PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGY

PADA KASUS RABIES

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman

dr. Anwar Pasaribu

Puskesmas Kota Barat
NIP.

1. Pengertian o Kegiatan pencarian dan pelacakan kasus gigitan hewan penular

rabies (GHPR) antara lain anjing, kucing, kera rakun dan kelelawar

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelaksanaan

kegiatan penyelidikan epidemiology kasus gigitan hewan penular rabies

3. Kebijakan Keputusan Kepala Kepala Puskesmas Nomor : 440/

/PKM/2016 Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Kota
Barat.
4. Referensi 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun
2014, tentang Puskesmas;
3. Buku pedoman penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar
biasa (pedoman epidemiology penyakit)
4. Format penyelidikan epidemiology pada kasus rabies
5. Prosedur/Langkah – o Petugas pelayanan puskesmas melaporkan kepada petugas
Langkah surveilans terkait adanya pasien kasus gigitan hewan penular
rabies di ruangan UGD

o Petugas surveilans mencatat informasi yang diberikan pasien

dan mengisi data kasus dalam formulir penyelidikan
 PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGY
PADA KASUS RABIES

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman

dr. Anwar Pasaribu

Puskesmas Kota Barat
NIP.

epidemiology kasus rabies

o Petugas surveilans kelokasi tempat tinggal didampingi oleh kader

/RT/tokoh masyarakat setempat untuk melakukan penyelidikan

o Petgas menggunakan masker N95 saat melakukan penyelidikan

epidemiology

o Petugas surveilans mengumpulkan data dan dokumentasi yang

diperlukan

o Petugas surveilans mengambil kesimpulan penyelidikan dan

membuat rencana tindak lanjut

o Petugas surveilans membuat laporan penyelidikan epidemiology

o Petugas surveilans berkoordinasi dengan instansi terkait untuk

pelaksanaan rencana tindak lanjut

6. Unit Terkait 1. Petugas surveilans

2. Kader kesehatan
3. Tokoh masyarakat