berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam
ikrar sumpah pemuda. Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan
bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan
sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat
beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri
bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak
hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi
bahasa sastra indonesia baru.

1.6 Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi


Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers):

1. Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim);


2. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat
kabar.

Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan


ungkapan baru, seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi,
proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah
Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi pula oleh media
iklan maupun artis yang menggunakan istilah baru yang merupakan
penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa Indonesia maupun
mencampuradukan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

B. Sejarah Bahasa Sebagai Pemersatu Bangsa


Dalam ikrar Sumpah Pemuda, salah satunya adalah pengakuan Bahasa
Indonesia sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tanah air dan bangsa
Indonesia. Dalam sejarahnya, Bahasa Indonesia sendiri adalah sebuah proses
perkembangan dari bahasa Melayu yang menjadi bahasa “Lingua Franca”
diantara keberagaman etnis, bangsa dan latar belakang sosial yang hidup di
kepulauan nusantara. Lingua Franca yang berasal dari bahasa Latin artinya
adalah bahasa penghubung antara komunitas yang berbeda bahasa di wilayah
geografis yang cukup luas (nusantara).

Dalam perkembangannya, apa yang kita kenal sebagai Bahasa Indonesia


menjadi meluas karena peran dari percetakan diawal abad ke-20 yang
menerbitkan kesusastraan dan pers nasional. Dari Bahasa Indonesia terjadi
pembentukan kesadaran nasional dikalangan anak muda terpelajar saat itu.
Indonesia yang dibayangkan (imagined community) kian dipersatukan oleh
bahasa yang memungkinkan warganya dari berbagai latar belakang sosial,
bersentuhan dengan dunia modern.

Karena itu Bahasa Indonesia tidak hanya menjadi alat ekspresi dari
nasionalisme, tapi juga aspirasi tentang Indonesia. Dalam dunia kolonial yang
hirarkis (dan rasis), Bahasa Indonesia juga menjadi ekspresi dari kebebasan
dan persaamaaan diantara sesama manusia. Maka benar seperti dikatakan
Ben Anderson (2000) dalam Kuasa Kata: Jelajah Budaya-Budaya Politik di
Indonesia, bahwa fungsi publik utama bahasa Indonesia terletak dalam
perannya sebagai pemersatu.
2.1 Sastra dan Pers Pergerakan
Salah satu jasa penting yang menyebarkan Bahasa Indonesia secara
meluas pada awal abad ke-20 adalah kesusastraan popular yang diterbitkan
oleh penerbit-penerbit Tionghoa peranakan. Melalui sastralah imajinasi
Indonesia diikat, dimana manusia nusantara dari berbagai pulau bisa
menikmati sebuah karya sastra yang sama. Pemerintah kolonial kemudian
menyadari bahwa sastra telah mentransformasikan kesadaran lokal
(kedaerahan) menjadi kesadaran nasional, sebuah ancaman buat status quo
kolonial.

Apalagi ketika para tokoh pergerakan nasional juga menggunakan sastra


sebagai ekspresi perlawanan atas tuan kolonial mereka seperti dalam novel
Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo. Pemerintah kolonial
menstigmatisasi sastra seperti itu dengan sebutan “Bacaan Liar”. Bahkan
pemerintah kolonial membentuk penerbitan Balai Pustaka, untuk
memproduksi dan mendistribusikan bacaan dan mencegah munculnya
identitas nasional ke-Indonesiaan serta menjauhkan muatan politis dalam
karya sastra.

Menurut Hilmar Farid, “Kolonialisme dan Budaya Balai Poestaka di Hindia


Belanda” dalam Prisma, 10 Oktober 1991, Balai Pustaka didirikan untuk
menghindari dan menjauhkan rakyat jajahan dari bacaan politik. Dalam
konteks tersebut, Balai Pustaka juga membangun konstruksi bahasa Melayu
yang tertib dan sopan untuk merendahkan bahasa Melayu sastra yang telah
dicap sebagai “Bacaan Liar”.

Pada masa pergerakan nasional bahasa Melayu bersifat progresif karena


menarik garis atas dominasi kekuasaan birokrasi kolonial dan hirarki feodal.
Peran penting itu dimainkan oleh pers pergerakan, yang menjadikan Bahasa
Indonesia sebagai aspirasi politik untuk menggugat pengusasa kolonial. Tirto
Adisuryo, yang disebut sastrawan Pramoedya A. Toer sebagai “Sang Pemula’’
yang menerbitkan surat kabar Medan Priyayi, adalah pelopor yang
menggunakan Bahasa Indonesia dan pers bukan hanya sebagai bahasa
pemersatu, tapi juga sebagai bahasa perlawanan mengkritik kekuasaan
kolonial.
Mutualisme Bahasa Indonesia dan pergerakan nasional kemudian
direspon oleh pemerintah kolonial dengan membuat aturan hukum persdelict,
yang intinya penguasa bisa melakukan kriminalisasi atas jurnalis dan media
yang dianggap tidak sesuai dengan kepentingan negara kolonial.
Pada masa penjajahan Jepang, derajat bahasa Indoenesia dinaikkan sebagai
bahasa resmi dalam birokrasi menggantikan Bahasa Belanda. Bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi di sekolah-sekolah dan
perkantoran. Pada masa Revolusi 1945-1949, bahasa Indonesia menjadi
bahasa perlawanan dan ekspresi menolak kedatangan Belanda. Karena itu di
era revolusi kemerdekaan, bahasa Indonesia menjadi bahasa anak muda dan
pemberontakan.

2.2 Bahasa Persatuan


Sejak awal pembentukannya, Bahasa Indonesia menunjukan proses
sosial, budaya, dan politik yang menjadi sikap bersama sebagai bangsa
Indonesia. Karena itu Bahasa Indonesia juga dapat dianggap sebagai
cerminan sikap kebangsaan untuk memajukan Bhineka Tunggal Ika. Sebagai
sebuah produk sosial-budaya yang bhineka, Bahasa Indonesia mempunyai
beberapa karakter.

Pertama, bersifat inklusif dan terbuka. Berbagai bahasa daerah dan


bahasa asing menjadi bahasa serapan dan kemudian menjadi Bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia menunjukan proses komunikasi dan pergaulan
masyarakat yang inklusif, termasuk pergaulan dengan bangsa lain. Karena
itu, ide “pemurnian bahasa’’ bertentangan dengan prinsip inklusif yang
menjadi roh dari Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang
hidup karena inklusivismenya.

Kedua, bersifat pluralis. Menerima perbedaan dan keragaman sebagai


sebuah kekayaan bangsa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
sebuah cerminan dari Bhineka Tungal Ika—keberagaman yang menjadi legasi
bangsa. Bahasa Indonesia akan terus berkembang karena pluralisme menjadi
roh dari bahasa tersebut. Tanpa plurlisme Bahasa Indonesia ibarat badan
tanpa jiwa.
Ketiga, bersifat demokratis dan egaliter. Semua orang dari berbagai
status sosial, latar belakang, suku dan agama dapat berkomunikasi langsung
dengan menggunakan bahasa yang sama. Tidak ada hirarki sosial dalam
penggunan Bahasa Indonesia. Karena itu Bahasa Indonesia dengan cepat
dapat menjadi “bahasa kemanusiaan” dimana semua manusia menjadi setara
dihadapan Bahasa Indonesia.

Keempat, bersifat pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia kehadirannya


dapat diterima disemua daerah, wilayah, lintas agama dan lintas etnis, orang
desa dan orang kota, perempuan maupun laki-laki. Kehadiranya sebagai
pemersatu sudah berumur lebih tua dari Republik Indonesia sendiri. Dengan
karakter tersebut maka sikap anti pluralis, anti inklusivitas, anti kesetaraan dan
pemecah belah persatuan bangsa, dapat dianggap ancaman bagi
keberlanjutan bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, inklusivisme, egalitarisme dan pluralisme yang melekat


pada Bahasa di Indonesia perlu dikelola untuk kebutuhan pembangunan
sosial, politik, dan ekonomi bangsa Indonesia. Kebijakan memasukkan
Bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing dalam pendidikan harus
dapat meningkatkan peran bahasa Indonesia sebagai peneguh identitas
bangsa yang menyatukan keberagaman suku bangsa di Indonesia .
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat. Ikrar para
pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari
“Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia
merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa
Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18
Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan
sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD
1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia, (pasal 36).
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara.
Perkembangan ejaan, setelah bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa
Indonesia, yakni muncul Ejaan Ophuijsen, Ejaan Suwandi atau Republik, Ejaan
Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK, Ejaan yang disempurnakan, dan
EBI.

3.2 Saran
Dengan Kerendahan hati, penulis merasakan tulisan ini sangat sederhana
dan jauh dari sempurna. Saran, kritik yang konstruktif sangat diperlukan demi
kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula, perlu penyempurnaan di sana-sini
agar tulisan ini menjadi lengkap dan lebih bermanfaat bagi pembaca dan
pecinta Bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2013.Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia,

http://selidiki86.blogspot.com/2013/03/makalah-sejarah-perkembangan-
bahasa_9.html,

Anak Pesisir. 2012. Sejarah Perkembangan Bahasa


Indonesiahttp://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-
Indonesia.html

Kartika Nur Ramadha. 2009. Sejarah Perkembangan Bahasa


Indonesia.http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-
Indonesia.html

https://www.intisarinews.co.id/bahasa-sebagai-pemersatu-bangsa/

Anda mungkin juga menyukai