Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI PEMBELAAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA

JENJANG SD, SMP DAN SMA SEDERAJAT

Wawan eko prasetiyo


Program Studi Pendidikan Olahraga, Program Pascasarja Universitas Negeri malang

E_mail: wawan eko prasetiyo

ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untuk menyimpulkan dan memberikan solusi mengenai evaluasi pembelajaran
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dijenjang sd samapai perguruan tinggi. Dilihat dari
beberapa artikel yang telah di baca banyak problem yang ada pada artikel tersebut sehingga penulis
ingin memberikan solusi mengenai evaluasi pembelajaran yang ada saat ini. Metode penulisan ini
menggunakan kajian literature riview yang berdasarkan pada data sekunder. Akser jurnal menggunakan
database google scholar yang didasarkan pada 1) varibael penulisan, 2) hasil penelitian, 3) rentang tahun
(5 tahun terahir). Masalah yang ada pada masing – masing artikel mengenai problem yang ada pada
suatu lembaga sekolah maupun di perguruan tinggi. Penelitian ini menunjukkan banyaknya problem
yang ada disekolah maupun di perguruan tinggi tentang sarpras dan guru pjok yang ada. Untuk hal ini
maka penulis mengiginkan agar pembelajaran pjok dapat berjalan dengan baik, harus memenui standar
pendidikan nasional dan standar kopetensi guru pjok khususnya.

Kata kunci : evaluasi pembelajara, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan

PENDAHULUAN

Evaluasi terhadap kurikulum sangat penting karena berdampak langsung pada individu peserta
didik di setiap jenjang pendidikan, peserta didik yang nantinya akan menjadi penerus bangsa. Sesuai
dengan Permendikbud nomor 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum “Evaluasi terhadap
implementasi dilakukan untuk memberikan masukan terhadap proses pelaksanaan kurikulum agar
sesuai dengan apa yang telah dirancang dalam dokumen. Evaluasi terhadap hasil memberikan
keputusan mengenai dampak kurikulum terhadap individu warga negara, masyarakat, dan bangsa”.
Evaluasi kurikulum harus sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Pernyataan ini diperkuat oleh
Nasution (2010:60) “tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan
(SD, SM, Universitas), yang harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan institusional dapat
dicapai melalui kurikulumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan institusional sama dengan tujuan
kurikuler dalam keseluruhan”.

Menurut Sukmadinata (2013:7) “kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut penentuan segala
kebijakan tentang kurikulum, prosedur pengembangan kurikulum, penerapan, evaluasi, dan
penyempurnaannya”. Kurikulum 2013 merupakan salah satu program pemerintah Indonesia dalam
bidang pendidikan, dengan implementasi program kurikulum 2013 ini diharapkan dapat membenahi
permasalahan tujuan pendidikan Indonesia sebelumnya. Mengacu pada Permendikbud no 68 tahun
2013, Secara umum Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Selain itu tujuan kurikulum 2013 ini bertujuan untuk menyempurnakan pola pikir dan
penguatan tata kelola kurikulum secara khusus. Menurut Sunarti (2014:2) “melalui pendekatan tiga
ranah itu, diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang jauh lebih
baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka akan sukses
menghadapi persoalan dan tantangan”

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek
pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup,
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting,
yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai
pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan
secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan
pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang
hayat.

Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa
adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah
dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah
dengan perkembangan zaman.

Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya
dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya
aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk
menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong


pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran,
penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritualsosial), serta pembiasaan pola hidup
sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang
seimbang.

Mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.

1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan


kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang
terpilih
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung
di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan
demokratis
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi
untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil,
serta memiliki sikap yang positif.
mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk jenjang SD, SMP,
SMA adalah sebagai berikut.
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak,
keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders,
kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis,
dan beladiri, serta aktivitas lainnya
2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran
jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya
3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,
ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya
4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta
aktivitas lainnya
5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di
air, dan renang serta aktivitas lainnya
6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,
berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung
7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan seharihari,
khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat
lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan
merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam
kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara
implisit masuk ke dalam semua aspek.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka lembaga harus mengukur dan menilai program
tersebut dengan cara mengevaluasi kegiatan atau program tersebut. Menurut Tayibnapis
(1989:6) “bila anda mengevaluasi suatu program, anda secara teratur mengumpulkan informasi
tentang bagaimana program itu berjalan, tentang dampak yang mungkin terjadi atau untuk
menjawab pertanyaan yang diminati. Kadang-kadang informasi yang dikumpulkan digunakan
untuk membuat keputusan tentang program itu”.

Menurut Winarno (2004:4) “evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk
menentukan nilai berdasarkan data yang dikumpulkan melalui pengukuran”. Sedangkan
Menurut Sukardi (2014:7) menyatakan bahwa “keberadaan evaluasi program juga penting
ketika seorang penyelenggara lembaga kependidikan dan kepelatihan mengambil kebijakan
untuk menilai program atau proyek dilaksanakan dengan efektif dan efisien”.

METODE

penulisan ini menggunakan literatur riview yang menerapkaan desain penulisan menggunakan
data sekunder yang berkaitan dengan tema tertentu. Metode pengumpulan data sekunder
menggunakan akses google scholar untuk akses jurnal nasional maupun internasional. Data sekunder
didasarkan pada 1) kebutuhan tulisan sesuai variabel, 2) hasil penelitian, 3) rentang waktu (5 tahun
terakhir). kata kunci pencarian menggunakan “elaluasi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan jenjang SD, SMP, dan SMA

HASIL

berikut dipaparkan hasil dari 10 artikel nasional dan internasional penelitian sebelumnya
mengenai evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dijenjang SD, SMP, SMA
dan perguruan tinggi.

tabel 1. Hasil riview artikel Nasional dan Internasional sebelumnya

Judul Identifikasi Rumusan masalah Hasil


Analisis Problematika a. Biaya, melakukan modifikasi menyatakan bahwa sarana dan media Menimbang dari ulasan artikel diatas
Guru Penjaskes dalam menggunakan biaya dari seorang pembelajaran yang ada di Sekolah tidak seharusnya untuk alat maupun media
Memodifikasi M guru karena harus memnuhi lengkap, guru belum terbiasa merancang belajar khusus pjok harus diadakan
edia Pembelajaran PJOK bahan-bahan modifikasi media media modifikasi PJOK, guru mengalami dengan mengacu pada misal jika ada
SD pembelajaran. Namun biaya kesulitan dalam membuat media dana bos. dari situ kita dapat membeli
memodifikasi media itu dari guru modifikasi yang interaktif dari bahan maupun pengadaan sarana dan
itu sendiri bukan dari pihak sederhana, biaya pembuatan media prasarana kegiatan /alat ajar yang
sekolah. b. Waktu, guru harus modifikasi dibebankan kepada guru dan dibutuhkan dalam pembelajaran pjok
memanimalisir waktunya karena pihak sekolah tidak memiliki dana khusus di sd tersebut, dan jika Lembaga belum
disamping harus menjalankan dalam membuat media PJOK serta guru ada dana bos kita dapat membuat alat
kewajibannya dalam mengajar belum mendapat pendampingan di dalam permainan maupun media
guru juga harus membuat media memodifikasi media PJOK yang atraktif, pembelajaran denga napa yang ada
modifikasi untuk mengatasi efektif dan efisien. dilingkungan sekolah tersebut.
kurangnya fasilitas media
pembelajaran. c. Keterampilan
guru dalam memodifikasi media
membutuhkan kreatifitas dari guru
itu sendiri bagaimana ia mampu
menciptakan atau berkreasi untuk
memcahkan masalah dalam
pelaksanaan modifikasi media
yang tentunya guru harus
mendapatkan pelatihan khusus.
meningkatkan hasil pembelajaran yang ada di sekolah penerapan Model Pembelajaran Problem untuk mengatasi permasalahan di atas,
belajar penjas melalui saat ini masih mengarah pada Based Learning ke dalam pembelajaran yaitu perlu dilakukannya pembelajaran
penerapan problem metode pembelajaran sangatlah penting, sehingga perlu dengan menerapkan model Problem
based learning pada konvensional. Padahal materi yang dilakukan penerapan model tersebut ke Based Learning pada proses
siswa kelas 5 SD gmit dapat dikuasai siswa sebagai hasil dalam pembelajaran PENJAS materi pembelajaran yang bertujuan untuk
ende 4 kecamatan ende dari metode konvensional seperti permainan bola besar untuk menggali potensi peserta didik, agar
timur ceramah akan terbatas pada apa meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 siswa dapat memiliki keterampilan
yang dikuasai guru,dan materi SD GMIT Ende 4 Kecamatan Ende Timur dalam proses pembelajaran. Disamping
yang disampaikan oleh guru tidak Di Semester 1 Tahun Pelajaran itu memudahkan guru untuk
akan terserap secara sempurna. 2018/2019. menciptakan pembelajaran yang aktif
Hal tersebut merupakan salah satu dan suasana kelas yang kondusif.
kelemahan yang sering muncul
ketika guru melakukan kegiatan
pembelajaran.
Guru yang tidak mempunyai
kemampuan menjelaskan dengan
baik akan menyebabkan siswa
menjadi cepat bosan dengan
kegiatan pembelajaran, dan juga
akan sulit bagi guru untuk
mengetahui apakah seluruh siswa
sudah memahami materi yang
disampaikan oleh guru, interaksi
cenderung bersifat centered atau
berpusat pada guru
Implementasi Model mengetahui bagaimana Proses pembelajaran yang selama ini Setalah ditemukan beberapa data yang
Pembelajaran Problem implementasi model pembelajaran digunakan menurut siswa di SMA Negeri diinginkan baik dari hasil wawancara,
Based Learning Dalam Problem Based Learning dalam 4 Karawang. maupun dokumentasi maka peneliti
Pembelajaran pembelajaran pendidikan jasmani Implementasi Model Pembelajaran akan medeskripsikan seluruh data yang
Pendidikan Jasmani Di di SMA Negeri 4 Karawang. Problem Based Learning. didapat pada proses penelitian. Dalam
SMA Negeri 4 Karawang Peneliaian ini menggunakan peneletian ini peniliti ingin mengetahui
pendekatan kualitatif dan metode bagaimana proses pembelajaran yang
penelitian deskriptif kualitatif. selama ini digunakan dan ingin
Observasi ini dilakukan di SMA mengentahui pelaksanaan model
Negeri 4 Karawang dengan pembelelajaran Problem Based
populasi perwakilan kelas XI yang Learning dalam pembelajaran penjas
terdiri dari setiap kelasnya 1 orang pada siswa kelas XI SMA Negeri 4
untuk mewakili sebagai informan Karawang.
dengan jumlah 5 orang siswa dan
1 orang guru
Teori Kognitif Sosial pengamat tidak harus melakukan Apanpengertian Teori Kognitif Sosial? TEORI KOGNITIF SOSIAL ALBERT
Albert Bandura (Studi tindakan-tindakan tersebut pada Bagainana cara mengatahui Karakteristik BANDURA (Studi Kritis dalam
Kritis Dalam Menjawab saat dia mempelajarinya. Perkembangan Anak Hakikat Menjawab Problem Pembelajaran di
Problem Pembelajaran Penguatan tidak diperlukan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak? MI)
Di Mi) supaya pembelajaran dapat Bagaimana Penerapan Kognitif Sosial
terjadi. Temuantemuan ini Dalam Pembelajaran Anak Usia MI?
membantah asumsi sentral dari
teori-teori pengkondisian. Teori
kognitif social teori yang
menonjolkan gagasan bahwa
sebagian besar pembelajaran
manusia terjadi dalam sebuah
lingkungan social. Dengan
mengamati orang lain manusia
memperoleh pengetahuan,
aturan-aturan, keterampilan,
strategi-strategi, keyakinan-
keyakinan dan sikap-sikap. Dalam
pembelajaran di MI kognitif social
penting diterapkan mengingat
anak usia tersebut banyak
melakukan pembelajaran dari
mengamati lingkungan sekitar,
baik mengamati guru, orang tua,
dan masyarakat sebagai model,
sehingga penting menciptkan
lingkungan yang baik dalam
pembelajaran usia MI.
peningkatan keaktifan meningkatkan keaktifan dan hasil 1. Apakah keaktifan belajar siswa kelas Pembelajaran Problem Based Learning
dan hasil belajar penjas belajar dengan menerapkan model VII A SMPN 4 Kragilan meningkat setelah mampu mengembangkan kemampuan
siswa kelas vii a smpn 4 pembelajaran Problem Based diterapkannya model pembelajaran berpikir kritis siswa dalam
kragilan menggunakan Learning. Penelitian ini merupakan Problem Based Learning? memecahkan suatu masalah sehingga
model problem based penelitian tindakan kelas (PTK). 2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII pembelajaran akan lebih bermakna; (2)
learning Subjek penelitian tindakan siswa A SMPN 4 Kragilan meningkat setelah Mendorong siswa untuk belajar aktif
kelas VII A SMPN 4 Kragilan diterapkannya model pembelajaran secara mandiri dan kolaboratif dengan
berjumlah 32 siswa Problem Based Learning? bekerja secara kelompok; (3)
Menumbuhkembangkan kreativitas
guru dalam mengimprovisasi dan
mengembangkan kegiatan
pembelajaran. Kekurangan model
Problem Based Learning; (1) Penerapan
model Problem Based Learning
memerlukan persiapan yang matang
oleh guru mulai dari penyusunan RPP,
penguasaan materi hingga hingga
kegiatan pembelajaran; (2) Dipelukan
managemen waktu yang baik agar
penerapan model Problem Based
Learning berjalan dengan efektif dan
efisien; (3) Diperlukan ketrampilan
guru dalam penguasaan kelas agar
proses pembelajaran secara aktif dan
kondusif.
Meningkatkan Hasil meningkatkan hasil belajar siswa penelitian yang bertujuan untuk Pembelajaran yang dilaksanakan pada
Belajar Pendidikan kelas VII.C SMP Negeri 4 meningkatkan hasil belajar siswa dalam siklus I telah mencapai peningkatan
Jasmani Olahraga dan Abiansemal pada mata pelajaran pelajaran PJOK. Terutama pada materi hasil belajar siswa dalam pelajaran
Kesehatan (PJOK) Materi PJOK dengan materi permainan bola basket. Salah satu upaya yang Pendidikan Jasmani Olah Raga dan
Permainan Bola Basket bola basket, pada semester ganjil dilakukan peneliti adalah melakukan Kesehatan pada materi gerakan Chest
melalui Penerapan tahun pelajaran 2017/2018. penelitian tindakan kelas yang bertujuan Pass pada Permainan Bola basket. Hasil
Model Pembelajaran Subjek penelitian ini adalah siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa belajar yang dicapai siswa
Problem Based Learning kelas VII.C semester Ganjil SMP dalam pelajaran PJOK. Dalam penelitian menunjukkan peningkatan yang lebih
Negeri 4 Abiansemal yang ini materi yang dipilihadalah permainan baik dari hasil penilaian prasiklus.
berjumlah 32 orang bola basket sesuai dengan materi yang Peningkatan hasil pembelajaran ini
perlu ditingkatkan, sehingga secara dicapai karena Peneliti menerapkan
keseluruhan judul yang peneliti pilih Model Pembelajaran Problem Based
adalah “Meningkatkan Hasil Belajar Learning dimana siswa setelah mampu
Pendidikan Jasmani Olah Raga Dan dalam memaknai konsep materi
Kesehatan (PJOK) Materi Permainan Bola pelajaran permainan bola basket
Basket Melalui Penerapan Model tentang operan chest pass pada mata
Pembelajaran Problem Based Learning pelajaran PJOK, melalui penerapan
Bagi Siswa Kelas VII.C Semester Ganjil model pembelajaran Problem Based
SMP Negeri 4 Abiansemal Tahun Learning.
Pelajaran 2017/2018.
Meningkatkan Hasil meningkatkan potensi fisik peserta meningkatkan potensi fisik peserta didik, rekapitulasi lembar observasi minat
Belajar Pendidikan didik, membudayakan sportivitas, membudayakan sportivitas, dan budaya belajar dijelaskan bahwa
Jasmani Olahraga dan dan budaya hidup sehat, maka hidup sehat, maka dari itu perlu kita buat pengembangan perangkat
Kesehatan (PJOK) Materi dari itu perlu kita buat pembelajaran Pendidikan Jasmani pembelajaran penjas dalam hal minat
Permainan Bola Basket pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan yang nyaman dan belajar cukup kuat. Minat Belajar
melalui Penerapan Olahraga Kesehatan yang nyaman bisa tercapai tujuan-tujuan tersebut. sangat berperan dalam diri peserta
Model Pembelajaran dan bisa tercapai tujuan-tujuan karena dalam hal ini banyak didik, hal ini sangat terlihat saat anak
Problem Based Learning tersebut. Oleh karena itu pembelajaran yang belum sesuai dengan pada pembelajran sangat beratusias
dibutuhkan dalam penyusunan tujuan tersebut dan berdampak dan aktif dalam pelaksanaan
atau stategi pembelajran yang pembelajaran kurang menarik kepada pembelajran, dan berdiskusi dengan
menarik agar tujuan tersbut peserta didik dan akirnya tujuan kelompok walaupun pada pelaksanaan
tercapai. Maka dari itu, Penelitian pembelajaran tidak tercapai kususnya pembelajran secara daring. Hal
ini bertujuan untuk menghasilkan pada peserta didik. Keterampilan dalam tersebut menunjukkan bahwa model
perangkat pembelajaran pendidikan jasmani sendiri merupakan pembelajaran yang diterapkan dalam
pendidikan jasmani permainan suatu hal yang di perlukan dan proses pembelajaran ini dapat
bola besar berbasis Problem Based dibutuhkan oleh setiap orang maka dari meningkatkan minat belajar pesera
Learning (PBL) meningkatkan itu pembelajaran Pendidikan Jasmani didik. Berdasarkan hasil yang dijelaskan
minat belajar peserta didik Olahraga Kesehatan sangatlah diperlukan diatas dapat produk pengembangan
khususnya putri dan dirasa tepat masa sekolah dapat digunakan karena dua instrumen
merupakan masa dimana para peserta memberikan kategori yang kuat.
didik senang bermain, meski begitu tidak
hanya anak usia dini saja bahkan remaja
maupun dewasa juga membutuhkan
bermain untuk mencukupi kebutuhan
gerak sekaligus bersifat rekreasi
Motivasi Dan Hasil menganalisis motivasi dan hasil (1) merumuskan indikator/tujuan pembelajaran berbasis masalah
Belajar Siswa Dalam belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran yang sesuai dengan memberikan kesempatan belajar
Pembelajaran Berbasis pembelajaran kombinasi dari kompetensi dasar; (2) mengeksplorasi kepada siswa untuk mencari berbagai
Masalah pembelajaran berbasis masalah metode pembelajaran beserta fitur- cara yang sesuai dengan kapasitas
dengan cooperative learning. fiturnya dan memilih fitur-fitur yang akan mereka dalam memecahkan masalah
Penelitian ini merupakan weak- digabungkan dan digunakan guru dalam dalam memenuhi kebutuhan belajar
experimental dengan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan untuk dicapai oleh siswa (Kim, Belland,
menggunakan static-group pembelajaran/sarana prasarana/waktu & Axelrod, 2019). Di sisi lain,
pretest-posttest design pembelajaran; dan (3) menuliskan urutan cooperative learning terbukti dapat
fitur-fitur yang akan dipadukan sebagai meningkatkan motivasi belajar siswa
kegiatan inti pembelajaran (Ministry of (Artha, Syam T, & Priambodo, 2020)
National Education of Republic of yang berasal dari lingkungan belajar
Indonesia, 2016). kompetitif dari cooperative learning
(Jati, Hidayah, & Wahyudi, 2019).
Suasana belajar yang kompetitif
dianggap sebagai variabel penting
dalam meningkatkan kesenangan siswa
dalam belajar yang berimplikasi pada
motivasi belajar (Andrian, Suroto,
Tuasikal, Dhani, & Setyorini, 2020).
Sehingga tidak berlebihan apabila hasil
penelitian ini dapat menganggap
bahwa kombinasi antara pembelajaran
berbasis masalah dengan cooperative
learning dapat menjadi alternatif
pilihan untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa yang selanjutnya
berimplikasi dengan hasil belajar siswa.
Penerapan student- model pembelajaran pada  Pengertian Teacher Centered Dari paparan di atas, nampak jelas
centered learning dari perguruan tinggi yaitu Teacher Learning (TCL) bahwa PBL/SCL nampaknya bisa
teacher-centered Centered Learning (TCL) dan  Pengertian Student Centered diterapkan dalam sistem pembelajaran
learning mata ajar ilmu Student Centered Learning (SCL) Learning (SCL di prodi Penjasorkes terutama pada
kesehatan pada program  Penerapan SCL pada mata ajar kesehatan karena banyak
studi penjaskes Perguruan Tinggi keuntungan dan manfaatnya.
 Penerapan Problem Based
Learning sebagai Salah Satu
Bentuk SLC
Meningkatkan untuk meningatkan kreativitas orientasi pada kreativitas mahasiswa jenis data kuatitatif yang diperoleh dari
Kreativitas Memodifikasi mahasiswa dalam memodifikasi sebagai solusi dari permasalahan yang lembar observasi kreativitas mahasiswa
Media Pembelajaran media pembelajaran penjas. muncul dengan menggunakan teknik memodifikasi media pembelajaran
Micro Teaching Penjas pembelajaran yang sesuai yaitu metode penjas. Untuk mengisi informasi yang
Dengan Metode Problem Solving terlewatkan pada saat observasi
Problem Solving langsung dengan cara melihat kembali
Mahasiswa Ikip Pgri proses pembelajaran melalui rekaman
Pontianak video dan foto media yang dimodifiksi.

PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan hasil penelitian sebelumnya di atas, maka bahasan ini membagi menjadi
dua pokok bahasan guna mengarah pada solusi yang lebih tepat.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat menyimpulkan bahwa problematika
guru Penjaskes dalam memodifikasi media pembelajaran PJOK pada umumnya guru Penjaskes belum
terampil dalam merancang dan membuat media karena belum mendapat pelatihan secara khusus
namun motivasi guru cukup tinggi karena terbukti semua sekolah mempunyai media sekalipun kualitas
dan kuantitas terbatas, biaya pembuatan media belum disiapkan oleh pihak sekolah, dan terbatasnya
waktu membuat media bagi guru PJOK karena selain mengajar juga dibebankan membuat perangkat
pembelajaran. Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka disarankan sebagai berikut:

1. Kepada guru Penjaskes di Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone hendaknya memperoleh
pelatihan pembuatan media modifikasi PJOK demi terpenuhinya media pembelajaran PJOK secara
kualitas dan kuantitas.

2. Bagi sekolah menyiapkan dana untuk media modifikasi PJOK

Disarankan kepada guru untuk mengatur waktu yang sebaik-baiknya sehingga selain tugas pokok yang
dibebankan oleh guru pembuatan media modifikasi direncanakan dan dilaksanakan dengan baik.

Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-
kesan personal. Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan. Karakteristik fisik seperti ukuran,
ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda. Pengakuan sosial
yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas
atau arah aktivitas. Tingkah laku dihadirkan oleh model. Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan
oleh model). Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar). Pemrosesan kode-kode
simbolik Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku.

Evaluasi Pendidikan (educational evaluation) secara hafiah dapat diartikan sebagai: Penilaian
dalam (bidang) Pendidikan atau Penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. ( Anas:
2011)

Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) Indonesia, Evaluasi Pendidikan adalah:

 Proses/kegiatan untuk menetukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang


telah ditentukan
 Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feedback) bagi penyempurnaan
pendidikan

Evaluasi dalam Pendidikan Jasmani, bertitik tolak dari tujuan pendidikan jasmani itu sendiri.
Tujuan pendidikan jasmani bersifat majemuk, mencakup perkembangan yang bersifat menyeluruh
meliputi aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral. Hal ini sesuai dengan hakekat evaluasi
sebagai upaya yang berencana untuk mengetahui seberapa jauh tujuan program berhasil. Karena itu
evaluasi dalam pendidikan jasmani, terikat dengan pemahaman terhadap tujuan pendidikan jasmani.

Mengacu pada permendiKbud


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi.

Dengan demikian, salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik adalah
kemampuan mengadakan evaluasi, baik dalam proses pembelajaran maupun penilaian hasil belajar.
Kemampuan melaksanakan evaluasi pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang mesti dikuasai
oleh seorang pendidik maupun calon pendidik sebagai salah satu kompetensi professionalnya.

Evaluasi pembelajaran merupakan satu kompetensi professional seorang pendidik. Kompetensi


tersebut sejalan dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornya adalah
melakukan evaluasi pembelajaran.

Menurut Sinulingga, A., & Nugraha, T. (2017) Pendidikan jasmani adalah suatu dari proses
pendidikan yang melalui aktivitas jasmani atau gerak, permainan atau olahraga yang terpilih untuk
mencapai tujuan pendidikan. Maka dapat disimpulkan bahwa, pendidikan jasmani adalah bagian
pendidikan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan mentalitas, sikap dan tindakan untuk
hidup sehat dan proses interaksi antara peserta didik dan lingkungan yang dikelola melalui aktifitas
secara sistematik menuju pertumbuhan fisik anak yang baik, perkembangan mental, emosi dan sosial
yang serasi, selaras dan seimbang.

Pada dasarnya, pembelajaran pendidikan jasmani sebuah proses pendidikan yang


memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam
hal fisik, mental, serta emosional. Salah satu masalah utama dalam pembelajaran PJOK di Indonesia,
hingga saat ini adalah belum efektifnya pengajaran PJOK di sekolah-sekolah. Kualitas guru PJOK yang ada
pada sekolah pada umumnya kurang memadai, mereka kurang mampu dalam melaksanakan profesinya
secara kompeten, tahap PJOK belum berhasil mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak
secara menyeluruh baik fisik, mental, maupun inteletual. Menurut Trianto (2015) bahwa untuk melihat
tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk
memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan.

Adapun untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran yang
dikembangkan. Adapun untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat
pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang
dikembangkan. Sehingga untuk melihat kedua aspek ini perlu dikembangkan suatu perangkat
pembelajaran untuk suatu topik tertentu sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan.
Selaras dengan pendapat diatas menurut Irvan, I., Haetami, M., & Hidasari, F. P, selain itu,
dikembangkan pula instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Model pembelajaran kian berkembang, banyak sekali model pembelajaran yang dapat dipilih
oleh seorang guru, namun hanya terdapat dua perbedaan jika ditinjau dari objeknya yaitu model
pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered Learning) dan pembelajaran berpusat pada
murid (Student Centered Learning).

KESIMPULAN
Berdasarkan paparan diatas bisa diambil kesimpulan bawasanya evaluasi pembelajaran
sangatlah penting bagi guru pjok dikarenakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Dan guru pjok
diwajibkan mengetahui unsur – unsur apa saja yang ada pada standar pendidikan nasional, pjok
khususnya. Agar tercapainya pembelajaran yang terstruktur dan berkelanjutan seperti yang telah
ditekankan pada standar kopetensi guru pjok
A. Pedagogik

1. Menguasai Karakteristik Peserta Didik


2. Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
3. Pengembangan Kurikulum
4. Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik
5. Pengembangan Potensi Peserta Didik
6. Komunikasi dengan Peserta Didik
7. Penilaian dan Evaluasi

B. Kepribadian

1. Bertindak sesuai dengan Norma Agama, Hukum, Sosial dan Kebudayaan Nasional
2. Menunjukkan Pribadi yang Dewasa dan Teladan
3. Etos kerja, Tanggung Jawab yang tinggi, dan Rasa Bangga Menjadi Guru

C. Sosial

1. Besikap insklusif, Bertindak Objektif, Serta Tidak Diskriminatif


2. Komunikasi dengan Sesama Guru, Tenaga Kependidikan, Orangtua, Peserta Didik dan
Masyarakat

D. Profesional

1. Penguasaan Materi, Struktur, KOnsep dan Pola Pikir Keilmuan yang Mendukung mata Pelajaran
yang Diampu
2. Mengembangkan Keprofesian Melalui Tindakan yang Reflektif

Daftar rujukan
Anwar Yenny,2007. Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap hasil belajar Biologi Siwa SMA.
Forum Kependidikan, Volume 26, Nomor 2, hlm.221-226

Chu CB, Tsai,EHL,Louie,LHT,2008.Application of Problem-based Learning for “Physical Education and


Recreation Management” Courses. Department of Physical Education, Faculty of Social Science

Dewajani, Sylvi. 2006. “Student Centered Learning”, Materi Lokakarya Peningkatan Kualitas Teknik
Pembelajaran Student Center Learning. Yogyakarta: UGM

Ditjen Dikti Depdiknas. 2004. Tanya Jawab Seputar Unit dan Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi.
Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Duncan, M and Al-Nakeeb (2006) Using problem-based learning in sports related courses: an overview
of module development and student responses in an undergraduate Sports Studies module.
Journal of Hospitality, Leisure, Sport and Tourism Education 5(1), 5-57.

Gasong, Dina. 2018. Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia
Indonesia.

Maunah, Binti. 2009. Landasan Pedidikan. Yogyakarta: Teras.

Muchlisin, R. (2017). Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Notoatmojo, S. (2003).
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nur, Muhammad Awal. 2016 . Pengaruh Perhatian Orang Tua, Konsep Diri, Persepsi Tentang Penjas
Terhadap Hasil Belajar Penjas Melalui Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kecamatan
Ujung Loe Kabupaten Bulukumba. Penjas dan Pembelajarannya 4(2): 64-79.

Pasaribu, A. M. N., & Mashuri, H. (2019). The role of rhythmic gymnastics for physical fitness for
elementary school students. Jurnal SPORTIF : Jurnal Penelitian Pembelajaran, 5(1 SEArticle), 89–
97. https://doi.org/10.29407/js_unpgri.v5i 1.12551

Paturisi, A. (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rahayu, E.
T. (2016). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmnai. Bandung: Alfabeta Cv.
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sulistyani, Niluh dan Retnawati, Heri. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang di SMP
dengan Pendekatan Problem Based Learning. Jurnal Riset pendidikan Penjas 2(2):197-210.

Sumitro, Auliah; Dkk. 2017. Penerapan Model Problem Based Learning Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar IPS. Jurnal Pendidikan 2 (9): 1188-1195.

Anda mungkin juga menyukai