Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Volume 5, No 2, December 2017 (187-198)


Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SERAT TRIPAMA


KARYA MANGKUNEGARA IV
Novia Wahyu Wardhani, Noeng Muhadjir
Universitas Negeri Semarang
noviawahyu@mail.unnes.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali kembali nilai-nilai kearifan lokal masa lalu
seperti dalam Serat Tripama Karya Mangkunegara IV sehingga dapat dibedakan mana yang harus
diteladani dan mana yang tidak tetapi dapat dijadikan materi analisis nilai dalam pembelajaran.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan interpretasi, hermeneutik,
dan verstehen. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis data model interaktif yang terdiri
dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Hasil penelitian ini adalah
tidak semua nilai dapat dijadikan sumber keteladanan bagi pembentukan karakter peserta didik.
Nilai yang dapat diteladani adalah nilai niat yang baik, pengabdian yang tulus disertai dengan
usaha, dan kerelaan berkorban pada kebenaran.
Kata kunci: pendidikan karakter, serat tripama, Mangkunegara IV

CHARACTER EDUCATION IN SERAT TRIPAMA


BY MANGKUNEGARA IV
Novia Wahyu Wardhani, Noeng Muhadjir
Universitas Negeri Semarang
noviawahyu@mail.unnes.ac.id
Abstract
The purpose of this research is to dig again values local knowledge the past as work in the
Serat Tripama Mangkunegara iv so as to be distinguishable which one to role models all and
which ones have not but can be used as matter analysis value in learning. Methods used was a
qualitative methodology with the approach interpretation, hermeneutic, and verstehen. Technique
the analysis used is interactive data analysis model consisting of data collection, reduction data,
presentation of data, and verification. The result of this research is not all value can be used as a
source of exemplary for the establishment of character school tuition. Value that can be role
models all is the value of good reasons, devotion sincere accompanied by business, and mutual
consent sacrifice to the truth.
Keywords: character education, serat tripama, Mangkunegara IV

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi


p-ISSN: 2356-1807 e-ISSN: 2502-1648
188 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

PENDAHULUAN tanah airnya yang pada waktu itu diserang


oleh tentara kera Sri Rama. Ketiga, Busukarna
Kajian-kajian budaya masa lalu meru- atau Adipati Karna yang dikisahkan pada ma-
pakan upaya yang sangat penting untuk dila- sa Mahabarata yang setia kepada Duryudhana
kukan dalam menggali khasanah kearifan yang yang telah mengangkat derajatnya dari rakyat
berguna bagi generasi muda. Hal itu dapat jelata menjadi seorang raja.
menjadi alternatif dalam menemukan nilai- Serat ini ditulis oleh KGPAA Mang-
nilai pegangan, pedoman, atau setidaknya se- kunegara IV dengan tujuan agar dijadikan se-
bagai perbandingan bagi generasi sekarang bagai panutan dan sumber inspirasi untuk di-
dalam menghadapi perubahan dunia yang se- ambil suri tauladanya. Sebagaimana yang
makin pesat (Abdullah, 2006, p. 1). Dieter telah diungkapkan oleh Saputro (2001, p. 21)
(2006, p. 156) mengatakan bahwa (a) seni bahwa Serat tripama merupakan serat piwu-
tradisi tidak ketinggalan zaman, melainkan lang yaitu suatu jenis karya sastra yang kan-
bentuk peninggalan yang menceritakan ten- dungan isinya merupakan petuah, pesan, ajar-
tang dasar-dasar setiap budaya (asal terjadinya an, pedoman, tuntunan ataupun bimbingan.
proses pembelajaran tersebut); (b) seni tradisi Serat ini tidak hanya ditujukan bagi prajurit
mesti dianalisis secara teliti untuk menemu- tetapi juga para pemimpin dan masyarakat
kan berbagai unsur dasar yang kemudian da- agar mampu melaksanakan tugas sesuai peran
pat menjadi elemen praktik sederhana tetapi dan fungsinya masing-masing.
spesifik bagi anak; (c) seni tradisi juga me- Nilai-nilai dalam Serat Tripama Kar-
miliki unsur-unsur nilai-nilai abadi. Dengan ya KGPAA Mangkunegara IV tersebut dirasa
menggali kembali khasanah budaya yang kaya perlu untuk dimunculkan kembali dan dilesta-
akan nilai-nilai kearifan lokal maka akan rikan sebagai teladan untuk memperbaiki mo-
didapatkan suatu konsep pedidikan sebagai ral bangsa. Hal ini perlu segera dilakukan ka-
proses pewarisan budaya. Sistem budaya lokal rena melihat fenomena yang terjadi dewasa
merupakan modal sosial (social capital) yang ini. Seiring dengan datangnya arus globalisasi,
besar, telah tumbuhberkembang secara turun- tanda-tanda kurangnya rasa nasionalisme rak-
temurun yang hingga kini kuat berurat-ber- yat terhadap negara Indonesia mulai bermun-
akar di masyarakat (Hikmat, 2010, p. 169). culan. Fenomena yang dapat kita lihat adalah
Jawa memiliki banyak nilai-nilai lu- gaya hidup kebarat-baratan yang lebih disukai
hur yang dapat digali dari karya-karya sastra masyarakat. Selain itu, masyarakat juga lebih
pujangga dan raja pada zaman dahulu. Salah bangga memakai produk luar negeri dan bah-
satunya adalah karya sastra Kanjeng Gusti kan lebih bangga tinggal dan bekerja di luar
Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkune- negeri.
gara IV. Kemampuannya dalam bersasatra Serat Tripama sebagai sebuah karya
menghasilkan banyak karya, salah satunya sastra telah mampu menghadirkan banyak ki-
adalah Serat Tripama. sah keteladanan yang kemudian dapat dikem-
Serat Tripama merupakan karya sas- bangkan sebagai salah satu sumber pengem-
tra berbentuk tembang macapat, pupuh dhan- bangan pendidikan karakter bagi generasi
danggula yang berjumlah tujuh bait. Tripama muda (Supriyono & Sutono, 2014, pp. 42-52).
diterbitkan pertama kali dalam kumpulan kar- Selain itu Ketiga tokoh Tripama apabila di-
ya KGPAA Mangkunegara IV, jilid III tahun korelasikan dengan pendidikan karakter bagi
1927. Serat tripama berisi ajaran keprajuritan, generasi muda memiliki relevansi yang cukup
tiga tokoh pawayangaan yang ditampilkan se- bermanfaat. Nilai-nilai yang terkandung dalam
bagai teladan pada masanya. Tiga tokoh pe- karakter tokoh Tripama tersebut apat diaplika-
wayangan tersebut yaitu Patih Suwanda, Kum- sikan pada bidang maupun kompetensi apa-
bakarna, dan Adipati Karna. Patih Suwanda pun. Secara konsep nilai yang mulia dalam
diceritakan pada masa Pra-Ramayana yang Tripama masih sangat relevan untuk diterap-
memiliki keinginan mengabdi yang besar ke- kan di zaman sekarang (Cahyono, 2015).
pada raja dengan mendayagunakan seluruh Nilai-nilai nasionalisme yang akan dicoba un-
kemampuan yang dia miliki. Kedua, Kumba- tuk dikembangkan melalui teladan dari Serat
karna yang ada pada masa Ramayana. Kum- Tripama akan mendukung pengembangan
bakarna merupakan raksasa yang memiliki ke- nilai dalam tujuan pendidikan nasional yaitu
teladanan berani mati untuk kemerdekaan

Volume 5, No 2, December 2017


Pendidikan Karakter dalam Serat Tripama ... 189
Novia Wahyu Wardhani, Noeng Muhadjir

membangun semangat kebangsaan dan cinta an kesimpulan/verifikasi (Miles & Huberman,


tanah air. 1992, p. 16).
Dari latar belakang masalah tersebut, Aktivitas yang dilakukan untuk mem-
penulis berkeinginan untuk menggali kembali peroleh dan menganalisis data dimulai dari
nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam Serat langkah-langkah sebagai berikut: (1) mencari
Tripama karya Mangkunegara IV dan impli- dan mengumpulkan naskah yang ada menge-
kasinya dalam dunia pendidikan di Indonesia nai Serat Tripama karya Mangkunegara IV
khususnya dalam memperkuat karakter terbitan Java Institut; (2) menerjemahkan nas-
bangsa. kah asli Serat Tripama yang bertuliskan Jawa
kuno ke dalam bahasa Indonesia; (3) mencatat
semua data mengenai Mangkunegara IV yang
METODE PENELITIAN
diperoleh darihasil observasi dan wawancara;
Penelitian ini adalah jenis penelitian (4) memilih hasil data yang pokok dan pen-
kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan me- ting sesuai dengan kebutuhan data yang diper-
tode yang paling baik digunakan untuk meng- lukan; (5) menginterpretasikan dan menafsir-
ungkap suatu budaya, sehingga dapat meng- kan data yang sudah melalui proses penge-
gali data-data yang mendalam dan bermakna lompokan data; (6) menyajikan data secara
Penelitian ini dilakukan selama 2 ta- diskriptif dari hasil reduksi data dalam bentuk
hun mulai dari 2016-2017 di Keraton Mang- teks; yang dilengkapi dengan menambahkan
kunegaran Surakarta. Target/subjek penelitian tabel dan gambar-gambar untuk melengkapi
terdiri dari 3 bidang yaitu: kerabat keraton, dan memperjelas hasil sajian data; (7) me-
akademisi, dan budayawan. Subjek penelitian lakukan verifikasi.
berasal dari Jawa Tengah. Kerabat Keraton
terdiri dari abdi keraton dan lulusan sekolah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pedalangan Mangkunegaran. Akademisi me-
rupakan dosen bahasa dan sastra dari UNNES Serat Tripama adalah salah satu kar-
dan budayawan dari Surakarta. ya Mangkunegara IV yang ditulis pada tahun
Di dalam penelitian ini, penulis me- 1860-an di Surakarta. Serat Tripama merupa-
lakukan analisis dokumen atau data verbal kan karya sastra berbentuk tembang macapat
yang dikembangkan dan ditegaskan melalui pupuh dhandanggula yang berjumlah tujuh
proses wawancara, observasi, dan dokumen- bait. Serat Tripama diterbitkan pertama kali
tasi. Pendekatan yang dipakai adalah interpre- dalam kumpulan karya Mangkunegara IV jilid
tasi, hermeneutik dan verstehen. Tahap-tahap III (1927) yang diterbitkan oleh Java Institut
dalam penelitian ini adalah (1) menangkap dan yayasan Mangadeg.
objek material, mengiventarisasi data empiris Serat Tripama artinya serat yaitu tu-
“simple ideas” berupa teks, memahami sim- lisan atau naskah, sedangkan Tripama terdiri
bol-simbol (tahap simbolik) yang sudah di- dari dua kata yaitu Tri yang berarti tiga dan
lakukan proses analisis isi dan struktural; (2) Pama yang berarti perumpamaan.Tripama se-
memberi dan menggali secara cermat tentang cara umum berisi nasehat mengenai ketela-
makna (sistem nilai, kebudayaan manusia, danan tiga tokoh wayang yaitu Patih Suwanda
gejala-gejala) yang terkandung dalam objek; atau Bambang Sumantri dalam cerita pra-
(3) melakukan pemahaman melalui insight, Ramayana, Kumbakarna dalam cerita Rama-
einfuehlung, serta akal budi untuk menemu- yana, dan Adipati Karna dalam cerita Maha-
kan makna simbol secara esensial filosofis; barata. Dibawah ini merupakan esensi yang
(4) melakukan interpretasi. tersirat dan tersurat dalam Serat Tripama.
Teknik analisis data adalah cara yang Dengan demikian, penelitian ini men-
digunakan untuk menganalisis data yang su- coba mengungkapkan makna berdasarkan pe-
dah diperoleh pada awal, proses, dan akhir pe- maknaan bahasa Jawa sesuai dengan apa yang
nelitian. Data kemudian disajikan mengguna- ada pada teks yang akan diuraikan dalam be-
kan model analisis interaktif yang terdiri dari berapa subbab yaitu: a. Patih Suwanda; b.
tiga alur kegiatan. Tiga alur tersebut terjadi Kumbakarna; c. Adipati Karna; dan d. Pen-
secara bersamaan yaitu melalui pengumpulan didikan Karakter dalam Serat Tripama Karya
data, reduksi data, penyajian data, dan penarik- Mangkunegara IV.

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi


Volume 5, No 2, December 2017
190 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Patih Suwanda wajahnya. Ketidakmauannya disebabkan takut


perjalanannya terhambat karena sosok adik-
Patih Suwanda memiliki nama se-
nya yang menakutkan, meskipun adiknya me-
waktu kecil Bambang Sumantri. Sumantri da-
miliki kemampuan yang sama hebatnya.
lam bahasa Sansekerta terdiri kata Su yang
Sukrasana adalah orang yang dikasihi
berarti lebih dam Mantri yang berarti kebijak-
oleh Batara Dharma karena selama hidupnya
sanaan. Patih Suwanda adalah tokoh dalam
dia memiliki budi yang luhur. Dia tidak per-
cerita Pra-Ramayana. Dia merupakan anak
nah menyakiti binatang. Dari budinya tersebut
begawan (pertapa) Suwandagni dari pertapan
Sukrasana diberikan kemampuan oleh Batara
Arga Sekar (Ardi Sekar). Begawan Suwan-
Dharma yaitu dapat menjinakkan binatang bu-
dagni adalah keturunan dari Batara Surya. Dia
as. Tidak hanya itu, Sukrasana juga memiliki
adalah pertapa yang tinggal di daerah pe-
cinta kasih yang tinggi kepada kakaknya se-
gunungan.
hingga ketika Sumantri tidak mengizinkannya
Bambang Sumantri adalah anak per-
untukikut, timbul kekecewaan di hatinya.
tama dari dua bersaudara. Dia memiliki adik
Sesampainya Sumantri di Mahespati,
yang bernama Bambang Sukrasana (Suka-
ia mengutarakan maksud serta tujuannya. Pra-
sarana). Sukrasana tidak memiliki kesamaan
bu Arjuna Sasrabahu dengan senang hati
wujud secara lahiriah dengan Sumantri. Dia
menerima keinginan Sumantri untuk mengab-
lahir dengan wujud raksasa kecil yang biasa
dikan diri padanya dan Negerinya Mahespati.
disebut buta bajang, sedangkan Sumantri
Selama pengabdiannya, Bambang Sumantri
berbadan tinggi gagah. Selain itu Sukrasana
berganti nama dan dikenal dengan sebutan
memiliki banyak luka di badannya sehingga
Patih Suwanda.
parasnya buruk sedangkan Sumantri berparas
Proses pengabdian Patih Suwanda ke-
tampan.
pada Arjuna Sasrabahu sampai pada akhir
Sumantri sejak kecil sudah mendapat-
kehidupannya, merupakan karakter yang patut
kan berbagai ilmu wigati yaitu ilmu penge-
untuk dijadikan suri tauladan. Oleh sebab itu,
tahuan, ilmu pemerintahan, dan juga secara
Mangkunegara IV menuliskan keteladanannya
fisik sudah dipersiapkan menjadi seorang
ke dalam Serat Tripama pupuh dandanggula
prajurit yang dapat diandalkan. Pendidikan
pada bait (pada) pertama dan kedua, sebagai
dan pelatihan tersebut, diperoleh dari ayahnya
berikut.
Begawan Suwandagni. Sumantri memiliki
Yogyanira kang para prajurit,
motivasi kuat untuk selalu unggul. Dia juga
Lamun bisa samya anulada,
memiliki senjata mematikan berupa Cakra
Kadya nguni caritane,
Baskara atau Cakra Biswara atau Cakra Su-
Andelira sang Prabu,
darsana pemberian dari Batara Wisnu.
Sasrabau ing Maespati,
Dalam dunia pewayangan senjata
AranPatih Suwanda,
cakra digambarkan berbentuk roda dengan
Lalabuhanipun,
gigi-gigi yang menyerupai mata tombak. Na-
Kang ginelung tri prakara,
mun, dalam Wayang Purwa senjata cakra di-
Guna kaya purunne kang denantepi,
gambarkan seperti mata panah. Senjata cakra
Nuhoni trah utama,
yang dimiliki oleh Sumantri merupakan sen-
jata Batara Wisnu. Dia mendapatkan senjata
Artinya :
tersebut karena Sumantri merupakan orang
yang dikasihi oleh Batara Wisnu. Senjata ini Seyogianya para prajurit,
juga dimiliki oleh para titisan Batara Wisnu Bila dapat semuanya mencontoh,
seperti Krisna dalam cerita Mahabarata. Seperti masadahulu,
Menuju kedewasaannya, Sumantri Andalan sang Prabu,
memiliki tekad yang kuat untuk mengabdi Sasrabau di Maespati,
kepada Raja Maespati yang bernama Prabu Bernama Patih Suwanda,
Arjuna Sasrabahu yang merupakan titisan Jasa-jasanya,
dewa Wisnu. Tekad kuat Sumantri direstui Yang dipadukan dalam tiga hal,
oleh ayahnya. Akan tetapi, dia tidak mau Pandai, mampu, dan berani yang
membawa adiknya ikut serta bersamanya, ditekuninya,
karena adiknya adalah raksasa yang buruk Menepati sifat keturunan utama.

Volume 5, No 2, December 2017


Pendidikan Karakter dalam Serat Tripama ... 191
Novia Wahyu Wardhani, Noeng Muhadjir

Selanjutnya dijelaskan dalam bait kedua yaitu: Arjuna Sasrabahu untuk melamar dan mem-
bawa Dewi Citrawati, anak dari Raja Mang-
Lire lalabuhan tri prakawis,
gada yang sangat terkenal dengan kecantikan-
Guna bisa saniskareng karya,
nya. Saat sampai di sana, Patih Suwanda me-
Binudi dadi unggule,
lihat Raja Manggada yang bernama Citrawi-
Kaya sayektinipun,
jaya bingung. Setelah berkomunikasi ternyata
Duk bantu prang Manggada nagri,
kebingungan Citrawijaya disebabkan adanya
Amboyong putri dhomas,
1000 raja yang ingin melamar Dewi Citrawati.
Katur ratunipun,
Melihat kebingungan Citrawijaya tersebut,
Purunne sampun tetela,
maka Patih Suwanda memberikan solusi agar
Aprang tandhing lan ditya Ngalengka aji,
diadakan sayembara. Akhirnya, sayembara di-
Suwanda mati ngrana.
umumkan “siapa yang dapat mengalahkan
Patih Suwanda maka lamarannya akan dite-
Artinya: :
rima”. Selama sayembara berlangsung, tidak
Arti jasa bakti yang tiga macam itu, satupun raja dari 1000 negara yang dapat
Pandai mampu di dalam segala mengalahkannya. Untuk menepati janjinya,
pekerjaan, akhirnya Citrawijaya menerima lamaran Pra-
Diusahakan memenangkannya, bu Arjuna Sasrabahu yang diwakilkan oleh
Seperti kenyataannya, Patih Suwanda.
Waktu membantu perang negeri Kaya atau dalam bahasa Indonesia
Manggada, berarti kemampuan, merupakan keunggulan
Memboyong delapan ratus orang puteri, kedua yang dimiliki oleh Patih Suwanda. Pa-
Dipersembahkan kepada rajanya, tih Suwanda dianggap memiliki kemampuan
Keberaniannya sudahlah jelas, karena keberhasilannya melawan 1000 raja
Perang tanding melawan raja raksasa dan melamar Dewi Citrawati. Dalam lamaran
Ngalengka, tersebut, Patih Suwanda mampu memboyong
Suwanda meninggal dalam perang. harta benda dan putri raja. Namun demikian,
kekayaan yang digambarkan dalam naskah
Tembang diatas secara garis besar Tripama ini memiliki makna bukan kekayaan
berisi tentang karakter dan tekad yang dimiliki dalam hal materi tetapi dalam hal nilai dan
Patih Suwanda ketika akan dan pada saat moral.
mengabdi kepada Prabu Arjuna Sasrabahu. Secara materi, kekayaan yang dia
Tiga hal yang terlukiskan dalam tembang peroleh sangat banyak berupa 800 orang pu-
tersebut adalah karakter Patih Suwanda yang teri dari berbagai kerajaan dan harta benda
oleh Mangkunegara IV dianggap unggul yaitu lain. Adapun, kekayaan dalam hal moral ada-
guna, kaya dan purun. Guna (pandai), kaya lah memiliki kesetiaan terhadap rajanya. Ke-
(mampu), purun (berani) adalah tiga hal yang setiaan Patih Suwanda menjadikan keikhlas-
menjadi kelebihan Patih Suwanda. annya memberikan semua kekayaan yang dia
Guna memiliki arti bahwa Patih Su- peroleh dari keberhasilannya melaksanakan
wanda memiliki kecerdasan dan ketrampilan. tugas kepada rajanya tanpa dia meminta se-
Dia mampu menyelesaikan masalah dalam se- dikitpun sebagai imbalan.
gala hal karena pengetahuan dan pengalaman- Purun dalam bahasa Indonesia berarti
nya itu. Dia memiliki kepandaian untuk mem- mau atau bersedia. Purun dalam cerita ini
berikan solusi bagi permasalahan yang diha- menggambarkan kesanggupan dan keberani-
dapi. Salah satu contohnya dalam cerita Su- annya dalam melaksanakan tugas-tugas dan
mantri Ngenger yang dibawakan oleh Ki Su- membela negaranya. Keberanian Patih Suwan-
gino Siswacarito. Dalam cerita tersebut, Patih da dapat dilihat dalam cerita Suwanda Gugur.
Suwanda dapat melaksanakan tugas yang di- Patih Suwanda gugur dalam perang
berikan oleh Arjuna Sasrabahu untuk melamar melawan Raja Ngalengka yaitu Prabu Dasa-
Dewi Citrawati. muka. Perang ini berawal dari marahnya Prabu
Cerita Sumantri Ngenger mencerita- Dasamuka karena Ngalengka banjir oleh air
kan tentang kisah Sumantri pada waktu telah yang dibendung oleh Prabu Arjuna Sasrabahu
menjadi Patih Suwanda. Pada cerita tersebut, untuk mandi Dewi Citrawati dan 800 selirnya.
Patih Suwanda diberi tugas oleh rajanya yaitu Namun sesampainya di bendungan dan me-
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 5, No 2, December 2017
192 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

lihat Dewi Citrawati dan 800 selir mandi, bakarna yang juga patut untuk dijadikan con-
keinginannya berubah menjadi ingin mengu- toh. Kumbakarna adalah tokoh wayang yang
asai kerajaan dan semua yang ada di dalam- terdapat dalam cerita Ramayana. Nama leng-
nya termasuk Dewi Citrawati dan para selir kap Kumbakarna adalah Raden Arya Kumba-
Prabu Arjuna Sasrabahu. karna. Ayah Kumbakarna adalah seorang resi
Pada saat berperang melawan Prabu bernama Begawan Wisrawa, sedang ibunya
Dasamuka, Patih Suwanda sudah mengetahui adalah Dewi Sukesi. Dia memiliki seorang
bahwa dia akan gugur. Pengetahuannya diper- kakak yaitu Dasamuka dan dua orang adik
oleh dari mimpinya bertemu dengan Sukra- yaitu Sarpakenaka dan Gunawan Wibisana.
sana yang mengatakan ini akhir kehidupannya Begawan Wisrawa adalah seorang
yang harus dia rasakan dan pada saatnya dia pertapa dari pertapaan Dederpenyu. Sebelum
akan menjemputnya kenirwana. Mimpi ter- menjadi pertapa dia adalah raja dari lokapala
sebut tidak membuat Patih Suwanda mundur dan Dewi Sukesi adalah anak dari Sumali,
dari perang. Raja Alengkadiraja. Kisah dalam lakon
Pada saat perang berlangsung, tiba- “Alap-Alap Sukesi” menceritakan seorang ca-
tiba saja Sukrasana manjing (merasuki) gigi lon mertua yang jatuh cinta kepada calon me-
Prabu Dasamuka sehingga wajah Prabu Dasa- nantunya, begitu juga sebaliknya. Begawan
muka seperti wajah adiknya, Bambang Suka- Wisrawa adalah ayah dari Raden Dhanapati
srana. Mengingatkan ia pada adiknya yang yang menginginkan melamar Dewi Sukesi
meninggal terkena senjata cakranya. Kejadian lewat ayahnya. Dewi Sukesi adalah putri yang
tersebut berawal pada saat pemindahan taman cantik hingga kecantikannya diinginkan para
Sriwedari yang berhasil atas bantuan adiknya raja termasuk pamannya yaitu Jambungmali.
yaitu Sukrasana. Adiknya pun boleh ikut ke Syarat untuk dapat mempersunting
Mahespati tetapi tidak boleh menampakkan Dewi Sukesi adalah dapat mengalahkan Jam-
diri. Tanpa disengaja penampakan Sukrasana bungmali dan menguasai pengetahuan tentang
dilihat oleh para putri dan Dewi Citrawati se- Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating
hingga menimbulkan kegaduhan. Patih Su- Diyu. Begawan Wisrawa mampu mengalah-
wanda menghadapi kegaduhan yang disebab- kan Jambungmali dengan memenggal-meng-
kan oleh adiknya, berpura-pura mengeluarkan gal tubuhnya. Dia juga memiliki pengetahuan
cakra untuk membuat takut adiknya dan yang baik tentang Sastra Jendra Hayuningrat
mengusirnya, namun tanpa sengaja cakra ter- Pangruwating Diyu dan menyanggupi untuk
sebut membunuh adiknya. Bayangan adiknya mengajarkannya kepada Dewi Sukesi. Dengan
dan penyesalan atas kematian adiknya men- demikian, lamarannyalah yang diterima.
jadikan dia lengah dan dengan mudah ter- Kalimat sastra jendra ada pada abad
bunuh oleh gigitan Prabu Dasamuka yang me- ke-19 (1820) dalam karya Kyai Yayadipuro
ngoyak tubuh Patih Suwanda. Kesanggupan dan Kyai Sindusastra dalam lakon Arjuna-
Patih Suwanda inilah yang merupakan nilai sasra atau Lokapala (Kitab Arjuna Wijaya
ketiga yang pantas dijadikan teladan. pupuh Sinom bait 26). Sastra jendra adalah
Ketiga hal tersebut menurut Mang- hakikat ma’rifat atau ujung perjalanan dari
kunegara IV, sudah semestinya dimiliki oleh segala ilmu. Sastra jendra merupakan ilmu
orang-orang yang utama. Guna, kaya, purun tentang manunggaling kawula lan gusti (men-
merupakan keteladanan yang menurut Mang- jadi satunya manusia dengan Tuhan). Tidak
kunegara IV dapat kita jadikan contoh untuk sembarang orang dapat mempelajari dan
mendidik generasi muda menjadi orang-orang menerapkan ilmu tersebut karena ilmu ini
yang unggul. Orang yang unggul adalah orang bukanlah yang tampak pada mata, tetapi yang
yang mau dan mampu melaksanakan tugasnya ada dan tampak dalam mata hati.
dengan baik untuk masyarakat, bangsa, dan Nafsu antara Wisrawa dan Sukesi ini
negaranya tanpa mengharapkan imbalan muncul dalam aktivitas mempelajari Sastra
apapun. Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu yang
merupakan ilmu spiritual tertinggi pada saat
Kumbakarna itu. Bathara Guru dan Bathari Durga yang
Kumbakarna masuk dalam salah satu merasuki tubuh Begawan Wisrawa dan Dewi
tokoh Tripama, yang menurut Mangkunegara Sukesi dan menimbulkan nafsu birahi yang
IV terdapat karakter baik dalam diri Kum- luar biasa. Di sinilah Wisrawa tidak mampu

Volume 5, No 2, December 2017


Pendidikan Karakter dalam Serat Tripama ... 193
Novia Wahyu Wardhani, Noeng Muhadjir

menahan nafsunya seperti raksasa yang ke- nafsu duniawi, sedangkan anak terakhir lahir
mudian melahirkan kehinaan karena nafsu pada saat orang tuanya mulai sadar dan
yang salah dilepaskan. kembali kepada jalan spiritual yang berdasar
Hubungan mereka berdua akhirnya pada norma-norma asmaragama. Hal ini me-
membuahkan kehamilan dewi Sukesi. Dari nandakan bahwa setinggi apapun ilmu ma-
hubungan tersebut, lahirlah empat orang anak, nusia, dia harus selalu ingat dan sadar. Seperti
yaitu Dasamuka, Kumbakarna, Sarpakenaka, petuah Jawa yang biasa diucapkan oleh orang
dan Gunawan Wibisana. Tiga di antaranya tua kepada anaknya yaitu “Sabegja-begjane
menggambarkan nafsu keduniawian dan yang wong kang lali, luwih begja wong kang eling
terakhir merupakan gambaran dari pertaubat- lan waspada”. Kewaspadaan yang ditandai
an yang menghasilkan kesucian. dengan kesadaran, kesabaran, dan ketelitian
Pertama adalah Dasamuka. Dia ber- hendaknya selalu berada dalam diri manusia
wujud raksasa besar yang mengerikan. Dia (Narimo, 2010, p. 10).
memiliki ajian pancasona (sepuluh wajah) Dalam mitologi dan legenda yang
sehingga ketika dipenggal dia dapat hidup lagi muncul, raksasa adalah bangsa makhluk yang
hingga sepuluh kali. Wajahnya berwarna me- menyerupai hewan. Mereka berukuran lebih
rah bagaikan api yang menyala. Dasamuka besar daripada ukuran normalnya manusia.
memiliki watak yang sangat jahat dan dalam Dongeng dan legenda menyatakan bahwa
kehidupannya, hanya mengedepankan hawa raksasa merupakan bangsa makhluk yang me-
nafsu dan mudah marah. Senjatanya adalah miliki nafsu tinggi terhadap hal yang bersifat
candrasa. Walaupun sakti, namun pada akhir- keduniawian. Raksasa juga merupakan makh-
nya mati oleh panah guhwawijaya milik Ra- luk yang bodoh dan bengis, suka menggang-
mawijaya. gu, rakus, senang berfoya-foya, hidup bebas,
Kedua adalah Kumbakarna. Kumba- sombong, dan sangat jahat.
karna adalah raksasa yang memiliki perawak- Lain halnya dengan Kumbakarna,
an yang tinggi dan sangat besar melebihi meskipun dia berwujud raksasa namun berbe-
gunung serta wajahnya berwarna hijau gelap. da dengan kedua saudaranya yang juga ter-
Kumbakarna melambangkan nafsu makan dan golong raksasa. Kumbakarna adalah raksasa
tidur yang berlebihan. Kumbakarna tinggal di yang berjiwa kesatria. Dia selalu melakukan
Lemburgangsa. Senjatanya adalah aji-aji ge- darma yang baik sehingga disenangi oleh
dhonmenga dan pelak gelak sakethi. Kumba- dewa. Sebelum terjadi perang di Ngalengka
karna mati dalam peperangan untuk memper- seperti yang tertuang dalam Serat Tripama,
tahankan tanah airnya dari serangan tentara kumbakarna adalah raksasa yang senang ber-
kera Rama. tapa. Darma yang dia lakukan kepada Dewa
Ketiga adalah Sarpakenaka. Sarpake- tersebut disukai oleh Batara Brahma. Iapun
naka adalah anak perempuan yang berwujud diberi kebebasan untuk menentukan pilihan
raksasa. Wataknya sangat jahat dan suka iri hadiah yang diinginkannya. Saat Batara Brah-
hati atas kebahagiaan orang lain. Wajahnya ma dan Batari Saraswati menemui Kumba-
jelek berwarna kuning dan suka bersolek ber- karna menanyakan apa yang diminta, Kum-
lebihan. Sarpakenaka menjadi lambang bagi bakarna meminta indrasan, yaitu keistimewa-
nafsu birahi dan harta dunia. an untuk menjalani hidup mewah di Negeri
Keempat adalah Gunawan Wibisana. Kahyangan Kaendran yang dimiliki oleh De-
Anak terakhir yang sangat berbeda dengan wa Indra. Rasa puas dalam dirinya yang tinggi
ketiga kakaknya. Gunawan Wibisana berparas dan terlalu bahagia atas hadiah yang akan dia
tampan dan berhati halus. Dia berwujud kesa- terima, menyebabkan Kumbakarna salah
tria dengan wajah putih halus yang melam- mengucap. Ucapan indrasan berubah menjadi
bangkan kesukaan pada hidup sederhana dan nendrasan yang berarti tidur panjang. Maka
spiritualitas yang tinggi. Dia merupakan raja Kumbakarna pun mengalami tidur panjang di
Alengka selanjutnya setelah Dasamuka. Gunung Gohkarna sampai pada Perang
Perbedaan keempat anak tersebut ter- Ngalengka.
jadi karena watak orang tuanya pada saat Dalam Serat Tripama Karya Mang-
“melakukan” dan pada saat pertumbuhan ke- kunegara IV pupuh Dandanggula bait ke tiga
hamilan istrinya. Ketiga anaknya yang ber- dan ke empat dijelaskan tentang Kumbakarna
wujud raksasa lahir karena sifat penuh dengan sebagai berikut:
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 5, No 2, December 2017
194 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Wonten malih tuladan prayogi, nampak dari kebiasaannya melakukan darma


Satriya gung nagari Ngalengka, dan bertapa. Dia juga tidak mudah terbawa
Sang Kumbakarna namane, hawa nafsu duniawi yang berlebihan kecuali
Tur iku warna diyu, makan dan tidur. Kumbakarna juga merupa-
Suprandene nggayuh utami, kan raksasa yang dapat berfikir logis dan
Duk awit prang Ngalengka, membedakan mana yang benar dan mana
Dennya darbe atur, yang salah.
Mring raka amrih raharja, Kumbakarna gugur yang dimainkan
Prabu Dasamuka tan keguh ing atur oleh Ki Enthus Susmono. Diceritakan Kum-
yekti, bakarna yang dibangunkan oleh kakaknya
De mung mungsuh wanara. untuk maju berperang melawan tentara kera
pimpinan Sri Rama. Sebelum berperang,
Artinya:
Kumbakarna mencari tahu tentang hal yang
Ada lagi teladan baik, terjadi hingga bala tentara kera Sri Rama
Satria agung dari negara Ngalengka, menyerang Ngalengka dan membinasakan
Sang Kumbakarna namanya, banyak tentara Ngalengka. Setelah tahu sebab
Padahal dia bersifat raksasa, dari adanya perang tersebut, Kumbakarna
Namun demikian dia berusaha meraih berusaha menasihati Rahwana kakaknya agar
keutamaan, mengembalikan Sinta yang merupakan istri
Sejak perang di Ngalengka, Sri Rama dari Ayodya kepada suaminya.
Ia mengajukan pendapat, Sinta bukanlah miliknya dan berdosa apabila
Kepada kakandanya agar selamat, menginginkan milik orang lain. Akan tetapi,
Prabu Dasamuka tak tergoyahkan oleh Rahwana sama sekali tidak memperdulikan
pendapat baik, nasehat dari adiknya tersebut. Dia tetap ingin
Karena hanya melawan kera. memiliki Sinta dan ingin terus berperang
sampai titik darah terakhir.
Selanjutnya pada bait ke empat adalah : Setelah nasehatnya tidak dihiraukan
oleh kakaknya Kumbakarna pun turun ke
Kumbakarna kinen mangsah jurit, medan peperangan. Dia berada dibarisan de-
Mring kang rak sira tan lenggana, pan sebagai panglima. Namun munculnya
Nglungguhi kasatriyane, Kumbakarna di medan peperangan. Ia bukan
Ing tekad datan purun, berperang untuk membela kakaknya yang
Amung cipta labih nagari, salah, tetapi untuk mempertahankan negara-
Lan nolih yayahrena, nya yang sebentar lagi hancur oleh tentara
Myang luluhuripun, kera Sri Rama.
Wus mukti aneng Ngalengka, Dalam peperangan yang berlangsung,
Mangke arsa rinusak ing bala kali, semua kesatria Ayodya dan kesatria kera yang
Punagi mati ngrana. terluka atau mati di tangan Kumbakarna, dia
Artinya: perlakukan dengan hormat. Ia menjunjung
tinggi sikap kesatria sebagai sesama patriot.
Kumbakaran diperintah maju perang, Namun akhirnya, Kumbakarna pun tewas oleh
Oleh kakandanya, ia tidak menolak, panah Sri Rama yang memutus kedua tangan,
Menepati kesatriaannya, kedua kaki, dan lehernya. Karena sikap patrio-
Dalam tekadnya tak mau, tisme dan nasionalismenya tersebut, dihari
Hanya demi membela negara, kematian Kumbakarna, Sri Rama melakukan
Dan mengangkat ayah-bundanya, gencatan senjata sebagai penghormatan kepa-
Telah hidup nikmat di negeri Ngalengka, da Kumbakarna atas keberanian, dan sema-
Sekarang akan dirusak oleh barisan kera, ngat bertempur sebagai seorang patriot.
Bersumpah mati dalam perang. Penjelasan tersebut dapat ditarik sim-
pulan bahwa Kumbakarna memiliki karakter
Berdasarkan Tembang Dandanggula yang patriotisme, rela berkorban, dan bertang-
dalam Serat Tripama di atas, digambarkan gung jawab. Meskipun dia merupakan raksasa
bahwa Kumbakarna adalah tokoh raksasa namun dia memiliki sikap membela tanah air-
yang memiliki jiwa manusia utama. Hal ini nya yang sebentar lagi hancur. Kisah menge-

Volume 5, No 2, December 2017


Pendidikan Karakter dalam Serat Tripama ... 195
Novia Wahyu Wardhani, Noeng Muhadjir

nai tokoh Kumbakarna ini mengandung nilai Kurupati, maka dia mau menyerahkan hidup
nasionalisme yang baik untuk dijadikan dan matinya pada Duryudana. Sampai suatu
teladan. saat, Duryudana anak dari Destarastra dan
Dewi Gendari menunjuk Adipati Karna
Adipati Karna sebagai panglima perangnya dalam Perang
Tokoh ketiga dalam Serat Tripama Bharatayuda.
karya Mangkunegara IV adalah Basukarna Kisah selanjutnya, tentang Surya-
atau Adipati Karna atau Suryatmaja atau Sur- putra. Dia adalah suami dari Surtikanthi dan
yaputera. Adipati Karna ketika masih muda menantu dari Prabu Salya. Dia memiliki dua
bernama Suryaputera. Suryaputera adalah senjata andalan yang diberikan oleh Dewa
anak dari Dewi Kunthi Talibrata dari negara Indra yaitu kotang antakusuma dan senjata
Mandura dengan Batara Surya. Suryaputera kunta baskara. Kotang antakusuma menjadi-
lahir karena mantra pemberi anak “aji pa- kannya kebal terhadap senjata dan kunta
meling” yang diberikan oleh Resi Druwasa baskara adalah panah yang dapat menimbul-
yang bernama mantra kuntawekasing tunggal kan kehancuran dasyat.
tanpa lawan yang diucapkan oleh Dewi Kun- Ketika Perang Bharatayuda terjadi,
thi. Mantra tersebut dapat mendatangkan de- Adipati Karna baru mengetahui jika Kunthi
wa sesuka hatinya dan ilmu tersebut berkaitan adalah ibunya. Adapun musuh-musuhnya yai-
dengan permintaan anak. Ilmu yang diuji tu Pandawa merupakan adik-adiknya dari ibu
cobakan itu, akhirnya mendatangkan dewa yang sama. Pada saat itu Kunthi, ibu kan-
Surya yang selanjutnya memberikan seorang dungnya, memintanya untuk bergabung dalam
bayi di dalam perutnya. Akan tetapi karena barisan perang Pandawa namun ia menolak.
Suryaputera adalah anak yang tercipta di luar Dia memilih bertarung dengan Arjuna, adik
ikatan resmi, maka akhirnya dia dibuang ke seibu yang seimbang kepiawaiannya dalam
sungai untuk menutupi aib. memanah. Hal ini dikarenakan dia berutang
Setelah dibuang Suryaputera ditemu- budi pada Raja Duryudana dan telah bersum-
kan oleh kusir kuda dari Astina bernama pah untuk setia kepada yang memberinya
Adirata. Suryaputera kemudian dibesarkan pangkat dan kedudukan, dan memegang teguh
hingga dewasa oleh Adirata dan istrinya Nan- janjinya sebagai sumpah setia untuk memba-
da. Suryaputera diberinama oleh Adirata de- las budi karena telah mengangkat derajatnya
ngan nama Basukarna. Dia besar sebagai laki- menjadi seorang raja. Loyalitas tersebut, ia
laki yang tampan, gagah, dan memiliki ke- buktikan hingga hembusan nafas terakhirnya.
saktian yang sama dengan Arjuna. Sejatinya, Dalam Serat Tripama ini dilukiskan watak
mereka adalah saudara seibu lain bapak. Adipati Karna yang patut untuk diteladani
Basukarna hebat bukan hanya karena setelah dia diangkat sebagai Raja di Awangga
titisan dewa. Kehebatannya juga dikarenakan oleh Duryudana. Pada tembang dhandanggula
mencuri pembelajaran memanah dari Guru bait ke lima dan ke enam yang berisi me-
Durna yang sedang mengajarkan ilmunya ke- ngenai Suryaputera sebagai berikut :
pada Kurawa dan Pandhawa. Setiap pagi saat Wonten malih kinarya palupi,
hendak memandikan kuda kerajaan, ia melihat Suryaputra Narpati Ngawangga,
Guru Durna mengajar memanah. Walaupun Lan Pandhawa tur kadange,
dia hebat, namun dia tidak mendapatkan per- Len yayah tunggil ibu,
hatian bahkan dibuang dari Astina karena Suwita mring Sri Kurupati,
mempertontonkan keahliannya. Hal tersebut, Aneng nagri Ngastina,
tidak sepantasnya dia lakukan karena dia Kinarya gul-agul,
berasal dari kasta bawah dan dianggap sebuah Manggala golonganing prang,
kesombongan yang memiliki sanksi, diusir Bratayuda ingadegken senapati,
dari kerajaan. Ngalaga ing Korawa.
Kelicikkan Duryudanalah yang men- Artinya:
jadikan Basukarna dari anak kusir biasa men-
Baik pula untuk teladan,
jadi raja di Awangga. Basukarna kemudian
Suryaputera raja Ngawangga,
terkenal dengan nama Adipati Karna. Karena
Dengan Pandawa adalah saudaranya,
terikat hutang budi kepada Duryudana atau
Berlainan ayah tunggal ibu,
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 5, No 2, December 2017
196 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Mengabdi kepada Sri Kurupati, sudah sepantasnya dia membela tanah


Dari Negara Ngastina, airnya.
Dijadikan andalan, 3) Dia ingin menjalankan janjinya untuk
Bratayuda sebagai panglima, setia kepada orang yang sudah mening-
Perang di pihak Korawa. gikan derajatnya dan memberikan pangkat
kepadanya.
Selanjutnya pada bait ke enam adalah sebagai
berikut: Sikap yang diambil oleh Adipati
Minungsuhken kadange pribadi, Karna ini menggambarkan bahwa dia adalah
Aprang tandhing lan sang Dananjaya, tokoh yang memiliki karakter teguh pendirian,
Sri Karna suka manahe, tanggung jawab, jiwa kesatria dan tidak
Dene sira pikantuk, melupakan jasa atau kebaikan orang lain. Hal
Marga dennya arsa males-sih, ini, nampak jelas bahwa pembelaannya dipi-
Ira sang Duryudana, hak Kurawa karena di satu sisi membela tanah
Marmanta kalangkung, air yang telah membesarkannya, di sisi lain
Dennya ngetog kaSudiron, dia juga merasa berhutang budi pada Duryu-
Aprang rame Karna mati jinemparing, dana yang telah menerima apa adanya. Semua
Sumbaga wirotama. kebaikan yang telah diterimanya merupakan
tanggung jawab yang besar dan dia berkeya-
Artinya: kinan harus membalasnya.
Dihadapkan dengan saudaranya sendiri, Nilai-nilai dalam Serat Tripama ter-
Perang tanding melawan Dananjaya, sebut memiliki makna keteladanan bagi pe-
Sri Karna suka hatinya, nguatan rasa kewajiban dan tanggung jawab
Karena ia memperoleh jalan untuk terhadap bangsa dan negara. Serat Tripama
membalas cinta kasih, karya Mangkunegara IV memiliki nilai-nilai
Sang Duryudana, ajaran yang relevan untuk diketahui, diajar-
Maka ia dengan sangat, kan, diamalkan, dan digunakan sebagai modal
Mencurahkan segala keberaniannya, pendidikan karakter dimasa setelah kemerde-
Perang seru Karna mati dipanah, kaan sekarang ini.
Mashur sebagai perwira utama. Selanjutnya, nilai karakter yang perlu
dicontoh adalah sifat-sifat keprajuritan yang
Berdasarkan tembang macapat terse- menjadi keutamaan seseorang yang mengabdi
but pada intinya berisi tentang tokoh Surya- kepada raja dan negara. Nilai-nilai karakter
putera atau Adipati Karna yang juga patut yang dapat diteladani dari ketiga tokoh di
untuk dijadikan contoh bagi kita. Hal demi- Tripama (Patih Suwanda, Kumbakarna, dan
kian dapat kita lihat dari pengorbanannya Adipati Karna) adalah sebagai berikut.
terhadap Duryudana dan negara Astina yang
telah memuliakan hidupnya dan mengangkat Patih Suwanda
derajatnya dari anak kusir kuda menjadi Raja Mengajarkan nilai-nilai karakter yang
di Awangga. dapat diteladani bagi generasi penerus bangsa
Pengorbanan yang dilakukan Adipati yaitu: (1) cinta tanah air, (2) pandai, (3)
Karna adalah ketika dia tetap maju Perang Ba- berfikir sebelum bertindak, (4) penuh per-
ratayuda dipihak Kurawa dan harus melawan hitungan, (5) mau mengabdi kepada negara,
Pandawa yang jelas-jelas dia ketahui bahwa (6) setia kepada raja, (7) tanggung jawab, (8)
Pandawa masih saudaranya sendiri. Majunya berani, (9) mengutamakan kewajiban, dan
Suryaputra dalam perang dilakukannya atas (10) patriotik
berbagai pertimbangan antara lain:
1) Adipati Karna lebih memilih dipihak Ku- Kumbakarna
rawa daripada Pandhawa. Menurutnya
Kurawa adalah sosok yang menerimanya Kumbakarna memiliki nilai-nilai yang
apa adanya dengan tidak melihat kasta dapat diteladani bagi generasi penerus bangsa
tetapi kemampuan. yaitu: (1) berbudi luhur, (2) berfikir rasional,
2) Sejak kecil dia tumbuh dan berkembang (3) berani, (4) cinta tanah air, (5) selalu ingin
di Awangga daerah kekuasaan Astina jadi meraih keutamaan, (6) adil, dan (7) patriotik.

Volume 5, No 2, December 2017


Pendidikan Karakter dalam Serat Tripama ... 197
Novia Wahyu Wardhani, Noeng Muhadjir

Adipati Karna memperluas aplikasi modal budaya dan osial,


sebagai sumber yang dapat ditransformasikan
Adipati Karna memiliki beberapa nilai
menjadi nilai tambah dalam membangun
yang dapat diteladani bagi generasi penerus
karakter bangsa.
bangsa yaitu: (1) cinta terhadap tanah air, (2)
Pendidikan karakter berbasis budaya
setia kepada raja yang memberinya keduduk-
dalam lingkungan pendidikan informal ter-
an, (3) menepati janji, (4) memiliki prinsip
nyata mampu menghasilkan warga negara
dalam hidup, (5) tahu balas budi, (6) tegas dan
yang baik. Hal ini didukung oleh beberapa pe-
tidak mudah goyah, (7) patriotik, dan (8)
nelitian mengenai pengaruh pendidikan berba-
berani.
sis budaya lokal terhadap pembentukan karak-
Dua diantaranya memiliki kesetiaan
ter. Salah satunya, mengenai tembang karena
kepada negara dan rajanya. Adapun Kumba-
budaya macapat masih dianggap relevan se-
karna, ia hanya memiliki kesetiaan kepada ne-
bagai sarana dan wahana dalam pembangunan
gara bukan kepada raja. Kesadaran akan bela
karakter bangsa (Machfiroh, 2011; Wardhani,
negara yang tinggi ada di dalam diri ketiga
2016).
tokoh wayang tersebut. Meskipun mereka me-
ngetahui pada akhirnya mereka akan kalah
dan gugur, namun mereka tetap maju berpe- SIMPULAN
rang. Sifat kesetiaan dan keberanian seorang Simpulan
prajurit adalah hal yang utama untuk menjaga
keamanan dan ketentraman di sebuah negara. Ketiga tokoh yang digambarkan da-
Secara umum, isi Serat Tripama me- lam Serat Tripama ini, hanya satu yang dapat
ngandung pesan yaitu: (1) tiap-tiap warga dijadikan teladan atas perilakunya yaitu Patih
negara mempunyai kewajiban membela tanah Suwanda yang memiliki tekad kuat untuk
airnya, (2) ajaran tentang cinta tanah air dan mengabdi kepada raja yang arif dan bijaksana
wajib bela negara itu juga bisa kita temukan dengan terlebih dahulu mengasah kemampu-
dalam ungkapan-ungkapan tradisional, (3) da- annya untuk bekal mengabdi. Sedangkan
lam menilai suatu hal kita perlu cermat dan Kumbakarna dan Adipati Karna merupakan
hati-hati, harus bisa membedakan baik buruk- contoh yang buruk karena dinilai tidak rasio-
nya secara tepat, (4) kepentingan bangsa dan nal dalam pengabdiannya yang diperuntukkan
negara harus lebih diutamakan daripada ke- untuk raja yang jahat meskipun telah dijelas-
pentingan pribadi dan golongan, (5) kepen- kan kerelaannya berkorban bukan untuk raja
tingan bangsa dan negara harus kita lakukan namun untuk negara.
dengan sepenuh hati, (6) seseorang akan
tumbuh sikap hidup jika selalu memperlaku- Saran
kan orang lain secara manusiawi (Prabowo, Karya sastra dibuat bukan tanpa
2003, p. 44). Sedangkan menurut Catur tujuan dan sasaran maka dari itu penting
Nugroho sebagai dalang di daerah Sambi Bo- untuk mengetahui tujuan sebenarnya. Dengan
yolali, nilai yang dapat diambil diantaranya: demikian, diperoleh pemaknaan yang benar
nilai kepahlawanan, nilai kesetiaan, nasiona- tentang karya sastra. Salah penafsiran yang
lisme, pengorbanan, dan jiwa kesatria yang dilakukan di bidang pendidikan khusunya ka-
selalu diutamakan. Nilai-nilai nasionalisme ini rakter akan berakibat sebaliknya dapat meru-
sangat relavan apabila dikolerasikan sebagai sak karakter.
perspektif pendidikan karakter bagi generasi
muda pada masa sekarang karena sangat ber-
pengaruh besar bagi kemajuan atau kemun- DAFTAR PUSTAKA
durun suatu bangsa. Abdullah, A. (2006). Khasanah budaya
Naskah-naskah kuno tersebut dapat karaton Yogyakarta. Makalah seminar di
digunakan sebagai sumber untuk menggali UIN Yogyakarta, 15 November 2006.
nilai-nilai luhur bangsa sebagai modal budaya
(culture capital) dan modal sosial (social ca- Cahyono, B. (2015). Nilai pendidikan karakter
pital). Upaya menggali, menguji, mensosi- dalam serat tripama dan relevansinya
alisasi dan mengkulturasi tata nilai luhur perlu dengan pembelajaran apresiasi sastra
terus ditingkatkan, dan didukung dengan jawa (kajian heuristik dan
hermeneustik). Disertasi, tidak
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 5, No 2, December 2017
198 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

dipublikasikan Universitas Negeri Narimo, S. (2009). Karakteristik Psiko-Sosio


Sebelas Maret. Kultural Manusia Dalam Serat Wulang –
Reh Karya Pakoe Boewono IV
Dieter, M. (2001). Pendidikan musik antara (Tinjauan Pendidikan Informal
harapan dan realita. Bandung: UPI Masyarakat Jawa). Disertasi, tidak
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. dipublikasikan. Universitas Negeri
Hikmat, H. (2010). Strategi Pemberdayaan Jakarta.
Masyarakat. Bandung: Humaniora Saputro, K. H. (2001). Puisi Jawa Struktur
Utama Press. dan Etika. Jakarta: Wedatama Widya
Machfiroh, R. (2011). Revitalisasi karakter Sastra.
bangsa melalui pendidikan kewarga- Supriyono, & Sutono, A. (2014). Identifikasi
negaraan dengan pengembangan bu- Nilai-Nilai Keutamaan dalam Serat
daya lokal: studi kasus budaya ma-capat Tripama Sebagai Bentuk Pengembangan
di kota surakarta. Tesis, tidak Pendidikan Berbasis Budaya. Jurnal
dipublikasikan Universitas Pendidikan Ilmiah CIVIS IV.(2). 42-52
Indonesia.
Wardhani, Novia Wahyu. (2016).
Miles, M., & Huberman, A. M. (1992). Pembelajaran Nilai-nilai Kearifan Lokal
Analisis data kualitatif.buku sumber Sebagai Penguat Karakter Bangsa
tantang metode-metode baru. Jakarta: UI Melalui Pendidikan Informal. Jurnal
Press. Penelitian Pendidikan, 13(1).

Volume 5, No 2, December 2017

Anda mungkin juga menyukai