Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam melaksanakan penelitian diperlukan hal-hal penting yang digunakan sebagai
dasar dalam pelaksanaannya. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang
mengapa permasalahan ini diangkat, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan asumsi penelitian.

1.1 Latar Belakang


Sektor Usaha Kecil Menengah (UMKM ) memiliki peran penting dalam mendorong
pertumbuhan perekonomian Indonesia. Dengan adanya sektor UMKM , pengangguran
akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor
UMKM pun telah terbukti menjadi pilar perekonomian yang tangguh. Kontribusi sektor
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap produk domestik bruto (PDB)
meningkat dalam lima tahun terakhir. Dari sektor penyerapan tenaga kerja, Serapan tenaga
kerja pada sektor UMKM tumbuh dari 96,99 persen menjadi 97,22 persen dalam periode
lima tahun terakhir. (Safir Makki, CNN-Indonesia, November 2016).
Untuk mengembangkan UMKM di Indonesia, masih terdapat permasalahan utama
yang menjadi kendala bagi perkembangan UMKM tersebut. Sudaryanto (2012)
mengemukakan bahwa beberapa yang menjadi permasalahan bagi UMKM di Indonesia
adalah dari segi pemenuhan kebutuhan infrastruktur bagi UMKM itu sendiri, kemudian
dengan adanya pemberlakuan ACFTA (Asean China Free Trade Area) oleh pemerintah
mengakibatkan UMKM mengalami kesulitan dalam bersaing, dikarenakan kesiapan
kualitas produk, harga yang kurang bersaing, kesiapan pasar dan kurang jelasnya peta
produk impor sehingga positioning persaingan kurang jelas.
Kota Malang merupakan salah satu kota dengan jumlah UMKM yang cukup besar,
data Dinas Perkoperasian Kota Malang pada tahun 2013 menunjukkan bahwa terdapat 499
UMKM di Kota Malang yang tersebar pada 5 kecamatan, kemudian pada tahun 2016
meningkat menjadi 2.764 UMKM di Kota Malang. Sama seperti UMKM yang ada di kota-
kota lain, UMKM di Kota Malang juga memiliki beberapa permasalahan. Diantaranya
adalah seperti yang dikatakan oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Malang, mengenai beberapa aspek yang menjadi masalah UMKM di
Kota Malang, yaitu sumber daya manusia yang masih membutuhkan pelatihan, peralatan

1
2

yang terbatas, dan akses permodalan yang terbatas. (Nur Aini, Republika, 15 Oktober
2015). Selain itu permasalahan UMKM juga dipaparkan oleh Penggiat UKM Kuliner
Malang raya, Roni dalam MoU Peduli Usaha kecil dan menengah malang raya antara
UMKM Kota Malang dan Universitas Merdeka Malang, ada tujuh faktor utama yang
menjadi permasalahan UMKM di Malang Raya, antara lain : kurangnya keterampilan,
ketersediaan bahan baku, proses yang tidak standar, sistem pemasaran yang kurang efektif,
Administrasi yang tidak tercatat dengan baik, pengemasan yang kurang menarik,dan
sulitnya permodalan.(Unmer, 5 April 2016)

Dari beberapa masalah yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu masalah yang
menjadi permasalahan UKM di Malang raya adalah mengenai kemasan yang kurang
menarik. Perkembangan teknologi telah merubah fungsi kemasan. Menurut Kartajaya
(1996) mengemukakan bahwa teknologi membuat packaging merubah fungsi kemasan
yang awalnya “kemasan melindungi apa yang dijual, menjadi menjual apa yag dilindungi”,
selain itu Klimchuk dan Krasovec (2007) mengemukakan bahwa kemasan merupakan
salah satu faktor pencipta suatu image tertentu yang ingin dibangin oleh produk, seperti
yang dikemukakan oleh, yaitu kemasan berfungsi untuk membungkus, melindungi,
mengirim, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk dalam
pemasarannya. Selain itu menurut Julianti (2014:15) kemasan yang menarik juga dapat
menjadi pemicu minat beli dengan merangsang lima pancaindra konsumen, hingga
mengakibatkan keputusan membeli dan menggunakan produk, selain itu kemasan adalah
wadah untuk meningkatkan nilai dan fungsi sebuah produk. Faktor kemasan yang tidak
tepat juga menjadi salah satu alasan mengapa produk didalamnya ditolak oleh pasar, Tabel
1.1 memperlihatkan perbandingan persepsi mengenai kemasan produk makanan ringan
antara konsumen, produsen, dan distributor.

Tabel 1.1
Perbandngan Persepisi Mengenai Kemasan Produk Makanan Ringan
Data Konsumen Produsen Distributor
Bahan - Plastik tipis - Plastik kurang tebal - Plastik kurang tebal
Kendala Desain

- Cara menutup tidak - Harga bahan yang mahal


benar
Desain - Belum punya label - Ganti desain, produk - Label Fotokopi
- Tidak punya komposisi yang laku tetap - Produk rnsk tetapi
grafis kemasan tidak bagus
- Belum punya ciri khas untuk dipajang
Kelebihan - Kemasan yang baik - Adanya izin lebih - Mampu meyakinkan
produk bila persepsi produk yang amantidak khawatir ada pembeli
dikemas baik operasi bagi penjual
- Bagus dirak pajangan
3

- Terjamin Keamanan,
kesehatan dan
keselamatan

Data Konsumen Produsen Distributor


Kemasan yang - Ada simbol dan logo - Tulisan besar - Kemasan yang baik
diharapkan yang khas - Tidak terlihat sisi dalam disertai kualitas produk
- Kemasan menarik - Banyak warna, terdapat - Kemasan yang
tetapi tidak seragam info bahan baku, menguntungkan daerah
- Kemasan punya warna komposisi, bentuk unik, pemasaran
kontras, merk dan memenuhi standar
tampilan bagus, efisien kesehatan
, bergengsi, punya ciri - Mampu meyakinkan
khas, ramah pembeli
lingkungan, steril, - Ada segel yang
mudah dibaca dan mempunyai legalitas
dimengerti,
penggunaan bahasa
asing dihindari
- Kemasan yang inovatif
- Kemasan yang
menunjang pariwisata
Harapan umum - Banyak yang diekspor - Tempat khusus untuk - Produk makin laku
- Peningkatan kualitas menjual produk
produk dan kemasan - Pelatihan
- Sinergi dinas dan - Dengan kemasan yang
akademis baik, penjual tetap
untung

Berdasarkan hasil dari kuesioner mengenai kepetingan desain kemasan yang menarik
pada produk makanan dan minuman UMKM kota Malang, yang disebarkan kepada 50
konsumen oleh-oleh khas kota Malang di sentra oleh-oleh khas Malang yang tersebar di
Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang. Hasil dari kuesioner tersebut dapat dilihat
pada Gambar 1.1.

Pentingnya kemasan yang menarik dalam


produk mamin UMKM
30
(konsumen)

25
Respinden

20
15
10
5
0
Sangat Cukup Kurang
Penting
Penting penting Penting
Tingkat Kepentingan 19 24 5 2

Gambar 1.1 Rekap Hasil Kuesioner Kepentingan Kemasan menarik dalam produk UMKM

Dari hasil Kuesioner mengenai pentingnya kemasan yang menarik dalam produk
makanan UMKM, diketahui sebagian besar responden menyebutkan bahwa kemasan yang
4

menarik dalam produk makanan dan minuman UMKM adalah penting, diketahui
responden yang menyatakan sangat penting berjumlah 19, penting 24, cukup penting 5,dan
kurang penting 2. Dari hasil kuesioner tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pentingnya
kemasan yang menarik dalam produk makanan dan minuman bagi konsumen produk
UMKM, sebagai tindak lanjut atas permasalahan yang ada di kuisioner sebelumnya, dan
dari hasil kuesioner mengenai kepentingan kemasan maka penulis melakukan survey
mengenai produk yang menurut konsumen kurang memuaskan dari segi kemasan. Dari
kuesioner yang disebarkan pada 50 responden, dimana setiap responden berhak untuk
menyebutkan lebih dari satu jenis produk yang dirasa kurang memuaskan dari segi
kemasan, hasilnya dapat dilihat pada gambar 1.2.

Kemasan Produk yang kurang menarik


40
35
(Konesumen)

30
Responden

25
20
15
10
5
0
Keripik Olahan
Keripik
Olahan susu Strudel Lainnya
Tempe
Buah KUD
Jenis produk makanan 34 16 10 6 1

Gambar 1.2 Rekap Hasil Kuesioner Kemasan Produk yang Kurang Menarik

Dari hasil kuesioner mengenai kemasan produk yang kurang menarik, didapatkan
bahwa responden menyebutkan keripik tempe merupakan produk yang kurang menarik dari
segi kemasan, dibandingkan dengan produk yang lain. Sebanyak 34 responden
menyebutkan bahwa Keripik olahan dari tempe, kurang menarik dari segi kemasan. Dalam
pembuatan kemasan, UMKM juga harus menyesuaikan dengan peraturan yang dibuat oleh
pemerintah melalui badan pengawas obat dan makanan, serta CPBB-IRT pada tahun 2016.
Ada 7 hal yang harus ada dalam kemasan produk makanan. Diantaranya adalah Nama
produk (sesuai dengan IRT), daftar bahan/komposisi, berat bersih, tanggal kadaluarsa, kode
produksi, alamat IRTP, dan nomor PIRT. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap
desain dari kemasan keripik tempe yang telah beredar dipasaran, dengan mengambil 3
sample secara acak kemasan produk olahan keripik tempe untuk perbandingan apakah
sesuai dengan anjuran kemasan produk makanan dari CPPB-IRT dan BPOM. Hasil dari
5

perbandingan 3 produk keripik tempe dengan standar kemasan CPPB-IRT ada pada Tabel
1.1.

Tabel 1.1
Perbandingan kemasan keripik tempe dengan standar kemasan CPPB-IRT dan BPOM
Label Keripik A Keripik B Keripik C
Nama Produk (sesuai IRT)   
Daftar bahan/komposisi   
Berat bersih -  
Tanggal Kadaluarsa   

Kode Produksi - - -
Alamat IRTP  - 
Nomor PIRT   -

Dari hasil perbandingan 3 kemasan produk keripik tempe dengan standar kemasan
yang ditetapkan oleh CPPB-IRT dapat diketahui bahwa beberapa kemasan keripik tempe
yang beredar, tidak sesuai dengan rekomendasi kemasan dari CPPB-IRT dan BPOM.
Dari beberapa permasalahan tersebut, yang terdiri dari pentingnya kemasan yang
menarik bagi konsumen, kemudian produk yang menurut konsumen kurang menarik dari
segi kemasan, serta kemasan yang beredar tidak sesuai dengan rekomendasi kemasan dari
CPBB-IRT dan BPOM peneliti memutuskan untuk membuat desain kemasan yang baru
untuk produk UMKM Kota Malang, untuk kemasan produk yang akan di re-design oleh
peneliti adalah kemasan produk Keripik olahan dari tempe, hal tersebut berdasarkan dari
respon konsumen pada kuesioner kedua, dengan tujuan peneliti mampu memenuhi
kebutuhan pelanggan dan masalah dari UMKM kota Malang dengan membuat model
kemasan yang baru untuk produk UMKM.
Dalam perancangan desain kemasan, menurut Julianti (2014), ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan, yang dimulai dari tahapan idea, design, feasibility, capabilty, dan
launching. Pada tahapan Idea Phase adalah menentukan ide atau atribut yang ada dalam
kemasan berdasarkan keputusan konsumen, Salah satu metode yang digunakan untuk
mendapatkan atribut dan ide desain kemasan adalah dengan metode kansei engineering,
metode kansei engineering adalah metode yang dipakai untuk mengidentifikasi aspek
psikologis yang dimiliki oleh konsumen saat berinteraksi dengan produk, dengan cara
menerjemahkan perasaan konsumen ke dalam kansei words sebagai dasar untuk
6

pengembangan produk baru. Selain metode kansei engineering terdapat metode cultural
ergonomics sebagai salah satu cara untuk membentuk citra produk dengan memanfatatkan
unsur budaya sekitar, sehingga untuk desain packaging kemasan yang baru nantinya
dengan memperhatikan aspek budaya dan aspek psikologis yang dimiliki oleh konsumen
dapat diwujudkan dengan menggunakan metode kansei engineering dan cultural
ergonomics. Setelah itu dari beberapa design brief yang didapatkan dari kansei enginnering
dan cultural ergonomics dilanjutkan dengan pembuatan beberapa alternatif konsep, dengan
menghasilkan beberapa alternatif yang nantinya akan dilakukan pengujian konsep terhadap
beberapa alternatif konsep tersebut, sehingga didapatkan konsep terpilih mengenai produk
kemasan keripik olahan tempe untuk UMKM Kota Malang.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Diantara dari beberapa permasalahan UMKM di Kota Malang adalah pengemasan
yang kurang menarik, Konsumen juga menganggap pentingnya unsur kemasan yang
menarik dalam produk olahan makanan dan minuman.
2. Dari masalah pengemasan yang kurang menarik, diantara produk yang kurang menarik
adalah produk olahan dari keripik tempe, sehingga diperlukan desain produk berupa
kemasan baru yang menarik sesuai dengan kebutuhan konsumen.
3. Dari beberapa kemasan keripik tempe yang ada dipasaran, terdapat beberapa kemasan
yang tidak sesuai dengan rekomendasi kemasan makanan dari BPOM.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi malasah, rumusan masalah pada penelitian ini adalah
1. Atribut apa saja yang ada dalam design brief untuk pembuatan desain kemasan produk
keripik olahan tempe dengan menggunakan metode kansei engineering dan cultural
ergonomics ?
2. Spesifikasi apa saja yang penting dalam design brief untuk pembuatan desain
kemasan produk keripik olahan tempe ?
3. Bagaimana desain kemasan produk olahan tempe yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan konsumen serta rekomendasi BPOM ?
7

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan kansei words yang menjadi prioritas serta aspek dari cultural
ergonomics dalam redesign kemasan produk olahan keripik tempe UMKM di Kota
Malang.
2. Menentukan spesifikasi yang penting pada design brief dalam pengembangan kemasan
produk olahan keripik tempe UMKM di Kota Malang.
3. Menghasilkan rekomendasi berupa alternatif desain kemasan produk UMKM di Kota
Malang.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah dengan adanya hasil spesfikasi desain kemasan produk
untuk UMKM di Kota Malang, sehingga mendapatkan desain fisik kemasan produk yang
sesuai dengan keinginan konsumen yang memiliki ciri khas keunikan dan citra serta sesuai
dengan standar yang dikeluarkan oleh Badan POM.

1.6 Batasan Masalah


Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian berfokus pada desain kemasan produk UMKM produk makanan yang ada
diproduksi di Kota Malang.
2. Metode yang digunakan adalah metode kansei engineering tipe 1 dan cultural
ergonomics dengan pendekatan perancangan produk.
3. Pengembangan desain kemasan tidak memperhatikan besar biaya produksi kemasan.
4. Penilaian dan klasifikasi atribut dilakukan berdasarkan tanggapan dan jawaban dari
responden yang didapatkan dari penyebaran kuesioner.

1.7 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Kondisi psikologis responden tidak berubah selama penelitian berlangsung, yaitu
perilaku dan perspektif dari responden sendiri terhadap kemasan.
8

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pelaksanaan penelitian, diperlukan beberapa teori atau referensi yang
dipergunakan sebagai dasar argumentasi ilmiah terkait konsep permasalahan dan analisis
penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa landasan teori dan argumentasi yang
mendukung pembahasan, pengolahan, dan analisis penelitian.

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan akan
dijadikan acuan untuk penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian terdahulu yang
digunakan sebagai acuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Guna (2011) mengembangkan kursi roda untuk lansia dengan metode Kansei
Engineering, dengan tujuan mengembangkan desain kursi roda dengan mendefinisikan
keinginan konsumen menjadi kata-kata. Dari pengujian tersebut peneliti mendapatkan
14 pasang kansei word yang mewakili kata-kata yang tepat dengan mempertimbangkan
produk yang ditawarkan. Hasil analisa Conjoint yaitu bahan kerangka dari besi,sistem
penggerak yang otomatis,memiliki sarana pendukung berupa pispot, bahan sandaran
woven polyester dan warna polos.
2. Adelia (2015) mengenmbangkan kemasan dengan meredesign kemasan bandeng kota
semarang melalui pendekatan kansei engineering dan kano model, dengan tujuan
meningkatkan kualitas dan daya beli produk, dengan menggunakan konsep kansei
engineering untuk menangkap kansei word dari konsumen, dan modifikasi model kano
sebagai model mengkalsifikasikan faktor-faktor preferensi konsumen. Dari hasil analisa
konsumen menginginkan kemasan yang kuat, inovatif, kreatif, daman dan praktis.
3. Septian (2015) mengembangkan kemasan kripik tempe mocaf dengan menggunakan
Kansei Engineering, untuk mendesain packaging dengan mendefinisikan keinginan
konsumen teridentifikasi melalui kata-kata kansei ke dalam desain produk. Dari kansei
words sendiri tersebut dilakukan analisa conjoint sehingga konsep desain tersebut
terpilihlah bahas kertas laminasi, tampilan desain kompleks, bentuk segitiga, warna
gradasi orange kuning, dengan ukuran kecil.
4. Nora, dkk (2012) mengembangkan desain prototipe meja dan kursi pantai portbael
dengan integrasi pendekatan Ergonomi, Value Engineering dan Kansei engineering,

9
10

dengan analisa kansei engineering sebagai metode pengolah nilai, dan kansei
engineering sebagai input menjadi atribut produk sebagai output. Dengan tahaapan awal
berupa pengumpulan informasi , kemudian tahap pengembangan dan kreativitas dengan
memetakan fungsi atribut, kemudian penyusunan konsep dan pembuatan prototipe.
Dengan output berupa beberapa atribut pada produk yang dibuat yaitu pada atribut
kebutuhan pengunjung berupa tampilan desain meja, kepraktisan, kualitas, kenyamanan
dan kebersihan. Kemudian atribut dari pemilik urmah makan adalah tampilan desain,
kepraktisan, kualitas, kenyamanan, dan kerapian. Kedua atribut tersebut dikembangkan
dengan konsep bentuk combination/modular yang diwujudkan dalam bentuk prototipe.
5. Sin, dkk (2016) menggabungkan budaya sekitar sebagai dasar dalam pemgembangan
produk,dengan pertimbangan hal tersebut nantinya akan dikombinasikan dengan desain
yang interaktif untuk meningkatkan pengalaman pengguna selama menggunakan
produk. Sebagai Objek dari penelitian yaitu linak sebagai produk dari kebudayaan yang
berasal dari salah satu suku di taiwan. Dengan output produk yang memperhatikan segi
budaya dan ergonomi yang memanfaatkan antropometri dalam perwujudannya.

Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
Karakteristik Penelitian
No Peneliti Objek Metode Hasil
Penelitian Penelitian
1. 14 pasang kansei words kemudian
dilakukan analisa konjoin sehingga
terpilih beberapa kategori , yaitu
Kursi Roda untuk bahan kerangka dari besi, sistem
1. Guna (2011) Kansei Egineering penggerak otomatis, memiliki
lansia
sarana pendukung pispot,dan bahan
sandaran woven polyester dan
warna polos

1. Dari hasil dari kansei engineering


yang dikombinasikan dengan
modifikasi model kano sebagai
Dengan metode
Kemasan bandeng model pengkasifikasian faktor-
2. Adelia (2015) kansei engineering
duri khas semarang faktor preferensi konsumen,
dan model kano
didapatkan hasil bahwa konsumen
menginginkan kemasan yang kuat,
inovatif, kreatif, aman dan praktis
1. Dengan metode kansei
engineering didapatkan bahwa
Perancangan Mendesain kemasan
keinginan konsumen adalah konsep
3. Septian(2015) kemasan kripik dengan metode
desain dengan bahan kertas
tempe mocaf kansei engineering
laminasi, tampilan desain
kompleks, bentuk segitiga, warna
11

Karakteristik Penelitian
No Peneliti Objek Metode Hasil
Penelitian Penelitian
gradasi orange kuning, dan ukuran
yang kecil

1. Didapatkan hasil bahwa terdapat 2


atribut yaitu masing masing oleh
kebutuhan pengunjung dan pemilik
rumah makan, dimana didapatkan
Penelitian desain spesifikasi berupa tampilan desain
Penelitian desain dengan pendekatan meja, kepraktisan, kualitas,
4. Nora ,dkk (2012) prototipe meja dan ergonomi, value kenyamanan dan kebersihan
kursi pantai portable engineering, dan sedangkan dari atribut pemilik
kansei engineering rumah makan adalah tampilan
desain, kepraktisan, kualitas,
kenyamanan dan kerapian yang
diwujudkan dalam bentuk modular

Cultural 1. Dengan objek produk yaitu linak


ergonomics in sebagai obyek kebudayaan, dengan
interactional and output produk yang memanfaatkan
experiental desigign Dengan metode antropometri dalam menentukan
5. Sin ,dkk (2016)
, conceptual cultural ergonomics dimensi antara objek linnak,
framework and case sehingga memperhatikan segi
study of the budaya dan ergonomi.
Taiwanese twin cup

2.2 Pengertian Produk


Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh, SE, Ak. (1997:53) produk
memiliki pengertian yang luas yaitu segala sesuatu yang ditawarkan, dimiliki,
dipergunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan
termasuk didalamnya adalah fisik, jasa, orang, tempat, organisasi serta gagasan. Menurut
Kotler (2002) produk dapat diklasifikasikan menjadi barang dan jasa berdasarkan
wujudnya yaitu barang dan jasa. Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga
bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan pelakuan
fisik lainnya. Sedangkan jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang
ditawarkan untuk dijual (dikonsumsi pihak lain) atau jasa adalah setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
12

2.3 Kemasan
2.3.1 Definisi Kemasan
Menurut Julianti (2014:15) dalam bukunya The Art of Packaging menjelaskan bahwa
definisi kemasan adalah wadah untuk meningkatkan nilai dan fungsi sebuah produk,
dimana kemasan tersebut sifatnya mampu memberikan positioning baru dan daya ungkit
sebuah produk. Sedangkan menurut Kotler dan keller (2009) Pengemasan (packaging)
sebagai semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah untuk sebuah produk.
Kemasan adalah sebagai wadah untuk mempromosikan suatu produk dan menjadikannya
lebih mudah dan lebih aman untuk digunakan (Lamb dkk, 2001). Menurut William
J.Stanton dalam bukunya Sunyoto (2012) kemasan dapat didefinisikan sebagai sebuah
kegiatan merancang dan memproduksi bungkusan atau kemasan suatu produk.
Ada tiga alasan kemasan diperlukan:
1. Memenuhi sasaran keamanan dan kemanfaatan
2. Membantu program pemasaran perusahaan
3. Meningkatkan volume dan laba perusahaan

2.3.2 Fungsi Kemasan


Kemasan mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Melindungi kualitas produk
2. Membuat produk tahan lama
3. Sebagai sarana komunikasi produk dan branding kepada konsumen
4. Membantu distribusi produk dari produsen sampai ke tangan konsumen
5. Membuat produk dapat diproduksi secara massal
6. Menjadi pemicu minat beli dengan merangsang lima pancaindra konsumen,yaitu
melihat , mendengar, membau, meraba, merasa, sehingga ada kepusan membeli atau
menggunakan produk
Untuk kemasan sebagai pelindung produk, Julianti (2014) menjelaskan ada beberapa
pertimbangan dalam menentukan material dan desain sebelum desain kemasan ditetapkan,
yang pertama adalah apakah produk atau bahannya sensitif terhadap temperatur, yang
kedua adalah apakah produk akan dipasarkan sebagai makanan beku, yang ketiga adalah
apakah bila terjadi penyerapan udara atau moisture akan menyebabkan produk tidak laku
dijual, yang keempat adalah apakah produk akan mudah rusak karena hentakan atau
guncangan, dan yang terakhir adalah berapa lama kemasan tersebut harus melindungi
produknya.
13

2.3.3 Komponen Kemasan


Sebuah produk umumnya didukung oleh beberapa komponen kemasan, setiap
komponen bisa jadi memiliki komponen yang berbeda, komponen kemasan dibagi menjadi
dua, yang pertama adalah kemasan primer,dan yang kedua adalah kemasan sekunder.
Kemasan primer adalah kemasan yang langsung bersinggungan dengan produknya,
yaitu keseluruhan yang di-display dan yang membuat konsumen memutuskan untuk
membeli produk tersebut. Contohnya adalah botol,tube,dan tutup yang disebut kemasan
primer karena langsung bersingungan dengan produk. Kemasan primer sangat penting dari
segi fungsinya untuk melindungi protection , mengawetkan preservation , komunikasi ke
pelanggan communication , dan termasuk fungsi artistik supaya komsumen yang melihat
tertarik untuk membeli.
Kemasan sekunder diperlukan untuk melindungi kemasan primer selama dalam
penyimpnan digudang serta saat didistribusikan ke pelanggan, disebut juga dengan
transport packaging. Fungsi kemasan sekunder ini tidak kalah pentingnya dengan kemasan
primer, sesuai dengan fungsinya kemasan sekunder dapat berbentuk tatakan tray,
pembungkus wrapper , pengikat blinder, dan dapat terbuat dari bahan karton, plastik, tali,
film pembungkus. Sementara karton tray untuk multipack,pembungkus serta karton
gelombang disebut sebagai secondary packaging atau kemasan penunjang.
Baik kemasan sekunder maupun kemasan penunjang berfungsi menjamin supaya
kemasan primer sampai ke tangan konsumen dalam keadaaan baik. Oleh karena itu,
kemasan sekunder dan kemasan penunjnag harus didesaisedemikian rupa agar kemasan
primernya selalu aman, tidak berdebu,dan tidak terkelupas dan berubah warna.

2.3.4 Ragam Kategori Kemasan


Julianti dalam bukunya yang berjudul The Art of Packaging (2014:29) membagi
kemasan berdasarkan penggunaannya, kemasan pada umumnya dapat dibagi menhadi tiga
kategori : pertama dalah kemasan untuk konsumen, kedua adalah kemasan untuk industri,
dan yang ketiga adalah kemasan untuk militer.
Kemasan untuk konsumen biasanya berupa kemasan kecil yang langsung dipakai oleh
kosnumen dan biasanya jumlahnya cukup besar. Kemasan untuk konsumen memberi
kemudahan saat pemakaian produknya, baik saat konsumen membeli,dipakai,disimpan dan
habis dipakai. Kemasan untuk konsumen dapat dibagi lagi menjadi kemasan untuk
makanan,farmasi ,alat-alat yang lunak,perkakas dan kosmetik.
14

Sedangkan kemasan untuk industri memiliki karakteristik kemasan besar,berat, dengan


grafis standar, dan penekanannya pada fungsi untuk menunjang keperluan
industri.Kemasan untuk industri tidak memerlukan grafis yang menarik, dan hanya
dilengkapi oleh beberapa beberapa tanda yang memuat karakteristik dari barang yang ada
didalamnya,misalkan untuk proses loading unloading, berisi bahan berbahaya, mudah
terbakar,mudah meledak dan sebagainya.
Kemasan untuk militer, kategori untuk kemasan ini sangat spesifik,spesial, yang
digunakan untuk melindungi produk-produk militer. Kemasan harus memenuhi aturan-
aturan di negara yang bersangkutan serta didokumentasikan dengan benar dan tepat.

2.3.5 Proses Pembuatan Kemasan


Dalam proses pembuatan kemasan dibagi menjadi beberapa tahapan, beberapa tahapan
tersebut adalah idea phase,design phase, feasibilty phase,capability phase, dan launching
(Julianti;2014).
Idea phase,yaitu fase pada mengenali produk dan pasar dari produk yang ingin di
branding kemasannya, meliputi mendekati konsumen dengan menanyakan apa yang
dipikirkan konsumen tentang produk yang bersangkutan, bagaimana cara mereka
menggunakan produk, melalui interaksi dengan konsumen diharapkan terbukanya peluang
pasar yang baru yang biasanya disebut dengan berdasarkan consumer insight. Setelah
melalui tahapan consumer insight tahapan selanjutnya adalah penggalian ide, penggalian
ide dapat dilakukan dari pihak manapun, dari konsumen, atau karyawan, komplain
konsumen,gaya hidup konsumen, tren pasar untuk kategori produk tersebut. semua ide
didiskuiskan, kemudiakan disharing, ide-ide mana yang akan dilanjutkan sesuai dengan
kebutuhan bisnis. Kemudian ide yang lain disimpan karena kemungkinan bisa dipakai
dikemudian hari.
Design phase, yaitu fase dimana format produk yang sudah ditentukan, semua
informasi yang didapatkan oleh desainer dituangkan dalam packaging design brief,
packaging design brief ini dibuat sedemikian rupa agar tidak mengerdilkan ide kreatif dari
desainer. Pada tahap desain terbagi lagi menjadi 3 tahapan, yaitu conceptual design,
Embodiment design, dan detail design. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai 3
tahapan tersebut :

1. Conceptual design meliputi tahapan proses pembuatan berbagai macam konsep desain
untuk memenuhi semua tujuan dari desain itu sendiri. Konsep desain ini bertujuan agar
15

konsumen dapat menggunakan secara praktis. Dari konsep desain yang bermacam-
macam dipilih yang cocok, kemudian dilanjutkan ke tahap embodiment design.
2. Embodiment design, yaitu pada tahap ini merupakan pengembangan lanjutan dari desain
konsep yang dipilih. Konsep desain yang sudah dipilih harus diberikan bentuk atau
body. Bentuk atau body ini meliputi bentuk geometri,komponen kemasan,dan material
yang diperlukan. Dalam hal ini,perlu dipertimbnagkan apakah desain kemasan tersebut
dapat dibuat. Setelah melalui tahap ini,tahap selanjutnya adalah tahap detail design.
3. Detail design, yaitu pada tahap ini bentuk ,ukuran ,dan toleransi kemasan ditentukan,
beserta material dan metode yang digunakan dalam proses pembuatannya.

Selain itu juga dilakukan penjelasan yang diberikan dalam bentuk brief design yang
meliputi :
- Brand personality
- Profil kompetitr termasuk kemasan yang sekarang beredar dipasaran
- Format produk
- Cara pemasaran di supermarket,pasar tradisional atau keduanya
- Cara display produk
- Ukuran kemasan dan teknologi kemasan yang tersedia
- Target konsumen yang meliputi umur,kelas,gender,keluarga
- Target mengenai harga dan performance dari kemasan

Feasibilty phase, yaitu pada fase ini semua komponen kemasan dibuat pilot mouldnya
atau printing plate nya, dengan menggunakan bahan dan peralatan yang sedemikian rupa
dengan kondisi aktualnya. Pengetesan harus dilakukan pada setiap komponen dan kriteria
sukses tidaknya suatu kemasan ditentukan pada tahap ini.
Capability phase, yaitu semua komponen kemasan masih dilakukan tes final dengan
menggunakan mesin produksi yang sebenarnya.
Launhing phase, yaitu pada tahap ini produksi massal sudah dilakukan dan semua
persiapan peluncuran produk disiapkan, baik contoh untuk customer,iklan, dan alat-alat
merchandising harus disiapkan.
16

2.4 Perancangan dan Pengembangan Produk.


Proses perencanaan produk dilakukan sebelum suatu proyek pengembangan produk
secara formal disetujui, sumber daya yang penting dipakai dan sebelum tim pengembang
yang lebih besar dibentuk Ulrich (2001). Perencanaan produk merupakan suatu kejadian
yang mempertimbangkan portofolio suatu proyek, sehingga suatu organisasi dapat
mengikuti dan menetukan bagian apa dari proyek yang akan diikuti selama periode tertentu.
Setiap proyek terpilih dilengkapi dengan tim pengembang produk. Tim ini harus
mengetahui misi proyek sebelum dimulai pengembangan. Rencana produk
mengidentifikasi portofolio produk-produk yang dikembangkan dan waktu pengenalan ke
pasar. Proses perencanaan mempertimbangkan peluang-peluang pengembangan produk,
yang diidentifikasi oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian,
pelanggan, tim pengembangan produk dan analisis keunggulan para pesaing. Rencana
produk perlu diperbarui secara berkala agar dapat mengakomodasi perubahan dan
perkembangan yang ada. Suatu proses pengembangan yang terdefinisi dengan baik berguna
karena alasan berikut:
1. Jaminan kualitas: proses pengembangan menggolongkan tahap-tahap proyek
pengembangan yang dilalui serta melalui butir-butir pemeriksaan. Bila fase-fase dan
titik-titik pemeriksaan ini dipilih secara bijaksana, mengikuti proses pengembangan
merupakan sebuah cara untuk menjamin kualitas dan produk yang dihasilkan.
2. Koordinasi: proses pengembangan yang diterjemahkan secara jelas berlaku sebagai
rencana utama yang mendefinisikan aturan-aturan untuk tiap pemain pada tim
pengembangan. Rencana ini menginformasikan kepada anggota tim kapan kontribusi
mereka dibutuhkan dan dengan siapa mereka harus bertukar informasi
3. Perencanaan: suatu proses pengembangan terdiri dari tolak ukur yang sesuai dengan
penyelesaian tiap fase. Penentuan waktu dari tolak ukur mengikuti jadwal kesuluruhan
proyek pengembangan.
4. Manajemen: suatu proses pengembangan merupakan alat ukur untuk memperkirakan
kinerja dari usaha pengembangan yang berlangsung dengan membandingkan
peristiwa-peristiwa aktual dengan proses yang dilakukan, seorang manajer dapat
mengidentifikasi kemungkinan lingkup permasalahan.
5. Perbaikan: pencatatan yang cermat terhadap proses pengembangan suatu organisasi
sering membantu untuk mengidentifikasi peluang-peluang untuk perbaikan.

Proyek pengembangan produk dikelompokkan menjadi empat tipe:


17

1. Platform produk baru, tipe proyek ini melibatkan usaha pengembangan utama untuk
merancang suatu kumpulan produk baru berdasarkan platform yang baru dan umum.
Kumpulan produk baru akan memasuki kategori pasar dan produk yang sudah dikenal.
2. Turunan dari platform produk yang telah ada, proyek ini memperpanjang platform
produk supaya lebih baik dalam memasuki pasar yang telah dikenal dengan satu atau
lebih produk baru.
3. Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada, proyek ini mungkin hanya
melibatkan penambahan atau modifikasi beberapa detail produk dari produk yang telah
ada dalam rangka menjaga lini produk yang ada pesaingnya.
4. Pada dasarnya produk baru, proyek ini melibatkan produk yang sangat berbeda atau
teknologi produksi dan mungkin membantu untuk memasuki pasar yang belum dikenal
dan baru.

Karena tahap pengembangan konsep dalam proses pengembangan membutuhkan lebih


banyak koordinasi dibandingkan fungsi-fungsi lainnya, banyak metode pengembangan
yang dikembangkan pada saat ini, salah satu contoh proses pengembangan konsep dari awal
hingga akhir ditunjukkan pada gambar 2.1.

Pernyataan Mendesain Rencana


Identifikasi Menetapkan Memilih Menguji Menetapkan
MIsi Konsep- Rencana Alur Pengembangan
Kebutuhan Spesifikasi & Konsep Konsep Spesifikasi
konsep Pengembangan
Pelanggan Targetnya Produk Produk Akhir
Produk

Proses Analisa Ekonomis Produk

Benchmark Produk Kompetitor

Membangun Model Pengujian dan Prototype Produk

Gambar 2.1 Tahap Pengembangan Konsep


Sumber : Ulrich & Eppinger, 2001

2.5 Kansei engineering


2.5.1 Definisi Kansei engineering
Kansei engineering didefinisikan sebagai teknologi penerjemahan perasaan konsumen
(kansei) tentang produk yang akan datang (baru). Menjadi sebuah elemen desain, dengan
deginisi ini kansei engineering berusaha memproduksi produk baru berdasarkan perasaan
dan permintaan konsuen. Tujuan dari penelitian kansei engineering adalah untuk mencari
struktur emosi yang ada dibawah sikap atau tingkah laku manusia.
Kansei engineering adalah jenis teknologi yang menerjemahkan perasaan pelanggan
kedalam spesifikasi desain (Nagamachi & Lokman, 2011). Dengan mengambil perasaan
18

pelanggan, dengan nama kansei; menganalisa data menggunakan metode psikologi,


ergonomi, kedokteran, atau metode rekayasa; dan mendesain produk baru berdasarkan
analisis informasi. Kansei/affective engineering adalah teknologi dan proses rekayasa dari
data kansei kedalam spesifikasi desain.
Terdapat tiga titik fokus Kansei engineering, yaitu (Nagamachi (2001) dalam Schutte
(2002)):
1. Bagaimana cara memahami konsumen secara akurat?
2. Bagaimana mencerminkan dan menerjemahkan pemahaman Kansei ke dalam
desain suatu produk?
3. Bagaimana menciptakan sistem dan organisasi desain yang berorientasi Kansei?

Kansei engineering berhubungan dengan empat hal yaitu :


a. Untuk menangkap perasaan konsumen tentang produk menurut istilah ergonomis
dan estimasi psikologis. Semantic Differential (SD) yang dikembangkan oleh
Osgood merupakan teknik utama untuk menangkap kansei konsumen (Jayne Al
Hindawe, 1991). Penjelasan konsep mengenai Semantic Differential dapat
ditunjukkan oleh gambar 2.2

Gambar 2.2 Semantic Differential Kansei Egineering


Sumber : Nagamachi, 1999

b. Untuk mengidentifiksi karakteristik desain produk dari kansei konsumen.


c. Untuk membangun Kansei engineering sebagai sebuah teknologi ergonomis.
d. Untuk menyesuaikan desain produk dengan perubahan sosial yang sedang terjadi.
19

2.5.2 Metode Kansei Engineering


Ada 6 metode Kansei engineering yang digunakan oleh nagamichi yaitu :
1. Kansei engineering Type-I Category Classification
Pada Kansei Type-I langkah pertama adalah menentukan strategi produk dan
menciptakan konsep dalam rancangannya. Kemudian mengumpulkan kata-kata Kansei
yang berkaitan dengan konsep. kata-kata Kansei bisa didapatkan dengan cara
wawancara, studi literatur, quesioner, dsb. Diagram proses mengenai Kansei
Engineering type I adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 Diagram Kansei Engineering type I


Sumber : Nagamachi, 1999

Selanjutnya Kansei words yang telah terkumpul kemudian dikategoikan dan


dikolektifkan berdasarkan sifatnya, dan langkah terakhir mereduksi kansei words
tersebut berdasarkan levelnya, level tertinggi merupakan kansei words yang terpilih dan
mewakili kelompok kansei wordsnya. Kansei Type-I lebih dikenal dengan sebutan
konsep zero level yang terdiri dari beberapa subkonsep.Berikut ini merupakan langkah-
langkah dalam metode kansei engineering tipe 1:
1. Decision of strategy (Company Strategy)
Kansei engineering bermula dari keputusan strategi perusahaan, perusahaan ingin
menciptakan produk baru yang produk khususnya menggunakan kansei engineering.
Perusahaan mesti mempunyai konsep tertentu atau strategi untuk produk baru. kansei
engineering harus memanfaatkan strategi ini untuk diterapkan ke dalam bidang baru.
2. Collection of kansei words
Langkah awal setelah keputusan dari strategi baru adalah mengkoleksi kata kansei
berkaitan dengan konsep produk baru (mengenai 20-30 kata kansei)
3. Setting of SD Scale
20

Untuk pengumpulan kansei words adalah diantara skala 5 atau 7.


4. Collection of other product sample
Untuk membandingkan diantara produk yang sama dari perusahaan dan pembuat
lainnya. sample adalah koleksi dari perbedaan-perbedaan perusahaan yang
dimasukkan ke dalam benchmark (terdiri dari 10-20 sample)
5. List item/category
Item atau kategori menggambarkan spesifikasi desain tentang produk sample yang
dikumpulkan. semua sifat produk dijelaskan. untuk warna, bentuk, ukuran, merek,
logo dan lain-lain.
6. Evaluation experiment
Setelah kerja panel dari laki-laki dan perempuan (pelajar atau orang dewasa) semua
subyek menyertai dalam percobaan penilaian. mereka merekam perasaan mereka
dengan kata-kata kansei untuk setiap sample pada lembar skala SD.
7. Statistical Analysis
Evaluasi data adalah analisa dari metode statistik, terutama dengan menggunakan
analisis statistik multivariat.
8. Interpretation Of The Analyzed Data
Semua data harus dianalisis dan ditafsirkan dari sudut pandang kansei engineering.
tujuannya adalah untuk mencari hubungan antara kansei manusia dan produk. dari
data yang dianalisis didapatkan hubungan kansei dengan spesifikasi desain.
9. The Explanation Of Data
Interprestasi data harus menjelaskan kepada perancang perusahaan untuk membuat
desain baru dengan bantuan pendesaian.
10. Collaboration With Designer
Teknik kansei memotivasi perancang perusahaan untuk membuat emosi baru desain
produk melangkah lebih dari data analisis. dalam proses ini, kansei engineering
seharusnya mendukung pembuatan desain pada data kansei. ini adalah semacam
kerja sama antara kansei engineering dan perancang.

2.6 Analisis Faktor


Analisis faktor merupakan salah satu metode multivariate yang digunkan untuk
menganalisis variabel-variabel yang diduga memiliki keterkaitan satu sama lain sehingga
21

keterkaitan tersebut dapat dijelaskan dan dipetakan atau dikelompokan pada faktor yang
tepat (Imam, 2006).
Metode ini bertujuan untuk mereduksi sejumlah variabel menjadi lebih sedikit. Selain
itu, metode ini juga dapat menjelaskan tentang variabel yang bersifat dominan dalam suatu
permaslahan.

2.7 Analisis Konjoin


Analisis konjoin (conjoint analysis) adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat kepentingan atribut suatu produk, dan untuk mengetahui tanggapan
konsumen terhadap perubahan kombinasi atribut suatu produk (Simamora, 2005).

2.8 Ergonomi
2.8.1 Definisi Ergonomi
Menurut organisasi asosiasi ergonomi internasioanl (IEA) ergonomi atau human
factor adalah sebuah disiplin keilmuan yang memiliki fokus dalam memahami interaksi
antara manusia dan elemen lainnya didalam sebuah sistem. Ergonomi adalah pekerjaan
yang mengaplikasikan teori,prinsip,data dan metode didalam mendesain dengan tujuan
optimalisasi keberadaan manusia dan keseluruhan performa dalam suatu sistem. Ergonomi
memberikan kontribusi kepada desain dan evaluasi aktivitas kerja, pekerjaan, produk,
lingkungan dan sistem dengan tujuan membuat semua itu sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan dan keterbatasan manusia.
Sedangkan menurut Suma’mur (1989) , Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya
berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknuua,
dengan tujua tercapainya produktivitas kerja dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia dengan optimal. Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam
ruang lingkup yang anata lain meliputi penyerasian perkejaan terhadap tenaga kerja secara
timbal balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
Ergonomi menrut Bridger (1995), Ergonomi merupakan ilmu yang memiliki perhatian
pada desain dari sistem dimana manusia melakukan sebuah aktivitas pekerjaan. Asal kata
ergonomi berasal dari bahasa yunani , yaitu ergon yang berarti bekerja dan nomos yang
berarti hukum. Ergonomi bertujuan untuk memastikan kebutuhan manusia akan
keselamatan dan efisiensi pekerjaan selama merka berrada dalam lingkungan kerjanya.
22

Ergonomi adalah praktek dalam mendesain perlaatan dan rincian pekerjaan sesuai
dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cedera pada pekerja (OSHA,
2003)
Ergonomi adalah suatu konsep atau sebuah ide, tentang cara pandang terhadap dunia,
bagaimana manusia berpikir dan bagaimana mekera berinteraksi dengan semua aspek dari
lingkungan, peralatan yang mereka gunakan dan situasi kerja mereka. (Oborne, 1995).

2.8.2 Ruang Lingkup Ergonomi


Menurut organisasi asosiasi ergonomi internasional (IEA) ergonomi adalah sebuah
disipilin ilmu yang berorientasi terhadap sistem, yang sekarang telah berkembang meliputi
semua aspek didala kehidupan manusia. Mengaplikasikan ergonomi, haruslah memiliki
pemahaman yang luas mengenai seluruh lingkup dari keilmuan ini. Ilmu ergonomi memliki
beberapa domain spesialisasi, diantaranya adalah :
a. Fisikal ergonomi yaitu keilmuan yang memiliki fokus pada anatomi manusia,
antropometri, psikologi dan biomekanik karakteristik yang terkait dengan aktivitas
fisik.
b. Kognitif ergonomi yaitu keilmuan yang memiliki fokus pada proses mental, seperti
persepsi, ingatan, alasan dan respon motorik yang merupakan hasil dari interksi antara
manusdia dengan elemen lain didalam sebuah sistem.
c. Organisasional ergonomi adalah keilmuan yang memiliki fokus pada optimalisasi
sistem sosioteknik, termasuk struktur organiasai , kebijakan dan proses.

Departemen kesehatan mengungkapkan, beberapa aspek keilmuan yang menjadi ruang


lingkup dalam ergonomi, antara lain
a. Teknik
b. Pengalaman psikis
c. Anatomi
d. Fisiologi
e. Antropometri
f. Sosiologi
g. Desain
23

2.8.3 Cultural ergonomics


Dalam bukunya yang berjudul Culture Ergonomics, Jackson (2014) menjelaskan
bahwa cultural ergonomics merupakan pendekatan terhadap desain sebuah produk,
pengembangan dan evaluasi terhadap sistem yang ada.Tahapan pengembangan desain dari
aspek ergonomi dapat ditunjukkan oleh Gambar 2.5

Gambar 2.4 Pengembangan desain dari aspek ergonomi


Sumber : Kreifeld dan Hill, 1976

Tujuan dari cultural ergonomics adalah untuk memastikan sistem atau produk yang
dibuat didesain sesuai dengan kebutuhan oleh orang yang merasakannya. Dimana sebuah
produk dapat bermanfaat bagi semua individu yang terlibat, akibat dari keragaman budaya
yang ada pada suatu tempat yang mengakibatkan adanya integrasi antara individu yang
memiliki budaya yang berbeda satu sama lain. Dalam desain sebuah produk culture
ergonomics adalah sebuah pendekatan untuk variasi interaksi dan pengalaman yang
ditawarkan benda tersebut kepada pengguna berdasarkan budaya.

Jackson (2014) menjelaskan ada beberapa hal yang menjadi alasan pentingnya
pendekatan cultural ergonomics dalam sebuah desain adalah sebagai berikut :

1. Migrasi dari manusia ke wilayah perkotaan, mengenalkan pada beberapa pekerjaan


baru dan sistem kerja yang baru misalnya pada industri, jasa, pendidikan, pelayanan
kesehatan, transportasi dan wisata.
2. Meningkatnya dominasi dari sistem kerja yang “informal” karena penyesuaian dari
keadaan sekitarnya, contohnya adalah tidak adanya regulasi yang tetap mengenai
sistem kerja, teknologi yang digunakan, dan praktek dari pekerjaan ( pekerja imigran,
pekerja musiman, buruh dan pembantu rumah tangga )
3. Perubahan secara global yang meliputi musim, tragedi kemanusiaan, konflik, bencana
dan kerjasama antar negara
24

4. Tren yang berkembang di masyarakat mengenai kesehatan, pola hidup konsumtif yang
mengarah pada proporsional bentuk tubuh dan meningkatnya berat badan.

Tahapan dalam cultural ergonomics adalah yang pertama adalah menerjemahan dari
suatu budaya yang ada, yaitu dengan cara identifikasi aspek aspek budaya apa saja yang
ada pada daerah tersebut, kemudian yang kedua adalah dengan menerjemahkan aspek
budaya tersebut kedalam suatu desain barang,yang berupa infromasi desain tersebut dan
elemen elemen yang ada pada desain tersebut. Kemudian yang ketiga atau tahap yang
terakhir adalah dengan implementasi konsep desain tersebut terhadap desain yang akan
dibuat sehingga tercipta suatu produk yang memiliki atau mengandung nilai cultural
ergonomics.Secara keseluruhan tahapan dalam cultural ergonomics ada pada gambar 2.6

Gambar 2.5 Cultural Ergonomics in interactional and experiental design


Sumber : Desmert dan Heckert, 2007

2.8.4 Peran Culture Ergonomics pada Desain Produk Konsumen


Suh dan Kwon (2002) mengemukakan bahwa beberapa konsumen dari sebuah produk
yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda memiliki opini tersendiri dari
sebuah produk tersebut, dan produk memiliki nilai yang berbeda bagi tiap konsumen yang
memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Evers dan Day (1997) mengemukakan bahwa
kebudayaan adalah sebuah hal yang kompleks yang memiliki banyak dimensi, Hofstede
(1984) mengemukakan bahwa penelitian yang dilakukan pada lebih dari 50 negara
mengenai sebuah kebudayaan, kebudayaan dapat diukur denan 5 dimensi, yaitu kesamaan
hak, individualisme, feminism, tujuan jangka panjang, dan penanganan ketidakpastian.
25

Selain itu juga terdapat beberapa hal yang mempengaruhi yaitu umur, perilaku konsumsi,
sosio ekonomis.
Lamb, Hair, dan McDaniel (2008) membagi produk konsumen menjadi tiga bagian,
yaitu convenience products,shopping products, dan specialty products. convenience
products adalah produk yang dikonsumsi dan dibeli secara reguler, seperti makanan,
minuman, obat-obatan. shopping products merupakan produk yang dibeli pada periode
tertentu saja, konsumen lebih banyak melakukan pengamatan pada barang tersebut sebelum
membeli, dan pembelian barang tersebut juga dipengaruhi oleh aktualisasi dari kelas sosial
konsumen, seperti produk elektronik,perabotan rumah dan pakaian. specialty products
adalah produk dengan range harga paling mahal diantara dua jenis produknya, walaupun
terkadang produk ini dibeli unutk kebutuhan sehari hari, misalnya kendaraan mewah,
minuman dan makanan kelas atas, dan beberapa produk dari selebritas.
Dalam bukunya cultural ergonomics, Jackson (2014) menjelaskan terdapat beberapa
metode yang bisa digunakan untuk memahami peran dari culture ergonomics pada produk
konsumsi secara keseluruhan mengenai metode yang bisa digunakan, dapat dilihat pada
Gambar 2.6 mengenai matrix perbandingan antar metode :

Gambar 2.6 Matrix pengambilan data kualitatif dan kuantitatif


Sumber : Cultural ergonomics:Jackon, 2014
26

Berikut ini merupakan penjelasan dari beberapa metode yang bisa digunakan dalam
cultural ergonomics :
1. Survey
Dengan survey dilakukan untuk beberapa tujuan, diantaranya adalah untuk
memperoleh gambaran deskriptif, penjelasan, dan eksplorasi mengenai hal tersebut.
Survey dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu yang pertama dengan kuisioner dan
yang kedua dengan interview.
2. Diskusi grup
Dengan diskusi grup, untuk mendengarkan dan mendapatan informasi yang diperoleh,
dengan cara mengumpulkan 5-10 orang yang ada di bidangnya kemudian saling
bertukar pendapat yang dipimpin oleh moderator. Diskusi grup juga dapat digunakan
untuk tahapan tes prototype dari sebuah produk sekaligus evaluasi terhadap produk
tersebut.
3. Observasi
Pada tahapan observasi dapat dilakukan dengan cara pengamatn langsung keadaaan
yang ada dilapangan. Dengan mempelajari perilaku masyarakat dan kebudayaannya.
Observasi merupakan teknik yang ideal untuk daerah yng mengalami asimilasi
multietnik dengan beragam budaya yang ada.
27

BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian yang akan dilaksanakan diperlukan dasar-dasar argumentasi ilmiah
yang berhubungan dengan konsep-konsep yang diperlukankan dalam penelitian dan akan
dipakai dalam analisis. Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa dasar-dasar argumentasi
atau teori yang digunakan dalam penelitian.

3.1 Metode Penelitian


Menurut Sugiyono (2009), terdapat beberapa jenis metode penelitian yang
dikelompokkan sebagai metode untuk karya ilmiah, yaitu:
1. Metode penelitian eksperimental
2. Metode deskriptif
3. Metode evaluatif

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian evaluatif, yaitu suatu penelitian
yang diupayakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk.
Penelitian evaluatif dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan suatu program, produk
atau kegiatan tertentu (Danim, 2000). Sedangkan evaluasi sendiri adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan (Arikunto,
2007).
Objek dari penelitian ini adalah packaging makanan oleh oleh khas malang. kemudian
melalui tahap pertama menentukan produk mana yang akan dijadikan objek penelitian,
kemudian tahap keduanya adalah mengumpulkan sample dari pembeli dan menjelaskan
spesifikasi dari produk, tahap ketiga adalah melakukan proses penggalian ide dari desain
yang dilakukan pengumpulan kansei words dan melakukan pengujian untuk menentukan
kategori yang terpilih dalam kansei words, kemudian dilakukan analisis data yang didapat
dari kuisioner yang telah disebar kepada para konsumen keripik tempe mengenai
cultural ergonomics, dari data yang didapat dari dua kansei words dan cultural ergonomics
didapatkan packaging design brief, dari packaging design brief didesain beberapa konsep
produk, dilanjutkan dengan memilih dan menguji konsep produk. yang diakhiri oleh tahap

27
28

pengujian prototype yang dibuat, dan diakhiri dengan tahapan detail design dan menarik
kesimpulan yang didapat
.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kota Malang dengan respondennya adalah para
pembeli oleh-oleh khas dari UMKM yang ada di Kota Malang. Penelitian dilakukan dari
tanggal 1 Maret 2017 hingga tanggal 1 Agustus 2017.

3.3 Langkah- langkah Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa tahap yaitu tahap pendahuluan, tahap pengumpulan
data, tahap pengolahan data serta tahap analisis dan pembahasan.

3.3.1 Tahap Pendahuluan


Adapaun tahap pendahuluan pada penelitian ini adalahs sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Metode studi literatur ini merupakan salah satu metode yang mana mengambil data
atau memperoleh informasi dari buku, jurnal ilmiah, penelitian- penelitian terdahulu,
dan literature bacaan yang lain. Dari studi literatur tersebut akan didapatkan informasi-
informasi mengenai kondisi umkm saat ini, kansei engineering, cultural ergonomics,
tahapan perancangan produk, perancangan kemasan, dan reposotioning dalam
pemasaran, selanutnya adalah informasi mengenai metode apa saja yang bisa
digunakan untuk mewujudkan desain dari kemasan ,dan jenis dari metode kansei
engineering yang akan digunakan.
2. Studi Lapangan
Metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi dari lingkungan secara langsung dari
permasalahan yang diteliti. Terdapat beberapa cara yang digunakan untuk mengetahui
kondisi permasalahan yang diteliti,yaitu: interview, brainstorming, observasi,
dokumentasi dan eksperimen.
3. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui permasalahan awal dengan cara
melakukan pengamatan terhadap kondisi packaging yang ada di pasaran secara
langsung kemudian serta mengetahui perilaku konsumen terhadap pembelian terhadap
oleh-oleh UMKM khas Kota Malang berdasarkan aspek packaging. Informasi dari
29

penelitian-penelitian sebelumnya mengenai produk UMKM khas Kota Malang juga


digunakan untuk mengetahui permasalahan awal.
4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dilakukan setelah mengidentifikasi masalah, masalah yang telah
diidentifikasi kemudian dibandingkan dengan keadaan nyata yang ada sehingga dari
perilaku konsumen akan diidentifikasikan menjadi citra atau kebutuhan dari
konsumen.
5. Penetapan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian memuat uraian yang menyebutkan secara spesifik maksud atau
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian dan berdasarkan perumusan masalah yang
telah disebutkan, yaitu mengetahui prioritas atribut-atribut yang menjadi keinginan
konsumen kemudian diwujudkan dalam sebuah produk barupa kemasan yang baru.

3.3.2 Tahap Pengumpulan Data


Data-data yang telah disebutkan sebelumnya diperoleh dengan berbagai metode.
Berikut adalah data yang digunakan dan metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini:
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari pengambilan data secara langsung oleh peneliti. Data primer
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara dengan pihak
UMKM, hasil kuisioner dari pembeli. Data primer ini adalah kansei words yang
didapatkan pada saat wawancara, dan hasil dari sematic differential saat kuisioner
dibagikan kepada responden.
2. Data Sekunder
Data yang telah disediakan oleh Pemerintahan kota malang mengenai UMKM , Studi
literatur dan Penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Beberapa aspek
Kansei words dan cultural ergonomics didapatkan dari penelitian serupa sebelumnya.
30

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu metode
penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan :
1. Metode penelitian kepustakaan (Library Research)
Metode penelitian kepustakaan merupakan metode dalam pencarian, mengumpulkan
dan menganalisis sumber data untuk diolah dan disajikan, sumber kepustakaan bisa
berupa penelitian- penelitian terdahulu dan buku- buku bacaan, dalam penelitian ini
literatur berhubungan dengan kansei engineering dan cultural ergonomics, mengenai
data kansei words serta preferensi dalam cultural ergonomics pada produk makanan.
2. Metode penelitian lapangan (Field Research)
Metode ini digunakan dalam pengumpulan data secara langsung pada objek penelitian,
teknik penelitian lapangan yang dipakai dalam penelitianini adalah sebagai berikut:
a. Interview atau Wawancara dan Kuesioner
Suatu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengajukan
pertanyaan kepada orang yang bersangkutan. Data yang diperoleh dari teknik
wawancara dan kuisioner ini adalah merupakan tanggapan dari konsumen mengenai
packaging yang ada dalam produk yang diteliti. Dengan pengambilan sample
adalah dengan cara puposive sampling yaitu dengan mengambil sample yang
memiliki karakteristik, ciri, dan kriteria sample tertentu yang dinilai sesuai dengan
tujuan atau masalah penelitian dalam sebuah populasi. Peneliti menentukan siapa
saja yang pantas menjadi sample, dimana sample yang digunakan adalah para
konsumen produk UMKM keripik tempe.
b. Observasi
Suatu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengadakan
pengamatan langsung terhadap keadaan yang sebenarnya. Data yang diperoleh dari
teknik observasi ini adalah gambaran mengenai produk yang dijual kepada
konsumen dan kondisi packaging yang ada saat ini.
31

3.3.3 Tahap Pengolahan Data


Data yang terlah dikumpulkan selanjtunya akan diolah dan analisis. Adapun langkah-
langkah yang digunakan untuk melakukan pengolahan data adalah sebagai berikut.
1. Pengolahan Data
a. Pengujian Kelayakan Kuesioner
Dalam proses ini, data yang telah dikumpulkan di uji terlebih dahulu untuk
mengetahui kelayakan kuesioner, yaitu uji reliabilitas dan validitas.
b. Analisis Statistik
Dalam proses ini data yang telah dikumpulkan diolah (analisis faktor dan analisis
konjoin) dengan menggunakan software pengolah statistik untuk mereduksi kata
kansei menjadi lebih sederhana, sedangkan analisis konjoin digunakan untuk
mengetahui hubungan dan kombinasi antara kata kansei dan elemen desain.
Untuk proses analisis faktor melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Melakukan uji korelasi antar variabel.
2. Uji kelayakan dan kecukupan dengan melakukan uji Bartlett’s test dan KMO.
3. Melakukan factoring dari variabel yang telah lolos pada uji variabel dengan
component analysis
4. Melakukan proses factor rotation, untuk memperjelas variabel yang masuk ke
faktor terntu.
5. Setelah faktor terbentuk, dimulai dengan memberikan penamaan pada faktor
dengan cara melihat variable apa saja yang menyususn faktor tersebut.

Untuk proses analisis konjoin adalah sebagai berikut :


1. Merumuskan masalah
2. Mengkonstruksi stimulus
3. Menentukan bentuk data input
4. Membuat prosedur analisa konjoin
5. Menafsirkan hasil
6. Menguji reabilitas dan validitas
c. Perbandingan antara hasil kansei engineering dan cultural ergonomics
Hasil dari kansei yang diperoleh, dibandingkan dengan hasil dari pengamatan dari
aspek cultural ergonomics untuk memperoleh data identifikasi kebutuhan
pelanggan.
32

3.3.4 Tahap Analisis dan Pembahasan


Tahap analisis dan pembahasan dilakukan setelah tahap pengolahan data selesai
dilakukan. Tahap analisis ini dilakukan setelah diketahui preferensi konsumen mengenai
kemasan yang diinginkan, kemudian dilakukan pembuatan beberapa alternatif produk.
1. Analisis dan Pembahasan
Setelah melakukan pengolahan data, kemudian hasil dari pengolahan data tersebut
dianalisis dan dibahas. Hasil dari pengolahan data dianalisis dan dibahas untuk
menentukan atribut yang dipakai dalam desain packaging beserta pertimbagan dari
aspek cultural ergonomics. Setelah itu dibuat beberapa alternatif konsep produk yang
dilanjutkan dengan pengujian alternatif produk, sehingga didapatkan alternatif produk
yang terpilih.
2. Penarikan Kesimpulan dan Saran
Setelah melakukan seluruh tahapan sebelumnya, kemudian penulis menyimpulkan
hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data. Kesimpulan dan saran merupakan
tahapan akhir dari penelitian yang mencangkup semua hal yang sudah dilakukan dalam
penelitian.Kesimpulan pada penelitian ini adalah berupa alternatif produk berupa
kemasan yang terpilih dari kansei words dan masukan dari cultural ergonomics.

3.4 Diagram Alir Penelitian


Pada Gambar 3.1 berikut ini merupakan diagram alir penelitian dari awal dlakukan
penelitian hingga akhir dari penelitian.
33

Mulai

Studi Lapangan

Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Tahap
Pendahuluan Perumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pengumpulan Data
Data Primer
Tahap 1. Kansei Words
Pengumpulan Data 2. Aspek Cultural Ergonomics

Data Sekunder
1. Kansei Words

Data Primer diperoleh melalui wawancara dan observasi kepada responden,


sedangkan data sekunder diperoleh dari penelitian sebelumnya dan studi
kepustakaan

Identifikasi Kebutuhan pelanggan (Kansei engineering) Identifikasi Kebutuhan pelanggan (cultural ergonomics)

Menggunakan kansei engineering untuk identifikasi design brief Menggunakan Cultural ergonomics untuk identifikasi design
1. Mengumpulkan data berupa kansei words brief
2. Menentukan kansei words yang relevan pada sematic differential 1. Mengumpulkan data berupa kuesione, observasi, dan
3. Uji kecukupan data, uji keseragaman, validitas dan relaibilitas wawancara pada pelanggan
4. Analisis faktor 2. Data dari pelanggan ditrasnformasukan menjadi behavioral
5. Analisi Conjoint design
6. Mengumpulkan kategori yang terpilih pada kasei enginnering

Membandingkan Hasil antara Kansei Engineering dan Cultural


Ergonomics dalam aspek design brief

Tahap
Pelaksanaan penelitian
1. Mendesain Alternatif konsep produk
2. Memilih alternatif konsep produk
3. Menguji konsep produk
4. Menetapkan Spesifikasi Akhir
5. Rencana pengembangan

Tahap Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


34

( Halaman ini sengaja dikosongkan )


35

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penjelasan tentang data-data yang akan
dikumpulkan. Selain itu, terdapat penjelasan tentang pengolahan data menggunakan teori
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, serta pembahasan dari hasil penelitian untuk
menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.

4.1 Identifikasi kebutuhan pelanggan


Tahapan pertama dari penelitian pengembangan produk kemasan keripik tempe adalah
dengan melakukan identifikasi kebutuhan pelanggan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelanggan ini dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode kansei engineering dan cultural
ergonomics.

4.2 Analisis Kansei Engineering


Dalam Analisis melalui metode Kansei Engineering dimana pada metode ini
menerjemahkan perasaan pelanggan ke dakan spesifikasi desain, dilakukan dengan
beberapa tahapan, diantaranya adalah sebagai berikut :

4.2.1 Pengumpulan Kansei Words


Tahap awal dalam metode kansei engineering adalah dengan mengumpulkan kansei
words, data yang dikumpulkan adalah kansei words yang berhubungan dengan kemasan
keripik tempe, data ini diperoleh dari wawancara, buku, dan jurnal. Kansei words yang
optimal supaya mendapatkan konsep produk yang baik adalah 20-30 kata.
36

Tabel 4.1 Kansei Words yang didapat dari observasi


1. Dekoratif – Praktis 10. Empuk – Keras 18. Mudah dibawa – Sulit
2. Moderen – Tradisional 11. Daur Ulang – Sekali dibawa
3. Multifungsi – Satufungsi Pakai 19. Halus – Kasar
4. Khas – Umum 12. Fleksibel – Kaku 20. Menarik –
5. Maksimalis – Minimalis 13. Elegan – Biasa Membosankan
6. Ergonomis – Tidak 14. Praktis – Tidak Praktis 21. Variaitf – Monoton
ergonomis 15. Rapi – Berantakan 22. Awet – Mudah rusak
7. Polos – Berwarna 16. Inovatif – Tidak 23. Bersih – Kotor
8. Kompleks-Sederhana Inovatif 24. Detail – Tidak detail
9. Murah - Mahal 17. Terbuka – Rapat 25. Kasual – Formal
26. Nyaman - Gelisah

4.2.2 Evaluasi Kuesioner pertama (Semantic Differential )

Setelah mendapatkan kansei words, maka dilakukan evaluasi kuesioner pertama


dengan menyebarkan kuesioner kepada responden, dimana setiap responden diberikan
skala 5 semantic differensial, dengan dimensi masing-masing skala sebagai berikut.

1 = Jika citra produk yag diinginkan sangat berkaitan erat dengan kansei word disisi
kiri skala

2 = Jika citra produk yang diinginkan berkaitan erat dengan kansei word disisi kiri
skala

3= Jika citra produk yang diinginkan berkaitan erat dengan kedua kansei words di sisi
kanan dan kiri kansei word

4 = Jika citra produk yag diinginkan berkaitan erat dengan kansei word disisi kanan
skala

5 = Jika citra produk yag diinginkan sangat berkaitan erat dengan kansei word disisi
kanan skala

Untuk evaluasi lembar kuesioner pertama dapat dilihat pada lampiran 1.


37

4.2.3 Uji Kecukupan Data


4.2.4 Uji Validitas
4.2.5 Uji Reabilitas
4.2.6 Analisis faktor
4.2.7 Sampel Produk
4.2.8 Penentuan Item dan Kategori
4.2.9 Analisis Conjoint
4.3 Analisis aspek cultural ergonomics
4.3.1 Kategori dan item cultural ergonomics
4.3.2 Hasil kuesioner cultural ergonomics
4.4 Perbandingan hasil kansei engineering dan cultural ergonomics
4.5 Desain alternatif konsep produk
4.6 Pemilihan alternatif konsep produk
4.7 Pengujian konsep produk
4.8 Penetapan spesifikasi akhir
4.9 Rencana pengembangan produk

Anda mungkin juga menyukai