Anda di halaman 1dari 104

STUDI IDENTIFIKASI JENIS IKAN YANG DIDARATKAN DI DESA SEI

NAGALAWAN, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA.

LAPORAN PRAKTEK KERJA MAGANG


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan


di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh:

G. L. FERRY NEDO B.
NIM. 135080101111126

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

i
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Praktek Kerja Magang yang

saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau pernah diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis di naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Praktek Kerja

Magang ini hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi

atas perbuatan tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, Maret 2017

Mahasiswa,

G. L. Ferry Nedo B.

iv
RINGKASAN

G. L. Ferry Nedo B.. Studi Identifikasi Jenis Ikan yang Didaratkan di Desa Sei
Nagalawan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. (dibawah bimbingan
Sulastri Arsad, S.Pi, M.Sc, M.Si).

Negara Indonesia adalah negara maritim yang sebagian besar


wilayahnya merupakan lautan. Ekosistem mangrove atau biasa dikenal sebagai
hutan mangrove, hutan bakau atau hutan payau, merupakan salah satu
ekosistem khas di daerah tropik dan beberapa kawasan subtropik. Sebagian
besar masyarakat Indonesia berprofesi sebagai nelayan atau dalam bidang
perikanan. Hasil perikanan Indonesia terbagi atas dua sektor, yaitu perikanan
budidaya dan perikanan tangkap. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah
satu kabupaten di Sumatera Utara yang memiliki potensi sumberdaya alam laut
yang luar biasa. Jenis – jenis ikan yang ditangkap nelayan di Desa Sei
Nagalawan bermacam – macam. Untuk itu diperlukan studi identifikasi jenis ikan
yang didaratkan nelayan di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan,
Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara.
Tujuan yang ingin dicapai dari Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah
untuk mengetahui secara langsung alur proses atau kegiatan penangkapan ikan
yang dilakukan di Desa Sei Nagalawan, mengetahui manajemen peangkapan
ikan di Koperasi Serba Usaha Muara Baimbai, dan melakukan identifikasi jenis –
jenis ikan yang didaratkan di Desa Sei Nagalawan melalui identifikasi morfologi,
morfometri, dan meristik. Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang
(PKM) adalah metode deskriptif yang terdiri dari mengumpulkan data berupa
data lapang, wawancara, partisipasi aktif serta studi literatur. Adapun parameter
pengukuran kualitas air mingguan terdiri dari suhu, kecepatan arus, pH, dan
salinitas yang dilakukan pada tanggal 19 Juli 2016, 26 Juli 2016, 2 Agustus 2016,
dan 9 Agustus 2016. Kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM) ini dilaksanakan
pada tanggal 13 Juli 2016 sampai dengan 20 Agustus 2016 dengan tempat
pelaksanaan di Koperasi Serba Usaha Muara Baimbai di Desa Sei Nagalawan,
Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara.
Proses identifikasi ikan dilakukan melalui beberapa tahapan yang meliputi
analisa morfologi (bentuk tubuh ikan, bentuk dan letak mulut, letak sirip, bentuk
sirip dorsal, tipe sirip ekor, tipe gigi, tipe sisik, dan warna ikan), analisa
morfometri (TL, TW, BD, BG, TD, SL, FL, HL, PDL, SNL, POL, OD, CPL, PFL,
VFL, DFL, AFL, dan AdFL), dan analisa meristik (FR D, FR Ad, FR P, FR C, FR
V, FR A, LL, dan LT). Dari hasil Praktik Kerja Magang (PKM) diperoleh jenis –
jenis ikan yang tertangkap diantaranya : Ikan Bawal Pampus chinensis, Ikan
Senangin Eleutheronema tetradactylum, Ikan Bawal Putih Pampus argenteus,
Ikan Selar Minyak Selaroides leptolepis, Ikan Lidah Cynoglossus arel, Ikan
Gabus Pasir Sillaginopodys chondropus, Ikan Biji Nangka Pristipomoides
aquilonaris, Ikan Coming Drepane punctate, Ikan Tudung Periuk Alectis indica,
Ikan Kupak Atropus atropos, Ikan Gulama Johnius belangerii, Ikan Alo Alo
Sphyraena putnamae, Ikan Pari Telatrygon acutirostra, Ikan Cincaro Megalaspis
cordyla, Ikan Kakap Ayam Chlorurus spilurus, Ikan Kerapu Bintik Cephalopholis
cyanostigma, Ikan Salam Elagatis bipinnulata, Ikan Senangin Kecil Polydactylus
persicus, Ikan Selar Gelek Atule mate, Ikan Merah Pristipomoides multidens,
Ikan Gembung Kuring Rastrelliger faughni, Ikan Tongkol Sisik Thunnus tonggol,
Ikan Dencis Decapterus muroadsi, Ikan Bawal Hitam Parastromateus niger, Ikan

v
Kapas Kapas Caranx senegallus, Ikan Kakap Hitam Lutjanus goldiei, dan Ikan
Kakap Putih Pennahia macrocephalus. Selain itu, hasil pengukuran suhu
berkisar 29 – 31°C, kecepatan arus berkisar 0,023 – 0,031 m/det, salinitas
berkisar 28 – 31 ppt, dan pH berkisar 8.
Berdasarkan hasil identifikasi dan pengukuran tersebut menunjukkan
bahwa keanekaragaman ikan pada perairan Desa Sei Nagalawan masih
berpotensi untuk dimanfaatkan. Namun para nelayan, warga sekitar serta
pengunjung kawasan Ekowisata Kampoeng Nipah sepatutnya menjaga
lingkungan dan ekosistem mangrove yang ada agar keseimbangan ekosistem
tetap terjaga. Upaya untuk meningkatkan hasil tangkapan harus terus dilakukan,
tapi tetap pada batas jumlah penangkapan dan dengan alat tangkap yang
diperbolehkan.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

berkat serta kelancaran dan kesehatan selama ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Magang yang berjudul Studi Identifikasi

Jenis Ikan yang Didaratkan di Desa Sei Nagalawan, Kabupaten Serdang

Bedagai, Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang

tua (Pak Jan Togi dan Bu Lindawaty), adik – adik (Dicky dan Toto), dan keluarga

yang selalu memberikan doa serta dukungan semangat yang tiada henti, ibu

Sulastri Arsad, S.Pi, M.Sc, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberi

arahan dan bimbingan, Ketua KSU Muara Baimbai bapak Sutrisno dan ibu

Jumiati yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja

Magang, bapak Ahmad Yani selaku pembimbing lapang yang telah membantu

dan memberikan arahan, ibu Maslinah selaku pembimbing laboratorium yang

telah memberi bimbingan, ibu Anik sekeluarga yang telah meminjamkan tempat

tinggal dan merawat penulis selama PKM, bapak dan ibu pengelola Ekowisata

Mangrove Kampoeng Nipah yang telah berbagi pengalaman dan bantuan

selama magang, TIM RECUVA sebagai partner magang, Bangkeh sebagai

tempat “bercerita”, Bu Ella’s Squad sebagai teman sebimbingan yang telah

memberikan informasi – informasi penting, Deasy dan Kristopel sebagai kawan

lembur mengerjakan laporan, serta teman – teman RIS, IKABUMA, KMKK, dan

FAM yang telah banyak membantu memberikan motivasi dan semangat

pertanyaan “kapan ujian??”.

Penulis telah berusaha maksimal untuk menyelesaikan laporan ini dengan

baik. Apabila dalam laporan ini masih terdapat banyak kesalahan, hal itu karena

keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis

vii
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

dalam mengerjakan laporan pada masa yang akan datang.

Malang, 2 Maret 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN PRAKTEK KERJA MAGANG . iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... iv

RINGKASAN ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xxiv

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................ 3
1.3 Kegunaan .............................................................................................. 4
1.4 Waktu dan Tempat ................................................................................. 4

2. MATERI DAN METODE


2.1 Materi Praktek Kerja Magang ................................................................. 5
2.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 5
2.3 Metode Praktek Kerja Magang ............................................................... 5
2.4 Teknik Pengambilan Data ...................................................................... 6
2.4.1 Data Primer ................................................................................ 6
2.4.2 Data Sekunder............................................................................ 9
2.5 Pengukuran Kualitas Air ....................................................................... 10
2.5.1 Parameter Fisika....................................................................... 10
2.5.2 Parameter Kimia ....................................................................... 11
2.6 Identifikasi Sampel Ikan ....................................................................... 13
2.7 Analisis Sampel Ikan ............................................................................ 14
2.7.1 Analisis Sifat Morfologi.............................................................. 14
2.7.2 Analisis Sifat Morfometri ........................................................... 15
2.7.3 Analisis Sifat Meristik ................................................................ 17

3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA MAGANG


3.1 Letak Geografis.................................................................................... 18
3.2 Demografi ............................................................................................ 19
3.3 Aksesibilitas ......................................................................................... 20

ix
3.4 Sejarah Berdirinya Koperasi Serba Uasaha (KSU) Muara Baimbai ...... 21
3.5 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja ................................................. 23
3.6 Data dan Profil Instansi dan Bentuk Usaha .......................................... 24
3.7 Sarana dan Prasarana Desa Sei Nagalawan ....................................... 27

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Error! Bookmark not defined.Kegiatan Penangkapan Ikan ............... 29
4.1.1 Deskripsi Stasiun Pengamatan ................................................. 29
4.1.2 Deskripsi Alat Tangkap yang Digunakan .................................. 30
4.1.3 Karakteristik Hutan Mangrove Kampoeng Nipah....................... 31
4.2 Ikan Hasil Tangkapan .......................................................................... 39
4.3 Data Kualitas Air .................................................................................. 72

5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 76
5.2 Saran ................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 79

LAMPIRAN ....................................................................................................... 80

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penentuan Bagian Tubuh Ikan....................................................................... 15

2. Peta Kawasan Pesisir Pantai Mangrove dengan perbersaran 500 m ............. 19

3. Peta Daerah Penangkapan Ikan ................................................................... 30

4. Alat Tangkap yang Digunakan ....................................................................... 31

5. Rhizhopora apiculata ..................................................................................... 35

6. Rhizopora mucronata..................................................................................... 37

7. Avicennia marina........................................................................................... 38

8. Brugueira gymnorrhiza .................................................................................. 39

9. Ikan Bawal (Pampus chinensis) ..................................................................... 43

10. Ikan Senangin (Eleutheronema tetradactylum) ............................................ 44

11. Ikan Bawal Putih (Pampus argenteus) ......................................................... 45

12. Ikan Selar Minyak (Selaroides leptolepis) .................................................... 46

13. Ikan Lidah (Cynoglossus arel)...................................................................... 48

14. Ikan Gabus Pasir (Sillaginopodys chondropus) ............................................ 49

15. Ikan Biji Nangka (Pristipomoides aquilonaris) .............................................. 50

16. Ikan Coming (Drepane punctata) ................................................................. 51

17. Ikan Tudung Periuk (Alectis indica) .............................................................. 52

18. Ikan Kupak (Atropus atropos) ...................................................................... 53

19. Ikan Gulama (Johnius belangerii)................................................................. 54

20. Ikan Alo Alo (Sphyraena putnamae) ............................................................ 56

21. Ikan Pari (Telatrygon acutirostra) ................................................................. 57

22. Ikan Cincaro (Megalaspis cordyla) ............................................................... 58

23. Ikan Kakap Ayam (Chlorurus spilurus) ......................................................... 59

xi
24. Ikan Kerapu Bintik (Cephalopholis cyanostigma) ......................................... 60

25. Ikan Salam (Elagatis bipinnulata) ................................................................. 62

26. Ikan Senangin Kecil (Polydactylus persicus) ................................................ 63

27. Ikan Selar Gelek (Atule mate) ...................................................................... 64

28. Ikan Merah (Pristipomoides multidens) ........................................................ 65

29. Ikan Gembung Kuring (Rastrelliger faughni) ................................................ 66

30. Ikan Tongkol Sisik (Thunnus tonggol) .......................................................... 67

31. Ikan Dencis (Decapterus muroadsi) ............................................................. 69

32. Ikan Bawal Hitam (Parastromateus niger) .................................................... 70

33. Ikan Kapas Kapas (Caranx senegallus) ....................................................... 71

34. Ikan Kakap Hitam (Lutjanus goldiei) ............................................................. 72

35. Ikan Kakap Putih (Pennahia macrocephalus)............................................... 73

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sei Nagalawan Tahun

2015.. ............................................................................................................ 19

2. Total Harga Penjualan Ikan yang Didaratkan ................................................. 20

3. Jenis Flora yang ada di Kawasan Mangrove Kampoeng Nipah ..................... 32

4. Jenis – Jenis Ikan yang Didaratkan................................................................ 42

5. Data Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air ............................................. 72

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat dan Bahan Praktek Kerja Magang (PKM) ............................................... 82

2. Daftar Pertanyaan Wawancara Nelayan. ....................................................... 86

3. Hasil pengamatan dan pengukuran morfometri.............................................. 87

4. Hasil pengamatan dan pengukuran meristik dan morfologi. ........................... 88

xiv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara maritim yang sebagian besar

wilayahnya merupakan lautan. Sumberdaya alam Indonesia khususnya di sektor

perikanan juga melimpah. Indonesia juga memiliki keanekargaman spesies laut

yang tinggi. Hal ini didukung oleh luasnya ekosistem terumbu karang dan

ekosistem mangrove Indonesia. Kedua ekosistem ini berperan aktif dalam

melestarikan stok perikanan karena menjadi habitat ikan. Namun banyak dari

komoditas perikanan itu yang belum dimanfaatkan karena kurangnya

pengetahuan nelayan.

Ekosistem mangrove atau biasa dikenal sebagai hutan mangrove, hutan

bakau atau hutan payau, merupakan salah satu ekosistem khas di daerah tropik

dan beberapa kawasan subtropik. Diperkirakan ekosistem mangrove yang tersisa

di dunia ini sekitar 17 juta ha. Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia

yaitu mencapai 25% (sekitar 4,2 juta ha) dan 75% dari luas hutan mangrove di

Asia Tenggara. Papua merupakan pulau dengan hutan mangrove terluas yaitu

sekitar 2.934.000 ha atau 77,1% luas hutan mangrove Indonesia. Beberapa jenis

mangrove yang umumnya tumbuh di ekosistem mangrove adalah Bakau

(Rhizophora), Api – api (Avicennia), Pedada (Sonneratia), Tanjang (Bruguiera),

Nyirih (Xylocarpus), Tengar (Ceriops), dan Buta – buta (Excoecaria) (Kodri,

2012).

Sebagian besar masyarakat Indonesia berprofesi sebagai nelayan atau

dalam bidang perikanan. Hasil perikanan Indonesia terbagi atas dua sektor, yaitu

perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Perikanan tangkap adalah kegiatan

penangkapan ikan yang dilakukan nelayan di laut atau habitat asli ikan. Menurut

Al-Jufaili dan Opara (2006), ikan – ikan yang telah ditangkap kemudian

1
dilepaskan dari jaring dan biasanya dijual di antara 3 tempat seperti : pasar ikan

biasa, tempat pendaratan ikan pribadi, atau tempat pendaratan bagi jenis jaring

tertentu (misalnya beach sein). Pada pendaratan di pantai, ikan yang masih

segar dilepaskan dari jaring secara manual dan kemudian disortir menurut

kualitas atau keadaan ikannya, lalu dijual secara langsung atau untuk diangkut

dan didistribusikan.

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten di

Sumatera Utara yang memiliki potensi sumberdaya alam laut yang luar biasa.

Selain itu kabupaten ini juga memiliki pantai – pantai yang indah dan umumnya

memiliki ekosistem mangrove. Beberapa diantaranya adalah Pantai Cermin,

Pantai Romantis, dan Kampoeng Nipah. Kampoeng Nipah merupakan sebuah

daerah atau desa yang terdapat pantai dan kawasan konservasi mangrove.

Koperasi Serba Usaha Muara Baimbai adalah suatu kumpulan masyarakat desa

Sei Nagalawan untuk mengembangkan suatu ekowisata mangrove. Komunitas

ini melakukan pembibitan penanaman dan pengolahan mangrove untuk

kesejahteraan warga. Letak kawasan konservasi yang dekat dengan daerah

penangkapan menyebabkan peningkatan hasil tangkapan nelayan. Hal ini

dikarenakan fungsi ekologikal mangrove seperti nursery ground, spawning

ground, dan feeding ground bagi ikan.

Jenis – jenis ikan yang ditangkap nelayan di Desa Sei Nagalawan

bermacam – macam. Kegiatan penangkapan dilakukan setiap hari yang

dibimbing oleh LSM Kampoeng Nipah. Selain itu alat – alat tangkap yang

digunakan nelayan pun masih sederhana dan dalam skala kecil. Pengelolaan

sumberdaya perairan di daerah ini juga terbilang sedikit sebab pengetahuan

nelayan terhadap jenis – jenis ikan yang dapat diolah dan bernilai ekonomis

masih kurang. Selain itu dibutuhkan juga informasi mengenai morfologi,

morfometri, dan meristik ikan hasil tangkapan nelayan. Agar kedepannya

2
infomasi tentang jenis – jenis ikan yang didaratkan ini dapat digunakan sebagai

penambah wawasan dan meningkatkan pengelolaan sumberdya perairan di

daerah ini, khususya dibidang penangkapan ikan. Untuk itu diperlukan studi

identifikasi jenis ikan yang didaratkan nelayan di Desa Sei Nagalawan,

Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari Praktek Kerja Magang ini adalah untuk mendapatkan

pengetahuan tentang cara mengidentifikasi jenis – jenis ikan yang ditangkap

serta didaratkan oleh nelayan di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan,

Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara serta pengalaman kerja

dibidang pengelolaan ekowisata Mangrove.

Tujuan dari Praktek Kerja Magang ini adalah :

1 Mengetahui proses kegiatan penangkapan ikan di Desa Sei Nagalawan,

Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera

Utara.

2 Mengidentifikasi dan mengetahui jenis – jenis ikan yang ditangkap serta

didaratkan oleh nelayan di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan,

Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara.

3 Menganalisa secara morfologi, morfometri, dan meristik sampel ikan yang

didaratkan di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten

Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara.

4 Mengamati, mengukur dan menganalisis kualitas air daerah penangkapan

ikan di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang

Bedagai, Propinsi Sumatera Utara.

3
1.3 Kegunaan

Kegunaan Praktek Kerja magang ini antara lain :

1. Mahasiswa

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang jenis – jenis ikan

hasil tangkapan nelayan, serta pengalaman kerja dan keterampilan dalam

menangkap dan mengelola sumberdaya perikanan di Desa Sei Nagalawan,

Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

2. Lembaga Perguruan Tinggi

Sebagai sumber informasi dan pengetahuan yang berguna bagi penelitian

lebih lanjut mengenai pengidentifikaisan ikan dan pengelolaan sumberdaya

perikanan.

3. Koperasi Serba Usaha Muara Baimbai

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan

pengelolaan potensi sumberdaya perairan berkelanjutan khususnya di Desa Sei

Nagalawan.

1.4 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Magang ini dilaksanakan selama 40 hari pada

tanggal 13 Juli 2016 sampai dengan 20 Agustus 2016 dengan tempat

pelaksanaan di Koperasi Serba Usaha Muara Baimbai di Desa Sei Nagalawan,

Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara.

4
II. MATERI DAN METODE

2.1 Materi Praktek Kerja Magang

Materi dalam Praktek Kerja Magang ini adalah pengumpulan data jenis –

jenis ikan hasil tangkapan di kawasan pesisir Desa Sei Nagalawan, Kecamatan

Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, diantaranya yang

dipelajari adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran data kualitas air sebagai parameter lingkungan penunjang

kehidupan ikan, parameter fisika meliputi : suhu dan kecepatan arus,

parameter kimia meliputi : salinitas dan pH.

2. Jenis alat tangkap dan teknik penangkapan ikan.

3. Identifikasi jenis – jenis ikan hasil tangkapan nelayan.

2.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang

(PKM) tentang studi identifikasi jenis ikan yang didaratkan di Desa Sei Naga

Lawan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara dapat dilihat pada

lampiran 1.

2.3 Metode Praktek Kerja Magang

Metode yang dipakai dalam Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah

metode deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk menjelaskan secara

sistematis, aktual dan cermat tentang fakta dan karakteristik suatu populasi atau

bidang tertentu. Menurut Surakhmad (2004), metode deskriptif bermaksud untuk

membuat gambaran (deskriptif) mengenai situasi kejadian - kejadian. Metode

deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data,

tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu. Karena itulah maka

5
dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif membandingkan persamaan dan

perbedaan fenomena tertentu, lalu mengambil bentuk studi komperatif

2.4 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang dipakai dalam Praktek Kerja Magang

(PKM) adalah teknik survei, yaitu teknik yang dilakukan pada populasi besar atau

kecil dengan mengumpulkan data dari sampel populasi. Menurut Surakhmad

(2004p), survey pada umumnya merupakan cara pengumpulan data dari

sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau jangka waktu) yang bersamaan.

Jumlah itu biasanya cukup besar. Setiap teknik survei adalah penyelidikan

dengan gerak kea rah meluas dan merata. Teknik ini melibatkan beberapa orang

yang terlibat untuk memperoleh keterangan yang dibutuhkan data. Menggunakan

data primer dan sekunder sebagai data pendukung dalam praktek kerja magang.

2.4.1 Data Primer

Menurut Hasan (2003), data primer ialah data yang diperoleh atau

dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau

yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer didapat dari sumber

informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti. Data primer ini antara lain hasil observasi lapangan dan

catatan hasil wawancara.

Data primer pada Praktek Kerja Magang (PKM) ini diperoleh dari

observasi, sampling, partisipasi aktif, wawancara, serta dokumentasi.

a. Observasi

Observasi adalah suatu pengamatan secara langsung untuk

mengumpulkan data. Teknik ini cukup efektif untuk mempelajari suatu

sistem. Pada saat observasi kita mengamati suatu kegiatan orang-orang

yang sedang melakukan suatu kegiatan tertentu yang diobservasi untuk

6
mendapatkan suatu informasi penting sesuai dengan tujuan yang kita

cari. Saat melakukan observasi, analis sistem dapat ikut berpartisipasi

(Susilowati dan Bambang, 2011). Observasi pada Praktek Kerja Magang

ini yaitu mengukur parameter kualitas air berupa : parameter fisika (suhu

dan kecepatan arus), parameter kimia (salinitas dan pH) dan parameter

biologi (jenis – jenis ikan).

b. Sampling

Penarikan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah dengan

menggunakan desain sampel non probabilitas dengan metode “judgment

sampling”. Judgment Sampling adalah salah satu jenis purposive

sampling dimana penulis memilih sampel berdasarkan penilaian, terhadap

beberapa karakteristik anggota populasi yang disesuaikan dengan

maksud penelitian (Kuncoro, 2003). Sampling yang dilakukan pada

Praktek Kerja Magang ini adalah dengan mengambil sampel ikan hasil

tangkapan nelayan yang dilakukan setiap minggu pada tanggal 19 Juli

2016, 26 Juli 2016, 2 Agustus 2016, dan 9 Agustus 2016.

c. Partisipasi aktif

Beberapa jenis partisipasi aktif, yaitu :

1. Tenaga, dengan mendayagunakan seluruh tenaga yang dimiliki

secara kelompok maupun individu untuk mencapai sesuatu yang

diinginkan.

2. Pikiran, dengan menggunakan pikiran seseorang atau kelompok

yang bertujuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.

3. Pikiran dan tenaga, yaitu tingkat partisipasi tersebut dilakukan

bersama-sama dalam suatu kelompok dalam mencapai tujuan

yang sama.

7
4. Keahlian, merupakan unsur yang paling diinginkan untuk

menentukan suatu keinginan (Sutami, 2009). Adapun kegiatan

partisipasi aktif yang akan dilakukan pada Praktek Kerja Magang

ini antara lain, yaitu :

1. Turut serta dalam penangkapan ikan.

2. Melakukan pengukuran kualitas air pada daerah penangkapan.

3. Ikut mengelola ikan hasil tangkapan.

4. Turut serta dalam kegiatan – kegiatan masyarakat yang berkaitan

dengan penangkapan ikan seperti perbaikan jaring dan

pembersihan kapal.

5. Turut serta menjadi tour guide dan berbagi ilmu mengenai

ekosistem mangrove bagi ikan.

6. Melaksanakan semua bentuk kegiatan Koperasi Serba Usaha

Muara Baimbai desa Sei Nagalawan, Serdang Bedagai, Sumatera

Utara seperti penangkapan ikan, pengelolaan ekowisata,

pembiitan Mangrove, dan pengolahan Mangrove.

d. Wawancara

Wawancara banyak digunakan dalam teknik pengumpulan data untuk

pengembangan sistem informasi. Wawancara merupakan sekumpulan

pertanyaan untuk menganalisis suatu kejadian yang diajukan oleh

pewawancara dengan melibatkan orang-orang yang akan memberi

jawaban seusai dengan data yang dicari. Wawancara dilakukan bertatap

muka langsung dengan orang yang dilibatkan atau diwawancarai

(Susilowati dan Bambang, 2011). Wawancara yang dilakukan pada

Praktek Kerja Magang ini berupa sejarah berdirinya, struktur organisasi,

fungsi, kegiatan, dan permasalahannya. Selain itu daftar pertanyaan

kegiatan wawancara pada nelayan dapat dilihat pada lampiran 2.

8
e. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui

mempelajari, mencatat, menyalin dokumen atau catatan yang bersumber

dari peninggalan tertulis seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori,

pendapat, dalil dan hukum (Widiastuti, 2014). Pada Praktek Kerja Magang

ini, dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil gambar ikan – ikan

hasil tangkapan nelayan menggunakan kamera.

2.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain, misal

dalam bentuk tabel maupun diagram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti

untuk diproses lebih lanjut. Data ini bisa diperoleh dari pihak lain seperti

kepustakaan, majalah, tabloid, atau media massa lainya internet, arsip, referensi

lain yang dapat mendukung penelitian ini (Hartono, 2014).

Data sekunder dalam Praktek Kerja Magang (PKM) ini diperoleh dari

dokumen, arsip, jurnal - jurnal, situs internet, pembukuan pihak pengelola

ekowisata hutan mangrove serta kepustakaan. Adapun data sekunder yang

diperlukan dalam Praktek Kerja Magang ini antara lain :

1. Peta lokasi Praktek Kerja Magang (Kota Serdang Bedagai).

2. Data demografi Muara Baimbai desa Sei Nagalawan.

3. Profil kawasan ekowisata hutan mangrove di Muara Baimbai desa Sei

Nagalawan.

4. Dokumen tentang kegiatan penduduk di Muara Baimbai desa Sei

Nagalawan.

9
2.5 Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air pada daerah penangkapan ikan dilakukan untuk

mengetahui kondisi kualitas air habitat ikan. Parameter kualitas air yang diukur

meliputi parameter fisika yaitu suhu dan kecepatan arus, dan parameter kimia

yaitu salinitas dan pH.

2.5.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Suhu air merupakan salah satu faktor abiotik yang keberadaannya sangat

mempengaruhi pertumbuhan plankton. Peningkatan suhu pada kisaran toleransi

akan meningkatkan laju metabolisme dan aktivitas fotosintesis fitoplankton.

Reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis dipengaruhi secara langsung

oleh suhu. Peningkatan suhu sebesar 10°C akan meningkatkan laju fotosistesis

maksimum lebih kurang dua kali lipat. Setiap jenis fitoplankton memiliki suhu

yang optimum tersendiri dan sangat bergantung kepaad faktor lain seperti

cahaya (Asriyana dan Yuliana, 2012).

Menurut Subarjanti (2015), pengukuran suhu dilakukan dengan

menggunakan termometer alkohol. Adapun prosedur untuk pengukuran suhu

perairan adalah :

1. Suhu air di ukur dengan menggunakan termometer yaitu dengan cara

mencelupkan sampai 3/4 panjang termometer kedalam air.

2. Tubuh diusahakan agar tidak menyentuh termometer karena suhu

tubuh dapat mempengaruhi suhu pada termometer.

3. Termometer didiamkan beberapa menit sampai dapat dipastikan tanda

penunjuk skala berada dalam kondisi tidak bergerak.

4. Nilai suhu ditentukan oleh angka yang ditunjukkan pada termometer

tersebut dan hasil pengukuran dicatat.

10
b. Kecepatan Arus

Menurut Gilman et al., (2006), secara fisik hutan mangrove mempunyai

fungsi untuk melindungi pantai dari abrasi dan intrusi gelombang laut, melindungi

daratan dari gelombang angin laut, menahan sedimentasi sehingga membentuk

tanah baru, dan memperlambat kecepatan arus.

Menurut Santoso (2008), Kecepatan arus permukaan dapat diukur

melalui berbagai metode, mulai dari observasi terhadap kecepatan hanyut suatu

obyek sampai dengan penggunaan pengukur kecepatan arus elektronik. Sebuah

pendekatan yang sederhana adalah dengan penghitungan jangka waktu hanyut

suatu obyek yang mengapung dalam jarak yang telah diketahui, dengan cara :

1. Kecepatan arus diukur menggunakan tali sepanjang 5 meter dan stop

watch

2. Ujung tali diikat dengan 2 botol, 1 botol diisi air sampai penuh.

3. Ujung tali yang terdapat botol dihanyutkan sambil memulai

penghitungan waktu.

4. Penghitungan waktu berhenti bila tali sepenuhnya merenggang.

5. Hasil pengukuran arus dihitung dengan rumus v = panjang tali (meter) /

jangka waktu tali merenggang (detik).

6. Hasil pengukuran dicatat.

2.5.2 Parameter Kimia

a. Salinitas

Menurut Brown dan Rengi (2013), Salinitas adalah jumlah gram zat-zat

terlarut dalam satu kilogram air laut yang dinyatakan dengan ‰ atau perseribu.

Salinitas umumnya stabil, walaupun di beberapa tempat terjadi fluktuasi. Tinggi

rendahnya kadar garam (salinitas) sangat tergantung pada beberapa faktor,

diantaranya penguapan, curah hujan dan banyak sedikitnya sungai yang

bermuara di laut tersebut. Salinitas bulanan rata-rata di Selat Malaka bervariasi

11
antara 29,8 – 31,5 psu, dimana salinitas minimum terjadi pada bulan Desember

dan salinitas maksimum pada bulan Juli.

Alat yang digunakan adalah refraktometer Trans Instrument. Menurut

Mandagi et al., (2013), prosedur pengukuran salinitas adalah sebagai berikut :

1. Refraktometer dikalibrasi dengan aquadest.

2. Air sampel yang akan diamati diteteskan pada refraktometer.

3. Refaktometer diarahkan ke cahaya matahari.

4. Skala salinitas perairan dibaca dengan melihat skala pada sisi kanan

atas dalam refaktometer.

5. Hasil pengukuran salinitas dicatat pada lembar data pengamatan.

b. pH

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter yang dapat

menentukan produktivitas suatu perairan. pH perairan laut Indonesia pada

umumnya bervariasi antara 6.0-8.5 nilai pH maksimum terdapat pada zona

fotosintesis yang menunjukan fenomena mencegah pembentukan H2CO3 yang

berasal dari CO2 (Asriyana dan Yuliana, 2012).

Menurut Subarjanti (2015), pengukuran pH dilakukan dengan

menggunakan pH paper. Adapun prosedur pengukurannya adalah :

1. Sampel air diambil dengan wadah botol.

2. pH paper dicelupkan kedalam sampel air selama beberapa menit.

3. Kemudian pH paper dikibas – kibaskan sampai setengah kering,

supaya tepat mendapatkan warna akhirnya.

4. Perubahan warna dicocokkan dengan skala pada kotak standar.

5. Hasil pengukuran dicatat

12
2.6 Identifikasi Sampel Ikan

Menurut Pulungan (2009), untuk identifikasi ikan harus diperhatikan sifat,

tanda, bentuk, atau bagian – bagian tertentu, yaitu :

a. Perhitungan panjang total / total length (TL)

Pengukuran panjang ikan dari bagian mulut teranterior sampai

bagian ujung terakhir dari sirip ekor dengan satuan cm. Caranya

adalah sebagai berikut :

1. Kotoran yang menempel pada tubuh ikan dibersihkan.

2. Panjang total diukur dengan mistar dari ujung mulut sampai

bagian ekor ikan.

3. Hasil pengukuran dicatat.

b. Perhitungan berat ikan / total weight (TW)

Pengukuran berat ikan dilakukan dengan menggunakan

timbangan, dengan cara sebagai berikut :

1. Kotoran yang menempel pada tubuh ikan dibersihkan.

2. Ikan diletakkan pada timbangan.

3. Berat ikan yang tertera dilihat.

4. Hasil pengukuran dicatat.

c. Pengukuran lebar atau tinggi tubuh / body depth (BD)

Pengukuran lebar tubuh ikan dilakukan dengan menggunakan

jangka sorong atau mistar, dengan cara sebagai berikut :

1. Jangka sorong atau mistar disiapkan.

2. Lebar tubuh ikan diukur dari tinggi maksimum tubuh ikan tanpa

mengikutkan sirip menggunakan jangka sorong atau mistar.

3. Hasil pengukuran dicatat.

d. Pengukuran lingkar tubuh / body grith (BG)

13
Pengukuran lebar tubuh ikan dilakukan dengan menggunakan

benang kasur, dengan cara sebagai berikut :

1. Benang kasur dilingkarkan dibagian depan sirip dorsal ikan.

2. Panjang benang diukur dengan mistar.

3. Hasil pengukuran dicatat.

e. Pengukuran tebal tubuh / total dense (TD)

Pengukuran tebal tubuh ikan dilakukan dengan menggunakan

jangka sorong, dengan cara sebagai berikut :

1. Jangka sorong disiapkan.

2. Tebal tubuh ikan diukur menggunakan jangka sorong.

3. Hasil pengukuran dicatat.

Untuk penentuan nama ikan, terlebih dahulu didapatkan dari hasil

wawancara pada nelayan dengan menanyakan nama lokal ikan. Kemudian

sampel ikan dianalisa secara morfologi, morfometri, dan meristik. Setelah itu,

hasil analisa disesuaikan dengan buku identifikasi ikan untuk mendapat nama

jenis dan klasifikasinya (Wiadnya dan Wijaya, 2012).

2.7 Analisis Sampel Ikan

Kegiatan identifikasi ikan memiliki beberapa analisa parameter yang

harus diamati. Analisa parameter tersebut meliputi analisa sifat morfologi, analisa

sifat morfometri, dan analisa sifat meristik.

2.7.1 Analisis Sifat Morfologi

Menurut Matthews (2012), ciri mofologi ikan berhubungan dengan tipe

makanan dan keadaan habitatnya, metode analisa parameter berdasarkan sifat

morfologis adalah melihat ciri – ciri ikan secara visual dari bagian – bagian tubuh

ikan, yaitu :

 Tipe atau bentuk tubuh ikan

14
 Bentuk dan letak mulut

 Letak sirip

 Bentuk sirip dorsal

 Tipe sirip ekor

 Tipe gigi

 Tipe sisik

 Warna ikan

2.7.2 Analisis Sifat Morfometri

Metode analisa parameter berdasarkan sifat morfometri menurut Wiadnya

dan Wijaya (2012), ialah identififkasi ikan dengan cara melakukan pengukuran

(morfometri) terhadap bagian – bagian tubuh tertentu, yaitu :

Gambar 1. Penentuan Bagian Tubuh Ikan (Wiadnya dan Wijaya, 2012)

 Panjang baku / standard length (SL) : mengukur dari bagian mulut

paling anterior (point – 1) sampai pangkal batang ekor atau caudal

peduncle (point – 6).

 Panjang sampai lekuk ekor / fork length (FL) : mengukur dari bagian

mulut paling anterior (point – 1) sampai lekukan sirip ekor (point – 16).

15
 Panjang kepala / head length (HL) : mengukur dari bagian kepala

paling anterior (point – 1) sampai tutup insang paling posterior (point –

17).

 Panjang predorsal / pre dorsal length (PDL) : mengukur dari bagian

kepala paling anterior (point – 1) sampai anterior dasar sirip dorsal

(point – 3).

 Panjang hidung / snout length (SNL) : mengukur dari bagian kepala

paling anterior (point – 1) sampai kelopak mata paling anterior (point –

13).

 Panjang orbital belakang / post orbital length (POL) : mengukur dari

bagian kelopak mata paling posterior (point – 14) sampai bagian

operculum paling posterior (point – 17).

 Panjang mata / orbit diameter (OD) : mengukur garis tengah dari

rongga mata atau biasanya terluar kelopak mata (point – 13 sampai

point – 14).

 Panjang pangkal ekor / caudal peduncle length (CPL) : mengukur dari

bagian pangkal ekor (point – 6) sampai bagian paling posterior dasar

sirip anal (point – 8).

 Panjang sirip pectoral / pectoral fin length (PFL) : mengukur dari

bagian pangkal jari – jari pertama sirip pectoral sampai ujung selaput

jari – jari terakhirnya.

 Panjang sirip ventral / ventral fin length (VFL) : mengukur dari bagian

pangkal jari – jari pertama sirip ventral sampai ujung selaput jari – jari

terakhirnya.

16
 Panjang sirip dorsal / dorsal fin length (DFL) : mengukur dari bagian

pangkal jari – jari pertama sirip dorsal sampai ujung selaput jari – jari

terakhirnya.

 Panjang sirip anal / anal fin length (AFL) : mengukur dari bagian

pangkal jari – jari pertama sirip anal sampai ujung selaput jari – jari

terakhirnya.

2.7.3 Analisis Sifat Meristik

Menurut Wiadnya dan Wijaya (2012), meristik ialah mempelajari ikan

dengan menghitung jumlah bagian-bagian tubuh, seperti: jumlah duri keras pada

sirip punggung, jumlah sisik pada gurat sisi, jumlah duri lunak pada sirip anus,

jumlah baris pada gidi, jumlah gill racker dan jumlah organ tubuh yang penting

lainnya. Analisis meristik bertujuan untuk mengidentifikasi species ikan dari

genus yang sama. Analisis sifat meristik dilakukan dengan cara menghitung

(meristik) terhadap bagian – bagian tubuh ikan, yaitu :

 Jari – jari sirip / fin rays (FR) : menghitung jumlah jari – jari sirip yang

terdapat berturut – turut dari jari – jari keras, lunak mengeras, hingga

lunak.

 Garis rusuk lateral / linea lateralis (LL) : menghitung jumlah sisik pada

linea lateralis dimulai dari ujung anterior tutup insang terbelakang dan

berakhir pada caudal peduncle atau pangkal ekor.

 Garis rusuk transversal / linea transversalis (LT) : menghitung barisan

jumlah sisik yang terletak di bagian dorso – ventral (atas – bawah)

linea lateralis. Sisik linea transversalis dihitung dari sirip dorsal yang

terdepan ke arah linea lateralis. Sisik linea lateralis dihitung satu sisik,

kemudian dihitung dari depan sirip anal ke arah linea lateralis.

17
III. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA MAGANG

3.1 Letak Geografis

Secara letak geografis, Kawasan Dusun III Desa Sei.Nagalawan persis

berhadapan dengan Selat Malaka. Sebagai sebuah perairan yang cukup padat

lalu lintas lautnya. Selain itu Desa Sei Nagalawan adalah salah-satunya desa

pesisir yang ada di Kecamatan Perbaungan. Artinya dalam prospek

pembangunan kelautan dan perikanan kawasan ini menjadi target

pengembangan produk perikanan tangkap maupun pengolahan yang cukup

potensial. Sehingga pengembangan dan penguatan komunitas pesisir terutama

masyarakat nelayan menjadi begitu penting.

Desa Sei Nagalawan merupakan salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Desa ini merupakan desa

yang letaknya paling jauh dari ibukota kecamatan. Jarak dari ibukota kecamatan

menuju Sei Nagalawan berkisar 15 km dan dibutuhkan waktu tempuh hampir 30

menit lamanya. Adapun lokasi kawasan yang akan dimanfaatkan sebagai

kawasan wisata alam ini terletak di lokasi Dusun III Desa Sei Nagalawan

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, secara geografis terletak

pada 03 35’29,52’ – 03 35’24,46” LU dan 99 5’39,09” BT sedangkan secara

administratif terletak pada:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun III Desa Sei Nagalawan

 Sebelah Timur berbatasan dengan Hutan Mangrove

 Sebelah Barat berbatasan dengan alur dan tambak milik rakyat

Desa Sei Nagalawan berhadapan langsung dengan Selat Malaka. Adapun peta

kawasan pesisir pantai mangrove dapat dilihat pada Gambar 1.

18
Gambar 2. Peta Kawasan Pesisir Pantai Mangrove dengan Skala 1 : 50.000
(Google Maps, 2016)

3.2 Demografi

Desa Sei Nagalawan masuk wilayah Kecamatan Perbaungan dengan

luas wilayah Desa Sei Nagalawan seluas 875 Ha. Jumlah kepadatan penduduk

Sei Nagalawan mencapai sekitar 3.225 jiwa. Kepadatan penduduk yang paling

besar berada di Dusun III (1.318 jiwa), Dusun II (987 jiwa), dan Dusun I (920

jiwa). Jumlah penduduk Sei Nagalawan dalam periode tahun 2014-2015 dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sei


Nagalawan Tahun 2015.

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 Laki-laki 1.607 49,92

2 Perempuan 1.618 50,08

Total 3.225 100,00

19
Keseharian masyarakat Desa Sei Nagalawan adalah bercocok tanaman

padi, menjadi nelayan, buruh tani dan lainnya. Hampir 80% dari total luas wilayah

Desa Sei Nagalawan adalah kawasan pertanian dengan luas lahan untuk

pertanian adalah 500 hektar. Lahan pertanian sebagian besar berupa lahan

tanaman padi yang menggunakan saluran irigrasi, sehingga hasil panen rata-

rata setiap kali musim tanam cukup bagus.

Selain itu banyak juga masyarakat Desa Sei Nagalawan yang bekerja di

Koperasi Serba Usaha Muara Baimbai. Kaum pria umumnya bekerja sebagai

nelayan dan penjaga ekowisata, sedangkan wanita bekerja sebagai pegawai

ekowisata dan pengolah mangrove. Sehingga banyak masyarakat Desa Sei

Nagalawan yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan penangkapan ikan

dan keberadaan KSU Muara Baimbai.

Adapun total harga ikan yang didaratkan di Desa Sei Nagalawan selama

3 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Total Harga Penjualan Ikan yang Didaratkan.

Tahun 2014 2015 2016

Total Harga (Rp) 250.207.120 297.648.081 274.699.352

3.3 Aksesibilitas

Aksesbilitas merupakan salah satu kunci utama yang akan mendukung

keberhasilan pengembangan pada suatu kawasan, karena akan

menghubungkan wilayah pengembangan dengan daerah luar. Jarak tempuh dari

Desa Sei Nagalawan ke Ibukota Provinsi sekitar 67 kilometer, sedangkan ke

Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai (Sei Rampah) sekitar 18 kilometer dan ke

kecamatan sekitar 16 kilometer. Kondisi jalan utama Desa Sei Nagalawan sudah

20
aspal dan kondisinya sampai saat ini masih bagus akan tetapi ada beberapa

lokasi yang rusak misalnya di depan kantor Kepala Desa dan di beberapa titik

lainnya.

3.4 Sejarah Berdirinya Koperasi Serba Usaha (KSU) Muara Baimbai

Pada tahun 1990-an kawasan pesisir Desa Sei Nagalawan mengalami

abrasi pantai yang luar biasa, akibatnya bibir pantai tergerus oleh air laut dan

terjadi interusi air laut ke lahan pertanian penduduk. Kerusakan ini diakibatkan

oleh konversi hutan mangrove pada tahun 1980-an menjadi tambak udang yang

terjadi hampir diseluruh Kawasan Pesisir Timur Sumatera Utara. Berdasarkan

fakta, hampir sejauh 500 meter bibit pantai yang tergerus oleh air laut dan garis

pantai hampir mencapai ke pemukiman penduduk. Situasi ini tidak hanya

berakibat pada rusaknya kawasan pesisir akan tetapi berakibat pula dengan

menurunnya hasil tangkapan nelayan tradisional sebab hutan mangrove yang

menjadi tempat berpijahnya biota laut sudah punah.

Tahun 1992 masuklah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

yang bergerak dibidang pengembangan desa khususnya masyarakat nelayan

dengan nama WPAP (Wadah Pengembangan Alternatif Pedesaan) di Desa Sei

Nagalawan khususnya di Dusun III. LSM ini mengembangkan berbagai kegiatan-

kegiatan dengan membentuk kelompok perempuan nelayan dengan program

kerja konservasi kawasan pesisir dengan penanaman pohon bakau dan

peningkatan ekonomi perempuan pesisir melalui UBSP (Usaha Bersama Simpan

Pinjam) kelompok.

Kehadiran LSM ini banyak membawa perubahan pola pikir masyarakat

untuk mencintai lingkungan/kawasan pesisir sehingga walaupun LSM ini tidak

lagi bekerja di Sei Nagalawan akan tetapi banyak meninggalkan kader-kader

masyarakat yang peduli dan mencintai lingkungannya. Berbagai kegiatan yang

21
pernah dilakukan LSM ini bersama masyarakat adalah pembuatan MINA Bakau

dengan menanam pohon bakau di kawasan konservasi mangrove. Dari sekitar

10.000 batang bibit bakau yang ditanam hanya sekitar 0,5 % saja yang mampu

bertahan disebabkan oleh abrasi pantai yang lebih cepat terjadi daripada

perkembangan tanaman bakau yang ditanam kelompok, sebagian lagi punah

karena tidak terawat dengan baik dan ditebang oleh masyarakat sekitar yang

tidak mengerti akan manfaatnya.

Tahun 1998 terbentuklah Sarekat Nelayan Sumatera Utara (SNSU)

dengan nama “Kelompok Nelayan Kayuh Baimbai” dan terbentuk kembali

sebuah kelompok perempuan nelayan pada tahun 2005 dengan nama

“Kelompok Perempuan Muara Tanjung”. Kelompok nelayan ini melakukan

kegiatan peduli terhadap kawasan pesisir khususnya hutan mangrove.

Mengingat pentingnya menjaga kawasan hutan mangrove di pesisir Desa Sei

Nagalawan maka kemudian kelompok mendorong Pemerintah Desa pada tahun

2006 untuk menerbitkan regulasi tingkat desa dengan Surat Keputusan Kepala

Desa Sei Nagalawan Nomor : 678/03/SN/2006 tanggal 17 Maret tahun 2006

Tentang Perlindungan Hutan Bakau Seluas 2 Ha dan atau lahan – lahan kosong

yang tidak dipergunakan yang ditanam dan dikelola Kelompok Nelayan Kayuh

Baimbai dan Kelompok Perempuan Nelayan Muara Tanjung Desa Sei

Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai.

Pada tahun 2009 kelompok Konservasi Mangrove membangun

kerjasama dengan BPHM Wilayah II Medan dalam satu kegiatan yang diberi

nama “Gerakan Penanaman Swadaya” kegiatan ini melibatkan berbagai instansi

di Pemerintah kabupaten Serdang Bedagai yakni Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Serdang Bedagai, organisasi kemasyarakatan dan para

stakeholders lainnya. Bupati Serdang Bedagai yang diwakili oleh Ir.H. Soekirman

juga hadir dan ikut melakukan penanaman mangrove di kawasan hutan lindung

22
ini. Pasca Kegiatan tersebut, kemudian melalui Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Serdang Bedagai, kelompok dipercaya mengelola program KBR

(Kebun Bibit Rakyat) dimana kelompok membibitkan 50.000 bibit mangrove yang

sebagian ditanam di kawasan hutan mangrove oleh kelompok konservasi

mangrove Muara Baimbai.

Berdasarkan fakta sejarah tersebut, bahwa sejak tahun 90-an hingga saat

ini gerakan konservasi dan rehabilitasi kawasan hutan pantai merupakan hal

yang sudah terintegrasi dengan baik pada masyarakat Dusun III Desa Sei

Nagalawan. Kehadiran kelompok konservasi mangrove Muara Baimbai yang

kemudian membentuk Koperasi Serba Usaha (KSU) Muara Baimbai mampu

memotivasi masyarakat sekitar untuk menjaga dan melindungi hutan dan

memanfaatkannya sebagai sumber kehidupan manusia yang bertahan hingga

kini.

3.5 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja

Koperasi Serba Usaha (KSU) Muara Baimbai mempunyai struktur

organisasi yang sederhana. Susunan organisasi terbagi 2 yaitu pengurus dan

pengawas. KSU memiliki 3 ketua pada pengurus dan 1 ketua pengawas. Semua

ikut terlibat dalam mengelola Koperasi Serba Usaha. Koperasi serba usaha

terbagi dalam 2 kelompok, yaitu ekowisata dan pengolahan mangrove. Anggota

dan para pengelola merupakan warga sekitar yang bekerja sama menekuni

koperasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagai kerjaan

utama maupun kerjaan tambahan.

Susunan Pengurus Periode 2011-2016

a. Ketua I : Sutrisno

b. Ketua II : Ahmad Yani

c. Ketua III : Nurlia

23
d. Sekretaris : Zainal Abidin

e. Wakil Sekretaris : Sulastri

f. Bendahara : Saniah

g. Wakil Bendahara : Akhmad Jais

Susunan Pengawas Periode 2011-2016

h. Ketua : Sopian

i. Sekretaris : Sainik

j. Anggota : Hermansyah

Irwansyahril

Arwandani

3.6 Data dan Profil Instansi dan Bentuk Usaha

A. Badan Hukum Instansi

a. Nama Instansi : KOPERASI SERBA USAHA (KSU)

MUARA BAIMBAI

b. Tanggal berdiri : 17 Desember 2011

c. No. tgl. akte pendiri notaris : Nomor 63, Tanggal 30 januari 2012

d. Pengesahan akta pendirian :

No.518/15/BH/SOSNAKERKOP/VII/2012 tanggal 23 Juli 2012

a. Alamat lengkap : Desa Sei Nagalawan Dusun III,

Kec. Perbaungan

e. Kabupaten : Serdang Bedagai

f. Propinsi : Sumatera Utara

B. Visi dan Misi KSU (Koperasi Serba Usaha) Muara Baimbai

- Visi

24
Mewujudkan masyarakat yang peduli dan cinta lingkungan dengan

menggunakan azas kekeluargaan sehingga mampu menciptakan

kemandirian dibidang ekonomi dan sosial budaya.

- Misi

Melakukan kegiatan penyelamatan hutan pantai atau pesisir di Desa Sei

Nagalawan khususunya di Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Serdang Bedagai serta pemanfaatan potensi kawasan pesisir/hutan pantai

berupa jasa lingkungan/wisata alam dan pengolahan makanan serta

minuman berbasis mangrove yang dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

C. Bidang Usaha yang Dijalankan

1. Simpan pinjam khusus pada anggota dan masyarakat pada

umumnya.

2. Usaha perikanan darat dan laut, dan pertambakan, penangkaran,

pembesaran, pengolahan, dan pengawetan serta kegiatan usaha

terkait.

3. Menjalankan usaha jasa rekening listrik, pembayaran rekening telpon,

dan air minum.

4. Menjalankan usaha pemborongan pada umumnya (general

contractor), yaitu pembangunan kawasan perumahan (real estate),

rumah susun kawasan industri, perkantoran dan kondominium,

kawasan perbelanjaan, rumah sakit, dan rumah ibadah.

5. Mengadakan usaha pertokoan warung serba ada dan kebutuhan 5

(lima) bahan pokok (sembako).

6. Menjalankan usaha bidang perdagangan umum.

7. Menjalankan usaha pendidikan, kursus – kursus dan pendidikan

keetrampilan dan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan.

25
8. Menjalankan usaha pertanian dan perkebunan.

9. Menjalankan agen penyaluran bahan bakar minyak tanah dan gas.

10. Menjalankan usaha border dan kerajinan tangan dan usaha rumahan

11. Mengadakan usaha jasa dalam bidang hiburan dan pariwisata.

12. Perdagangan makanan dan minuman termasuk roti, kue, snack,

bumbu – bumbu makanan serta kegiatan usaha terkait.

13. Mengadakan usaha rumah makan dan restoran.

14. Menjalankan usaha penyaluran pupuk dan pengolahan pupuk organik

dan non organik.

15. Menjalankan usaha bidang konveksi, sablon, percetakan, fotokopi,

rental komputer, jasa angkutan, biro travel.

16. Menjalankan usaha bidang eksport dan import.

17. Pedagangan tanaman hias hidup dan bunga fantasi beserta

aksesoris.

18. Menjalankan usaha dalam bidang pengolahan sampah (daur ulang).

19. Kerjasama antar koperasi, sektor pemerintah dan/atau swasta dalam

bidang usaha lain yang menguntungkan.

20. Penyediaan perumahan dan/atau fasilitas kesehatan bagi anggota.

D. Permodalan

Permodalan KSU (Koperasi Serba Usaha) Muara Baimbai pada saat

pembentukan koperasi adalah berasal dari anggota berupa simpanan pokok

sebesar Rp.200.000,- (dua ratus ribu rupiah) ditambah dari simpanan wajib

anggota sebesar Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah). Untuk lebih jelas

komposisi permodalan Koperasi Serba Usaha Muara Baimbai adalah sebagai

berikut :

a. Simpanan pokok Rp. 200.000 x 56 org = Rp. 11.200.000,-

b. Simpanan Wajib Rp. 10.000 x 56 org = Rp. 560.000,-

26
Rp. 11.760.000,-

Mekanisme pembagian sisa hasil usaha (SHU) disepakati sebagai berikut:

a. 25% untuk cadangan

b. 35% untuk anggota dengan perbandingan jasa / modalnya

c. 10% untuk dana pengurus

d. 10% untuk dana pengawas

e. 10% untuk dana pendidikan dan dana sosial

f. 5% untuk insentif manajer dan karyawan

g. 5% untuk pembangunan daerah kerja

3.7 Sarana Dan Prasarana Desa Sei Nagalawan

1. Sarana

Jumlah sarana pendidikan yang ada di Desa Sei Nagalawan adalah

sebanyak 2 unit dengan rincian 1 unit Gedung sekolah Taman Kanak-kanak (TK)

dan 1 unit Gedung sekolah Sekolah Dasar (SD). Jumlah sarana kesehatan yang

ada di Desa Sei Nagalawan adalah sebanyak 1 unit Poliklinik Kesehatan Desa.

Terdapat 1 bidan desa yang membuka praktik pelayanan kesehatan. Tidak

ditemukan rumah sakit di wilayah desa ini.

Jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Sei Nagalawan adalah

sebanyak 9 unit dengan rincian 3 unit Masjid, 3 unit Musholla dan 3 unit Gereja.

Prasarana panjang jalan yang terdapat di Sei Nagalawan adalah panjang jalan

kabupaten sepanjang 5 km, panjang jalan desa sepanjang 5 km, panjang jalan

tanah sepanjang 5 km dan jembatan beton sebanyak 5 buah.

2. Prasarana

Aksesbilitas merupakan salah satu kunci utama yang akan mendukung

keberhasilan pengembangan pada suatu kawasan, karena akan

menghubungkan wilayah pengembangan dengan daerah luar. Jarak tempuh dari

27
Desa Sei Nagalawan ke Ibukota Provinsi sekitar 67 kilometer, sedangkan ke

Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai (Sei Rampah) sekitar 18 kilometer dan ke

kota Kecamatan Perbaungan sekitar 16 kilometer. Kondisi jalan utama Desa Sei

Nagalawan sudah beraspal dan kondisinya sampai saat ini sudah cukup baik,

namun ada beberapa yang rusak, yakni ada beberapa lokasi yang rusak

misalnya di depan Kantor Kepala Desa Sei Nagalawan dan di beberapa titik

lainnya.

28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Penangkapan Ikan

Proses kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di kawasan pantai

Ekowisata Mangrove Kmapoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan meliputi :

persiapan alat tangkap dan perahu, penangkapan ikan, dan pendaratan dan

pendataan ikan di Koperasi Serba Usaha (KSU) Muara Baimbai.

4.1.1 Deskripsi Stasiun Pengamatan

Stasiun pengamatan merupakan kawasan penangkapan ikan. Berada

sekitar 1,6 – 3,8 km dari bibir pantai. Kawasan penangkapan ikan terletak di

sekitar koordinat 3°35'34.1" LU dan 99°05'35.0" BT. Sehingga masih dipengaruhi

oleh ekosistem mangrove dan aliran sungai. Kawasan penangkapan ini terletak

di sekitar beting, yaitu gundukan pasir di tengah laut yang membentang sekitar 5

km. Substrat pada daerah ini merupakan lumpur berwarna cokelat dengan

bebatuan dan sedikit karang. Kondisi ini cocok bagi ikan – ikan berukuran kecil

sampai sedang yang umumnya mencari makan di sekitar ekosistem mangrove

dan terumbu karang. Selain itu, warna air keruh kehijauan dan terlihat berpasir

dengan buih di beberapa titik. Hal ini dikarenakan adanya gerakan air berupa

ombak yang mengaduk perairan kaya unsur hara dan menyebabkan

terbentuknya buih. Perairan ini juga dapat dikatakan kaya akan produktivitas

fitoplankton karena warnanya yang kehijauan. Peta stasiun pengamatan dapat

dilihat pada Gambar 3.

29
Gambar 3. Peta Daerah Penangkapan Ikan dengan Skala 1 : 10.000 (Google

Maps, 2017)

4.1.2 Deskripsi Alat Tangkap yang Digunakan

Umumnya alat tangkap yang digunakan adalah jaring ikan (gill net)

dengan mata jaring berukuran 2 cm. cara menggunakannya dengan diulur di

sepajang perairan, kemudian ditunggu sekitar 30 menit – 1 jam, lalu ditarik dan

diulang jika perlu. Waktu optimal penggunaan jaring ikan adalah pada saat surut

yaitu subuh menjelang pagi. Pada Praktek Kerja Magang ini, alat tangkap yang

digunakan adalah jaring ikan sebagai alat tangkap tunggal. Ada juga jaring

udang dengan mata jaring 1,5/8. Komoditas utama yang ditangkap dengan jaring

udang adalah udang – udangan, namun biasanya banyak juga ikan – ikan

berukuran kecil yang tertangkap pada jaring udang. Alat tangkap yang digunakan

nelayan dapat dilihat pada Gambar 4.

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan memiliki beberapa jenis trip.

Namun, umumnya kegiatan penangkapan dilakukan perhari, mulai dari pagi

sampai siang. Trip lain yang biasa dilakukan oleh nelayan Desa Sei Nagalawan

30
adalah dengan menginap di laut. Jumlah nelayan yang berada di bawah

naungan Koperasi Serba Usaha Muara Baimbai yaitu 15 orang.

Gambar 4. Alat Tangkap yang Digunakan (Dokumentasi PKM, 2016)

Alat tangkap lain yang juga sering digunakan berupa jaring linci dengan

ukuran mata jaring 2 cm. Biasanya jaring linci digunakan untuk menangkap gurita

atau sotong maupun ikan – ikan sedang. Keunikan jaring linci adalah terdapat

cangkang crustacea pada bagian atas jaring yang gunanya untuk memacing

predator. Selain itu, terdapat alat tangkap lain diantarnya jaring kepiting yang

digunakan dengan cara disorong, jaring bawal dengan mata jairng 5 cm yang

lama waktu tunggunya beberapa jam. Ada pula alat tangkap yang digunakan di

bibir pantai dan muara, diantaranya : jala tarik, jala tebar, serta perangkap

kepiting.

4.1.3 Karakteristik Hutan Mangrove Kampoeng Nipah

Area penangkapan ikan dilakukan di kawasan pantai Ekowisata

Mangrove Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan. Perairan ini merupakan

31
bagian dari Selat Malaka yang letaknya tidak jauh dari Sungai Sei Nipah.

Sehingga masih dipengaruhi oleh ekosistem Mangrove dan perairan payau.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua pengelola maupun ketua

pengawas ekowisata mangrove Kampoeng Nipah, luas hutan mangrove yang

berada di Desa Sei Nagalawan diperkirakan ± 7 hektar. Jenis mangrove yang

mendominasi di pantai Mangrove ini yaitu Rhizopora mucronata (bakau bangka),

Rhizopora apiculata (bakau merah), Rhizopora stylosa (bakau, tongke besar),

Avicennia marina, Bruguiera sp., seluruh jenis mangrove ini menyebar secara

merata. Berikut jenis flora (tanaman) yang berada di kawasan Hutan Mangrove

yang telah diidentifikasi oleh KSU Muara Baimbai dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 3. Jenis Flora yang ada di Kawasan Mangrove Kampoeng Nipah.

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

1. Bakau merah Rhizophora apiculata

2. Bakau Bangka Rhizophora mucronata

3. Bakau, tongke besar Rhizophora stylosa

4. Api-api Avicennia marina

5. Api-api Avicennia alba

6. Api-api Avicennia lanata

7. Teruntun , kacangan Aegiceras corniculatum

8. Lenggadai Bruguiera cylindra

9. Tengar Ceriops tagal

10. Mata buaya Bruguiera gymnorrhiza

11. Nipah Nypa fruticans

12. Prepat Sonneratia alba

13. Jeruju Acanthus ilicifolius

14. Kacang-kacangan Ipomoea pes-caprea

32
No. Nama Lokal Nama Ilmiah

15. Subang-subang Scaevola taccada

16. Gelang laut Sesuvium portuculacastrum

17. Ketapang Terminalia catappa

18. Kayu waru, baru Thepesia populnea

19. Cemara laut Casuarina equisetipolia

20. Buta-buta Excoecaria agallocha

21. Ketapang laut (nyamplung) Calophyllum inophyllum

22. Tanjang / sukun Bruguiera sexangula

Jenis – jenis fauna yang terdapat di Ekowisata Mangrove Kampoeng

Nipah Desa Sei Nagalawan yakni : Kepiting Bakau, Biawak, Ikan Lundu, Udang

Galah, Ikan Belanak, Bangau Putih, Elang Merah, Ikan Bakul / Sempakul,

Kepiting Canggah, Ular, Ikan Ketang, Ikan Glodok, dan Ikan Sembilang.

Menurut Wiharyanto (2007), ekosistem mangrove merupakan ekosistem

yang kompleks, mempunyai ciri khas yang unik, dengan berbagai fungsi dan

manfaat bagi lingkungan dan makhluk hidup lainnya. Ekosistem ini tersusun dari

berbagai macam flora maupun fauna. Pada zona yang dipengaruhi oleh pasang

surut memiliki beberapa kelompok seperti, Rhizoporaceae, Combretaceae,

Meliaceae, Sonneratiaceae, Euphorbiaceae dan Sterculiaceae. Sedangkan zona

kearah darat ditumbuhi oleh jenis paku-pakuan (Acrostichum aureum). Ekosistem

mangrove juga memiliki fungsi biologis dimana banyak fauna yang

memanfaatkannya sebagai tempat memijah, mencari makan, mengasuh anak,

tempat berlindung.

Keadaan hutan mangrove di Kampoeng Nipah sempat rusak parah akibat

abrasi pantai yang terjadi dimulai pada tahun 1990-an. Akibatnya bibir pantai

33
tergerus oleh air laut dan terjadi interusi air laut ke lahan pertanian penduduk.

Tahun 1992 masuklah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang

bergerak dibidang pengembangan desa khsususnya masyarakat nelayan

dengan nama WPAP (Wadah Pengembangan Alternatif Pedesaan) di Desa Sei

Nagalawan khususnya di dusun III. LSM ini mengembangkan berbagai kegiatan-

kegiatan dengan membentuk kelompok perempuan nelayan dengan program

kerja konservasi kawasan pesisir dengan penanaman pohon bakau dan

peningkatan ekonomi perempuan pesisir melalui UBSP (Usaha Bersama Simpan

Pinjam) kelompok. Kehadiran LSM ini banyak membawa perubahan pola pikir

masyarakat untuk mencintai lingkungan/kawasan pesisir, sehingga semakin

berkembanglah usaha masyarakat Desa Sei Nagalawan menjadi lebih baik.

Asal nama ekowisata mangrove Kampoeng Nipah dikarenakan dulunya

wilayah sepanjang muara hingga pantai merupakan hutan dan belum adanya

desa. Hutan ini sangat didominasi tumbuhan mangrove yang berjenis nipah.

Wilayah mangrove ini juga dimanfaatkan para warga yang sebagian besar

nelayan untuk menangkap ikan, kepiting, udang dan mengolah hasil daun

maupun buah mangrove menjadi produk makanan. Ada beberapa pantai

berjejer sepanjang kawasan pesisir, antara lain pantai Cemara kembar,

Romance bay, pantai Cermin, pantai Bali lestari, pantai Srimersing dan masih

banyak pantai lainnya. Semua pantai dikelola oleh para pengusaha dan kurang

ramah lingkungan. Pantai yang memiliki komunitas hutan mangrove hanya ada di

Kampoeng Nipah.

Berikut ini adalah ciri-ciri fisik pohon mangrove yang ada di Pantai

Mangrove Desa Sei Nagalawan yaitu Rhizophora apiculata (dapat dilihat pada

Gambar 5) atau yang biasa dikenal dengan nama bakau merah, tumbuhnya

berkelompok dan kebanyakan berada pada pematang sungai yang tergenang air

serta pada tanah yang berlumpur dan mengandung humus. Pohonnya berakar

34
tunjang dengan bentuk daun elips melebar hingga bulat memanjang dan ujung

daunnya runcing, gagang daun panjangnya berkisar 17-35 mm dan warnanya

kemerahan. Rhizopora apiculata memiliki pohon dengan ketinggian mencapai 30

m dengan diameter 50 cm. Perakarannya khas hingga mencapai ketinggian 5 m.

Bunga bersifat biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada

ganggang yang berukuran <14 mm terletak di ketiak daun dengan formasi

kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota berjumlah 4 kuning atau putih,

tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga berwarna kuning

kecoklatan, melengkung. Benang sari 11-12 tak bertangkai. Buah kasar

berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5

cm, berisi satu biji fertil. Hipokotol silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher

kontilonon berwarna merah jika sudah matang dengan ukuran hipokotil panjang

18-38 cm dan diameter 1-2 cm.

Jenis mangrove Rhizhopora apiculata lebih sering digunakan untuk kayu

bakar karena jenis kayunya yang besar dan kuat. Akarnya yang panjang juga

mempengaruhi kekuatan untuk menahan abrasi, akresi dan intrusi air laut. Jenis

mangrove ini sangat cocok untuk daerah-daerah yang mempunyai gelombang

kuat, salah satunya di pantai Sei Nagalawan.

Gambar 5. Rhizhopora apiculata (Dokumentasi PKM, 2016)

35
Jenis lain yang mendominasi ekosistem hutan mangrove di Desa Sei

Nagalawan yaitu Rhizopora mucronata (dapat dilihat pada Gambar 6) yang

memiliki pohon dengan ketinggian mencapai 27 m. Batang memiliki diameter

hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah

horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian

bawah. Daun berkulit, gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak

daun terletak pada pangkal, gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm dengan letak

sederhana dan berlawanan berbentuk elips melebar hingga bulat memanjang

dengan ujung daun meruncing berukuran 11-23 x 5-13 cm.

Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing

menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm terletak di ketiak

daun dengan formasi kelompok (4-8 bunga per kelopak). Daun mahkota 4 buah

dan berwarna putih, ada rambut dengan ukuran rata-rata 9 mm. kelopak benang

sari 8, tak bertangkai. Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-

7 cm, berwarna hijau kecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji

tunggal. Hipokotil silindir,kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning ketika

matang, dengan panjang 36-70 cm dan berdiameter 2-3 cm. Tumbuh di areal

yang sama dengan Rhizopora apiculata tetapi lebih toleran terhadap substrat

yang lebih keras dan pasir.

Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang

sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah

yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang

tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Jenis mangrove

Rhizopora mucronata lebih sering digunakan untuk kayu bakar karena jenis

kayunya yang besar dan kuat. Akarnya yang panjang juga mempengaruhi

kekuatan untuk menahan abrasi, akresi dan intrusi air laut.

36
Gambar 6. Rhizopora mucronata (Dokumentasi PKM, 2016)

Ada pula jenis Avicennia marina (dapat dilihat pada Gambar 7) yang

memiliki akar seperti pensil yang menonjol kepermukaan yang disebut akar

nafas. Kulit kayunya yang halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas

dalam bagian-bagian kecil. Pada bagian batang yang tua kadang-kadang

ditemukan serbuk tipis. Avicennia marina ini dapat tumbuh hingga setinggi 12 m.

Daun dari avicennia marina memiliki bentuk lancip di ujung dan berwarna hijau

pada bagian depan dan berwarna keabu-abuan di bagian bawah dengan

panjang sekitar 5 – 11 cm. Bunganya berbentuk bulat kecil dengan diameter

sekitar 0,4 – 0,5 cm dan berwarna kuning hingga oranye, sedangkan buahnya

berbentuk bulat dengan ujung melancip dan permukaan berambut halus,

berwarna hijau dengan ukuran panjang 1.5–2.5 cm dan lebar 1,5–2,0 cm.

Avicennia marina umumnya ditemukan dalam bentuk semak belukar

hingga pohon dengan ukuran sekitar 2-5 m dan ditemukan di muara sungai atau

di daerah pasang surut rendah. Memiliki toleransi tinggi terhadap salinitas

hingga 85 ppt. Sedangkan salinitas optimal untuk pertumbuhannya adalah

sekitar 0-30 ppt. Avicennia marina memiliki potensi yang baik untuk dimanfaatkan

37
sebagai bahan obat-obatan. Masyarakat Sei Nagalawan biasanya

memanfaatkan buah Avicennia marina untuk pembuatan teh maupun sirup.

Gambar 7. Avicennia marina (Dokumentasi PKM, 2016)

Jenis Bruguiera parviflora (dapat dilihat pada Gambar 8) yaitu berbentuk

pohon dengan karakteristik morfologi yaitu akar lulut dan akar tunjang kecil, kulit

batang kasar, kulit pohon berwarna abu-abu dan coklat tua. Daun tunggal,

bentuk elips, permukaan atas daun halus, panjang 8-11cm lebar 5,5 cm.

Permukaan atas daun hijau tua, permukaan bawah hijau muda. Jenis ini

ditemukan hidup bersama spesies lain seperti Brugueira gymnnorhiza dan

Avicennia lanata. dengan kehadiran biota meliputi; Morula margariticola,

Cerithium zonatus, Nerita polita, Littorina scabra, Monodanta labio, Chypeomorus

subrevecula.

Jenis Brugueira gymnorrhiza yaitu berbentuk pohon dengan memiliki

karakteristik morfologi yaitu kulit kayu kasar berwarna abu-abu kehitaman. Daun

tunggal, permukaan atas daun hijau tua, permukaan bawah hijau kekuningan,

daun tebal, ujung runcing, bentuk elips sampai bulat panjang, ukuran panjang 8-

15 cm, lebar 4-6 cm. memiliki akar lutut dan akar tunjang kecil dengan

Kemampuan toleransi terhadap salinitas rendah. Jenis ini terdapat kehadiran

38
biota meliputi; Morula margariticola, Littorina scabra, Cerithium zonatus, Nerita

axuvia, Ceritidea obsuta , Monodanta labio dan, Chypomorus subrevicula.

Gambar 8. Brugueira gymnorrhiza (Dokumentasi PKM, 2016)

Bruguiera sp mampu hidup dan beradaptasi pada daerah substrat

berlumpur seperti Rhizophora sp, penyebaran bibit biasanya terbawa oleh arus

air atau ada kontribusi dari masyarakat setempat yang sengaja ingin

membudidayakan. Tetapi apabila tumbuhan tersebut tidak mampu beradaptasi

dengan baik, maka tumbuhan tersebut tidak dapat tumbuh pada daerah tersebut.

Jenis – jenis Mangrove tersebut sangat baik baik bagi keseimbangan

ekosistem. Selain itu Mangrove juga berperan penting dalam penyediaan

makanan, tempat berpijah, dan habitat alami bagi ikan – ikan hasil tangkapan.

Sehingga banyak ikan – ikan yang berhabitat payau dan laut yang tertangkap di

perairan sekitar ekosistem Mangrove.

4.2 Ikan Hasil Tangkapan

Adapun ikan – ikan hasil tangkapan yang berhasil didaratkan adalah

sebagai berikut :

Tabel 4. Jenis – Jenis Ikan yang Didaratkan.

39
No. Nama Lokal Nama Ilmiah

1. Ikan Bawal Pampus chinensis

2. Ikan Senangin Eleutheronema tetradactylum

3. Ikan Bawal Putih Pampus argenteus

4. Ikan Selar Minyak Selaroides leptolepis

5. Ikan Lidah Cynoglossus arel

6. Ikan Gabus Pasir Sillaginopodys chondropus

7. Ikan Biji Nangka Pristipomoides aquilonaris

8. Ikan Coming Drepane punctate

9. Ikan Tudung Periuk Alectis indica

10. Ikan Kupak Atropus atropos

11. Ikan Gulama Johnius belangerii

12. Ikan Alo Alo Sphyraena putnamae

13. Ikan Pari Telatrygon acutirostra

14. Ikan Cincaro Megalaspis cordyla

15. Ikan Kakap Ayam Chlorurus spilurus

16. Ikan Kerapu Bintik Cephalopholis cyanostigma

17. Ikan Salam Elagatis bipinnulata

18. Ikan Senangin Kecil Polydactylus persicus

19. Ikan Selar Gelek Atule mate

20. Ikan Merah Pristipomoides multidens

21. Ikan Gembung Kuring Rastrelliger faughni

22. Ikan Tongkol Sisik Thunnus tonggol

23. Ikan Dencis Decapterus muroadsi

24. Ikan Bawal Hitam Parastromateus niger

25. Ikan Kapas Kapas Caranx senegallus

26. Ikan Kakap Hitam Lutjanus goldiei

27. Ikan Kakap Putih Pennahia macrocephalus

40
1. Ikan Bawal

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Stromateidae

Genus : Pampus

Species : Pampus chinensis

Ciri – ciri :

 Warna tubuh keabuan sampai cokelat dan terdapat titik – titik hitam dan

bagian bawah berwarna putih.

 Pupil mata kecil, berada ditengah, dan lebih pendek dari hidung.

 Pangkal ekor pendek, dalam, pipih, tebal, dan tanpa scute dan bagian

ujung sirip ekor menghitam.

Habitat :

Laut tropis, payau, bentopelagis, dan amphidromus. Kedalaman mulai 10 meter.

Penyebaran :

Pasifik Barat-Indonesia : Teluk Persia sampai timur Indonesia, utara sampai

Jepang.

41
(a) (b)

Gambar 9. (a) Ikan Bawal (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Bawal
(FishBase, 2016)

2. Ikan Senangin

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Polynemidae

Genus : Eleutheronema

Species : Eleutheronema tetradactylum

Ciri – ciri :

 Warna tubuh cenderung putih dengan bagian atas perak kehijauan.

 Pupil mata besar, dengan sclera putih, dan cenderung lebar.

 Pangkal ekor lebar, sirip ekor panjang dengan ujung berwarna hitam.

Habitat :

Laut tropis, air tawar, payau, dan amphidromus. Kedalaman sekitar 0 – 23 meter.

Penyebaran :

Pasifik Barat-Indonesia : Teluk Persia sampai Papua Nugini dan bagian utara

Australia.

42
(a) (b)

Gambar 10. (a) Ikan Senangin (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Senangin
(FishBase, 2016)

3. Ikan Bawal Putih

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Stromateidae

Genus : Pampus

Species : Pampus argenteus

Ciri – ciri :

 Warna tubuh putih, namun bagian atas dan bawah keperakan.

 Pupil mata kecil sedangkan sclera lebar.

 Pangkal ekor pipih dan lebar, sirip ekor bawah lebih panjang, dan ujung

menghitam.

Habitat :

Laut subtropis, benthopelagis, dan oceanodromus dengan kisaran kedalaman 5

– 110 meter.

43
Penyebaran :

Pasifik Barat-Indonesia : Teluk Persia sampai Indonesia, utara sampai Hokkaido.

(a) (b)

Gambar 11. (a) Ikan Bawal Putih (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Bawal
Putih (FishBase, 2016)

4. Ikan Selar Minyak

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Carangidae

Genus : Selaroides

Species : Selaroides leptolepis

Ciri – ciri :

 Warna tubuh putih kekuningan, bagian atas keperakan, dan terdapat

garis kuning terang, serta titik hitam diatas operculum.

 Ukuran mata lebih lebar dari hidung dan pupil mata lebar dengan sclera

putih kekuningan.

44
 Lingkar pangkal ekor kecil dan keras, terdapat scute, warna sirip ekor

kuning.

Habitat :

Laut tropis, payau berasosiasi dengan karang, amphidromus, dan kisaran

kedalaman 1 – 50 meter.

Penyebaran :

Pasifik Barat-Indonesia : Teluk Persia sampai Filipina, utara sampai Jepang,

selatan sampai Laut Arafura dan Australia.

(a) (b)

Gambar 12. (a) Ikan Selar Minyak (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Selar
Minyak (FishBase, 2016)

5. Ikan Lidah

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Pleuronectiformes

Family : Cynoglossidae

Genus : Cynoglossus

Species : Cynoglossus arel

45
Ciri – ciri :

 Warna tubuh cokelat muda dan bagian operculum cenderung hitam dan

terlihat guratan sisik.

 Mata berada pada sisi yang sama, dengan bagian interorbital yang kecil.

 Tidak memiliki pangkal ekor karena tubuh yang meruncing.

Habitat :

Laut tropis, perairan payau, demersal, dengan kisaran kedalaman 9 – 125 meter.

Penyebaran :

Pasifik Barat-Indonesia : Teluk Persia sampai Sri Lanka dan Indonesia, utara

sampai bagian selatan Jepang.

(a) (b)

Gambar 13. (a) Ikan Lidah (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Lidah
(FishBase, 2016)

6. Ikan Gabus Pasir

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Sillaginidae

46
Genus : Sillaginopodys

Species : Sillaginopodys chondropus

Ciri – ciri :

 Warna tubuh kuning kecokelatan dengan bagian bawah berwarna putih.

 Pupil mata lebar dengan sclera kuning.

 Pangkal ekor lebar dan cenderung tebal dengan warna kuning.

Habitat :

Laut tropis, payau dasar (demersal), nir-ruaya, dan kisaran kedalaman 0 – 5

meter.

Penyebaran :

Indo-Pasifik : Afrika Selatan, bagian utara sampai Pakistan, India, Myanmar,

Indonesia, utara Papua Nugini, Thailand, Filipina, dan Taiwan.

(a) (b)

Gambar 14. (a) Ikan Gabus Pasir (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Gabus
Pasir (FishBase, 2016)

7. Ikan Biji Nangka

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

47
Order : Perciformes

Family : Lutjanidae

Genus : Pristipomoides

Species : Pristipomoides aquilonaris

Ciri – ciri :

 Warna tubuh merah jambu dengan bagian bawah memutih dan beberapa

garis kuning.

 Mata besar, orbitnya hampir mencapai tepi kepala.

 Pangkal ekor lebar dan pipih dengan bagian atas sirip ekor berwarna

kuning.

Habitat :

Laut subtropikal bagian dasar (demersal), kisaran kedalaman 24 – 370 meter dan

biasanya 50 -250 meter.

Penyebaran :

Atlantik barat : Kanada sampai Karolina Utara, USA dan Laut Karibia sampai

Santa Catarina, Brazil.

(a) (b)

Gambar 15. (a) Ikan Biji Nangka (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Biji
Nangka (FishBase, 2016)

8. Ikan Coming

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

48
Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Drepaneidae

Genus : Drepane

Species : Drepane punctata

Ciri – ciri :

 Warna tubuh keperakan dengan bintik – bintik hitam dan bagian ujung –

ujung sirip menghitam.

 Mata lebar, bahkan hampir mencapai tepi kepala dan bagian sclera

berwarna merah.

 Pangkal ekor lebar namun pipih dan bagian sirip ekor berwarna putih

keruh.

Habitat :

Laut subtropikal, payau berasosiasi dengan karang, amphidromus, dengan

kisaran kedalaman 10 – 49 meter.

Penyebaran :

Pasifik Barat-Indonesia : perairan hangat dan tropis dari India sampai utara

Autralia, Papua Nugini, Indonesia, Filipina, Taaiwan, dan Jepang.

49
(a) (b)

Gambar 16. (a) Ikan Coming (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Coming
(FishBase, 2016)

9. Ikan Tudung Periuk

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Carangidae

Genus : Alectis

Species : Alectis indica

Cici – ciri :

 Warna tubuh putih keruh dengan bagiantas berwarna perak dan terdapat

garis – garis perak vertikal.

 Mata lebar dengan sclera berwarna krim dan pupil mata berukuran

sedang.

 Pangkal ekor kecil, berbentuk bulat, keras, dan terdapat scute.

Habitat :

Laut tropis, payau berasosiasi dengan karang dan kisaran kedalaman 20 – 100

meter.

Penyebaran :

Indo-Pasifik : Laut Merah dan Afrika Timur sampai Polinesia Perancis, utara

sampai bagian selatan Jepang, selatan sampai Laut Arafura dan Australia.

50
(a) (b)

Gambar 17. (a) Ikan Tudung Periuk (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan
Tudung Periuk (FishBase, 2016)

10. Ikan Kupak

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Carangidae

Genus : Atropus

Species : Atropus atropos

Ciri – ciri :

 Warna tubuh perak, dengan bagian perut putih dan sirip ventral bawah

berwarna hitam.

 Mata lebar dengan pupil yang besar dan sclera putih.

 Pangkal ekor kecil, berbentuk bulat memipih, keras, dan terdapat scute.

Habitat :

Laut tropis dan amphidromus.

Peyebaran :

51
Pasifik Barat-Indonesia : di perairan tropis , utara sampai Perfektur Mie, Jepang.

(a) (b)

Gambar 18. (a) Ikan Kupak (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Kupak
(FishBase, 2016)

11. Ikan Gulama

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Sciaenidae

Genus : Johnius

Species : Johnius belangerii

Ciri – ciri :

 Warna tubuh keperakan dengan bagian bawah putih dan bagian ujung

sirip dorsal hitam.

 Mata lebar, bahkan hampir mencapai tepi kepala dan pupil besar dengan

sclera putih kekuningan.

 Pangkal ekor cenderung lebar, panjang, dan tebal dengan sirip ekor

cenderung berwarna transparan.

52
Hbitat :

Laut tropis, perairan payau, demersal, amphidromus, dengan kisaran kedalaman

sekitar 40 meter.

Penyebaran :

Pasifik Barat-Indonesia : Pakistan, India, Sri Lanka, sepanjang Timur Hindia,

sampai Cina. Rentangnya meluas ke arah barat sampai Teluk Persia.

(a) (b)

Gambar 19. (a) Ikan Gulama (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Gulama
(FishBase, 2016)

12. Ikan Alo Alo

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Sphyraenidae

Genus : Sphyraena

Species : Sphyraena putnamae

Ciri – ciri :

53
 Warna tubuh abu – abu dengan bagian atas hitam dan bawah putih serta

terdapat garis – garis gelap.

 Mata lebar dengan pupil mata besar dan sclera berwarna putih.

 Pangkal ekor cenderung lebar dan tebal dengan bagianujung sirip ekor

menghitam.

Habitat :

Laut tropis yang berasosiasi dengan karang dan kisaran kedalaman 3 – 20

meter.

Penyebaran :

Pasifik Barat-Indonesia : Laut Merah dan Afrika Timur sampai Kaledonia Baru

dan Vanuatu, utara sampai bagian selatan Jepang. Dilaporkan terdapat di Fiji

dan Tuvalu.

(a) (b)

Gambar 20. (a) Ikan Alo Alo (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Alo Alo
(FishBase, 2016)

13. Ikan Pari

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Chondrichthyes

54
Order : Myliobatiformes

Family : Dasyatidae

Genus : Telatrygon

Species : Telatrygon acutirostra

Ciri – ciri :

 Warna tubuh cokelat dengan bagian pinggir lebih terang dan bagian

bawah putih.

 Mata berada pada sisi atas cenderung lebar dengan pupil yang besar

namun berbentuk lonjong.

 Ekor panjang dan meruncing dengan struktur lunak.

Habitat :

Laut tropis, demersal, dengan kisaran kedalaman 53 – 142 meter.

Penyebaran :

Pasifik Barat laut : lepas pantai Jepang bagian selatan dan Laut Cina Timur.

Rentangnya dilaporkan meluas dari Teluk Guayaquil, Ekuador.

(a) (b)

Gambar 21. (a) Ikan Pari (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Pari (FishBase,
2016)

14. Ikan Cincaro

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

55
Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Carangidae

Genus : Megalaspis

Species : Megalaspis cordyla

Ciri – ciri :

 Warna tubuh bagian atas keperakan sedangkan bagian bawah putih

dengan titik hitam diatas operculum.

 Mata lebar, dengan pupil mata yang besar dan sclera putih.

 Pangkal ekor kecil, sangat keras, dan terdapat scute dengan ujung sirip

ekor berwarna hitam.

Habitat :

Laut tropis, payau berasosiasi dengan karang, dan kisaran kedalaman 20 – 100

meter.

Penyebaran :

Pasifik Barat-Indonesia : Afrika Timur sampai Jepang dan Australia.

(a) (b)

Gambar 22. (a) Ikan Cincaro (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Cincaro
(FishBase, 2016)

56
15. Ikan Kakap Ayam

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Scaridae

Genus : Chlorurus

Species : Chlorurus spilurus

Ciri – ciri :

 Warna tubuh hijau dengan garis – garis merah pada bagian kepala, tepi

sisik serta bagian tengah sirip dorsal dan sirip pectoral.

 Mata berukuran sedang dengan pupil mata kecil dan sclera merah.

 Pangkal ekor lebar dan tebal berwarna hijau, namun sirip ekor cenderung

berwarna biru.

Habitat :

Laut tropis yang berasosiasi dengan karang.

Penyebaran :

Pasifik Tengah bagian barat.

(a) (b)

57
Gambar 23. (a) Ikan Kakap Ayam (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Kakap
Ayam (FishBase, 2016)

16. Ikan Kerapu Bintik

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Serranidae

Genus : Cephalopholis

Species : Cephalopholis cyanostigma

Ciri – ciri :

 Warna tubuh cokelat kemerahan dengan titik – titik biru di seluruh tubuh

dan sirip – sirip berwarna cokelat tua.

 Mata berukuran sedang dengan pupil besar dan sclera kemerahan.

 Pangkal ekor lebar dan tebal berwarna cokelat muda, sedangkan sirip

ekor berwarna cokelat tua dan ujungnya hitam.

Habitat :

Laut tropis yang berasosiasi dengan karang, nir-ruaya, dan kisaran kedalaman 1

– 50 meter.

Penyebaran :

Pasifik bagian barat : Filipina sampai Australia (Kepulauan Dampier, Australia

bagain barat sampai Kepulauan Capricorn, bagian selatan Great Barrier Reef);

termasuk Palau, Britania Braru, dan Kepulauan Solomon.

58
(a) (b)

Gambar 24. (a) Ikan Kerapu Bintik (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan
Kerapu Bintik (FishBase, 2016)

17. Ikan Salam

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Carangidae

Genus : Elagatis

Species : Elagatis bipinnulata

Ciri – ciri :

 Warna tubuh abu – abu dengan bagian atas hitam dan bagian bawah

putih dan terdapat beberapa garis kuning.

 Mata berukuran sedang dengan sedang dan sclera berwarna kuning.

 Pangkal ekor membulat dan tebal serta sirip ekor berwarna kuning.

Habitat :

Laut subtropikal yang berasosiasi dengan karang dan kisaran kedalaman 0 – 150

meter, biasanya 2 – 10 meter.

59
Penyebaran :

Atlantik bagian barat : Massachusetts, USA dan bagian utara Teluk Meksiko

sampai Rio de Janeiro, Brazil. Atlantik bagian timur : lepas pantai Genoa, Italia

dalam Laut Mediterania dan dari Pantai Gading sampai Angola. Sepanjang Indo-

Pasifik, namun jarang atau tidak ada di Teluk Persian. Pasifik bagian timur :

diluat Teluk California sampai Ekuador; termasuk Kepulauan Galapagos.

(a) (b)

Gambar 25. (a) Ikan Salam (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Salam
(FishBase, 2016)

18. Ikan Senangin Kecil

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Polynemidae

Genus : Polydactylus

Species : Polydactylus persicus

Ciri – ciri :

60
 Warna tubuh kekuningan namun bagian atas berwarna merah jambu dan

terdapat bercak hitam diatas operculum.

 Mata berukuran lebar dengan pupil yang besar dan sclera berwarna

kuning.

 Pangkal ekor lebar dan pipih dan sirip ekor berwarna kuning.

Habitat :

Laut tropis, demersal dengan kisaran kedalaman sampai 10 meter.

Penyebaran ;

Bagian barat Samudera Hindia : Teluk Persia.

(a) (b)

Gambar 26. (a) Ikan Senangin Kecil (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan
Senangin Kecil (FishBase, 2016)

19. Ikan Selar Gelek

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Carangidae

Genus : Atule

61
Species : Atule mate

Ciri – ciri ;

 Warna tubuh keperakan dengan bagian bawah berwarna putih dan

terdapat titik hitam di tepi operculum.

 Mata berukuran cenderung lebar dengan pupil mata besar dan sclera

putih kekuningan.

 Pangkal ekor kecil, membulat, dan terdapat scute serta warna sirip ekor

kuning.

Habitat :

Laut tropis, payau berasosiasi dengan karang, dan kisaran kedalaman 1 – 80

meter.

Penyebaran :

Indo-Pasifik : Laut Merah dan pantai timur Afrika sampai Kepulauan Hawaii dan

Samoa, utara sampai Jepang, selatan sampai Laut Arafura dan bagian utara

Australia.

(a) (b)

Gambar 27. (a) Ikan Selar Gelek (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Selar
Gelek (FishBase, 2016)

20. Ikan Merah

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

62
Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Lutjanidae

Genus : Pristipomoides

Species : Pristipomoides multidens

Ciri – ciri :

 Warna tubuh merah dengan beberapa garis kuning dan bagian bawah

memutih.

 Mata cenderung lebar dengan pupil berukuran sedang dan sclera

berwarna merah jambu.

 Pangkal ekor berbentuk pipih cenderung lebar dan tebal dengan ujung

sirip ekor terdapat garis kuning.

Habitat :

Laut tropis, demersal, dan kisaran kedalaman 40 – 350 meter, biasanya 125 –

275 meter.

Penyebaran :

Indo- Pasifik : Laut Merah, Laut Arab, dan Afrika Timur sampai Samoa, utara

sampai selatan Jepang, selatan sampai Australia.

(a) (b)

63
Gambar 28. (a) Ikan Merah (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Merah
(FishBase, 2016)

21. Ikan Gembung Kuring

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Scombridae

Genus : Rastrelliger

Species : Rastrelliger faughni

Ciri – ciri :

 Warna tubuh putih kekuningan, namun bagian atas kehitaman, dan

terdapat garis – garis hitam.

 Mata lebar dnegan pupil mata berukuran sedang dan sclera berwarna

kuning.

 Pangkal ekor pendek, membulat, terdapat scute, dan sirip ekor berwarna

kekuningan.

Habitat :

Laut tropis, oceanodromus, dan kisaran kedalaman 150 meter kebawah.

Penyebaran :

Pasifik Barat-Indonesia : India sampai Fiji, utara sampai Taiwan.

64
(a) (b)

Gambar 29. (a) Ikan Gembung Kuring (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan
Gembung Kuring (FishBase, 2016)

22. Ikan Tongkol Sisik

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Scombridae

Genus : Thunnus

Species : Thunnus tonggol

Ciri – ciri :

 Warna tubuh putih keperakan namun bagian atas berwarna hitam.

 Mata lebar dengan pupil mata yang besar dan sclera berwarna putih.

 Pangkal ekor pendek, membulat, keras, dan terdapat scute.

Habitat :

Laut tropis, oceanodromus, dan kisaran kedalaman 10 meter kebawah.

Penyebaran :

65
Pasifik Barat-Indonesia : Laut Merah dan Afrika Timur sampai Papua Nugini,

utara sampai Jepang, selatan sampai Australia. Dilaporkan juga di Selandia

Baru.

(a) (b)

Gambar 30. (a) Ikan Tongkol Sisik (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan
Tongkol Sisik (FishBase, 2016)

23. Ikan Dencis

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Carangidae

Genus : Decapterus

Species : Decapterus muroadsi

Ciri – ciri :

 Warna tubuh bagian atas perak namun bagian bawah putih dan terdapat

garis oranye.

 Mata secara keseluruhan berukuran sedang dengan sclera berwarna

putih kekuningan.

66
 Pangkal ekor berukuran pendek dan cenderung tebal dengan scute dan

finlet serta sirip ekor yang berwarna kekuningan.

Habitat :

Laut tropis, pelagic-oceanic, ocenodromus, dengan kisaran kedalaman – 320

meter.

Penyebaran :

Indo- Pasifik : Jepang dan barat laut Kepulauan Hawaii, pantai timur dan barat

Australia, Rapa, dan Pulau Paskah, dan dari Teluk California sampai Peru.

(a) (b)

Gambar 31. (a) Ikan Dencis (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Dencis
(FishBase, 2016)

24. Ikan Bawal Hitam

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Carangidae

Genus : Parastromateus

Species : Parastromateus niger

67
Ciri – ciri :

 Warna tubuh bagian atas abu – abu kecokelatan dan bagian bawah putih

keperakan.

 Mata berukuran kecil dengan pupil yang juga kecil dengan warna scelra

kuning.

 Pangkal ekor pendek dan keras serta terdapat scute dengan warna sirip

ekor abu- abu dan hitam dibagian ujung.

Habitat :

Laut tropis, payau berasosiasi dengan karang, amphidromus, dan kisaran

kedalaman 15 – 105 meter.

Penyebaran :

Pasifik Barat-Indonesia : Afrika Timur sampai bagian selatan Jepang dan

Australia.

(a) (b)

Gambar 32. (a) Ikan Bawal Hitam (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Bawal
Hitam (FishBase, 2016)

25. Ikan Kapas Kapas

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

68
Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Carangidae

Genus : Caranx

Species : Caranx senegallus

Ciri – ciri :

 Warna tubuh keperakan dengan bagian atas lebih gelap dan sirip pectoral

berwarna kuning.

 Mata berukuran sedang pupil mata besar dan sclera berwarna putih.

 Pangkal ekor kecil, tebal, dan terdapat scute serta sirip ekor berwarna

hitam.

Habitat :

Laut tropis, payau, benthopelagis, kisaran kedalaman sampai 200 meter,

biasanya sampai 100 meter.

Penyebaran :

Bagian timur Atlantik : pantai barat Afrika, dari Mauritania sampai bagian selatan

Angola.

(a) (b)

Gambar 33. (a) Ikan Kapas Kapas (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Kapas
Kapas (FishBase, 2016)

26. Ikan Kakap Hitam

69
Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Lutjanidae

Genus : Lutjanus

Species : Lutjanus goldiei

Ciri – ciri :

 Warna tubuh cokelat dengan bagian atas lebih gelap dan bberapa garis

abu – abu.

 Mata berukuran besar bahkan sampai tepi kepala dengan pupil yang

besar dan sclera berwarna cokelat.

 Pangkal ekor lebar dan tebal dengan sirip berwarna cokelat tua.

Habitat :

Laut tropis, air tawar, payau bentopleagis, katadromus (ruaya dari air tawar ke

laut).

Penyebaran :

Oceania : hanya diketahui dari bagian selatan Papua Nugini antara distrik Port

Moresby dan Fly River.

70
(a) (b)

Gambar 34. (a) Ikan Kakap Hitam (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Kakap
Hitam (FishBase, 2016)

27. Ikan Kakap Putih

Klasifikasi menurut Myers et al., (2017) :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Sciaenidae

Genus : Pennahia

Species : Pennahia macrocephalus

Ciri – ciri :

 Warna tubuh putih keperakan dengan bagian bawah yang semakin putih.

 Mata berukuran sedang dengan pupil juga berukuran sedang dan sclera

berwarna putih kekuningan.

 Pangkal ekor lebar dan tebal dengan sirip berwarna putih kekuningan.

Habitat :

Laut tropis, dasar (demersal), dan kisaran kedalaman sampai 100 meter.

Penyebaran :

Pasifik Barat-Indonesia : Taiwan sampai bagian selatan Cina, sekitar Serawak,

ujung timur Semenanjung Malaysia dan bagian selatan Jawa.

71
(a) (b)

Gambar 35. (a) Ikan Kakap Putih (Dokumentasi PKM, 2016), (b) Ikan Kakap
Putih (FishBase, 2016)

4.3 Data Kualitas Air

Data kualitas air digunakan sebagai parameter penunjang kegiatan

identifikasi ikan. Parameter kulitas air sangat dipengruhi oleh keadaan

lingkungan. Selain itu, parameter kualitas air dapat mempengaruhi ikan – ikan

yang tinggal didalamnya, mulai dari ciri fisik sampai tingkah laku. Pengukuran

kualitas air yang dilakukan meliputi parameter fisika yaitu suhu dan arus, dan

parameter kimia yaitu salinitas dan pH. Berikut adalah data kualitas air yang telah

diukur selama Praktek Kerja Magang :

Tabel 5. Data Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air

Parameter Kualitas Air


Waktu
Pengamatan Fisika Kimia
(Tanggal)
Suhu (°C) Arus (m/s) Salinitas (ppt) pH

19 Juli 2016 29 0,031 28 8

26 Juli 2016 29 0,030 29 8

2 Agustus 2016 30 0,025 30 8

9 Agustus 2016 31 0,023 31 8

72
a. Suhu

Pada Praktek Kerja Magang (PKM), hasil pengukuran suhu tertinggi

terjadi pada tanggal 9 Agustus 2016 sebesar 31 °C. Sedangkan hasil

pengukuran suhu terendah terjadi pada tanggal 19 dan 26 Juli 2016 sebesar 29

°C. Sehingga rata – rata suhu diperkirakan sekitar 29,75 °C.

Menurut Masrikat (2002), secara keseluruhan, nilai rata – rata suhu

perairan berkisar antara 29,64 °C hingga 30,23 °C. Suhu perairan tertinggi

sebesar 31,34 °C dan terendah sebesar 28,95 °C. Pola sebaran menegak suhu

perairan Selat Malaka menunjukkan bahwa perairan ini memiliki massa air yang

homogeny dengan suhu yang hampir sama dalam kolom air. Suhu

mempengaruhi pola pergerakan horizontal ikan agar sesuai dengan preferensi

suhu.

b. Kecepatan Arus

Pada Praktek Kerja Magang (PKM), hasil pengukuran kecepatan arus

tertinggi terjadi pada tanggal 19 Juli 2016 sebesar 0,031 m/det. Sedangkan hasil

pengukuran kecepatan arus terendah terjadi pada tanggal 9 Agustusi 2016

sebesar 0,023 m/det. Sehingga rata – rata kecepatan arus diperkirakan sekitar

0,02725 m/det.

Menurut Nedi et al., (2010), Kecepatan arus di Selat Rupat bervariasi,

namun secara umum kecepatan arus pada saat surut lebih tinggi dibanding

dengan saat pasang. Kecepatan arus di Selat Rupat berkisar 0.22 – 0,82 m/dt.

Kecepatan arus tertinggi terdapat di perairan Pulau Ketam yaitu rata – rata 0.65

m/dt dan diikuti oleh perairan Lubuk Gaung 0.63 m/dt. Tingginya kecepatan arus

di perairan ini disebabkan karena perairan ini berdekatan dengan perairan

73
terbuka Selat Malaka. Kecepatan arus mempengaruhi keberadaan ikan, karena

arus membawa nutrient dan bahan makanan.

c. Salinitas

Pada Praktek Kerja Magang (PKM), hasil pengukuran salinitas tertinggi

terjadi pada tanggal 9 Agustus 2016 sebesar 31 ppt. Sedangkan hasil

pengukuran salinitas terendah terjadi pada tanggal 19 Juli 2016 sebesar 28 ppt.

Sehingga rata – rata salinitas diperkirakan sekitar 29,5 ppt.

Menurut Masrikat (2002), nilai rata – rata salinitas yang ditemukan di

perairan Selat Malaka adalah 31,17 ppt. Nilai salinitas tertinggi adalah sebesar

32,86 ppt, sedangkan nilai salinitas terendah sebesar 26,48 ppt. Perubahan

salinitas utamanya disebabkan oleh pengaruh massa air tawar yang masuk dari

daratan. Salinitas mempengaruhi densitas ikan, dimana perairan yang oceanik

memiliki densitas ikan lebih besar.

d. pH

Pada Praktek Kerja Magang (PKM), hasil pengukuran pH relatif sama

selama waktu pengamatan. Nilai pH yang didapat adalah 8. Sehingga rata – rata

pH diperkirakan sekitar 8.

Menurut Safitri dan Putri (2013), selama periode 1992 – 2009 trend data

menunjukkan penurunan pH yang relatif kecil sekali di Selat Malaka, yakni

sebesar -7 x 10 – 8 dari nilai rata - ratanya atau mendekati nol sehingga dapat

dikatakan nilai pHnya cenderung konstan per tahun (lebih asam). Minimum pH

terjadi pada Februari 2005 (musim barat). Selain itu rerata pH Selat Malaka

pada Musim Timur sekitar 7,63. Perubahan nilai pH yang signifikan dapat

mempengaruhi kualotas periran dan berdampak pada kehidupan ikan – ikan

didalamnya.

74
V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Setelah mengikuti Praktek Kerja Magang di Koperasi Serba Usaha (KSU)

Muara Baimbai, Desa Sei Nagalawan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera

Utara tentang identifikasi ikan yang didaratkan di Kawasan Ekowisata Mangrove,

dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses kegiatan penangkapan ikan di Desa Sei Nagalawan meliputi :

persiapan alat tangkap dan perahu, penangkapan ikan, pendaratan dan

pendataan ikan di Koperasi Serba Usaha (KSU) Muara Baimbai.

2. Jenis – jenis ikan yang didaratkan di Desa Sei Nagalawan antara lain :

Ikan Bawal, Ikan Senangin, Ikan Bawal Putih, Ikan Selar MInyak, Ikan

Lidah, Ikan Gabus Pasir, Ikan Biji Nangka, Ikan Caming, Ikan Tudung

Periuk, Ikan Kupak, Ikan Gulama, Ikan Alo – alo, Ikan Pari, Ikan Cincaro,

Ikan Kakap Ayam, Ikan Kerapu Binti, Ikan Salam, Ikan Senangin Kecil,

Ikan Selar Gelek, Ikan Merah, Ikan Gembung Kuring, Ikan Tongkol Sisik,

Ikan Dencis, Ikan Bawal Hitam, Ikan Kapas – kapas, Ikan Kakap Hitam,

Ikan Kakap Putih.

3. Secara umum, ikan – ikan yang didaratkan di Desa Sei Nagalawan

berukuran relatif kecil. Selain itu ikan – ikan yang didaratkan juga

umumnya memiliki habitat laut yang berasosiasi dengan perairan payau

atau karang. Data hasil analisa secara morfologi, morfometri, dan meristik

sampel ikan yang didaratkan di Desa Sei Naga Lawan dapat dilihat pada

Lampiran 3.

4. Hasil pengukuran parameter kualitas air di stasiun pengamatan adalah :

suhu berkisar antara 29 °C – 31 °C, kecepatan arus berkisar antara 0,023

75
meter/detik – 0,031 meter/detik, salinitas berkisar antara 28 ppt – 31 ppt,

dan pH 8.

5.2 Saran

Setelah mengikuti praktek kerja magang di Koperasi Serba Usaha (KSU)

Muara Baimbai, Desa Sei Nagalawan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera

Utara tentang identifikasi ikan yang didaratkan di Kawasan Ekowisata Mangrove,

adapun saran yang dapat diberikan antara lain :

1. Para nelayan diharapkan untuk lebih menperhatikan keadaan lingkungan

dan menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak menggunakan alat

tangkap yang dilarang, tidak mencemari lingkungan dengan limbah kapal

yang berbahaya, serta membatasi jumlah tangkapan ikan agar ikan

mampu memulihkan populasi sebagai penyeimbang ekosistem.

2. Para warga sekitar dan pengunjung kawasan ekowisata mangrove

diharapkan untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan tidak

membuang sampah sembarangan dan merusak fasilitas atau vegetasi

yang terdapat di ekosistem mangrove.

3. Kepada pengelola hutan mangrove yang ada di Desa Sei Nagalawan

adalah masih perlu dilakukannya sosialisasi pengembangan ekowisata

hutan mangrove kepada masyarakat sekitar kawasan ekowisata

mangrove Kampoeng Nipah Desa Sei Nagalawan, melaksanakan

kegiatan penanaman kembali untuk memperluas serta memperbaiki

sebagian wilayah pinggiran pantai yang hutan mangrovenya sempat

rusak terkena abrasi pantai, serta pengelola diharapkan dapat

memperbaiki beberapa fasilitas yang kurang memadai mengingat

meningkatnya jumlah pengunjung setiap minggu.

76
4. Penggandaan ataupun pergantian sarana dan prasarana alat untuk

mengukur kualitas air ditingkatkan, seperti pH meter, thermometer

ataupun refraktometer karena alat-alat tersebut dalam kegiatan Praktek

Kerja Magang (PKM) merupakan alat pribadi dan pinjaman dari

laboratorium Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP).

5. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jenis – jenis ikan lain

yang juga didaratkan oleh nelayan di Desa Sei Nagalawan. Penelitian

tentang tingkat penangkapan terhadap Maximum Sustainable Yield (MSY)

dan Maximum Economic Yield (MEY) juga diperlukan agar jumlah

penangkapan dapat diestimasi dan dibatasi sesuai dengan kemampuan

daya dukung ekosistem.

77
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jufaili, M. S. dan L. U. Opara. 2006. Status of Fisheries Postharvest Industry

in the Sultanate of Oman : Part 1 – Handling and Marketing Systems for

Fresh Fish. Journal of Fisheries International. I (2-4) : 144 – 149.

Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta.

Brown, A. dan P. Rengi. 2013. Pelagic Fish Stock Estimation by Using the

Hydroacoustic Method in Bengkalis Regency Waters. Berkala Perikanan

Terubuk. XLII (1) : 21 – 34.

Bianchi, G., K. E. Carpenter, J. P. Roux, F. J. Molloy, D. Boyer, dan H. J. Boyer.

2002. Field Guide to The Living Marine Resources of Namibia. FAO

Species Identification Guide for Fishery Purposes. FAO. Roma.

Gilman, E., H. Van Lavieren, J. C. Ellison, V. Jungblut, L. Wilson, F. Areki, G.

Brighouse, J. Bungitak, E. Dus, M. Henry, I. Sauni Jr, M. Kilman, E.

Matthews, N. Teariki-Ruatu, S. Tukia, K. Yuknavage. 2006. Pacific

Island Mangroves in a Changing Climate and Rising Sea. UNEP

Regional Seas Reports and Studies. MMVI (179) : 1 – 58. United

Nations Environment Programme. Nairobi.

Hartono, H. 2014. Pengaruh Kepuasan Konsumen terhadap Komitmen Merek.

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Hasan. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Universitas Diponegoro : Semarang.

Kodri, K. M. G. H. 2012. Ekosistem Mangrove : Potensi, Fungsi, dan

Pengelolaan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Kuncoro, M. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Mandagi A., N. K. Patrice dan K. Masengi. 2013. Sebaran Suhu dan Salinitas di

Teluk Manado. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. XII (2):71-75.

78
Masrikat, J. A. N. 2002. Karakteristik Oseanografi Fisik dan Dsitribusi Ikan di

Perairan lat Cina Selatan dan Selat Malaka pada Musim Timur. Tesis.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Matthews, W. J. 2012. Patterns in Freshwater Fish Ecology. E-book. Springer

Science & Business Media.

Moyle, P. B. dan Cech, J. J. Jr. 2004. Fishes an Introductionto Ichthyology.

Prentic Hall. New Jersey.

Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, dan T. A. Dewey.

2017. The Animal Diversity Web (online). http://animaldiversity.org.

Akses (17 Januari 2017).

Nedi, S., B. Pramudya, E. Riani, dan Manuwoto. 2010. Karakteristik Lingkungan

Perairan Selat Rupat. Ilmu Lingkungan. I (4) : 25 – 35. Universitas Riau.

Pekanbaru.

Pulungan, C. P. 2009. Fauna Ikan dari Sungai Tenayan, Anak Sungai Siak, dan

Rawa di Sekitarnya, Riau. Jurnal Penelitian. XXXVII (2) : 78 – 90.

Universitas Riau. Pekanbaru.

Safitri, M. dan M. R. Putri. 2013. Kondisi Keasaman (pH) Laut Indonesia. Jurnal.

Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Santoso, A. D. 2008. CAD_TOOL (Cage Aquaculture Decision Support Tool)

Perangka Pendukung Keputusan Dalam Budidaya Keramba Jaring

Apung. J. Hidrosfir Indonesia. III (1) : 7 – 14. Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi. Jakarta.

Subarjanti, H. U. 2015. Pengantar Ekologi Perairan. Universitas Brawijaya.

Malang.

Surakhmad, W. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik

(Edisi Revisi). Tarsito. Bandung.

79
Susilowati, E. B. dan E. P. Bambang. 2011. Analisis dan Perancangan Sistem

Rumah Sakit Umum Nirmala Suri Sukoharjo. Journal Speed –

Engineering dan Edukasi. III (4) : 10-17.

Sutami, 2009. Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Prasarana

Lingkungan Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(PPMK) Di Kelurahan Marunda Jakarta Utara. Tesis. Universitas

Diponegoro. Semarang.

Widiastuti, A. 2014. Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Instrumen Penelitian.

Bahan Ajar Metode Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta.

Yogyakarta.

Wiadnya, D. G. R. dan A. K. Wijaya. 2012. Ketentuan – ketentuan pada kegiatan

inventarisasi ikan air tawar. Lokakarya Penyegaran Pejabat Fungsional

PEH Balai Taman Nasional Meru Betiri, 21 – 23 Februari 2012., Petung

Sewu – Dau, Malang : 16pp.

Wiharyanto, D. 2007. Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove di Kawasan

Konservasi Pleabuhan Tengkayu II Kota Tarakan Kalimantan Timur.

Thesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

80
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan Praktek Kerja Magang (PKM)

Kegiatan Alat Bahan

Sampel ikan
Sampling Jaring
Plastik kresek

Wawancara Bolpoint Kertas

Dokumentasi Kamera digital Sampel ikan

Parameter Fisika

Suhu Termometer Perairan

Tali raffia

Kecepatan arus Stopwatch Botol

Perairan

Parameter Kimia

Perairan
Salinitas Refraktometer
Tisu

Perairan
pH Kotak standard pH
Kertas pH

81
Kegiatan Alat Bahan

Identifikasi dan Analisis Sampel Ikan

Pengukuran panjang Mistar Sampel ikan

Penghitungan berat Timbangan Sampel ikan

Pengukuran lingkar Sampel ikan


Mistar
tubuh Benang kasur

Pengukuran tebal Jangka sorong Sampel ikan

Buku identifikasi
Identifikasi Ikan Sampel ikan
Kamera digital

82
Fungsi dan Gambar Alat

No. Alat Fungsi Gambar


1. Jaring Untuk menangkap ikan

(Google image, 2016)


2. Bolpoint Untuk menulis hasil
wawancara

(Google image, 2016)


3. Kamera digital Untuk mengambil gambar
dan dokumentasi

(Google image, 2016)


4. Termometer Untuk mengukur suhu
perairan

(Google image, 2016)


5. Stopwatch Untuk mengukur lama
waktu tali merenggang

(Google image, 2016)


6. Mistar Untuk mengukur
kedalaman perairan dan
panjang tubuh sampel
ikan

(Google image, 2016)


7. Refraktometer Untuk mengukur salinitas
perairan

(Google image, 2016)

83
No. Alat Fungsi Gambar
8. Kotak standard Untuk mecocokkan nilai
pH pH perairan

(Google image, 2016)


9. Timbangan Untuk mengukur berat
sampel ikan

(Google image, 2016)


10. Jangka sorong Untuk mengukur panjang
bagian tubuh sampel ikan

(Google image, 2016)


11. Buku identifikasi Untuk mengidentifikasi
sampel ikan

(Bianchi et al., 2002)

84
Fungsi Bahan

No. Bahan Fungsi


1. Sampel ikan Sebagai sampel yang
diidentifikasi, didokumentasi, dan
diukur bagian tubuhnya

2. Plastik kresek Sebagai wadah sampel ikan

3. Kertas Sebagai tempat menulis hasil


wawancara

4. Sampel air Sebagai sampel yang diukur


parameter kualitas airnya

5. Tali rafia Sebagai jarak dan pengubung


botol

6. Botol Sebagai pemberat dan


pengapung

7. Tisu Sebagai pembersih refraktometer

8. Kertas pH Sebagai pengukur nilai pH

9. Benang kasur Sebagai pengukur lingkar tubuh


sampel ikan

85
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Wawancara Nelayan

1. Jenis – jenis ikan apa saja yang ditangkap?

2. Kapan Anda berangkat untuk menangkap ikan?

3. Berapa kali dalam sebulan Anda melaut?

4. Jenis alat tangkap apa yang digunakan?

5. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menangkap ikan?

6. Dimana saja daerah penangkapan ikan?

7. Berapa kg rata – rata ikan yang didapat dalam satu kali penangkapan?

8. Ikan hasil tangkapan kemudian didistribusikan kemana saja?

9. Berapa rata – rata modal yang dibutuhkan untuk satu kali penangkapan?

10. Berapa rata – rata hasil penjualan dalam satu kali penangkapan?

11. Berapa keuntungan rata – rata dalam satu kali penangkapan?

12. Faktor apa saja yang mempengaruhi hasil tangkapan?

13. Bagaimana partisipasi Komunitas Kampoeng Nipah terhadap kegiatan

penangkapan ikan?

14. Bagaimana pengaruh keberadaan konservasi mangrove terhadap hasil

tangkapan ikan?

86
Jenis ikan TL TW BD BG TD SL FL HL PDL SNL POL OD CPL PFL VFL DFL AFL AdFL
Alo - alo 47,5 447 5,8 14,7 4,4 40 42 12,3 17 5,5 4,5 1,6 8 4,5 3,3 4,5 5,2 5,8
Bawal 16,6 42,5 10,6 23,2 2,3 13,2 14,4 3,6 8 0,8 2,2 0,8 1,7 4,5 - 5,9 5,9 -

Lampiran 3. Hasil pengamatan dan pengukuran morfometri


Bawal hitam 20,5 190 9,5 22,5 2,6 15,8 17,5 4,5 7,7 1,4 2,3 0,9 2 7 - 10 10,3 -
Bawal putih 14,5 14,2 7,4 16,5 1,2 10,4 11,7 2,8 5,7 0,5 1,5 0,9 1,4 4 - 4,2 6,5 -
Biji nangka 15,1 62 4,5 9,6 2 11,4 13,3 3,8 4,6 1,1 1,7 1,1 2,6 3,5 2,9 7,7 3,7 -
Caming 15,4 80 9,5 21,1 1,5 10,3 - 3,7 7,2 1,5 1,8 1,2 1 6,3 3,5 7,7 5,1 -
Cincaro 32,3 320 7,1 10,5 3,7 27,1 29 6,6 13,5 1,8 3,7 1,7 2,9 9,3 3,3 6 11,4 7
Dencis 19 74 3,3 9,3 2,3 10,5 17,4 4,4 5,8 1,5 2 1 1 3 1,9 2,4 6 7,5
Gabus pasir 18,8 63 3,1 8,7 2,2 16,3 18,9 4,8 5,5 1,8 1,9 1 1,6 2,3 2,3 3,7 6,6 6,3
Gembung kuring 24 161 5,5 13,4 2,8 19,4 21,2 5,7 7,6 1,7 2,9 1,3 2 2,5 2,4 3 6,4 7
Gulamah 19,2 129 6 15 2,4 16,8 19,2 5,5 6,2 1,5 2,7 1,3 4,1 3,7 2,8 3,5 2,2 5,5
Kakap ayam 22,8 259 7,5 18 3,4 20 22,7 7,1 7,1 3,5 3,3 0,8 3,9 5 3,5 13,4 6,5 -
Kakap hitam 17,6 476 6,7 15,5 2,3 14,7 15,2 5 5,7 1 3,3 1 2,7 2,6 3,4 10,3 4,7 -
Kakap putih 31,4 494 9 22,9 3,6 27,8 28,3 9,4 11,1 3,1 4,8 2 6,4 8,4 6,3 15,2 4,8 -
Kapas – kapas 31 360 9 20,6 3,1 24,5 26,2 7,2 10,7 2,6 3,5 1,4 3,3 9,2 32 4,2 10,6 -
Kerapu bintik 27,6 290 7,4 17,1 3 22 26,7 7,6 9 2,8 4,3 1,2 5 4,3 3,9 12,5 5 -
Kupak 16 79 6,9 14,8 1,9 12,3 13,6 3,5 7 1 1,5 1 1,5 4,3 3,3 1,6 5,8 6,5
Lidah 17,7 34 3,9 8,6 0,4 16,2 - 3,9 4,3 1,3 2 0,3 - - - 14,4 11,9 -
Merah 26 338 8,5 11,6 3,7 22,5 20,7 7,2 8,5 2,2 3,9 1,1 5,7 7 5,4 15 7,8 -
Pari 42 290 14 41 2,4 18,5 23,5 12 7 1,2 3,5 0,9 2,7 - 20,3 20,3 3,2 -
Salam 44 588 8 19,5 3,6 33,5 36,5 8,9 16,5 3,5 3,8 1,5 4,5 4,1 4,6 13,8 11 2,5
Selar gelek 17,8 75 4,5 11,1 2,4 14,4 15,7 4 5 1,1 1,8 1 1,9 4,5 2 2,3 5,3 -
Selar minyak 22,2 44 6,9 15,8 2,6 17,9 19,1 5,2 9,7 1,1 2,4 1,1 2,8 5,3 2,3 8,5 7,8 -
Senangin 32 62,4 5,5 14,3 3 23,2 24,8 5,9 8,1 0,7 4,3 1,1 5,8 4,5 2,6 3,9 5,9 -
Senangin kecil 20 101 4,9 11,5 2,3 14,6 17 5,2 6,2 1 3 1,1 3,2 3,5 2,5 3,5 4 4
Tongkol sisik 21 582 5,3 14,4 2,8 17,5 3,4 5,6 6,5 1,7 3 1,3 1,5 6,3 2 3,6 5,5 6,8
Tudung priuk 19,2 119 10,3 22,3 1,9 14,8 16,2 5,8 11 2,7 2 1,2 1,5 5,6 8,5 8,9 7,8 -

87
Jenis ikan FR D FR Ad FR P FR C FR V FR A LL LT BT BLM LSV BSD TSE TG TS

Lampiran 4. Hasil pengamatan dan pengukuran meristik dan morfolgi


Alo – alo V II.8 I.13 VI.20 I.5 II.6 134 36 G 1 A 1 E 2 B1
Bawal XI.33 - 29 32 - X.30 92 99 B 1 - 5 E 2 B2
Bawal hitam 43 - 21 30 - 40 99 84 B 1 - 5 E 2 B2
Bawal putih VI.33 - 23 38 - II.30 74 68 B 1 - 5 J 2 B2
Biji nangka X.10 - 16 26 I.6 II.7 48 19 B 1 B 3 E 3 B2
Caming VIII.22 - 17 22 I.11 III.17 51 50 B 1 B 4 H 3 B1
Cincaro 19 6 III.21 XVIII.18 III.7 III.12 82 28 A 1 B 1 E 2 B2
Dencis 7 25 22 IV.22 5 26 105 39 A 1 B 3 E 4 B2
Gabus pasir XI 21 16 26 II.6 II.20 73 19 G 1 B 4 C 4 B2
Gembung kuring IX 16 16 VI.16 5 17 98 48 A 1 B 2 E 4 B1
Gulamah IX 26 16 20 IV.3 I.8 52 26 B 1 B 3 B 2 B1
Kakap ayam 19 - II.13 VI.22 V.1 11 22 9 B 1 B 3 B 1 B2
Kakap hitam XII.14 - 14 17 I.5 I.11 37 18 B 3 B 4 A 1 B2
Kakap putih XII.14 - 16 19 II.3 III.8 67 26 B 1 B 3 H 4 B2
Kapas – kapas VI II.21 24 XVI.10 II.3 20 114 68 B 1 B 1 E 2 B1
Kerapu bintik VIII.11 - 12 14 II.4 III.5 143 74 B 1 B 4 C 2 B2
Kupak VIII 23 18 32 6 19 66 47 B 1 B 2 E 4 B1
Lidah 83 - - - - 79 45 18 F 2 - 3 F 3 B1
Merah X.9 - 17 X.11 III.3 III.6 71 33 B 1 B 3 E 2 B2
Pari 98 - - - 98 I.14 - - C 2 A 3 G 1 -
Salam IV.22 2 II.17 XVI.16 III.5 V.17 110 39 A 1 A 2 E 2 B1
Selar gelek VII.20 III.21 24 32 III.3 17 115 56 A 1 B 1 E 2 B1
Selar minyak VI.18 - 19 34 III.5 III.17 102 72 A 1 B 1 E 4 B1
Senangin VII 15 I.14 56 III.6 15 89 29 G 2 A 1 E 4 B1
Senangin kecil VI.1 IV.10 IV.8 26 II.4 IV.8 58 24 B 2 A 1 E 4 B2
Tongkol sisik III.5 24 30 XXVIII.8 III.3 20 91 41 A 1 B 3 E 2 B1
Tudung priuk II.15 - 15 27 I.4 III.12 110 - B 3 C 5 E 4 B2

88
Keterangan :

Bentuk Tubuh Ikan (BT)

Bentuk dan Letak Mulut Ikan (BLM) :

2
3

89
Letak Sirip Ventral Ikan (LSV) :

Bentuk Sirip Dorsal Ikan (BSD) :

90
Tipe Sirip Ekor Ikan (TSE) :

Tipe Gigi Ikan (TG) :

91
Tipe Sisik Ikan (TS) :

92

Anda mungkin juga menyukai