net/publication/320728433
CITATIONS READS
7 1,410
3 authors:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Desyandri Desyandri on 31 October 2017.
saluang, aneka tari-tarian, dan aneka ragam keunikan “gariniak” atau cengkok Minang.
kesenian. Kedua, unsur lirik lagu-lagu Minang memiliki
Salah satu di antara jenis kesenian lirik yang berbentuk sajak dan pantun, seperti
yang ada di Minangkabau adalah lagu-lagu yang diungkapkan Darwis (2005) bahwa
Minang yang mengandung nilai-nilai dan pantun pernah memegang peranan penting
menggambarkan kondisi realitas yang terjadi dalam kesenian Minangkabau. Orang Minang
di masyarakat. Nilai-nilai tersebut dijadikan sering mengungkapkan perasaannya dengan
sebagai pedoman dalam melahirkan tindakan pantun, berdialog, bahkan bersahutan kata.
dan perilaku yang mencerminkan karakter Budiman (2011) mengemukakan bah-
orang Minang. Barendregt (2002, p. 416) me- wa lirik memberikan indikasi bahwa “Pusako
ngatakan bahwa: urang Minang tu, iyolah kato” artinya pusaka
Minang songs, provides one of the orang Minang itu adalah kata. “Kato bakieh
avenues through which identification as (kata sindiran), kato bamukasuik (kata yang
Minangkabau is experienced, defined, ditujukan untuk...), tanyo baalamat (pertanya-
and consumed internally. It constructs a an yang jelas), manggado manghadang tam-
Minangkabau sensibility “by depicting a puak (hal-hal yang tepat sasaran), balaia
recognizable landscape through the use manghadang pulau (upaya untuk menye-
of metaphors” related to migration and lesaikan petualangan)”. Setiap kata memiliki
the homeland. maksud dan tujuan tertentu. Di samping itu,
lirik lau-lagu Minang memiliki nilai-nilai
Lagu-lagu Minang yang mengiden-
kearifan yang santun dan menuntun.
tifikasikan budaya Minangkabau dikonsumsi
Selain kekhasan musik dan nilai-nilai
secara internal dapat membangun dan meng-
yang terkandung dalam lirik lagu-lagu, lagu-
gambarkan perasaan tentang keindahan alam
lagu Minang terbukti sangat dekat dengan
yang dikenali melalui penggunaan metafora
pendengar atau masyarakat pendukungnya.
terkait dengan ranah Minang dan kebiasaan
Hal ini terlihat dari kepopuleran lagu-lagu
atau tradisi merantau. “The attachment goes
Minang yang tidak hanya di wilayah Minang-
beyond this landscape to “a community sha-
kabau, akan tetapi beberapa lagu tersebut
ring the same moral values” (ibid., p. 417).
telah dikenal secara nasional hingga ke manca
Lagu-lagu Minang sekedar menceritakan ten-
negara dan bahkan beberapa lagu Minang ter-
tang kerinduan terhadap alam Minangkabau,
golong lagu-lagu yang melegenda. Kepopuler-
bahkan merupakan upaya masyarakat untuk
an dan kedekatan lagu-lagu Minang dengan
berbagi nilai-nilai moral.
masyarakat pendukung menandakan bahwa
Hajizar (2012) yang menyatakan
pesan nilai-nilai yang terkandung dalam lagu-
bahwa lagu-lagu Minang berangkat dari re-
lagu Minang diterima dan hidup di hati ma-
sepsi nilai-nilai sosial masyarakat. Dengan de-
syarakat Minangkabau. Musik dan lirik lagu-
mikian, lagu-lagu Minang dapat digambarkan
lagu Minang mengedukasi pendengar atau
sebagai sebuah keintiman atau kedekatan
pendukungnya untuk selalu mengikuti nilai-
dengan budaya Minangkabau, seperti yang
nilai adat Minangkabau dan memperlihatkan
dikemukakan Fraser (2011), “Minang songs is
perilaku yang berbudi luhur, bertutur kata
a form of cultural intimacy, one that allows
yang sopan dan santun, cinta kampung hala-
the Minangkabau to recognize themselves
man, dan memberikan kesadaran untuk selalu
within the nation as distinct from its other
menjunjung tinggi budaya sendiri.
constituents”.
Nilai-nilai utama adat Minangkabau
Lagu-lagu Minang memiliki dua unsur
dan nilai-nilai yang terkandung dalam lagu-
pokok. Pertama, unsur musik yang khas Mi-
lagu Minang yang dipaparkan sebelumnya,
nangkabau, seperti beragam alat musik yang
merupakan produk lampau yang menjadi
khas Minang, seperti talempong, gandang,
warisan budaya. Nilai-nilai tersebut tetap di-
bansi, saluang, rabab, dan kecapi. Irama dan
pahami, diamalkan, dan dibela oleh masyara-
melodi lagu-lagu Minang memiliki nuansa
kat terdahulu sebagai pedoman dalam mela-
unik, yakni memiliki cengkok (gariniak)
hirkan tindakan atau perilaku yang mencer-
Minang, seperti yang diungkapkan Budiman
minkan watak/karakter orang Minang, serta
(2011) bahwa lagu-lagu Minang disampaikan
dijadikan sarana untuk mengenalkan adat
dalam alunan melodi yang kental dengan
Minangkabau kepada masyarakat. Mengingat
keberhargaan dan pentingnya nilai-nilai terse- secara moral. Karakter memiliki tiga bagian
but, seharusnya tetap dimanifestasikan secara yang saling berhubungan, yaitu pengetahuan
teguh oleh generasi berikutnya. Untuk itu, di- moral, perasaan moral, dan perilaku moral.
perlukan upaya pelestarian dan pembudayaan. Karakter yang baik terdiri dari mengenal yang
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam baik, menginginkan yang baik, dan melaku-
melestarikan dan membudayakan kembali kan yang baik– pembiasaan dalam pikiran,
nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam hati, dan tindakan.
adat Minangkabau dan lagu-lagu Minang Pandangan senada dikemukakan
adalah dengan menyinergikan pendidikan dan Berkowitz (2002, p. 48), bahwa karakter me-
kebudayaan. rupakan seperangkat karakteristik psikologis
Pendidikan dan kebudayaan merupa- individu yang mempengaruhi kemampuan
kan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan orang dan kecenderungan berfungsi secara
saling terkait satu sama lain. Pandangan ini moral. Sederhananya, karakter terdiri dari
memerlukan tindak lanjut untuk mensinergi- karakteristik yang menyebabkan seseorang
kan pendidikan dan kebudayaan. Pendidikan untuk melakukan hal yang benar atau tidak.
memiliki peranan penting untuk menanamkan Pandangan-pandangan tentang kon-
nilai-nilai kebudayaan, diantaranya nilai-nilai sep dan definisi karakter yang telah dike-
adat Minangkabau dan lagu-lagu Minang. mukakan sebelumnya, menjelaskan bahwa ka-
Dewantara (Suratman, 1987, p. 12) rakter merupakan upaya secara optimal dalam
mengatakan bahwa pendidikan ialah usaha ke- rangka menyeimbangkan kemampuan inteli-
budayaan yang bermaksud memberi bimbing- gensi dan karakter dalam mencapai tujuan
an dalam hidup tumbuhnya jiwa raga peserta pendidikan. Upaya tersebut dilakukan dengan
didik, agar dalam kodrat pribadi dan pengaruh menumbuhkembangkan sifat-sifat, budi pe-
lingkungan dapat memperoleh kemajuan lahir kerti (tindakan dan perilaku) terpuji, dan me-
batin menuju ke arah adab kemanusiaan. D- lahirkan warga masyarakat dan bangsa yang
alam kaitan ini, Tilaar (2010, p. 190) menge- berkarakter. Dengan upaya tersebut, pendidik-
mukakan bahwa ahli antropologi maupun ahli an dapat melahirkan peserta didik yang me-
pendidikan sepakat bahwa pendidikan tidak miliki pengetahuan luas dan berkarakter, baik
terjadi di dalam vakum tetapi terlaksana di ketika berada di lingkungan sekolah maupun
dalam suatu kehidupan yang berbudaya yang dalam lingkungan keluarga/masyarakat.
dimiliki oleh setiap masyarakat. Pembangunan karakter peserta didik
Pembudayaan nilai-nilai yang terkan- tidak terlepas upaya kolektif sekolah dan
dung dalam budaya, salah satunya nilai-nilai keluarga/masyarakat sebagai bagian integral
edukatif lagu-lagu Minang bertujuan untuk dalam pendidikan sangat berperan penting
membangun karakter peserta didik, baik ke- membantu proses transformasi nilai-nilai bu-
tika berada di lingkungan sekolah, maupun daya dalam rangka membangun karakter pe-
berada di lingkungan masyarakat dan budaya. serta didik. Upaya kolektif tersebut mengacu
Di Indonesia, Bapak Pendidikan Dewantara pada nilai-nilai edukatif yang terkandung da-
(1977, p. 24) telah jauh berpikir tentang ka- lam lirik lagu-lagu Minang sebagai aktualisasi
rakter, beliau mengemukakan bahwa meng- nilai-nilai adat Minangkabau, sehingga nilai-
asah kecerdasan budi sungguh baik, karena nilai dijadikan pedoman dalam melahirkan
dapat membangun budi pekerti yang baik dan perilaku untuk membangun karakter peserta
kokoh, hingga dapat mewujudkan kepribadian didik.
(persoonlijkhheid) dan karakter (jiwa yang Sekolah merupakan wadah yang di-
berasas hukum kebatinan). Jika hal itu terwu- anggap sebagai instrumen pembaharuan dan
jud, senantiasa dapat mengalahkan nafsu dan perubahan. Sekolah dipandang mereproduksi
tabiat-tabiat negatif (bengis, murka, pemarah, atau menyampaikan budaya dari generasi yang
kikir, keras, dan lain-lain) seseorang. satu ke generasi yang lain dengan berbagai
Pandangan lain dikemukakan Lickona cara. Konsepsi umum mengenai apa yang di-
(1991, p. 53) bahwa karakter terdiri atas nilai- sampaikan di sekolah adalah muatan kuriku-
nilai operatif, nilai-nilai dalam tindakan. Ke- lum-sekumpulan kecakapan akademik yang
majuan karakter sebagai sebuah nilai menuju disepakati untuk disampaikan oleh pihak
kebajikan, karakter batin dapat diandalkan sekolah.
untuk merespon situasi dengan cara yang baik
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 3, Nomor 2, Desember 2015
130 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Sekolah dan sivitasnya sebagai wadah nisme, yang membawa umat manusia kian
yang membantu tumbuhkembangnya nilai- jauh dari nilai-nilai agama dan norma-norma
nilai adat Minangkabau yang diaktualkan me- kehidupan masyarakat Minangkabau.
lalui lagu-lagu Minang dapat dijadikan seba- Realitas yang terjadi di lapangan
gai pedoman dalam melahirkan perilaku dan menunjukkan bahwa secara kuantitas seiring
sarana untuk membangun karakter peserta dengan perkembangan zaman memperlihatkan
didik merupakan upaya serius harus dilakukan kondisi perilaku peserta didik dan masyarakat
secara berkelanjutan. Sehingga dapat membe- yang semakin mengkhawatirkan, seperti berita
rikan dukungan dan motivasi kepada peserta yang dirilis Harian Padang Ekspres 29 April
didik untuk memahami, menginternalisasi, 2013 bahwa satu per satu peserta didik di
dan melestarikan nilai-nilai adat atau budaya Kota padang tersandung kasus hukum, baik
Minangkabau. yang disebabkan tawuran antar pelajar, pen-
Pembangunan karakter peserta didik curian, maupun kasus kepemilikian narkoba.
tidak hanya dilakukan di sekolah saja, tetapi Selain itu, Riadi (2014) dilansir Republika
membutuhkan peranan keluarga/masyarakat. memberitakan bahwa hari kelulusan diwarnai
Arthur & Baely (2002, p. 30) mengemukakan dengan tawuran pelajar di Ruang Terbuka
bahwa masyarakat dipengaruhi oleh beragam Hijau (RTH) Imam Bonjol Kota Padang. Fak-
konsekuensi, baik positif maupun negatif dan ta ini menggambarkan bahwa proses pendi-
memiliki hak dan kewajiban untuk terlibat dikan belum berjalan dengan optimal dan
secara aktif dalam membesarkan anak. menjauh dari nilai-nilai adat Minangkabau.
Melihat kondisi ideal pendidikan se- Dua mata pelajaran dalam pendidikan
bagai upaya normatif dalam perberdayaan dan yang berkaitan langsung dengan nilai-nilai
pembudayaan khususnya di wilayah Minang- adat Minangkabau dan lagu-lagu Minang,
kabau atau Sumatera Barat pada kondisi se- adalah Budaya Alam Minangkabau (BAM)
karang, secara umum masih menyisakan ber- dan Pendidikan Seni Musik. Secara umum
bagai permasalahan yang mengarah pada pembelajaran yang dilakukan belum optimal.
hilangnya jati diri masyarakat Minangkabau Pertama, pelajaran BAM yang dilakukan ma-
atau tercerabutnya orang Minang dari budaya- sih sebatas mengenalkan pepatah dan petatah-
nya sendiri, seperti yang dikemukakan Naim petitih adat Minangkabau. Belum dilanjutkan
(2003) bahwa permasalahan besar yang di- dengan pemahaman dan pengaktualan nilai-
hadapi masyarakat Minangkabau adalah hi- nilai tersebut dalam melahirkan perilaku
langnya hal yang paling berharga dari diri me- peserta didik (Sayuti, 2012)
reka, yaitu jati diri. Jati diri yang dimaksud- Kedua, realita pendidikan dan pem-
kan adalah nilai-nilai adat Minangkabau yang belajaran pendidikan seni musik di sekolah,
menjadi ajaran dan tujuan adat Minangkabau. khususnya di Kota Padang juga ditengarai
Permasalahan tersebut diperparah lagi belum optimal. Proses pendidikan lebih ber-
dengan bergulirnya arus globalisasi yang orientasi pada penguasaan kemampuan inte-
secara langsung atau tidak langsung telah lektual semata, mengabaikan proses peles-
membawa wajah baru dalam penampilan adat tarian nilai-nilai adat Minangkabau dan nilai-
budaya (Sairin, 2004). Masyarakat Minang- nilai edukatif yang terkandung dalam lagu-
kabau yang semakin kuat berinteraksi dengan lagu Minang, sehingga pendidikan hanya
masyarakat dunia pada saat sekarang tidak dijadikan sebagai alat untuk memperkaya
terhindarkan menyerap berbagai nilai budaya pengetahuan tetapi miskin nilai-nilai. Tilaar
dari ranah budaya universal (Amir, 2007). (2010, p. 218) mengemukakan bahwa intelek-
Masyarakat Minangkabau mengalami kegon- tualisme yang telah menjadi ciri pendidikan
cangan budaya yang menyeret generasi muda nasional telah mengasingkan budaya dan
untuk mencari jalan hidupnya sendiri-sendiri apresiasi budaya dalam pendidikan nasional.
dengan kontrol budaya yang lemah (Sairin, Bukan berarti bahwa kognisi tidak diperlukan
2004). Reno (2012) yang dilansir Harian Pagi dalam pengembangan kepribadian manusia.
Padang Ekspres mengemukakan bahwa pe- Pandangan Tilaar terlihat dalam reali-
ngaruh teknologi informasi mengalahkan ta pembelajaran pendidikan seni. Pembelajar-
nilai-nilai adat Minangkabau. Dunia IPTEKS an difungsikan sebagai hiburan semata, pem-
telah mendekatkan manusia pada sekularisme, berian materi dalam bentuk hafalan musik/
pluralisme, liberalisme, matrialisme dan hedo- lagu-lagu Minang, mengekplorasi kandungan
nya tidak diperlukan mengingat teks terbuka orang Minang. Sedangkan kata “cinto” ber-
untuk siapapun, dan distansiasi audiens. Teks kaitan erat dengan unsur psikologis dan dapat
membebaskan diri dari audiens awal dan diterjemahkan sebagai ungkapan perasaan
selanjutnya membuka diri bagi siapapun. suka, senang, rindu, dan cinta.
Ketiga, apropriasi. Apropriasi bertu- Kalimat di atas dapat ditafsirkan bah-
juan untuk mengaktualkan makna teks bagi wa setiap orang Minangkabau sangat mencin-
pembaca terkini. Teks/lirik lagu-lagu Minang tai kampung halamannya. Dengan demikian
ditafsirkan berdasarkan penafsir dan pembaca orang-orang Minangkabau memiliki nilai-nilai
pada kondisi saat sekarang. Peneliti berupaya kecintaan yang tinggi terhadap kampung
memberikan makna baru sesuai dengan oto- halamannya sendiri, seperti kata pepatah,
nomi lirik lagu-lagu Minang. “Hujan ameh di nagari urang, hujan batu di
Keempat, analogi permainan. Pene- nagari awak, rancak juo di nagari awak”.
rapan analogi permainan membawa penafsir Walaupun di negeri orang banyak menjanji-
untuk memperkaya teks yang ditafsirkan. kan kehidupan dan rezeki yang lebih baik
Lagu-lagu Minang dapat ditafsirkan menjadi dibandingkan dengan kondisi perekonomian
lebih lentur, sehingga memungkinkan kreati- di negeri sendiri, orang Minang tetap teguh
vitas penafsir untuk menemukan makna- dan mencintai kampung halamannya sendiri.
makna baru. Kalimat kedua menyatakan bahwa
Informan dalam penelitian adalah pusako bundo dahulunyo”. Kalimat kedua
aktor-aktor yang terlibat pada latar penelitian terdiri dari tiga kata, yakni pusako, bundo, dan
yang dimanfaatkan untuk memberikan infor- dahulunyo. Kata “pusako” dapat diartikan
masi tentang kandungan nilai-nilai edukatif sebagai sebuah warisan secara turun temurun.
lagu-lagu Minang, yaitu pakar musik/lagu- Kata bundo memiliki banyak arti, yakni: (1)
lagu Minang, dan pakar budaya Minangkabau, ibu pertiwi atau tanah kelahiran, dan (2)
sedangkan objek penelitian ini adalah 2 (dua panggilan khusus untuk orang tua perempuan
buah) lagu Minang yang sering dibelajarkan (ibu), selain itu kata bundo memiliki arti yang
di lingkungan Pendidikan Dasar Kota Padang, sangat berpengaruh di Minangkabau, karena
yaitu lagu Minangkabau dan Kampuang nan melambangkan bahwa garis keturunan atau
Jauah di Mato. warisan turun-temurun yang berlaku di
Minangkabau didasarkan pada garis keturunan
ibu. Kata dahulunyo menyangkut tentang
HASIL DAN PEMBAHASAN
ukuran waktu yang sudah berlangsung lama
Lagu Minangkabau dan Kampuang atau dengan kata lain sudah ada dari zaman
nan Jauah di Mato merupakan lagu terkenal nenek moyang.
dan sarat nilai-nilai edukatif. Berikut dilaku- Kalimat kedua dapat ditafsirkan bah-
kan pembahasan terhadap kedua lagu tesebut. wa Minangkabau sebagai sebuah aturan atau
norma adat dan juga sebagai tanah tempat
Aspek Kebahasaan lahir, tumbuh, dan berkembangnya orang
Aspek kebahasaan lagu Minangka- Minang merupakan warisan yang diturunkan
bau, ciptaan NN (No Name) terdiri dari dua melalui garis keturunan ibu (matrilineal) yang
bait. Bait pertama terdiri dari empat kalimat sudah ada semenjak zaman nenek moyang.
lagu. Kalimat pertama Minangkabau tanah Kalimat kedua mengadung nilai-nilai keber-
nan den cinto. Kalimat pertama tersebut ter- langsungan atau keberlanjutan sebuah aturan
diri dari empat kata, yakni Minangkabau, adat atau budaya Minangkabau, sehingga
tanah, den, cinto. Secara leksikal atau dalam nilai-nilai itu diharapkan dapat tumbuh dan
arti kamus dapat diterjemahkan bahwa kata berkembang pada zaman sekarang ini.
“Minangkabau” merupakan sebuah tempat Kalimat ketiga menyatakan bahwa:
atau lokasi yang menggunakan aturan dan rumah gadang nan sambilan ruang. Kalimat
tatanan adat budaya di Minang. Arti kata ketiga secara garis besar terdiri dari dua ke-
“tanah” dapat diterjemahkan sebagai sebuah lompok kata, yakni: rumah gadang dan sem-
kampung halaman atau ranah, tempat tinggal, bilan ruang. Kelompok kata “rumah gadang”
tempat seseorang (orang Minang) lahir, tum- dapat diartikan sebagai sebuah rumah khas
buh, dan berkembang. Kata “den” dapat diter- atau rumah adat orang Minangkabau. Rumah
jemahkan sebagai sebutan diri sendiri bagi
gadang yang luas dan memiliki sembilan Kecintaan dan kerinduan terhadap
ruang. kampung halaman, yakni ranah Minangkabau
Kalimat keempat menyatakan bahwa: berdampak pada kondisi imajinasi orang-
rangkiang baririk di halamannyo. Kalimat orang atau masyarakat Minangkabau. Kam-
keempat terdiri dari tiga kata, yakni rangki- pung halaman seakan-akan hadir di pelupuk
ang, baririk, dan kata di halamannyo. Kata mata mereka (tabayang-bayang di ruang
rangkiang dapat diartikan sebagai lumbung mato). Kondisi ini menyebabkan pemikiran
padi. Orang Minangkabau memiliki kebiasaan dan ingatan melayang jauh menuju kampung
menyediakan sebuah tempat untuk menyim- halaman yang tercinta.
pan dan mengamankan hasil panen padi me- Berdasarkan paparan aspek kebahasa-
reka. Kata baririk di halamannyo dapat diarti- an lirik lagu Minangkabau di atas, dapat di-
kan bahwa di setiap rumah gadang memiliki gambarkan bahwa perwujudan tindakan dan
beberapa tempat penyimpanan atau lumbung perilaku orang-orang atau masyarakat, teruta-
padi sebagai bekal bagi warga yang mendiami ma para perantau Minang didasari oleh nilai-
rumah gadang. nilai yang mereka yakini. Nilai-nilai tersebut
Kalimat keempat dapat ditafsirkan adalah: (1) nilai-nilai kecintaan terhadap
bahwa selain tinggal di rumah gadang, orang kampung halaman atau kecintaan pada ranah
Minang memiliki kebiasaan untuk menabung Minangkabau (ranah bundo), (2) menghor-
atau menyimpan hasil panen padi atau dengan mati figur penting seorang ibu (bundo), (3)
kata lain lumbung dapat difungsikan sebagai menghargai benda-benda pusaka atau pening-
tempat persediaan makanan bagi penghuni galan zaman dahulu (rumah gadang), (4) ke-
rumah gadang dan keperluan makanan untuk bersamaan dalam menjalani hidup di rumah
pesta adat. Hasil panen yang terdapat dalam gadang yang ditinggali oleh beberapa orang
lumbung tersebut dapat digunakan sewaktu- keluarga, (5) hemat dan antisipasi terhadap
waktu. berbagai kemungkinan buruk.
Keempat kalimat lagu pada bait per- Lagu berikutnya adalah Kampuang
tama lagu Minangkabau, secara keseluruhan Nan Jauah di Mato yang terdiri dari tiga bait.
dapat ditafsirkan bahwa Minangkabau, baik Kalimat pertama menyatakan, “Kampuang
sebagai sebuah tatanan adat maupun tempat nan jauah di mato”. Secara leksikal, kalimat
lahir, tumbuh, dan berkembangnya orang tersebut dapat diartikan sebagai sebuah ung-
Minang merupakan: (1) kampung halaman kapan kecintaan masyarakat Minang yang
yang sangat dicintai baik bagi orang Minang berada di diperantauan atau di luar ranah
yang berada di ranah Minang, maupun orang Minang. Kampung atau ranah diartikan
Minang yang berada di perantauan, (2) waris- sebagai sebagai sebuah tempat lahir, tumbuh,
an seorang bundo (ibu) dari zaman nenek dan berkembangnya masyarakat Minang.
moyang dahulunya, (3) rumah tempat tinggal Kampung atau ranah Minang, secara geografis
yang khas dan dikenal dengan nama rumah berada di wilayah bukit barisan.
gadang yang memiliki sembilan ruang, dan Kecintaan masyarakat Minang ter-
(4) tempat persediaan makanan untuk keper- hadap kampung halaman yang dikelilingi
luan makanan pengisi rumah gadang dan gunung atau berada di wilayah bukit barisan
untuk keperluan upacara adat. tersebut juga memunculkan rasa kerinduan
Bait kedua terdiri dari dua kalimat, yang tinggi kepada teman-teman atau sanak
yakni “Jikok den kana hati den taibo, taba- saudara sewaktu kecil yang selalu menemani
yang-bayang di ruang mato”. Kalimat terse- keseharian anak-anak atau generasi muda Mi-
but dapat diartikan bahwa, jika perantau nang, seperti yang tertuang dalam lirik lagu,
Minang mengenang atau mengingat kampung “Den takana jo kawan-kawan lamo, sangkek
halaman dan Rumah Gadang mereka, men- basuliang-suliang”. Kata basuliang-suliang
jadikan hati mereka hiba. Suasana hati hiba ini mengandung banyak arti, secara tertulis/har-
disebabkan karena perantau berada jauh di fiah mengandung arti bermain suling secara
negeri orang dengan semua permasalahan dan bersama-sama sedangkan secara tersirat atau
tantangan hidup yang dilaluinya, sehingga arti kata atau makna lain menyatakan suasana
mengakibatkan semakin tingginya rasa cinta bermain secara bersama-sama, berbagi bersa-
dan rindu terhadap ranah Minang. ma, dan kegiatan atau suasana tersebut sering
dilakukan.
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 3, Nomor 2, Desember 2015
134 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Bait kedua terdiri dari empat kalimat seperti yang dinyatakan dalam lirik, “Takana
lagu yang mengandung arti bahwa penduduk jo kampuang, induak, ayah, adiak sadonyo.
atau warga masyarakat yang mendiami ranah Raso maimbau-imbau den pulang. Den takana
Minang berisikan orang-orang yang elok. Arti jo kampuang”.
tersebut dinyatakan dengan lirik, “Pandu- Secara keseluruhan lirik lagu Kam-
duaknyo nan elok, nan suko bagotong- puang nan Jauah di Mato menggambarkan
royong”. Makna kata “elok” mengandung arti tentang suasana kampung halaman yang
secara leksikal sebagai ramah-tamah, sopan- aman, nyaman, damai, dan asri serta serta
santun, aman-damai, dan rasa toleran antar memiliki sikap ramah-tamah, sopan-santun,
sesame penduduk atau warga yang mendiami toleran, dan suka bekerjasama (bergotong-
ranah Minang, baik hubungan sesama orang royong) mempengaruhi pola pikir dan keya-
Minang maupun hubungan orang minang kinan orang Minangkabau dan selalu memo-
dengan warga lain yang berbeda agama dan tivasi orang Minangkabau agar senantiasa
berbeda budaya. mencintai, melihat, dan mengenang kampung
Sikap ramah-tamah, sopan-santun, halaman di mana mereka berada.
aman-damai, dan rasa toleran yang tinggi Berdasarkan paparan analisis herme-
menjadi sarana ampuh untuk membangun neutik di atas, dapat diidentifikasi beberapa
wilayah Minangkabau dan akan terwujud nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam
dengan adanya kegiatan gotong royong. Ke- lirik lagu Kampuang nan Jauah di Mato,
giatan gotong royong yang dilakukan secara yakni nilai-nilai: (1) cinta dan rindu kampung
bersama mengandung konsekuensi psikologis halaman (ranah Minang), (2) kedamaian dan
untuk menanggung rasa sakit dan senang. keadilan, (3) sopan-santun, (4) toleran, dan (5)
Rasa sakit dan senang tersebut bukan merupa- kebersamaan (gotong royong).
kan sebuah kendala, akan tetapi menjadi se- Aspek Musik
buah motivasi bagi seluruh warga atau pendu- Pertama, melodi. Jarak nada (inter-
duk ranah Minang untuk menyelesaikan per- val) yang terdapat dalam perjalanan melodi
masalahan dengan segala resikonya secara lagu Minangkabau terdiri dari (1) interval
bersama-sama. Kondisi tersebut sering disebut prime (berjarak nol nada/sama) sebanyak 8
sebagai kerjasama sesame warga. Hal ini di- buah, (2) interval seconde (berjarak ½ atau 1
nyatkan dalam lirik yang mengatakan, “Sakik nada) sebanyak 42 buah, (3) interval ters
sanang samo-samo diraso”. (berjarak 1 ½ atau 2 nada) sebanyak 18 buah,
Suasana ramah-tamah, sopan-santun, dan (4) interval kwart (berjarak 2 ½ nada)
aman-damai, dan toleransi melahirkan keber- sebanyak 2 buah.
samaan (gotong royong) tersebut selalu dike- Perjalanan melodi tersebut didomi-
nang dan dibanggakan oleh warga atau pen- nasi oleh penggunaan interval seconde yang
duduk Minang. Suasana tersebut menjadi dapat digolongkan pada gerak melodi melang-
barometer dan pedoman bagi para perantau kah. Gerak melangkah dalam perjalanan me-
Minang untuk menjalani kehidupannya di lodi lagu Minangkabau dapat dilihat dari
rantau atau di negeri orang. Seperti yang potongan notasi melodi pada birama 5 sampai
dinyatakan dalam lirik, “Den takana jo dengan birama 8, birama 13 sampai dengan
kampuang”. birama 16, birama 21 sampai dengan birama
Bait ketiga berisi kenangan masa lalu 24, birama 29 sampai dengan birama 32.
yang dilalui oleh masyarakat Minangkabau Gerak melangkah tersebut merupakan
dari kecil hingga dewasa, baik kondisi geo- salah satu karakteristik lagu Minangkabau, di
grafis, maupun suasana ramah-tamah, sopan- samping itu terdapat gerak melodi khas yang
santun, toleran, dan kebersamaan yang terben- dikenal dengan sebutan galitiak/garinyiak
tuk di ranah bundo atau kampong halaman atau cengkok Minang. Galitiak/garinyiak atau
secara psikologis memunculkan perasaan cengkok Minang secara jelas dapat diidentifi-
untuk selalu mengingat dan mengenang masa- kasi pada saat seseorang menyanyikan atau
masa itu, apalagi kerinduan terhadap keluarga memainkan melodi lagu dan juga dapat
(ibu, ayah, dan kakak atau adik). diidentifikasi melalui gerakan nada-nada atau
Kondisi tersebut selalu membayang- potongan melodi yang terdapat pada partitur
bayangi orang Minang untuk secepatnya lagu.
pulang ke kampung halaman Minangkabau,
untuk unsur-unsur melodi lagu-lagu Minang pengulangan nada-nada yang sama dan proses
yang lain, yakni menggunakan tangga nada menyanyikan lagu yang terkesan ditarik-tarik
diatonis. menjadikan pergerakan melodi sebagai salah
Pergerakan melodi lagu Kampuang satu karakteristik atau galitiak lagu-lagu
nan Jauah di Mato menggunakan empat jenis Minang.
interval, yakni (1) interval prime sebanyak 13 Kedua, ekspresi. Unsur ekspresi pada
buah, (2) interval seconde sebanyak 33 buah, lagu Kampuang nan Jauah di Mato mengacu
(3) interval ters sebanyak 36 buah, dan pada tiga komponen: pola irama Minang yang
interval kwart sebanyak 9 buah. Pergerakan terdapat dalam iringan musik lagu Kampuang
melodi tersebut didominasi oleh penggunaan nan Jauah di Mato apabila ditinjau dari ber-
jarak nada (interval) seconde (berjarak ½ atau bagai versi lagu yang sudah beredar cende-
1 nada) dan interval ters (berjarak 1 ½ atau 2 rung merupakan perpaduan antara pola irama
nada). latin (cha cha cha) dengan pola irama Joget
Pergerakan melodi lagu dapat dikate- (melayu). Perpaduan pola irama tersebut me-
gorikan pada gerak melompat yang ditandai lahirkan pola irama yang memperlihatkan
dengan dominasi penggunaan interval ters dan nuansa Minangkabau, terutama pola irama
kwart yang berjumlah sebanyak 45 buah, lagu Kampuang nan Jauah di Mato yang
sedangkan interval yang dapat dikategorikan dipopulerkan oleh penyanyi cilik Chiquita
sebagai gerak melodi melangkah (mengguna- Meydi.
kan interval seconde) hanya berjumlah 33 Tempo yang terdapat pada lagu
buah. Kampuang nan Jauah di Mato menggunakan
Dominasi gerak melodi melompat tempo cepat (Allegretto 170). Perpaduan pola
memberikan tingkat kesulitan tersendiri atau irama latin dengan pola irama joget (Melayu)
relatif agak sukar ketika dinyanyikan, akan dan kekhasan pola irama Minang yang
tetapi gerak melodi melompat yang terdapat dibawakan dengan tempo cepat melahirkan
pada pergerakan melodi lagu Kampuang nan nuansa lagu yang bersemangat, riang, dan
Jauah di Mato masih tergolong interval gembira. Tingkat kesulitan yang relatif mudah
dengan jangkauan nada (ambitus) yang relatif untuk dinyanyikan, lirik lagu yang mudah
pendek, yakni nada terendah adalah nada diingat atau dihafal, dan suasana riang men-
dan nada tertinggi atau dengan kata lain, jadikan lagu Kampuang nan Jauah di Mato
jangkauan nada lagu tersebut hanya satu banyak dikenal oleh masyarakat, sehingga
oktaf. Kondisi ini secara keseluruhan dapat menjadikan lagu tersebut populer dan terkenal
dikatakan bahwa lagu Kampuang nan Jauah ke berbagai pelosok nusantara, serta ke manca
di Mato dapat dinyanyikan dengan mudah. negara.
Gerak melodi melompat yang relatif Warna musik (timbre) yang terdapat
agak sukar digunakan pada birama 3 sampai 4 pada lagu Kampuang nan Jauah di Mato
atau birama 11 sampai 12, atau birama 5 dilahirkan melalui penggabungan alat musik
sampai 6 atau birama 13 sampai 14. tradisional Minangkabau dengan alat-alat
Perjalanan melodi lagu Kampuang musik modern. Alat-alat musik tersebut terdiri
nan Jauah di Mato tidak terlepas dari galitiak dari alat musik talempong atau alat musik yang
(cengkok) Minang, baik yang terlihat atau menyerupai bunyi talempong yang dihasilkan
tertulis dalam notasi musik maupun ornamen dari bunyi keyboard (orgen), gandang atau
lain yang tidak dituliskan akan tetapi terlihat congas, dan drum set, serta alat-alat musik
ketika melodi tersebut dinyanyikan. Galitiak pengiring lainnya seperti gitar elektrik dan
Minang secara tertulis dapat dilihat pada bass elektrik. Perpaduan alat-alat musik
birama 8 sampai 9 atau birama 23 sampai 24. tradisional Minang dengan alat-alat musik
Galitiak secara tertulis di atas ditan- modern tersebut melahirkan iringan musik
dai dengan nuansa pergerakan melodi yang yang menambah semaraknya warna warna
cenderung membentuk alunan-alunan dengan musik Minang tanpa meninggalkan ciri khas
pengulangan nada-nada yang sama, selain itu Minangnya.
menggunakan simbol legatura (garis meleng- Selain pola irama khas Minang dan
kung) yang melahirkan nuansa melodi dan tempo lagu yang berhubungan dengan perlam-
proses menyanyikan lirik lagu yang terkesan bangan suasana kampung halaman yang
ditarik-tarik. Suasana alunan-alunan dengan tentang, tenteram, damai, adil, dan harmonis,
elemen berikutnya adalah jangkauan nada Aspek psikologi lagu Kampuang nan
(ambitus) yang terdapat pada lagu Kampuang Jauah di Mato melambangkan suasana kecin-
nan Jauah di Mato. taan dan kerinduan terhadap kampung hala-
Ambitus lagu Kampuang nan Jauah man dihadirkan dan dikomunikasikan dengan
di Mato berjarak 1 oktaf lebih (sembilan nada) stimulasi berbagai suasana emosional, seperti:
dan tergolong pada jangkauan nada yang (1) suasana keindahan alam Minangkabau
pendek dan tidak terlalu susah untuk dinya- yang berada jauh dari lokasi masyarakat
nyikan, serta sangat berpengaruh terhadap Minang berada atau jauh dari rantau, (2)
ekspresi seseorang ketika menyanyikan lagu kampung halaman dikelilingi gunung dan
tersebut. Jangakauan nada tersebut menggam- bukit-bukit, (3) suasana sekampung-seper-
barkan bahwa lagu Kampuang nan Jauah di mainan (sangkek basuliang-suliang) dengan
Mato merupakan lagu sederhana yang mudah teman-teman sebaya, (4) suasana senasib-
diingat atau dihafalkan, sehingga memudah- sepenanggungan, kebersamaan, dan gotong-
kan seseorang dalam proses pengekspresi- royong, (5) suasana keramah-tamahan dan
annya. Hal ini sangat berkaitan dengan faktor keelokan perilaku masyarakat Minang, dan (6)
kebertahanan dan dan kepopuleran lagu Kam- suasana kekeluargaan.
puang nan Jauah di Mato sampai dewasa ini.
Aspek Sosiokultural
Aspek Psikologi
Secara sosial, lirik dan musik lagu
Ditinjau dari aspek psikologi, lirik Minangkabau menggambarkan kondisi ikatan
dan musik lagu Minangkabau menggambar- yang kuat dalam payung garis keturunan
kan bahwa secara kejiwaan orang-orang atau matrilineal. Hal ini memberikan kontribusi
masyarakat dan perantau Minang memiliki untuk mementingkan tanah kelahiran yang
hubungan timbal-balik yang sangat erat, baik merupakan warisan atau pusaka bundo yang
terhadap suasana alam Minangkabau dan tetap terjaga dari zaman dahulu sampai se-
suasana rumah gadangnya maupun suasana karang, sehingga mereka selalu menghormati
kehidupan orang-orang atau masyarakat Mi- ibu (bundo) dengan cara mengenang dan
nang ketika berada di ranah bundo atau kam- mengingat-ingat ranah Minang dan suasana
pung halaman, apalagi ketika mereka berada kehidupan di kampung halaman.
jauh di negeri orang (di luar Minangkabau). Hubungan kekerabatan sosial tersebut
Kondisi tersebut menggugah suasana menjadi tali perekat antara perantau dengan
kejiwaan dan pemikiran mereka, dan pada masyarakat atau orang-orang yang berada di
akhirnya dapat memengaruhi tindakan dan kampung halaman, terutama hubungan yang
perilkau yang memunculkan rasa hiba yang erat dengan sosok seorang ibu (bundo). Pe-
mendalam dan kerinduan yang tinggi untuk rantau yang tidak bisa pulang ke kampung
segera pulang ke kampung halaman. Bagi halaman tidak tinggal diam, pada zaman se-
orang-orang atau masyarakat Minangkabau karang mereka berinteraksi dengan meng-
yang belum bisa pulang dikarenakan berbagai gunakan kecanggihan teknologi dan informa-
alasan yang rumit, melampiaskan kehibaan si. Mereka melakukan kontak dengan orang-
dan kerinduan terahadap suasana kampuang orang terdekat yang berada di kampuang
halaman, bundo kanduang, dan rumah gadang halaman (Minangkabau) dengan mengguna-
dengan mendengarkan dan melihat rekaman kan media sosial (medsos), seperti: twitter,
Video Compact Disk (VCD) lagu-lagu Mi- facebook, whatsapp, blackberry mesengger.
nang. Hal itu mereka lakukan karena faktor ikatan
Suasana emosional yang dihadirkan sosial yang erat antara keluarga atau masya-
pencipta lagu adalah rasa rindu dan cinta rakat yang berada di kampung halaman de-
terhadap keindahan dan keelokan kampuang ngan perantau yang jauh di begeri orang.
halaman, yakni ranah Minangkabau. Pencipta Hubungan dan interaksi sosial terse-
lagu ingin membangkitkan rasa atau mem- but merupakan sarana ampuh untuk mende-
berikan stimulasi suasana emosional orang- katkan hubungan antara perantau-perantau
orang Minang agar senantiasa mencintai dan dengan keluarga dan masyarakat terdekat di
merindukan kampung halamannya. kampuang halaman, selain itu ada beberapa
kegiatan lain yang dilakukan oleh perantau,
yakni melakukan interaksi sesama perantau rakat yang aman dan damai, suka bergotong-
yang senasib untuk mengadakan kegiatan ber- royong, dan memiliki rasa kekeluargaan yang
kumpul di rantau sambil mengenang atau tinggi.
membicarakan kondisi yang terjadi di kam- Kondisi realitas sosial yang terjadi,
pung halaman, seperti kenangan semasa kecil, berlaku, dan berkembang di lingkungan kam-
remaja, atau peristiwa-peristiwa lain yang erat puang halaman Minangkabau tersebut secara
kaitannya dengan kampung halaman. tidak langsung turut memengaruhi pola pikir,
Secara kultur, lagu Minangkabau tindakan dan perilaku masyarakat Minang-
tidak terlepas dari nilai-nilai yang mendasari kabau dengan munculnya perasaan ingat terh-
keyakinan, pemikiran, ataupun ide-ide yang adap kampung halaman, bahkan diibaratkan
melahirkan tindakan dan perilaku manusia, dengan kondisi alam dan kondisi sosiokultural
serta benda-benda hasil ciptaan atau karya yang memangil-manggil ketika masyarakat
manusia atau dengan kata lain nilai-nilai Minangkabau berada jauh dari kampung
tersebut ikut mempengaruhi pembentukan halaman untuk segera pulang.
peradaban atau kebudayaan manusia. Ditinjau
dari aspek kultur atau budaya, lirik dan musik Aspek Pendidikan dan Nilai-nilai Edukatif
lagu Minangkabau merupakan gambaran pe- Berdasarkan paparan interpretasi her-
mikiran atau ide pencipta lagu untuk meng- meneutik yang dilihat dari aspek kebahasaan,
hadirkan suasana budaya Minangkabau dalam musik, psikologi, dan sosiokultural terhadap
sebuah karya lagu. Lagu tersebut melambang- lagu Minangkabau yang telah dikemukakan
kan kecintaan dan kedekatan perasaan orang sebelumnya dapat ditafsirkan bahwa masya-
Minang terhadap kampung halaman mereka rakat Minangkabau, baik yang berada di
yakni ranah Minang dan Rumah Gadang kampung halaman maupun yang merantau ke
sebagai bentuk artifak yang melambangkan negeri orang di seantero pelosok dunia me-
bentuk khas rumah yang sekaligus mewakili rasakan kerinduan dan kecintaannya terhadap
keberadaan masyarakat di Minangkabau. ranah Minangkabau apalagi Rumah Gadang
Aspek sosiokultural pada lagu Kam- yang menjadi ikon atau lambang budaya
puang nan Jauah di Mato secara umum dpat Minangkabau.
digambarkan bahwa sumber ide dan topik Rasa rindu dan cinta tersebut muncul
yang dijadikan sebagai sarana dalam men- karena masyarakat Minangkabau telah disu-
ciptakan lagu berpedoman pada dua hal, yak- guhkan dengan adat budaya Minangkabau
ni: memanfaatkan kondisi alam dan realitas semenjak mereka lahir sampai menjelang ajal
sosial budaya yang terjadi, berlaku, dan ber- menjemput. Adat budaya tersebut sudah di-
kembang di lingkungan masyarakat Minang- tanamkan dan dilaksanakan di manapun me-
kabau. (1) kondisi alam kampung halaman reka berada. Nilai-nilai kerinduan dan kecin-
yang jauh di mata dan dikelilingi oleh gunung taan terhadap ranah Minangkabau membuat
atau perbukitan, (2) realitas sosial budaya, mereka rela untuk melakukan tindakan dan
seperti: mengingat teman-teman lama sewaktu perilaku yang membutuhkan pengorbanan
kecil, masyarakat yang aman dan damai, suka untuk mewujudkannya.
bergotong royong, dan memiliki rasa keke-
luargaan yang tinggi. Nilai-nilai edukatif lagu Minang-
Kondisi alam dan realitas sosial bu- kabau, yaitu:
daya yang terungkap dalam lagu tersebut Pertama, cinto ranah Minang; nilai-
memberikan gambaran bahwa keduanya me- nilai tersebut merupakan interpretasi terhadap
miliki keterkaitan yang sangat erat dalam kalimat “Minangkabau tanah nan den cinto”,
menentukan kondisi sosial budaya masyara- “Jikok den kana hati den taibo”, dan
kat. Faktor yang berasal dari kondisi alam ikut “Tabayang-bayang di ruang mato”.
memengaruhi realitas sosial budaya yang Kedua, waspada; nilai-nilai tersebut
muncul, atau dengan kata lain dapat dikemu- merupakan interpretasi dari kalimat “Rang-
kakan bahwa kondisi alam pedesaan yang ma- kiang baririk di halamannyo”. Masyarakat
sih menganut satu identitas budaya (mono- Minangkabau terbiasa selalu merencanakan
cultural) serta menggunakan norma atau dan mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan
aturan dan nilai-nilai yang sama sangat me- hidup terutama pangan (padi) yang di simpan
mungkinkan untuk melahirkan realitas masya-
dalam lumbung (rangkiang) yang terletak di diikuti oleh pemain musik dan penyanyi,
halaman rumah gadang. sehingga melahirkan harmoni dan keindahan
Ketiga, keteguhan hati; nilai-nilai ter- dalam sebuah penampilan musik/lagu, atau
sebut merupakan interpretasi dari keteguhan dengan kata lain nilai-nilai disiplin menjadi
hati yang dijalani seorang perantau Minang dasar untuk melahirkan sebuah karya musik/
dalam memperjuangkan hidup, beradaptasi lagu yang memiliki keindahan.
dengan suasana baru, kerja keras agar dapat Nilai-nilai lagu Minangkabau meru-
bertahan hidup dan menyingkirkan segala pakan nilai-nilai yang sangat penting dan
macam rintangan di negeri orang. Nilai-nilai bermanfaat bagi pendidikan. Nilai-nilai terse-
tersebut merupakan interpretasi dari kalimat but memberikan tuntunan, nasehat, didikan
“Jikok den kana hati den taibo”, dan “Taba- dalam rangka membangun karakter peserta
yang-bayang di ruang mato”. didik, baik ketika berada di sekolah maupun
Keempat, kesatuan dan kebersamaan; di keluarga.
nilai-nilai tersebut merupakan interpretasi dari Nilai-nilai edukatif lagu Kampuang
kalimat “Pusako bundo nan dahulunyo”, “Ru- nan Jauah di Mato terlihat dari upaya meng-
mah Gadang nan sambilan ruang”. Sejak hadirkan kondisi alam dan realitas sosiokul-
zaman nenek moyang dahulu kala, orang tural oleh seniman atau pencipta dalam sebuah
Minang telah terbiasa hidup dengan keber- karya lagu yang mengisyaratkan beberapa
samaan, hal itu dibuktikan dengan keberadaan nasehat atau pesan-pesan yang mengedukasi
Rumah Gadang. Rumah gadang dihuni oleh masyarakat Minang dan hal tersebut merupa-
beberapa keluarga dalam satu kaum, mereka kan nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut, yakni:
hidup adil, rukun, dan damai. Pertama, Ketuhanan; merupakan pe-
Kelima, musyawarah dan mufakat; nafsiran dari kondisi alam yang menjadi latar
nilai-nilai tersebut juga tercermin dari kesatuan belakang daerah Minangkabau, yakni daerah
dan kebersamaan yang dilakukan di Rumah yang dikelilingi oleh gunung-gunung atau
Gadang. Oleh karena banyaknya keluarga yang perbukitan. Alam dengan segala bentuk dan
mendiami rumah gadang dan agar masing- isinya merupakan ciptaan Allah SWT, dengan
masing keluarga tidak berbenturan satu sama demikian kondisi alam tersebut merupakan
lain, tentu ada aturan adat yang menjaganya. nilai-nilai yang bersumber dari kekuasaan
Aturan tersebut dilahirkan dari proses musya- Allah SWT (Tuhan), salah satunya tertuang
warah untuk mendapatkan kata mufakat. dalam lirik kampuang nan jauah di mato,
Keenam, adil dan damai; merupakan gunuang sansai bakuliliang.
nilai-nilai yang diinterpretasi dari suasana Kedua, persaudaraan; merupakan ha-
demokrasi yang terjalin di Rumah Gadang. sil penafsiran dari faktor alam dan kondisi
Keputusan yang diambil oleh para datuk realitas sosial budaya yang menunjukkan
(penghulu) atau mamak (paman) tidak berat bahwa individu atau masyarakat Minangkabau
sebelah akan tetapi adil untuk keseluruhan yang telah pergi dari daerahnya (merantau)
penghuni rumah gadang sedangkan nilai-nilai dalam waktu yang lama masih tetap ingat
kedamaian diinterpretasi dari pelaksanaan teman-teman lama, teman-teman sepermainan
semua keputusan yang diambil dengan jalan sewaktu kecil. Nilai-nilai persaudaraan terse-
musyarawah untuk mufakat yang dapat but salah satunya tercantum dalam lirik den
diterima oleh semua anggota kaum berada di takana jo kawan-kawan lamo, sangkek basu-
Rumah Gadang. liang-suliang.
Ketujuh, disiplin; merupakan nilai- Ketiga, aman dan damai; merupakan
nilai dasar yang diinterpretasi dari ketaatan penafsiran terhadap kondisi alam dan realitas
dan kepatuhan masyarakat dan perantau Mi- sosial yang menggambarkan bahwa masyara-
nang dalam menjalankan aturan atau norma- kat yang mendiami daerah Minangkabau ada-
norma adat dan watak orang Minangkabau. Di lah masyarakat yang baik (elok). Masyarakat
pihak lain, disiplin merupakan nilai-nilai yang yang elok dapat ditafsirkan sebagai masyara-
diinterpretasi dari ketaatan dan kepatuhan kat yang diliputi suasana keramah-tamahan,
para pemain musik dan penyanyi dalam keadilan, dan ketenteraman yang ditunjukkan
mengindahkan segala macam aturan atau dengan saling menjaga sikap toleran dan ke-
norma-norma yang terdapat dalam sebuah bersamaan. Nilai-nilai tersebut tercantum
penampilan musik/lagu. Nilai-nilai ditaati dan dalam lirik panduduaknyo nan elok.
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 3, Nomor 2, Desember 2015
140 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Falmer Press, Taylor and Francis Hakimy, I. (2004). Rangkaian mustika adat
Group basandi syarak di Minangkabau.
Astuti, K.S. (2010, Juni 11-13). Shaping mo- Bandung: Rosda Karya
rality through music learning in for- Jakoubek, R.E. (2005). Martin Luther King:
mal schools in Indonesia: An evalua- Civil rights leader. New York: Info-
tion study. Artikel dipublikasikan base Publishing
pada Asia Pasific Network for Moral Lickona, T. (1991). Educating for character:
Education 5th dalam Annual Con- how our schools can teach respect
ference Interdisciplinary Moral Edu- and responsibility. New York, To-
cation in Asia’s Globalising Societies; ronto, London, Sydney, Aucland:
Concept and Practices. Japan: Bantam Books
Nagasaki University Naim, M. (2003). Konflik dan konsensus an-
Barendregt, B. (2002). The sound of „longing tara adat dan syara’ di Minangkabau
for home‟: Redefining a sense of dalam reaktualisasi Adat Basandi
community through Minang popular Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah.
music. Bijdragen tot de Taal-, Land- Padang: PPIM
en Volkenkunde, 158, No: 3, 411-450: Riadi. (2013). Opini: Puluhan pelajar ter-
Leiden University sandung kasus. Padang: Harian Pagi
Berkowitz, M.W. (2002). The science of cha- Padang Ekspres. Diambil pada tang-
racter education. Dalam Damon, Wil- gal 14 April 2014 dari
liam (Ed). Bringing a new era in cha- http://padangekspres.co.id/?news=beri
racter education (pp. 43-63). Stanford ta&id=43089
University: Hoover Institution Press Reno, P. (2012, Oktober 1). Iptek maju,
Budiman, S. (2011, Maret 6). Lagu Minang budaya Minang terancam. Padang:
Baru Muncul di Era 70-an. Padang: Harian Padang Ekspres. Diambil pada
Harian Haluan Padang tanggal 15 Juni 2014 dari
Darwis. (2005, November 28). Tafsir pantun http://www.padangekspres.co.id/m/be
Minang I. Artikel 655. Diambil pada rita.php?id=35403
tanggal 22 Januari 2012, dari Sairin, S. (2004).“Minangkabau yang gelisah”
http://www.cimbuak.net/content/view dalam Minangkabau yang gelisah.
/655/5/1/1/ Bandung: CV. Lubuk Agung
Dewantara, K.H. (1977). Pendidikan: Bagian Sayuti, M. (2012). Lembaga Kerapatan Adat
I. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatu- Alam Minangkabau (LKAAM) nilai
an Taman Siswa. mata pelajaran Budaya Alam Mi-
nangkabau (BAM) belum efektif. Arti-
Fithri, W. (2013). Mau kemana Minangkabau?
kel. Diambil pada tanggal 4 Februari
Analisis hermeneutika atas perdebat-
2014, dari
an Islam dan adat Minangkabau.
http://www.antarasumbar.com/berita/
Yogyakarta: Gre Publishing
provinsi/d/1/208885/lkaam-sumbar
Fraser, J. (2011). Pop song as custom: Suratman. (1987). Pokok-pokok ketamansis-
Weddings, ethnicity, and enterpre- waan. Yogyakarta: Majelis Luhur
neurs in West Sumatra. Jurnal Ethno- Persatuan Taman Siswa.
musicology Sping/Summer, Vol. 55,
Tilaar, H.A.R. (2010). Paradigma baru pendi-
No. 2, p. 200-228. Ohio: Society for
dikan nasional. Jakarta: Rineka Cipta
Ethnomusicology
Wachid, A. (2006). Hermeneutika sebagai sis-
Hajizar. (2012, Maret 13). Lagu padang dulu
tem interpretasi Paul Recoeur dalam
dan kini. Artikel. Diambil pada tang-
memahami teks-teks seni. Diterbitkan
gal 3 Maret 2014, dari
dalam Jurnal Imaji, Vol. 4, No. 2,
http://albiouna.com/umum/lagu-
Agustus 2006: 210-221
padang-dulu-dan-kini
Zainuddin, M. (2010). Pelestarian dan eksis-
tensi dinamis adat Minangkabau.
Yogyakarta: Ombak.
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 3, Nomor 2, Desember 2015