PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
iii
TESIS
Menyetujui
Komisi Penasehat,
Prof. Dr.Ir. M. Natsir Nessa, MS Dr. Andi Adri Arief, S.Pi, M.Si
Ketua Anggota
Makassar,
Yang menyatakan
PRAKATA
tesis ini serta segenap doa dan restunya yang senantiasa menemani
langkah penulis.
1. Prof. Dr. Ir. M. Natsir Nessa, MS selaku Ketua Komisi Penasehat dan
Dr. Andi Adri Arief, S.Pi, M.Si selaku Anggota Komisi Penasehat yang
2. Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA, Dr. Rijal Idrus,M.Sc dan Dr. Munsi
Raro dan Aldi yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data.
dapat disebutkan satu persatu, dengan segala ketulusan hati yang paling
dalam penulis ucapkan terima kasih. Semoga tesis ini dapat bermanfaat
Penulis
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
halaman
ABSTRAK ......................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................... vi
I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
B. Saran...................................................................................... 153
DAFTAR GAMBAR
Nomor halaman
Hidup ........................................................................................ 92
Badai ........................................................................................ 95
DAFTAR TABEL
Nomor halaman
Kelamin .................................................................................. 57
Berdasarkan Usia................................................................... 76
Tangga ................................................................................... 80
Ekologis)................................................................................. 101
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perhatian dengan skala prioritas yang tinggi dan menjadi bagian dari
(Satria 2009).
tidak menentu dan hal ini beresiko mengubah stabilitas ekosistem, sosial
cukup tinggi karena terdapat 78 genera dan sub genera, dengan total
spesies 262, seperti yang pernah dicatat oleh Moll (1983). Dilihat dari
dalam kondisi baik dari total luas keseluruhan terumbu karang sebesar
dengan besar laju penurunan produksi dalam kurun waktu lima tahun
(2007- 2011) sebesar tiga persen per tahun (BPS Kabupaten Pangkep,
3
kuat telah merusak ekosistem terumbu karang dan organisme lain yang
karang.
karang atau coral bleaching. Kondisi terumbu karang yang buruk ini
tangkap.
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Pajenekang?
nelayan?
C. Tujuan Penelitian
dan Pajenekang.
nelayan.
D. Kegunaan Penelitian
pihak, diantaranya:
perubahan tersebut.
6
2. Bagi masyarakat luas, hasil dari penelitian ini dapat menjadi satu
E. Ruang Lingkup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perubahan Ekologis
dari daratan dan perairan (payau dan asin) dengan segala dinamikanya,
baik pada sumberdaya yang terkandung maupun aspek fisik dari laut
tersebut.
informasi yang saling diberikan oleh kedua belah pihak (kedua sistem
memberikan energi, materi dan informasi dalam jumlah dan bentuk yang
Manusia meminta materi, energi dan informasi dari alam dalam rangka
proses pertukaran energi dan materi antara sistem sosial dan ekologi
mati sebagai tempat berlindung ikan dan daerah asuhan ikan. Total luas
putih ini adalah warna tulang yang terbentuk dari kalsium karbonat
sehingga warna hewan karang berasal dari pigmen alga bersel satu
oleh berbagai faktor, terutama peningkatan suhu air laut, rata-rata di atas
hewan karang, maka implikasi dari gejala pemutihan ini adalah hewan
menjadi sangat serius jika terjadi dalam skala yang sangat luas, seperti
seperti yang terjadi dalam tsunami Aceh pada tahun 2004. Debu letusan
gunung berapi seperti letusan gunung Tambora tahun 1815 dan Krakatau
ekosistem lamun yang berasal dari aktivitas manusia, yaitu : (1) kerusakan
12
fisik; (2) pencemaran; (3) penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah
ikan dengan dinamit atau dengan racikan bom lainnya, akan dapat
organisme lainnya.
14
karang yang lebih parah dan lebih sering (WRI, 2002). Perubahan
b. Pencemaran minyak
keseluruhan komponen biotik dan abiotik yang terdapat pada laut dan
Corpuz, 2009).
4. Perubahan curah hujan, pola hidrologi dan pola angin (Chen, 2008;
menyebabkan:
18
antara lain:
pada:
2006).
dibawah ini:
kualitas lingkungan.
a. Sistem Pengetahuan
b. Sistem Kepercayaan
c. Peran Wanita
pemberdayaan.
d. Struktur Sosial
mengetahui lebih jauh cara hidup nelayan. Hal ini terjadi akibat
jauh dari pantai. Secara politis posisi nelayan kecil terus dalam
seperti ikan dan biotik laut lainnya yang mempunyai nilai ekonomi, namun
bukan hanya disebabkan oleh kondisi-kondisi alam dan biotik laut serta
sebagai suatu lingkungan yang sulit dimasuki orang untuk bertahan hidup
dan biota lainnya. Laut dengan berbagai macam kadar air dan keadaan
populasi ikan yang meningkat atau merosot secara tiba-tiba yang sulit
seperti halnya para pemburu di darat yang secara relatif dapat mengontrol
kondisi-kondisi alam dan biota laut dan bukannya perlengkapan dan alat-
alat yang begitu saja diambil dari darat seperti yang digunakan para
laut mempunyai sifat mendua (ambiguity). Sifat mendua seperti ada air
laut yang kadar garamnya tinggi, tawar; ada yang bening dan ada yang
keruh; ada yang dasarnya rata dan berbatu-batu; ada yang dalam dan ada
yang dangkal; dan lain-lain. Sifat laut demikian membuat para nelayan
populasi dari jenis-jenis ikan tertentu di suatu lokasi. Sifat laut demikian
tangkap.
khusus dalam sektor ekonomi perikanan laut ialah; karena laut merupakan
timbul dari kondisi tangkapan ikan yang cepat membusuk juga umum
disebabkan oleh faktor turun naiknya harga di pasaran dan karena para
para pedagang atau tengkulak dan pemilik kapal atau perahu. Menurut
banyak bergantung kepada para pedagang dan pemilik kapal atau perahu
terjadi di Sri Lanka, Cat Harbour (New Found Land) yang dilaporkan oleh
Faris; Hong Kong dilaporkan oleh Ward; dan Swedia yang dilaporkan oleh
yang timbul berupa gejala kesepian atau perasaan kuatir akan nasib
dalam struktur sosial menurut kebudayaan mereka boleh jadi tugas dan
H. Konsep Adaptasi
Adaptasi dan perubahan adalah dua sisi mata uang yang tidak
Saharudin, 2007).
nasional.
dan ekologi, dimana penduduk miskin itu hidup (Barlet, 1993 dalam
ekonomi.
pihak.
budaya yang kuat bahwa pekerjaan sebagai nelayan penuh resiko yang
Dengan persepsi budaya seperti ini, pola kerja nelayan pada umumnya
tajam pada masyarakat nelayan bila dibandingkan dengan yang ada pada
masyarakat tani atau industri, dimana kaum laki-laki (yang dianggap kuat
32
1967; Lips, 1982; Lampe, 1985), Bua – Swedia bagian barat (Lofgren hlm.
93), St. Shotts – New Found Land (Nemec, 1982:25), Suku Fanti – Ghana
1980:82).
dari kedua faktor ekologi dan sifat dari teknologi yang digunakan
yang bisa saling rukun, sehingga keselamatan dan efektivitas kerja dalam
hubungan diantara para nelayan biasa dengan juru mudi atau pemilik,
alat-alat produksi yang juga ikut aktif, tidaklah menunjukkan status yang
tajam. Pendapat ini sesuai dengan dugaan Durk (1986:04), bahwa sangat
menurut Norr dan Norr (1974 : 221-223), bahwa sifat egalitarian langsung
ditetapkan sebelumnya untuk setiap kali per hari, per minggu atau
per bulannya. Besar upah bagi setiap anggota adalah tetap, tidak
pasar. Istilah yang umum yang ditujukan kepada para pekerja biasanya
perbedaan status dan pendapatan yang tajam antara para buruh nelayan
per hari, per minggu dan per bulannya. Dalam perikanan-perikanan yang
rusak, bahan bakar, oli, perawatan mesin dan makanan. Jumlah bagian
Salah satu ciri umum yang ditemukan oleh para ahli antropologi
dalam perikanan laut dalam aturan bagi hasil ialah; bahwa setiap bagian
melainkan sebagai anggota karena ikut aktif di laut. Aturan bagi hasil
kerjasama.
bahwa para nelayan dari daerah manapun bebas mencari ikan di laut,
karena tidak ada satu pihak yang memiliki daerah-daerah atau lokasi-
tentang dalamnya laut, keadaan arus, landaian dan tipe-tipe dasar laut.
dan kapan penangkapan dilakukan serta jenis alat tangkap yang cocok
musuh atau makanan ikan, pola-pola migrasi dan tempat tinggal ikan.
38
sebagai petani atau dalam sektor perdagangan laut. Bagi nelayan, sektor-
Loekman Soetrisno dan Dove (1984) dua desa nelayan pantai utara Jawa
tengah; Jordaan dan Niehof (1980) mengenai sebuah desa nelayan pantai
c. Pengelolaan Modal
dalam, modal menjadi salah satu syarat mutlak bagi nelayan untuk
resiko besar.
tongkol, usaha bagang rambo, usaha gae, usaha teripang, usaha ikan dan
41
(Lampe, 1989).
yang dianggap efektif bagi nelayan untuk dapat bersaing dengan yang
lebih unggul yang muncul melalui inovasi atau difusi. Suatu alasan
prinsipil dari para nelayan untuk menerima dan menggunakan suatu unsur
menguntungkan.
Kenya dan Ainu; Poggie dan Gersuny mengenai masyarakat nelayan New
suatu hubungan yang kuat dan lama dengan pihak luar , yang terpenting
menemukan dua alasan pokok hubungan seperti itu terbentuk yaitu untuk
membusuk.
badai di laut.
laut dan pesisir ini dapat mempengaruhi berbagai aktivitas nelayan dalam
laut.
pada gambar 2.
45
PEMANFAATAN SUMBERDAYA
LAUT SECARA EKSPLOITATIF,
FAKTOR ALAMIAH DAN
PERUBAHAN IKLIM
PERUBAHAN EKOLOGIS
AKTIVITAS MATA
PENCAHARIAN DAN
KONDISI EKONOMI
NELAYAN MENURUN
KARAKTERISTIK
NELAYAN :
- Usia
- Pengalaman STRATEGI ADAPTASI
Sebagai Nelayan
- Jumlah Anggota
Rumah Tangga
- Jenis Armada
Tangkap
- Lama Tinggal
K. Definisi Operasional
tiga kategori:
kategori :
orang)
orang).
BAB III
METODE PENELITIAN
yang dihadapi cukup besar mengingat kondisi ekosistem kedua pulau ini
ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah suatu strategi penelitian
analisis dokumen (Sitorus, 1998). Menurut Stake (2009) studi kasus dapat
(2000) bahwa jika subyek penelitian kurang dari 100, lebih baik
5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% atau lebih sebagai sampel penelitian.
yang diperoleh dari kantor desa tentang jumlah penduduk tiap Rukun
pada Tabel 1.
lainnya.
Data primer yang diperoleh dari responden dilakukan melalui teknik survei
wawancara.
maupun informan.
disajikan dalam bentuk catatan harian yang dianalisis sejak pertama kali
Miles dan Huberman (1992) dalam Sitorus (1998), dimana data diolah
BAB IV
daratan 7,41 ha. Secara geografis Pulau Badi terletak antara 0457‟11.7”
terdapat lapangan kecil. Jalan setapak di Pulau Badi terbuat dari paving
luas mengelilingi Pulau Badi, melebar ke arah barat. Paparan ini juga
yang luas yang berada di sisi barat Pulau Badi, terdapat daerah terumbu
peringatan adanya taka yang luas dan terlalu dangkal bagi kapal-kapal
pada warga penghuni dusun, yaitu dusun utara rata-rata dihuni oleh
banyak dihuni oleh nelayan pemancing ikan sunu. Untuk menangkap ikan
sunu, jenis pancing yang digunakan nelayan Pulau Badi yaitu pancing
memiliki dua musim yaitu musim barat dan musim timur. Kedua musim ini
57
timur. Sementara itu musim angin timur sekitar bulan Juni, Juli dan
Oktober. Musim angin barat menjadi kendala bagi nelayan dan musim
penangkapan ikan.
Jumlah
Jenis Kelamin
Jiwa Persen (%)
Laki-laki 964 49
Perempuan 977 51
Jumlah 1944 100
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Mattiro Deceng, 2012
perdagangan hasil laut berupa ikan, namun juga penjualan karang untuk
Pulau Badi memiliki sebuah lapangan sepak bola, sebuah lapangan volly
milik PT. PLN. Sarana penerangan ini digerakkan oleh generator yang
beroperasi selama 6 jam, mulai jam 18.00 hingga jam 24.00. Sarana
penerangan ini dapat diakses oleh sebagian besar penduduk Pulau Badi.
di tengah pulau.
timur dan utara pulau. Kedua dermaga ini lebih banyak dimanfaatkan oleh
untuk penangkapan ikan hingga saat ini berupa kecil bercadik (lepa-lepa)
Sedangkan jenis armada lainnya berukuran lebih besar yaitu kapal gae
a) Lepa-lepa b) Jolloro
c) Kapal gae
Jenis alat tangkap yang dominan digunakan adalah jenis jaring dan
pancing.
purse seine (gae), pukat udang dan pukat kepiting sebagai alat tangkap.
62
sampai 14 orang.
pancing yang digunakan nelayan Pulau Badi ada yaitu pancing kedo-
kedo atau jenis pancing pada umumnya karena setelah pancing dipasang
pada suatu daerah yang diduga oleh nelayan terdapat ikan sunu, maka
pancing itu ditinggalkan dan akan diperiksa kembali satu jam kemudian.
bambangan, sunu, kakap merah, sibula, cepa dan banyara. Alat pancing
pada saat terang bulan. Selain itu, nelayan Pulau Badi juga menggunakan
Jenis alat tangkap dan hasil tangkapan nelayan Pulau Badi dapat
Tabel 3. Jenis Alat Tangkap dan Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Pulau
Badi
5. Wilayah Penangkapan
Wilayah penangkapan ini merupakan daerah jelajah atau area tetap bagi
tahun. Hal ini terjadi sebagai suatu proses adaptasi yang dilakukan
sekitar Pulau Lanyukang dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam, Pulau
Tenggara) yang juga merupakan daerah yang memiliki banyak ikan sunu.
Lanyukang dan sekitar taka gussea, dengan hasil tangkapan berupa ikan
Lumu-lumu.
Waktu tempuh dari kota Makassar kurang lebih 1 jam, waktu tempuh dari
67
Pajenekang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim barat dan musim
angin timur. Sementara itu musim angin timur sekitar bulan Juni, Juli dan
Oktober. Musim angin barat menjadi kendala bagi nelayan dan musim
perempuan sebesar 816 jiwa atau sekitar 53 persen dari jumlah total
Jumlah
Jenis Kelamin
Jiwa Persen (%)
Laki-laki 714 47
Perempuan 816 53
Jumlah 1530 100
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Mattiro Deceng, 2012
68
pengumpul (pabalolang).
kemiripan dengan jenis usaha yang dikelola oleh penduduk Pulau Badi,
pengguna gae dan pancing. Dari segi teknologi yang digunakan pada
usaha gae dan pabalolang di pulau ini tidak jauh berbeda dengan usaha
ke kota Makassar.
Surya (PLTS) yang beroperasi selama 6 jam, mulai jam 18.00 hingga jam
24.00. Sarana penerangan ini telah dapat diakses oleh sebagian besar
sudah sejak setahun yang lalu instalasi listrik ini mengalami kerusakan
penyaluran hasil tangkapan dan suplai bahan kebutuhan pokok dari dan
Pulau Pajenekang yang terletak di sebelah timur Pulau. Dermaga ini lebih
dan penumpang.
kemiripan dengan jenis usaha yang dikelola oleh penduduk Pulau Badi,
penangkapan ikan hingga saat ini didominasi oleh perahu kecil bercadik
(lepa-lepa) dengan ukuran panjang sekitar tujuh meter dan lebar sekitar
yaitu kapal gae yang digunakan oleh nelayan gae (purse seine).
71
Kapoposang.
Jenis pancing rawe diakui oleh nelayan sebagai jenis pancing yang
sampai 170 buah mata pancing serta tasi dari dua ukuran yang masing-
pancing rawe dilakukan hanya jika harga ikan relatif stabil, karena jika
menggunakan dua alat tangkap dalam sekali melaut yaitu: pancing rinta
pancing tinumbu yang digunakan adalah kail No. 02 (dulu No. 8) dengan
tasi berwarna (pambo) No. 80/90. Karena gigi ikan tinumbu sangat tajam,
purse seine (gae) sebagai alat tangkap. Pengoperasian alat tangkap gae
Sedangkan jenis alat tangkap dan jenis ikan hasil tangkapan dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis Alat Tangkap dan Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Pulau
Pajenekang
5. Wilayah Penangkapan
tergantung dari target tangkapan dan musim serta alat tangkap yang
ini disebabkan nelayan tidak berani melaut terlalu jauh dari pulau. Selain
itu, nelayan pancing ikan sunu yang menggunakan alat tangkap kedo-
sekitar Pulau Lanyukang dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam, Pulau
C. Karakteristik Responden
1. Usia Responden
Usia adalah lama hidup responden dari sejak lahir sampai dengan
(22-30 tahun), dewasa (31-40 tahun) dan tua (lebih dari 40 tahun).
Dengan demikian, usia responden Pulau Badi yang tergolong usia muda
sebanyak 2 orang (4,6 %), golongan dewasa sebanyak 36 orang (81,8 %),
dan golongan tua sebanyak 6 orang (13,6 %). Sedangkan usia responden
dewasa sebanyak 19 orang (76 %), dan golongan tua sebanyak 5 orang
(20 %).
77
Lama tinggal di Pulau adalah jumlah waktu yang telah dilalui oleh
Lama Tinggal
Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
No. (Tahun)
1 2 3 4
Pulau Badi
1 Rendah ( 22 – 30) 4 9,1
2 Sedang ( 31 – 40 ) 34 77,3
3 Tinggi ( > 40) 6 13,6
Jumlah 44 100
Pulau Pajenekang
1 Rendah ( 22 – 30) 2 8
2 Sedang ( 31 – 40 ) 18 72
3 Tinggi ( > 40) 5 20
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013
79
Pulau Badi, diketahui 4 orang nelayan atau 9,1 persen responden tinggal
orang atau 13,6 persen tinggal lebih dari 40 tahun. Sedangkan hasil survei
menetap dalam satu rumah tangga dimana nelayan itu tinggal. Jumlah
Jumlah Anggota
Rumah Tangga Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
No.
(Orang)
1 2 3 4
Pulau Badi
1 Sedikit ( 1 – 3 ) 11 25
2 Sedang ( 4 – 6 ) 31 70,5
3 Banyak ( > 6 ) 2 4,5
Jumlah 44 100
Pulau Pajenekang
1 Sedikit ( 1 – 3 ) 8 32
2 Sedang ( 4 – 6 ) 14 56
3 Banyak ( > 6 ) 3 12
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2013
orang dan sebanyak 2 orang nelayan atau 4,5 persen responden memiliki
tangga nelayan yang ada di Pulau Badi adalah 4 orang. Artinya, jumlah
rumah tangga 1-3 orang dan sebanyak 3 orang nelayan atau 12 persen
81
tangga sedang.
Jenis Armada
Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
No. Penangkapan
1 2 3 4
Pulau Badi
Tradisional (Lepa-
1
lepa) 31 70,5
2 Semi modern (Jolloro) 8 18,1
3 Modern ( Kapal Gae) 5 11,4
Jumlah 44 100
Pulau Pajenekang
Tradisional (Lepa-
1
lepa) 16 64
2 Semi modern (Jolloro) 7 28
3 Modern ( Kapal Gae) 2 8
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013
Terlihat pada tabel 10, nelayan Pulau Badi lebih didominasi oleh
efektivitas dan kualitas alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan Pulau Badi
BAB V
keseluruhan komponen biotik dan abiotik yang terdapat pada laut dan
memberikan energi, materi dan informasi dalam jumlah dan bentuk yang
dan informasi dari manusia dalam bentuk limbah dan polutan yang lebih
6.8%
11.4%
81.8%
1. Penangkapan 27 61.4
ikan
menggunakan
bom dan bius
2. Penambangan 9 20.4
karang dan
pasir untuk
pembangunan
rumah
3. Penangkapan 5 11.4
abalone/ mata
tujuh
4. Pembuangan 3 6.8
jangkar kapal
atau perahu.
Jumlah 44 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013
yang tidak ramah lingkungan di masa lalu yakni bahan peledak (bom) dan
hasil tangkapan dirasakan menurun, baik dari ukuran ikan maupun jumlah
tangkapan.
botol bahan peledak diperkirakan memiliki daya ledak radius sekitar 7-10
(PPTK, 2006).
88
transek permanen dari tahun 2007, 2008 dan 2009 yang dipasang oleh
PPTK dan CRITC-LIPI menunjukkan bahwa selama tiga tahun terakhir ini
2009 yaitu 26 % pada tahun 2007, 36 % pada tahun 2009 dan meningkat
Kerusakan akibat sianida dapat ditandai oleh adanya karang yang mati
secara utuh di beberapa titik secara meluas. Hal ini terjadi di Kepulauan
lebih parah.
(coral bleaching).
badai di lautan dan pesisir (Rahmasari, 2011). Hal ini merupakan kendala
hasil tangkapan.
11.4%
15.9%
72.7%
proses abrasi dan jumlah angkutan sedimen dari tahun ke tahun di Pulau
8%
12%
80%
menangkap ikan hidup. Penangkapan ikan hidup ini mulai marak setelah
permintaan ikan kerapu hidup dan ikan hias laut yang berasal dari
1. Penangkapan 17 68
ikan
menggunakan
bom dan bius
2. Penambangan 5 20
karang dan
pasir untuk
pembangunan
rumah
3. Pembuangan 3 12
jangkar kapal
atau perahu.
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013
degradasi yang luar biasa akibat ulah manusia. Dampak dari semua ini
ketika karang sangat sulit untuk recovery secara alami karena substrat
terumbu karang.
95
12%
24%
64%
musim barat yang jatuh pada bulan Desember hingga Februari, pola arus
pada saat pasang dan surut menggambarkan pola arus yang sama dari
barat ke timur, ini disebabkan oleh faktor angin yang dominan dan
dan jumlah angkutan sedimen dari tahun ke tahun di Pulau Badi dan
Pajenekang.
kegiatan melaut nelayan yang bermuara pada jumlah dan variasi hasil
tangkapannya.
laut di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Hal ini berakibat terhadap
ekonomi nelayan.
terumbu karang diakui oleh para nelayan memiliki peran yang sangat
nelayan mencari karang terlebih dahulu agar usaha dalam mencari ikan
tidak sia-sia.
dalam mencari ikan. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Dg.S (54 tahun) :
sekitar pulau saja. Banyak ikan di situ ji. Sekarang rumahnya dihancurkan
hasil tangkapan.
politik. Nelayan umumnya terikat dengan elit pemodal lokal. Ada nelayan
yang secara etika sudah sadar, namun tidak dapat berbuat apa-apa
100
jaringan pemilik modal dengan pihak di luar komunitas juga cukup kuat.
desain tersebut.
Tabel 15. Rata-rata Hasil Tangkapan Nelayan Pulau Badi Per Trip
(Sebelum dan Sesudah Perubahan Ekologis)
saat ini harus menangkap ikan ke lokasi yang semakin jauh dari pulau.
2,5 jam sampai 3 jam. Selain lokasi tersebut, pada musim barat nelayan
(Sulawesi Tenggara).
wilayah tangkapan dan waktu tempuh nelayan Pulau Badi setelah terjadi
serta iklim yang makin ekstrim menggeser area penangkapan ikan (fishing
ground) ke daerah yang lebih jauh. Hal ini akan menyebabkan waktu
melaut dan biaya produksi akan bertambah yang pada akhirnya akan
Walker, 2004). Salah satu hal yang akan berubah adalah akselerasi
pesisir dan pulau-pulau kecil. Perubahan yang terjadi pada aspek biologi-
fisik ini juga akan berdampak terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat
dan pulau-pulau juga merupakan salah satu hal yang akan mengalami
akibat terkena erosi pantai/abrasi di Pulau Badi sejak tahun 2007 sampai
dapat ditempati. Erosi pantai/ abrasi terjadi di sebelah barat dan selatan
terumbu karang sehingga tidak ada lagi peredam energi gelombang yang
sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat yang
Apabila mundurnya garis pantai akibat kenaikan paras muka air laut
merupakan ancaman yang kerap kali datang ketika tiba musim angin barat
yang tinggi, kebanyakan nelayan lebih memilih untuk tidak melaut. Hal ini
nelayan memaksakan untuk tetap melaut. Namun salah satu dampak dari
berhembus angin timur. Hal ini merupakan kendala yang beresiko cukup
bagi nelayan. Hal ini sejalan dengan pendapat Bedjeck et al. (2010) yang
tangkapan meningkat.
ikan karang baik ikan hias maupun ikan konsumsi dengan nilai ekonomi
tinggi.
ikan pada terumbu karang yang rusak akan mengurangi pendapatan para
yang sangat baik mampu menghasilkan sekitar 18 ton ikan per km2 per
ikan per km2 per tahun dan terumbu karang dalam kondisi yang cukup
baik mampu menghasilkan 8 ton ikan per km2 per tahun (Suharsono,
1996).
daerah penangkapan.
menangkap ikan ke lokasi yang semakin jauh dari pulau. Sebelum terjadi
waktu tempuh sekitar 2,5 jam sampai 3 jam. Di saat musim barat nelayan
Tabel 21.
melaut.
waktu yang singkat untuk memperoleh hasil tangkapan yang banyak akan
menjadi lebih sulit karena terumbu karang yang berada di daerah yang
ekonomi sumberdaya pesisir dan laut (Klein & Nicholls, 1999). Selain itu,
cepat di wilayah pesisir dan pulau-pulau juga merupakan salah satu hal
penduduk Pulau Pajenekang yang rusak akibat abrasi dapat dilihat pada
Tabel 22.
114
dari laut sehingga melakukan penambangan batu karang dan pasir laut
untuk pondasi rumah serta penggunaan alat tangkap yang tidak ramah
terumbu karang sehingga tidak ada lagi peredam energi gelombang yang
tidak dapat berfungsi lagi untuk menahan gelombang yang akhirnya dapat
dari hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut
(Bengen, 2002).
115
yang seringkali datang ketika tiba musim angin barat serta musim
gelombang besar. Hal ini merupakan kendala yang beresiko cukup besar
yang tinggi, kebanyakan nelayan lebih memilih untuk tidak melaut. Hal ini
nelayan memaksakan untuk tetap melaut. Namun salah satu dampak dari
berhembus angin timur. Hal ini merupakan kendala yang beresiko cukup
kerugian dari perubahan ini berupa menurunnya hasil tangkapan ikan dan
Meningkatnya Frekuensi
resiko melaut melaut
semakin
berkurang
menimbulkan dampak yang cukup besar bagi kegiatan nelayan. Hal ini
wilayahnya.
diantaranya :
nelayan hanya memiliki satu alat tangkap. Saat ini nelayan harus
menambah menjadi dua sampai tiga jenis alat tangkap agar bisa
perubahan, ditambah lagi dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Hal
“...Kalau dulu kita pake rinta atau pukat mami (red. saja) sudah dapat
ikan mih. Sekarang, tidak bisa pake satu jenis alat tangkap ji. Kita harus
pake yang lain, seperti rawe, kedo-kedo, tomba dan doang-doang. Itupun
kalau punya uang untuk membelinya...”(Wawancara, 28 Mei 2013).
Strategi adaptasi yang menjadi sangat umum digunakan oleh
untuk menangkap jenis lain dan tidak hanya terpaku pada satu jenis ikan
berdasarkan jenis hasil tangkap sesuai musim dan memiliki lebih dari satu
dengan cara menambah jenis alat tangkap. Bentuk adaptasi ini dilakukan
karena beberapa jenis ikan sudah sulit untuk ditangkap, sehingga nelayan
memutuskan untuk menangkap jenis lain dan tidak hanya terpaku pada
satu jenis ikan saja. Dengan demikian maka penggunaan alat tangkap
119
merubah jenis alat tangkap sesuai musim. Di saat musim timur nelayan
kepiting. Hal ini dilakukan karena di saat musim barat nelayan tidak dapat
lelong (ikan yang dijual untuk konsumsi rumah tangga/lokal) ke jenis ikan
bernilai ekonomi tinggi dan jenis-jenis ikan yang diekspor (ikan sunu dan
mengenai jenis alat tangkap yang ideal digunakan pada saat-saat tertentu
nelayan. Oleh karena itu, untuk mengembangkan variasi alat dan teknik
dari kemiskinan.
area penangkapan ikan (fishing ground) ke daerah yang lebih jauh. Hal ini
nelayan akan naik yang pada akhirnya akan berdampak pada kehidupan
ekonomi nelayan.
Frekuensi Persentase
Daerah Penangkapan
No Responden (%)
(Orang)
1. Pulau-pulau lain di 10 50
wilayah perairan Pangkep
2. Pulau-pulau lain di luar 6 30
perairan Pangkep(Masih
di Kepulauan Spermonde)
3. Pulau-pulau di luar 4 20
perairan Sulawesi Selatan
Jumlah 20 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013
bakar dan tenaga), pemborosan waktu dan hasil tangkapan yang relatif
rendah.
pulau lain yang masih berada di wilayah perairan Pangkep, wilayah pulau
Hal ini senada dengan apa yang ditemukan oleh Ledee et al.
perikanan.
sudah tidak bisa lagi diandalkan dan adaptasi yang dilakukan nelayan
badai
sebagai petani atau dalam sektor perdagangan laut. Bagi nelayan, sektor-
nelayan dalam menghadapi fluktuasi musim ikan dan cuaca yang tidak
menentu.
saat ini merupakan pekerjaan alternatif dan menjadi primadona bagi para
Pulau Badi antara lain Montipora dan Acropora. Karang hias tersebut
negeri.
tidak bergantung pada hasil penangkapan saja. Hal ini perlu dilakukan
Namun hal ini tidak berlaku untuk semua keluarga nelayan yang menjadi
ganda.
ekonomi.
orang tuanya atau kerabatnya untuk mencari ikan ke tengah laut atau
129
2000).
rumah tangga nelayan (istri dan anak) merupakan salah satu dari strategi
terlibat dalam suatu jaringan, terdapat dua jenis hubungan sosial, yaitu
Hubungan sosial yang bersifat horizontal terjadi jika individu yang terlibat
hubungan punggawa-sawi.
atau sumberdaya lain yang tidak dapat diperoleh melalui cara lain atas
dilayani lagi.
nelayan buruh dengan pemilik modal. Pihak pemilik modal sebagai patron
pokok seiring kenaikan harga BBM atau pada masa paceklik) karena
besar.
pemerataan resiko karena kerugian besar yang dapat terjadi setiap saat
Pemerataan resiko juga akan terjadi melalui pemberian upah dengan cara
Badi terhadap dampak perubahan ekologis dapat dilihat pada Tabel 28.
135
Tabel 28. Matriks Bentuk-Bentuk Strategi Adaptasi Nelayan Pulau Badi Terhadap Perubahan Ekologis.
Responden
Menganekaragaman Dilakukan karena beberapa jenis ikan sudah sulit 32 72.7 Cukup efektif untuk
alat dan teknik untuk ditangkap, akhirnya nelayan memutuskan meningkatkan jumlah dan
penangkapan. untuk menangkap jenis lain dan tidak hanya jenis tangkapan. Konsekuensi
terpaku pada satu jenis ikan saja. yang harus diterima bila
Nelayan merubah alat dan teknik penangkapan nelayan merubah alat
sesuai dengan musim. tangkap yaitu sumber modal,
Nelayan merubah alat tangkap disebabkan target keterampilan dan waktu.
penangkapan berubah.
Memperluas daerah Adaptasi ini dilakukan hanya dengan 20 45.5 Kurang efektif, dapat efektif
penangkapan. mengandalkan naluri dan pengalaman mendeteksi jika didukung dengan
area yang diperkirakan banyak ikan. Hal ini teknologi informasi dan
menyebabkan inefisiensi energi, pemborosan armada penangkapan yang
waktu dan hasil tangkapan yang rendah. memadai.
Memperluas wilayah tangkapan dengan
memanfaatkan informasi dari nelayan di berbagai
tempat mengenai musim ikan di wilayah lain.
Menganekaragaman Nelayan mengombinasikan mata pencahariannya 15 34.1 Cukup efektif untuk
sumber pendapatan untuk menambah pendapatan rumah tangganya. menambah pendapatan
Ragam mata pencaharian yang dimasuki oleh para keluarga ditengah tingginya
nelayan baik di bidang perikanan maupun non resiko nelayan dalam
perikanan. menghadapi fluktuasi musim
ikan dan cuaca yang tidak
menentu.
136
Responden
Memobilisasi anggota Mendorong para istri dan anak-anak nelayan untuk 12 27.3 Cukup efektif untuk
rumah tangga. ikut mencari nafkah. meningkatkan kesejahteraan.
Ragam pekerjaan yang bisa dimasuki oleh para istri Kendala ketersediaan modal
diantaranya adalah pedangang sembako, penjual menjadi hambatan untuk
sayur keliling dan penjual bakso. mengembangkan usaha.
Peran anak-anak nelayan selain membantu
memperbaiki jaring atau membersihkan perahu,
juga ikut melaut bersama orang tua.
Memanfaatkan Hubungan sosial yang bersifat kekerabatan 30 68.2 Cukup efektif untuk
hubungan sosial (keluarga luas). Hubungan tersebut bukan hanya mendapatkan jaminan sosial
dengan pihak lain. melibatkan dua individu, melainkan juga banyak ekonomi, berupa modal
individu yang kemudian akan membentuk jaringan usaha, pinjaman uang disaat
sosial. situasi sulit dan bantuan
Dua jenis jaringan sosial, yakni jaringan sosial barang-barang atau
horizontal dan vertikal. Jaringan sosial vertikal keperluan alat tangkap.
terwujud dalam bentuk ikatan punggawa-sawi Konsekuensi bagi nelayan
yaitu hasil tangkapan nelayan
dijual dengan harga murah
dan mendapatkan kredit atau
pinjaman dengan bunga
tinggi.
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013
137
diantaranya :
penangkapan.
cara menambah jenis alat tangkap. Bentuk adaptasi ini dilakukan karena
memutuskan untuk menangkap jenis lain dan tidak hanya terpaku pada
satu jenis ikan saja. Dengan demikian maka penggunaan alat tangkap
lelong (ikan yang dijual untuk konsumsi rumah tangga/lokal) ke jenis ikan
bernilai ekonomi tinggi dan jenis-jenis ikan yang diekspor (ikan sunu dan
merubah jenis alat tangkap sesuai musim. Di saat musim timur nelayan
nelayan tidak dapat melaut jauh dari pulau. Nelayan hanya melakukan
jauh. Hal ini akan menyebabkan biaya produksi untuk mencari ikan yang
dilakukan nelayan akan naik yang pada akhirnya akan berdampak pada
Frekuensi Persentase
Daerah Penangkapan
No Responden (%)
(Orang)
1. Pulau-pulau lain di 5 45.4
wilayah perairan Pangkep
2. Pulau-pulau lain di luar 4 36.4
perairan Pangkep (Masih
di Kepulauan Spermonde)
3. Pulau-pulau di luar 2 18.2
perairan Sulawesi Selatan
Jumlah 11 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013
diakses dengan mudah melalui situs resmi KKP. Peta ini dikeluarkan
permukaan laut, serta data angin dan gelombang yang dikeluarkan oleh
pengetahuan lokal mereka yang terkadang sudah tidak relevan lagi untuk
dan badai
alternatif sebagai pembudidaya ikan hias. Ikan hias tersebut dijual kepada
143
memanfaatkan jolloro yang dimiliki. Hal ini biasanya dilakukan karena jika
“pabalolang patula”.
dengan memelihara ternak kambing, itik dan ayam. Hasil dari kegiatan
dan bakul ikan. Dalam kegiatan ini istri nelayan memiliki peran yang
Hanya saja, merubah nelayan menjadi pembudidaya ikan bukan hal yang
145
rumah tangga nelayan (istri dan anak) merupakan salah satu dari strategi
orang tuanya atau kerabatnya untuk mencari ikan ke tengah laut atau
2000).
substansial yang selalu dihadapi oleh keluarga atau rumah tangga adalah
2000).
luas) dan pertetanggaan yang disebabkan oleh letak tempat tinggal para
terlibat dalam suatu jaringan, terdapat dua jenis hubungan sosial, yaitu
Hubungan sosial yang bersifat horizontal terjadi jika individu yang terlibat
keuntungan berupa barang dan jasa, atau sumberdaya lain yang tidak
diberikannya.
kebutuhan pokok seiring kenaikan harga BBM atau pada masa paceklik)
formal seperti bank dan koperasi tidak menjadi alternatif pilihan, karena
Tabel 33. Matriks Bentuk-Bentuk Strategi Adaptasi Nelayan Pulau Pajenekang Terhadap Perubahan Ekologis.
Responden
Menganekaragaman Dilakukan karena beberapa jenis ikan sudah sulit 16 64 Cukup efektif untuk
alat dan teknik untuk ditangkap, akhirnya nelayan memutuskan meningkatkan jumlah dan
penangkapan. untuk menangkap jenis lain dan tidak hanya jenis tangkapan. Konsekuensi
terpaku pada satu jenis ikan saja. yang harus diterima bila
Nelayan merubah alat dan teknik penangkapan nelayan merubah alat
sesuai dengan musim. tangkap yaitu sumber modal,
Nelayan merubah alat tangkap disebabkan keterampilan dan waktu.
perubahan target tangkapan karena permintaan
pasar.
Menganekaragaman Nelayan mengombinasikan mata pencahariannya 9 36 Cukup efektif untuk
sumber pendapatan untuk menambah pendapatan rumah tangganya. menambah pendapatan
Ragam mata pencaharian yang dimasuki oleh para keluarga ditengah tingginya
nelayan baik di bidang perikanan maupun non resiko nelayan dalam
perikanan. menghadapi fluktuasi musim
ikan dan cuaca yang tidak
menentu.
Memperluas daerah Adaptasi ini dilakukan hanya dengan 11 44 Kurang efektif, dapat efektif
penangkapan. mengandalkan naluri dan pengalaman mendeteksi jika didukung dengan
area yang diperkirakan banyak ikan. Hal ini teknologi informasi yang
menyebabkan inefisiensi energi, pemborosan memadai.
waktu dan hasil tangkapan yang rendah.
Memperluas wilayah tangkapan dengan
memanfaatkan informasi dari nelayan di berbagai
tempat mengenai musim ikan di wilayah lain.
151
Responden
Memobilisasi anggota Mendorong para istri dan anak-anak nelayan untuk 8 32 Cukup efektif untuk
rumah tangga. ikut mencari nafkah. meningkatkan kesejahteraan.
Ragam pekerjaan yang bisa dimasuki oleh para istri Kendala ketersediaan modal
diantaranya adalah pedangang sembako, penjual menjadi hambatan untuk
kue keliling dan penjual bakso. mengembangkan usaha.
Peran anak-anak nelayan selain membantu
memperbaiki jaring atau membersihkan perahu,
juga ikut melaut bersama orang tua.
BAB VI
PENUTUP
F. Kesimpulan
ekologis dan ekonomi yang dirasakan oleh nelayan Pulau Badi dan
G. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Coremap II. 2010. Status Data Base Terumbu Karang Sulawesi Selatan.
Regional Cordination Unit (RCU), Coral reef rehabilitation and
management program II dan CV Wahana Bahari.
Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 1996. Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Jakarta [ID]: PT.
Pradnya Paramitha.
155
IPCC. 2007. Summary for Policymakers. In: Climate Change 2007: The
Physical Science Basis. Contribution of Working Group 1 to the
Fourth Assesment Report of the Intergovermental Panel on Climate
Change [Solomon, S.,D. Qin, M. Manning, Z. Chen, M. Marquis, K.B.
Averyt, M. Tignor and H.L Miller (eds.)]. Cambridge University Press,
Cambridge, United Kingdom and New York, USA.
______. 2009b. Pesisir dan Laut untuk Rakyat. Bogor [ID]: IPB Press.
Smith, M. Estellie. 1977. Those Who Live From The Sea: A Study in
Maritime Anthropology. Monograph 62. St. Paul, New York, Boston,
Los Angeles, San Francisco: West Publishing CO.
DAFTAR PERTANYAAN
Oleh :
Manajemen Kelautan
Waktu : ......................................
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama : ................................................
2. Umur : ................................................
3. Lamanya tinggal di Pulau ini : ...............................................
a........................................................................
b........................................................................
c........................................................................
a........................................................................
b........................................................................
c........................................................................
162
Ya Tidak
13. Apakah kegiatan yang Anda lakukan di saat musim paceklik atau
saat kondisi cuaca buruk?
............................................................................................................
..................................................................................................
14. Jika hasil tangkapan Anda menurun, apakah Anda melibatkan istri
dan anak untuk menambah penghasilan keluarga?
............................................................................................................
..................................................................................................
164
KEPADA INFORMAN