Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Definisi
Discharge planning merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan harus
sudah dimulai sejak sebelum pasien masuk ke rumah sakit (untuk rawat inap yang telah
direncanakan sebelumnya/ elektif) dan sesegera mungkin pada pasien-pasien non-
elektif.
Pasien cuti masa perawatan adalah pasien yang dengan permintaan sendiri atas
suatu keperluan meminta untuk sementara berhenti dari masa perawatannya selama
rentang waktu tertentu, dan dokter serta tenaga medis dapat melakukan evaluasi
terhadap criteria diperbolehkan atau tidaknya pasien untuk cuti masa perawatan

I.2. Tujuan
Tujuan dan prinsip dalam perencanaan pulang merupakan dasar untuk
menentukan tindakan selanjutnya. Adapun tujuan perencanaan pulang adalah
meningkatkan asuhan perawatan berkelanjutan bagi pasien, membantu rujukan pasien
pada pelayanan yang lain, membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien.

Panduan Discharge Planning 1


BAB II
RUANG LINGKUP

Jenis-jenis pemulangan pasien


Ada 3 jenis pemulangan pasien diantaranya :
1. Conditional Discharge (pulang sementara atau cuti)
Bila keadaan pasien cukup baik untuk dirawat di rumah maka cara pemulangan
ini dapat dipakai pasien untuk sementara dapat dirawat di rumah untuk rentang waktu
tertentu dengan harapan dapat membantu pasien dan keluarga beradaptasi dengan
situasi di rumah maupun di masyarakat. Selama pasien cuti, maka pengawasan dari
rumah sakit tetap diperlukan.
2. Absolute Discharge (pulang mutlak selamanya)
Cara pulang ini merupakan terminasi akhir dari hubungan pasien dengan rumah
sakit tetapi bila pasien perlu dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat
dilaksanakan kembali. Jenis pemulangan ini diberikan kepada pasien yang mengalami
perbaikan status kesehatan yang baik.
3. Judicial Discharge (pulang paksa)
Pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatannya belum
memungkinkan untuk dipulangkan dengan alasan penolakan terhadap nasihat medis.
Pasien tersebut harus tetap diberikan edukasi untuk perawatan di rumah dan atau
rekomendasi rujukan fasilitas kesehatan lain yang dibutuhkan pasien.
Panduan pasien pulang sementara (cuti) ini dilaksanakan oleh seluruh staf rumah
sakit yang turut berperan dalam proses pemulangan pasien.

Panduan Discharge Planning 2


BAB III
TATA LAKSANA

3.1. Prinsip-prinsip dalam proses perencanaan


1. Pasien sebagai fokus tenaga klinis dalam perencanaan pulang.
Nilai, keinginan dan kebutuhan pasien perlu dikaji dan dievaluasi sehingga
dapat dimasukkan dalam perencanaan pulang pasien da orang-orang yang dekat
atau penting bagi pasien. Tenaga kesehatan yang terlibat diikutsertakan dalam
perencanaan pulang pasien.
2. Kebutuhan pasien diidentifikasi saat masuk, dirawat sampai sebelum pulang.
Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul setelah
pulang sehingga rencana antisipasi masalah dapat dianut untuk dilaksanakan
setelah pulang.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif.
Perencanaan pulang adalah proses multidisiplin dan tergantung pada
kerjasama yang jelas dan komunikasi lisan, tertulis di antara pemberi asuhan dan
pelayanan.
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang tersedia.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan
dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia program dan fasilitas yang tersedia
di masyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap tatanan pelayanan.
Setiap kali pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus
dilakukan.

3.2. Tujuan discharge planning


Discharge planning bertujuan untuk meningkatkan kontinuitas perawatan,
meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan
kesehatan. Discharge planing dapat mengurangi hari rawatan pasien, mencegah
kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menurunkan
beban perawatan pada keluarga dapat dilakukan melalui discharge planing
(Naylor,1990). Dan menurut Mamon et al (1992), pemberian discharge planing dapat
meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup
optimum sebelum dipulangkan, beberapa penelitian bahkan menyatakan bahwa

Panduan Discharge Planning 3


discarge planing memberikan efek yang penting dalam menurunkan komplikasi
penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angkan mortalitas dan morbiditas
(Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996).
Seorang discharge planers bertugas membuat rencana, menkoordinasikan dan
memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan (Powell,1996).
Discharge planing ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses
pengobatan pasien dan dalam tim discharge planers rumah sakit, pengetahuan dan
kemampuan perawat dalam proses keperawatan dapat memberikan kontinuitas
perawatan melalui proses discharge planing (Nailor,1990). Perawat dianggap sebagai
seseorang yang memiliki kompetensi lebih dan punya keahlian dalam melakukan
pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan
menyadari setiap kondisi dalam masyarakat (Harper,1998).

3.3. Keuntungan Discharge planning


1. Bagi pasien:
a. Dapat memenuhi kebutuhan pasien
b. Meraskan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian
yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c. Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya.
d. Merassa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh supportt
sebelum timbulnya masalah
e. Dapat memilih prosedur perawatannya
f. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya.
2. Bagi Perawat :
a. Merasakan bahwa keahliannya diterima dan dapat digunakan
b. Menerima informasi kunci setiap waktu
c. Memahami perannya dalam system
d. Dapat mengembangkan keterampilannya dalam prosedur baru
e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang
berbeda.
f. Bekerja dalam suatu sistem yang efektif.

Panduan Discharge Planning 4


3.4. Tahap-tahap Discharge palnning
1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang data
klien ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan bagian dari
unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge
agar transisi rumah dari sakit ke rumah efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah
a) Data kesehatan
b) Data pribadi
c) Pemberi perawatan
d) Lingkungan
e) Keuangan dan pelayanan yanng dapat mendukung.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning.
Dikembangkan untukmengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai
unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan
perawatan. Adalah penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual
atau potensial.
3. Perencaanaan : hasil yang diharapkan
Menurut luverne dan barbara, 1988, perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat berfokus
pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang
disingkat dengan METHOD, yaitu :
a) Medication (obat) : pasien sebaiknya mengetahui obat yanng harus dilanjutkan
setelah pulang.
b) Environment ( lingkungan) : lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah
sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.
c) Treatment (pengobatan) : perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat
berlanjut setelah kllien pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota
keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga
seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan
perawatan.
Panduan Discharge Planning 5
d) Health Teaching ( pengajaran kesehatan ) : klien yang akan pulang sebaiknya
diberi tahu bagaimana mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala
yang mengindikasikan kebutuhan parawtan kesehatan tambahan.
e) Outpatient referral : klien sebaiknya mengenal pelayanan dari ruamah sakit
atau atau agen komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan yang
kontinu.
f) Diet : klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia
sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajran dan refferal. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatanperawat dan
ringkasan pulang (discharge summary). Instruksi tertulis diberikan kepada klien.
Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan pemberi
perawatan harus memilliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan
digunakan dirumah. Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang.
Informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi
cairan IV di rumah), status fisik dan mental klien, faktor sosial yang penting
(misalnya kurangnya pemberi perawatan atau tidak ada pemberi perawatan) dan
kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi harus tersedia pada saat ini.
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja
proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus teliti dengan
cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan
teus menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan. Evaluasi lanjut dari
proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah klien berada dirumah.
Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuesioner atau kunjungan rumah ( home
visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:
a) Derajat penyakit
b) Hasil yang diharapkan dari perawatan
c) Durasi perawatan yang dibutuhkan
d) Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e) Komplikasi tambahan.
f) Ketersediaan sumber-sumber
Panduan Discharge Planning 6
3.5. Prinsip discharge planning
a. Koordinasi (saling berhubungan)
b. Interdisiplin (saling menjaga, disiplin ilmu, keterampilan sesuai standar
keperawatan)
c. Pengenalan secara dini mungkin (penjelasan tentang apa yang kita informasi)
d. Perencaan secara hati-hati
e. Melibatka klien dan keluarga dalam memberikan perawatan

Karakteristik indikasi kebutuhan discharge planning:

a. Kurang pengetahuan tentang pengobatan


b. Isolasi sosial
c. Diagnosa baru penyakit kronik
d. Operasi besar
e. Perpanjangan operasi besar
f. Oramg labil
g. Penatalaksanaan dirumah secara kompleks
h. Kesulitan financial
i. Ketidakmampuan menggunakan sumber rujukan/fasilitas pelayanan
kesehatan
j. Penyakit terminal

Prioritas klien yang mendapat discharge planning

a. Umur >70 th
b. Maltipe diagnosa
c. Resiko kematian tinggi
d. Terbatas mobilitas fisik
e. Keterbatasan merawat diri sendiri
f. Penurunan status kognitif
g. Resiko terjadinya cidera
h. Tunawisma
i. Fakir miskin
j. Penyakit kronis
k. Pasien diagnosa baru
l. Penyalahgunaan zat
Panduan Discharge Planning 7
m. Sering keluar masuk emergency

3.6. Justifikasi metode Discharge Planning


Di indonesia semua pelayanan keperawatan di rumah sakit, telah merancang
berbagai bentuk format discharge planning, namun discharge planning kebanyakan
dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi
yang harus disampaikan pada pasien yang akan pulang seperti intervensi medis dan non
medis yang yang sudah diberikan, jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah
dirumah.
Cara ini merupakan pemberian informasi yang sasarannya ke pasien atau keluaga
mengetahui faktor resiko apa yang dapat membuat penyakitnya kambuh, penanganan
apa yang dilakukan bisa terjadi kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakitnya, untuk
itu pelaksanaan discharge planning di rumah sakit apalagi dengan penyakit kronis
seperti stroke, DM, jantung dll.

3.7. Resume Medis Rawat Inap


1. Resume medis rawat inap mencakup :
a. Alasan masuk rumah sakit, diagnosis dan penyakit penyerta.
b. Temuan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang penting.
c. Prosedur diagnostic dan terapeutik yang sudah diberikan.
d. Medikamentosa termasuk obat-obatan untuk diminum di rumah.
2. Resume medis diisi dengan lengkap dan jelas oleh dokter umum maupun dokter
spesialis yang memberikan pelayanan terhadap pasien tersebut yaitu DPJP
(Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) sebelum pasien pulang.
3. Resume medis diisi berdasarkan ringkasan pelayanan medis yang diterima pasien
selama masa perawatan hingga pasien keluar dari rumah sakit baik dalam
keadaan hidup maupun meninggal.
4. Resume medis rawat inap juga diberikan untuk pasien rawat inap yang
memerlukan pelayanan dan pengobatan berkelanjutan, misalnya : pasien yang
akan dirujuk ke rumah sakit lain, pasien yang membutuhkan perawatan rutin di
rumah dan dilakukan oleh dokter/ perawat setempat, dll.
5. Resume medis rawat inap juga diberikan untuk pasien rawat inap yang
memerlukan pelayanan dan pengobatan berkelanjutan, misalnya : pasien yang

Panduan Discharge Planning 8


akan dirujuk ke rumah sakit yang lain, pasien yang membutuhkan perawatan rutin
di rumah dan dilakukan oleh dokter/ perawat setempat, dll.
6. Resume medis rawat inap dapat juga diberikan untuk kepentingan pasien dengan
pihak ketiga, misalnya : klaim asuransi.
7. Penyelesaian resume medis rawat inap harus diselesaikan dalam waktu maksimal
24 jam setelah pasien pulang.

Panduan Discharge Planning 9


BAB IV
DOKUMENTASI

Resume medis rawat jalan dan rawat inap didokumentasikan dalam rekam medis
pasien dan salinannya diberikan kepada pasien sebelum pulang/ dirujuk.

Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada Tanggal : 17 Maret 2018

Direktur

dr. Vinna Taulina, MMR


NIK : 2018.02.001.09

Panduan Discharge Planning 10

Anda mungkin juga menyukai