Anda di halaman 1dari 139

PROPOSAL DESEMINASI AWAL

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG BEDAH RSUD H. BADARUDDIN KASIM TANJUNG

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK NERS AJ TANJUNG

Anjar Padmi Pratiwi, S.Kep 11194692111016


Dewi Lusiana L, S.Kep 11194692111020
Juwita Purnama Sari, S.Kep 11194692111028
Katerina Sembiring, S.Kep 11194692111029
Mahfuz Azianoor, S.Kep 11194692111032
Meda Amalia, S.Kep 11194692111033
Noormalasari Eka Putri, S.Kep 11194692111036
Nur Izzati, S.Kep 11194692111037
Rinto Harahap, S.kep 11194692111038
Rona Okta Anggraenai, S.Kep 11194692111040
Sunardi Irwani, S.Kep 11194692111043
Taufiq, S.Kep 11194692111044
Widya Faulina, S.Kep 11194692111047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Laporan Stase Manajemen Keperawatan


KELOMPOK : Ners AJ Tanjung
NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Anjar Padmi Pratiwi, S.Kep 11194692111016
Dewi Lusiana L, S.Kep 11194692111020
Juwita Purnama Sari, S.Kep 11194692111028
Katerina Sembiring, S.Kep 11194692111029
Mahfuz Azianoor, S.Kep 11194692111032
Meda Amalia, S.Kep 11194692111033
Noormalasari Eka Putri, S.Kep 11194692111036
Nur Izzati, S.Kep 11194692111037
Rinto Harahap, S.kep 11194692111038
Rona Okta Anggraenai, S.Kep 11194692111040
Sunardi Irwani, S.Kep 11194692111043
Taufiq, S.Kep 11194692111044
Widya Faulina, S.Kep 11194692111047

Tanjung, Januari 2022

Menyetujui,

RSUD H. Badaruddin Kasim Tanjung Program Studi Profesi Ners


Pembimbing Klinik (PK) Fakultas Kesehatan
Universtas Sari Mulia Banjarmasin
Pembimbing Akademik

Hendri Zakariya, S.kep, Ners M. Arief Wijaksono, Ns, MAN


NIP.19720528 199403 1 005 NIK. 1166012016089

Mengetahui,
Ketua Jurusan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia Banjarmasin

Mohammad Basit, S.Kep.,Ns., MM


NIK.1166102012053

i
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG BEDAH
RSUD H. BADARUDDIN KASIM TANJUNG

Disusun Oleh:
Kelompok Ners AJ Tanjung

Anjar Padmi Pratiwi, S.Kep 11194692111016


Dewi Lusiana L, S.Kep 11194692111020
Juwita Purnama Sari, S.Kep 11194692111028
Katerina Sembiring, S.Kep 11194692111029
Mahfuz Azianoor, S.Kep 11194692111032
Meda Amalia, S.Kep 11194692111033
Noormalasari Eka Putri, S.Kep 11194692111036
Nur Izzati, S.Kep 11194692111037
Rinto Harahap, S.kep 11194692111038
Rona Okta Anggraenai, S.Kep 11194692111040
Sunardi Irwani, S.Kep 11194692111043
Taufiq, S.Kep 11194692111044
Widya Faulina, S.Kep 11194692111047

Tanjung, Januari 2022

Mengetahui,

RSUD H. Badaruddin Kasim Tanjung Program Studi Profesi Ners


Pembimbing Klinik (PK) Fakultas Kesehatan
Universtas Sari Mulia Banjarmasin
Pembimbing Akademik

Hendri Zakariya, S.kep, Ners M. Arief Wijaksono, Ns, MAN


NIP.19720528 199403 1 005 NIK. 1166012016089

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan

yang berjudul Laporan Desiminasi Akhir Stase Manajemen Keperawatan di

Ruang Bedah RSUD H. Badaruddin Kasim Tanjung ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi

tugas stase manajemen keperawatan. Selain itu, laporan ini juga bertujuan

untuk menambah wawasan tentang manajemen keperawatan bagi para

pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada pembimbing klinik,

pembimbing akademik dan pihak RSUD H. Badaruddin Kasim Tanjung yang

telah membantu dalam penyelesaian laporan ini sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, laporan yang kami tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami

harapkan untuk menyempurnakan laporan desiminasi awal ini sehingga

mampu memberikan manfaat bagi pembaca dan menambah ilmu dalam

keperawatan.

Tanjung, Januari 2022

Kelompok Ners AJ Tanjung

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................... 2
C. Manfaat.....................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................7
A. Konsep Dasar Manajemen........................................................................7
B. Konsep Teoritis Manajemen Keperawatan..............................................13
C. Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)............19
D. Aplikasi Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).........42
E. Patient Centered Care.............................................................................48
BAB III TINJAUAN LAHAN.................................................................................52
A. PENGKAJIAN DATA...............................................................................52
1. Profil/ Gambaran Umum Rumah Sakit...........................................52
2. INPUT............................................................................................54
3. Proses..........................................................................................111
4. Output...........................................................................................120
B. Identifikasi Masalah...............................................................................125
1. Analisis Kajian..............................................................................125
2. Analisis SWOT..............................................................................127
3. Prioritas Masalah..........................................................................135

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah manajemen dan kepemimpinan sering diartikan hanya berfungsi
pada kegiatan supervise, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut
sangatlah luas. Sebagai perawat professional seseorang tidak hanya
mengelola orang tetapi sebuah proses secara keseluruhan yang
kemungkinan orang dapat meneyelesaikan tugasnya dalam memberikan
asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju
kearah kesembuhan. (Nursalam, 2015).
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis yang
mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan
tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi
merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan
diterima secara spontan oleh masyarakat (Nursalam, 2014).
Menurut Kholid Rosyidi (2013), manajemen didefinisikan sebagai suatu
proses dalam menyelesaikan masalah pekerjaan melalui orang lain,
manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi, digunakan agar sistem berjalan
dengan baik sesuai dengan visi dan misi yang ada. Manajemen
keperawatan keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Manajemen keperawatan diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
keperawatan nyata yaitu Rumah Sakit dan komunitas sehingga perawat
perlu memahami konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai
adalah konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa strategi
melalui pengumpulan data dengan pendekatan 5 M (Man, Money, Material,
Method, Market), analisa SWOT dan penyusunan langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan model keperawatan profesional dan melakukan
pengawasan serta pengendalian.
Pemberian asuhan keperawatan profesional perlu ditunjang dengan
adanya manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan sejalan
dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat

1
saling menopang. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
keperawatan dirasakan sebagai fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan pengelolaan
keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam pelaksanaannya. Praktek
keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit diharapkan dapat
memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk pasien dimana lebih
diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu. Pernyataan
tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan profesional
yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung gugat
(accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik
dan kode etik profesi, dan mempunyai aspek legal.
RSUD H. Badaruddin Kasim Tanjung, dimana merupakan salah satu
rumah sakit umum yang ada di daerah Kabupaten Tabalong, sekaligus
sebagai Rumah Sakit Type C mempunyai beberapa ruangan yang menjadi
ruang percontohan dalam menerapkan model keperawatan MAKP. Ruang
Bedah merupakan salah satu ruangan dengan pelaksanaan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) dengan Metode Tim yang ada di RSUD H.
Badaruddin Kasim Tanjung.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka Mahasiswa Program Studi
Profesi Ners Universitas Sari Mulia Banjarmasin perlu melakukan praktik di
rumah sakit dalam Stase Manajemen Keperawatan guna meningkatkan
pengetahuan, keterampilan keperawatan dan etika profesi dalam
melaksanakan manajemen keperawatan serta mencoba menerapkan model
keperawatan MAKP yang nantinya akan dilaksanakan role play yang meliputi
supervisi, ronde keperawatan, timbang terima, sentralisasi obat, discharge
planning, dan penerimaan pasien baru, serta dokumentasi dengan
melibatkan perawat ruangan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat mengerti, mampu menganalisis dan
melaksanakan secara optimal manajemen keperawatan di Ruang Bedah
RSUD H. Badaruddin Kasim Tanjung melalui tahapan/fungsi-fungsi
manajemen dengan memperhatikan prinsip yang ada.

2
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik manajemen, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Mampu memahami dan menganalisis pelaksanaan 5 fungsi
manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengaturan,
pengarahan dan pengawasan) di ruang perawatan.
b. Mampu melakukan analisis situasi dalam lingkup ruang
keperawatan (Kelas I, II, III)
c. Mampu mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah dalam
manajemen asuhan dan atau manajemen pelayanan keperawatan.
d. Mampu melakukan Integrated Discharge Planning (IDP)
e. Mampu merencakan dan melakukan penyelesaian masalah melalui
invasi atau Problem Solving Better Health.
f. Merencanakan ketenagaan keperawatan sederhana yang sesuai
dengan kebutuhan ruang rawat
g. Melaporkan kasus kelolaan dengan metode komunikasi efektif
(SBAR/TBAK) dalam upaya keselamatan pasien
h. Berperan sebagai anggota Tim/PN (Primer Nurse)
i. Melaporkan kasus kelolaan dengan metode SBAR
j. Berperan sebagai ketua Tim dan perawat pelaksana.
k. Memimpin ronde keperawatan.
l. Berperan sebagai kepala ruangan dengan menerapkan gaya
kepemimpinan yang efektif
m. Memimpin laporan shift/timbang terima
n. Mengelola konflik
o. Memimpin preconference dan post conference
p. Mampu berkoordinir dengan Tim perawat lain
q. Mampu berkoordinasi dengan profesi kesehatan lain
r. Memberikan pengarahan
s. Melakukan suvervisi asuhan
t. Melakukan evaluasi kinerja
u. Melakukan perubahan sesuai dengan prioritas masalah di ruangan
v. Mendesiminasikan hasil perubahan

3
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan informasi dalam bidang manajemen keperawatan
tentang prinsip manajemen keperawatan dan model pemberian Asuhan
Keperawatan profesional yang sesuai dengan prinsip Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) Metode Tim
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dalam bidang manajemen keperawatan
b. Bagi Instansi Akademik
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar
tentang pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) Metode Primer
c. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai sarana dan informasi dalam meningkatkan mutu dan
kualitas keperawatan dan profesi ners.
d. Bagi Pasien Dan Keluarga
1) Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang
memuaskan.
2) Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan
tinggi.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Manajemen


1. Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno
ménagement, yang memiliki arti “seni melaksanakan dan mengatur.”
Sedangkan dalam bahasa Inggris manajemen berasal dari kata kerja
“to manage” yang dalam bahasa Indonesia dapat berarti mengurus,
mengemudikan, mengelola, menjalankan, membina, dan memimpin.
Sama halnya dengan administrasi, kata manajemen juga berasal dari
bahasa Latin, yaitu dari asal kata mantis yang berarti tangan dan
agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata
kerja manager yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan
kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Terry,
2015).
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang
kearah tujuan- tujuan organisasional atau maksud-maksud yang
nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan pelaksanaannya adalah
“managing” / “Pengelolaan”, sedang pelaksananya disebut manajer
atau pengelola (Handoko, 2018).
Menurut Robert dalam Sulastri (2014) Manajemen merupakan
suatu profesi yang menuntut persyaratan tertentu. Seorang manajer
harus memiliki tiga keahlian atau kemampuan hakiki, yaitu
kompetensi secara konseptual, sosial (hubungan manusiawi) dan
teknikal.

2. Unsur (Sumber Daya) Manajemen


a. Man (SDM)
Merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang

7
paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia
pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena
adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan
(Terry, 2015).
b. Money (Uang)
Merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.
Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-
kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang
beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat
(tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan
berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus
dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi
(Terry, 2015).
c. Materialis (Prasarana dan Sarana)
Terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan
jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik,
selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana.
Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi
tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki (Terry, 2015).
d. Machines (Peralatan, mesin)
Digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja
(Terry, 2015).
e. Methods (Metode, sistem)
Suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya
pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai
penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan
memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada
sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu,
serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode

8
baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti
atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam
manajemen tetap manusianya sendiri (Terry, 2015).
f. Market (Pasar)
Tempat dimana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang
tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak
laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya,
proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu,
penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi
merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar
dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai
dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen
(Terry, 2015).

3. Klasifikasi Manajemen
Ada 6 macam klasifikasi manajemen menurut Odgers (2005) dalam
Sulastri (2014) diantaranya:
a. Aliran klasik:
Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan
fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan
manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
b. Aliran perilaku:
Aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan
manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia
dan perlunya manajemen memahami manusia.
c. Aliran manajemen Ilmiah:
Aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika
untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan
kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk
menjelaskan masalah manajemen.
d. Aliran analisis sistem:

9
Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang
berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan
teorinya.

e. Aliran manajemen berdasarkan hasil:


Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan
pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1950-an. Aliran ini
memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai bukannya
pada interaksi kegiatan karyawan.
f. Aliran manajemen mutu:
Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada
usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau
konsumen.

4. Fungsi Manajemen
Banyak pendapat mengenai fungsi manajemen, diantaranya
sebagai berikut
a. Henry Fayol, fungsi manajemen yaitu planning, organizing,
commanding, coordinating, dan controlling.
b. George R. Terry, fungsi manajemen adalah planning, organizing,
actuating, dan controlling.
c. Luther Gulllich, fungsi manajemen yaitu planning, organizing,
staffing, directing, coordinating, reporting, dan controlling.
d. Ernest Dale, fungsi manajemen yaitu planning, organizing,
staffing, directing, innovating, representing, dan controlling.
e. Koonts & O’donnol, fungsi manajemen yaitu planning, organizing,
staffing, directing, controlling.
f. Oey Liang Lee, fungsi manajemen yaitu planning, organizing,
directing, coordinating, Controlling.
g. James Staner, fungsi manajemen yaitu planning, organizing,
leading, dan controlling (Sulastri, 2014).
Dalam pembahasan ini akan diperinci empat fungsi yang paling
penting yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling.
a. Perencanaan (Planning)

10
Pemilihan dan penentuan tujuan organisasi, dan penyusunan
strategi, kebijaksanaan, program, dan lain-lain.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan,
menyusun organisasi atau kelompok kerja, penugasan
wewenang dan tanggungjawab serta koordinasi.
c. Pengarahan (Actuating)
Motivasi, komunikasi kepemimpinan untuk mengarahkan
karyawan mengerjakan sesuatu yang ditugaskan padanya.
d. Pengawasan (Controlling)
Penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan
tindakan korektif (Potter dan Perry, 2013).

Gambar 1. Fungsi manajemen: Planning, Actuating, Organizing,


dan Controling.

5. Prinsip Manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti
bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus
dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol dalam Sulastri
(2014), seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari
Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
a. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
b. Disiplin (discipline)
c. Kesatuan perintah (unity of command)
d. Kesatuan pengarahan (unity of direction)

11
e. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan
sendiri (subordination of individual interests to the general
interests)
f. Pembayaran upah yang adil (renumeration)
g. Pemusatan (centralisation)
h. Hirarki (hierarchy)
i. Tata tertib (order)
j. Keadilan (equity)
k. Stabilitas kondisi karyawan (stability of tenure of personnel)
l. Inisiatif (Inisiative)
m. Semangat kesatuan (esprits de corps)

6. Tingkat Manajemen
Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi
tingkatan manajer menjadi 3 tingkatan :
a. Manajer lini garis-pertama (first line) adalah tingkatan manajemen
paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan
mengawasi tenaga-tenaga operasional. Dan mereka tidak
membawahi manajer yang lain.
b. Manajer menengah (Middle Manager) adalah manajemen
menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu
organisasi. Para manajer menengah membawahi dan
mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya kadang-
kadang juga karyawan operasional.
c. Manajer Puncak (Top Manager) terdiri dari kelompok yang
relative kecil, manager puncak bertanggung jawab atas
manajemen keseluruhan dari organisasi.

Gambar 2. Tingkatan Manajemen

12
B. Konsep Teoritis Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen didefenisikan secara umum sebagai upaya-upaya
yang dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan melalui orang lain.
Dalam manajemen pertama-tama perlu diketahui dengan jelas apa
tujuan yang akan dicapai. Selanjutnya bagaimana upaya yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut dengan melibatkan
sekelompok orang dalam suatu organisasi (Nursalam, 2014).
Menurut Gillies (1994) dalam Nursalam (2014) manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui upaya anggota staf
keperawatan untuk memberikan pelayanan keperawatan, pengobatan
dan bantuan terhadap para pasien, dan tugas manajer keperawatan
adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin serta mengontrol
keuangan, material, dan sumber daya manusia yang ada untuk
memberikan pelayanan keperawatan seefektif mungkin bagi setiap
kelompok pasien dan keluarga mereka.

2. Proses Manajemen Keperawatan


Henry Fayol mengungkapkan ada lima fungsi manajemen yang
meliputi: Planning, Organization, Command, Coordination, dan
Control. Konsep Fayol tersebut dimodifikasi oleh Luther Gullick
(Marquis & Huston, 2000) dalam bentuk tujuh aktivitas manajemen
yang meliputi: Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,
Reporting, dan Budgeting. Marquis dan Huston merangkum konsep
yang dikemukakan oleh Fayol dan Gullick dengan mengungkapkan
bahwa proses manajemen keperawatan terdiri dari planning,
organizing, staffing, directing, dan controlling yang membentuk suatu
sklus proses manajemen seperti yang tersaji dalam skema dibawah
ini:
PROSES MANAJEMEN

Planning
3. Organizing Staffing Directing Controlling

13
Sumber: Gillies, D. A., (1994), Nursing management : A system
approach, Third edition, Philadelphia: WB. Saunders Company.

Proses manajemen keperawatan dapat juga dilihat dari


pendekatan sistem, yaitu sebagai sistem terbuka dimana
masingmasing komponen saling berhubungan dan berinteraksi serta
dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka
akan terdiri dari lima elemen utama yaitu input, process, output,
control dan mekanisme umpan balik (Feed back) (Kurniadi A, 2016).
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain
informasi, personil, peralatan dan fasilitas. Process dalam manajemen
keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawat pelaksana yang mempunyai
tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Output adalah kualitas dari asuhan
pelayanan keperawatan, pengembangan staf dan riset (Kurniadi A,
2016).
Control yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan
termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja
perawat, prosedur standar dan akreditasi. Mekanisme umpan balik
(Feed back) berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey
kendali mutu dan penampilan kerja perawat (Kurniadi A, 2016).

3. Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan


Seperti juga pendekatan manajemen umumnya, peran dan
fungsi manajemen keperawatan terdiri dari planning, organizing,
staffing, derecting, dan controlling.
a. Planning
Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan,
kebijakan, prosedur, dan peraturan – peraturan dalam pelayanan
keperawatan, kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka
pendek dan jangka Panjang serta menenentukan jumlah biaya
dan mengatur adanya perubahan berencana.
b. Organizing.

14
Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menetapkan
struktur organisasi, menentukan model penugasan keperawatan
sesuai dengan keadaan klien dan ketenagaan, mengelompokkan
aktivitasaktivitas untuk mencapai tujuan dari unit, bekerja dalam
struktur organisasi yang telah ditetapkan dan memahami serta
menggunakan kekuasaan dan otoritas yang sesuai.

c. Staffing.
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian
diantaranya adalah rekruitmen, wawancara, mengorientasikan
staf, menjadwalkan dan mengsosialisasikan pegawai baru serta
pengembangan staf.
d. Directing.
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik,
pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk
kolaborasi.
e. Controlling.
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggungjawaban
keuangan, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan
etik serta pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan
(Simamora, 2017).

4. Prinsip – prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan Prinsip-


prinsip manajemen secara umum menurut Fayol terdiri dari:
a. Division of working (pembagian pekerjaan).
b. Authority and responsibility (kewenangan dan tanggungjawab).
c. Dicipline (disiplin).
d. Unity of command (kesaatuan komando).
e. Unity of direction (Kesatuan arah).
f. Subordination of individual to generate interent (kepentingan
individu tunduk pada kepentingan umum).
g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai).
h. Decentralization (desentralisasi).
i. Scala of hierarchy (jenjang hirarki).

15
j. Order (keterlibatan)
k. Stability of tunnure personal (stabilitas jabatan pegawai).
l. Equity (keadilan).
m. Inisiative (inisiatif)
n. Esprit de corps (Kesetiawakawanan korps).
Seperti juga prinsip-prinsip manajemen secara umum,
prinsipprinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah:
a. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan
perencanaan, karena melalui fungsi perencanaan pimpinan/
pengelola keperawatan dapat menurunkan risiko terhadap
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang tidak
efektif dan tidak efisien.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan
waktu yang efektif. Manajer/ pengelola keperawatan yang
menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan waktu dan perencanaan yang telah ditentukan
sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan
keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi
dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan yang tepat diberbagai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan
fokus perhatian manajer/ pengelola keperawatan dengan
mempertimbangkan apa yang pasien lihat, pikir, yakini dan ingini.
Kepuasan pasien merupakan point utama dari tujuan
keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi pelayanan untuk
mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen
keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi,
koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kinerja yang baik.

16
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian
diantara pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang
lebih tinggi ataupun upaya manajer keperawatan untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah
dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip
melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan
standar dan memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para administrator dan
manajer keperawatan seyogianya bekerja bersama-sama dalam
perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen
lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri
besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan
kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua
orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada.
Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh
gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya
(Kuntoro, 2012).
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manejer
keperawatan yang efektif seyogianya memahami hal ini dan
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat
pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan.
b. Melaksakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa.
c. Menerima ankotabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksakan
oleh perawat.

17
d. Menerima ankotabilitas untuk hasil-hasil keperawatan.
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh
para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses
manajemen keperawatan dengan melibatkan perawat pelaksana.
Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari:
a. Manajemen operasional.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkat manajerial yaitu:
1) Manajemen puncak.
2) Manajemen menengah.
3) Manajemen bawah.
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen
berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu
dimiliki oleh orang-orang tersebut agar pelaksanaannya berhasil,
antara lain:
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan.
2) Keterampilan kepemimpinan.
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin.
4) Kemampuan melaksakan fungsi manajemen.
b. Manajemen asuhan keperawatan.
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen
didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian atau evaluasi. Proses keperawatan merupakan
proses pemecahan masaalah yang menekankan pada
pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat yang
dibutuhkan pasien.
Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses
keperawatan yang mengharuskan perawat menentukan setepat
mungkin pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang
dimiliki, perasaan dan harapan kesehatan dimasa mendatang.
Pengkajian ini meliputi proses pengumpulan data, memvalidasi,

18
menginterprestasikan informasi tentang pasien sebagai individu
yang unik.
Perencanaan intervensi keperawatan dibuat setelah
perawat mampu memformulasikan diagnosa keperawatan.
Perawat memilih metoda khusus dari sekumpulan tindakan
alternatif untuk menolong pasien mempertahankan kesejahteraan
seoptimal mungkin. Semua kegiatan keperawatan harus
menggunakan sumber-sumber yang tersedia malalui penetapan
tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Implementasi
rencana keperawatan merupakan Langkah berikut dalam proses
keperawatan, dan yang terakhir adalah evaluasi yang merupakan
pertimbangan sistematis dari tujuan dan kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya dibandingkan dengan penerapan praktek
yang aktual dan tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.

C. Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


1. Pendahuluan
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan
prinsipprinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas
produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-
nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam
memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud.
Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model,
keempat hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan karena
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Nursalam,
2014).

2. Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan Perubahan MAKP


a. Kualitas Pelayanan Keperawatan

19
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan selalu
berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:
1) Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien
/konsumen;
2) Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi;
3) Mempertahankan eksistensi institusi;
4) Meningkatkan kepuasan kerja;
5) Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan;
6) Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.
Pada pembahasan praktik keperawatan akan dijabarkan
tentang model praktik, metode praktik, dan standar.

b. Standar Praktik Keperawatan


Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh
Depkes RI (1995) terdiri atas beberapa standar, yaitu:
1) Menghargai hak-hak pasien;
2) Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (spmrs);
3) Observasi keadaan pasien;
4) Pemenuhan kebutuhan nutrisi;
5) Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif;
6) Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif;
7) Pendidikan kepada pasien dan keluarga;
8) Pemberian asuhan secara terus-menerus dan
berkesinambungan.
Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup
tindakan keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
dasar manusia (14 Kebutuhan Dasar Manusia dari Henderson),
meliputi:
1) Oksigen;
2) Cairan dan elektrolit;
3) Eliminasi;
4) Kemananan;
5) Kebersihan dan kenyamanan fisik;
6) Istirahat dan tidur;

20
7) Aktivitas dan gerak;
8) Spiritual;
9) Emosional;
10) Komunikasi;
11) Mencegah dan mengatasi risiko psikologis;
12) Pengobatan dan membantu proses penyembuhan;
13) Penyuluhan;
14) Rehabilitasi.
c. Model Praktik
1) Praktik keperawatan rumah sakit.
Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan
tanggung jawab melaksanakan praktik keperawatan di
rumah sakit dengan sikap dan kemampuannya. Untuk itu,
perlu dikembangkan pengertian praktik keperawatan rumah
sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur
registrasi, dan legislasi keperawatan.
2) Praktik keperawatan rumah.
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada
pelaksanaan pelayanan/ asuhan keperawatan sebagai
kelanjutan dari pelayanan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan
oleh perawat profesional rumah sakit, atau melalui
pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik
keperawatan berkelompok.
3) Praktik keperawatan berkelompok
Beberapa perawat profesional membuka praktik
keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang
memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang
diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik
keperawatan rumah sakit dan rumah. Bentuk praktik
keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan dipandang
perlu di masa depan. Lama rawat pasien di rumah sakit perlu
dipersingkat karena biaya perawatan di rumah sakit
diperkirakan akan terus meningkat

21
4) Praktik keperawatan individual
Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang
diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat
profesional senior dan berpengalaman secara
sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan dalam jam
praktik tertentu untuk memberi asuhan keperawatan,
khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat
yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini sangat
diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal
jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya
yang dikembangkan pemerintah (Nursalam, 2014).

3. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan


Professional
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat
akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek,
maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif
dan efisien (Nursalam, 2014).
Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien. Mc Laughin, Thomas, dan Barterm (1995)
mengidentifikasi delapan model pemberian asuhan keperawatan,
tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan
keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer. Dari
beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu
mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan.
Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi
model untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan
kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan
rumah sakit. Oleh karena setiap perubahan akan berakibat suatu
stres sehingga perlu adanya antisipasi, “... jangan mengubah suatu
sistem...justru menambah permasalahan...” (Kurt Lewin, 1951 dalam
Terry 2015). Terdapat enam unsur utama dalam penentuan pemilihan

22
metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis dan Huston, 1998
dalam Terry, 2015).
a. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan
Keperawatan (MAKP)
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan
keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah
sakit.
2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap
kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien.
Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan
oleh pendekatan proses keperawatan.
3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan
biaya dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya.
Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh
biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang
sempurna.
4) Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan
pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh
perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model
asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan
pelanggan.
5) Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh
motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat
meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah
beban kerja dan frustrasi dalam pelaksanaannya.
6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan
tim kesehatan lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup
tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan

23
model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat
meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara
perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
b. Jenis Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)
Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey
(1997) dalam Terry (2015)
Model Deskripsi Penanggung
Jawab
Fungsional • Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi Perawat yang
(bukan keperawatan. bertugas pada
model • Perawat melaksankan tugas (tindakan) tindakan
MAKP) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang tertentu
ada.
• Metode fungsional dilaksankan oleh
perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada
saat perang dunia kedua. Pada saat itu,
karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat, maka setiap perawat
hanya melakukan 1 -2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di
bangsal
Kasus • Berdasarkan pendekatan holistis dari filosofi Manajer
• keperawatan. keperawatan
• Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan
• observasi pada pasien tertentu.
• Rasio: 1 : 1 (pasien : perawat). Setiap
pasien dilimpahkan kepada semua perawat
yang melayani seluruh kebutuhannya pada
saat mereka dinas. Pasien akan dirawat
oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus

24
biasanya diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk khusus seperti
isolasi, perawatan insentif
Tim • Berdasarkan pada kelompok filosofi Ketua tim
keperawatan.
• Enam sampai tujuh perawat profesional dan
perawat pelaksana bekerja sebagai satu
tim, disupervisi oleh ketua tim
• Metode ini menggunakan tim yang terdiri
atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas
tenaga profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu
Primer • Berdasarkan pada tindakan yang Perawat
komperehensif dari primer (PP)
• filosofi keperawatan.
• Perawat bertanggung jawab terhadap
semua aspek asuhan keperawatan
• Metode penugasan di mana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus- menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.

25
Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang
metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada lima
metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah
ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam
menghadapi tren pelayanan keperawatan.
1) Fungsional (bukan model MAKP).
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama
pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap
perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi
keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua
pasien di bangsal.

Kepala Ruang

Perawat: Perawat: Penyiapan Kebutuhan


pengobatan merawat luka instrumen Dasar

Pasien/klien

Kelebihan:
a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik;
b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;
c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas
manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan
kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan:

26
a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun
perawat;
b) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan;
c) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja.
2) MAKP Tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang
saling membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan
keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit
gawat darurat.

Konsep metode Tim:


a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan;
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin;
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim
akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Kelebihan:
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh;
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
c) Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik
mudah di atasi dan memberi kepuasan kepada anggota
tim.
Kelemahan:

27
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu,
yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep metode Tim:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan;
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin;
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim
akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tanggung jawab anggota tim:
a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah
tanggung jawabnya;
b) Kerja sama dengan anggota tim dan antartim;
c) Memberikan laporan. Tanggung jawab ketua tim:
a) Membuat perencanaan;
b) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi;
c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan pasien;
d) Mengembangkan kemampuan anggota;
e) Menyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruang:
1) Perencanaan:
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan
masing-masing;
b) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien:
gawat, transisi, dan persiapan pulang, bersama
ketua tim;
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien
bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan;
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;

28
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan,
program pengobatan, dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien;
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan
asuhan keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan, mengadakan diskusi untuk
pemecahan masalah, serta memberikan informasi
kepada pasien atau keluarga yang baru masuk;
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri;
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan;
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan
rumah sakit.
2) Pengorganisasian:
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan;
b) Merumuskan tujuan metode penugasan;
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
secara jelas;
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan
membawahi
2 ketua tim, dan ketua tim membawahi 2–3 perawat;
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan:
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari, dan lain-lain;
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan,
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak
berada di tempat kepada ketua tim;
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk
mengurus administrasi pasien;
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;

29
k) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3) Pengarahan:
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada
ketua tim;
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik;
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap;
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting
dan berhubungan dengan asuhan keperawatan
pada pasien;
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir
kegiatan;
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya;
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
4) Pengawasan:
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana
mengenai asuhan Keperawatan yang diberikan
kepada pasien;
b) Melalui supervisi:
- Pengawasan langsung dilakukan dengan cara
inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui
laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/ mengawasi kelemahan-
kelemahan yang ada saat itu juga;

30
- Pengawasan tidak langsung, yaitu
mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas;

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team Nursing”


(Marquis dan Huston, 1998 dalam Terry, 2015)

c) Evaluasi;
- Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan
yang telah disusun bersama ketua tim;
- Audit keperawatan.

5) MAKP Primer
Metode penugasan di mana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan

31
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan:
a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif;
b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang
tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri;
c) keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat,
dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989).

Bagan Pengembangan MAKP (Nursalam, 2014)


Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis dan Huston,

1998) dalam Nursalam (2014)

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa


dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu
tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap

Dokter Kepala ruang Sarana RS

Perawat
primer

Pasien/
klien

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana jika


evening night diperlukan days

pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan


advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan
model primer karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan
komprehensif.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh
perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan

32
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan,
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
ilmu.
Konsep dasar metode primer:
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat;
b) Ada otonomi;
c) Ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas perawat primer:
a) Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan;
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia
dinas;
d) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan
pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun
perawat lain;
e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai;
f) Menerima dan menyesuaikan rencana;
g) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang;
h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak
dengan lembaga sosial di masyarakat;
i) Membuat jadwal perjanjian klinis;
j) Mengadakan kunjungan rumah.
Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer:
a) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat
primer;
b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru;
c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan
pada perawat asisten;
d) Evaluasi kerja;
e) Merencanakan /menyelenggarakan pengembangan
staf
f) Membuat 1–2 pasien untuk model agar dapat
mengenal hambatan yang terjadi.

33
Ketenagaan metode primer:
a) Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau
selalu berada dekat dengan pasien;
b) Beban kasus pasien 4–6 orang untuk satu perawat
primer;
c) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal;
d) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional
lain maupun nonprofesional sebagai perawat
asisten;

4. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam
memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan
perawatan intensif (intensive care).
Kepala ruang

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Sistem Asuhan Keperawatan “Case Method Nursing” (Marquis dan Huston,


1998)
Kelebihannya:
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus;
b. Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien Sistem
evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya:
a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab;

34
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.

5. Modifikasi: MAKP Tim – Primer


Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi
dari kedua sistem. Menurut Sitorus (2002) penetapan sistem
model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan berikut.
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan
S-1 Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan
keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua tim.

6. Metode Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan


a. Metode Rasio (SK Menkes RI No. 262 Tahun 1979)
Metode penghitungan dengan cara rasio menggunakan
jumlah tempat tidur sebagai pembanding dari kebutuhan
perawat yang diperlukan. Metode ini paling sering digunakan
karena sederhana dan mudah. Kelemahan dari metode ini
adalah hanya mengetahui jumlah perawat secara kuantitas
tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas perawat di rumah
sakit dan kapan tenaga perawat tersebut dibutuhkan oleh
setiap unit di rumah sakit. Metode ini bisa digunakan jika
kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan tenaga
terbatas, sedangkan jenis, tipe, dan volume pelayanan
kesehatan relatif stabil.
RUMAH SAKIT PERBANDINGAN

KELAS A DAN B TT:Tenaga Medis = (4-7): 1


TT:Tenaga Keperawatan = 1: 1

35
TT: Nonkeperawatan = 3: 1
TT:Tenaga Nonmedis = 1: 1

KELAS C TT:Tenaga Medis =9:1


TT:Tenaga Keperawatan = (3–4): 2
TT: Nonkeperawatan =5:1
TT:Tenaga Nonmedis =3:4
bersambung
KELAS D TT:Tenaga Medis = 15 : 1
TT:Tenaga Keperawatan = 2:1
TT:Tenaga Nonmedis = 6:1
Khusus Disesuaikan

b. Metode Need
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban
kerja. Untuk menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran
tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien selama di
rumah sakit. Sebagai contoh untuk pasien yang menjalani rawat
jalan, ia akan mendapatkan pelayanan, mulai dari pembelian
karcis, pemeriksaan perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan
laboratorium, apotek dan sebagainya. Kemudian dihitung standar
waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik.
1) Hudgins
Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat
jalan menggunakan metode dari Hudgins, yaitu menetapkan
standar waktu pelayanan pasien rawat jalan. Perhitungan
menggunakan rumus :

rata-rata jam perawatan/hari × jumlah rata-rata pasien/hari

jumlah jam kerja/hari

2) Douglas
Untuk pasien rawat inap standar waktu pelayanan pasien
rawat inap sebagai berikut :
a) Perawatan minimal memerlukan waktu: 1−2 jam/24 jam.
b) Perawatan intermediet memerlukan waktu: 3−4 jam/24
jam.

36
c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5−6
jam/24 jam.
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori
tersebut adalah sebagai berikut :
a) Kategori I: perawatan mandiri
1) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti
mandi dan ganti pakaian
2) Makan, dan minum dilakukan sendiri
3) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
4) Observasi tanda vital setiap sif
5) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
6) Persiapan prosedur pengobatan
b) Kategori II: perawatan intermediate
1) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum,
ambulasi
2) Observasi tanda vital tiap 4 jam
3) Pengobatan lebih dari satu kali
4) Pakai kateter Foley
5) Pasang infus intake-output dicatat
6) Pengobatan perlu prosedur
c) Kategori III: perawatan total
1) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur
2) Observasi tanda vital tiap 2 jam
3) Pemakaian slang NG
4) Terapi intravena
5) Pemakaian suction
6) Kondisi g
7) Gelisah/disorientasi/tidak sadar
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit
perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, di mana masing-masing kategori
mempunyai nilai standar per sif.

Klasifikasi Pasien
Jumlah Minimal Parsial Total
Pasien
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 37
0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
dst.
3) Metode Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut
kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Setiap
pasien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu
sebagai berikut :
a) Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit.
b) Untuk kasus mendesak : 71,28 menit.
c) Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit.

4) Metode Gilles
a) Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit
perawatan adalah:

Keterangan:
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per
tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per
tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
b) Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari
Rata-rata jam perawatan/hari × rata-rata jumlah jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja efektif/hari

c) Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga


yang dibutuhkan maka jumlah jam kerja yang hilang
karena cuti hamil = 5% × jumlah hari cuti hamil ×
jumlah jam kerja/hari tambahan tenaga
5% × jumlah tenaga × jumlah jam kerja cuti hamil
jumlah jam kerja efektif/tahun

38
5) Metoda Formulasi Nina
Dalam metode ini terdapat lima tahapan dalam menghitung
kebutuhan tenaga
a) Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan pasien dalam 24 jam
per pasien
b) Tahap II
Dihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan untuk
seluruh pasien dalam satu hari
B = A × tempat tidur
c) Tahap III
Dihitung C = jumlah jam perawatan seluruh pasien
selama setahun
C = B × 365 hari
d) Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan
yang dibutuhkan selama setahun D = C × BOR/80, 80
adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam
perawatan.
e) Tahap V
Didapatkan E = jumlah tenaga perawat yang diperlukan
E = D/1878. Angka 1878 didapatkan dari hari efektif per
tahun (365 − 52 hari minggu = 313 hari) dan dikalikan
dengan jam kerja efektif per hari (6 jam)
6) Metode Hasil Lokakarya Keperawatan
Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya
Keperawatan dengan mengubah satuan hari dengan
minggu. Rumus untuk penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan adalah sebagai berikut

Jam perawatan 24 jam × 7 (tempat tidur × BOR)


7) + 25%
Menghitung Hari kerja efektif × 40 jam

tenaga perawat berdasarkan Full Time Equivalent (FTE). Keputusan untuk

39
penentuan jumlah dan jenis perawat adalah berdasarkan
pada populasi pasien yang mendapatkan perawatan, tingkat
pendidikan dan keterampilan perawat serta filosofi organisasi
tentang perawat dan perawatan pasien. Penentuan jumlah
dan jenis perawat dilakukan berdasarkan Full Time
Equivalent (FTE). Konsep FTE didasarkan bahwa seorang
perawat bekerja penuh waktu dalam setahun, artinya bekerja
selama 40 jam/minggu atau 2.080 jam dalam periode 52
minggu. Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif
maupun nonproduktif, sedangkan yang dipertimbangkan
hanya waktu produktif yang digunakan untuk perawatan
pasien. Cara ini juga mempertimbangkan hari perawatan dan
klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungannya
karena akan memengaruhi jumlah jam perawatan yang
dibutuhkan.
Contoh penghitungan FTE dan tenaga perawat: Total beban
kerja unit (W) atau jumlah jam kerja perawat dapat
ditentukan berdasarkan jumlah rerata jam perawatan dalam
24 jam (ACH) dan hari perawatan pasien (PD) menggunakan
rumus berikut.

5
W= (PDi × ACHi)

W = Beban Kerja (Workload)
PD = Hari perawatan pasien (Patient Days)
ACH = Rerata jumlah jam kerja perawat (Average Care Hours
per 24 hours)
∑ = jumlah tingkat klasifikasi pasien
5 = konstanta sesuai tingkat klasifikasi pasien

7. Perhitungan Beban Kerja


Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban
kerja perawat antara lain:
a. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit
tersebut;

40
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien;
c. Rata-rata hari perawatan;
d. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung
dan pendidikan kesehatan;
e. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan pasien;
f. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan
pendidikan kesehatan.
Adapun tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung beban
kerja secara personel antara lain sebagai berikut :
a. Teknik ini dikembangkan pada dunia industri untuk melihat beban
kerja yang dipangku oleh personel pada suatu unit, bidang
maupun jenis tenaga tertentu. Pada metode work sampling dapat
diamati hal-hal spesifik tentang pekerjaan antara lain:
1) Aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu
jam kerja;
2) Apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan
tugasnya pada waktu jam kerja;
3) Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan
produktif atau tidak produktif;
4) Pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan
jadwal jam kerja.
b. Time and motion study
Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat
tentang kegiatan yang dilakukan oleh personel yang sedang
kita amati. Melalui teknik ini akan didapatkan beban kerja
personel dan kualitas kerjanya. Langkah-langkah untuk
melakukan teknik ini yaitu:
1) Menentukan personel yang akan diamati untuk menjadi
sampel dengan metode purposive sampling
2) Membuat formulir daftar kegiatan yang dilakukan oleh
setiap personel
3) Daftar kegiatan tersebut kemudian diklasifikasikan
seberapa banyak personel yang melakukan kegiatan
tersebut secara baik dan rutin selama dilakukan
pengamatan

41
c. Daily log
Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk
sederhana work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri
oleh personel yang diamati. Pencatatan meliputi kegiatan
yang dilakukan dan waktu yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan tersebut. Penggunaan ini tergantung kerja sama dan
kejujuran dari personel yang diamati. Pendekatan ini relatif
lebih sederhana dan biaya yang murah.

D. Aplikasi Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


1. Pendahuluan
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus
menjadi tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini
timbul keinginan untuk mengubah sistem pemberian pelayanan
kesehatan ke sistem desentralisasi. Dengan meningkatnya
pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah
terhadap pelayanan keperawatan berdasarkan isu di masyarakat.
Berdasarkan keadaan di atas, perlu dikembangkan model
praktik keperawatan yang diuji coba dengan memberikan
pengalaman belajar praktik klinik kepada mahasiswa (Ners dan
Spesialis), sehingga diharapkan mutu pelayanan kesehatan bisa
meningkat.
2. Perubahan Model Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
Tahapan proses manajemen keperawatan yang meliputi data,
analisis SWOT, dan identifikasi masalah. Sejalan dengan
perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di
Indonesia, model system asuhan keperawatan juga harus berubah
menuju praktik keperawatan profesional. Model sistem asuhan
keperawatan yang dapat dikembangkan adalah metode tim, primer,
kasus, dan gabungan (moduler).
3. Langkah Pengelolaan MAKP
a. Langkah 1 : Pengumpulan Data
1) Sumber daya manusia (Man-M1)
(a) Struktur organisasi

42
(b) Jumlah tenaga di Ruangan (Keperawatan dan Non
keperawatan)
(c) Kebutuhan tenaga
(d) BOR (Bed Occupacy Rate)
(e) Diagnosis penyakit terbanyak
(f) Perhitungan beban kerja perawat (time motion study,
work sampling, daily log)
2) Saran dan Prasarana (Material-M2)
(a) Penataan gedung.lokasi dan denah ruangan
(b) Fasilitas (pasien dan petugas kesehatan)
(c) Alat kesehatan yang ada di ruangan
(d) Consumable (obat-obatan dan bahan habis pakai)
(e) Administrasi penunjang RM
3) Metode Asuhan Keperawatan (Methode-M3)
No. METODE DATA FOKUS YANG DINILAI
1 Penerapan Contoh Metode TIM.
MAKP - Mekanisme pelaksanaan.
a. Ketua Tim sebagai perawat profesional harus
mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
b. Komunikasi efektif agar kontunuitas rencana
keperawatan terjamin.
c. Anggota Tim harus menghargai kepemimpinan
ketua tim.
- Tupoksi (Tanggung jawab Ketua Tim).
a. Membuat perencanaan.
b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.
c. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konferensi.
- Tanggung jawab Anggota Tim.
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah
tanggung jawabnya.
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim.

43
c. Memberikan laporan.
- Tanggung jawab Kepala Ruang.
a. Perencanaan.
b. Pengorganisasian.
c. Pengarahan.
d. Pengawasan.
2. Timbang - Persiapan (Pra)
Terima a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian
shift/operan.
b. Semua pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima khususnya pasien baru
masuk dan pasien yang memiliki permasalahan yang
belum teratasi.
c. Semua sarana prasarana terkait pelayanan
keperawatan dilaporkan dan dioperkan.
- Pelaksanaan di nurse station dan di bed pasien.
a. Kedua kelompok dinas sudah siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku
catatan.
c. Kepala ruang membuka acara timbang terima.
d. Perawat yang sedang jaga menyampaikan timbang
terima kepada perawat berikutnya.
e. Perawat sif dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan
validasi.
f. Melakukan validasi keliling ke bed pasien.
- Pasca.
a. Diskusi/klarifikasi.
b. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara
langsung tanda tangan pergantian sif serta penyerahan
laporan.
c. Ditutup oleh kepala ruangan.
3. Ronde - Persiapan (Pra).
keperawatan a. Menentukan kasus dan topik.
b. Menentukan tim ronde.
c. Mencari sumber atau literatur.

44
d. Mempersiapkan pasien: informed consent.
e. Membuat proposal (Studi Kasus/resume
keperawatan).
- Pelaksanaan.
a. Penjelasan/penyajian tentang pasien oleh perawat
yang mengelola pasien.
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Ke bed pasien, perawat lain/konselor/tim
kesehatan lainnya melakukan pemeriksaan/validasi
dengan cara observasi; membaca
status/dokumen lainnya; dan menanyakan.
- Pasca di nurse station.
a. Pemberian justifikasi oleh perawat tentang data,
masalah pasien, rencana, tindakan yang akan
dilakukan dan kriteria evaluasi.
b. Kesimpulan dan rekomendasi untuk asuhan
keperawatan selanjutnya oleh Kepala
Ruang/pimpinan ronde.
4. Pengelolaan Penerimaan resep/obat.
Logistik dan a. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruang
Obat yang dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk
(perawat primer atau ketua Tim).
b. Ke bed pasien/keluarga; Penjelasan dan permintaan
persetujaun tentang sentralisasi obat.
c. Format sentralisasi obat berisi: nama, no. register, umur,
ruangan.
Pemberian obat.
a. Perhatikan 6 tepat (pasien, obat, dosis, cara, waktu,
dokumentasi) dan 1W (Waspada/monitoring).
Penyimpanan
a. Mekanisme penyimpanan.
1) Obat yang diterima dicatat dalam buku besar
persediaan atau dalam kartu persediaan.
2) Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat
untuk penggunaan oral dan obat luar.

45
5 Penerimaan a. Persiapan.
Pasien Baru b. Pelaksanaan.
Penjelasan tentang 3P.
1) Pengenalan kepada pasien, tenaga kesehatn lain.
2) Peraturan rumah sakit.
3) Penyakit termasuk sentralisasi obat.
c. Penandatanganan penjelasan.
6. Discharge a. Persiapan.
Planning Mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien,
kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang
mungkin timbul pada saat pasien pulang, antara lain:
pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit; kebutuhan
psikologis; bantuan yang diperlukan pasien, pemenuhan
kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan,
minum, eliminasi, dan lain-lain; sumber dan sistem yang
ada di masyarakat; sumber finansial; fasilitas saat di
rumah; kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.
b. Pelaksanaan: dilakukan secara kolaboratif serta
disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang
ada.
7. Supervisi 1. Prasupervisi.
Supervisi dilakukan oleh kepala ruang terhadap kinerja
dari tim (ketua dan anggota) dan atau Perawat Primer
dalam melaksanakan ASKEP
2. Pelaksaaan supervisi dilihat aspek; tanggung jawab,
kemampuan, dan kepatuhan dalam menjalankan
delegasi
3. Pascasupervisi-3F:
a. penilaian (fair),
b. feedback dan klarifikasi,
c. reinforcement dan follow up perbaikan.
8. Dokumentasi a. Format model dokumentasi yang digunakan (pengkajian
dan catatan asuhan keperawatan).
b. Pengisian dokumentasi: legalitas, lengkap, akurat, relevan,
baru (LLARB).

46
4) Money-M4
a) Pemasukan
b) RAB, yang meliputi dana untuk kegiatan
operasional, manajemen, pengembangan
5) Mutu-M5
A. Patient safety (medication error, flebitis, dicubitus, jatuh,
restrains, injuri, ILO, INOS)
B. Kepuasan pasien dan perawat
C. Kenyamanan
D. Kecemasan
E. Perawatan diri
F. Pengetahuan/perilaku pasien
b. Langkah II : Analisis SWOT
1) Perencanaan strategis
a) Pengertian perencanaan strategis
b) Penyusunan perencanaan strategis
c) Indikator perencanaan strategis
d) Faktor yang mempengaruhi perencanaan strategis
2) Analisis SWOT
Pada Analisis SWOT ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
a) Pengisian item IFAS dan EFAS
Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan
dengan komponen yang ada dalam pengumpulan data
(bisa merujuk pada data fokus dan contoh pengumpulan
data pada bagian lain di dalam buku ini). Data tersebut
dibedakan menjadi 2, yaitu IFAS (internal factors) yang
meliputi aspek Weakneses dan Strength dan faktor
EFAS (external factors) yang meliputi aspek Opportunity
dan Threatened.
b) Bobot
Beri Bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling
penting) sampai dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap strategi perusahaan.
c) Rating

47
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai
dengan 1 (kurang/poor) berdasarkan pengaruh faktor
tersebut. Data rating didapatkan berdasarkan hasil
pengukuran baik secara observasi, wawancara,
pengukuran langsung. Faktor Strength dan Opportunity
menggambarkan nilai kinerja positif, sebaliknya faktor
Weakneses dan Threatened. menggambarkan nilai
kinerja yang negatif. Kemudian, kalikan Bobot dengan
rating untuk mendapatkan nilai masing-masing faktor.
c. Langkah III
1) Identifikasi Masalah
2) Dasar Pertimbangan dalam Menentukan Masalah
d. Langkah IV : Perencanaan (Rencana Strategis)
e. Langkah V : Pelaksanaan
f. Langkah VI : Evaluasi

E. Patient Centered Care


1. Definisi
Patient Centered Care (PCC) adalah mengelola pasien dengan
merujuk dan menghargai individu pasien meliputi preferensi/pilihan,
keperluan, nilai – nilai, dan memastikan bahwa semua pengambilan
keputusan klinik telah mempertimbangkan dari semua nilai – nilai
yang diinginkan pasien (Frampton, 2008)
Institute Of Medicine (IOM) mendefinisikan PCC sebagai
asuhan yang menghormati dan responsif terhadap pilihan,
kebutuhan dan nilai – nilai pribadi pasien. Serta memastikan bahwa
nilai – nilai pasien menjadi panduan bagi semua keputusan klinis
(Shaller, 2007)
Sebuah organisasi seyogyannya menjadikan PCC sebagai
prioritas. Beberapa organisasi telah mencantumkan filosofi PCC
dalam misi organisasi. Satu kesepakatan dari seluruh aspek
mengisyaratkan bahwa mereka memulai sebuah perjalanan yang
masih panjang. Setiap hari dapat memberikan kesuksesan, akan
tetapi juga dapat menumbuhkan tantangan baru dan kesempatan
(Silom, 2006)

48
2. Tujuan
Menurut Forman, 2010 tujuan dari PCC adalah:
a. Perawatan diberikan secara tepat waktu, aman dan tepat
sesuai dengan standar profesi, persyaratan hukum dan
perundang – undangan.
b. Perawatan selama transisi akan mencerminkan tingkat
keterampilan staf.
c. Perawatan terkoordinasi untuk memastikan hasil yang terbaik
bagi pasien.
d. Tidak ada duplikasi perawatan pasien.
e. Suatu distribusi yang adil dari pekerjaan.
f. Sebuah pendekatan multidisiplin untuk pemberian perawatan.
g. Untuk memastikan pendekatan holistik dalam pelayanan
keperawatan yang mencerminkan praktek profesional saat ini
h. Mengembangkan dan menerapkan “Model of Care”
1) Komunikasi yang akurat dan tepat waktu dalam
dokumentasi
2) Profesional, ketrampilan, pendidikan, pemberi asuhan,
loyalitas, komitmen dan keunggulan
3) Respek diri, budaya pasien dan organisasi
4) Sikap positif
5) Privasi
6) Transisi pasien, sumber daya dan staf
3. Komponen

Gambar 1. Dimensions of PCC (Drenkard, 2013)

49
Dalam pelaksanaannya, PCC terdiri dari 8 dimensi yaitu :
a. Menghormati nilai – nilai, pilihan dan kebutuhan yang
diutarakan oleh pasien
b. Koordinasi dan integrasi asuhan
c. Informasi, komunikasi dan edukasi
d. Kenyamanan fisik
e. Dukungan emosional dan penurunan rasa takut dan
kecemasan
f. Keterlibatan keluarga dan teman
g. Asuhan yang berkelanjutan dan transisi yang lancer
h. Akses terhadap pelayanan

4. Konsep
Belum ada kesepakatan yang jelas mengenai konsep dari PCC.
Namun beberapa jurnal mencoba untuk memberikan pendapatnya
mengenai konsep dari PCC (Forman, 2010):
a. Menghormati pilihan dan penilaian pasien
b. Dukungan emosional
c. Kenyamanan fisik
d. Informasi dan edukasi
e. Berkelanjutan dan transisi
f. Koordinasi pelayanan
g. Akses pelayanan
h. Melibatkan keluarga dan teman
Beberapan penelitian lain seperti penelitian yang dilakukan oleh
Moreau dan Hudon menjelaskan bahwa PCC memiliiki enam
komponen utama, yakni mengeksplorasi penyakit dan riwayat
penyakit, memahami pasien secara utuh dari perspektif
biopsikososial, menemukan penyebab, meningkatkan hubungan
dokter-pasien untuk menciptakan hubungan terapeutik, bersikap
realistis, dan menggabungkan pencegahan dan promosi kesehatan
(Moreau et al. 2012; Hudon et al. 2011). Konsensus tingkat tinggi
menyebutkan bahwa terdapat 9 model dan kerangka kerja untuk
mengidentifikasi PCC, 6 elemen inti berikut paling sering dikenali
(Shaller 2007):

50
a. Saling berbagi pengetahuan
b. Melibatkan keluarga dan teman
c. Kolaborasi dan manajemen tim
d. Peka terhadap segi perawatan nonmedis dan spiritual
e. Menghormati kebutuhan dan keinginan pasien
f. Memberi kebebasan dan kemudahan memperoleh informasi

5. PCC sebagai sebuah dimensi kualitas pelayanan


Dalam laporannya, Institute of Medicine (IOM) menguraikan 4
level yang menjadi penentu kualitas pelayanan dan peran PCC pada
pasien perawatan (Keene, n.d.) :
a. Level pengalaman mengacu pada pengalaman individu pasien
terhadap perawatan mereka. Dalam hal ini tingkat, perawatan
harus diberikan dengan penuh hormat, memberi informasi yang
jujur dan mendorong partisipasi pasien dan keluarga.
b. Level mikro-sistem klinis mengacu pada tingkat layanan,
departemen atau program pelayanan. Pada tingkat ini, pasien
dan penasihat keluarga harus berpartisipasi dalam keseluruhan
desain layanan, departemen atau program; misalnya
perancangan ulang tim dan berpartisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan, serta mengevaluasi perubahan
c. Level organisasi mengacu pada organisasi secara keseluruhan.
Tingkat organisasi tumpang tindih dengan tingkat mikro-sistem
klinis, dalam hal organisasi terbentuk berbagai layanan,
departemen dan program. Pada tingkat ini, pasien dan keluarga
harus berpartisipasi sebagai anggota penuh dari komite
organisasi kunci untuk subyek seperti keamanan pasien, desain
fasilitas, peningkatan kualitas, pendidikan pasien dan keluarga,
etika dan penelitian.
d. Level lingkungan mengacu pada kebijakan sistem kesehatan

51
BAB III
TINJAUAN LAHAN

G. PENGKAJIAN DATA
1. Profil/ Gambaran Umum Rumah Sakit
a. Sejarah Singkat Rumah Sakit
Rumah sakit umum daerah H.Badaruddin Kasim Tanjung yang
berlokasi di jalan Tanjung Baru Desa Maburai Kecamatan Murung
Pudak. Berdiri atas lahan seluas 2.2 Ha , rumah sakit umum daerah
H.Badaruddin Kasim Tanjung, sebagai rumah sakit umum daerah
yang menyelenggarakan pelayanan dengan :
1) Menyediakan fasilitas terdepan yang terjangkau bagi masyarakat
menengah kebawah. Renovasi yang ditargetkan dapat
menampung pelayanan VIP dan diharapkan akan sedikit
menggeser segmen pasar yang tidak hanya berkutat di kelas
menengah ke bawah tapi juga menengah ke atas.
2) Mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pasien melalui
keramahan pelayanan, kecepatan atau kelancaran serta
kebersihan sarana dan prasarana di lingkungan rumah sakit.
b. Visi, Misi, Moto dan Tujuan Rumah Sakit
1) Visi Rumah Sakit
Terwujudnya RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung yang
berkualitas, mandiri dan terjangkau.
2) Misi Rumah Sakit
a) Meningkatkan Kualitas dan kuantitas SDM secara
professional.
b) Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat,tepat,ramah
dan terjangkau.
c) Meningkatkan mutu sarana dan prasarana rumah sakit.
d) Meningkatkan pengelolaan manajemen rumah sakit secara
professional.
e) Meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan.
3) Motto Rumah Sakit
“ Melayani Dengan Hati ”
a. Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

52
1) Pelayanan rawat jalan
a) Poliklinik gig dan mulut
b) Poliklonik anak
c) Poliklinik penyakit dalam
d) Poliklinik TB/ Dot
e) Poliklinik bedah Umum
f) Poliklinik bedah orthopedic
g) Kebidanan
h) Syaraf
i) Kulit dan kelamin
j) VCT
k) MCU
l) THT
m) Mata
n) Gizi
o) Jantung
p) Fisioterapi atau rehabilitas medic
Okupasi
q) Poli Klinik Jiwa
r) Poli Klinik Geriatri
2) Pelayanan rawat inap yang terbagi atas 9 ruang rawat inap
a) Ruang Bedah lantai 2
b) Anak lantai 2
c) Nifas lantai 2
d) Irna lantai 2
e) IRNA lantai 2
f) ICU lantai 2
g) Perimatologi lantai 2
h) Ruang Penyakit Dalam lantai 1
i) Isolasi covid
j) Ponek
3) Pelayanan gawat darurat 24 jam
4) Pelayanan laboratorium
5) Radiologi
6) Apotek

53
7) Hemodialisa
8) Kamar operasi

2. INPUT
a. Profil/Gambaran Umum Ruangan
1) Visi Instalasi Rawat Inap Ruang Bedah H.Badaruddin Kasim
Tanjung.
Mewujudkan RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung yang
berkualitas,mandiri dan terjangkau.
2) Misi Instalasi Rawat Inap Ruang Bedah H.Badaruddin Kasim
Tanjung.
a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM secara
professional.
b) Memberikan pelayanan kesehatan yang
cepat,tepat,ramah dan terjangkau
c) Meningkatkan mutu sarana dan prasarana Rumah Sakit
d) Meningkatkan pengelolaan manajemen RS secara
professional
e) Meningkatkan kesejahteraaan seluruh karyawan
3) Motto Ruangan Perawatan
“Melayani Dengan Hati”

b. Tenaga dan Pasien (Man-M1)


Meliputi analisis ketenagaan, jumlah tenaga keperawatan dan
non keperawatan, latar belakang pendidikan, status kepegawaian,
struktur organisasi, kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien, serta jumlah pasien, jumlah penyakit
terbanyak, data demografi.
1) Ketenagaan
Jumlah tenaga perawat di Ruang Bedah Rumah Sakit
H.Badaruddin Kasim Tanjung berjumlah 18 orang, yang dimana
ruangan ini dipimpin oleh kepala ruangan yang dibantu oleh
supervisor sebagai pengawas dalam bidang keperawatan.
Perawat yang bekerja di Ruang Bedah terbagi menjadi dua
katagori yaitu sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai

54
BLUD (NonPNS). Berikut merupakan tingkat pendidikan
perawat yang bekerja di Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin
Kasim Tanjung:
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi ketenagaan di Ruang Bedah
RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung Tahun 2021
No Jenis Tenaga PNS NON Jumlah
PNS
1 Medis (dr. spesialis) 4 2 6
2 Keperawatan
a. perawat professional (NERS) 2 8 10
b. perawat Mahir (DIII) 4 4 8
3 Non Keperawatan 0 1 1
(administrasi)
4 Prakarya 0 0 0
5 Cleaning Service 0 1 1
Total 10 16 26

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi ketenagaan berdasarkan


jenjang karir di Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin
Kasim Tanjung Tahun 2021
No Jumlah Tenaga Kerja Jumlah
1 Perawat Klinis 0 2
2 Perawat Klinis I 2
3 Perawat Klinis II 8
4 Perawat Klinis III 5
5 Perawat Klinis IV 1
Total 18
2) Klasifikasi Pasien
Tabel 3.3 Jumlah pasien yang pulang APS bulan Oktober-
Desember 2021
No Bulan Jumlah

1 Oktober 3

2 Nopember 4

3 Desember 4

Total 11

55
Tabel 3.4 Klasifikasi Kebutuhan Tingkat Ketergantungan
Pasien Menurut Dauglas
No Klasifikasi dan Kriteria
1 Minimal Care ( 1 – 2 jam )
1. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti
pakaian dan minum
2. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
3. Observasi Tanda vital setiap shift
4. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
5. Persiapan prosedur pengobatan
2 Intermediet Care ( 3 – 4 jam )
1. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum,
ambulasi
2. Observasi tanda vital tiap 4 jam
3. Pengobatan lebih dari 1 kali
4. Pakai foley kateter
5. Pasang infuse, intake out – put dicatat
6. Pengobatan perlu prosedur
3 Total Care ( 5 – 6 jam )
1. Dibantu segala sesuatunya
2. Posisi diatur
3. Observasi tanda vital tiap 2 jam
4. Pakai NGT
5. Terapi intravena, pakai suction
6. Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar

Pada suatu pelayanan professional, jumlah tenaga yang


dibutuhkan tergantung pada jumlah klien dan derajat
ketergantungan klien. Menurut Douglas (1984) Loverige dan
cumming (1996) diklasifikasikan derajat ketergantungan
dibagi 3 kategori yaitu :
a. Perawatan Minimal : 1-2 jam/24 jam
b. Perawatan Intermediet/Partial : 3-4 jam/24 jam
c. Perawatan Total : 5-6 jam/24 jam

56
Kualifikasi Tingkat Tingkat Tingkat
Klien ketergantungan ketergantungan ketergantungan
(pagi) (siang) (malam)
Total Care 0,36 0,30 0,20
Partial Care 0,27 0,15 0,10
Minimal Care 0,17 0,14 0,07

Tabel 3.5 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan


Tenaga Keperawatan Pada Pasien Kelolaan Di
Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung
Tanggal 10 Januari – 15 Januari 2022

Klualifikasi Jumlah klien Pagi Siang Malam Total


Klien

Total Care 1 1 x 0, 36 = 0.36 1 x 0, 30 = 0.30 1 x 0, 20 = 0.20 0.86

Partial Care 2 2 x 0, 27 = 0.54 2 x 0, 15 = 0.3 2 x 0,10 = 0.2 1.04

Minimal 3 3 x 0, 17 = 0.51 3 x 0,14 = 0.42 3 x 0,07 = 0.21 1.14


Care

Total 6 1.41 1.02 0.61 3,04

Jumlah keseluruhan perawat per hari yang dibutuhkan adalah 3 orang

Berdasarkan pelaksanaan role play penerapan MAKP


oleh mahasiswa diRuang Bedah yang dilaksanakan selama
12 hari didapatkan hasil rata – rata tenaga keperawatan
pada shift pagi 3 orang, siang 2 orang, dan malam 2 orang.
Tabel 3.6 Klasifikasi Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Shift
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien Di
Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung

Kualifikasi Jumlah Pagi Siang Malam Total


Klien Klien
Senin, 10 Januari 2022

Total Care
Partial 6 6 x 0,27 6 x 0,15 = 6 x 0,10 = 3,12
Care =1,62 0,90 0,60
Minimal 1 1 x 0,17 = 1 x 0,14 = 1 x 0,07 = 0,38

57
Care 0,17 0,14 0,07
Total 7 1,69 1,03 0,64 3,50
Jumlah keseluruhan perawat per hari adalah 4
orang
Selasa, 11 Januari 2022

Total Care 0
Partial 5 5 x 0,27 5 x 0,15 = 5 x 0,10 = 2,6
Care =1,35 0,75 0,50
Minimal 2 2 x 0,17 = 2 x 0,14 = 2 x 0,07 = 0,76
Care 0,34 0,28 0,14
Total 7 1,69 1,03 0,64 3,36
Jumlah keseluruhan perawat per hari adalah 3
orang

Rabu, 12 Januari 2022

Kualifikasi Jumlah Pagi Siang Malam Total


Klien Klien

Total Care 0
Partial 3 3 x 0,27 =0,81 3 x 0,15 = 3 x 0,10 = 0,30 1,56
Care 0,45
Minimal 3 3 x 0,17 = 3 x 0,14 = 3 x 0,07 = 0,21 1,14
Care 0,51 0,42
1,32 0,87 0,51 2,73

Jumlah keseluruhan perawat per hari adalah 3


orang

Jumlah kebutuhan pegawai perawat berdasarkan tingkat


ketergantungan klien menurut teori Douglas perhitungan
tanggal 10 Januari – 15 Januari 2022
a) Pagi 1,69 + 1,03+ 0,64 = 3,50 Dibulatkan menjadi 4 orang
b) Siang sebanyak 1,69 + 1,03 + 0,64 = 3,36 Dibulatkan
menjadi 3 orang
c) Malam sebanyak 1,32 + 0,87 + 0,51 = 2,73 dibulatkan
menjadi 3 orang
d) Sehingga total keseluruhan perawat yang dinas perhari
berjumlah yaitu 10 orang

58
Jadi rata-rata tingkat kebutuhan tenaga perawat Ruang
Bedah selama 3 hari yaitu tanggal 10-12 Januari 2022
Berjumlah 9,59 dibulatkan menjadi 10 orang

Tabel 3.7 Klasifikasi perhitungan BOR terhitung tanggal 10 –


12 Januari 2022 DiRuang Bedah RSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung

Klasifikasi Jumlah Pagi Total


Klien Klien
Senin, 10 Januari 2022
Total Care
Partial Care 6
Minimal Care 1
Total 7
Jumlah Keseluruhan BOR Per hari adalah 50 %

Klasifikasi Jumlah Pagi Total


Klien Klien
Selasa, 11 Januari 2022
Total Care
Partial Care 5
Minimal Care 2
Total 7
Jumlah Keseluruhan BOR Per hari adalah 38,8 %
Klasifikasi Jumlah Pagi Total
Klien Klien
Rabu,12 Januari 2022
Total Care 0
Partial Care 3
Minimal Care 3
Total 7
Jumlah Keseluruhan BOR Per hari adalah 50%

Jadi, Jumlah BOR harian terhitung dari tanggal 10-13


Januari 2022 adalah:
1. Senin, 10 Januari 2022: 50%
2. Selasa, 11 Januari 2022:30 %

59
3. Rabu, 12 Januari 2022: 50%

3) Rawat Inap
a) Bangsal A Medical : 3,4 jam
b) Bangsal B Perawatan Bedah : 4 jam
c) Bangsal C Nifas : 3 jam
d) Bangsal Bayi : 2,5 jam
e) Bangsal E Anak : 4 jam
Penentuan standar kebutuhan tenaga kerja menurut
lokakrya PPNI : BOR = 59.94 %
TP = + 25 % PPNI :

Keterangan
TP : Tenga perawat
A : Jumlah Jam Perawatan/24 jam
41 mg (mg) : 365-52 (hari-minggu) – 12 hari libur – 12 hari
cuti = 229/7 pendidikan perawat : 75% TP × 25%
Jadi tenaga perawat yang dibutuhkan di Bedah yaitu :

Berdasarkan perhitungan standar kebutuhan perawat


menurut lokakarya PPNI berjumlah 4 orang/24 jam ditambah
dengan kepala ruangan dan ketua tim menjadi 6 orang.
Tenaga perawat di Ruang Bedah yang saat ini berjumlah 18
orang.
Tabel. 3.8 BOR di Ruang Bedah Nopember 2021 sampai
Januari 2022 RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung
No. Bulan/Tahun BOR
1 Nopember th 2021 22,22

60
2 Desember th 2021 30,55
3 Januari th 2022 22,75
Total 25,17%

Jadi, berdasarkan nilai BOR dari bulan Nopember tahun


2021 sampai bulan Januari tahun 2022 berdasarkan
klualifikasi menunjukkan hasil yang jauh dalam nilai
paremeter BOR yang ideal antara 60 – 85% (Depkes, 2006)

4) Tingkat kebutuhan perawat menurut metode gilies


Ruang perawatan Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim
Tanjung yang berkapasitas 30 tempat tidur. Jumlah rata-rata
pasien yang dirawat selama 3 bulan terakhir berjumlah 486
pasien. Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu,
berdasarkan situasi tersebut maka dapat di hitung jumlah
kebutuhan perawat di Ruang Bedahsebagai berikut.
Menentukan terlebih dahulu jam perawatan yang
dibutuhkan pasien perhari, yaitu :
a) Keperawatan langsung
Tabel 3.9 klasifikasi kebutuhan tenaga perawat tiap shift
berdasarkna tingkat ketergantungan pasien di
Ruang BedahRSUD H.Badaruddin Kasim
TanjungAnsari Saleh
Klasifikasi Jumlah Jumlah Jumlah
pasien Keperawatan Keperawatan
Yang dibutuhkan
Total Care 0

Partial Care 17 4 jam 21

Minimal 2 2 jam 4
Care
Total 19 6 jam 25

b) Keperawatan tidak langsung


7 orang pasien × 1 jam = 7 jam
c) Penyuluhan kesehatan

61
7orang pasien × 0,25 jam = 1,75
Total jam secara keseluruhan adalah total keperawatan
langsung + perawatan tidak langsung + penyuluhan
kesehatan = 119,25 Jam
Menentukan jumlah tenaga keperawatan pada ruangan
tersebut adalah langsung menggunakan rumus Gillles :

Keterangan :
A : rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B : rata-rata jumlah pasien per hati
C : jumlah hari/tahun
D : jumlah hari libur masing-masing perawat
E : jumlah jam kerja masing-masing perawat
F : jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per
tahun
G : jumlah jam kerja aktif pertahun
H : jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

Dari rumus diatas didapatkan hasil :

= 7,475 (dibulatkan menjadi 7 orang)


Keterangan :
Jadi jumlah tenaga menurut Gillies yang
dibutuhkan secara keseluruhan 7 orang/hari dan untuk
jumlah tenaga perawat yang ada diruangan Bedah saat
ini berjumlah 18 orang hal ini tidak sesuai berdasarkan
metode menurut Gillies.
Tabel 3.10 Daftar 10 penyakit terbanyak 3 bulan terakhir
di Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim
Tanjung
No Diagnosa Total

1 Hil 37

62
2 Diabetic Font 27
3 Abses Gluteus 7
4 Tumor Mamae 6
5 Impaksi Gigi 5
6 Apendiksitis 4
7 BPH 3
8 Hemoroid 3
9 CKR 2
10 CKB 1

Tabel 3.11 Tenaga Kerja Ruang Perawatan Bedah


RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung
No Nama Status Jabatan Pendidikan Pelatihan
1. Hendri PNS Karu S1 Kep.Ners Terlampir
Zakariya,
S.Kep., Ns
2. Kristina PNS PPJA S1 Kep.Ners Terlampir
S.Kep.,Ners
3. Ridatul PNS Staff DIII Terlampir
Fitriani, AMK Keperawatan
4. Eka Suyatmi, PNS Staff DIII Terlampir
AMK Keperawatan
5. Parida PNS Staff DIII Terlampir
Helyani, Keperawatan
AMK
6. Winawati, PNS Staff DIII Terlampir
AMK Keperawatan
7. Agus BLUD Staff S1 Kep. Ners Terlampir
Herlinawati,
S.Kep.,Ners
8. Nisa Resty BLUD Staff S1 Kep. Ners Terlampir
Jannata,
S.Kep.,Ners
9. Noorabidin BLUD Staff S1 Kep. Ners Terlampir
, S.Kep.,Ners
10. Isnani , BLUD Staff S1 Kep. Ners Terlampir
S.Kep.,Ners
11. Natalia BLUD Staff S1 Kep. Ners Terlampir
Isabela ,
S.Kep.,Ners
12. Bambang BLUD PPJA S1 Kep. Ners Terlampir
Wahyu R,
S.Kep.,Ners

63
13. Yulia Hastuti BLUD Staff S1 Kep.Ners Terlampir
S.Kep., Ners
14. Efad PNS Staff S1 Kep.Ners Terlampir
Febrianto,
S.Kep., Ners
15. M.Jimi BLUD Staff DIII Terlampir
Alfarin, Keperawatan
AMK
16. Sri Nikma BLUD Staff S1 Kep.Ners Terlampir
Norrida,
AMK
17. Laila BLUD Staff DIII Terlampir
Munazad, Keperawatan
AMK
18. Winda, BLUD Staff DIII Terlampir
AMK Keperawatan

Pelatihan yang diikuti beberapa staff Ruang Bedah


RSUD H.Badaruddin Kasim yaitu:
1. Pelatihan BTCLS

c. Bangunan, Sarana da Prasarana (Material- M2)


Proses manajemen sangat diperlukan adanya pengelolaan
fasilitas dan peralatan sebagai faktor pendukung atau penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan. Peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan merupakan semua bentuk alat kesehatan
atau peralatan lain yang dipergunakan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan untuk memperlancar pelaksanaan sehingga diperoleh
untuk tujuan pelayanan yang efisien dan efektif.
Konsep 5 M manajemen selalu dikaitkan dengan usaha
bersama sekelompok manusia, yang mana merupakan suatu
proses aktifitas guna mencapai sasaran atau telaah yang
direncanakan terlebih dahulu, untuk mencapai sasaran itu,
diperlukan sejumlah sarana, fasilitas atau alat yang disebut juga
sebagai unsur-unsur manajemen. Dikutip dari buku ibrahim lubis
mengemukakan lima unsur manajemen 5 M yaitu : Man, Materials,
Machines, Methods, Money.
1) Meterials (Bahan)

64
Material terdiri dari bahan setengah jadi (Raw material) dan
bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih
baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus
dapat menggunakan bahan atau materi-materi sebagai salah
satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan,
tanpa materi tidak akantercapai hasil yang dikehendaki (Azwar,
2019).
a) Tujuan manajmen material menurut Chity (2017)
Tujuan primer
i. Tepat harga
ii. Tinggi omset/kegunaan
iii. Rendah pengadaan dan biaya penyimpanan
Poin diatas adalah tehnik ilmiah dan sistem manajemen
yang berkaitan dengan perancanaan, pengorganisasian
dan pengendalian aliran material, dari pembelian awal
mereka ke tujuan yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen.

Adapaun tujuan manajemen material untuk mendapatkan :


i. Kualitas yang baik
ii. Kuantitas pasokan yang baik
iii. Waktu yang tepat
iv. Ditempat yang tepat
v. Untuk biaya yang tepat
vi. Kontinuitas pasokan
vii. Konsistensi dalam kualitas
viii. Hubungan dengan pemasok baik
ix. Pengembangan personil
x. Sistem informasi yang baik
Tujuan Sekunder
i. Peramalan dimasa depan
ii. Kerjasama yang baik
iii. Produk peningkatan standarisasi
iv. Membuat atau membeli keputusan
v. Baru bahan dan produk

65
vi. Timbal balik yang menguntungkan
b) Lingkup manajemen material / Bahan (Azwar, 2017)
Manajemen material / bahan mencakup semua kegiatan
yang berkaitan dengan transportasi dan pengiriman,
penentu rute dan transportasi dan perlatan penanganan
material, akuntabilitas dan penyimpanan barang. Ada dua
point penting dalam manajemen material yaitu :
Hal mengenai biaya
i. Penanaman efisienssi disegala kegiatan empat dasar
kebutuhan manajemen material dan bahan
ii. Untuk memiliki bahan yang memadai ditangan bila
diperlukan
iii. Untuk membayar harga serendah mungkin, konsistne
dengan kualias dan persayaratan nilai pembelian
bahan
iv. Untuk meminimalkan investasi persediaan
v. Untuk beroperasi secara efisien
Dasar prinsip manajemen material dan bahan efetif
manajemen dan pengawasan. Hal ini tergantung pada
fungsi manajerial
i. Perencanaan
ii. Mengorganisir
iii. Staffing
iv. Mengarahkan
v. Mengontrol
vi. Pelaporan
vii. Penganggaran
c) Unsur- unsur manajemen material
i. Permintaan estimasi
ii. Mengidentifikasi item yang diperlukan
iii. Hitung dari tren dalam konsumsi selama 2 tahun
terakhir
iv. Tinjau dengan keterbatasan sumber daya
d) Fungsional bidang manajemen materi / bahan
i. Pembelian

66
ii. Pusat layanan pasokan
iii. Toko-toko sentral
iv. Toko-toko percetaan
v. Apotik
vi. Perusahaan linen dan jasa
e) Keuntungan menggunakan manajemen
materal dan bahan
i. Kontrol dan persediaan menjadi lebih mudah
dan sederhana
ii. Jobs dalam administrasi berkurang jauh
iii. Berbagai maslah jadwal pengiriman, permintaan
darurat dan penyimpanan dapat diminimalkan
f) Lokasi dan denah ruangan
Ruang Bedah merupakan salah satu ruang perawatan
RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung, yang digunakan
mahasiswa keperawatan sebagai tempat pembelajaran
praktek manajemen keperawatan. Secara demografi
ruang ini berbatasan dengan :
a. Sebelah utara : Lahan Kosong
b. Sebelah Timur : Ruang IRNA
c. Sebelah Selatan : Ruang NICU
d. Sebelah Barat : Ruang OK dan CSSD
B T
e. Penataan gedung
S
Gambar 3.1 Denah Ruang Bedah

67
g) Fasilitas/ alat
Material merupakan peralatan penunjang yang
mendukung kelancaran daam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien secara kualitatif fasilitas yang
tersedia seharusnya harus sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Fasilitas dan alat kedokteran maupun
keperawatan dipenuhi dengan standar resmi yang telah

ditetapkan oleh masing-masing Rumah Sakit yang


sesuai dengan jenis pelayanan. Adapun yang harus
menjadi syarat/standar sebuah ruangan perawatan yang
baik antara lain:
1) Tenang
2) Terjaga kebersihannya
3) Sirkulasi udara dan cahaya baik
4) Luas ruangan cukup nyaman
5) Privasi terjaga
6) Memenuhi standar keamanan
h) Keadaan peralatan kesehatan yang ada di Ruang
Bedah:
Tabel 3.2 Alat kesehatan diRuang Bedah RSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung
Kondisi
No. Nama/jenis barang Merk/tahun Jumlah Rusak Rusak Ket
Baik
Ringan Berat

68
Helat,
1. Apron plastik india/APBD 3 0 0 3

Helat,
Bak instrumen
2. india/APBD 1 1 0 o
besar
Helat,
3. Bengkok india/APBD 2 1 0 1

Yamamoto
Giken,
5. Escraf 1 0 0 1
RRC/APBD

Tajimaco,
7. Gunting verban 1 1 0 0 CSSD
pakistan/APBD
Tajimaco,
8. Korentang pakistan/ 1 1 0 0
APBD
Everlight,
9. Lampu sorot 1 1 1 0
RRC/APBD
Helat, India
10. Pispot 2 0 0 2
APBD
Helat,
11. Pot Sputum india/APBD 1 1 0 1

Regulator Sharp, japan


12. 3 0 0 3
oksigen /APBD
Yamamoto
13 Penlight giken,RRC/AP 1 0 0 1
BD
AJM,
14 Standar infus Lokal/APBD 27 5 0

Litman,
Stetoskop
15 Germany 1 0 0 1
dewasa
/APBD
Tajimaco,
16 Spatel lidah pakistan/APBD 3 3 0 2

ABDN,
17 Tensimeter Lokal/APBD 1 0 0 1

Tajimaco,
Tempat
18. pakistan/APBD 1 1 0 0
korentang
SAM 12,
19 Suction portable england/APBD 1 0 1 0

69
OM,
Termometer lokal/APBD
20 1 0 0 1
axila

AJM,
lokal/APBD
21 Troli instrumen 1 1 0 0

Health,
Tromol kasa
22 india/APBD 1 0 1 0
besar
Health
Tromol kasa
23 india/APBD 1 0 1 0
tanggung
AJM,
24 Troli oksigen lokal/APBD 2 2 0 0

Health,
25 Urinal pot india/APBD 3 3 0 2

Yamamoto
Waskom
26 Giken, 3 3 0 2
Stainles
RRC/APBD
MAK,
27 Brankar indonesia/APB 1 1 0 0
D
Polimedical,
28 Lemari malam indonesia/APB 18 0 18 1
D
Poli
29 Ranjang pasien medikal/APBD 19 14 2 3

Poli
30 Bed pasien besi medikal/APBD 1 1 0 0

Corona
31 Kursi roda indonesia/BLU 4 3 1 0
D
IBS, indonesia/
32 Standar infus 7 7 0 0
BLUD
33 Google bening BLUD 1 1 0 0
Bronchoscopy Richard wolf,
34 1 1 0 0
set Germany
Monitor Sony/Hibah
35 1 1 0 0
Bronchoscopy Dinkes
Leonardo, AMI
36 Monitor 5 lead italia/ Hibah 1 1 0 0
Dinkes
37 Oximetry set Mediad/Hibah 1 1 0 0

70
Dinkes
Medela/ Hibah
38 Suction 1 0 0 0
Dinkes
Meja Instrumen
39 Hibah Dinkes 1 1 0 0
Bronchoscopy
One
Regulator
40 med/Sharp 12 0 0 12
Oksigen
APBD
Lemari MAK,
41. 1 1 0 0
instrumen indonesia
Manual
Besmed,
42 resusitasi 1 1 0 0
indonesia
dewasa
Yamamoto,
Timbangan berat
43 Gilen/ BLUD 1 1 0 0
badan
Tensi meter Rister/ APBD
44 1 0 0 1
duduk
Nebulazer Philip/ APBD
45 1 1 0 0
Family
Nebulazer kom Omron/ APBD
46 1 1 0 0
air
Amez/ APBD
47 Laringoscope 1 1 0 0
48 Apron kain APBDP 4 4 0 0
Tromol kasa Meiden/
49 1 1 0 0
kecil APBDP
ABN/ APBDP
50 Stetoskop adult 1 1 0 0
51 Hot water botle APBDP 2 0 0 2
Meiden/
52 Bengkok 2 1 0 1
APBDP
Meiden/
53 Klem sirugis 1 1 0 0
APBDP
Meiden/
54 Tong saptel 2 2 0 0
APBDP
Meiden/
55 Korentang 1 1 0 0
APBDP
Alba/ APBDP
56 Stopwatch 1 1 0 0
Meiden/
57 Bedah minor set 1 1 0 0
APBDP
Klem bengkok Meiden/
58 2 2 0 0
lancip APBDP
Meiden/
59 Sputum set 2 2 0 0
APBDP
Bak instrumen Meiden/
60 2 2 0 0
besar APBDP

71
ABN/ APBDP
61 Penlight 1 0 1 0
Sharp/ APBDP
62 Urinal 2 2 0 0
Regulator Sharp/ APBDP
63 1 1 0 0
oksigen
Nedlezap,
64 Nedle destroyer USA/ Dinkes 1 1 0 0

Medizintechnic
65 Diagnostic set seit 1890/ 1 1 0 0
Dinkes
Suction Ordisi SA
66 Continous 2 A178/ BLUD 1 1 0 0
tabung
D5 1000/ BLUD
67 Pulse oximetri 1 0 1 0
68 Urinal pot Health, India 2 1 0 1
Nebulezer Kom
69 Omron 2 1 0 2
Air
70 Pispot Helat, india 2 2 0 0
71 Kursi lipat kuliah Chitos 6 0 0 6
Steril lamp
72 2 2 0 1
MUV6D
73 Syringe pump BBraun, 1 0 1 0
Mini Dc,
74 Suction portable 1 1 0 0
Japan/ BLUD

Regulator Sharp/ APBD


75 10 10 0 0
oksigen
Regulator Sharp, japan/
76 5 5 0 0
oksigen BLUD
Litman, USA/
77 stestoscope 1 1 0 0
BLUD
Erka,
78 Stetoscope Germany/ 1 1 0 0
BLUD
Tensimeter Erka Germany/
79 1 1 0 0
duduk BLUD
Iumed, Italy/
80 ECG 1 1 0 0
APBD
Agila ID/
81 Syringe pump 2 2 0 0
BLUD
Presesrius/
82 Infus pump 1 1 0 0
BLUD
Tensimeter Riestar/ BLUD
83 2 2 0 0
Raksa

72
Jumper/
84 Pulse Oximeter 5 5 0 0
BLUD
Philip/ BLUD
85 Nebulizer 4 3 0 1
Camry/ BLUD
86 Timbangan BB 1 1 0 0
Suction Ordisi LA-78/
87 1 1 0 0
Continous BLUD
Tensimeter ERKA/ BLUD
88 1 1 0 0
Standing

i) Selain alat kesehatan Ruang Bedah juga mempunyai


alat-alat rumah tangga yang sudah memenuhi
standarisasi dari perawatan, sebagai berikut:

Tabel 3.3 Alat rumah tangga di ruang Bedah RSUD


H.Badaruddin Kasim Tanjung
Kondisi Keterangan
No. Nama/jenis barang Merk/tahun Jumlah Rusak Rusak
Baik
Ringan Berat
Panasonic, Lokal/ 1
1. Lampu emergency 1 0 0
APBD
2. Sentar Besar Panasonic Lokal/ 1 0 0 1
APBD
Poli Medikal/ APBD 0
3. Lemari Malam 18 0 18
4. Bed pasien Poli Medikal/ APBD 18 18 0 0

0
Bak sampah medis besar
5. Maspion/ BLUD 4&1 4&1 0
& kecil

Maspion/ APBD
6. Kipas angin 12 0 0 12
0
7. AC LG 3 3 0
8. Horden pasien 67 67 0 0
9. Lemari linen APBD 3 3 0 0
10. Seprai APBD 23 23 0 0
11. Sarung bantal APBD 23 23 0 0
12. Bantal APBD 20 20 0 0
13 Meja perawat APBD 6 6 0 0
Chitose/ APBD 0
14 Kursi perawat 10 10 0
15 Kursi tamu Ligna Furnitur 1 1 0 0
Tempat sampah non 0
16 APBD 2 2 0
medis
17 White Board besar 1 1 0 0

73
Hp Omni 200 PC 0
18. Komputer set hp 1 1 0
APBD
19 UPS 600 Ersys APBD 1 1 0 0
Canon LBP 2900 0
20 Printer 1 1 0
APBD
21 Lemari box BLUD 1 1 0 0
22 Wastapel 1 1 0 0
23 Wastapel rumah tangga 1 1 0 0
Tempat sampah kecil Yutaka, indonesia/ 0
24 4 4 0
non medis BLUD
Lion Star/ BLUD 4
25 Tempat sampah medis 4 0 0
Aluminium/ BLUD 3
26 Jemuran handuk 3 0 0
27 Jemuran handuk Plsatik
28 Sprei hijau Kain 15 15 0 0
29 Sarung bantal Kain 15 15 0 0
30 Kursi kerja Indachi APBD 1 0 0 0
Thosiba Glacio/ 0
31 Kulkas 1 1 0
BLUD
32 Tv 21 inchi Sharp/ BLUD 1 1 0 0
33 Dispenser Miyako 1 0 0 1
Bak besar(tempat linen 0
34 Plastik/ BLUD 2 2 0
kotor)
Vivo Kayu/ BLUD 0
35 Rak TV 1 1 0
Maspion/ BLUD 1
36 Jam dinding 1 0 0
Bak sampah besar non Maspion/ BLUD 0
37 10 10 0
medis
38 Antena TV BLUD 1 1 0 0
Canon MG2570/ 0
39 Printer 10 10 0
BLUD
Maspion/ BLUD 0
40 Kipas angin dinding 9 9 0
Samsung/ BLUD 0
41. TV LED 3 3 0

j) Fasilitas untuk petugas kesehatan


i. Ruang kepala Ruangan
Ruang Bedahmemiliki 1 ruang kepala ruangan
yang terletak tepat diantara ruangan perawat dan
ruangan obat, terpisah dari ruangan perawat
lainnya, ruang kepala ruangan memiliki wc yang
bersih.
ii. Nurse Station

74
Ruang Bedahmemiliki 1 ruang Nurse Station yang
berada di tengah ruangan tepat didepan ruang
kepala ruangan, ruang obat dan ruang non
infeksius.
iii. Ruang perawat
Ruang Bedahmemiliki 1 ruang perawat, tersedia
kamar mandi atau WC dengan keadaan bersih
iv. Administrasi
Ruang Bedahmemiliki 1 tempat administrasi yang
terletak didepan ruang obat
v. Ruang Alat
Ruang Bedahmemiliki 1 buah ruang alat yang
terletak di samping ruang kantin.

vi. Ruang rawat inap


Ruang rawat inap di Ruang Bedahhanya tersedia
kelas 3 yang terbagi pada 4 kamar yaitu kamar A,
B, C, D dan E ruang A sebagai ruang Non
Infeksius dan ruang B, C, D dan E sebagai ruang
Infeksius
vii. Ruang troli
Ruang Bedahmemiliki 1 buah ruang troli tepat
disamping ruang penyimpanan tabung oksigen
viii. Ruang penyimpanan tabung oksigen
Ruang jamrub mempunyai 1 buah ruang
penyimpanan tabung oksigen tepat di samping
kamar E
k) Consumable (obat-obatan dan bahan habis pakai)
Tersedia obat-obatan emergency diruang tindakan
perawatan Bedah, obat tersimpan di dalam trolly
emergency. Terdapat bahan habis pakai seperti
handscoon, masker, kapas, kassa, dan lain-lain yang
optimal yang tersimpan di lemari.
l) Administrasi penunjang
Tabel 3.4. Administrasi Penunjang

75
No. Administrasi penunjang Ada Tidak ada
1. Buku pemeriksaan tanda-tanda √
vital
2. Formulir pemeriksaan radiologi √
3. Formulir catatan pemberian dan √
pemantauan obat

4. Formulir catatan perkembangan √


pasien terintegritas
5. Surat pernyataan APS √
6. Grafik vital sign √
7. Formulir transfer pasien √
8. Formulir pemeriksaan diagnostik √
9. Formulir pemberian informasi √
dan penolakan tindakan
10. Formulir pindah ruang √
11. Lembar konsultasi √
12. Formulir persetujuan pemberian √
dan produk
13. Formulir monitoring pemberian √
transfusi
14. Formulir rujukan pasien √
15. Formulir penyerahan jenazah √
16. Formulir serah terima antar √
ruangan
17. Formulir resiko jatuh √
18. Buku standar operasional √
prosedur
19. Buku Standar asuhan √
Keperawatan
20. Formulir assesment pasien √
terminal
21. Formulir persetujuan anastesi √
22. Buku Diet √
23. Blanko radilogi √
24. Buku pesanana kamar √
25. Formulir pemantauan suhu √
ruangan penyampaian

76
26. Leaflet tersedia:
a. Pelayanan prima
b. Penyakit paru obstruksi
kronis
c. Infeksi saluran
pernafasan akut
d. Daftar diet tinggi kalori
dan tinggi protein
e. Edukasi makanan dari
luar rumah sakit
f. Tablet tambah darah
g. Etika batuk dan bersin

m) Permasalahan sarana dan prasana Ruang Bedah


i. Struktur organisasi yang belum di perbaharui
ii. Denah ruangan yang belum diperbaharui
iii. Belum ada keterangan penanda pada Bed pasien
iv. Kurangnya leaflet tentang jenis-jenis penyakit paru

d. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (Method- M3)


1. Penerapan MAKP
Sistem MAKP suatu kerangka kerja yang
mendefnisikan empat unsur, yakni: standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah
tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan
akan menentukan kualitas produksi/ jasa layanan
keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut
sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen,
maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam
memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud
(Nursalam, 2016). Sistem Metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) terdiri dari fungsional, tim, primer dan
modifkasi.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di
Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung, model

77
asuhan keperawatan di Ruang Bedah adalah Metode Tim,
yaitu suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat professional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sekelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif. Model Tim didasarkan pada
keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu
asuhan keperawatan meningkat. Jumlah perawat yang ada
di Ruang Bedah sebanyak 18 orang dengan pembagian 1
Kepala Ruangan dan 2 PPJA. Masing-masing PPJA
membawahi 9 orang perawat pelaksana.
2. Timbang Terima
Menurut Nursalam (2017) definisi timbang terima
adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan
sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas,
dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Berdasarkan hasil observasi tanggal 10 sampai 15
Januari 2022, timbang terima yang dilakukan di Ruang
Bedahdilaksanakan setiap pergantian shift di nurse station
yang dipimpin oleh ketua tim. Pelaksanaan timbang terima
dilakukan sebanyak 3 kali sesuai jadwal pergantian dinas,
yaitu pukul 08.00 WITA (dinas malam ke dinas pagi), pukul
14.30 WITA(dinas pagi ke dinas siang), dan pukul 21.00
WITA (dinas siang ke dinas malam). Beberapa kelebihan
timbang terima di Ruang Bedah adalah timbang terima
dipimpin oleh ketua Tim. Hasil timbang terima sudah
meliputi SBAR, yaitu nama, ruangan pasien, diagnose
medis, dan kondisi pasien. Masalah keperawatan intervensi
yang telah atau belum dilakukan secara rinci. Namun,

78
didapatkan kelemahan pada timbang terima di Ruang
Bedah, yaitu timbang terima hanya dilakukan di nurse
station saja tanpa dilakukan di kamar pasien.

3. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan metode untuk
menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien dengan melibatkan
tim keperawatan, kepala ruangan, dokter, ahli gizi, dan
melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan
(Nursalam, 2015).
Berdasarkan penjelasan dari ketua tim dan perawat
rawat inap Bedah bahwa ronde keperawatan tetap
dilaksanakan.

4. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana
seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien
diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2011).
Penanggungjawab pengelolaan obat di Ruang
Bedahdi kelola oleh bagian farmasi. Dari hasil observasi di
Ruang Bedah didapatkan sentralisasi obat di Ruang
Bedahs udah berjalan dengan baik, obat- obatan pasien
disimpan diruangan khusus dan dalam lemari khusus yang
sudah dipisahkan sesuai nama, nomor rekam medis, dan
tanggal lahir pasien. Sentralisasi obat sudah mengikuti alur
yang sesuai yaitu berada diapotik kemudian tenaga teknis
farmasi menyiapkan dan mengantar obat dengan prinsip
ODD (Pemakaian obat sekali pakai)/pasien langsung
keruangan kemudian diterima oleh perawat dan perawat
melakukan pemeriksaan kembali dimana 5 Benar Obat
(Benar pasien, Benar Obat, Benar dosis, Benar rute, Benar
waktu) dan 1W (waspada efek samping), pengaplusan obat
dilakukan sesuai dengan standard operasional yang ada

79
dirumah sakit. Disetiap obat yang akan diberikan terdapat
label (identitas pasien, NRM, nama obat, dosis obat, jam
pemberian).

5. Penerimaan Pasien Baru


Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam
menerima kedatangan pasien baru pada suatu ruangan.
Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal
mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis dan tata
tertib ruangan (Bakri,2017).
Tabel 3.16. Tabel SOP Penerimaan Pasien Baru
Pengertian Menerima pasien untuk di rawat sesuai ketentuan
yang berlaku diruang rawat inap.
Tujuan Sebagai acuan dalam protap perawatan dasar
langsung.
Kebijakan Dilakukan pada setiap pasien baru yang akan
masuk ke ruang rawat inap.

Prosedur Kerja 1. Pasien dan keluarga diterima dengan ramah


2. Lihat kondisi pasien( bias berdiri,duduk atau
berbaring)
3. Pasien dipindahkan dari kursi roda/brancard
ketempat tidur.
4. Selanjutnya lakukan pengkajian data melalui
anamnesa,pemeriksaan fisik dan tanda-tanda
vital serta pemerikaan diagnostic.
5. Laporkan pasien pada penanggung jawab
ruangan.
6. Pasien dan keluarga diberi penjelasan
tentang tata tertib yang berlaku di ruang rawat
inap serta orientasi keadaan ruangan/fasilitas
yang ada.
7. Mencatat data dari hasil pengkajian pada
catatan medic dan catatan perawat pasien.
8. Memberitahukan prosedur
perawatan/tindakan yang segera dilakuakn

Unit Terkait 1. Unit keperawatan terksit


2. Perawat jaga
3. Pasien

Berdasarkan wawancara Katim Ruang Bedah dan


observasi, didapatkan bahwa pada saat penerimaan pasien
baru diRuang Bedah, perawat memperkenalkan diri dan

80
memperkenalkan tenaga medis lain kemudian menjelaskan
tata tertib, hak dan kewajiban pasien, memberikan
informasi terkait tindakan dan perawatan selama diruangan
kepada keluarga/wali pasien. Untuk pasien yang masuk
rawat inap dari poli dan IGD, maka akan dilakukan
penerimaan pasien baru di nurse station sedangkan pasien
langsung dimasukkan keruangan untuk meminimalkan
kontak dengan pasien. Setelah diberikan semua informasi
tersebut, perawat melakukan pendokumentasian berupa
lembar persetujuan yang ditandatangani oleh pasien/wali
pasien dan perawat.

6. Discharge Planning
Discharge planning merupakan konsep
berkesinambungan guna menyiapkan perawatan mandiri
pasien pasca inap. Proses identifikasi dan perencanaan
dan kebutuhan berkelanjutan pasien ditulis guna
memfasilitasi pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan
ke lingkungan lainnya agar tim kesehatan memiliki
kesempatan yang cukup untuk melaksanakan discharge
planning. Discharge planning dapat tercapai bila prosesnya
terpusat, terkoordinasi dan terdiri dari berbagai disiplin ilmu
untuk perencanaaan perawatan berkelanjutan pada pasien
setelah meninggalkan rumah sakit. Sasaran pasien
diberikan perawatan pasca rawat inap adalah mereka yang
memerlukan bantuan selama masa penyembuhan dari
masa akut untuk mencegah atau mengelola penurunan
kondisi akibat penyakit kronis. Petugas yang
merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan
berkelanjutan merupakan staf rumah sakit yang berfungsi
sebagai konsultan untuk proses discharge planning dan
fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan,
memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan serta
mengimplementasikan discharge planning. Misalnya,

81
pasien yang membutuhkan bantuan sosial, nutrisi,
keuangan, psikologi, transportasi inap (Nursalam, 2016).
Prosedur Discharge Planning (Perry & Potter,2005) terdiri
dari:
a) Pengkajian
Proses pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data
yang berhubungan dengan pasien (Pery & potter,
2005).
1) Pengkajian dilakukan sejak waktu penerimaan
pasien, tentang kebutuhan pelayanan kesehatan
untuk pasien pulangdengan menggunakan riwayat
keperawatan, rencana keperawatan, dan
pengkajian kemampuan fisik dan fungsi kognitif
yang dilakukan secara terus menerus.
2) Mengkaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk
pasien dan keluarga yang berhubungan dengan
proses penyakit, obatan-obatan, prosedur cara
perawatan, pencegahan faktor resiko dihindarkan
akibat gangguan atau hal-hal yang harus
kesehatan yang dialami, dan komplikasi yang
mungkin terjadi.
3) Bersama pasien dan keluarga, mengkaji
lingkungan rumah sehingga mengganggu
perawatan (fasilitas faktor-faktor rumah, kamar
mandi)
4) Berkoordinasi dengan dokter dan disiplin ilmu yang
lain, mengkaji perlunya rujukan untuk
mendapatkan perawatan di rumah atau di tempat
pelayanan yang lain atau support sistem.
5) Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan
larangan yangh berhubungan dengan masalah
kesehatan tersebut atau pemahaman
pasien terhadap penjelasan dari fisioterapi dan ahli
gizi.

82
6) Konsultasi dengan tim kesehatan lain tentang
berbagai kebutuhan pasien setelah pulang

b) Diagnosa Keperawatan
Bersifat individu sesuai dengan kebutuhan pasien.
Disusun setelah melakukan pengkajian discharge
planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan
pasien dan keluarga.Disusun sesuai sesuai
problem,support sistem, etiologi dengan menentukan
tujuan yang relevan yaitu :
1) Pasien akan memahami masalah masalah dan
implikasinya
2) Pasien mampu memenuhi kebutuhan individunya
3) Lingkungan rumah akan menjadi aman
4) Tersedia sumber perawatan kesehatan dirumah
c) Perencanaan berfokus pada kebutuhan pengajaran
yang baik untuk persiapan pulang, yang disingkat
dengan METHODE
d) Implementasi discharge planning adalah pelaksanaan
rencana pengajaran yang diberikan harus
didokumentasikan pada catatan perawat dan dan
tertulis dan ringkasan pulang berupa instruksi
demonstrasiulang yang memuaskan dilaksanakan
sehari sebelum pasien pulang.
e) Evaluasi Sangat penting dilakukan dalam proses
pemulangan yang digunakan untuk persiapan pasien
pulang, perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan
pelayanan yang sesuai. Perencanaan Debit Alur
(Nursalam, 2017)
Tabel 3.17. Pelaksanaan dan Dokumentasi Discharge
Planning di Ruang BedahRSUD H.Badaruddin Kasim
Tanjung
No. Nilai Aspek yang Jumlah Presentasi
dinilai

83
1. Tidak pernah 0 0
dilakukan
2. Kadang dilakukan 0 0
3. Dilakukan 0 0
4. Selalu dilakukan 5 100
TOTAL 5 100%
Sumber : Data primer Januari 2022

Berdasarkan tabel diatas, dari hasil observasi pada


5 orang perawat didapatkan hasil bahwa 5 orang
perawat (100%) di Ruang Bedah melakukan discharge
planning sejak awal pasien masuk sampai pasien
diperbolehkan pulang ke rumah.

7. Supervisi Keperawatan
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan
dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan
oleh supervisor mencakup masalah pelayanan
keperawatan, masalah ketenagakerjaan dan peralatan agar
pasien mendapatkan pelayanan yang bermutu setiap saat
(Nursalam, 2015).
Tabel 3.18. Pelaksanaan Supervisi di Ruang BedahRSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung
No. Nilai Aspek yang Jumlah Presentasi
dinilai

1. Tidak pernah 0 0
dilakukan
2. Kadang dilakukan 5 100%
3. Dilakukan
4. Selalu dilakukan
TOTAL 5 100%
Sumber : Data primer Januari 2022

Dari tabel diatas, didapatkan hasil wawancara yang


dilakukan kepada 5 orang perawat (100%) menyatakan
kadang dilakukan supervisi oleh Kasi Keperawatan

84
sedangkan supervisi oleh Supervisi dilakukan secara tidak
langsung dan tidak langsung.
Dari hasil observasi tanggal 14 Januari 2022diRuang
Bedah bahwa supervisi dilakukan oleh Kasi Keperawatan.

8. Dokumentasi Keperawatan
Hasil evaluasi penerapan standar asuhan
keperawatan (Instrumen A) di Ruang BedahRSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung dapat diobservasi 5 rekam
medis yang dapat dilihat dibawah ini :
a) Pengkajian
Tabel 3.19. Pengkajian SAK di Ruang Bedah RSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung
No. Nilai Aspek yang Kegiatan Keterangan
dinilai
1. Mencatat data yang √ 10
dikaji sesuai dengan
pedoman pengkajian
2. Data dikelompokkan √ 10
(bio-psiko-
sosiospiritual)
3. Data dikaji sejak pasien √ 10
masuk sampai pulang
4. Masalah dirumuskan √ 10
berdasarkan
kesenjangan antara
status kesehatan
dengan norma dan
pola fungsi kehidupan
Total Kegiatan Yang 40
Dilakukan
TOTAL 100
Sumber : Data primer Januari 2022

b) Diagnosa
No. Nilai Aspek yang dinilai Jumlah Presentasi

1. Diagnosa keperawatan √ 10
berdasarkan masalah
yang telah dirumuskan

85
2. Diagnose keperawatan √ 10
mencerminka PE/PES
3. Merumuskan diagnose √ 10
keperawatan
actual/potensial
Total Kegiatan Yang 30
Dilakukan

TOTAL 100
Sumber : Data primer Januari 2022

c) Perencanaan
No. Nilai Aspek yang dinilai Jumlah Presentasi

1. Berdasarkan diagnose √ 9
keperawatan
2. Disusun menurut urutan √ 10
prioritas
3. Rumusan tujuan √ 10
mengandung komponen
pasien/ subyek,
perubahan, perilaku,
kondisi pasien dan atau
kriteria
4. Rencana tindakan √ 10
mengacu pada tujuan
dengan kalimat perintah,
terinci dan jelas atau
melibatkan
pasien/keluarga
5. Rencana tindakan √ 10
menggambarkan
keterlibatan
pasien/keluarga
6. Rencana tindakan √ 10
menggambarkan kerja
sama dengan tim
kesehatan lain
Total Kegiatan Yang 59
Dilakukan
TOTAL 98,3
Sumber : Data primer Januari 2022

d) Tindakan
No. Nilai Aspek yang Jumlah Presentasi
dinilai

86
1. Tindakan dilaksanakan √ 10
mengacu pada rencana
perawatan
2. Perawat mengobservasi √ 10
respon pasien terhadap
tindakan keperawatan
3. Revisi tindakan √ 10
berdasarkan hasil
evaluasi
4. Semua tindakan yang √ 10
telah dilaksanakan
dicatat ringkas dan jelas
Total Kegiatan Yang 40
Dilakukan
TOTAL 100

Sumber : Data primer Januari 2022

e) Evaluasi
No. Nilai Aspek yang Jumlah Presentasi
dinilai
1. Evaluasi mengacu √ 10
pada tujuan
2. Hasil evaluasi dicatat √ 10
TOTAL 100
Sumber : Data primer Januari 2022

Tabel 3.20. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Penerapan


SAK (Instrumen A) di Ruang Bedah RSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung
No. Askep yang dinilai Persentase (%)

1. Pengkajian 100

2. Diagnose keperawatan 100

3. Perencanaan 98,3

4. Tindakan keperawatan 100

5. Evaluasi 100

Rata- rata 99,66 %

Sumber : Data primer Januari 2022

87
Berdasarkan hasil observasi dari rekam medis
pasien di Ruang Bedah didapatkan bahwa rata-rata
rekapitulasi standar asuhan keperawatan 99,66%.
Berdasarkan 10 penyakit terbanyak selama 1 bulan
terakhir di Ruang BedahRSUD H.Badaruddin Kasim
Tanjung, yaitu:
a. Hernia
Diagnosa
1. Pra Op
- Kurang pengetahuan
- Ansietas
2. Intara Op
- Resiko tinggi terhadap cedera
- Resiko tinggi terhadap infeksi
- Resko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh
b. BPH
Diagnosa
1. Pra Op
- Perubahan Pola Elominasi
- Gangguan Rasa Nyaman
- Ansietas
2. Paska Op
- Potensial Terjadinya Infeksi
- Potensial berkurangnya fungsi seksual
- Gangguan keseimbangan tubuh
c. Trauma Kepala
Diagnosa
- Nyeri
- Resiko tinggi ketidak efektifan bersihan jalan nafas
- Resiko tinggi terhadap Kerusakan penatalaksaan
pemeliharaan di rumah
d. Hemoroid
Diagnosa
1. Pre Op

88
- Potensial Pemenuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
- Perubahan Rasa Nyaman
- Kurang nya personal higiene
2. Pos Op
- Potensial Jalan nafas tidak efeksi
- Perubahan rasa nyaman
e. DM Food
f. Abses Gluteus
g. Tumor Mamae
h. Infaksi Gigi
i. Apendiksitis
j. CKR
k. Pembiayaan (Money- M4)
Berdasarkan informasi yang didapat mngenai
pembayaran gajih perawat yang sudah PNS, diatur oleh pihak
pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Sedangkan untuk
pembayaran gajih non PNS diatur oleh pihak Rumah Sakit
sendiri, yang langsung dikelola oleh pihak keuangan RSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung.
Untuk anggaran pemasukan ruangan didapat dari
anggaran perencanaan belanja daerah (APBD) dan BLUD.
Kemudian dikelola oleh pihak RSUD H.Badaruddin Kasim
Tanjung. RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung. merupakan
salah satu Rumah Sakit Daerah yang bekerjasama dengan
jaminan kesehatan BPJS dan jaminan kesehatan lainnya.
Perawatan yang berlaku saat ini sesuai kelas perawatan di
Ruang Bedah ada kelas III dan Isolasi.

Tabel 1.1 Distribusi Tarif Pelayanan Rawat Inap Ruang Bedah


RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung Tahun 2022
Kelas Tarif Ruangan Visite Dokter Spesialis Visite Dokter
Umum
Kelas III 60.000/malam 60.000/visite 25.000/visite

Isolasi 60.000/malam 60.000/visite 25.000/visite

89
Sumber : Data Primer Ruang BedahRSUD H.Badaruddin Kasim
Tanjung.

Tabel 1.2. Distribusi Gaji Pokok Perawat di Ruang Rawat Inap


Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung Tahun
2022
No Pendidikan Status Kepegawaian Gaji Pokok

1 D3 Keperawatan 1.800.000 /bulan

2 D3 Keperawatan Gol IIIb 3.000.000 /bulan

3 D3 Keperawatan Gol IIIc 3. 500.000


/bulan

4 D3 Keperawatan Gol IIId 3. 600.000


/bulan

6 S1 Keperawatan+Ners Gol IIIc 3.300.000 /bulan

7 S1 Keperawatan+Ners Gol IIId 3. 500.000


/bulan

8 S1 Keperawatan+Ners NON PNS 1. 700.000


/bulan

9 D3 Keperawatan NON PNS 1.700.000


/bulan

Sumber : Data Primer Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim


Tanjung

l. Marketing/mutu (M5)
Mutu pelayanan keseluruhan adalah derajad dipenuhi
kebutuhan masyarakat atau perorangan terhadap asuhan
keperawatan yang sesuai dengan standar profesi yang baik
dengan pemanfaatan sumber daya wajar, efisien, efektif, dalam
keterbatasan secara aman dan memuaskan pelanggan sesuai

90
dengan norma dan etika yang baik (Azrul Azhar dalam buku
Bustami MS, MQIH, 2011).
Dilihat dari data status pasien, pelanggan yang
menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung. Perawat memberikan pelayanan
seoptimal mungkindengan memberikan pelayanan secara
paripurna, sehingga pelayanan diruangan layak untuk
dipromosikan sebagai bahan pemasaran untuk mencari
pelanggan, sehingga diperlukan adanya upaya-upaya
penjaminan mutu pelayanan keperawatan
a. Jumlah Pasien Yang Dirawat
Jumlah pasien yang dirawat di ruangan Bedah RSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung dari tanggal 10 Januari
sampai dengan 15 Januari 2022 sebagai berikut
No Kelas Kamar Jumlah pasien masuk Jumlah pasien keluar
1 III 6 4

Total 6 4

Sumber: Data Sekunder Ruang Bedah RSUD


H.Badaruddin Kasim Tanjung 10 Januari -15 Januari 2022.

b. Indikator Pencegahan Infeksi Nosokomial


1) Angka Flebitis
Berdasarkan observasi yang kami lakukan pada
tanggal 10 Januari sampai dengan15 Januari 2022 dari
6 orang pasien yang di rawat inap di Ruang Bedah
RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung didapatkan data
kasus flebitis sebanyak 0 orang (0%) kasus flebitis.
2) Angka Dekubitus
Berdasarkan observasi yang kami lsakukan pada
tanggal 10 Januari sampai dengan15 Januari 2022
dari 6 orang pasien yang di rawat inap di Ruang Bedah
RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung didapatkan data
kasus dekubitus sebanyak 0 orang (0%) kasus
dekubitus.
3) Angka Infeksi Saluran Kemih

91
Berdasarkan observasi yang kami lakukan pada
tanggal 10 Januari sampai dengan15 Januari 2022
dari 6 orang pasien yang di rawat inap di Ruang Bedah
RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung didapatkan data
kasus infeksi saluran kemih sebanyak 0 orang (0%)
kasus infeksi saluran kemih.

c. Patient Safety (Keselamatan Pasien)


1) Ketepatan Identifikasi Pasien
Dari hasil observasi tanggal 10 Januari sampai
dengan15 Januari 2022 terhadap 10 orang perawat
yang ada di Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim
Tanjung didapatkan data kepatuhan perawat dalam
mengidentifikasi pasien terdapat 13 orang perawat
(100%) yang menanyakan identitas pasien seperti,
nama lengkap, tanggal lahir, dan rekam medik pada
pemberian obat maupun ketika melakukan tindakan
keperawatan.
2) Pengurangan Resiko Infeksi
Semua petugas di Rumah Sakit termasuk dokter
melakukan kebersihan tangan sesuai dengan lima
moment yang telah ditentukan, yakni:
a) Sebelum kontak dengan pasien
b) Sebelum melakukan tindakan aseptic
c) Sesudah kontak dengan pasien/ melakukan
tindakan
d) Sesudah terkena cairan tubuh pasien
e) Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Ada dua cara cuci tangan:
a) Handwash dengan sabun dan air mengalir dengan
lama waktu 40-60 detik
b) Handcrub dengan gel berbasis alcohol dengan
lama waktu 20-30 detik

Kepatuhan Cuci Tangan Pada Perawat

92
No Five Moment Melakukan Tidak Total
Melakukan
1 Sebelum kontak 10 orang 0 orang (0%) 10 orang
dengan pasien (100%)
2 Sebelum melakukan 10 orang 0 orang (0%) 10 orang
tindakan aseptic (100%)
3 Sesudah kontak 10 orang 0 orang (0%) 10 orang
dengan (100%)
pasien/melakukan
tindakan
4 Sesudah kontak 10 orang 0 orang (0%) 10 orang
dengan cairan tubuh (100%)
pasien
5 Sesudah kontak 10 orang 0 orang (0%) 10 orang
dengan lingkungan (100%)
sekitar pasien
Total Rata-rata 100% 0% 100%
Sumber: Data Primer tanggal 10 Januari sampai dengan15 Januari 2022
di Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung

Dari hasil observasi pada tanggal 10 Januari


sampai dengan15 Januari 2022, kepatuhan cuci
tangan terhadap 13 orang perawat di Ruang Bedah
RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung didapatkan
perawat yang mencuci tangan sebelum kontak dengan
pasien sebanyak 13 orang perawat (100%) melakukan,
sebelum melakukan tindakan aseptic sebanyak 10
orang perawat (100%) melakukan, sesudah kontak
dengan pasien/melakukan tindakan 13 orang (100%),
sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien 13 orang
perawat (100%) melakukan, dan sesudah kontak
dengan lingkungan sekitar pasien 13 orang perawat
(100%) melakukan.
3) Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
Penilaian resiko jatuh dilakukan saat pengkajian awal
dengan menggunakan metode pengkajian resiko jatuh
yang telah ditetapkan oleh RSUD H.Badaruddin Kasim

93
Tanjung. Penilaian resiko jatuh pada pasien dewasa
(18-59 tahun) menggunakan Morse Fall Scale
sedangkan pada lansia (>60 tahun) menggunakan
Scoring Ontario Scale. Pengkajian tersebut dapat
dijadikan dasar pemberian rekomendasi kepada dokter
untuk tatalaksana lebih lanjut. Perawat memasang pin
resiko jatuh berwarna kuning yang di pasang di gelang
pasien dan mengedukasi pasien atau keluarga maksud
dari pemasangan pin apabila pasien beresiko jatuh
sedang atau tinggi.

Penilaian Resiko Jatuh Morse Fall Scale (MFS) Usia 18-58 tahun
No Faktor Resiko Temuan MFS Jumlah
Hasil
Observasi
1 2
1 Riwayat Jatuh Ya 25
0 0
Tidak 0
2 Diagnosis Sekunder, Ya 15
0 15
(> 1) Tidak 0
3 Alat Bantu Perabot 30
Tongkat/alat 15
penopang
0 0
Tidak ada kursi 0
roda/ tirah
baring
4 Terpasang Infus Ya 20
20 20
Tidak 0
5 Gaya Berjalan Terganggu 20
Lemah 10
Normal/ tirah 0 0 0
baring
Imobilitas
6 Status Mental Sering Lupa 15
Keterbatasan
0 0
Diri
Orientasi Baik 0

94
Total 20 35

Keterangan:
Resiko tinggi : >45
Resiko Sedang : 25-44
Resiko Rendah : 0-24

Dari hasil observasi pada tanggal 10 Januari


sampai dengan15 Januari 2022, penilaian resiko jatuh
dari 6 pasien kelolaan yang dirawat di Ruang Bedah
RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung yang masuk
dalam aktegori penilaian Morse Fall Scale (MFS)
didapat resiko rendah sebanyak 1 orang (50%) dan
resiko sedang sebanyak 1 orang (50%). Perawat di
Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung
sudah sangat memperhatikan keselamatan pasien,
seperti menjelaskan kepada keluarga untuk selalu
mendampingi pasien, dan perawat selalu menaikan
bed rail setelah melakukan tindakan dan sebelum
meninggalkan pasien.

Keterangan
No Parameter Skrining Jawaban
Nilai
Riwayat Apakah pasien datang Salah satu
Ya/Tidak
1 Jatuh kerumah sakit karena jatuh? jawaban
Jika tidak, apakah pasien
mengalami jatuh dalam 2 0
    bulan Ya/Tidak ya= 6
    terakhir ini?  
Apakah pasien delirium?
Status (Tidak dapat membuat Ya/Tidak Salah satu
2 Mental keputusan, pola jawaban
pikir tidak terorganisir,
 
    gangguan daya ingat) Ya = 14
Apakah pasien disorientasi?
Ya/Tidak 0
    (salah menyebutkan waktu,  
    tempat atau orang)    
Apakah pasien mengalami
agitasi? (ketakutan, gelisah, Ya/Tidak
    dan  
    Cemas)    
Apakah pasien memakai Salah satu
Ya/Tidak
3 Penglihatan kacamata? jawaban
    Apakah pasien mengeluh Ya/Tidak Ya = 1 1

95
adanya penglihatan buram?
Apakah pasien mempunyai
Glaukoma/ Katarak/ Ya/Tidak
    degenerasi makula?  
Kebiasaan Apakah terdapat perubahan
Ya/Tidak 0
4 berkemih perilaku berkemih? (frekuensi, Ya = 2
urgensi, inkontinensia,
    nokturia)    
Transfer Mandiri (boleh memakai alat
0
5 (dari tempat bantu jalan) Jumlah nilai
tidur ke
kursi dan Memerlukan sedikit bantuan (1 1
  kembali orang) / dalam pengawasan transfer
lagi ke Memerlukan bantuan yang
tempat nyata (2 orang) 2
  tidur) dan mobilitas.
Tidak dapat duduk dengan
3 7
    seimbang, perlu bantuan total jika nilai
Mandiri (Boleh menggunakkan total 0 - 3
0
6 Mobilitas alat bantu jalan) maka skor = 0.
berjalan dengan bantuan 1
1
    orang (verbal/ fisik ) jika nilai total
4 - 6, maka
2
    menggunakan kursi roda skor = 7
    imobilisasi 3  
Total 8

Scoring Ontario Scale (usia lanjut >60 tahun)

Keterangan: 0-5 = resiko rendah 17-30 = resiko tinggi


6-16 = resiko sedang

Dari hasil observasi pada tanggal 10 Januari


sampai dengan15 Januari 2022, penilaian resiko jatuh
dari 6 pasien kelolaan yang dirawat di Ruang Bedah
RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung yang masuk
dalam kategori penilaian Scoring Ontario Scale (usia
lanjut > 60 tahun), didapat resiko sedang sebanyak 6
orang (100 %). Perawat di Ruang Bedah RSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung sudah sangat
memperhatikan keselamatan pasien, seperti
menjelaskan kepada keluarga untuk selalu
mendampingi pasien, dan perawat selalu menaikan

96
bed rail setelah melakukan tindakan dan sebelum
meninggalkan pasien.
d. Instrumen
Instrumen yang kami gunakan yaitu instrumen ABC
untuk mengukur kelengkapan dokumentasi keperawatan,
kepuasan pasien dan perawat, dan kepatuhan perawat
dalam melakukan tindakan sesuai dengan SPO RSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung.
1) Instrumen A: Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan

Item Statu Statu Statu Rata-rata


NO Status Status Status
s No s No s No
Penilaian No 2 No 4 No 6 Jlh %
1 3 5
1 Pengkajian 4 4 4 4 4 4 24 100%
Diagnosa
2 3 3 3 3 3 3 18 100%
Keperawatan
Perencanaa
3 6 6 6 6 6 6 36 100%
n
4 Implementasi 4 4 4 4 4 4 24 100%
5 Evaluasi 2 2 2 2 2 2 12 100%

Pencapaian rata-rata = 100+100+100+100+100


5
= 100%

Dari hasil observasi yang kami lakukan pada


tanggal 10 Januari sampai dengan15 Januari 2022 di
Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung
didapatkan hasil 100% kelengkapan dari 6 rekam
medik yang telah di observasi sudah mencakup aspek
yang dinilai di dalam penilaian evaluasi dokumentasi
keperawatan.
Ya Tidak
NO Item Penilaian
% %
Pengkajian
1 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan
100% 0%
pedoman
2 Data dikelompokkan (biologis, psikologis, sosial,
100% 0%
dan piritual)

97
3 Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang 100% 0%
4 Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan
antara status kesehatan dengan norma dan pola 100% 0%
fungsi kehidupan
Diagnosa Keperawatan
1 Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah
100% 0%
yang telah dirumuskan
2 Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES 100% 0%
3 Merumuskan diagnosa keperawatan
100% 0%
aktual/potensial
Perencanaan
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan 100% 0%
2 Disusun menurut urutan prioritas 100% 0%
3 Rumusan tujuan mengandung komponen
pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi 100% 0%
pasien dan atau kriteria
4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan
100% 0%
kalimat perintah, terinci dan jelas atau melibatkan
5 Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan
100% 0%
pasien/keluarga
6 Rencana tindakan menggambarkan Kerjasama
100% 0%
dengan tim kesehatan lain
Implementasi
1 Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana
100% 0%
perawatan
2 Perawat mengobservasi respon pasien terhadap
100% 0%
tindakan keperawatan
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi 100% 0%
4 Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat
100% 0%
ringkat dan jelas
Evaluasi
1 Evaluasi mengacu pada tujuan 100% 0%
2 Hasil evaluasi di catat 100% 0%

2) Instrumen B: Kepuasan Pasien & Perawat


a) Kepuasan Pasien
No. Jawaban %
Urut
Ya Tidak
Pasien Ya Tidak
1 22 3 88% 12%
2 20 5 80% 20%
3 20 5 80% 20%
4 22 3 88% 12%
5 24 1 96% 4%

98
6 24 1 96% 4%
Total 132 18
132
Rata rata = ×100 %=88 %
132+18
Dari hasil observasi yang kami lakukan pada
tanggal 10 Januari sampai dengan15 Januari 2022
di Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim
Tanjung diketahui bahwa lebih dari separuh
pasien kelolaan (88%) yang menjalani rawat inap
di Ruang RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung
puas dengan pelayanan yang diberikan. Poin yang
dinilai di dalam penilaian kepuasan pasien dapat
dijelaskan dalam tabel berikut:

Jawaban
No Pertanyaan Ya Tidak
% %
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 100% 0%
Apakah perawat melarang anda/pengunjung merokok di
2 100% 0%
ruangan
Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu
3 100% 0%
makan anda
Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam hal
4 100% 0%
makanan kepada anda
Apakah perawat menanyakan atau memperhatikan berapa
5 100% 0%
jumlah makanan dan makanan yang anda habiskan
Apabila anda/keluarga anda tidak mampu makan sendiri
6 50% 50%
apakah perawat membantu menyuapi
7 Pada saat anda/keluarga anda dipasang infus, apakah 100% 0%

99
perawat selalu memeriksa cairan infus/tetesannya dan area
sekitar pemasangan jarum infus
Apabila anda/keluarga anda mengalami kesulitan buang air
8 besar apakah perawat menganjurkan makan buah-buahan, 66,7% 33,3%
sayuran, minum yang cukup dan banyak bergerak
Pada saat perawat membantu ada/keluaga anda buang air
besar/buang air kecil, apakah perawat memasang
9 50% 50%
sampiran/selimut, menutup pintu/jendela. Mempersilahkan
pengunjung keluar ruangan
Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu dijaga
10 100% 0%
kebersihannya dengan disapu/dipel setiap hari
Apakah lantai kamar mandi/wc selalu bersih, tidak licin,
11 100% 0%
tidak berbau dan cukup terang
Selama anda/keluarga anda belum mampu mandi dalam
12 33,3% 66,7%
keadaan istirahat total apakah dimandikan oleh perawat
Apakah anda/keluarga anda dibantu oleh perawat jika tidak
13 mampu memgosok gigi, membersihkan mulut atau 33,3% 66,7%
mengganti pakaian atau menyisir rambut
14 Apakah alat tenun seperti seprei, selimut diganti setiap kotor 100% 0%
Apakah perawat memberikan penjelasan akibat dari kurang
15 100% 0%
bergerak, atau berbaring terlalu lama
Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah sakit, apakah
perawat memberikan penjelasan tetang fasilitas yang
16 100% 0%
tersedia dan cara penggunaanya. Peraturan/tata tertib yang
berlaku di rumah sakit.
Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah
17 100% 0%
perawat memanggil nama dengan benar
Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah
18 perawat mengawasi keadaan anda secara teratur pada pagi 100% 0%
sore maupun malam hari
Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah
19 100% 0%
perawat memberi bantuan bila diperlukan.
20 Apakah perawat bersikap sopan, ramah 100% 0%
Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat yang
21 83,3% 16,7%
bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas
Apakah perawat selalu memberi penjelasan sebelum
22 100% 0%
melakukan tindakan perawatan/pengobatan
Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan
23 100% 0%
memperhatikan setiap keluhan anda/keluarga anda
Dalam hal memberikan obat apakah perawat membantu
24 83,3% 16,7%
menyiapkan/meminumkan obat
Selama anda/keluarga anda dirawat apakah diberikan
25 penjelasan tentang perawatan /pengobatan /pemeriksaan 100% 0%
lanjutan setelah anda/keluarga anda diperbolehkan pulang
Total 88% 12%

Keterangan:
80%-100%: Puas

100
<80%: Kurang Puas
Berdasarkan hasil evaluasi melalui kuesioner yang
telah dilakukan tanggal 10 Januari sampai dengan
15 Januari 2022 dari 6 responden kelolaan
didapatkan kesimpulan bahwa rata-rata 88%
pasien merasa puas dengan pelayanan perawat di
Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim
Tanjung, dan rata-rata 12% pasien tidak puas
pada poin nomor 6,8,9,12,13,21 dan 24.

b) Kepuasan Perawat
SP P CP TP STP
No Pertanyaan
% % % % %
1 Jumlah gaji yang diterima
dibandingkan pekerjaan yang 80% 20% 0% 0% 0%
saudara lakukan
2 Sistem pengkajiaan yang
dilakukan institusi tempat saudara 80% 20% 0% 0% 0%
bekerja
3 Jumlah gaji yang diterima
60% 40% 0% 0% 0%
dibandingkan pendidikan saudara
4 Pemberian insentif tambahan
atas suatu prestasi atau kerja 60% 40% 0% 0% 0%
ekstra
5 Tersedianya peralatan dan
perlengkapan yang mendukung 20% 80% 0% 0% 0%
pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang
seperti kamar mandi, kantin, 40% 60% 0% 0% 0%
parkir
7 Kondisi ruangan kerja terutama
berkaitan dengan ventilasi udara, 20% 40% 20% 0% 0%
kebersihan dan kebisingan
8 Adanya jaminan atas kesehatan
40% 40% 20% 0% 0%
atau keselamatan kerja
9 Perhatian institusi rumah sakit
80% 20% 0% 0% 0%
terhadap saudara
Hubungan antara karyawan
80% 20% 0% 0% 0%
dalam kelompok kerja
10 Kemampuan dalam bekerja sama
20% 80% 0% 0% 0%
antar karyawan

101
11 Sikap teman-teman sekerja
20% 80% 0% 0% 0%
terhadap saudara
12 Kesesuaian antara pekerjaan dan
latar belakang pendidikan 40% 60% 0% 0% 0%
saudara
13 Kemampuan dalam
menggunakan waktu bekerja
60% 40% 0% 0% 0%
dengan penugasan yang
diberikan
14 Kemampuan supervise/pengawas
20% 80% 0% 0% 0%
dalam membuat keputusan
15 Perlakuan atasan selama bekerja
80% 20% 0% 0% 0%
di sini
16 Kebebasan dalam melakukan
suatu metode sendiri dalam 20% 80% 0% 0% 0%
menyelesaikan pekerjaan
17 Kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan kerja melalui
80% 20% 0% 0% 0%
pelatihan atau pendidikan
tambahan
18 Kesempatan untuk mendapatkan
60% 40% 0% 0% 0%
posisi lebih tinggi
19 Kesempatan membuat suatu
prestasi dan mendapatkan 20% 80% 0% 0% 0%
kenaikan pangkat

Total rata-rata 49% 49% 2% 0% 0%

Dari hasil tabel diatas didapatkan 49%


perawat merasa sangat puas terhadap rumah
sakit, dan didapatkan 49% perawat merasa puas
terhadap rumah sakit dan 2% perawat masih
merasa cukup puas.

4) Instrumen C: Kepatuhan Sesuai SPO


SPO Pemasangan Infus Vena
Hasil kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan pemasangan infus
vena sesuai dengan SPO RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung dapat
dilihat dalam tabel di bawah:

No Tindakan Dilakukan Tidak Dilakukan

102
Jumlah % Jumlah %
(orang) (orang)
Persiapan :
1 Alas plastik dan handuk kecil 2 100% 0 0
2 Manset tangan/tourniquet 2 100% 0 0
3 Kapas alkohol 2 100% 0 0
4 Plesterine 2 100% 0 0
5 Spidol 2 100% 0 0
6 Set infus 2 100% 0 0
7 Jarum infus 2 100% 0 0
8 Cairan infus 2 100% 0 0
9 Sarung tangan 2 100% 0 0
Perawat :
10 Cuci tangan 2 100% 0 0
11 Jelaskan kepada klien 2 100% 0 0
prosedur yang akan dilakukan
12 Jelaskan alat-alat yang sudah 2 100% 0 0
disiapkan ditroli kedekat klien
13 Buka set infus yang masih 2 100% 0 0
steril
14 Atur letak klep pengatur cairan 2 100% 0 0
5-10 cm di bawah penampung
cairan
15 Putar dan naikkan pengatur 2 100% 0 0
cairan
16 Buka penutup botol cairan dan 2 100% 0 0
pertahankan agar tetap steril
17 Hubungkan set infus dengan 2 100% 0 0
botol infus secara steril
18 Gantungkan botol cairan itu 2 100% 0 0
pada standar infus
19 Tekan penampung cairan 2 100% 0 0
sehingga cairan masuk dan
mengisi penampung ¾ bagian
20 Buka klep pengatur dan isi 2 100% 0 0
selang dengan cairan dan
selang menghadap keatas

103
sehingga udara didalamnya
keluar
21 Matikan pengatur tetesan bila 2 100% 0 0
cairan sudah memenuhi pipa
22 Perhatikan lagi apakah dalam 2 100% 0 0
pipa ada udara, jika ada
keluarkan udara ke
penampung udara
23 Cantumkan identitas klien, 2 100% 0 0
nomor kamar, jam, tanggal,
obat yang dimasukkan ke
dalam botol dan nama Ners
yang mengerjakannya
Pelaksanaan:
24 Gantungkan botol yang sudah 2 100% 0 0
disiapkan setinggi 1 meter
25 Pasang alat karet di bawah 2 100% 0 0
pemasangan infus
26 Letakkan ujung pipa yang 2 100% 0 0
tertutup jarum di troli
27 Pilih jarum atau kateter yang 2 100% 0 0
tepat dan benar. Buka
pembungkus
Gunting plester sepanjang ±6-
10 cm dengan lebag 0,5 cm
dan letakkan ditempat yang
terjangkau
28 Periksa vena klien yang cocok 2 100% 0 0
untuk di tusuk
29 Cukur rambut bila perlu 2 100% 0 0
30 Periksa bagian vena 2 100% 0 0
supervisial yang cukup besar
untuk memudahkan
penusukkan jarum
31 Ikatan Torniquet 10-15 cm 2 100% 0 0
diatas daerah yang akan di
tusuk, periksa pulsasi distal
32 Anjurkan klien membuka dan 2 100% 0 0
menutup kepalan tangannya
beberapa kali

104
33 Pilihlah vena yang tampak dan 2 100% 0 0
kuat pada waktu palpasi
34 Pakai sarung tangan (steril jika 2 100% 0 0
diperlukan)
35 Bersihkan bagian itu dengan 2 100% 0 0
antiseptic
36 Letakkan ibu jari pada vena 2 100% 0 0
bagian distal dari luka
tusukkan, tekan sampai vena
dibawah kulit menjadi tegang
37 Masukkan jarum pada sudut 2 100% 0 0
30o kurang lebih 0,5 sampai 1
cm bagian distal dari vena
yang tertusuk, sampai
menembus dinding depan
vena
38 Perhatikan darah yang keluar 2 100% 0 0
dari jarum kearah pipa plastic
pangkal jarum
39 Tarik sedikit saja jarum bagian 2 100% 0 0
dalam/jarum besi, sehingga
bagian depan adalah jarum
plastik saja (jarum besi masih
didalam jarum plastik), dorong
jarum plastic menelusuri vena
sampai ke pangkalnya
40 Sterilkan sekali lagi dengan 2 100% 0 0
antiseptic/alcohol pada area
penusukkan sebelum di fixsasi
dengan plester steril (Hepafix/
plesterin/handsaplas/trasparan
dressing) yang tersedia
41 Tarik jarum besi dari IV kateter 2 100% 0 0
dan segera tekan (agar darah
tidak keluar) pada pangkal
jarum yang terpasang, buka
penutup ujung selang cairan
infus dan sambungkan dengan
kuat pada pangkal kateter,
serta buka klem cairan infus
secukupnya
42 Buat fixasi kupu-kupu pada 2 100% 0 0

105
pangkal IV kateter dengan
plester ± 6-10 cm
43 Atur jumlah tetesan cairan 2 100% 0 0
sesuai kebutuhan pasien
44 Lakukan fixsasi rapi pada 2 100% 0 0
selang infus sisanya ± 2-3
plester pendek
45 Beri label tanggal 2 100% 0 0
pemasangan pada plester
pendek
46 Fiksasi lengan klien dengan 2 100% 0 0
bidai bila diperlukan
47 Bersihkan alat-alat yang tidak 2 100% 0 0
terpakai, masukkan sampah
dalam kantong sampah, lepas
sarung tangan dan cuci
tangan
48 Catat prosedur pada rekam 2 100% 0 0
medik klien

Berdasarkan tabel diatas dari hasil observasi kami dapat


disimpulkan pada SPO Pemasangan Infus Vena dilakukan oleh kedua
orang perawat (100%).

SPO Injeksi IV
Hasil kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan injeksi IV sesuai
dengan SPO RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung dapat dilihat pada
tabel di bawah:
Dilakukan Tidak
Dilakukan
No Tindakan
Jumlah % Jumlah %
(orang) (orang)
Prosedur Kerja:
1 Cek program terapi dokter 2 100% 0 0
2 Periksa kembali obat sesuai program 2 100% 0 0
3 Baca label obat untuk memastikan 2 100% 0 0
kandungan obat, dosis dalam satu

106
kemasan, cara pemberian, kontra indikasi,
efek samping
4 Perawat mencuci tangan 2 100% 0 0
Perawat memasukkan obat kedalam spuit 2 100% 0 0
5
injeksi kemudian udara dikeluarkan
Dengan membawa spuit injeksi dan kapas 2 100% 0 0
6 alcohol perawat masuk kedalam kamar
klien
7 Beri salam 2 100% 0 0
Perawat menanyakan dan memastikan 2 100% 0 0
8 nama klien dan menjelaskan tindakan yang
akan dilaksanakan dengan ramah
Perawat mengatur posisi klien dan 2 100% 0 0
9
menentukan vena yang akan di injeksi
Perawat memasang tourniquet/karet 2 100% 0 0
pengikat atau dibantu perawat lainnya
10
untuk membendung bagian atas kira-kira
10 cm dari vena yang akan diinjeksi

Berdasarkan tabel diatas dari hasil observasi kami dapat


disimpulkan pada SPO Injeksi Vena sudah dilaksanakan perawat
(100%) sesuai dengan SOP RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung.

SPO Pemberian O2 Nasal Kanul


Hasil kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan pemberian O2
nasal kanul sesuai dengan SPO RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung
dapat dilihat pada tabel di bawah:
Dilakukan Tidak
Dilakukan
Jumla % Jumlah %
No Tindakan
h (orang)
(orang
)
Prosedur Kerja:
Lakukan langkah 1 s/d 7 seperti pada 100%
1 2 0 0
pemberian O2 dengan canul banasal
2 Atur klien pada posisi setengah duduk 2 100% 0 0

107
Potong plester kurang lebih 10-12 cm, 100% 0 0
3 buat potongan vertical kurang lebih 5 2
cm pada salah satu ujungnya
4 Buka pembungkus nasal kateter 2 100% 0 0
Pegang ujung kateter pada cuping 100% 0 0
5 hidung klien, ukur panjangnya sampai 2
lubang telinga
Beri tanda panjang kateter yang sudah 100% 0 0
6 2
di ukur
Hubungkan ujung kateter dengan 100% 0 0
7 2
sumber oksigen
8 Atur aliran oksigen sesuai kebutuhan 2 100% 0 0
9 Beri jelly pada ujung kateter 0 0 2 100%
Masukkan kateter secara hati-hati 0 0
melalui lubang hidung, secara perlahan-
10 lahan melewati dasar rongga hidung 2
sampai ke tanda pada keteter ada di 100%
ujung lobang hidung
Pegang kateter pada posisinya dengan 0 0
11 satu tangan 2
100%
12 Klien di minta untuk membuka mulutnya 2 100% 0 0
Periksa posisi kateter agar terletak di 100% 0 0
13 2
samping vulva
Letakkan plester yang tidak terbelah 0 0
pada kateter dan plester yang terbelah
14 2
melingkari kateter, kemungkinan
ditempelkan ke kulit di atas bibir klien 100%

Periksa “flow meter” pada waktu-waktu 0 0


15 tertentu untuk ketetapan aliran yang 2 100%
dibutuhkan
16 Rapikan klien dan alat-alat 2 100% 0 0
17 Cuci tangan 2 100% 0 0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil observasi kami dapat


disimpulkan pada SPO tindakan pemberian O2 nasal kanul ada 1 tahap
kerja yang tidak dilakukan oleh kedua orang perawat (100%) yaitu pada
poin nomor 9 dengan SOP RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung

108
2. Proses
a. Fungsi perencanaan
1) Visi Ruangan
Memberikan pelayanan perawatan komprehensif dan
professional pada pasien dengan gangguan pernafasan sesuai
standar RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien selama dirawat di Ruang
Bedah.
2) Misi Ruangan
a. Memberikan asuhan pada pasien dengan gangguan
pernafasan komprehensif melalui model MAKP
b. Memaksimalkan tindakan pencegahan dan mengendalikan
infeksi di Ruang Bedah
c. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang
penyakit gangguan pernafasan di ruang
Bedah
d. Meningkatkan kepuasan layanan pada pasien dan
keluarga di Ruang Bedah

109
b. Fungsi Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi

112
2) Uraian Tugas
No. Jabatan Uraian Tugas

1. Kepala Ruangan  Menyusun rencana kerja kegiatan


tahunan
 Menyusun rencana kebutuhan seumber
daya (tenaga, fasilitas, alat dan dana)
 Menyusun jadwal cuti
 Menyusun rencana pengembangan staf
 Menyusun rencana kegiatan
pengendalian mutu
 Melaksanakan bimbingan dan dan
pembinaan dalam pelaksanaan protap/
SOP pelayanan keperawatan
 Melaksanakan koordinasi pelaksanaan
kegiatan perawatan dengan unit terkait
 Melaksanakan program orientasi bagi
pegawai baru atau peserta didik/ peserta
pelatihan
 Melaksanakan evaluasi kinerja dan mutu
pelayanan
2. PPJA  Hadir 15 menit sebelum melaksanakan
aplusan/serah terima pasien
 Membaca laporan dinas sebelumnya
 Memimpin aplusan/ serah terima pasien
langsung ke kamar pasien untuk yang
dinas pagi dan dinas sore, sedangkan
dinas malam masing- masing sesuai
dengan tim
 Memelihara kebersihan pasien dan ruang
lingkungannya
 Membagi pasien berdasarkan tim
masing- masing sesuai dengan tingkat
ketergantungan pasien.
 Membuat rencana perawatan pasien
melaksanakan dan mengevaluasi
tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan perawat pelaksana serta
pendokumentasiannya.
 Melakukan pengkajian pasien baru dan
menentukan diagnose keperawatan
sesuai batas kewenangannya
 Melakukan evaluasi tindakan
keperawatan
 Mengobservasi pasien dan melakukan
tindakan sesuai dengan kondisi yang
terbaru

111
 Melaksanakan kerja sama yang baik
anatara sesame tim keperawatan dan tim
kesehatan lain
3. Perawat  Hadir 15 menit sebelum dilaksanakan
pelaksana aplusan/serah terima pasien
 Membaca laporan dinas sebelumnya
 Melaksanakan aplusan/ serah terima
pasien langsung ke kamar pasien
dipimpin oleh ketua tim untuk yang dinas
pagi dan dinas sore, sedangkan dinas
malam masing- masing sesuai dengan
tim masing- masing
 Memelihara kebersihan pasien dan ruang
rawat beserta lingkungannya
 Merawat pasien sesuai dengan
pembagian pasien yang telah ditetapkan
 Melaksanakan rencana keperawatan
yang sudah dibuat oleh ketua tim dan
mendokumentasikannya
 Menyiapakan ruang rawat yang akan
ditempati oleh pasien baru
 Menerima pasien baru sesuai prosedur
dan ketentuan yang berlaku
 Melakukan pengkajian pasien baru
sesuai prosedur dan ketentuan yang
berlaku
 Melakukan evaluasi tindakan
keperawatan sesuai batas kemampuan
 Mengobservasi pasien sesuai dengan
kondisi pasien yang terbaru dan
melakukan tindakan sesuai dengan batas
kemamampuannya
 Melaksanakan kerjasama yang baik antar
sesame tim keperawatan dan tim
kesehatan lain.

3) Pengaturan jadwal dinas


Shift yang dilakukan oleh kepala ruangan disesuaikan
dengan jumlah perawat yang ada di ruangan yang tidak
berdasarkan tingkat ketergantungan klien, karena
disesuaikan dengan jumlah perawat dan kondisi rumah
sakit. Rata-rata jam kerja efektif seorang perawat di
Ruang Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim setiap harinya
7 Jam.

112
4) Metode Asuhan Keperawatan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, model
asuhan keperawatan di Ruang Bedah RSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung adalah metode MAKP
(Metode Asuhan Keperawatan Professional). Sistem
MAKP suatu kerangka kerja yang mendefnisikan empat
unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. Metode Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) adalah tersebut
berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan.
Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai
sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka
tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam
memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud
(Nursalam, 2016).

c. Fungsi ketenagaan (staffing)


1) Penentuan standar kebutuhan tenaga kerja menurut
lokakarya PPNI : BOR = 59.94 %
TP = + 25 %
PPNI

Keterangan
TP : Tenga perawat
A : Jumlah Jam Perawatan/24 jam
41 mg (mg) : 365-52 (hari-minggu) – 12 hari libur – 12
hari cuti = 229/7 pendidikan perawat : 75% TP × 25%
Jadi tenaga perawat yang dibutuhkan di Bedah yaitu :

113
Berdasarkan perhitungan standar kebutuhan perawat
menurut lokakarya PPNI berjumlah 4 orang/24 jam
ditambah dengan kepala ruangan dan ketua tim menjadi
6 orang. Tenaga perawat di Ruang Bedah yang saat ini
berjumlah 18 orang.
2) Menentukan jumlah tenaga keperawatan pada ruangan
tersebut adalah langsung menggunakan rumus Gillies:

= 7,475 (dibulatkan menjadi 7 orang)


Keterangan :
Jadi jumlah tenaga menurut Gillies yang dibutuhkan
secara keseluruhan 7 orang/hari dan untuk jumlah tenaga
perawat yang ada diruangan Bedah saat ini berjumlah 18
orang hal ini tidak sesuai berdasarkan metode menurut
Gillies.
3) Jumlah BOR harian terhitung dari tanggal 10-12 Januari
2022 menggunakan rumus dari Dinkes (2005) adalah:
a) Senin, 10 Januari 2022: 50%
b) Selasa, 11 Januari 2022:30 %
c) Rabu, 12 Januari 2022: 50%
4) Jumlah kebutuhuan pegawai perawat berdasarkan tingkat
ketergantungan klien menurut teori Douglas perhitungan
tanggal 10-15 Januari 2022
a) Pagi 2,41 + 2,07 + 2,61 = 7,09 Dibulatkan menjadi 7
orang
b) Siang sebanyak 1,63 + 1,35 + 1,65 = 4,63 Dibulatkan
menjadi 5 orang

114
c) Malam sebanyak 1,04 + 0,9 + 1,1 = 3,04 dibulatkan
menjadi 3 orang
d) Sehingga total keseluruhan perawat yang dinas
perhari berjumlah yaitu 15 orang
Jadi rata-rata tingkat kebutuhan tenaga perawat Ruang
Bedah selama 3 hari yaitu tanggal 10-12 Januari 2022
Berjumlah 14,76 dibulatkan menjadi 15 orang.

d. Fungsi Pengarahan (Actuating)


1) Operan
Timbang terima yang dilakukan di Ruang Bedah RSUD
H.Badaruddin Kasim Tanjung dilaksanakan setiap
pergantian shift di nurse station tanpa dilakukan ke
ruangan pasien yang dipimpin oleh ketua tim.
Pelaksanaan timbang terima dilakukan sebanyak 3 kali
sesuai jadwal pergantian dinas, yaitu pukul 08.00 dinas
malam ke dinas pagi, pukul 14. 30 dinas pagi ke dinas
siang, pukul 21.00 dinas siang ke dinas malam. Hal
tersebut dilakukan secara berkelanjutan.
2) Pre dan Post Conference
Berdasarkan penjelasan dari kepala ruang rawat inap
Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung pre
conference dilakukan pada pagi hari saat operan, dan
post conference dilakukan siang/sore hari pada saat
pergantian shift.
3) Motivasi kepada perawat
Berdasarkan data yang didapat, bahwa motivasi kepada
perawat sudah dilakukan namun hanya secara lisan.
4) Pendelegasian
Berdasarkan penjelasan dari kepala ruang rawat inap
Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung
pendelegasian dari kepala ruangan kepada katim
dilakukan dengan adanya surat secara tertulis.

115
5) Supervise
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada 5
perawat didapatkan bahwa supervisi kadang dilakukan
oleh kepala ruangan secara langsung maupun tidak
langsung, dan pada tanggal 13 Januari 2022 supervisi
tampak dilakukan oleh kepala seksi keperawatan di
RSUD. H.Badaruddin Kasim Tanjung
6) Ronde keperawatan
Berdasarkan penjelasan dari ketua tim dan perawat rawat
inap Bedah bahwa ronde keperawatan tetpa
dilaksanakan seperti biasa.
e. Fungsi Pengendalian
1) Indikator Mutu (Sasaran Keselamatan Pasien)
Berdasarkan hasil penjelasan yang didapatkan dari katim
rawat inap Ruang Bedah RSUD. H.Badaruddin Kasim
Tanjung bahwa sudah ada tim pengendalian mutu.
Menurut katim indikator mutu seperti data pasien infeksi
nasokomial, kejadian decubitus dan kejadian jatuh sudah
ada di ruang rawat inap Bedah RSUD. H.Badaruddin
Kasim Tanjung.
No Indikator Hasil

1 Angka kejadian dekubitus 0%

2 Angka kejadian flebitis 0%

3 Angka kejadian infeksi saluran 0%


kemih

4 Kepuasan pasien diruang rawat 88%


inap Bedah

5 Kepuasan perawat diruang rawat 49%


inap Bedah

6 Ketepatan identitas pasien 100%

7 Kepatuhan petugas kesehatan 100%


melakukan kebersihan tangan

8 Pengurangan resiko pasien jatuh Resiko rendah

116
menggunakan MFS (50%)

Resiko sedang
(50%)

9 Pengurangan resiko pasien jatuh Resiko sedang


menggunakan scoring ontario (100%)
scale

10 Kelengkapan dokumentasi 100%


keperawatan

Sumber: Data Primer 10 januari-15 Januari 2022 di Ruang


Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung

2) Survei Kepuasan Pasien


Berdasarkan penjelasan dari katim ruangan rawat inap
Bedah RSUD H.Badaruddin Kasim Tanjung. Survei kepuasan
berdasarkan tingkat kepuasaan pasien dengan pelaksanaan
evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi 25 soal berbentuk
pertanyaan pilihan mencakup pemberian penjelasan setiap
prosedur tindakan dan sikap perawat selama memberikan
asuhan keperawatan. Dari hasil kuesioner tentang kepuasan
pasien terhadap pelayanan perawatan yang di bagikan kepada 5
responden secara umum menyatakan bahwa merasa kurang
puas dengan kinerja perawatan.

4. Output
a. Kepatuhan ketepatan identifikasi pasien oleh perawat

117
Grafik kepatuhan ketepatan identifikasi pasien oleh perawat

Kepatuhan Ketepatan Identifikasi Pasien Oleh Perawat


Pada Tanggal 10 Januari-15 Januari 2022
120%
100% 100% 100%
100%

80%

60%

40%

20%

0%
Menanyakan Menanyakan Menyesuaikan
Nama Lengkap Tanggal Lahir Identitas Dengan
Pasien Pasien Gelang Pasien

Dari 10 orang perawat yang kami observasi pada tanggal


10 - 15 Januari 2022, dapat dilihat pada grafik di atas bahwa
semua perawat patuh terhadap ketentuan ketepatan identifikasi
pasien meliputi menanyakan nama lengkap pasien, menanyakan
tanggal lahir pasien, dan menyesuaikan identitas dengan gelang
pasien.

b. Indikator mutu layanan keperawatan di ruangan


Grafik hasil cuci tangan perawat dengan 5 moment

118
Kepatuhan Hand Hygiene Pada Perawat Pada Tanggal
28 Juni-10 Juli 2021
120% 100% 100% 100% 100% 100%
80%
40%
0%

Kepatuhan Hand Hygiene Pada Perawat Pada Tanggal 28 Juni-10 Juli 2021

Dari 10 orang perawat yang kami observasi pada tanggal 10 - 15


Januari 2022, dapat dilihat pada grafik di atas bahwa perawat
sudah menjalani 5 momen dengan baik.

Kepatuhan Pengurangan Resiko Pasien Jatuh Pada


Tanggal 10 Januari-15 Januari 2022
120% 100% 100% 100% 100% 100%
80%
40%
0%

Kepatuhan Pengurangan Resiko Pasien Jatuh Pada Tanggal 10 Januari -15 Januari 2022

Dari 10 orang perawat yang kami observasi pada tanggal 10 -


15 Januari 2022, dapat dilihat pada grafik di atas bahwa semua
perawat yang sudah di observasi sangat patuh dalam pengurangan
resiko pasien jatuh.

119
Instrumen A: Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan
120%
100% 100% 100% 100% 100%
100%

80%

60%

40%

20%

0%
Pengkajian Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan

Instrumen A: Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan

Dari 6 rekam medik yang kami observasi pada tanggal 10 - 15


Januari 2022, dapat dilihat pada grafik di atas didapatkan hasil 100%
kelengkapan dari 6 rekam medik yang telah di observasi sudah
mencakup aspek yang dinilai di dalam penilaian evaluasi
dokumentasi keperawatan.

Instrumen B : Kepuasan Pasien


100%
96%
95%

90% 88% 88%

85%
80% 80%
80%

75%

70%
Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3 Pasien 4 Pasien 5 Pasien 6

Instrumen B: Kepuasan Pasien

Dari 6 pasien yang kami observasi pada tanggal 10 – 15 Januari


2022, dapat dilihat pada grafik di atas bahwa beberapa pasien puas
dengan pelayanan di ruangan Bedah, ketidakpuasan pasien terletak
pada poin nomor 6,8,9,12,13,21 dan 24. Kepuasan pasien ini jika di

120
rata-rata dengan nilai 88% yang artinya tingkat kepuasan pasien
tinggi pada pelayanan di Ruang Bedah.

Instrumen C : Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan


Tindakan Pemasangan Infus Vena Sesuai SPO
120%
100% 100%
100%

80%

60%

40%

20%

0%
Perawat 1 Perawat 2

Instrumen C: Kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan pemasangan infus vena sesuai SPO

Dari 2 perawat yang kami observasi pada tanggal 10 – 15 Januari


2022, dapat dilihat pada grafik di atas bahwa semua perawat sudah
melakukan tindakan sesuai dengan SPO.
Grafik instrument kepatuhan pelaksanaan SPO melakukan tindakan injeksi
IV

Instrumen C : Kepatuhan Perawat Dalam


Melakukan Tindakan Injeksi IV Sesuai SPO
120%
100% 100%
100%

80%

60%

40%

20%

0%
Perawat 1 Perawat 2

Instrumen C: Kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan injeksi IV sesuai SPO

Dari 2 perawat yang kami observasi pada tanggal 10 – 15 Januari


2022, dapat dilihat pada grafik di atas bahwa ke 2 perawat sudah
melakukan tindakan sesuai dengan SPO yang ada.

121
Grafik instrument kepatuhan pelaksanaan SPO pemberian O2 nasal
kanul

Instrumen C : Pemberian O2 Nasal Kanul


120%
100% 100%
100%

80%

60%

40%

20%

0%
Perawat 1 Perawat 2

Instrumen C: Pemberian O2 Nasal Kanul

Dari 2 perawat yang kami observasi pada tanggal 10 – 15 Januari


2022, dapat dilihat pada grafik di atas bahwa ke 2 perawat sudah
melakukan tindakan sesuai dengan SPO yang ada.

122
B. Identifikasi Masalah
1. Analisis Kajian
a. Man – M1
Selama 2 minggu melakukan role play didapatkan adanya
peningkaran BOR dari 25,17% (hasil observasi awal dengan data
3 bulan terakhir), menjadi 38,63% (hasil observasi selama 2
minggu dengan BOR hanya ruang binaan kelompok dengan
jumlah 6 Bed) dan pasien yang tidak banyak disebabkan masa
Pandemi Covid-19 sehingga penggunaan Bed diminimalkan untuk
meminimalkan jumlah penghuni dalam 1 ruangan.
b. Material – M2
Sarana dan prasarana sudah tersedia dengan baik dan sudah
digunakan dengan baik sesuai dengan fungsinya hanya saja
masih ada prasarana seperti struktur, denah ruangan, penanda
ruangan dan poster peringatan wajib memakai masker, poster
anak-anak dilarang masuk, dan poster pintu harap ditutup kembali
yang belum diperbaharui. Maka dari itu dari tanggal 10 Januari –
15 Januari 2022 mahasiswa profesi ners Universitas Sari Mulia
memperbaharui prasarana tersebut dengan sebaik dan sekreatif
mungkin.
c. Metod – M3
1) Penerapan MAKP
Tidak ada masalah pada penerapa MAKP saat roleplay,
semua mahasiswa menjalankan tugas sesuai perannya
masing-masing yatu: sebagai Karu, Katim, dan PP
2) Timbang Terima
Proses timbang terima sedikit dimodifikasi menyesuaikan
kondisi ruangan yang merupakan ruang infeksius paru dan
kondisi pandemic Covid-19 sehingga kunjungan ke kamar
pasien tidak dilakukan saat timbang terima untuk validasi data
tujuannya untuk mengurangi risiko penyebaran virus/bakteri
melalui udara
3) Ronde keperawatan
Pelaksanaan ronde keperawatan dilakukan bersama tim
kesehatan lain seperti farmasi dan ahli gizi Ruang Bedah,

123
akan tetapi ronde masih belum bisa dilaksanakan secara
langsung bersamaan dengan tim dokter dikarenakan adanya
kesulitan menyamakan waktu visite dengan jadwal ronde
keperawatan dan jadwal multidisiplin lain.
4) Penerimaan Pasien baru
Belum ada kelemahan yang ditemukan terkait penerimaan
pasien baru
5) Sentralisasi Obat
Belum ditemukan kelemahan terkait sentralisasi obat
6) Supervisi
Supervisi dilakukan kadang-kadanga baik secara langsung
maupun tidak langsung
7) Discard Planning
Belum ada kelemahan yang ditemukan terkait discharge
planning
8) Dokumentasi Keperawatan
Dari hasil roleplay masih ada ditemukan penulisan singkatan
yang tidak baku pada rekam medik pasien yang dikelola
mahasiswa.
d. Money – M4
Tidak adanya kelemahan yang ditemukan terkait pembiayaan
pada ruang Bedah RSUD H. Badaruddin Kasim Tanjung.
e. Mutu – M5
1) Pada saat dilakukan role play keperawatan selama 2 minggu
pada saat tindakan perawat ditemukan peningkatan perawat
sudah melakukan mencuci tangan sebelum kontak dengan
pasien dan sebelum melakukan tindakan aseptic dengan
persentasi 100%.
2) Hasil evaluasi kuesioner tentang kepuasan pasien terhadap
pelayanan didapatkan pasien merasa puas dengan pelayanan
diruangan dengan persentasi 88%.

124
2. Analisis SWOT
No Analisis Swot Bobot Rating Skoring
1. M1 (Ketenagaan)
STRENGTH
a. Sebagian besar staf
pernah mengikuti 0,3 4 1,2
pelatihan dalam
bidang keperawatan
b. Adanya tugas, peran,
dan wewanang yang 0,3 5 1,5
jelas
c. Sudah mempunyai
tenaga keperawatan
lulusan Sarjana
0,1 3 0,3
keperawatan dan
Sarjana keperawatan
Ners
d. Adanya kedisplinan
pegawai 0,1 4 0,4
e. Jenis ketenagaan :
Medis S-
S1 Keperawatan ners W=
D3 Keperaawatan 3,6-
2,1=
0,2 3 0,6 1,5
Non Medis
Administrasi
Prakarya
Clining servis

TOTAL 1 4,0
WEAKNESS
a. Masih banyak tenaga
kerja yang memiliki
pendidikan D III
0,5 3 1,5
keperawatan dengan
jumlah 7 orang
perawat dari 18
orang
b. Pembagian shift
dinas tidak sesuai 0,3 2 0,6
kebutuhan
TOTAL 1 2,1
OPPORTUNITY O-
a. Rumah sakit T=
menerima mahasiswa 3,35
praktik dalam 0,25 5 0,8 -2
melakukan =
pelaksanaan asuhan 1,35
keperawatan

b. Rumah sakit 0,35 4 1,4


memberikan kebijakan
untuk memberi
pelatihan bagi perawat

125
ruangan

c. Adanya mahasiswa
profesi Ners yang 0,2 4 0,8
sedang praktik

d. Adanya kerjasama
yang baik antara
mahasiswa dengan 0,2 4 0,8
perawat klinik

TOTAL 1 3,8
THREATENED
a. Semakin banyaknya
rumah sakit yang
0,5 2 1
menawarkan
pelayanakan
kepeawatan
b. Makin tinggi
kesadaran
masyarakat akan 0,3 3 0,9
pentingnya
kesehatan
c. Rendahnya
kesejahteraan 0,2 3 0,6
perawat
TOTAL 1 2,5

No Analisis Swot Bobot Rating Skoring


1 M2 (Sarana dan prasarana)
STRENGTH S-W=
a. Ruang Bedah 3,0-0,1
mempunyai sarana = 2,9
dan prasarana yang
memadai untuk
pasien, tenaga
kesehatan dan
0,4 3 1,2
keluarga, termasuk
precaution untuk
perawat mencegah
infeksi seperti adanya
SOP (standar
Operasional
Prosedur)
b. Formulir administrasi
administrasi
penunjang yang
terdapat di ruangan 0,4 3 1,2
Bedah sudah lengkap
dan memadai untuk
digunakan
c. Peralatan untuk
tindakan medis sudah 0,2 3 0,6
memadai untuk
menjunjang setiap

126
tindakan medis yang
akan dilakukan ke
pasien
TOTAL 1 3,0
WEAKNESS
a. Letak ruangan yang di
belakang sehingga 0,1 1 0,1
menyebakan kurang
terperhatikan
TOTAL 0,1 0,1
OPPORTUNITY
e. Adanya kesempatan O-T=
1 3 3
untuk meningkatkan 3-2= 1
sarana dan prasarana

TOTAL 1 3
THREATENED 2 1 2
d. Tuntutan masyarakat
akan kesediaan
sarana dan prasarana

TOTAL 2 2

Bobot Rating Bobot X Rating


No Analisis Swot
3. M3 (Metode)

Penerapan MAKP
Kekuatan
1. Penggunaan model 0,5 3 1,5
MAKP 0,8 3 2,4
2. Masing-masing
mahasiswa
menjalankan tugas
sesuai dengan peran
masing-masing yaitu
sebagai: Karu, Katim 0,8 3 2,4
S-W
dan PP
6,3-0=
3. Penilaian kepuasan
6,3
pelayanan 88%
pasien puas

1,6 6,3
Total
Kelemahan
.
1. Tidak ada terdapat
kelemahan pada
penerapan metode
MAKP
Peluang O-T
1. Adanya kerjasama 0,8 3 2,4 4,5-
dengan institusi klinik- 2,7=

127
klinik independen
2. Kerjasama yang baik 0,7 3 2,1
antara perawat dan
mahasiswa yang
berpraktik
1,5 4,5 1,8
Total
Ancaman 0,9 3 2,7
Tuntutan masyarakat
akan pelayanan yang
maksimal
Total 0,9 2,7
Timbang Terima
Kekuatan
1. Timbang terima 0,5 2 1
dilakukan setiap
jadwal pergantian shift
sebanyak 3x dalam 1
hari sesuai jam
pergantian shift
2. Timbang terima dari 0,8 3 2,4
shift pagi ke shift
siang dilakukan oleh
ketua tim
1,3 3,4
Total
Kelemahan S-W
1. Timbang terima 0,4 2 0,8 3,4 –
dilanjutkan di setiap 0,8 =
kamar-kamar pasien 2,6
hanya jam nya saja
yang kadang agak
molor karena
menunggu teman
yang belum datang

0,4 0,8
Total

Peluang O-T
1. Adanya mahasiswa 0,4 2 0,8 0,8 –
profesi ners yang 2,7 = -
praktik manajemen 1,9
keperawatan
Total 0,4 0,8

Ancaman
1. Jika kontak dengan 0,9 3 2,7
pasien terlalu sering
dilakukan akan
mengganggu
kenyamanan dan

128
waktu istirahat pasien
0,9 2,7
Total

Ronde
Keperawatan
Kekuatan 0,6 3 1,8
1. Ronde dihadiri multi
disiplin ilmu (farmasi 0,6 3 1,8
dan nutrition)
2. Adanya kasus
diruangan kelolaan
0,6 2 1,2
yang perlu perhatian
khusus
3. Bidang keperawatan
dan ruangan
mendukung adanya
kegiatan ronde S-W
keperawatan 4,8 –
1,8 4,8 2,4=
Total 2,4
Kelemahan
1. Ronde keperawatan 0,8 3 2,4
tidak dilakukan secara
langsung bersamaan
dengan dokter
dikarenakan adanya
kesulitan dalam
mempertemukan
jadwal antar disiplin
ilmu
0,8 2,4
Total
Peluang
1. Masalah pasien dapat 0,6 2 1,2
diatasi dengan
rencana bersama dari
tiap multidisiplin
kesehatan O-T
0,6 1,2 1,2 -
Total 2,1=
-0,9
Ancaman
1. Tidak maksimal 0,7 3 2,1
pelayanan pasien
0,7 2,1
Total

Bobot Rating Bobot X Rating


No Analisis Swot

129
4. M4 (Money)
Internal Faktor (IFAS)
Strength (Kekuatan)
1. Tersedia anggaran dana dari
pemerintah (APBN) dan BLUD 0,4 4 1,6
2. Adanya pendapatan dari jasa medik
untuk pasien dengan biaya BPJS
0,4 4 1,6
dan jaminan kesehatan lainnya
yang dapat di klaim setelah S-W
perawatan 3,2 – 0 =
3,2
Total 0,8 8 3,2
Weakness (Kelemahan)
- - - -

- - -
Total
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunities (Peluang)
1. Sumber pembiayaan ruangan
Bedah RSUD H. Badaruddin Kasim
Tanjung berasal dari APBD dan 1,0 4 4
BLUD
2. Adanya kerjasama antar tim seperti
dokter, farmasi, gizi, analis
kesehatan, dan CS 1,0 4 4

8 8
Total 2
THREATENED (Ancaman)
O-T
1. Adanya tuntunan yang lebih tinggi
8–3=5
dari pasien dan perawat untuk
mendapatkan fasilitas kesehatan 1,0 3 3
sehingga membutuhkan pendanaan
yang lebih besar untuk mendanai
sarana dan prasarana
Total 1,0 3 3

No Analisis Swot Bobot Rating Skoring


5. M5 (MUTU)
STRENGTH
a. Ketepatan perawat
dalam
0,4 4 1,6
mengidentifikasi
pasien mencapai
100%
S-W=
b. Perawat melakukan
3,4-0,1 =
cuci tangan sesuai
3,3
dengan lima 0,4 4 0,9
momen dengan
persentasi 100%
c. Perawat sangat
memperhatikan
0,4 4 0,9

130
tentang
pencegahan jatuh
pada pasien
dengan persentasi
100%
TOTAL 1,2 3,4
WEAKNESS
c. Hasil evaluasi
kuesioner tentang
kepuasan pasien
terhadap
pelayanan 0,5 2 0,1
didapatkan pasien
puas dengan
pelayanan
diruangan dengan
persentasi 88%
TOTAL 0,5 0,1
OPPORTUNITY
f. Ruangan akan
menjadi tempat 0,5 4 2
rekomendasi untuk
ruangan rawat inap
g. Meningkatnya mutu
dari perawat dan 0,5 4 2
ruangan O-T=
TOTAL 1 4 4-1
=3
THREATENED
e. Kurangnya bina 2 1
hubungan saling 0,5
percaya antara
perawat dengan
pasien .
TOTAL 0,5 1

131
132
4. Prioritas Masalah

No Masalah M S Mn Nc Af skor Prioritas

1 Pelaksanaan ronde keperawatan dilakukan bersama tim


kesehatan lain seperti farmasi dan ahli gizi Ruang Bedah, akan
tetapi ronde masih belum bisa dilaksanakan secara langsung
1 1 2 2 2 8 2
bersamaan dengan tim dokter dikarenakan adanya kesulitan
menyamakan waktu visite dengan jadwal ronde keperawatan
dan jadwal multidisiplin lain
2 Dari hasil roleplay masih ada ditemukan penulisan singkatan
yang tidak baku pada rekam medik pasien yang dikelola 4 3 2 3 3 216 1
mahasiswa

133
134
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 2012. “Peran Perawat Profesional dalam Sistem Kesehatan di


Indonesia”. Makalah Seminar UI. Jakarta

Chitty, K. K. 2011. Profesional Nurshing. Concepts and Challengs. Edisi 3.


Jakarta

Handoko, T Hani, 2018, Manajemen Edisi 4, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Kuntoro, A. (2010). Manajemen Keperawatan. Yokyakarta : Nuha Medika

Kurniadi, A. 2016. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya Teori, Konsep,


dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Kuntoro, A. (2010). Manajemen Keperawatan. Yokyakarta : Nuha Medika

Kurniadi, A. 2016. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya Teori, Konsep,


dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Marquis & Huston. (2010) Kepemimpinan dan manajemen keperawatan teori &
aplikasi. Edisi 4. Jakarta: EGC

Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Sagala, R. 2018. Manajemen Keperawatan Konsep Praktis Bagi Mahasiswa


dan Tenaga Keperawatan. Sleman: Deepublish

Sianturi, E. (2012). Organisasi & Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta;


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Simamora, R. (2017). Manajemen Keperawatan. Jakarta : EGC

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,
proses dan praktik volume 1. (Edisi 4). Jakarta: EGC

Marquis & Huston. (2010) Kepemimpinan dan manajemen keperawatan teori &
aplikasi. Edisi 4. Jakarta: EGC

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional Edisi ke 4. Jakarta: Salemba Medika

135

Anda mungkin juga menyukai