Skripsi Kansei Engineering Pada Kemasan
Skripsi Kansei Engineering Pada Kemasan
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam melaksanakan penelitian diperlukan hal-hal penting yang digunakan sebagai
dasar dalam pelaksanaannya. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang
mengapa permasalahan ini diangkat, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan asumsi penelitian.
1
2
yang terbatas, dan akses permodalan yang terbatas. (Nur Aini, Republika, 15 Oktober
2015). Selain itu permasalahan UMKM juga dipaparkan oleh Penggiat UKM Kuliner
Malang raya, Roni dalam MoU Peduli Usaha kecil dan menengah malang raya antara
UMKM Kota Malang dan Universitas Merdeka Malang, ada tujuh faktor utama yang
menjadi permasalahan UMKM di Malang Raya, antara lain : kurangnya keterampilan,
ketersediaan bahan baku, proses yang tidak standar, sistem pemasaran yang kurang efektif,
Administrasi yang tidak tercatat dengan baik, pengemasan yang kurang menarik,dan
sulitnya permodalan.(Unmer, 5 April 2016)
Dari beberapa masalah yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu masalah yang
menjadi permasalahan UKM di Malang raya adalah mengenai kemasan yang kurang
menarik. Perkembangan teknologi telah merubah fungsi kemasan. Menurut Kartajaya
(1996) mengemukakan bahwa teknologi membuat packaging merubah fungsi kemasan
yang awalnya “kemasan melindungi apa yang dijual, menjadi menjual apa yag dilindungi”,
selain itu Klimchuk dan Krasovec (2007) mengemukakan bahwa kemasan merupakan
salah satu faktor pencipta suatu image tertentu yang ingin dibangin oleh produk, seperti
yang dikemukakan oleh, yaitu kemasan berfungsi untuk membungkus, melindungi,
mengirim, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk dalam
pemasarannya. Selain itu menurut Julianti (2014:15) kemasan yang menarik juga dapat
menjadi pemicu minat beli dengan merangsang lima pancaindra konsumen, hingga
mengakibatkan keputusan membeli dan menggunakan produk, selain itu kemasan adalah
wadah untuk meningkatkan nilai dan fungsi sebuah produk. Faktor kemasan yang tidak
tepat juga menjadi salah satu alasan mengapa produk didalamnya ditolak oleh pasar, Tabel
1.1 memperlihatkan perbandingan persepsi mengenai kemasan produk makanan ringan
antara konsumen, produsen, dan distributor.
Tabel 1.1
Perbandngan Persepisi Mengenai Kemasan Produk Makanan Ringan
Data Konsumen Produsen Distributor
Bahan - Plastik tipis - Plastik kurang tebal - Plastik kurang tebal
Kendala Desain
- Terjamin Keamanan,
kesehatan dan
keselamatan
Berdasarkan hasil dari kuesioner mengenai kepetingan desain kemasan yang menarik
pada produk makanan dan minuman UMKM kota Malang, yang disebarkan kepada 50
konsumen oleh-oleh khas kota Malang di sentra oleh-oleh khas Malang yang tersebar di
Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang. Hasil dari kuesioner tersebut dapat dilihat
pada Gambar 1.1.
25
Respinden
20
15
10
5
0
Sangat Cukup Kurang
Penting
Penting penting Penting
Tingkat Kepentingan 19 24 5 2
Gambar 1.1 Rekap Hasil Kuesioner Kepentingan Kemasan menarik dalam produk UMKM
Dari hasil Kuesioner mengenai pentingnya kemasan yang menarik dalam produk
makanan UMKM, diketahui sebagian besar responden menyebutkan bahwa kemasan yang
4
menarik dalam produk makanan dan minuman UMKM adalah penting, diketahui
responden yang menyatakan sangat penting berjumlah 19, penting 24, cukup penting 5,dan
kurang penting 2. Dari hasil kuesioner tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pentingnya
kemasan yang menarik dalam produk makanan dan minuman bagi konsumen produk
UMKM, sebagai tindak lanjut atas permasalahan yang ada di kuisioner sebelumnya, dan
dari hasil kuesioner mengenai kepentingan kemasan maka penulis melakukan survey
mengenai produk yang menurut konsumen kurang memuaskan dari segi kemasan. Dari
kuesioner yang disebarkan pada 50 responden, dimana setiap responden berhak untuk
menyebutkan lebih dari satu jenis produk yang dirasa kurang memuaskan dari segi
kemasan, hasilnya dapat dilihat pada gambar 1.2.
30
Responden
25
20
15
10
5
0
Keripik Olahan
Keripik
Olahan susu Strudel Lainnya
Tempe
Buah KUD
Jenis produk makanan 34 16 10 6 1
Gambar 1.2 Rekap Hasil Kuesioner Kemasan Produk yang Kurang Menarik
Dari hasil kuesioner mengenai kemasan produk yang kurang menarik, didapatkan
bahwa responden menyebutkan keripik tempe merupakan produk yang kurang menarik dari
segi kemasan, dibandingkan dengan produk yang lain. Sebanyak 34 responden
menyebutkan bahwa Keripik olahan dari tempe, kurang menarik dari segi kemasan. Dalam
pembuatan kemasan, UMKM juga harus menyesuaikan dengan peraturan yang dibuat oleh
pemerintah melalui badan pengawas obat dan makanan, serta CPBB-IRT pada tahun 2016.
Ada 7 hal yang harus ada dalam kemasan produk makanan. Diantaranya adalah Nama
produk (sesuai dengan IRT), daftar bahan/komposisi, berat bersih, tanggal kadaluarsa, kode
produksi, alamat IRTP, dan nomor PIRT. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap
desain dari kemasan keripik tempe yang telah beredar dipasaran, dengan mengambil 3
sample secara acak kemasan produk olahan keripik tempe untuk perbandingan apakah
sesuai dengan anjuran kemasan produk makanan dari CPPB-IRT dan BPOM. Hasil dari
5
perbandingan 3 produk keripik tempe dengan standar kemasan CPPB-IRT ada pada Tabel
1.1.
Tabel 1.1
Perbandingan kemasan keripik tempe dengan standar kemasan CPPB-IRT dan BPOM
Label Keripik A Keripik B Keripik C
Nama Produk (sesuai IRT)
Daftar bahan/komposisi
Berat bersih -
Tanggal Kadaluarsa
Kode Produksi - - -
Alamat IRTP -
Nomor PIRT -
Dari hasil perbandingan 3 kemasan produk keripik tempe dengan standar kemasan
yang ditetapkan oleh CPPB-IRT dapat diketahui bahwa beberapa kemasan keripik tempe
yang beredar, tidak sesuai dengan rekomendasi kemasan dari CPPB-IRT dan BPOM.
Dari beberapa permasalahan tersebut, yang terdiri dari pentingnya kemasan yang
menarik bagi konsumen, kemudian produk yang menurut konsumen kurang menarik dari
segi kemasan, serta kemasan yang beredar tidak sesuai dengan rekomendasi kemasan dari
CPBB-IRT dan BPOM peneliti memutuskan untuk membuat desain kemasan yang baru
untuk produk UMKM Kota Malang, untuk kemasan produk yang akan di re-design oleh
peneliti adalah kemasan produk Keripik olahan dari tempe, hal tersebut berdasarkan dari
respon konsumen pada kuesioner kedua, dengan tujuan peneliti mampu memenuhi
kebutuhan pelanggan dan masalah dari UMKM kota Malang dengan membuat model
kemasan yang baru untuk produk UMKM.
Dalam perancangan desain kemasan, menurut Julianti (2014), ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan, yang dimulai dari tahapan idea, design, feasibility, capabilty, dan
launching. Pada tahapan Idea Phase adalah menentukan ide atau atribut yang ada dalam
kemasan berdasarkan keputusan konsumen, Salah satu metode yang digunakan untuk
mendapatkan atribut dan ide desain kemasan adalah dengan metode kansei engineering,
metode kansei engineering adalah metode yang dipakai untuk mengidentifikasi aspek
psikologis yang dimiliki oleh konsumen saat berinteraksi dengan produk, dengan cara
menerjemahkan perasaan konsumen ke dalam kansei words sebagai dasar untuk
6
pengembangan produk baru. Selain metode kansei engineering terdapat metode cultural
ergonomics sebagai salah satu cara untuk membentuk citra produk dengan memanfatatkan
unsur budaya sekitar, sehingga untuk desain packaging kemasan yang baru nantinya
dengan memperhatikan aspek budaya dan aspek psikologis yang dimiliki oleh konsumen
dapat diwujudkan dengan menggunakan metode kansei engineering dan cultural
ergonomics. Setelah itu dari beberapa design brief yang didapatkan dari kansei enginnering
dan cultural ergonomics dilanjutkan dengan pembuatan beberapa alternatif konsep, dengan
menghasilkan beberapa alternatif yang nantinya akan dilakukan pengujian konsep terhadap
beberapa alternatif konsep tersebut, sehingga didapatkan konsep terpilih mengenai produk
kemasan keripik olahan tempe untuk UMKM Kota Malang.
1.7 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Kondisi psikologis responden tidak berubah selama penelitian berlangsung, yaitu
perilaku dan perspektif dari responden sendiri terhadap kemasan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pelaksanaan penelitian, diperlukan beberapa teori atau referensi yang
dipergunakan sebagai dasar argumentasi ilmiah terkait konsep permasalahan dan analisis
penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa landasan teori dan argumentasi yang
mendukung pembahasan, pengolahan, dan analisis penelitian.
9
10
dengan analisa kansei engineering sebagai metode pengolah nilai, dan kansei
engineering sebagai input menjadi atribut produk sebagai output. Dengan tahaapan awal
berupa pengumpulan informasi , kemudian tahap pengembangan dan kreativitas dengan
memetakan fungsi atribut, kemudian penyusunan konsep dan pembuatan prototipe.
Dengan output berupa beberapa atribut pada produk yang dibuat yaitu pada atribut
kebutuhan pengunjung berupa tampilan desain meja, kepraktisan, kualitas, kenyamanan
dan kebersihan. Kemudian atribut dari pemilik urmah makan adalah tampilan desain,
kepraktisan, kualitas, kenyamanan, dan kerapian. Kedua atribut tersebut dikembangkan
dengan konsep bentuk combination/modular yang diwujudkan dalam bentuk prototipe.
5. Sin, dkk (2016) menggabungkan budaya sekitar sebagai dasar dalam pemgembangan
produk,dengan pertimbangan hal tersebut nantinya akan dikombinasikan dengan desain
yang interaktif untuk meningkatkan pengalaman pengguna selama menggunakan
produk. Sebagai Objek dari penelitian yaitu linak sebagai produk dari kebudayaan yang
berasal dari salah satu suku di taiwan. Dengan output produk yang memperhatikan segi
budaya dan ergonomi yang memanfaatkan antropometri dalam perwujudannya.
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
Karakteristik Penelitian
No Peneliti Objek Metode Hasil
Penelitian Penelitian
1. 14 pasang kansei words kemudian
dilakukan analisa konjoin sehingga
terpilih beberapa kategori , yaitu
Kursi Roda untuk bahan kerangka dari besi, sistem
1. Guna (2011) Kansei Egineering penggerak otomatis, memiliki
lansia
sarana pendukung pispot,dan bahan
sandaran woven polyester dan
warna polos
Karakteristik Penelitian
No Peneliti Objek Metode Hasil
Penelitian Penelitian
gradasi orange kuning, dan ukuran
yang kecil
2.3 Kemasan
2.3.1 Definisi Kemasan
Menurut Julianti (2014:15) dalam bukunya The Art of Packaging menjelaskan bahwa
definisi kemasan adalah wadah untuk meningkatkan nilai dan fungsi sebuah produk,
dimana kemasan tersebut sifatnya mampu memberikan positioning baru dan daya ungkit
sebuah produk. Sedangkan menurut Kotler dan keller (2009) Pengemasan (packaging)
sebagai semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah untuk sebuah produk.
Kemasan adalah sebagai wadah untuk mempromosikan suatu produk dan menjadikannya
lebih mudah dan lebih aman untuk digunakan (Lamb dkk, 2001). Menurut William
J.Stanton dalam bukunya Sunyoto (2012) kemasan dapat didefinisikan sebagai sebuah
kegiatan merancang dan memproduksi bungkusan atau kemasan suatu produk.
Ada tiga alasan kemasan diperlukan:
1. Memenuhi sasaran keamanan dan kemanfaatan
2. Membantu program pemasaran perusahaan
3. Meningkatkan volume dan laba perusahaan
1. Conceptual design meliputi tahapan proses pembuatan berbagai macam konsep desain
untuk memenuhi semua tujuan dari desain itu sendiri. Konsep desain ini bertujuan agar
15
konsumen dapat menggunakan secara praktis. Dari konsep desain yang bermacam-
macam dipilih yang cocok, kemudian dilanjutkan ke tahap embodiment design.
2. Embodiment design, yaitu pada tahap ini merupakan pengembangan lanjutan dari desain
konsep yang dipilih. Konsep desain yang sudah dipilih harus diberikan bentuk atau
body. Bentuk atau body ini meliputi bentuk geometri,komponen kemasan,dan material
yang diperlukan. Dalam hal ini,perlu dipertimbnagkan apakah desain kemasan tersebut
dapat dibuat. Setelah melalui tahap ini,tahap selanjutnya adalah tahap detail design.
3. Detail design, yaitu pada tahap ini bentuk ,ukuran ,dan toleransi kemasan ditentukan,
beserta material dan metode yang digunakan dalam proses pembuatannya.
Selain itu juga dilakukan penjelasan yang diberikan dalam bentuk brief design yang
meliputi :
- Brand personality
- Profil kompetitr termasuk kemasan yang sekarang beredar dipasaran
- Format produk
- Cara pemasaran di supermarket,pasar tradisional atau keduanya
- Cara display produk
- Ukuran kemasan dan teknologi kemasan yang tersedia
- Target konsumen yang meliputi umur,kelas,gender,keluarga
- Target mengenai harga dan performance dari kemasan
Feasibilty phase, yaitu pada fase ini semua komponen kemasan dibuat pilot mouldnya
atau printing plate nya, dengan menggunakan bahan dan peralatan yang sedemikian rupa
dengan kondisi aktualnya. Pengetesan harus dilakukan pada setiap komponen dan kriteria
sukses tidaknya suatu kemasan ditentukan pada tahap ini.
Capability phase, yaitu semua komponen kemasan masih dilakukan tes final dengan
menggunakan mesin produksi yang sebenarnya.
Launhing phase, yaitu pada tahap ini produksi massal sudah dilakukan dan semua
persiapan peluncuran produk disiapkan, baik contoh untuk customer,iklan, dan alat-alat
merchandising harus disiapkan.
16
1. Platform produk baru, tipe proyek ini melibatkan usaha pengembangan utama untuk
merancang suatu kumpulan produk baru berdasarkan platform yang baru dan umum.
Kumpulan produk baru akan memasuki kategori pasar dan produk yang sudah dikenal.
2. Turunan dari platform produk yang telah ada, proyek ini memperpanjang platform
produk supaya lebih baik dalam memasuki pasar yang telah dikenal dengan satu atau
lebih produk baru.
3. Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada, proyek ini mungkin hanya
melibatkan penambahan atau modifikasi beberapa detail produk dari produk yang telah
ada dalam rangka menjaga lini produk yang ada pesaingnya.
4. Pada dasarnya produk baru, proyek ini melibatkan produk yang sangat berbeda atau
teknologi produksi dan mungkin membantu untuk memasuki pasar yang belum dikenal
dan baru.
keterkaitan tersebut dapat dijelaskan dan dipetakan atau dikelompokan pada faktor yang
tepat (Imam, 2006).
Metode ini bertujuan untuk mereduksi sejumlah variabel menjadi lebih sedikit. Selain
itu, metode ini juga dapat menjelaskan tentang variabel yang bersifat dominan dalam suatu
permaslahan.
2.8 Ergonomi
2.8.1 Definisi Ergonomi
Menurut organisasi asosiasi ergonomi internasioanl (IEA) ergonomi atau human
factor adalah sebuah disiplin keilmuan yang memiliki fokus dalam memahami interaksi
antara manusia dan elemen lainnya didalam sebuah sistem. Ergonomi adalah pekerjaan
yang mengaplikasikan teori,prinsip,data dan metode didalam mendesain dengan tujuan
optimalisasi keberadaan manusia dan keseluruhan performa dalam suatu sistem. Ergonomi
memberikan kontribusi kepada desain dan evaluasi aktivitas kerja, pekerjaan, produk,
lingkungan dan sistem dengan tujuan membuat semua itu sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan dan keterbatasan manusia.
Sedangkan menurut Suma’mur (1989) , Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya
berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknuua,
dengan tujua tercapainya produktivitas kerja dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia dengan optimal. Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam
ruang lingkup yang anata lain meliputi penyerasian perkejaan terhadap tenaga kerja secara
timbal balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
Ergonomi menrut Bridger (1995), Ergonomi merupakan ilmu yang memiliki perhatian
pada desain dari sistem dimana manusia melakukan sebuah aktivitas pekerjaan. Asal kata
ergonomi berasal dari bahasa yunani , yaitu ergon yang berarti bekerja dan nomos yang
berarti hukum. Ergonomi bertujuan untuk memastikan kebutuhan manusia akan
keselamatan dan efisiensi pekerjaan selama merka berrada dalam lingkungan kerjanya.
22
Ergonomi adalah praktek dalam mendesain perlaatan dan rincian pekerjaan sesuai
dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cedera pada pekerja (OSHA,
2003)
Ergonomi adalah suatu konsep atau sebuah ide, tentang cara pandang terhadap dunia,
bagaimana manusia berpikir dan bagaimana mekera berinteraksi dengan semua aspek dari
lingkungan, peralatan yang mereka gunakan dan situasi kerja mereka. (Oborne, 1995).
Tujuan dari cultural ergonomics adalah untuk memastikan sistem atau produk yang
dibuat didesain sesuai dengan kebutuhan oleh orang yang merasakannya. Dimana sebuah
produk dapat bermanfaat bagi semua individu yang terlibat, akibat dari keragaman budaya
yang ada pada suatu tempat yang mengakibatkan adanya integrasi antara individu yang
memiliki budaya yang berbeda satu sama lain. Dalam desain sebuah produk culture
ergonomics adalah sebuah pendekatan untuk variasi interaksi dan pengalaman yang
ditawarkan benda tersebut kepada pengguna berdasarkan budaya.
Jackson (2014) menjelaskan ada beberapa hal yang menjadi alasan pentingnya
pendekatan cultural ergonomics dalam sebuah desain adalah sebagai berikut :
4. Tren yang berkembang di masyarakat mengenai kesehatan, pola hidup konsumtif yang
mengarah pada proporsional bentuk tubuh dan meningkatnya berat badan.
Tahapan dalam cultural ergonomics adalah yang pertama adalah menerjemahan dari
suatu budaya yang ada, yaitu dengan cara identifikasi aspek aspek budaya apa saja yang
ada pada daerah tersebut, kemudian yang kedua adalah dengan menerjemahkan aspek
budaya tersebut kedalam suatu desain barang,yang berupa infromasi desain tersebut dan
elemen elemen yang ada pada desain tersebut. Kemudian yang ketiga atau tahap yang
terakhir adalah dengan implementasi konsep desain tersebut terhadap desain yang akan
dibuat sehingga tercipta suatu produk yang memiliki atau mengandung nilai cultural
ergonomics.Secara keseluruhan tahapan dalam cultural ergonomics ada pada gambar 2.6
Selain itu juga terdapat beberapa hal yang mempengaruhi yaitu umur, perilaku konsumsi,
sosio ekonomis.
Lamb, Hair, dan McDaniel (2008) membagi produk konsumen menjadi tiga bagian,
yaitu convenience products,shopping products, dan specialty products. convenience
products adalah produk yang dikonsumsi dan dibeli secara reguler, seperti makanan,
minuman, obat-obatan. shopping products merupakan produk yang dibeli pada periode
tertentu saja, konsumen lebih banyak melakukan pengamatan pada barang tersebut sebelum
membeli, dan pembelian barang tersebut juga dipengaruhi oleh aktualisasi dari kelas sosial
konsumen, seperti produk elektronik,perabotan rumah dan pakaian. specialty products
adalah produk dengan range harga paling mahal diantara dua jenis produknya, walaupun
terkadang produk ini dibeli unutk kebutuhan sehari hari, misalnya kendaraan mewah,
minuman dan makanan kelas atas, dan beberapa produk dari selebritas.
Dalam bukunya cultural ergonomics, Jackson (2014) menjelaskan terdapat beberapa
metode yang bisa digunakan untuk memahami peran dari culture ergonomics pada produk
konsumsi secara keseluruhan mengenai metode yang bisa digunakan, dapat dilihat pada
Gambar 2.6 mengenai matrix perbandingan antar metode :
Berikut ini merupakan penjelasan dari beberapa metode yang bisa digunakan dalam
cultural ergonomics :
1. Survey
Dengan survey dilakukan untuk beberapa tujuan, diantaranya adalah untuk
memperoleh gambaran deskriptif, penjelasan, dan eksplorasi mengenai hal tersebut.
Survey dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu yang pertama dengan kuisioner dan
yang kedua dengan interview.
2. Diskusi grup
Dengan diskusi grup, untuk mendengarkan dan mendapatan informasi yang diperoleh,
dengan cara mengumpulkan 5-10 orang yang ada di bidangnya kemudian saling
bertukar pendapat yang dipimpin oleh moderator. Diskusi grup juga dapat digunakan
untuk tahapan tes prototype dari sebuah produk sekaligus evaluasi terhadap produk
tersebut.
3. Observasi
Pada tahapan observasi dapat dilakukan dengan cara pengamatn langsung keadaaan
yang ada dilapangan. Dengan mempelajari perilaku masyarakat dan kebudayaannya.
Observasi merupakan teknik yang ideal untuk daerah yng mengalami asimilasi
multietnik dengan beragam budaya yang ada.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian yang akan dilaksanakan diperlukan dasar-dasar argumentasi ilmiah
yang berhubungan dengan konsep-konsep yang diperlukankan dalam penelitian dan akan
dipakai dalam analisis. Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa dasar-dasar argumentasi
atau teori yang digunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian evaluatif, yaitu suatu penelitian
yang diupayakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk.
Penelitian evaluatif dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan suatu program, produk
atau kegiatan tertentu (Danim, 2000). Sedangkan evaluasi sendiri adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan (Arikunto,
2007).
Objek dari penelitian ini adalah packaging makanan oleh oleh khas malang. kemudian
melalui tahap pertama menentukan produk mana yang akan dijadikan objek penelitian,
kemudian tahap keduanya adalah mengumpulkan sample dari pembeli dan menjelaskan
spesifikasi dari produk, tahap ketiga adalah melakukan proses penggalian ide dari desain
yang dilakukan pengumpulan kansei words dan melakukan pengujian untuk menentukan
kategori yang terpilih dalam kansei words, kemudian dilakukan analisis data yang didapat
dari kuisioner yang telah disebar kepada para konsumen keripik tempe mengenai
cultural ergonomics, dari data yang didapat dari dua kansei words dan cultural ergonomics
didapatkan packaging design brief, dari packaging design brief didesain beberapa konsep
produk, dilanjutkan dengan memilih dan menguji konsep produk. yang diakhiri oleh tahap
27
28
pengujian prototype yang dibuat, dan diakhiri dengan tahapan detail design dan menarik
kesimpulan yang didapat
.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kota Malang dengan respondennya adalah para
pembeli oleh-oleh khas dari UMKM yang ada di Kota Malang. Penelitian dilakukan dari
tanggal 1 Maret 2017 hingga tanggal 1 Agustus 2017.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu metode
penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan :
1. Metode penelitian kepustakaan (Library Research)
Metode penelitian kepustakaan merupakan metode dalam pencarian, mengumpulkan
dan menganalisis sumber data untuk diolah dan disajikan, sumber kepustakaan bisa
berupa penelitian- penelitian terdahulu dan buku- buku bacaan, dalam penelitian ini
literatur berhubungan dengan kansei engineering dan cultural ergonomics, mengenai
data kansei words serta preferensi dalam cultural ergonomics pada produk makanan.
2. Metode penelitian lapangan (Field Research)
Metode ini digunakan dalam pengumpulan data secara langsung pada objek penelitian,
teknik penelitian lapangan yang dipakai dalam penelitianini adalah sebagai berikut:
a. Interview atau Wawancara dan Kuesioner
Suatu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengajukan
pertanyaan kepada orang yang bersangkutan. Data yang diperoleh dari teknik
wawancara dan kuisioner ini adalah merupakan tanggapan dari konsumen mengenai
packaging yang ada dalam produk yang diteliti. Dengan pengambilan sample
adalah dengan cara puposive sampling yaitu dengan mengambil sample yang
memiliki karakteristik, ciri, dan kriteria sample tertentu yang dinilai sesuai dengan
tujuan atau masalah penelitian dalam sebuah populasi. Peneliti menentukan siapa
saja yang pantas menjadi sample, dimana sample yang digunakan adalah para
konsumen produk UMKM keripik tempe.
b. Observasi
Suatu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengadakan
pengamatan langsung terhadap keadaan yang sebenarnya. Data yang diperoleh dari
teknik observasi ini adalah gambaran mengenai produk yang dijual kepada
konsumen dan kondisi packaging yang ada saat ini.
31
Mulai
Studi Lapangan
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Tahap
Pendahuluan Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Data Primer
Tahap 1. Kansei Words
Pengumpulan Data 2. Aspek Cultural Ergonomics
Data Sekunder
1. Kansei Words
Identifikasi Kebutuhan pelanggan (Kansei engineering) Identifikasi Kebutuhan pelanggan (cultural ergonomics)
Menggunakan kansei engineering untuk identifikasi design brief Menggunakan Cultural ergonomics untuk identifikasi design
1. Mengumpulkan data berupa kansei words brief
2. Menentukan kansei words yang relevan pada sematic differential 1. Mengumpulkan data berupa kuesione, observasi, dan
3. Uji kecukupan data, uji keseragaman, validitas dan relaibilitas wawancara pada pelanggan
4. Analisis faktor 2. Data dari pelanggan ditrasnformasukan menjadi behavioral
5. Analisi Conjoint design
6. Mengumpulkan kategori yang terpilih pada kasei enginnering
Tahap
Pelaksanaan penelitian
1. Mendesain Alternatif konsep produk
2. Memilih alternatif konsep produk
3. Menguji konsep produk
4. Menetapkan Spesifikasi Akhir
5. Rencana pengembangan
Selesai
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penjelasan tentang data-data yang akan
dikumpulkan. Selain itu, terdapat penjelasan tentang pengolahan data menggunakan teori
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, serta pembahasan dari hasil penelitian untuk
menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.
1 = Jika citra produk yag diinginkan sangat berkaitan erat dengan kansei word disisi
kiri skala
2 = Jika citra produk yang diinginkan berkaitan erat dengan kansei word disisi kiri
skala
3= Jika citra produk yang diinginkan berkaitan erat dengan kedua kansei words di sisi
kanan dan kiri kansei word
4 = Jika citra produk yag diinginkan berkaitan erat dengan kansei word disisi kanan
skala
5 = Jika citra produk yag diinginkan sangat berkaitan erat dengan kansei word disisi
kanan skala