BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran adalah “suatu sistem yang diterapkan, yang terdiri atas berbagai
komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut
meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi” (Rusman, 2010:1). Menurut Miftahul
Huda (2013:2) “pembelajaran dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan
metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika
seseorang sedang belajar, dan kondisi ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
merupakan suatu proses yang melibatkan interaksi antara siswa, guru, informasi dan
lingkungan sebagai modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan
ditingkatkan levelnya, yang dikarenakan oleh pengalaman dimana hal itu dapat dilihat
dari tingkah laku seseorang dari yang belum bisa menjadi bisa.
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
13
14
yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan
adalah salah satu aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang dirancang secara
cermat, yang dilakukan secara sadar dan terprogram dalam usaha meningkatkan
menyatakan,
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas
dan lingkungan
sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup
Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani,
Kesehatan
sebagai berikut:
Pertumbuhan adalah bertambah besarnya tubuh kita. Tubuh menjadi besar dan
mengerjakan sesuatu yang cukup berat dan cukup lama tanpa mengalami
membuat siswa dapat melakukan berbagai aktivitas jasmani dengan baik. Selain
Pemahaman dan penerapan penjasorkes secara teratur dan terus menerus dapat
pengetahuan, nilai, sikap dan organisasi dalam olahraga. Selain itu siswa dapat
memahami nilai dan sikap tentang kepribadian diri sendiri dan orang lain.
Penjasorkes yang teratur dan terus menerus sangat bermanfaat bagi siswa untuk
Kesehatan
dimilikinya. Dalam hal ini sistematika pembelajaran sudah diatur dalam Peraturan
sistematika yang tidak dapat dipisah-pisahkan yang berlaku untuk semua jenis
a) Kegiatan Pendahuluan
1. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
model yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran
1. Eksplorasi
luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari, (b)
interaksi antar peserta didik dan guru serta (d) melibatkan peserta didik secara
2. Elaborasi
3. Konfirmasi
belajar.
c) Kegiatan Penutup
Kesehatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut wuest dan bucher (dalam
Suroto dkk, 2007:10) menyebutkan bahwa gerak merupakan kunci dari pendidikan
jasmani dan olahraga. Menurut Rusli (dalam Suroto dkk, 2007:10) proses belajar
untuk bergerak dan belajar melalui gerak merupakan dua makna yang harus dipegang
siswa mampu menampilkan gerakan yang efektif, efisien dan terampil. Di dalam
biasanya memiliki urutan gerak yang harus dilakukan dengan cepat, tepat, lues dan
lancar.
Oleh karena itu didalam belajar keterampilan gerak pendidikan jasmani ada
tiga fase yang harus dilalui. Menurut Fitts dan Posner (dalam Sugiyanto dan
Fase kognitif merupakan tahap awal dalam belajar keterampilan gerak. Pada
fase ini aktivitas kognitif atau aktivitas berfikir masih menonjol karena harus
Misalnya pada penguasaan teknik dasar passing bola voli dimana siswa sudah
mengenal secara umum mengenai teknik dasar passing (passing bawah dan passing
atas) bola voli dengan rangkaian gerakan terdiri dari sikap awal, sikap pelaksanaan
dan sikap akhir. Namun dari pelaksanaan pembelajaran tersebut siswa masih belum
lancar dan tersendat-sendat dalam melakukan gerakan karena masih dalam taraf
mencoba-coba gerakan.
Pada fase asosiatif ini dengan cara melakukan rangkaian gerakan secara
penguasaan atau keterampilan gerakan nampak dalam hal gerakan makin lancar,
makin sesuai dengan kemauan atau makin sesuai dengan bayangan gerakan yang
ingin dilakukan, kesalahan gerakan makin berkurang dan makin konsisten dan
pelaksanaannya makin halus. Misalnya dalam pembelajaran bola voli dimana siswa
21
sudah dapat melakukan gerakan teknik dasar passing (passing bawah dan passing
atas) bola voli dengan tidak tersendat-sendat sesuai dengan rangkaian gerakan yang
benar dan baik mulai dari sikap awal, sikap pelaksanaan dan sikap akhir namun
Fase otonom merupakan fase akhir dalam belajar gerak keterampilan. Fase
otonom ini pelajar mencapai tingkat penguasaan gerakan yang tinggi dan pelajar bisa
Misalnya dalam pembelajaran teknik dasar passing (passing bawah dan passing atas)
bola voli dimana siswa sudah dapat melakukan rangkaian gerakan dengan baik dan
benar mulai dari sikap awal, sikap pelaksanaan dan sikap akhir. Gerakan tersebut
Berdasarkan urutan itu guru dapat mencari, memilih dan menetapkan metode
keterampilan gerak secara cepat sehingga tujuan yang ditetapkan dapat dicapai.
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran (Rusman,2010:133).
Jadi pembelajaran merupakan suatu proses interaksi guru dengan siswa dalam
tujuan belajar tertentu. Untuk mencapai hal tersebut perlu kerangka pembelajaran
sebagai berikut:
dan pengetahuan deklaratif dimana pengetahuan tentang sesuatu yang dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap. Selangkah demi selangkah model pembelajaran
langsung lebih bersifat teacher center dari pada student center sehingga peran guru
sangat dominan.
belajar dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4 sampai 5 orang yang memiliki
dimana setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu
23
bahan pembelajaran, lingkungan belajar ditandai oleh tugas bersama atau kooperatif
sekelilingnya.
membantu guru menggiatkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan
dalam kehidupan.
Berdasarkan hasil refleksi awal yang dilakukan peneliti pada siswa Kelas VIII
dalam proses pembelajaran passing bola voli, baik dalam aktivitas maupun hasil
belajarnya. Hal tersebut disebabkan oleh model maupun metode pembelajaran yang
diterapkan masih bersifat konservatif dan kurang bervariatif sehingga aktivitas dan
ketergantungan, yaitu saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang yang memiliki tingkat kemampuan
memeriksa dan memperbaiki jawaban temannya yang salah serta aktivitas lainnya
kelompok bekerja dan belajar, (e) evaluasi dan (f) memberikan penghargaan. Perilaku
guru untuk masing-masing fase ini ditunjukkan seperti dalam tabel 01 berikut.
terintegrasi.
2.6.1 Jigsaw
akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan
tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Guru menanyakan
kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan
sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif
peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.
kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari.
27
Setelah kelompok tersebut terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap -
tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari
materi tekstual yang diterimanya dari guru. Sesi berikutnya, membentuk expert teams
topik metode penelitian yang diberikan. Setelah diskusi di kelompok ini selesai,
asal berikan kesempatan kepada mereka berdiskusi. Kegiatan ini merupakan refleksi
terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok
ahli. Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan.
mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh
Selanjutnya ”Pairing” pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang -
Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah
dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan ”Sharing”. Dalam kegiatan
28
terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyakan yang harus dijawab oleh tiap - tiap
nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi
jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus
hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing - masing kelompok
jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta
Selanjutnya guru beserta peserta didik memilih topik - topik tertentu dengan
Berdasarkan hasil refleksi awal pada siswa kelas VIII B 4 SMP Negeri 6
masalah dalam proses pembelajaran teknik dasar passing bola voli baik dalam
aktivitas maupun hasil belajarnya. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh model
diatas, penulis mengambil salah satu metode pembelajaran kooperatif yaitu metode
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT ini adalah keunggulan dari
metode pembelajaran kooperatif tipe NHT antara lain, (1) situasi belajar lebih aktif,
hidup, bersemangat dan berdaya guna, (2) setiap siswa menjadi siap semua, (3) siswa
yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, (4) menumbuhkan sifat
objektif, percaya pada diri sendiri, keberanian serta tanggung jawab dalam
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
.
31
antara lain:
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam
bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala
kegiatan, yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar dan memperoleh
merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Asas aktivitas
digunakan dalam semua jenis model pembelajaran, baik pembelajaran di dalam kelas
33
maupun di luar kelas. Menurut Hamalik (2012:171) pembelajaran yang efektif adalah
kepada siswa. Siswa belajar dan beraktivitas sendiri untuk memperoleh pengalaman,
bermakna. Sehingga kegiatan atau aktivitas belajar siswa merupakan dasar untuk
mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Jadi dapat disimpulkan aktivitas
merupakan segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupuan rohani.
a. Kegiatan-kegiatan visual
diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan
d. Kegiatan-kegiatan menulis
e. Kegiatan-kegiatan menggambar
34
f. Kegiatan-kegiatan metrik
g. Kegiatan-kegiatan mental
h. Kegiatan-kegiatan emosional
belajar, tapi dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti 6 aktivitas belajar yaitu
kegiatan emosional, dari ke 8 aktivitas belajar tersebut 2 aktivitas belajar yang tidak
Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat
digolongkan lulus atau tidak lulus. Kelulusan dengan memperoleh nilai rendah,
sedang, atau tinggi, yang tidak lulus berarti mengulang atau tinggal kelas bahkan
mungkin dicabut hak belajarnya. Keputusan tentang hasil belajar berpengaruh pada
tindak siswa dan tindak guru. Jika digolongkan lulus, maka dapat dikatakan proses
belajar siswa dan tindak mengajar guru berhenti sementara. Jika digolongkan tidak
lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan mengajar ulang bagi guru.
Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik bagi siswa dan bagi guru
serta keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan siswa (Dimyati dan
Mudjiono, 2006:251-252).
Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu dampak pengajaran
dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil belajar siswa yang dapat
diukur dengan segera atau secara langsung seperti tertuang dalam angka raport, angka
ijazah atau kemampuan teknik dasar passing bola voli setelah latihan. Sedangkan
dampak pengiring adalah hasil belajar siswa yang tampak secara tidak langsung atau
belajar adalah tercapainya setiap kompetensi dasar baik kognitif, afektif dan
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman yang sudah diperoleh
36
Permainan bola voli diciptakan oleh William G. Morgan tahun 1895. Dia
adalah seorang pembina pendidikan jasmani pada Young Man Christion Assocation
olahraga yang dapat dimainkan oleh anak-anak sampai orang dewasa baik wanita
maupun pria. Kegunaan permainan bola voli akan baik bila jasmani dan rohani saling
utama untuk menggerakan kemampuan yang telah dimiliki (Danu Budhiarta, I Made,
2008:1-2).
setelah penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) III di Medan pada tahun
1953, maka pada pertengahan tahun 1954 pengurus Ikatan Perhimpunan Volleyball
Induk Organisai Bola Voli di Indonesia. Kemudian, diadakan pertemuan antara ikatan
(PERVID) yang di selenggarakan di salah satu ruangan di Stadion Ikada, hadir pula
Voli di Stadion Ikada Jakarata. Maka sejak itu, tanggal 22 Januari 1955 secara resmi
menjadi hari lahirnya Persatuan Bola Volley Seluruh Indonesia yang di singkat
Permainan bola voli dimainkan oleh dua tim di mana setiap tim
beranggotakan enam orang dalam suatu lapangan berukuran 9 meter persegi bagi
setiap tim, dan kedua tim dipisahkan oleh sebuah net. Tujuan utama dari setiap tim
adalah memukul bola ke arah bidang lapangan musuh sedemikian rupa agar lawan
tidak dapat mengembalikan bola (L.Viera, Barbara dan Bonnie Jill Ferguson,
2000:2).
Jadi dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bola voli adalah suatu
permainan beregu yang dilakukan oleh dua team yang masing-masing team terdiri
dari 6 orang pemain dan dipisahkan oleh sebuah net, setiap team hanya bisa
memainkan bola 3 (tiga) kali pukulan. Di dalam memainkan bola hampir seluruhnya
menggunakan tangan bahkan sekarang boleh menggunakan kaki, lapangan yang rata
berbentuk segi empat panjang dengan ukuran lapangan 18x9 meter. Permainan
dipimpin oleh 2 orang wasit yaitu wasit atas (wasit 1) dan wasit bawah (wasit 2), 4
orang penjaga garis permainan, tiang net dipasang lebih kurang 0,50 m dari tepi batas
lapangan. Tinggi net untuk putra 2,43 meter dan untuk putri 2,24 meter sejajar
dengan batas tepi lapangan. Bola terbuat dari kulit yang lunak dengan ukuran
lingkaran 65 - 67 cm sedangkan berat bola 260 - 280 gram. Adapun teknik dasar
2.10.1 Servis
Pada mulanya servis merupakan pukulan pembukaan untuk memulai suatu permainan
sebagai pembuka permainan tetapi sudah merupakan sebagai serangan awal untuk
memperoleh nilai.
38
2.10.2 Passing
Passing adalah pengoperan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan satu
teknik tertentu sebagai langkah awal untuk membentuk pola serangan kepada regu
lawan (Yunus, 1992:122). Teknik passing yang terdiri dari passing bawah dan
passing atas merupakan keterampilan yang mendasar dalam permainan bola voli.
2.10.3 Umpan
Umpan adalah penyajian bola kepada teman satu regu yang kemudian diharapkan
bola tersebut dapat diserangkan ke daerah lawan dalam bentuk smash (Yunus,
perbedaannya hanya pada tujuan dan kurve jalannya bola, teknik mengumpan dapat
Smash (spike) adalah pukulan yang utama dalam penyerangan dalam usaha mencapai
kemenangan (Yunus, 1992:156). Smash (spike) merupakan satu teknik gerakan yang
kompleks yang terdiri dari: (a) langkah awalan, (b) tolakan untuk meloncat atau
memukul bola saat melayang di udara dan (c) saat mendarat kembali.
Bendungan (block) adalah benteng pertahanan yang utama untuk menangkis serangan
lawan (Yunus, 1992:170). Namun keberhasilan suatu bendungan (block) relatif lebih
dalam suatu cabang olahraga. Teknik merupakan unsur penting dari suatu cabang
olahraga karena sebagai dasar individu yang sangat menentukan dalam mencapai
prestasi semaksimal mungkin. Seperti halnya unsur lain dalam suatu cabang olahraga,
maka unsur teknik membutuhkan latihan yang teratur dan terencana untuk
Dalam hubungannya dengan permainan bola voli bahwa untuk dapat bermain
bola voli dengan baik pemain hendaknya menguasai teknik dasar permainan bola
voli. Aspek keterampilan teknik dasar permainan bola voli tidak boleh diabaikan.
Teknik akan menentukan menang kalahnya satu regu dalam suatu pertandingan
(Danu Budhiarta, I Made, 2008:28). Pada tahap awal permainan bola voli sudah dapat
berlangsung apabila pemain sudah menguasai suatu unsur dalam permainan bola voli
yaitu teknik dasar passing. Oleh karena itu teknik dasar passing harus dilatih secara
teratur dan berulang-ulang menurut program latihan yang disusun secara baik dan
benar. Dalam permainan bola voli teknik dasar passing dapat dibedakan menjadi dua
a. Kedua kaki sejajar dan lutut ditekuk dengan badan sedikit dibongkokkan ke
depan.
b. Berat badan menumpu pada telapak kaki bagian depan untuk mendapatkan
suatu keseimbangan agar dapat lebih mudah dan lebih cepat bergerak ke
segala arah.
3
c
Gambar 2.1 Sikap awal passing bawah (Sumber: Foto buatan sendiri
dengan model Putu Rudi Andreana , Jumat 06 Desember 2013, di
lapangan Bola Voli Bhuana Patra Singaraja)
41
a. Ayunkan kedua lengan kearah bola, dengan sumbu gerak pada persendian
b. Perkenaan bola pada bagian proksimal dari lengan, di atas dari pergelangan
tangan.
c. Pada waktu lengan membentuk sudut sekitar 45º dengan badan, lengan
d. Koordinasikan gerak tangan, lengan, badan, lutut dan kaki secara serempak
c
d
b
a
Gambar 2.2. Sikap pelaksanaan passing bawah (Sumber: Foto buatan sendiri
dengan model Putu Rudi Andreana , Jumat 06 Desember 2013, di
lapangan Bola Voli Bhuana Patra Singaraja)
42
b. Ayunan lengan ke depan untuk passing bawah tidak melebihi sudut 90º
Gambar 2.3. Sikap akhir passing bawah (Sumber: Foto buatan sendiri dengan
model Putu Rudi Andreana , Jumat 06 Desember 2013, di lapangan
Bola Voli Bhuana Patra Singaraja)
43
a. Kedua kaki berdiri dibuka selebar bahu dan berat badan menumpu pada
b. Lutut ditekuk dengan badan merendah dengan kedua tangan diangkat lebih
Gambar 2.4 Sikap awal passing atas (Sumber: Foto buatan sendiri dengan
model Putu Rudi Andreana , Jumat 06 Desember 2013, di lapangan
Bola Voli Bhuana Patra Singaraja)
44
a. Tepat pada saat bola berada di atas dahi lengan diluruskan dengan gerakan
b. Perkenaan bola pada permukaan jari-jari ruas pertama dan kedua, yang
dominan mendorong bola adalah ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah.
diikuti dengan gerakan pergelangan tangan agar bola dapat memantul dengan
baik.
d. Koordinasi gerak tangan, lengan, badan, lutut dan kaki secara serempak
a
b
c
a
Gambar 2.5 Sikap pelaksanaan passing atas (Sumber: Foto buatan sendiri dengan
model Putu Rudi Andreana , Jumat 06 Desember 2013, di lapangan Bola
Voli Bhuana Patra Singaraja)
45
depan.
Gambar 2.6 Sikap akhir passing atas (Sumber: Foto buatan sendiri dengan
model Putu Rudi Andreana , Jumat 06 Desember 2013, di
lapangan Bola Voli Bhuana Patra Singaraja)
46
2.12.1 Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini terbatas pada siswa kelas
2.12.2 Teknik dasar passing bola voli yang digunakan dalam penelitian ini adalah
terbatas pada format observasi aktivitas belajar teknik dasar passing bola voli
2.12.4 Instrumen hasil belajar teknik dasar passing bola voli (passing bawah dan
passing atas) yang digunakan untuk mengumpulkan data terbatas pada format
2.12.5 Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya pada
aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran passing bola voli dipengaruhi oleh
model pembelajaran yang masih kurang bervariatif. Sehingga ketika diukur aktivitas
belajar siswa pada teknik passing bola voli secara klasikal masih tergolong kategori
cukup aktif dan hasil belajar teknik passing bola voli secara klasikal berada pada
kategori tidak tuntas. Adapun permasalahan yang dialami oleh siswa dalam
47
pembelajaran tersebut, dilihat dari segi aktivitas siswa : (1) pada aspek lisan siswa
kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan, dan mengemukakan saran atau pendapat
dalam berdiskusi, (2) pada aspek metrik, masih sedikit siswa yang dapat melakukan
gerakan teknik dasar passing bola voli dengan baik dan benar, hal ini disebabkan
karena siswa belum memahami konsep dengan baik dan kurangnya pengulangan
gerakan serta kurangnya kesempatan melakukan gerakan yang diberikan oleh guru,
(3) pada aspek mental siswa belum bisa memecahkan permasalahan yang dihadapi
dan menanggapi permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran, dan (4)
Pada aspek emosional, minat siswa untuk mempelajari materi teknik dasar passing
bola voli kurang sehingga motivasi untuk mengikuti pelajaran dengan semangat
menjadi rendah. Hal ini mengakibatkan siswa kurang percaya diri untuk mencoba
melakukan suatu gerakan. Sedangkan untuk hasil belajar permasalahan yang muncul
terdapat pada aspek kognitif dan psikomotor yang masih kurang atau siswa masih
banyak yang belum tuntas, untuk aspek afektifnya sudah berada dalam kategori
cukup baik. Permasalahan pada aspek kognitif adalah kurangnya pemahaman siswa
mengenai materi teknik dasar passing bola voli, hal ini disebabkan oleh kurangnya
kesempatan yang diberikan oleh guru untuk siswa dalam memahami teori dalam
materi teknik dasar passing bola voli. Pada aspek psikomotor permasalahan yang
terjadi adalah sikap siswa kurang aktif didalam mengamati demonstrasi yang
diperagakan oleh guru mengenai materi teknik dasar passing bola voli sehingga
sebagian besar siswa tidak dapat melakukan sikap awal, sikap pelaksanaan dan sikap
Dan dapat disimpulkan hasil refleksi awal yang peneliti lakukan di SMP
Negeri 6 Singaraja mengenai proses pembelajaran teknik dasar Passing Bola Voli di
kelas VIII B 4, peneliti menemukan beberapa permasalahan yaitu (1) siswa kurang
aktif dalam mengajukan pertanyaan, dan mengemukakan saran atau pendapat dalam
berdiskusi, (2) siswa cepat jenuh dalam mengikuti pembelajaran, (3) siswa kurang
percaya diri dan kurang berani untuk mencoba melakukan suatu gerakan, (4)
kurangnya pemahaman siswa mengenai materi teknik dasar passing bola voli, (5)
kurangnya komunikasi dan kerjasama antar siswa dalam kelas belajarnya, dan (6)
masih sedikit siswa yang dapat melakukan gerakan teknik dasar passing bola voli
Dalam mengatasi hal tersebut salah satu solusi agar kegiatan belajar tersebut
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu cara yang bisa digunakan
Salah satu model pembelajaran yang masuk dalam kategori model pembelajaran
Melalui model pembelajaran koopretif tipe NHT siswa dituntut untuk belajar
kooperatif tipe NHT diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
49
passing bola voli pada siswa kelas VIII B 4 SMP Negeri 6 Singaraja tahun pelajaran
2013/2014.
Hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis (pernyataan), jadi hipotesis
paling mungkin terjadi atau pernyataan yang masih lemah yang masih perlu
dibuktikan untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus
ditolak berdasarkan fakta atau data empiris yang sudah dikumpulkan dan digunakan
Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dari penelitian
2.14.1 Aktivitas belajar teknik dasar passing (passing bawah dan passing atas) bola
Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas VIII B 4 SMP Negeri 6
2.14.2 Hasil belajar teknik dasar passing (passing bawah dan passing atas) bola voli
Head Together (NHT) pada siswa kelas VIII B 4 SMP Negeri 6 Singaraja