Anda di halaman 1dari 17

BAB V

EKSPRESI GEN

Ekspresi gen adalah proses ketika informasi dari satu gen diubah menjadi
bagian struktural atau fungsional suatu sel atau tubuh. Ekspresi gen menentukan
karakter. Asam deoksiriribonukleat merupakan bahan genetik yang memiliki
informasi (keterangan) genetik. Sehubungan dengan hal itu maka ADN adalah
gen. Hampir pada semua organisme, gen itu terdapat dalam inti sel. Gen-gen tidak
berdiri sendiri dalam menjalankan fungsinya. Fenotip terakhir yang nampak pada
organisme adalah hasil kegiatan semua gen dan interaksinya dengan lingkungan.
Tiap gen mempunyai pengaruh pada populasi apabila individunya memiliki gen
tersebut. Akhirnya tiap gen mempunya pengaruh potensial pada fenotip biosfer.
Semua organisme prokariota maupun eukariota harus meregulasi gen-gen mana
yang akan diekspresikan pada saat tertentu. Organisme uniseluler maupun sel-sel
multiseluler harus terus-menerus mengekspresikan (on) dan mematikan (off) gen-
gen sebagai tanggapan terhadap sinyal–sinyal dari lingkungan eksternal dan
internal. Regulasi ekspresi gen juga esensial untuk spesialisasi sel pada organisme
multiseluler, yang tersusun atas berbagai tipe sel yang berbeda, masing-masing
dengan fungsi tersendiri. Untuk melaksanakan perannya, setiap tipe sel harus
mempertahankan program ekspresi gen tertentu sedangkan gen-gen yang lain
tidak diekspresikan.
Perbedaan antara sel dalam suatu organisme multiseluler hampir seluruhnya
berasal dari perbedaan ekspresi gen, dan bukan disebabkan oleh perbedaan genom
sel (terdapat beberapa pengecualian, seperti sel yang memproduksi antibodi).
Selanjutnya perbedaan itu terjadi selama perkembangan, karena adanya
mekanisme pengaturan meng-on-kan dan meng-off-kan gen-gen spesifik.

A. Pengawasan Genetik dari Metabolisme


Proses metabolisme yaitu proses kimia yang menandai unsur hidup,
kebanyakan berlangsung dengan perantara suatu zat yang dinamakan Enzim.
Setelah penemuan kembali dari hasil percobaan Mendel pada tahun 1900, seorang
dokter ahli biokimia bangsa Inggris bernama Archibland E. Garrod mempelajari

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 80


penyakit metabolisme pada manusia. Garrod berpendapat bahwa metabolisme itu
berlangsung karena terjadinya reaksi kimia yang berurutan. Untuk tiap tahap
reaksi kimia ini diperlukan enzim tertentu sebagai katalisator, sedangkan
terbentuknya tiap enzim dikontrol oleh salah satu atau beberapa gen. Jika gen
yang dibutuhkan oleh enzim tertentu tidak ada, maka enzim tersebut tidak dapat
terbentuk, sehingga metabolisme tidak mungkin dilanjutkan. Terjadilah suatu blok
metabolisme.
Hipotesis Garrod yang menyatakan bahwa ‘Satu enzim itu dikontrol oleh
satu gen’ dikenal sebagai Hipotesis sebuah gen-sebuah enzim. Adapun blok
metabolisme akan terjadi apabila ada gen yang mengalami mutasi. Hipotesis ini
dikenal sebagai hipotesis sebuah gen mutasi-sebuah blok metabolisme. Beadle
dan Tatum yang mengadakan percobaan dengan cendawan Neurospora dan
mengikuti banyak reaksi yang terjadi pada metabolismenya dapat membenarkan
kedua hipotesis ini. Mereka selanjutnya dapat membuktikan, bahwa banyak enzim
itu terdiri dari dua atau lebih banyak rantai polipeptida dan tiap polipeptida adalah
hasil dari gen tertentu. Enzim Triptofan sintetase dari bakteri E. coli misalnya
mengandung alfa-polipeptida (hasil dari gen trpA) dan beta-polipeptida (hasil dari
gen trpB). Berhubungan dengan hal itu Beadle dan Tatum yang menerima hadiah
Nobel untuk bidang kedokteran dan fisiologi dalam tahun 1958 mengubah konsep
“sebuah gen-sebuah enzim” menjadi “sebuah gen-sebuah polipeptida”.
Adanya blok metabolisme mengakibatkan terjadinya kesalahan metabolisme,
yang oleh Garrod dinamakan “kesalahan metabolisme bawaan’.

B. Keadaan Berubah-ubah dari Pengaruh Gen dan Fenokopi.


Pada waktu membicarakan berbagai pengaruh dari gen tertentu terhadap
fenotip seringkali digunakan dua istilah ialah ekspresipitas dan penetransi. Gen
dikatakan mempunyai ekspresipitas variabel apabila derajat ekspresi fenotipis
berbeda dari satu individu ke individu lainnya. Apabila hadirnya gen yang
memiliki ekspresipitas variabel itu tidak selalu memperlihatkan pengaruh fenotip
yang tidak diketahui maka gen tersebut dikatakan memiliki penetrasi tak
komplit. Misalnya sebuah gen dominan yang dimiliki suatu individu hanya

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 81


memperlihatkan pengaruh fenotip 70% maka gen dominan tersebut dikatakan
memiliki penetrasi 70%. Tentu saja tidak mudah untuk mendeteksi gen demikian.
Kecuali itu, faktor lingkungan kadang-kadang menimbulkan perubahan
fenotip yang tidak herediter. Keadaan demikian itu dikenal dengan istilah
Fenokopi. Akibat fenokopi sulit dibedakan dengan akibat adanya gen mutan,
contohnya penyakit ayan (epilepsi) dapat mempunyai latar belakang genetik,
tetapi dapat pula timbul karena pengaruh lingkungan. Berhubung dengan itu untuk
memberikan diagnosa yang tepat, haruslah diteliti silsilah.

C. Sintesa protein
Protein mempunyai peran penting dalam organisasi struktural dan fungsional
dari sel. Protein struktural menghasilkan beberapa komponen sel dan beberapa
bagian di luar sel seperti kutikula, serabut, dsb. Protein fungsional (misalnya
enzim dan hormon) mengawasi hampir semua kegiatan metabolisme, biosintesa,
pertumbuhan dan perkembangan dari sel. Namun demikian, sebuah sel tidak
mungkin membuat protein yang dibutuhkan oleh individu yang bersel banyak.
Berbagai macam protein dibuat oleh berbagai tipe sel.
Proses pembuatan protein menyangkut salah satu dari Dogma Pusat dari
Biologi Molekuler (Dogma Central of Biology Molecular), yang menyatakan
bahwa: informasi genetik itu beralih dari asam nukleat ke protein. Tahap
pertama dari dogma itu dikenal sebagai proses Transkripsi tidak menimbulkan
perubahan dalam kode, karena ADN dan ARNd adalah komplementer. Tahap
kedua yang dikenal sebagai proses Translasi, menimbulkan perubahan dalam
kode, yaitu dari urutan nukleotida ke urutan asam amino. Kejadian itu dapat
digambarkan dengan skematis seperti pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Dogma Pusat (Dogma Central) dari Biologi Molekuler

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 82


Dalam tahun 1968 Barry Commoner menduga bahwa informasi genetik itu beralih
secara memutar (sirkuler), yaitu ADN mencetak ARN, ARN menterjemahkan ke
protein, protein membuat ARN dan ARN membuat ADN (Gambar 5.2)

ADN ARN

ARN PROTEI
N
Gambar 5.2 Informasi genetik beralih secara memutar
Akan tetapi Baltimore (1970) dan Mizushima dan Temin (1970)
melaporkan adanya enzim ADN polimerase bergantung ARN (disebut juga
transkriptase sebaliknya) yang pada beberapa virus dapat mensintesa ADN dari
ARN hasil cetakan berpita tunggal. Berdasarkan penemuan itu Spiegelman dkk.,
(1970) berpendapat bahwa kini ada kemungkinan dibentuk molekul hibrid
ARN/ADN. Penemuan yang amat menarik perhatian di bidang biologi molekuler
itu menghasilkan konsep baru, yaitu Dogma pusat sebaliknya atau Dogma
Central Reverse. Dogma ini berpendapat bahwa: Beralihnya informasi genetika
itu tidak perlu mengikuti urutan dari ADN ke ARN kemudian ke protein,
akan tetapi dapat juga terjadi dari ARN ke ADN. Dengan demikian “Dogma
Pusat Sebaliknya” itu dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut
(Gambar 5.3)

Gambar 5.3 Dogma Pusat Sebaliknya

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 83


Kesimpulannya Dogma pusat dari genetika molekuler adalah bahwa
informasi genetika itu berpindah:
(1) dari ADN ke ADN, diwaktu replikasi selama mewariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
(2) dari ADN ke ARN ke Protein selama ekspresi fenotip pada suatu individu.
Sejak tahun 1970 berlakulah “Dogma pusat sebaliknya”, dimana dapat
dibuktikan pada virus tumor, bahwa informasi genetika dapat pula dipindahkan
menurut arah sebaliknya, yaitu dari ARN ke ADN,

Gambar 5.4. Arah pindah informasi genetik berdasarkan dogma pusat dari
Biologi Molekuler: (1) ADN ke ADN selama perpindahan dari satu sel ke sel lain
atau dari satu generasi ke generasi berikutnya; (2) ADN–ARN–protein selama
ekspresi gen. Kemudian timbul “dogma pusat sebaliknya”

Proses sintesis protein sangat rumit dan mempergunakan molekul-molekul


serta organel sel seperti asam amino, ADN, asam ribonukleat non genetik (ARN),
ribosom dan enzim-enzim.
1. Asam Amino
Oleh karena protein adalah polimer dari asam-asam amino, maka proses sintesa
protein membutuhkan asam-asam amino sebagai bahan mentah. Asam amino
yang umum dijumpai berjumlah 20 dan berkumpul di dalam sitoplasma
membentuk suatu “kumpulan asam amino”. Semua asam amino (kecuali prolin)
memiliki gugus amino dan karboksil yang bebas (Gambar 5.5)

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 84


Gambar 5. 5 Struktur Kimia Asam Amino.
Asam amino satu dengan lainnya berbeda pada gugus tambahannya.
Selama sintesa protein, asam amino terangkai oleh peptida yang dihasilkan oleh
hidrolisa dari gugus amino dan karboksil (Gambar 5.6)

Gambar. 5.6 Asam amino terangkai oleh ikatan peptida


Polipeptida adalah sederetan asam-asam amino, yang dapat terdiri dari 51
asam amino (seperti pada insulin) sampai lebih dari 1000 asam amino (seperti
pada fibron dan protein sutra). Struktur kimia dari 20 asam amino disajikan pada
Gambar 5.7.

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 85


Gambar 5.7. Struktur kimia dari 20 Asam amino
2. ADN
Seperti diketahui, molekul ADN mengandung keterangan genetik oleh karena
itu sintesa protein dikontrol oleh molekul ADN.
3. Asam Ribonukleat non-genetik
Dimuka telah diuraikan 3 macam ARN non-genetik, yaitu ARNd, ARNp, dan
ARNr. Ketiga macam ARN itu ikut berperan aktif dalam proses sintesa protein.
ARNd setelah menerima informasi genetik dari ADN dan segera meninggalkan
nukleus untuk menempel pada ribosom. ARNp mengikat asam amino dari
kumpulan asam amino yang terdapat dalam sitoplasma dan membawanya ke
ARNd yang telah siap di ribosom. ARNr meskipun belum jelas fungsinya, namun

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 86


ada cukup banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa ARNr memiliki fungsi
umum pada sintesa protein.
4. Ribosom dan Enzim
Ribosom adalah organel di dalam sel yang tersusun atas protein dan RNA
(Ribosomal RNA atau rRNA) dan merupakan tempat terjadinya sintesa protein.
Oleh karena itu, ribosom mengandung faktor-faktor yang berfungsi sebagai
enzim. Dalam menjalankan fungsinya, ribosom-ribosom berderet membentuk
kelompok yang dinamakan Poliribosom atau Polisom. Banyaknya ribosom dalam
suatu polisom berhubungan erat dengan panjangnya protein yang akan dibuat.
Fungsi serta aktivitas lainnya dari ribosom dan subunitnya adalah sebagai berikut.
a. Bersatunya dan memisahnya subunit ribosom
Kaempfer (1968, 1969) dapat menunjukkan adanya siklus ribosom-polisom
pada bakteri E. coli dan khamir (Saccharomyces cereviciae). Dua subunit
ribosom (subunit 30S dan subunit 50S) mengadakan penukaran pada ujung-
ujung polisom. Subunit yang terlepas akan berkumpul dan membentuk
kumpulan subunit ribosom bebas.
b. Fungsi subunit 30S
Subunit 30S menjadi tempat melekatnya ARNd pada ribosom. ARNd melekat
dengan subunit 30S dengan menggunakan kodon yang pertama (AUG) dan
membentuk kompleks permulaan. Subunit 30S mengandung 3 faktor yang
disebut IF1, IF2, dan IF3, masing-masing mempunyai peranan penting selama
permulaan sintesa protein.
c. Fungsi Subunit 50S
Pembentukan rantai polipeptida berlangsung di dalam subunit 50S. Subunit
50S diperkirakan mempunyai dua sisi untuk mengikat ARNp yang masuk,
yaitu: Sisi A (sisi amino asil ARNp) dan Sisi P (sisi peptidil ARNp). ARNp
yang membawa asam amino masuk ke dalam subunit 50S dan melekat pada
sisi A. Setelah asam amino dilepaskan di sisi P, maka ARNp keluar dari
subunit 50S melalui sisi yang berlawanan. Tetapi W.D. Stansfield (1969)
memperkirakan ada tiga sisi dalam ribosom, yaitu adanya tambahan sisi E

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 87


(exit). Melalui sisi ini ARNp melepaskan diri dari polipeptida, ARNd dan
ribosom (Gambar 5.8).

Gambar 5.8 Letak sisi A, P, dan E dalam ribosom

d. Terbentuknya poliribosom
Pada makhluk hidup tingkat tinggi biasanya pita tunggal ARNd melalui
beberapa ribosom dan merangkainya menjadi poliribosom atau polisom.

Gambar 5.9 Poliribosom


Sebuah pita tunggal ARNd melalui beberapa ribosom yang letaknya
berdekatan, merangkainya dan membentuk poliribosom atau polisom.

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 88


ARNd bergerak dengan ujung 3’ di depan dan ujung 5’ di belakang. Dalam
poliribosom, jarak satu ribosom dengan lainya ialah 340 A.

D. Mekanisme Sintesa Protein


Mekanisme dari sintesa protein telah diselidiki dengan seksama dalam sel
bakteri E. coli, yang memiliki ribosom 70S. Ribosom ini terjadi dari sub unit 30S
(ringan) dan 50S (berat). Tumbuhan dan hewan tingkat tinggi kebanyakan
memiliki ribosom 80S. Sintesa protein melibatkan dua peristiwa penting, yaitu
Proses Transkripsi (pemindahan informasi genetik dari ADN ke ARN) dan
Proses Translasi (pemindahan informasi genetik dari ARN ke protein).
1. Transkripsi
Pada organisme yang inti selnya berdinding (eukariot), ADN terdapat
dalam kromosom (dalam inti sel). ADN akan tetap berada dalam inti sel,
sedangkan protein dibuat di sitoplasma. Dengan demikian ADN tidak ikut
berperan secara langsung pada sintesa protein. Sebagai pengganti, sebuah pita
dari double helix molekul ADN digunakan untuk mencetak pita tunggal ARN-
duta (ARNd), proses ini dinamakan Transkripsi. Enzim yang menjadi
katalisator adalah enzim ARN polimerase bergantung ADN, yang biasanya
disingkat menjadi enzim ARN polimerase. Seperti halnya dengan ADN,
sintesa ARN selalu terjadi menurut arah 5’ ke 3’. Pita ADN yang mencetak
ARNd disebut Pita Sens, sedangkan pita ADN komplementernya yang tidak
mencetak ARNd dinamakan Pita Antisens (Gambar 5.9)

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 89


Gambar. 5.9 Proses transkripsi atau sintesa ARN-duta (ARNd).

Suatu segmen dari double helix ADN membuka dan satu pita ADN tunggal
(disebut pita sens) mencetak ARNd. Proses ini dipengaruhi oleh enzim ARN
polimerase. Susunan nukleotida ARNd menjadi komplementer dengan susunan
nukleotida pita sens ADN.
ARNd yang telah selesai dicetak (artinya selesai menerima informasi genetik
dari ADN) akan meninggalkan ADN, keluar dari inti sel melalui pori-pori dari
membran inti dan menempelkan diri pada ribosom yang terdapat di dalam
sitoplasma.
2. Translasi
Pada proses translasi dapat dibedakan empat peristiwa penting, yaitu:
a. Menempelkan ARNd pada ribosom 30S dan pembentukan Poliribosom
Pada prokariot, ribosom tersebar dalam sitoplasma, sedangkan pada
eukariot ribosom sering kali berkumpul pada retikulum endoplasma. Dalam
sel bakteri E. coli, ribosom mempunyai ukuran 70S (S = unit Svedberg,
ialah ukuran berdasarkan perbandingan sedimentasi) yang terdiri dari dua
bagian. Bagian yang kecil disebut subunit 30S, sedangkan yang besar

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 90


disebut sub unit 50S. Pada eukariot ribosom mempunyai ukuran lebih besar,
yaitu 80S. namun ukuran ini bervariasi dari spesies ke spesies.
Sebelum proses sintesa protein berlangsung dalam sel prokariot, maka
ribosom 30S masih terpisah dari ribosom 50S. Mula-mula ARNd yang
keluar dari nukleus itu menempel pada ribosom 30S dengan perantaraan
faktor 1F1 (Initiation Factor), 1F2, IF3 dan GTP (Guanosin Tripospat).
Setelah ARNd menempel pada ribosom 30S, maka terbentuklah kompleks
permulaan (Gambar 5.10)

Gambar 5.10. Peristiwa melekatnya ARNd pada ribosom 30S dengan


perantara faktor IF1, 1F2, IF3 dan GTP.

b. Pengikatan Asam Amino oleh ARNp (ARN-Pemindah).


Sementara itu ARNp akan mengikat asam amino yang terdapat dalam
sitoplasma. Tetapi sebelum asam amino diikat oleh ARNp, terlebih dahulu
asam amino diaktifkan dengan Adenosin Tripospat (ATP) yaitu molekul
yang kaya akan energi dan sangat berguna untuk berbagai reaksi (Gambar
5.11)
AA + ATP AA-sintetase
AA-AMP + 2P

AA-AMP + ARNp AA-sintetase AA-ARNp + AMP

Gambar 5.11. Reaksi pengaktifan asam amino (AA) dengan ATP.


Akhirnya terbentuklah amino asil-ARNp (asam amino-ARNp).
Proses ini dipengaruhi enzim amino asil sintetase (AA-sintetase) dan
dihasilkan aminoasil adenosin monopospat (AA-AMP) dan pospat anorganik(p).

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 91


Sebuah contoh tentang caranya ARNp mengikat asam amino dapat
dilihat pada Gambar 5.12

Gambar. 5.12. Contoh cara ARNp (dalam hal ini ARNpSis) mengikat asam amino
(dalam hal ini sistein).

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 92


Pertama-tama N-formilmetionil–ARNp (F-met ARNpf) menempel pada
kodon triplet pertama dari ARNd (yaitu AUG atau AUA) untuk mulai
dengan proses sintesa protein (Gambar 5.12). Kemudian ribosom 30S
bergabung dengan ribosom 50S untuk membentuk ribosom 70S. Proses
penggabungan dua sub unit ribosom ini dipengaruhi oleh ion-ion Mg++ serta
faktor IF2 dan IF3. Kode dari ARNd tidak hanya dibaca oleh sebuah ribosom
saja, melainkan oleh banyak ribosom yang bergerak dan semuanya
membaca kode dari ARNd. Jika banyak ribosom menempel pada ARNd,
terbentuklah poliribosom atau polisom.

c. Permulaan dari sintesa protein


Permulaan dari sintesa protein pada bakteri E. coli ditandai dengan
terbentuknya ribosom 70S. Di dalamnya, ARNd selalu mempunyai kodon
triplet pertama AUG sebagai permulaan (yaitu pada ujung 5’). Kodon AUG
adalah kode untuk asam amino metionin. Oleh karena dalam sintesa protein
itu rantai peptida selalu bertambah panjang dalam urutan dari gugus amino
(-NH2) ke karboksil (-COOH), maka fungsi dari formil metionin-ARNp
ialah untuk menjamin bahwa sintesa protein berlangsung menurut arah itu.

d. Memanjangnya Rantai Polipeptida


Dengan terbentuknya ribosom 70 S yang fungsional (yaitu 70S-ARNd-Fmet
ARNp), maka memanjangnya rantai polipeptida dimungkinkan dengan
terjadinya penambahan asam amino dan menggesernya ribosom serta ARNd
dengan hadirnya molekul-molekul GTP. Pada tiap tahap tersedia aminoasil
ARNp baru pada sisi A dari ribosom. Jadi F-metARNp harus bergerak dari
sisi A ke sisi P (sisi peptidil), sebelum aminoasil-ARNp yang kedua
(AA2ARNp) dapat mengikatkan diri pada triplet berikutnya. Aminoasil-
ARNp (AA2ARNp) mengikatkan diri dengan kodon dari sisi A dengan
hadirnya GTP dan dua protein yang disebut faktor transfer.

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 93


Pada tahap berikutnya triplet kodon UUU mengikatkan diri dengan
aminoasil AA2ARNp pada sisi P. Enzim yang memperlancar berbagai
proses ini disebut peptidil transferase.
Jadi selama memanjangnya rantai polipeptida, tiap ARNp yang bermuatan
(yaitu aminoasil ARNp) masuk ke sisi A, bergerak ke sisi P, kemudian ke
sisi E dan akhirnya ARNp dikeluarkan dari ribosom. Proses ini berlangsung
amat cepat. Pada bakteri E. coli yang hidup dalam keadaan optimal, rantai
polipeptida yang mengandung 40 asam amino dapat dihasilkan dalam waktu
20 detik saja.

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 94


E. Latihan
1. Suatu seri perkawinan lalat telah dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol.
Semua keturunan membawa gen dominan A yang menyebabkan abnormalitet
pada mata. Jika dalam keturunan terdapat 1400 lalat abnormal dan 600 lalat
normal, berapakah penetrasi dari gen A pada percobaan itu?
2. Apakah perbedaan kimiawi dan fungsi antara protein dan ADN?
3. Apa sebabnya sintesa protein sangat menarik perhatian para ahli genetika?
4. Sintesa protein dapat berlangsung di beberapa bagian dari sel. Dapatkah anda
menyebutkannya?
5. Bagaimana transkripsi dimulai dan berakhir? Bagaimanakah translasi dimulai
dan berakhir?
6. Diketahui rantai ADN seperti tertera di bawah ini

Berdasarkan gambar di atas


a. Tentukan urutan basa nitrogen pada rantai ADN ‘3 ke 5’
b. Tentukan urutan basa nitrogen pada rantai sens
c. Tentukan urutan basa nitrogen pada rantai antisens
d. Tentukan urutan basa nitrogen pada ARN duta
e. Tentukan urutan basa nitrogen pada ARN p
f. Tentukan urutan kodon
g. Tentukan urutan antikodon
h. Tentukan urutan asam amino hasil sintesa protein

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 95


7. Diketahui struktur primer dari suatu protein terdiri dari 25 asam amino seperti
tertera pada gambar di bawah ini.

Berdasarkan gambar di atas


a. Tentukan urutan basa nitrogen pada rantai ADN ‘3 ke 5’
b. Tentukan urutan basa nitrogen pada rantai ADN ‘5 ke 3’
c. Tentukan urutan basa nitrogen pada rantai sense
d. Tentukan urutan basa nitrogen pada rantai antisense
e. Tentukan urutan basa nitrogen pada ARN-duta
f. Tentukan urutan basa nitrogen pada ARN-t
g. Tentukan urutan kodon
h. Tentukan urutan antikodon

BAB V – EKSPRESI GEN – RAHMI SUSANTI 96

Anda mungkin juga menyukai