ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untuk menyimpulkan dan memberikan solusi mengenai evaluasi pembelajaran
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dijenjang sd samapai perguruan tinggi. Dilihat dari
beberapa artikel yang telah di baca banyak problem yang ada pada artikel tersebut sehingga penulis
ingin memberikan solusi mengenai evaluasi pembelajaran yang ada saat ini. Metode penulisan ini
menggunakan kajian literature riview yang berdasarkan pada data sekunder. Akser jurnal menggunakan
database google scholar yang didasarkan pada 1) varibael penulisan, 2) hasil penelitian, 3) rentang tahun
(5 tahun terahir). Masalah yang ada pada masing – masing artikel mengenai problem yang ada pada
suatu lembaga sekolah maupun di perguruan tinggi. Penelitian ini menunjukkan banyaknya problem
yang ada disekolah maupun di perguruan tinggi tentang sarpras dan guru pjok yang ada. Untuk hal ini
maka penulis mengiginkan agar pembelajaran pjok dapat berjalan dengan baik, harus memenui standar
pendidikan nasional dan standar kopetensi guru pjok khususnya.
PENDAHULUAN
Evaluasi terhadap kurikulum sangat penting karena berdampak langsung pada individu peserta
didik di setiap jenjang pendidikan, peserta didik yang nantinya akan menjadi penerus bangsa. Sesuai
dengan Permendikbud nomor 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum “Evaluasi terhadap
implementasi dilakukan untuk memberikan masukan terhadap proses pelaksanaan kurikulum agar
sesuai dengan apa yang telah dirancang dalam dokumen. Evaluasi terhadap hasil memberikan
keputusan mengenai dampak kurikulum terhadap individu warga negara, masyarakat, dan bangsa”.
Evaluasi kurikulum harus sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Pernyataan ini diperkuat oleh
Nasution (2010:60) “tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan
(SD, SM, Universitas), yang harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan institusional dapat
dicapai melalui kurikulumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan institusional sama dengan tujuan
kurikuler dalam keseluruhan”.
Menurut Sukmadinata (2013:7) “kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut penentuan segala
kebijakan tentang kurikulum, prosedur pengembangan kurikulum, penerapan, evaluasi, dan
penyempurnaannya”. Kurikulum 2013 merupakan salah satu program pemerintah Indonesia dalam
bidang pendidikan, dengan implementasi program kurikulum 2013 ini diharapkan dapat membenahi
permasalahan tujuan pendidikan Indonesia sebelumnya. Mengacu pada Permendikbud no 68 tahun
2013, Secara umum Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Selain itu tujuan kurikulum 2013 ini bertujuan untuk menyempurnakan pola pikir dan
penguatan tata kelola kurikulum secara khusus. Menurut Sunarti (2014:2) “melalui pendekatan tiga
ranah itu, diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang jauh lebih
baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka akan sukses
menghadapi persoalan dan tantangan”
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek
pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup,
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting,
yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai
pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan
secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan
pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang
hayat.
Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa
adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah
dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah
dengan perkembangan zaman.
Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya
dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya
aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk
menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka lembaga harus mengukur dan menilai program
tersebut dengan cara mengevaluasi kegiatan atau program tersebut. Menurut Tayibnapis
(1989:6) “bila anda mengevaluasi suatu program, anda secara teratur mengumpulkan informasi
tentang bagaimana program itu berjalan, tentang dampak yang mungkin terjadi atau untuk
menjawab pertanyaan yang diminati. Kadang-kadang informasi yang dikumpulkan digunakan
untuk membuat keputusan tentang program itu”.
Menurut Winarno (2004:4) “evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk
menentukan nilai berdasarkan data yang dikumpulkan melalui pengukuran”. Sedangkan
Menurut Sukardi (2014:7) menyatakan bahwa “keberadaan evaluasi program juga penting
ketika seorang penyelenggara lembaga kependidikan dan kepelatihan mengambil kebijakan
untuk menilai program atau proyek dilaksanakan dengan efektif dan efisien”.
METODE
penulisan ini menggunakan literatur riview yang menerapkaan desain penulisan menggunakan
data sekunder yang berkaitan dengan tema tertentu. Metode pengumpulan data sekunder
menggunakan akses google scholar untuk akses jurnal nasional maupun internasional. Data sekunder
didasarkan pada 1) kebutuhan tulisan sesuai variabel, 2) hasil penelitian, 3) rentang waktu (5 tahun
terakhir). kata kunci pencarian menggunakan “elaluasi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan jenjang SD, SMP, dan SMA
HASIL
berikut dipaparkan hasil dari 10 artikel nasional dan internasional penelitian sebelumnya
mengenai evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dijenjang SD, SMP, SMA
dan perguruan tinggi.
PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan hasil penelitian sebelumnya di atas, maka bahasan ini membagi menjadi
dua pokok bahasan guna mengarah pada solusi yang lebih tepat.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat menyimpulkan bahwa problematika
guru Penjaskes dalam memodifikasi media pembelajaran PJOK pada umumnya guru Penjaskes belum
terampil dalam merancang dan membuat media karena belum mendapat pelatihan secara khusus
namun motivasi guru cukup tinggi karena terbukti semua sekolah mempunyai media sekalipun kualitas
dan kuantitas terbatas, biaya pembuatan media belum disiapkan oleh pihak sekolah, dan terbatasnya
waktu membuat media bagi guru PJOK karena selain mengajar juga dibebankan membuat perangkat
pembelajaran. Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka disarankan sebagai berikut:
1. Kepada guru Penjaskes di Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone hendaknya memperoleh
pelatihan pembuatan media modifikasi PJOK demi terpenuhinya media pembelajaran PJOK secara
kualitas dan kuantitas.
Disarankan kepada guru untuk mengatur waktu yang sebaik-baiknya sehingga selain tugas pokok yang
dibebankan oleh guru pembuatan media modifikasi direncanakan dan dilaksanakan dengan baik.
Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-
kesan personal. Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan. Karakteristik fisik seperti ukuran,
ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda. Pengakuan sosial
yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas
atau arah aktivitas. Tingkah laku dihadirkan oleh model. Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan
oleh model). Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar). Pemrosesan kode-kode
simbolik Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku.
Evaluasi Pendidikan (educational evaluation) secara hafiah dapat diartikan sebagai: Penilaian
dalam (bidang) Pendidikan atau Penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. ( Anas:
2011)
Evaluasi dalam Pendidikan Jasmani, bertitik tolak dari tujuan pendidikan jasmani itu sendiri.
Tujuan pendidikan jasmani bersifat majemuk, mencakup perkembangan yang bersifat menyeluruh
meliputi aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral. Hal ini sesuai dengan hakekat evaluasi
sebagai upaya yang berencana untuk mengetahui seberapa jauh tujuan program berhasil. Karena itu
evaluasi dalam pendidikan jasmani, terikat dengan pemahaman terhadap tujuan pendidikan jasmani.
Dengan demikian, salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik adalah
kemampuan mengadakan evaluasi, baik dalam proses pembelajaran maupun penilaian hasil belajar.
Kemampuan melaksanakan evaluasi pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang mesti dikuasai
oleh seorang pendidik maupun calon pendidik sebagai salah satu kompetensi professionalnya.
Menurut Sinulingga, A., & Nugraha, T. (2017) Pendidikan jasmani adalah suatu dari proses
pendidikan yang melalui aktivitas jasmani atau gerak, permainan atau olahraga yang terpilih untuk
mencapai tujuan pendidikan. Maka dapat disimpulkan bahwa, pendidikan jasmani adalah bagian
pendidikan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan mentalitas, sikap dan tindakan untuk
hidup sehat dan proses interaksi antara peserta didik dan lingkungan yang dikelola melalui aktifitas
secara sistematik menuju pertumbuhan fisik anak yang baik, perkembangan mental, emosi dan sosial
yang serasi, selaras dan seimbang.
Adapun untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran yang
dikembangkan. Adapun untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat
pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang
dikembangkan. Sehingga untuk melihat kedua aspek ini perlu dikembangkan suatu perangkat
pembelajaran untuk suatu topik tertentu sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan.
Selaras dengan pendapat diatas menurut Irvan, I., Haetami, M., & Hidasari, F. P, selain itu,
dikembangkan pula instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Model pembelajaran kian berkembang, banyak sekali model pembelajaran yang dapat dipilih
oleh seorang guru, namun hanya terdapat dua perbedaan jika ditinjau dari objeknya yaitu model
pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered Learning) dan pembelajaran berpusat pada
murid (Student Centered Learning).
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan diatas bisa diambil kesimpulan bawasanya evaluasi pembelajaran
sangatlah penting bagi guru pjok dikarenakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Dan guru pjok
diwajibkan mengetahui unsur – unsur apa saja yang ada pada standar pendidikan nasional, pjok
khususnya. Agar tercapainya pembelajaran yang terstruktur dan berkelanjutan seperti yang telah
ditekankan pada standar kopetensi guru pjok
A. Pedagogik
B. Kepribadian
1. Bertindak sesuai dengan Norma Agama, Hukum, Sosial dan Kebudayaan Nasional
2. Menunjukkan Pribadi yang Dewasa dan Teladan
3. Etos kerja, Tanggung Jawab yang tinggi, dan Rasa Bangga Menjadi Guru
C. Sosial
D. Profesional
1. Penguasaan Materi, Struktur, KOnsep dan Pola Pikir Keilmuan yang Mendukung mata Pelajaran
yang Diampu
2. Mengembangkan Keprofesian Melalui Tindakan yang Reflektif
Daftar rujukan
Anwar Yenny,2007. Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap hasil belajar Biologi Siwa SMA.
Forum Kependidikan, Volume 26, Nomor 2, hlm.221-226
Dewajani, Sylvi. 2006. “Student Centered Learning”, Materi Lokakarya Peningkatan Kualitas Teknik
Pembelajaran Student Center Learning. Yogyakarta: UGM
Ditjen Dikti Depdiknas. 2004. Tanya Jawab Seputar Unit dan Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi.
Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Duncan, M and Al-Nakeeb (2006) Using problem-based learning in sports related courses: an overview
of module development and student responses in an undergraduate Sports Studies module.
Journal of Hospitality, Leisure, Sport and Tourism Education 5(1), 5-57.
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Muchlisin, R. (2017). Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Notoatmojo, S. (2003).
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur, Muhammad Awal. 2016 . Pengaruh Perhatian Orang Tua, Konsep Diri, Persepsi Tentang Penjas
Terhadap Hasil Belajar Penjas Melalui Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kecamatan
Ujung Loe Kabupaten Bulukumba. Penjas dan Pembelajarannya 4(2): 64-79.
Pasaribu, A. M. N., & Mashuri, H. (2019). The role of rhythmic gymnastics for physical fitness for
elementary school students. Jurnal SPORTIF : Jurnal Penelitian Pembelajaran, 5(1 SEArticle), 89–
97. https://doi.org/10.29407/js_unpgri.v5i 1.12551
Paturisi, A. (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rahayu, E.
T. (2016). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmnai. Bandung: Alfabeta Cv.
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sulistyani, Niluh dan Retnawati, Heri. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang di SMP
dengan Pendekatan Problem Based Learning. Jurnal Riset pendidikan Penjas 2(2):197-210.
Sumitro, Auliah; Dkk. 2017. Penerapan Model Problem Based Learning Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar IPS. Jurnal Pendidikan 2 (9): 1188-1195.