Contoh Proposal Skripsi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam melaksanakan penelitian diperlukan hal-hal penting yang digunakan sebagai


dasar dalam pelaksanaannya. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang
mengapa permasalahan ini diangkat, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan asumsi penelitian.

1.1 Latar Belakang


Sektor Usaha Kecil Menengah (UMKM ) memiliki peran penting dalam mendorong
pertumbuhan perekonomian Indonesia. Dengan adanya sektor UMKM , pengangguran
akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor
UMKM pun telah terbukti menjadi pilar perekonomian yang tangguh. Kontribusi sektor
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap produk domestik bruto (PDB)
meningkat dalam lima tahun terakhir. Dari sektor penyerapan tenaga kerja, Serapan
tenaga kerja pada sektor UMKM tumbuh dari 96,99 persen menjadi 97,22 persen dalam
periode lima tahun terakhir. (Safir Makki, CNN-Indonesia, November 2016).

Untuk mengembangkan UMKM di Indonesia, masih terdapat permasalahan utama


yang menjadi kendala bagi perkembangan UMKM tersebut. itu Sudaryanto (2012)
mengemukakan bahwa beberapa yang menjadi permasalahan bagi UMKM di Indonesia
adalah dari segi pemenuhan kebutuhan infrastruktur bagi UMKM itu sendiri, kemudian
dengan adanya pemberlakuan ACFTA (Asean China Free Trade Area) oleh pemerintah
mengakibatkan UMKM mengalami kesulitan dalam bersaing, dikarenakan kesiapan
kualitas produk, harga yang kurang bersaing, kesiapan pasar dan kurang jelasnya peta
produk impor sehingga positioning persaingan kurang jelas.

Kota Malang merupakan salah satu kota dengan jumlah UMKM yang cukup besar,
data Dinas Perkoperasian Kota Malang pada tahun 2013 menunjukkan bahwa terdapat
499 UMKM di Kota Malang yang tersebar pada 5 kecamatan, kemudian pada tahun 2016
meningkat menjadi 2.764 UMKM di Kota Malang. Sama seperti UMKM yang ada di
kota-kota lain, UMKM di Kota Malang juga memiliki beberapa permasalahan.
Diantaranya adalah seperti yang dikatakan oleh Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang, mengenai beberapa aspek yang
menjadi masalah UMKM di Kota Malang, yaitu sumber daya manusia yang masih

1
membutuhkan pelatihan, peralatan yang terbatas, dan akses permodalan yang terbatas.
(Nur Aini, Republika, 15 Oktober 2015). Selain itu permasalahan UMKM juga
dipaparkan oleh Penggiat UKM Kuliner Malang raya, Roni dalam MOU Peduli Usaha
kecil dan menengah malang raya antara UMKM Kota Malang dan Universitas Merdeka
Malang, ada tujuh faktor utama yang menjadi permasalahan UMKM di Malang Raya,
antara lain : Kurangnya keterampilan, ketersediaan bahan baku, proses yang tidak standar,
sistem pemasaran yang kurang efektif, Administrasi yang tidak tercatat dengan baik,
pengemasan yang kurang menarik dan sulitnya permodalan.(Unmer, 5 April 2016)

Dari beberapa masalah yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu masalah yang
menjadi permasalahan UKM di Malang raya adalah mengenai kemasan yang kurang
menarik. Perkembangan teknologi telah merubah fungsi kemasan. Kartajaya (1996)
megemukakan bahwa Teknologi membuat packaging berubah fungsi kemasan yang
awalnya “kemasan melindungi apa yang dijual, menjadi menjual apa yag dilindungi”,
selain itu Klimchuk dan Krasovec (2007) mengemukakan bahwa Kemasan merupakan
salah satu faktor pencipta suatu image tertentu yang ingin dibangin oleh produk, seperti
yang dikemukakan oleh, yaitu kemasan berfungsi untuk membungkus, melindungi,
mengirim, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk dalam
pemasarannya. Selain itu menurut Julianti (2014:15) kemasan yang menarik juga dapat
menjadi pemicu minat beli dengan merangsang lima pancaindra konsumen, hingga
mengakibatkan keputusan membeli dan menggunakan produk, selain itu kemasan adalah
wadah untuk meningkatkan nilai dan fungsi sebuah produk.

Berdasarkan hasil dari kuesioner mengenai kepetingan desain kemasan yang menarik
pada produk makanan dan minuman UMKM kota Malang, yang disebarkan kepada 50
konsumen, dimana para konsumen adalah para wisatawan Kota Malang yang membeli
oleh-oleh khas kota Malang di sentra oleh-oleh khas Malang yang tersebar di Kota Batu,
Kota Malang dan Kabupaten Malang. hasil dari kuesioner tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1.1.

2
Pentingnya kemasan yang menarik dalam
produk mamin UMKM
30

(konsumen)
25

Respinden
20
15
10
5
0
Sangat Cukup Kurang
Penting
Penting penting Penting
Tingkat Kepentingan 19 24 5 2

Gambar 1.1 Rekap Hasil Kuesioner Kepentingan Kemasan menarik dalam produk UMKM

Dari hasil Kuesioner mengenai pentingnya kemasan yang menarik dalam produk
makanan UMKM, diketahui sebagian besar responden menyebutkan bahwa kemasan
yang menarik dalam produk makanan dan minuman UMKM adalah penting, dikethaui
responden yang menyatakan sangat penting berjumlah 19, penting 24, cukup penting
5,dan kurang penting 2. Dari hasil kuesioner tersebut peneliti menyimpulkan bahwa
pentingnya kemasan yang menarik dalam produk makanan dan minuman bagi konsumen
produk UMKM, sebagai tindak lanjut atas permasalahan yang ada di kuisioner
sebelumnya, dan dari hasil kuesioner mengenai kepentingan kemasan maka penulis
melakukan survey mengenai produk yang menurut konsumen kurang memuaskan dari
segi kemasan. Dari kuesioner yang disebarkan pada 50 responden, dimana setiap
responden berhak untuk menyebutkan lebih dari satu jenis produk yang dirasa kurang
memuaskan dari segi kemasan, hasilnya dapat dilihat pada gambar 1.2.

Kemasan Produk yang kurang menarik


40
35
(Konesumen)

30
Responden

25
20
15
10
5
0
Keripik Olahan
Keripik
Olahan susu Strudel Lainnya
Tempe
Buah KUD
Jenis produk makanan 34 16 10 6 1

Gambar 1.2 Rekap Hasil Kuesioner Kemasan Produk yang Kurang Menarik

3
Dari hasil kuesioner mengenai kemasan produk yang kurang menarik, didapatkan
bahwa responden menyebutkan keripik tempe merupakan produk yang kurang menarik
dari segi kemasan, dibandingkan dengan produk yang lain. Sebanyak 34 responden
menyebutkan bahwa Keripik olahan dari tempe, kurang menarik dari segi kemasan.
Dalam pembuatan kemasan, UMKM juga harus menyesuaikan dengan peraturan yang
dibuat oleh pemerintah melalui badan pengawas obat dan makanan, serta CPBB-IRT pada
tahun 2016. Ada 7 hal yang harus ada dalam kemasan produk makanan. Diantaranya
adalah Nama produk (sesuai dengan IRT), daftar bahan/komposisi, berat bersih, tanggal
kadaluarsa, kode produksi, alamat IRTP, dan nomor PIRT. Kemudian dilakukan
pengamatan terhadap desain dari kemasan keripik tempe yang telah beredar dipasaran,
dengan mengambil 3 sampel secara acak kemasan produk olahan keripik tempe untuk
perbandingan apakah sesuai dengan anjuran kemasan produk makanan dari CPPB-IRT
dan BPOM. Hasil dari perbandingan 3 produk keripik tempe dengan standar kemasan
CPPB-IRT ada pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Perbandingan kemasan keripik tempe dengan standar kemasan CPPB-IRT dan BPOM

Label Keripik A Keripik B Keripik C

Nama Produk (sesuai IRT)   


Daftar bahan/komposisi   
Berat bersih -  
Tanggal Kadaluarsa   

Kode Produksi - - -
Alamat IRTP  - 
Nomor PIRT   -

Dari hasil perbandingan 3 kemasan produk keripik tempe dengan standar kemasan
yang ditetapkan oleh CPPB-IRT dapat diketahui bahwa beberapa kemasan keripik tempe
yang beredar, tidak sesuai dengan rekomendasi kemasan dari CPPB-IRT dan BPOM.

Dari beberapa permasalahan tersebut, yang terdiri dari pentingnya kemasan yang
menarik bagi konsumen, kemudian produk yang menurut konsumen kurang menarik dari
segi kemasan, serta kemasan yang beredar tidak sesuai dengan rekomendasi kemasan dari
CPBB-IRT dan BPOM peneliti memutuskan untuk membuat desain kemasan yang baru
untuk produk UMKM Kota Malang, untuk kemasan produk yang akan di re-design oleh
peneliti adalah kemasan produk Keripik olahan dari tempe, hal tersebut berdasarkan dari

4
respon konsumen pada kuesioner kedua, dengan tujuan peneliti mampu memenuhi
kebutuhan pelanggan dan masalah dari UMKM kota Malang dengan membuat model
kemasan yang baru untuk produk UMKM.
Dalam perancangan desain kemasan, menurut Julianti (2014), ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan, yang dimulai dari tahapan idea,design,feasibility, capabilty, dan
launching. Pada tahapan Idea Phase adalah menentukan ide atau atribut yang ada dalam
kemasan berdasarkan keputusan konsumen , Salah satu metode yang digunakan untuk
mendapatkan atribut dan ide desain kemasan adalah dengan metode kansei engineering,
metode kansei engineering adalah metode yang dipakai untuk mengidentifikasi aspek
psikologis yang dimiliki oleh konsumen saat berinteraksi dengan produk, dengan cara
menerjemahkan perasaan konsumen ke dalam kansei words sebagai dasar untuk
pengembangan produk baru. Selain metode kansei engineering terdapat metode cultural
ergonomics sebagai salah satu cara untuk membentuk citra produk dengan
memanfatatkan unsur budaya sekitar, sehingga untuk desain packaging kemasan yang
baru nantinya dengan memperhatikan aspek budaya dan aspek psikologis yang dimiliki
oleh konsumen dapat diwujudkan dengan menggunakan metode kansei engineering dan
cultural ergonomics. Setelah itu dari beberapa design brief yang didapatkan dari kansei
enginnering dan cultural ergonomics dilanjutkan dengan pembuatan beberapa alternatif
konsep, dengan menghasilkan beberapa alternatif yang nantinya akan dilakukan
pengujian konsep terhadap beberapa alternatif konsep tersebut, sehingga didapatkan
konsep terpilih mengenai produk kemasan keripik olahan tempe untuk UMKM Kota
Malang.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Beberapa permasalahan UMKM di Kota Malang adalah kurangnya keterampilan,


ketersediaan bahan baku, proses yang tidak standar, sitem pemasaran yang kurang
efektif, dan pengemasan yang kurang menarik. Konsumen juga menganggap
pentingnya unsur kemasan yang menarik dalam produk olahan makanan dan
minuman.

5
2. Dari masalah pengemasan yang kurang menarik, diantara produk yang kurang
menarik adalah produk olahan dari keripik tempe, sehingga diperlukan desain
produk berupa kemasan baru yang menarik sesuai dengan kebutuhan konsumen.
3. Dari beberapa kemasan keripik tempe yang ada dipasaran, terdapat beberapa
kemasan yang tidak sesuai dengan rekomendasi kemasan makanan dari BPOM.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi malasah, rumusan masalah pada penelitian ini adalah
1. Atribut apa saja yang ada dalam design brief untuk pembuatan desain kemasan
produk keripik olahan tempe dengan menggunakan metode kansei engineering
dan cultural ergonomics ?
2. Spesifikasi apa saja yang penting dalam design brief untuk pembuatan desain
kemasan produk keripik olahan tempe ?
3. Bagaimana Desain kemasan produk olahan tempe yang sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan konsumen serta rekomendasi BPOM ?

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menghasilkan kansei words yang menjadi prioritas serta aspek dari cultural
ergonomics dalam redesign kemasan produk olahan keripik tempe UMKM di
Kota Malang
2. Menentukan spesifikasi yang penting pada design brief dalam pengembangan
kemasan produk olahan keripik tempe UMKM di Kota Malang
3. Menghasilkan rekomendasi berupa alternatif desain kemasan produk UMKM di
Kota Malang

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah dengan adanya hasil spesfikasi desain kemasan produk
untuk UMKM di Kota Malang, sehingga mendapatkan desain fisik kemasan produk yang
sesuai dengan keinginan konsumen yang memiliki ciri khas keunikan dan citra serta
sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Badan POM.

6
1.6 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian berfokus pada desain kemasan produk UMKM produk makanan yang
ada diproduksi di Kota Malang
2. Metode yang digunakan adalah metode kansei engineering dan cultural
ergonomics dengan pendekatan perancangan produk
3. Pengembangan desain kemasan tidak memperhatikan besar biaya produksi
kemasan

1.7 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Kondisi psikologis responden normal
2. Konsumen terdiri dari wisatawan yang pernah membeli produk makanan olahan
UMKM Kota Malang.

7
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

8
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam pelaksanaan penelitian, diperlukan beberapa teori atau referensi yang
dipergunakan sebagai dasar argumentasi ilmiah terkait konsep permasalahan dan analisis
penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa landasan teori dan argumentasi yang
mendukung pembahasan, pengolahan, dan analisis penelitian.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan akan
dijadikan acuan untuk penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian terdahulu yang
digunakan sebagai acuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guna, Wakhid Agung (2011) dengan judul penelitian mpengembangan kursi roda
untuk lansia dengan metode kansei engineering, dengan tujuan mengembangkan
desain kursi roda dengan mendefinisikan keinginan konsumen menjadi kata kata. Dari
pengujian tersebut peneliti mendapatkan 14 pasang kansei word yang mewakili kata-
kata yang tepat dengan mempertimbangkan produk yang ditawarkan.Hasil analisa
Conjoint yaitu bahan kerangka dari besi,sistem penggerak yang otomatis,memiliki
sarana pendukung berupa pispot, bahan sandaran woven polyester dan warna polos.
2. Meinarwati, Adelia Dini (2015) dengan judul redesign kemasan bandeng duri lunak
sebagai upaya peningkatan citra oleh-oleh khas Kota Semarang dengan pendekatan
kansei engineering dan kano model, dengan tujuan meningkatkan kualitas dan daya
beli produk, dengan menggunakan konsep kansei engineering untuk menangkap
kansei word dari konsumen, dan modifikasi model kano sebagai model
pengklasifikasian faktor-faktor preferensi konsumen. Dari hasil analisa konsumen
menginginkan kemasan yang kuat, inovatif, kreatif, daman dan praktis.
3. Nugraha, Septian Indra (2015) dengan judul penelitian Perancangan kemasan kripik
tempe mocaf dengan menggunakan kansei engineering, untuk mendesain packaging
dengan mendefinisikan keingnan konsumen teridentifikasi melalui kata-kata kansei ke
dalam desain produk. Dari kansei word sendiri tersebut dilakukan analisa conjoint
sehingga konsep desain tersebut terpilihlah bahas kertas laminasi, tampilan desain
kompleks, bentuk segitiga, warna gradasi orange kuning, dengan ukuran kecil.

9
4. Nora Yuanita Restantin,Mirwan Ushada, dan Makhmudun Ainuri (2012) dengan judul
penelitian Desain Prototipe Meja dan Kursi Pantai Portbael dengan integrasi
pendekatan Ergonomi, Value Engineering dan Kansei engineering, dengan anaisa
kansei engineering sebagai metode pengolah nilai, dan kansei engineering sebagai
input menjadi atribut produk sebagai output. Dengan tahaapan awal berupa
pengumpulan informasi , kemudian tahap pengembangan dan kreativitas dengan
memetakan fungsi atribut, kemudian penyusunan konsep dan pembuatan prototipe.
Dengan output berupa beberapa atribut pada produk yang dibuat yaitu pada atribut
kebutuhan pengunjung berupa tampilan desain meja, kepraktiasan, kualitas,
kenyamanan an kebersihan. Kemudian atribut dari pemilik urmah makan adalah
tampilan desain, kepraktisan, kualitas, kenyamanan, dan kerapian.Kedua atribut
tersebut dikembangkan dengan konsep bentuk combination/modular yang diwujudkan
dalam bentuk prototipe.
5. Sin, Chih Long (2016) dengan judul Cultural ergonomics in interactional and
experiental design, Conceptual framework and case study of the Taiwanese twin
cup.dengan menggabungkan budaya sekitar sebagai dasar dalam pemgembangan
produk,dengan pertimbangan hal tersebut nantinya akan dikombinasikan dengan
desain yang interaktif untuk meningkatkan pengalaman pengguna selama
menggunakan produk.Sebagai Objek dari penelitian yaitu linak sebagai produk dari
kebudayaan yang berasal dari salah satu suku di taiwan. Dengan output produk yang
memperhatikan segi budaya dan ergonomi yang memanfaatkan antropometri dalam
perwujudannya.

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu


Karakteristik Penelitian
No Peneliti Objek Metode Hasil
Penelitian Penelitian
1. 14 pasang kansei words
kemudian dilakukan analisa
konjoin sehingga terpilih
beberapa kategori , yaitu bahan
Guna, Wakhid Kursi Roda untuk kerangka dari besi, sistem
1. Kansei Egineering
Agung (2011) lansia penggerak otomatis, memiliki
sarana pendukung pispot,dan
bahan sandaran woven
polyester dan warna polos

10
Karakteristik Penelitian
No Peneliti Objek Metode Hasil
Penelitian Penelitian
1. Dari hasil dari kansei
engineering yang
dikombinasikan dengan
Dengan metode modifikasi model kano sebagai
Meinarwati, Kemasan bandeng
kansei model pengkasifikasian faktor-
2. Adelia Dini duri khas
engineering dan faktor preferensi konsumen,
(2015) semarang
model kano didapatkan hasil bahwa
konsumen menginginkan
kemasan yang kuat, inovatif,
kreatif, aman dan praktis
1. Dengan metode kansei
engineering didapatkan bahwa
Mendesain keinginan konsumen adalah
Perancangan konsep desain dengan bahan
Nugraha, Septian kemasan dengan
3. kemasan kripik kertas laminasi, tampilan
Indra (2015) metode kansei
tempe mocaf desain kompleks, bentuk
engineering
segitiga, warna gradasi orange
kuning, dan ukuran yang kecil
1. Didapatkan hasil bahwa
terdapat 2 atribut yaitu masing
masing oleh kebutuhan
pengunjung dan pemilik rumah
Penelitian desain makan, dimana didapatkan
dengan spesifikasi berupa tampilan
Nora Yunita, Penelitian desain desain meja, kepraktisan,
pendekatan
Mirwan Ushada, prototipe meja kualitas, kenyamanan dan
4. ergonomi, value
Makhmudin dan kursi pantai kebersihan sedangkan dari
engineering, dan
Ainuri (2012) portable atribut pemilik rumah makan
kansei
engineering adalah tampilan desain,
kepraktisan, kualitas,
kenyamanan dan kerapian yang
diwujudkan dalam bentuk
modular
Cultural 1. Dengan objek produk yaitu
ergonomics in linak sebagai obyek
interactional and kebudayaan, dengan output
experiental produk yang memanfaatkan
Dengan metode
Long Sin ,Chih desigign , antropometri dalam
5. cultural
(2016) conceptual menentukan dimensi antara
ergonomics
framework and objek linnak, sehingga
case study of the memperhatikan segi budaya
Taiwanese twin dan ergonomi.
cup

11
2.2 Pengertian Produk

Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh, SE, Ak. (1997:53)
produk memiliki pengertian yang luas yaitu segala sesuatu yang ditawarkan, dimiliki,
dipergunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan
termasuk didalamnya adalah fisik, jasa, orang, tempat, organisasi serta gagasan. Menurut
Kotler (2002) produk dapat diklasifikasikan menjadi barang dan jasa berdasarkana
wujudnya yaitu barang dan jasa. Barang merupakan produk yang berwujud fisik,
sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan
pelakuan fisik lainnya. Sedangkan jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang
ditawarkan untuk dijual (dikonsumsi pihak lain) atau jasa adalah setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya
tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

2.3 Kemasan
2.3.1 Definisi Kemasan

Menurut Julianti (2014) dalam bukunya The Art of Packaging menjelaskan bahwa
definisi kemasan adalah wadah untuk meningkatkan nilai dan fungsi sebuah produk,
dimana kemasan tersebut sifatnya mampu memberikan positioning baru dan daya ungkit
sebuah produk. Sedangkan menurut Kotler dan keller (2009) Pengemasan (packaging)
sebagai semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah untuk sebuah produk.
Kemasan adalah sebagai wadah untuk mempromosikan suatu produk dan menjadikannya
lebih mudah dan lebih aman untuk digunakan (Lamb dkk, 2001). Menurut William
J.Stanton dalam bukunya Sunyoto (2012) kemasan dapat didefinisikan sebagai sebuah
kegiatan merancang dan memproduksi bungkusan atau kemasan suatu produk.

Ada tiga alasan kemasan diperlukan:


1. Memenuhi sasaran keamanan dan kemanfaatan
2. Membantu program pemasaran perusahaan
3. Meningkatkan volume dan laba perusahaan

3.3.2 Fungsi Kemasan

Kemasan mempunyai fungsi sebagai berikut :


1. Melindungi kualitas produk

12
2. Membuat produk tahan lama
3. Sebagai sarana komunikasi produk dan branding kepada konsumen
4. Membantu distribusi produk dari produsen sampai ke tangan konsumen
5. Membuat produk dapat diproduksi secara massal
6. Menjadi pemicu minat beli dengan merangsang lima pancaindra konsumen,yaitu
melihat , mendengar, membau, meraba, merasa, sehingga ada kepusan membeli
atau menggunakan produk

Untuk kemasan sebagai pelindung produk, Julianti (2014) menjelaskan ada beberapa
pertimbangan dalam menentukan material dan desain sebelum desain kemasan
ditetapkan, yang pertama adalah apakah produk atau bahannya sensitif terhadap
temperatur, yang kedua adalah apakah produk akan dipasarkan sebagai makanan beku,
yang ketiga adalah apakah bila terjadi penyerapan udara atau moisture akan menyebabkan
produk tidak laku dijual, yang keempat adalah apakah produk akan mudah rusak karena
hentakan atau guncangan, dan yang terakhir adalah berapa lama kemasan tersebut harus
melindungi produknya.

3.3.3 Komponen Kemasan

Sebuah produk umumnya didukung oleh beberapa komponen kemasan, setiap


komponen bisa jadi memiliki komponen yang berbeda, komponen kemasan dibagi
menjadi dua, yang pertama adalah kemasan primer,dan yang kedua adalah kemasan
sekunder.

Kemasan primer adalah kemasan yang langsung bersinggungan dengan produknya,


yaitu keseluruhan yang di-display dan yang membuat konsumen memutuskan untuk
membeli produk tersebut. Contohnya adalah botol,tube,dan tutup yang disebut kemasan
primer karena langsung bersingungan dengan produk. Kemasan primer sangat penting
dari segi fungsinya untuk melindungi protection , mengawetkan preservation ,
komunikasi ke pelanggan communication , dan termasuk fungsi artistik supaya
komsumen yang melihat tertarik untuk membeli.

Kemasan sekunder diperlukan untuk melindungi kemasan primer selama dalam


penyimpnan digudang serta saat didistribusikan ke pelanggan, disebut juga dengan
transport packaging. Fungsi kemasan sekunder ini tidak kalah pentingnya dengan
kemasan primer, sesuai dengan fungsinya kemasan sekunder dapat berbentuk tatakan
tray, pembungkus wrapper , pengikat blinder, dan dapat terbuat dari bahan

13
karton,plastik,tali, film pembungkus. Sementara karton tray untuk
multipack,pembungkus serta karton gelombang disebut sebagai secondary packaging
atau kemasan penunjang.

Baik kemasan sekunder maupun kemasan penunjang berfungsi menjamin supaya


kemasan primer sampai ke tangan konsumen dalam keadaaan baik. Oleh karena itu,
kemasan sekunder dan kemasan penunjnag harus didesaisedemikian rupa agar kemasan
primernya selalu aman, tidak berdebu,dan tidak terkelupas dan berubah warna.

3.3.4 Ragam Kategori Kemasan

Julianti dalam bukunya yang berjudul The Art of Packaging (2014) membagi
kemasan berdasarkan penggunaannya, kemasan pada umumnya dapat dibagi menhadi
tiga kategori : pertama dalah kemasan untuk konsumen, kedua adalah kemasan untuk
industri, dan yang ketiga adalah kemasan untuk militer.

Kemasan untuk konsumen biasanya berupa kemasan kecil yang langsung dipakai
oleh kosnumen dan biasanya jumlahnya cukup besar. Kemasan untuk konsumen memberi
kemudahan saat pemakaian produknya, baik saat konsumen membeli,dipakai,disimpan
dan habis dipakai. Kemasan untuk konsumen dapat dibagi lagi menjadi kemasan untuk
makanan,farmasai,alat-alat yang lunak,perkakas dan kosmetik.

Sedangkan kemasan untuk industri memiliki karakteristik kemasan besar,berat,


dengan grafis standar, dan penekanannya pada fungsi untuk menunjang keperluan
industri.Kemasan untuk industri tidak memerlukan grafis yang menarik, dan hanya
dilengkapi oleh beberapa beberapa tanda yang memuat karakteristik dari barang yang ada
didalamnya,misalkan untuk proses loading unloading, berisi bahan berbahaya, mudah
terbakar,mudah meledak dan sebagainya.

Kemasan untuk militer, kategori untuk kemasan ini sangat spesifik,spesial, yang
digunakan untuk melindungi produk-produk militer. Kemasan harus memenuhi aturan-
aturan di negara yang bersangkutan serta didokumentasikan dengan benar dan tepat.

3.3.5 Proses Pembuatan Kemasan

Dalam proses pembuatan kemasan dibagi menjadi beberapa tahapan, beberapa tahapan
tersebut adalah idea phase,design phase, feasibilty phase,capability phase, dan launching
(Julianti;2014).

14
Idea phase,yaitu fase pada mengenali produk dan pasar dari produk yang ingin di
branding kemasannya, meliputi mendekati konsumen dengan menanyakan apa yang
dipikirkan konsumen tentang produk yang bersangkutan, bagaimana cara mereka
menggunakan produk, melalui interaksi dengan konsumen diharapkan terbukanya
peluang pasar yang baru yang biasanya disebut dengan berdasarkan consumer insight.
Setelah melalui tahapan consumer insight tahapan selanjutnya adalah penggalian ide,
penggalian ide dapat dilakukan dari pihak manapun, dari konsumen, atau karyawan,
komplain konsumen,gaya hidup konsumen, tren pasar untuk kategori produk tersebut.
semua ide didiskuiskan, kemudiakan disharing, ide-ide mana yang akan dilanjutkan
sesuai dengan kebutuhan bisnis. Kemudian ide yang lain disimpan karena kemungkinan
bisa dipakai dikemudian hari.

Design phase, yaitu fase dimana format produk yang sudah ditentukan, semua
informasi yang didapatkan oleh desainer dituangkan dalam packaging design brief,
packaging design brief ini dibuat sedemikian rupa agar tidak mengerdilkan ide kreatif
dari desainer. Pada tahap desain terbagi lagi menjadi 3 tahapan, yaitu conceptual design,
Embodiment design, dan detail design. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai 3
tahapan tersebut :

1. Conceptual design meliputi tahapan proses pembuatan berbagai macam konsep desain
untuk memenuhi semua tujuan dari desain itu sendiri. Konsep desain ini bertujuan agar
konsumen dapat menggunakan secara praktis. Dari konsep desain yang bermacam-
macam dipilih yang cocok, kemudian dilanjutkan ke tahap embodiment design.
2. Embodiment design, yaitu pada tahap ini merupakan pengembangan lanjutan dari
desain konsep yang dipilih. Konsep desain yang sudah dipilih harus diberikan bentuk
atau body. Bentuk atau body ini meliputi bentuk geometri,komponen kemasan,dan
material yang diperlukan. Dalam hal ini,perlu dipertimbnagkan apakah desain
kemasan tersebut dapat dibuat. Setelah melalui tahap ini,tahap selanjutnya adalah
tahap detail design.
3. Detail design, yaitu pada tahap ini bentuk ,ukuran ,dan toleransi kemasan ditentukan,
beserta material dan metode yang digunakan dalam proses pembuatannya.

Selain itu juga dilakukan penjelasan yang diberikan dalam bentuk brief design yang
meliputi :

- Brand personality

15
- Profil kompetitr termasuk kemasan yang sekarang beredar dipasaran
- Format produk
- Cara pemasaran di supermarket,pasar tradisional atau keduanya
- Cara display produk
- Ukuran kemasan dan teknologi kemasan yang tersedia
- Target konsumen yang meliputi umur,kelas,gender,keluarga
- Target mengenai harga dan performance dari kemasan

Feasibilty phase, yaitu pada fase ini semua komponen kemasan dibuat pilot mouldnya
atau printing plate nya, dengan menggunakan bahan dan peralatan yang sedemikian rupa
dengan kondisi aktualnya. Pengetesan harus dilakukan pada setiap komponen dan kriteria
sukses tidaknya suatu kemasan ditentukan pada tahap ini.

Capability phase, yaitu semua komponen kemasan masih dilakukan tes final dengan
menggunakan mesin produksi yang sebenarnya.

Launhing phase, yaitu pada tahap ini produksi massal sudah dilakukan dan semua
persiapan peluncuran produk disiapkan, baik contoh untuk customer,iklan, dan alat-alat
merchandising harus disiapkan.

2.4 Perancangan dan Pengembangan Produk.


Proses perencanaan produk dilakukan sebelum suatu proyek pengembangan produk
secara formal disetujui, sumber daya yang penting dipakai dan sebelum tim pengembang
yang lebih besar dibentuk Ulrich (2001). Perencanaan produk merupakan suatu kejadian
yang mempertimbangkan portofolio suatu proyek, sehingga suatu organisasi dapat
mengikuti dan menetukan bagian apa dari proyek yang akan diikuti selama periode
tertentu. Setiap proyek terpilih dilengkapi dengan tim pengembang produk. Tim ini harus
mengetahui misi proyek sebelum dimulai pengembangan. Rencana produk
mengidentifikasi portofolio produk-produk yang dikembangkan dan waktu pengenalan
ke pasar. Proses perencanaan mempertimbangkan peluang-peluang pengembangan
produk, yang diidentifikasi oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran,
penelitian, pelanggan, tim pengembangan produk dan analisis keunggulan para pesaing.
Rencana produk perlu diperbarui secara berkala agar dapat mengakomodasi perubahan
dan perkembangan yang ada. Suatu proses pengembangan yang terdefinisi dengan baik
berguna karena alasan berikut:

16
1. Jaminan kualitas: proses pengembangan menggolongkan tahap-tahap proyek
pengembangan yang dilalui serta melalui butir-butir pemeriksaan. Bila fase-fase dan
titik-titik pemeriksaan ini dipilih secara bijaksana, mengikuti proses pengembangan
merupakan sebuah cara untuk menjamin kualitas dan produk yang dihasilkan.

2. Koordinasi: proses pengembangan yang diterjemahkan secara jelas berlaku sebagai


rencana utama yang mendefinisikan aturan-aturan untuk tiap pemain pada tim
pengembangan. Rencana ini menginformasikan kepada anggota tim kapan kontribusi
mereka dibutuhkan dan dengan siapa mereka harus bertukar informasi

3. Perencanaan: suatu proses pengembangan terdiri dari tolak ukur yang sesuai dengan
penyelesaian tiap fase. Penentuan waktu dari tolak ukur mengikuti jadwal
kesuluruhan proyek pengembangan.

4. Manajemen: suatu proses pengembangan merupakan alat ukur untuk memperkirakan


kinerja dari usaha pengembangan yang berlangsung dengan membandingkan
peristiwa-peristiwa aktual dengan proses yang dilakukan, seorang manajer dapat
mengidentifikasi kemungkinan lingkup permasalahan.

5. Perbaikan: pencatatan yang cermat terhadap proses pengembangan suatu organisasi


sering membantu untuk mengidentifikasi peluang-peluang untuk perbaikan.

Proyek pengembangan produk dikelompokkan menjadi empat tipe:

1. Platform produk baru, tipe proyek ini melibatkan usaha pengembangan utama untuk
merancang suatu kumpulan produk baru berdasarkan platform yang baru dan umum.
Kumpulan produk baru akan memasuki kategori pasar dan produk yang sudah
dikenal.

2. Turunan dari platform produk yang telah ada, proyek ini memperpanjang platform
produk supaya lebih baik dalam memasuki pasar yang telah dikenal dengan satu atau
lebih produk baru.

3. Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada, proyek ini mungkin hanya
melibatkan penambahan atau modifikasi beberapa detail produk dari produk yang
telah ada dalam rangka menjaga lini produk yang ada pesaingnya.

17
4. Pada dasarnya produk baru, proyek ini melibatkan produk yang sangat berbeda atau
teknologi produksi dan mungkin membantu untuk memasuki pasar yang belum
dikenal dan baru.

Karena tahap pengembangan konsep dalam proses pengembangan membutuhkan


lebih banyak koordinasi dibandingkan fungsi-fungsi lainnya, banyak metode
pengembangan yang dikembangkan pada saat ini, salah satu contoh proses
pengembangan konsep dari awal hingga akhir ditunjukkan pada gambar 2.1.

Pernyataan Mendesain Rencana


Identifikasi Menetapkan Memilih Menguji Menetapkan
MIsi Konsep- Rencana Alur Pengembangan
Kebutuhan Spesifikasi & Konsep Konsep Spesifikasi
konsep Pengembangan
Pelanggan Targetnya Produk Produk Akhir
Produk

Proses Analisa Ekonomis Produk

Benchmark Produk Kompetitor

Membangun Model Pengujian dan Prototype Produk

Gambar 2.1 Tahap Pengembangan Konsep

Sumber : Ulrich & Eppinger, 2001

2.5 Kansei engineering


2.5.1 Definisi Kansei engineering

Kansei engineering didefinisikan sebagai teknologi penerjemahan perasaan


konsumen (kansei) tentang produk yang akan datang (baru). Menjadi sebuah elemen
desain, dengan deginisi ini kansei engineering berusaha memproduksi produk baru
berdasarkan perasaan dan permintaan konsuen. Tujuan dari penelitian kansei engineering
adalah untuk mencari struktur emosi yang ada dibawah sikap atau tingkah laku manusia.

Kansei engineering adalah jenis teknologi yang menerjemahkan perasaan


pelanggan kedalam spesifikasi desain (Nagamachi & Lokman, 2011). Dengan
mengambil perasaan pelanggan, dengan nama Kansei; menganalisa data menggunakan
metode psikologi, ergonomi, kedokteran, atau metode rekayasa; dan mendesain produk
baru berdasarkan analisis informasi. Kansei/affective engineering adalah teknologi dan
proses rekayasa dari data Kansei kedalam spesifikasi desain

Terdapat tiga titik fokus Kansei engineering, yaitu (Nagamachi (2001) dalam
Schutte (2002)):

1. Bagaimana cara memahami konsumen secara akurat?

18
2. Bagaimana mencerminkan dan menerjemahkan pemahaman Kansei ke dalam
desain suatu produk?
3. Bagaimana menciptakan sistem dan organisasi desain yang berorientasi Kansei?

Kansei engineering berhubungan dengan empat hal yaitu :

a. Untuk menangkap perasaan konsumen tentang produk menurut istilah


ergonomis dan estimasi psikologis.Semantic Differential (SD) yang
dikembangkan oleh Osgood merupakan teknik utama untuk menangkap Kansei
Konsumen (Jayne Al Hindawe, 1991). Penjelasan konsep mengenai Semantic
Differential dapat ditunjukkan oleh gambar 2.2

Gambar 2.2 Semantic Differential Kansei Egineering


Sumber : Nagamachi, 1999
b. Untuk mengidentifiksi karakteristik desain produk dari Kansei konsumen.
c. Untuk membangun Kansei engineering sebagai sebuah teknologi ergonomis.
d. Untuk menyesuaikan desain produk dengan perubahan sosial yang sedang
terjadi.

2.5.2 Metode Kansei Engineering

Ada 6 metode Kansei engineering yang digunakan oleh nagamichi yaitu :

1. Kansei engineering Type-I Category Classification


Pada Kansei Type-I langkah pertama adalah menentukan strategi produk dan
menciptakan konsep dalam rancangannya. Kemudian mengumpulkan kata-kata
Kansei yang berkaitan dengan konsep. kata-kata Kansei bisa didapatkan dengan cara
wawancara, studi literatur, quesioner, dsb. Diagram proses mengenai Kansei
Engineering type I adalah sebagai berikut :

19
Gambar 2.3 Diagram Kansei Engineering type I
Sumber : Nagamachi, 1999
Selanjutnya Kansei words yang telah terkumpul kemudian dikategoikan dan
dikolektifkan berdasarkan sifatnya, dan langkah terakhir mereduksi kasei words
tersebut berdasarkan levelnya, level tertinggi merupakan kansei words yang terpilih
dan mewakili kelompok kansei wordsnya. Kansei Type-I lebih dikenal dengan sebutan
konsep zero level yang terdiri dari beberapa subkonsep.Berikut ini merupakan
langkah-langkah dalam metode kansei engineering tipe 1:

1. Decision of strategy (Company Strategy)


Kansei engineering bermula dari keputusan strategi perusahaan, perusahaan ingin
menciptakan produk baru yang produk khususnya menggunakan kansei
engineering. Perusahaan mesti mempunyai konsep tertentu atau strategi untuk
produk baru. kansei engineering harus memanfaatkan strategi ini untuk diterapkan
ke dalam bidang baru.
2. Collection of kansei word
Langkah awal setelah keputusan dari strategi baru adalah mengkoleksi kata kansei
berkaitan dengan konsep produk baru (mengenai 20-30 kata kansei)
3. Setting of SD Scale
Untuk pengumpulan kansei word adalah diantara skala 5 atau 7.
4. Collection of other product sample
Untuk membandingkan diantara produk yang sama dari perusahaan dan pembuat
lainnya. sampel adalah koleksi dari perbedaan-perbedaan perusahaan yang
dimasukkan ke dalam benchmark (terdiri dari 10-20 sampel)
5. List item/category

20
Item atau kategori menggambarkan spesifikasi desain tentang produk sampel yang
dikumpulkan. semua sifat produk dijelaskan. untuk warna, bentuk, ukuran, merek,
logo dan lain-lain.
6. Evaluation experiment
Setelah kerja panel dari laki-laki dan perempuan (pelajar atau orang dewasa) semua
subyek menyertai dalam percobaan penilaian. mereka merekam perasaan mereka
dengan kata-kata kansei untuk setiap sampel pada lembar skala SD.
7. Statistical Analysis
Evaluasi data adalah analisa dari metode statistik, terutama dengan menggunakan
analisis statistik multivariat.
8. Interpretation Of The Analyzed Data
Semua data harus dianalisis dan ditafsirkan dari sudut pandang kansei engineering.
tujuannya adalah untuk mencari hubungan antara kansei manusia dan produk. dari
data yang dianalisis didapatkan hubungan kansei dengan spesifikasi desain.
9. The Explanation Of Data
Interprestasi data harus menjelaskan kepada perancang perusahaan untuk
membuat desain baru dengan bantuan pendesaian.
10. Collaboration With Designer
Teknik kansei memotivasi perancang perusahaan untuk membuat emosi baru
desain produk melangkah lebih dari data analisis. dalam proses ini, kansei
engineering seharusnya mendukung pembuatan desain pada data kansei. ini
adalah semacam kerja sama antara kansei engineering dan perancang.

2. Kansei engineering Type-II Kansei engineering System (KES)


Pada Kansei Type II ini memiliki sistem secara matematis dan statistik untuk
menghubungkan Kansei dengan sifat suatu produk. Metode ini menggunakan sistem
komputerisasi yang berisi database mengenai kata-kata Kansei. Kansei engineering
terdiri database yang menggabungkan sejumlah kata-kata Kansei, gambar, pengetahuan,
desain, dan warna tentang hubungan antara data.
Dasar-dasar arsitektur sistemini menjadi empat buah basis data. Yaitu :
1. Basis Data Kansei
Kata-kata Kansei adalah representasi dari perasaan pelanggan terhadap produk
yang dikumpulkan dari pembicaraan dengan salesman di pasar atau dari majalah
industri. Lebih dari 600 kata dikumpulkan dan direduksi hingga menjadi sekitar

21
100 kata. Setelah membangun SD dan mengevaluasi jumlah dari produk dalam
skala SD, data terevaluasi dianalisa dengan analis faktor. Hasil dari analisis
faktor menyarankan ruang tujuan Kansei, yang akan menjadi basis data kata-
kata kansei yang di bangun ke dalam sistem.
2. Basis Data Citra (image)
Hasil evaluasi dengan SD merupakan analisa kedua oleh teori kuantitatif
Hayashi tipe I (Hayashi, 1996) yang merupakan tipe dari analisa regresi untuk
data kualitatif. Melalui analisis ini, dapat memperoleh daftar hubungan (kaitan)
statistik antara kata-kata kansei dan elemen-elemen desain. Disini dapat
diidentifikasi kata-kata kansei yang memberikan kontribusi terhadap item-item
rincian desain tertentu. Sebagai contoh jika pelanggan menginginkan sesuatu
yang ’nyaman’. Kata kansei ini berkorespondensi terhadap beberapa rincian
desain dalam sistem. Data ini membangun basis data citra (image) dan basis
aturan (rule base).
3. Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan terdiri dari aturan-aturan yang dibutuhkan untuk memutuskan
tingkat korelasi antara item-item rincian desain dengan kata-kata kansei.
Beberapa aturan dihasilkan dari perhitungan teori kuantitatif dan beberapa dari
prinsip-prinsip kondisi warna, dan sebagainya.
4. Basis Data Desain dan Warna
Rincian desain di dalam sistem diimplementasikan dalam bentuk basis data
warna, secara terpisah. Semua rincian desain terdiri dari aspek-aspek desain
yang berkorelasi sebagaimana seluruh bangun dengan tiap-tiap kata kansei.
Basis data warna terdiri dari seluruh warna yang juga berkorelasi dengan kata-
kata kansei. Kombinasi komponen desain dan warna dikeluarkan oleh sistem
inferensi tertentu dan ditayangkan dalam bentuk grafis pada layar.
5. Prosedur Kansei engineering
Pelanggan memasukan kata-kata tentang citra yang berkaitan dengan produk
yang diharapkan ke dalam KES. KES menerima kata-kata ini melalui basis data
kansei dan memeriksa apakah dapat menerimanya atau tidak. Jika dapat diterima
kata-kata kansei tersebut akan dikirim ke basis pengetahuan. Motor inferensi
bekerja pada tiap tahap ini dengan mencocokan basis peraturan dan basis data
citra. Kemudian motor inferensi memutuskan aspek-aspek dari rincian desain

22
dan mengendalikan KES mengeluarkan dan menayangkan komponen dan warna
yang sesuai pada layar.
6. Bagaimana membangun KES
Yang pertama dilakukan adalah memutuskan domain produk secara spesifik.
Setelah itu mengumpulkan kata-kata kansei dan membangun skala SD dari kata-
kata tersebut. Setelah itu data dianalisis dengan analisis faktor dan teori
kuantifikasi tipe I, dan membuat empat basis data tersebut, motor inferensi dan
sistem kendali yang berbasis prosedur pakar.
7. Aspek-aspek penerapan KES
Terdapat dua cara penerapan KES, yaitu : dukungan terhadap keputusan
pelanggan untuk memiliki produk dan dukungan untuk desainer dalam
memutuskan pengembangan produk.

3. Kansei engineering Type-III Hybrid Kansei engineering System.


Kansei Type III hampir mirip dengan Kansei Type II. Perbedaan nyata antara kedua
tipe ini adalah, jika Kansei Type II hanya dapat mengubah Kansei konsumen menjadi
suatu parameter perancangan sedangkan Kansei Type III dapat memprediksikan sifat
dari suatu produk yang lebih dikenal dengan sistem hybrid.Diagram mengenai kansei
engineering type III terdapat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Digram proses Kansei Engineering System


Sumber : Nagamachi, 1999
4. Kansei engineering Type-IV Kansei engineering Modeling
Jenis Kansei Modeling ini mengimplementasikan model matematika yang bertujuan
untuk memprediksi perasaan konsumen kedalam bentuk kata-kata. Kansei tipe ini
menerepkan sistem yang lebih berpengalaman terhadap Kansei engineering, dengan
menggunakan pengukuran dan penggabungan Fuzzy, sistem ini akan mengizinkan
konsumen untuk menilai perasaan (Kansei) ke dalam kata bahkan serangkaian data.
Sistem ini digunakan untuk mendiagnosa perasaan tentang nama merek.
5. Kansei engineering Type-V Virtual Kansei engineering

23
Jenis Kansei engineering ini merupakan lanjutan dari teknik KES yang menggunakan
virtual reality (VR), sebuah teknologi yang kuat untuk menempatkan konsumen dalam
lingkungan virtual 3D.
6. Kansei engineering Type-VI Collaborative Kansei engineering Designing
Collaborative Kansei engineering Designing adalah jenis Kansei yang didukung oleh
sistem internet. Prinsip kerja Kansei tipe ini mempublikasikan KES agar dapat dinilai
oleh grup tertentu yang ditawarkan di internet.melalui cara ini tahap pengembangan
dapat dipersingkat dan sisederhanakan.

2.6 Analisis Faktor


Analisis faktor merupakan salah satu metode multivariate yang digunkan untuk
menganalisis variabel-variabel yang diduga memiliki keterkaitan satu sama lain sehingga
keterkaitan tersebut dapat dijelaskan dan dipetakan atau dikelompokan pada faktor yang
tepat (Imam, 2006).
Metode ini bertujuan untuk mereduksi sejumlah variabel menjadi lebih sedikit.
Selain itu, metode ini juga dapat menjelaskan tentang variabel yang bersifat dominan
dalam suatu permaslahan.

2.7 Analisis Konjoin


Analisis konjoin (conjoint analysis) adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat kepentingan atribut suatu produk, dan untuk mengetahui tanggapan
konsumen terhadap perubahan kombinasi atribut suatu produk (Simamora, 2005).

2.8 Ergonomi
2.8.1 Definisi Ergonomi

Menurut organisasi asosiasi ergonomi internasioanl (IEA) ergonomi atau human


factor adalah sebuah disiplin keilmuan yang memiliki fokus dalam memahami interaksi
antara manusia dan elemen lainnya didalam sebuah sistem. Ergonomi adalah pekerjaan
yang mengaplikasikan teori,prinsip,data dan metode didalam mendesain dengan tujuan
optimalisasi keberadaan manusia dan keseluruhan performa dalam suatu sistem.
Ergonomi memberikan kontribusi kepada desain dan evaluasi aktivitas kerja, pekerjaan,
produk, lingkungan dan sistem dengan tujuan membuat semua itu sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia.

24
Sedangkan menurut Suma’mur (1989) , Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya
berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknuua,
dengan tujua tercapainya produktivitas kerja dan efisiensi yang setinggi-tingginya
melalui pemanfaatan faktor manusia dengan optimal. Ergonomi adalah komponen
kegiatan dalam ruang lingkup yang anata lain meliputi penyerasian perkejaan terhadap
tenaga kerja secara timbal balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.

Ergonomi menrut Bridger (1995), Ergonomi merupakan ilmu yang memiliki


perhatian pada desain dari sistem dimana manusia melakukan sebuah aktivitas pekerjaan.
Asal kata ergonomi berasal dari bahasa yunani , yaitu ergon yang berarti bekerja dan
nomos yang berarti hukum. Ergonomi bertujuan untuk memastikan kebutuhan manusia
akan keselamatan dan efisiensi pekerjaan selama merka berrada dalam lingkungan
kerjanya.

Ergonomi adalah praktek dalam mendesain perlaatan dan rincian pekerjaan sesuai
dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cedera pada pekerja (OSHA,
2003)

Ergonomi adalah suatu konsep atau sebuah ide, tentang cara pandang terhadap dunia,
bagaimana manusia berpikir dan bagaimana mekera berinteraksi dengan semua aspek dari
lingkungan, peralatan yang mereka gunakan dan situasi kerja mereka. (Oborne, 1995).

2.8.2 Ruang Lingkup Ergonomi

Menurut organisasi asosiasi ergonomi internasional (IEA) ergonomi adalah sebuah


disipilin ilmu yang berorientasi terhadap sistem, yang sekarang telah berkembang
meliputi semua aspek didala kehidupan manusia. Mengaplikasikan ergonomi, haruslah
memiliki pemahaman yang luas mengenai seluruh lingkup dari keilmuan ini. Ilmu
ergonomi memliki beberapa domain spesialisasi, diantaranya adalah :

a. Fisikal ergonomi yaitu keilmuan yang memiliki fokus pada anatomi manusia,
antropometri, psikologi dan biomekanik karakteristik yang terkait dengan
aktivitas fisik.
b. Kognitif ergonomi yaitu keilmuan yang memiliki fokus pada proses mental,
seperti persepsi, ingatan, alasan dan respon motorik yang merupakan hasil dari
interksi antara manusdia dengan elemen lain didalam sebuah sistem.

25
c. Organisasional ergonomi adalah keilmuan yang memiliki fokus pada optimalisasi
sistem sosioteknik, termasuk struktur organiasai , kebijakan dan proses.

Departemen kesehatan mengungkapkan, beberapa aspek keilmuan yang menjadi


ruang lingkup dalam ergonomi, antara lain

a. Teknik
b. Pengalaman psikis
c. Anatomi
d. Fisiologi
e. Antropometri
f. Sosiologi
g. DesainS

2.8.3 Cultural ergonomics

Dalam bukunya yang berjudul Culture Ergonomics, Jackson (2014) menjelaskan


bahwa cultural ergonomics merupakan pendekatan terhadap desain sebuah produk,
pengembangan dan evaluasi terhadap sistem yang ada.Tahapan pengembangan desain
dari aspek ergonomi dapat ditunjukkan oleh Gambar 2.5

Gambar 2.5 Pengembangan desain dari aspek ergonomi


Sumber : Kreifeld dan Hill, 1976

Tujuan dari cultural ergonomics adalah untuk memastikan sistem atau produk yang
dibuat didesain sesuai dengan kebutuhan oleh orang yang merasakannya. Dimana sebuah
produk dapat bermanfaat bagi semua individu yang terlibat, akibat dari keragaman
budaya yang ada pada suatu tempat yang mengakibatkan adanya integrasi antara individu

26
yang memiliki budaya yang berbeda satu sama lain. Dalam desain sebuah produk culture
ergonomics adalah sebuah pendekatan untuk variasi interaksi dan pengalaman yang
ditawarkan benda tersebut kepada pengguna berdasarkan budaya.

Jackson (2014) menjelaskan ada beberapa hal yang menjadi alasan pentingnya
pendekatan cultural ergonomics dalam sebuah desain adalah sebagai berikut :

1. Migrasi dari manusia ke wilayah perkotaan, mengenalkan pada beberapa


pekerjaan baru dan sistem kerja yang baru misalnya pada industri, jasa,
pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi dan wisata.
2. Meningkatnya dominasi dari sistem kerja yang “informal” karena penyesuaian
dari keadaan sekitarnya, contohnya adalah tidak adanya regulasi yang tetap
mengenai sistem kerja, teknologi yang digunakan, dan praktek dari pekerjaan (
pekerja imigran, pekerja musiman, buruh dan pembantu rumah tangga )
3. Perubahan secara global yang meliputi musim, tragedi kemanusiaan, konflik,
bencana dan kerjasama antar negara
4. Tren yang berkembang di masyarakat mengenai kesehatan, pola hidup konsumtif
yang mengarah pada proporsional bentuk tubuh dan meningkatnya berat badan.

Tahapan dalam ergonomi budaya adalah yang pertama adalah menerjemahan dari
suatu budaya yang ada, yaitu dengan cara identifikasi aspek aspek budaya apa saja yang
ada pada daerah tersebut, kemudian yang kedua adalah dengan menerjemahkan aspek
budaya tersebut kedalam suatu desain barang,yang berupa infromasi desain tersebut dan
elemen elemen yang ada pada desain tersebut. Kemudian yang ketiga atau tahap yang
terakhir adalah dengan implementasi konsep desain tersebut terhadap desain yang akan
dibuat sehingga tercipta suatu produk yang memiliki atau mengandung nilai cultural
ergonomics.Secara keseluruhan tahapan dalam cultural ergonomics ada pada gambar 2.6

27
Gambar 2.6 Cultural Ergonomics in interactional and experiental design
Sumber : Desmert dan Heckert, 2007

2.8.4 Peran Culture Ergonomics pada Desain Produk Konsumen

Suh dan Kwon (2002) mengemukakan bahwa beberapa konsumen dari sebuah
produk yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda memiliki opini tersendiri
dari sebuah produk tersebut, dan produk memiliki nilai yang berbeda bagi tiap konsumen
yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Evers dan Day (1997) mengemukakan
bahwa kebudayaan adalah sebuah hal yang kompleks yang memiliki banyak dimensi,
Hofstede (1984) mengemukakan bahwa penelitian yang dilakukan pada lebih dari 50
negara mengenai sebuah kebudayaan, kebudayaan dapat diukur denan 5 dimensi, yaitu
kesamaan hak, individualisme, feminism, tujuan jangka panjang, dan penanganan
ketidakpastian. Selain itu juga terdapat beberapa hal yang mempengaruhi yaitu umur,
perilaku konsumsi, sosio ekonomis.

Lamb, Hair, dan McDaniel (2008) membagi produk konsumen menjadi tiga bagian,
yaitu convenience products,shopping products, dan specialty products. convenience
products adalah produk yang dikonsumsi dan dibeli secara reguler, seperti makanan,
minuman, obat-obatan. shopping products merupakan produk yang dibeli pada periode
tertentu saja, konsumen lebih banyak melakukan pengamatan pada barang tersebut
sebelum membeli, dan pembelian barang tersebut juga dipengaruhi oleh aktualisasi dari
kelas sosial konsumen, seperti produk elektronik,perabotan rumah dan pakaian. specialty
products adalah produk dengan range harga paling mahal diantara dua jenis produknya,
walaupun terkadang produk ini dibeli unutk kebutuhan sehari hari, misalnya kendaraan
mewah, minuman dan makanan kelas atas, dan beberapa produk dari selebritas.

28
Dalam bukunya cultural ergonomics Jackson (2014) menjelaskan terdapat beberapa
metode yang bisa digunakan untuk memahami peran dari culture ergonomics pada
produk konsumsi secara keseluruhan mengenai metode yang bisa digunakan, dapat dilihat
pada Gambar 2.6 mengenai matrix perbandingan antar metode :

Gambar 2.6 Matrix pengambilan data kualitatif dan kuantitatif


Sumber : Cultural ergonomics:Jackon, 2014

Berikut ini merupakan penjelasan dari beberapa metode yang bisa digunakan dalam
cultural ergonomics :
1. Survey
Dengan survey dilakukan untuk beberapa tujuan, diantaranya adalah untuk
memperoleh gambaran deskriptif, penjelasan, dan eksplorasi mengenai hal
tersebut. Survey dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu yang pertama dengan
kuisioner dan yang kedua dengan interview.
2. Diskusi grup
Dengan diskusi grup, untuk mendengarkan dan mendapatan informasi yang
diperoleh, dengan cara mengumpulkan 5-10 orang yang ada di bidangnya
kemudian saling bertukar pendapat yang dipimpin oleh moderator. Diskusi grup
juga dapat digunakan untuk tahapan tes prototype dari sebuah produk sekaligus
evaluasi terhadap produk tersebut.

29
3. Observasi
Pada tahapan observasi dapat dilakukan dengan cara pengamatn langsung
keadaaan yang ada dilapangan. Dengan mempelajari perilaku masyarakat dan
kebudayaannya. Observasi merupakan teknik yang ideal untuk daerah yng
mengalami asimilasi multietnik dengan beragam budaya yang ada.

30
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian yang akan dilaksanakan diperlukan dasar-dasar argumentasi ilmiah
yang berhubungan dengan konsep-konsep yang diperlukankan dalam penelitian dan akan
dipakai dalam analisis. Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa dasar-dasar argumentasi
atau teori yang digunakan dalam penelitian.

3.1 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2009), terdapat beberapa jenis metode penelitian yang


dikelompokkan sebagai metode untuk karya ilmiah, yaitu:
1. Metode penelitian eksperimental
2. Metode deskriptif
3. Metode evaluatif

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian evaluatif, yaitu suatu penelitian
yang diupayakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk.
Penelitian evaluatif dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan suatu program, produk
atau kegiatan tertentu (Danim, 2000). Sedangkan evaluasi sendiri adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan
(Arikunto, 2007).

Objek dari penelitian ini adalah packaging makanan oleh oleh khas malang.
kemudian melalui tahap pertama menentukan produk mana yang akan dijadikan objek
penelitian, kemudian tahap keduanya adalah mengumpulkan sampel dari pembeli dan
menjelaskan spesifikasi dari produk, tahap ketiga adalah melakukan proses penggalian
ide dari desain yang dilakukan pengumpulan kansei words dan melakukan pengujian
untuk menentukan kategori yang terpilih dalam kansei words, kemudian dilakukan
analisis data yang didapat dari kuisioner yang disebar kepada konsumen mengenai
cultural ergonomics, dari data yang didapat dari dua kansei words dan cultural
ergonomics didapatkan packaging design brief, dari packaging design brief didesain
beberapa konsep produk, dilanjutkan dengan memilih dan menguji konsep produk. yang
diakhiri oleh tahap pengujian prototype yang dibuat, dan diakhiri dengan tahapan detail
design dan menarik kesimpulan yang didapat.

31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kota Malang dengan respondennya adalah para
pembeli oleh-oleh khas dari UMKM yang ada di Kota Malang. Penelitian dilakukan dari
tanggal 1 Maret 2017 hingga tanggal 1 Mei 2017.

3.3 Data yang Digunakan

Penelitian ini memiliki beberapa tahap yaitu tahap pendahuluan, tahap pengumpulan
data, tahap pengolahan data serta tahap analisis dan pembahasan.

1. Data Primer
Data yang diperoleh dari pengambilan data secara langsung oleh peneliti. Data
primer yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara dengan
pihak UMKM , hasil kuisioner dari pembeli.
2. Data Sekunder
Data yang telah disediakan oleh Pemerintahan kota malang mengenai UMKM , Studi
literatur dan Penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya.
3.4 Metode Pengumpulan Data

Data-data yang telah disebutkan sebelumnya diperoleh dengan berbagai metode.


Berikut adalah metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Metode penelitian kepustakaan (Library Research)
Metode penelitian kepustakaan merupakan metode dalam pencarian, mengumpulkan
dan menganalisis sumber data untuk diolah dan disajikan, sumber kepustakaan bisa
berupa penelitian- penelitian terdahulu dan buku- buku bacaan, dalam penelitian ini
literatur berhubungan dengan pengukuran kinerja.
2. Metode penelitian lapangan (Field Research)
Metode ini digunakan dalam pengumpulan data secara langsung pada objek
penelitian, teknik penelitian lapangan yang dipakai dalam penelitianini adalah
sebagai berikut:
a. Interview atau Wawancara dan Kuesioner
Suatu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengajukan
pertanyaan kepada orang yang bersangkutan. Data yang diperoleh dari teknik
wawancara dan kuisioner ini adalah merupakan tanggapan dari konsumen
mengenai packaging yang ada dalam produk yang diteliti.

32
b. Observasi
Suatu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengadakan
pengamatan langsung terhadap keadaan yang sebenarnya. Data yang diperoleh
dari teknik observasi ini adalah gambaran mengenai produk yang dijual kepada
konsumen dan kondisi packaging yang ada saat ini.

3.5 Langkah- langkah Penelitian


Langkah-langkah penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Metode studi literatur ini merupakan salah satu metode yang mana mengambil data
atau memperoleh informasi dari buku, jurnal ilmiah, penelitian- penelitian terdahulu,
dan literature bacaan yang lain. Dari studi literatur tersebut akan didapatkan
informasi- informasi mengenai kondisi umkm saat ini, kansei engineering, cultural
ergonomics, tahapan perancangan produk, perancangan kemasan, dan reposotioning
dalam pemasaran, selanutnya adalah informasi mengenai metode apa saja yang bisa
digunakan untuk mewujudkan desain dari kemasan ,dan jenis dari metode kansei
engineering yang akan digunakan.
2. Studi Lapangan
Metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi dari lingkungan secara langsung
dari permasalahan yang diteliti. Terdapat beberapa cara yang digunakan untuk
mengetahui kondisi permasalahan yang diteliti,yaitu: interview, brainstorming,
observasi, dokumentasi dan eksperimen.
3. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui permasalahan awal dengan cara
melakukan pengamatan terhadap kondisi packaging yang ada di pasaran secara
langsung kemudian serta mengetahui perilaku konsumen terhadap pembelian
terhadap oleh-oleh UMKM khas Kota Malang berdasarkan aspek packaging.
Informasi dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai produk UMKM khas
Kota Malang juga digunakan untuk mengetahui permasalahan awal.
4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dilakukan setelah mengidentifikasi masalah, masalah yang telah
diidentifikasi kemudian dibandingkan dengan keadaan nyata yang ada sehingga dari
perilaku konsumen akan diidentifikasikan menjadi citra atau kebutuhan dari
konsumen.

33
5. Penetapan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian memuat uraian yang menyebutkan secara spesifik maksud atau
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian dan berdasarkan perumusan masalah yang
telah disebutkan, yaitu mengetahui prioritas atribut-atribut yang menjadi keinginan
konsumen kemudian diwujudkan dalam sebuah produk barupa kemasan yang baru.
6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data awal yaitu mengenai kuisioner yang disebarkan kepada konsumen
dan tahap observasi langsung pada produk yang ada dipasaran,untuk mementukan
produk yang akan diteliti,kemudian tahap pembagian kuisioner kepada konsumen
untuk menentukan atribut mana saja yang menurut konsumen perlu yang menjadi
input pada kansei words. Kemudian dari kansei words yang telah terpilih disesuaikan
dari hasil yang didapat dari kuisioner cultural ergonomics.
7. Pengolahan Data
Setelah mengumpulkan data-data yang diperlukan, maka dimulai tahap pengolahan
data yaitu tahap pengujan data terhadap kansei words,atribut kansei words yang mana
yang dijadikan pertimbangan dalam pengembangan desain packaging, selanjutnya
dilakukan analisa dengan aspek cultural ergonomics. yang menghasilkan ouput
berupa packaging design brief yang akan digunakan sebagai acuan dalam membuat
beberapa konsep produk.
8. Analisis dan Pembahasan
Setelah melakukan pengolahan data, kemudian hasil dari pengolahan data tersebut
dianalisis dan dibahas. Hasil dari pengolahan data dianalisis dan dibahas untuk
menentukan atribut yang dipakai dalam desain packaging beserta pertimbagan dari
aspek cultural ergonomics. Setelah itu dibuat beberapa alternatif konsep produk yang
dilanjutkan dengan pengujian alternatif produk, sehingga didapatkan alternatif
produk yang terpilih.
9. Penarikan Kesimpulan dan Saran
Setelah melakukan seluruh tahapan sebelumnya, kemudian penulis menyimpulkan
hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data. Kesimpulan dan saran merupakan
tahapan akhir dari penelitian yang mencangkup semua hal yang sudah dilakukan
dalam penelitian.Kesimpulan pada penelitian ini adalah berupa alternatif produk
berupa kemasan yang terpilih dari kansei words dan masukan dari cultural
ergonomics.

34
3.6 Diagram Alir Penelitian
Pada gambar 3.1 berikut ini merupakan diagram alir penelitian dari awal dlakukan
penelitian hingga akhir dari penelitian.

35
Mulai

Studi Lapangan

Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Tahap
Pendahuluan Perumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pengumpulan Data
Data Primer
Tahap 1. wawancara
Pengumpulan Data 2. Observasi
- penyebaran dan pengumpulan kuesioner dalam menentukan kemasan
yang harus di redesign

Wawancara dilakukan terhadap pemilik UMKM dan penyebaran kuesioner


pada pelanggan produk UMKM

Identifikasi Kebutuhan pelanggan (Kansei engineering) Identifikasi Kebutuhan pelanggan (cultural ergonomics)

Menggunakan kansei engineering untuk identifikasi design brief Menggunakan Cultural ergonomics untuk identifikasi design
1. Mengumpulkan data berupa kansei words brief
2. Menentukan kansei words yang relevan pada sematic differential 1. Mengumpulkan data berupa kuesione, observasi, dan
3. Uji kecukupan data, uji keseragaman, validitas dan relaibilitas wawancara pada pelanggan
4. Analisis faktor 2. Data dari pelanggan ditrasnformasukan menjadi behavioral
5. Analisi Conjoint design
6. Mengumpulkan kategori yang terpilih pada kasei enginnering

Membandingkan Hasil antara Kansei Engineering dan Cultural


Ergonomics dalam aspek design brief

Tahap
Pelaksanaan penelitian
1. Mendesain Alternatif konsep produk
2. Memilih alternatif konsep produk
3. Menguji konsep produk
4. Menetapkan Spesifikasi Akhir
5. Rencana pengembangan

Tahap Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan

Selesai

36

Anda mungkin juga menyukai