Skripsi Keseluruhan
Skripsi Keseluruhan
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
yang menjadi masalah UMKM di Kota Malang, yaitu sumber daya manusia yang masih
membutuhkan pelatihan, peralatan yang terbatas, dan akses permodalan yang terbatas. (Nur
Aini, Republika, 15 Oktober 2015). Selain itu permasalahan UMKM juga dipaparkan oleh
Penggiat UKM Kuliner Malang raya, Roni dalam MoU Peduli Usaha kecil dan menengah
malang raya antara UMKM Kota Malang dan Universitas Merdeka Malang, ada tujuh faktor
utama yang menjadi permasalahan UMKM di Malang Raya, antara lain : kurangnya
keterampilan, ketersediaan bahan baku, proses yang tidak standar, sistem pemasaran yang
kurang efektif, Administrasi yang tidak tercatat dengan baik, pengemasan yang kurang
menarik,dan sulitnya permodalan.(Unmer, 5 April 2016).
Dari beberapa masalah yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu masalah yang
menjadi permasalahan UKM di Malang raya adalah mengenai kemasan yang kurang
menarik. Perkembangan teknologi telah merubah fungsi kemasan. Menurut Kartajaya
(1996) mengemukakan bahwa teknologi membuat packaging merubah fungsi kemasan yang
awalnya “kemasan melindungi apa yang dijual, menjadi menjual apa yag dilindungi”, selain
itu Klimchuk dan Krasovec (2007) mengemukakan bahwa kemasan merupakan salah satu
faktor pencipta suatu image tertentu yang ingin dibangin oleh produk, yaitu kemasan
berfungsi untuk membungkus, melindungi, mengirim, menyimpan, mengidentifikasi dan
membedakan sebuah produk dalam pemasarannya. Selain itu menurut Julianti (2014:15)
kemasan yang menarik juga dapat menjadi pemicu minat beli dengan merangsang lima
pancaindra konsumen, hingga mengakibatkan keputusan membeli dan menggunakan
produk, selain itu kemasan adalah wadah untuk meningkatkan nilai dan fungsi sebuah
produk. Faktor kemasan yang tidak tepat juga menjadi salah satu alasan mengapa produk
didalamnya ditolak oleh pasar, Tabel 1.1 memperlihatkan perbandingan persepsi mengenai
kemasan produk makanan ringan antara konsumen, produsen, dan distributor.
Tabel 1.1
Perbandingan Persepsi Mengenai Kemasan Produk Makanan Ringan
Data Konsumen Produsen Distributor
Bahan - Plastik tipis - Plastik kurang tebal - Plastik kurang tebal
Kendala Desain
Tabel 1.1
Perbandingan Persepisi Mengenai Kemasan Produk Makanan Ringan
Data Konsumen Produsen Distributor
Kelebihan - Kemasan yang baik - Adanya izin lebih - Mampu meyakinkan
produk bila persepsi produk yang amantidak khawatir ada pembeli
dikemas baik operasi bagi penjual
- Terjamin Keamanan, - Bagus dirak pajangan
kesehatan dan
keselamatan
Kemasan yang - Ada simbol dan logo - Tulisan besar - Kemasan yang baik
diharapkan yang khas - Tidak terlihat sisi dalam disertai kualitas produk
- Kemasan menarik - Banyak warna, terdapat - Kemasan yang
tetapi tidak seragam info bahan baku, menguntungkan daerah
- Kemasan punya warna komposisi, bentuk unik, pemasaran
kontras, merk dan memenuhi standar
tampilan bagus, efisien kesehatan
, bergengsi, punya ciri - Mampu meyakinkan
khas, ramah pembeli
lingkungan, steril, - Ada segel yang
mudah dibaca dan mempunyai legalitas
dimengerti,
penggunaan bahasa
asing dihindari
- Kemasan yang inovatif
- Kemasan yang
menunjang pariwisata
Harapan umum - Banyak yang diekspor - Tempat khusus untuk - Produk makin laku
- Peningkatan kualitas menjual produk
produk dan kemasan - Pelatihan
- Sinergi dinas dan - Dengan kemasan yang
akademis baik, penjual tetap
untung
Berdasarkan hasil dari kuesioner mengenai kepetingan desain kemasan yang menarik
pada produk makanan dan minuman UMKM kota Malang, yang disebarkan kepada 50
konsumen oleh-oleh khas kota Malang di sentra oleh-oleh khas Malang yang tersebar di
Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang. Hasil dari kuesioner tersebut dapat dilihat
pada Gambar 1.1.
25
Respinden
20
15
10
5
0
Sangat Cukup Kurang
Penting
Penting penting Penting
Tingkat Kepentingan 19 24 5 2
Gambar 1.1 Rekap Hasil Kuesioner Kepentingan Kemasan yang Menarik dalam Produk UMKM
4
Dari hasil Kuesioner mengenai pentingnya kemasan yang menarik dalam produk
makanan UMKM, diketahui sebagian besar responden menyebutkan bahwa kemasan yang
menarik dalam produk makanan dan minuman UMKM adalah penting, diketahui responden
yang menyatakan sangat penting berjumlah 19, penting 24, cukup penting 5,dan kurang
penting 2. Dari hasil kuesioner tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pentingnya kemasan
yang menarik dalam produk makanan dan minuman bagi konsumen produk UMKM, sebagai
tindak lanjut atas permasalahan yang ada di kuisioner sebelumnya, dan dari hasil kuesioner
mengenai kepentingan kemasan maka penulis melakukan survey mengenai produk yang
menurut konsumen kurang memuaskan dari segi kemasan. Dari kuesioner yang disebarkan
pada 50 responden, dimana setiap responden berhak untuk menyebutkan lebih dari satu jenis
produk yang dirasa kurang memuaskan dari segi kemasan, hasilnya dapat dilihat pada
Gambar 1.2.
25
20
15
10
5
0
Keripik Olahan
Keripik
Olahan susu Strudel Lainnya
Tempe
Buah KUD
Jenis produk makanan 34 16 10 6 1
Gambar 1.2 Rekap Hasil Kuesioner Kemasan Produk yang Kurang M enarik
Dari hasil kuesioner mengenai kemasan produk yang kurang menarik, didapatkan
bahwa responden menyebutkan keripik tempe merupakan produk yang kurang menarik dari
segi kemasan, dibandingkan dengan produk yang lain. Sebanyak 34 responden menyebutkan
bahwa Keripik olahan dari tempe, kurang menarik dari segi kemasan. Dalam pembuatan
kemasan, UMKM juga harus menyesuaikan dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah
melalui badan pengawas obat dan makanan, serta CPBB-IRT pada tahun 2016. Ada 7 hal
yang harus ada dalam kemasan produk makanan. Diantaranya adalah Nama produk (sesuai
dengan IRT), daftar bahan/komposisi, berat bersih, tanggal kadaluarsa, kode produksi,
alamat IRTP, dan nomor PIRT. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap desain dari
kemasan keripik tempe yang telah beredar dipasaran, dengan mengambil 3 sample secara
5
acak kemasan produk olahan keripik tempe untuk perbandingan apakah sesuai dengan
anjuran kemasan produk makanan dari CPPB-IRT dan BPOM. Hasil dari perbandingan 3
produk keripik tempe dengan standar kemasan CPPB-IRT ada pada Tabel 1.1.
Tabel 1.2
Perbandingan kemasan keripik tempe dengan standar kemasan CPPB-IRT dan BPOM
Daftar bahan/komposisi
Berat bersih -
Tanggal Kadaluarsa
Kode Produksi - - -
Alamat IRTP -
Nomor PIRT -
Dari hasil perbandingan 3 kemasan produk keripik tempe dengan standar kemasan yang
ditetapkan oleh CPPB-IRT dapat diketahui bahwa beberapa kemasan keripik tempe yang
beredar, tidak sesuai dengan rekomendasi kemasan dari CPPB-IRT dan BPOM.
Dari beberapa permasalahan tersebut, yang terdiri dari pentingnya kemasan yang
menarik bagi konsumen, kemudian produk yang menurut konsumen kurang menarik dari
segi kemasan, serta kemasan yang beredar tidak sesuai dengan rekomendasi kemasan dari
CPBB-IRT dan BPOM. Peneliti memutuskan untuk membuat desain kemasan yang baru
untuk produk UMKM Kota Malang, untuk kemasan produk yang akan di re-design oleh
peneliti adalah kemasan produk keripik olahan dari tempe, hal tersebut berdasarkan dari
respon konsumen pada kuesioner kedua, dengan tujuan peneliti mampu memenuhi
kebutuhan pelanggan dan masalah dari UMKM Kota Malang dengan membuat model
kemasan yang baru untuk produk UMKM.
Dalam perancangan desain kemasan, menurut Julianti (2014), ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan, yang dimulai dari tahapan idea, design, feasibility, capabilty, dan
launching. Pada tahapan Idea Phase adalah menentukan ide atau atribut yang ada dalam
kemasan berdasarkan keputusan konsumen, Salah satu metode yang digunakan untuk
mendapatkan atribut dan ide desain kemasan adalah dengan metode kansei engineering,
metode kansei engineering adalah metode yang dipakai untuk mengidentifikasi aspek
psikologis yang dimiliki oleh konsumen saat berinteraksi dengan produk, dengan cara
menerjemahkan perasaan konsumen ke dalam kansei words sebagai dasar untuk
6
pengembangan produk baru. Selain metode kansei engineering terdapat metode cultural
ergonomics sebagai salah satu cara untuk membentuk citra produk dengan memanfaatkan
unsur budaya sekitar, sehingga untuk desain packaging kemasan yang baru nantinya dengan
memperhatikan aspek budaya dan aspek psikologis yang dimiliki oleh konsumen dapat
diwujudkan dengan menggunakan metode kansei engineering dan cultural ergonomics.
Selain itu kualitas kemasan ditinjau dari segi fungsional, emosional, dan segi hukum. Dari
segi fungsional meliputi aspek kemasan yang sesuai dengan fungsinya yaitu untuk
melindungi apa saja yang ada didalamnya yang meliputi bentuk kemasan dan bahan
kemasan. Dari segi emosional ditinjau dari segi warna, layout, posisi eye mark, artwork,
serta toleransi warna. Sedangkan dari segi hukum/legal ditinjau dari hal yang harus ada pada
label kemasan, yaitu nama produk, berat neto, bahan yang digunakan, nama perusahaan yang
memproduksi, tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa. Pada penelitian ini untuk spesifikasi
desain dari segi fungsional didapatkan dari metode kansei engineering, sedangkan untuk
spesifikasi desain dari segi emosional dan legalitas didapatkan dari metode cultural
ergonomics. Setelah itu dari beberapa spesifikasi desain yang didapatkan dari kansei
enginnering dan cultural ergonomics dikombinasikan dengan pembuatan beberapa
alternatif konsep. Hasil dari alternatif desain konsep tersebut kemudian diwujudkan dalam
bentuk model nyata. Model nyata yang telah tercipta nantinya dapat digunakan sebagai
pertimbangan oleh pihak UMKM dalam memilih alternatif kemasan untuk produk UMKM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
meningkatkan kualitas dan daya beli produk, dengan menggunakan konsep kansei
engineering untuk menangkap kansei word dari konsumen, dan modifikasi model kano
sebagai model mengkalsifikasikan faktor-faktor preferensi konsumen. Dari hasil analisa
konsumen menginginkan kemasan yang kuat, inovatif, kreatif, daman dan praktis.
4. Septian (2015) mengembangkan kemasan kripik tempe mocaf dengan menggunakan
Kansei engineering, untuk mendesain packaging dengan mendefinisikan keinginan
konsumen teridentifikasi melalui kata-kata kansei ke dalam desain produk. Dari kansei
words sendiri tersebut dilakukan analisa conjoint sehingga konsep desain tersebut
terpilihlah bahas kertas laminasi, tampilan desain kompleks, bentuk segitiga, warna
gradasi orange kuning, dengan ukuran kecil.
5. Sin, dkk (2016) menggabungkan budaya sekitar sebagai dasar dalam pemgembangan
produk,dengan pertimbangan hal tersebut nantinya
9 akan dikombinasikan dengan desain
yang interaktif untuk meningkatkan pengalaman pengguna selama menggunakan produk.
Sebagai Objek dari penelitian yaitu linak sebagai produk dari kebudayaan yang berasal
dari salah satu suku di taiwan. Dengan output produk yang memperhatikan segi budaya
dan ergonomi yang memanfaatkan antropometri dalam perwujudannya.
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
Karakteristik Penelitian
No Peneliti Objek Metode Hasil
Penelitian Penelitian
1. 14 pasang kansei words kemudian
dilakukan analisa konjoin sehingga
terpilih beberapa kategori , yaitu
Kursi Roda untuk bahan kerangka dari besi, sistem
1. Guna (2011) Kansei Egineering penggerak otomatis, memiliki
lansia
sarana pendukung pispot,dan bahan
sandaran woven polyester dan
warna polos
Karakteristik Penelitian
No Peneliti Objek Metode Hasil
Penelitian Penelitian
1. Dengan metode kansei engineering
didapatkan bahwa keinginan
Perancangan Mendesain kemasan konsumen adalah konsep desain
3. Septian(2015) kemasan kripik dengan metode dengan bahan kertas laminasi,
tempe mocaf kansei engineering tampilan desain kompleks, bentuk
segitiga, warna gradasi orange
kuning, dan ukuran yang kecil
2.3 Kemasan
2.3.1 Definisi Kemasan
Menurut Julianti (2014:15) dalam bukunya The Art of Packaging menjelaskan bahwa
definisi kemasan adalah wadah untuk meningkatkan nilai dan fungsi sebuah produk, dimana
kemasan tersebut sifatnya mampu memberikan positioning baru dan daya ungkit sebuah
produk. Sedangkan menurut Kotler dan keller (2009) Pengemasan (packaging) sebagai
semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah untuk sebuah produk. Kemasan adalah
sebagai wadah untuk mempromosikan suatu produk dan menjadikannya lebih mudah dan
lebih aman untuk digunakan (Lamb dkk, 2001). Menurut William J.Stanton dalam bukunya
Sunyoto (2012) kemasan dapat didefinisikan sebagai sebuah kegiatan merancang dan
memproduksi bungkusan atau kemasan suatu produk.
Ada tiga alasan kemasan diperlukan:
1. Memenuhi sasaran keamanan dan kemanfaatan
2. Membantu program pemasaran perusahaan
3. Meningkatkan volume dan laba perusahaan
Feasibilty phase, yaitu pada fase ini semua komponen kemasan dibuat pilot mouldnya
atau printing plate nya, dengan menggunakan bahan dan peralatan yang sedemikian rupa
dengan kondisi aktualnya. Pengetesan harus dilakukan pada setiap komponen dan kriteria
sukses tidaknya suatu kemasan ditentukan pada tahap ini.
Capability phase, yaitu semua komponen kemasan masih dilakukan tes final dengan
menggunakan mesin produksi yang sebenarnya.
Launhing phase, yaitu pada tahap ini produksi massal sudah dilakukan dan semua
persiapan peluncuran produk disiapkan, baik contoh untuk customer,iklan, dan alat-alat
merchandising harus disiapkan.
16
Pada Kansei Type-I langkah pertama adalah menentukan strategi produk dan
menciptakan konsep dalam rancangannya. Kemudian mengumpulkan kata-kata
Kansei yang berkaitan dengan konsep. kata-kata Kansei bisa didapatkan dengan cara
wawancara, studi literatur, quesioner, dsb. Diagram proses mengenai Kansei
engineering type I adalah sebagai berikut :
produk baru (mengenai 20-30 kata kansei). Dari kansei words yang telah ada
kemudian direduksi menjadi beberapa kata kansei yang relevan dan penting.
3. Setting of SD Scale
Setelah kansei words telah terkumpul, maka tahapan selanjutnya adalah
mengembangan skala semantic differential, Ada berapa skala yang bisa digunakan
pada metode kansei engineering, 5 skala, 7 skala, 9 skala, atau 11 skala, namun 5
skala merupakan skala yang paling mudah dipahami oleh responden dan paling
mudah untuk di interpretasikan.
4. Collection of other product sample
Untuk membandingkan diantara produk yang sama dari perusahaan dan pembuat
lainnya. sample adalah koleksi dari perbedaan-perbedaan perusahaan yang
dimasukkan ke dalam benchmark . Misalkan perusahaan ingin mengembangkan
mengenai botol sampo, maka peneliti mengunmpulkan sampel berupa produk
botol sampo (terdiri dari 20-25 sample).
5. List item/category
Item atau kategori menggambarkan spesifikasi desain tentang produk sample yang
dikumpulkan. semua sifat produk dijelaskan. untuk warna, bentuk, ukuran, merek,
logo dan lain-lain. Peneliti harus hati-hati mengenai item dan kategori produk,
karena item dan katgeori produk yang terdefinisi dengan baik akan mengahilkan
desain yang baik dan sesuai.
6. Evaluation experiment
Pada tahap evaluasi ini, setiap subjek/responden mengevaluasi setiap sampel yang
telah dibuat dengan evaluasi semantic differential yang telah dibuat sebelumnya.
7. Statistical Analysis
Evaluasi data adalah analisa dari metode statistik, terutama dengan menggunakan
analisis statistik multivariat. Pada tahapan ini untuk mengukur korelasi/hubungan
dari setiap kansei words terhadap elemen desain.
8. Interpretation Of The Analyzed Data
Semua data harus dianalisis dari sudut pandang kansei engineering. Dengan
tujuan untuk mencari hubungan antara kansei manusia dan produk. dari data yang
dianalisis didapatkan hubungan kansei dengan spesifikasi desain. Kemudian dari
peneliti akan mengintrepretasikan hasil dari data kedalam desain produk.
22
Dari pengembangan konsep kansei engineering sekilas tidak ada yang berbeda dengan
kansei pada umunya. Langkah-langkah pada kansei engineering menunurut Schteei dan
nagamicihi adalah sebagai berikut :
melalui fisiologi, tingkah laku seseorang, dan dengan kata (kansei). Pada kansei
engineering ini dilakukan dengan cara kata. Sehingga dalam spanning the semantic
space ini terdapat 3 tahapan lagi, yaitu collection of kansei words, selection of kanse
words, dan compiling data. Pada collection of kansei words, adalah dengan cara
mengoleksi kata kansei yang didapatkan dari berbagai sumber, diantaranya adalah
dari studi literatur, penelitian sebelumnya, pengguna, dan orang yang berkompeten
di bidangnya. Selanjutnya adalah tahapan selection of kansei words, pada tahapan ini
kansei words yang telah dikumpulkan direduksi dengan analisis faktor atau bisa
dilakukan dengan inspeksi secara manual dari peneliti.
3. Spanning the space of product properties
Pada tahapan ini mencari atribut yang berhubungan dengan produk yang akan dibuat,
pada saat menari atribut yang berhubungan bisa dilakukan dengan beberapa hal,
diantaranya adalah dengan cara manual yaitu atribut dari produk tersebut diperoleh
dari seleksi secara manual, kemudian cara yang lain juga adalah dengan
menggunakan focus grup discussion untuk menentukan elemen-elemen dari product
properties.
4. Synthesis
Pada tahap sintesis ini semantic space dan space of product properties dihubungkan,
mencari hubungan antar setiap kansei words dengan elemen daari product
properties, untuk mencari sintesis antara keduanya bisa dilakukan dengan dua cara,
yaitu dengan kualitatif dan kuantittif. Pada kualitatif dilakukan dengan cara peneliti
berdiskusi dengan desainer untuk mencari hubungan antara kansei dan item. Pada
kuantitatif dilakukan dengan metode statistik yang memanfaatkan model matematis
untuk menangkap apa yang diinginkan oleh konsumen
5. Test of Validity
Pada tahap ini model kansei telah dibuat, tetapi belum diuji apakah model yang telah
dibuat valid. Pada tahap ini bisa dilakukan dengan cara membandingakn hasil dari
kansei words sebelumnya dengan model yang telah selesai dibuat.
6. Model Building
Pada tahapan model building ini, ketika hasil dari validasi memuaskan maka dari
sintesis yang dilakukan bisa digunakan sebagai model dalam pengembangan produk
yang telah dibuat.
25
5. Menafsirkan hasil
6. Menguji relaibilitas dan validitas
2.9 Sampel
2.9.1 Definisi Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili secara kesueluruhan sifat dan
karakter populasi. Sebuah populasi dengan jumlah yang besar dapat diwakili dengan sampel
yang memiliki sifat sama atau kualitas yang sama seperti populasi (Sugiyono,2010). Dalam
pengambilan sampel terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar sampel memiliki
seluruh kriteria dari populasi, yaitu presisi dan akurasi. Presisi merupakan pertimbangan
mengenai estimasi yang mungkin muncul dalam pengemabilan data yang diakibatkan oleh
sampel. Akurasi merupakan sifat dan karakter sampel yang digunakan terhadap populasi.
27
Selain itu berikut ini merupakan jenis-jenis dari non probability sampling menurut
Sugiyono (2010) :
1. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari
anggota yang telah diberi nomer urut
2. Quota sampling
Quota sampling adalah teknik untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang
memiliki ciri-ciri tertentu hingga batas kuota yang diinginkan
3. Sampling aksidental
Sampling aksidental merupakan penentuan sampel secara kebetulan, yaitu siapa
saja yang bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel apabila sesuai
dengan sumber data
4. Purposive sampling
Puropsive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu, yaitu pemilihan sekelompok objek sampling yang disesuaikan dengan
kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitan
2.10 Ergonomi
2.10.1 Definisi Ergonomi
Menurut organisasi asosiasi ergonomi internasioanl (IEA) ergonomi atau human factor
adalah sebuah disiplin keilmuan yang memiliki fokus dalam memahami interaksi antara
manusia dan elemen lainnya didalam sebuah sistem. Ergonomi adalah pekerjaan yang
mengaplikasikan teori,prinsip,data dan metode didalam mendesain dengan tujuan
optimalisasi keberadaan manusia dan keseluruhan performa dalam suatu sistem. Ergonomi
memberikan kontribusi kepada desain dan evaluasi aktivitas kerja, pekerjaan, produk,
lingkungan dan sistem dengan tujuan membuat semua itu sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan dan keterbatasan manusia.Sedangkan menurut Suma’mur (1989) , Ergonomi
adalah ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan
terhadap orang atau sebaliknuua, dengan tujua tercapainya produktivitas kerja dan efisiensi
yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia dengan optimal. Ergonomi
adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup yang anata lain meliputi penyerasian
perkejaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
Ergonomi menurut Bridger (1995), Ergonomi merupakan ilmu yang memiliki perhatian
pada desain dari sistem dimana manusia melakukan sebuah aktivitas pekerjaan. Asal kata
29
ergonomi berasal dari bahasa yunani , yaitu ergon yang berarti bekerja dan nomos yang
berarti hukum. Ergonomi bertujuan untuk memastikan kebutuhan manusia akan keselamatan
dan efisiensi pekerjaan selama merka berrada dalam lingkungan kerjanya.
Tujuan dari cultural ergonomics adalah untuk memastikan sistem atau produk yang
dibuat didesain sesuai dengan kebutuhan oleh orang yang merasakannya. Dimana sebuah
produk dapat bermanfaat bagi semua individu yang terlibat, akibat dari keragaman budaya
yang ada pada suatu tempat yang mengakibatkan adanya integrasi antara individu yang
memiliki budaya yang berbeda satu sama lain. Dalam desain sebuah produk culture
ergonomics adalah sebuah pendekatan untuk variasi interaksi dan pengalaman yang
ditawarkan benda tersebut kepada pengguna berdasarkan budaya.
Jackson (2014) menjelaskan ada beberapa hal yang menjadi alasan pentingnya
pendekatan cultural ergonomics dalam sebuah desain adalah sebagai berikut :
1. Migrasi dari manusia ke wilayah perkotaan, mengenalkan pada beberapa pekerjaan baru
dan sistem kerja yang baru misalnya pada industri, jasa, pendidikan, pelayanan
kesehatan, transportasi dan wisata.
2. Meningkatnya dominasi dari sistem kerja yang “informal” karena penyesuaian dari
keadaan sekitarnya, contohnya adalah tidak adanya regulasi yang tetap mengenai sistem
kerja, teknologi yang digunakan, dan praktek dari pekerjaan ( pekerja imigran, pekerja
musiman, buruh dan pembantu rumah tangga )
3. Perubahan secara global yang meliputi musim, tragedi kemanusiaan, konflik, bencana
dan kerjasama antar negara
4. Tren yang berkembang di masyarakat mengenai kesehatan, pola hidup konsumtif yang
mengarah pada proporsional bentuk tubuh dan meningkatnya berat badan.
Tahapan dalam cultural ergonomics adalah yang pertama adalah menerjemahan dari
suatu budaya yang ada, yaitu dengan cara identifikasi aspek aspek budaya apa saja yang ada
pada daerah tersebut, kemudian yang kedua adalah dengan menerjemahkan aspek budaya
tersebut kedalam suatu desain barang,yang berupa infromasi desain tersebut dan elemen
elemen yang ada pada desain tersebut. Kemudian yang ketiga atau tahap yang terakhir adalah
dengan implementasi konsep desain tersebut terhadap desain yang akan dibuat sehingga
tercipta suatu produk yang memiliki atau mengandung nilai cultural ergonomics. Secara
keseluruhan tahapan dalam cultural ergonomics ada pada gambar 2.6
31
Berikut ini merupakan penjelasan dari beberapa metode yang bisa digunakan dalam
cultural ergonomics :
1. Survey
Dengan survey dilakukan untuk beberapa tujuan, diantaranya adalah untuk memperoleh
gambaran deskriptif, penjelasan, dan eksplorasi mengenai hal tersebut. Survey dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu yang pertama dengan kuisioner dan yang kedua
dengan interview.
2. Diskusi grup
Dengan diskusi grup, untuk mendengarkan dan mendapatan informasi yang diperoleh,
dengan cara mengumpulkan 5-10 orang yang ada di bidangnya kemudian saling
bertukar pendapat yang dipimpin oleh moderator. Diskusi grup juga dapat digunakan
untuk tahapan tes prototype dari sebuah produk sekaligus evaluasi terhadap produk
tersebut.
3. Observasi
Pada tahapan observasi dapat dilakukan dengan cara pengamatn langsung keadaaan
yang ada dilapangan. Dengan mempelajari perilaku masyarakat dan kebudayaannya.
Observasi merupakan teknik yang ideal untuk daerah yng mengalami asimilasi
multietnik dengan beragam budaya yang ada.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
33
34
4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dilakukan setelah mengidentifikasi masalah, masalah yang telah
teridentifikasi kemudian dibandingkan dengan keadaan nyata yang ada sehingga dari
perilaku konsumen akan diidentifikasikan menjadi citra atau kebutuhan dari konsumen.
5. Penetapan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian memuat uraian yang menyebutkan secara spesifik maksud atau tujuan
yang hendak dicapai dari penelitian dan berdasarkan perumusan masalah yang telah
disebutkan, yaitu mengetahui prioritas atribut-atribut yang menjadi keinginan
konsumen kemudian diwujudkan dalam sebuah produk barupa kemasan yang baru.
3. Perbandingan dan Kombinasi dari hasil metode kansei engineering dan cultural
ergonomics
Hasil dari kedua metode tersebut kemudian dibandingkan dan dikombinasikan untuk
membentuk desain kemasan berdasarkan 3 aspek, yaitu fungsional, tampilan, dan
legalitas, kemudian hasil dari kombinasi diseleksi dengan matriks penyaringan konsep
untuk mencari desain kemasan yang memiliki kombinasi paling sesuai dengan
keinginan konsumen.
Mulai
Studi Lapangan
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Tahap
Pendahuluan Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Data Primer
Tahap 1. Kansei Words
Pengumpulan Data 2. Aspek Cultural Ergonomics
Data Sekunder
1. Kansei Words
Identifikasi Spesifikasi Desain Dari Aspek Fungsional Kemasan Identifikasi Spesifikasi Desain Dari Aspek Penampilan dan Legalitas
1. Pengumpulan data berupa kansei words 1. Pengumpulan data berupa penelitian mengenai perilaku pelangan
2. Penentuan kansei words yang relevan pada sematic differential terhadap kemasan
3. uji validitas dan reliabilitas, serta analisis faktor 2. Data dari pelanggan ditrasnformasukan menjadi alternatif desain
4. Peembuatan item dan kategori kemasan label kemasan
5. sintesis secara kualitatif dan kuantitif 3. Konsumen memilih label sesuai dengan keinginan
6. Pengumpulan kategori yang terpilih pada kasei enginnering
Tahap
Pembuatan Desain Alternatif konsep produk
Pelaksanaan penelitian
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penjelasan tentang data-data yang akan
dikumpulkan. Selain itu, terdapat penjelasan tentang pengolahan data menggunakan teori
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, serta pembahasan dari hasil penelitian untuk
menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.
41
42
observasi didapatkan 22 kansei words yang berhubungan dengan kemasan keripik tempe.
Hasil kansei words ada pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Kansei words yang Didapat dari Observasi
Tabel 4.2
Skala Preferensi Konsumen dengan Semantic Differential
Skor Penjelasan
1 Jika citra produk yag diinginkan sangat berkaitan erat dengan kansei word disisi kiri skala
2 Jika citra produk yang diinginkan berkaitan erat dengan kansei word disisi kiri skala
3 Jika citra produk yang diinginkan berkaitan erat dengan kedua kansei words di kedua sisi skala
4 Jika citra produk yag diinginkan berkaitan erat dengan kansei word disisi kanan skala
5 Jika citra produk yag diinginkan sangat berkaitan erat dengan kansei word disisi kanan skala
yang ada pada sebelah kiri. Contoh kuesioner pertama terdapat pada Lampiran 1. Untuk
lebih jelasnya, penyusunan skala terhadap kansei words dijelaskan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Kuesioner Kansei words
No Kansei words 1 2 3 4 5 Kansei words
1 Dekoratif Praktis
2 Moderen Tradisional
3 Tebal Tipis
4 Khas Umum
5 Maksimalis Minimalis
6 Ergonomis Tidak Ergonomis
7 Berwarna Polos
8 Kompleks Sederhana
9 Cerah Gelap
10 Empuk Keras
11 Besar Kecil
12 Fleksibel Kaku
13 Elegan Biasa
14 Rapi Berantakan
15 Inovatif Tidak Inovatif
16 Terbuka Rapat
17 Halus Kasar
18 Visual Tekstual
19 Variatif Monoton
20 Berkualitas Tidak berkualitas
21 Detail Tidak detail
22 Kasual Formal
Dengan
N = Jumlah sampel
T = Waktu yang tersedia untuk penelitian
To = Waktu pengambilan sampel
Ti = Jumlah waktu yang digunakan responden untuk pengisian kuesioner
Sehingga
240−160
𝑁= = 97,5 ~ 98
0,82
44
Dimana
N = Jumlah sampel
T = Waktu yang tersedia untuk penelitian ( waktu yang tersedia dengan 12 jam setiap
harinya, dan hari efektif 5 hari selama seminggu dan penelitian yang dilakukan
selama 1 bulan atau 4 minggu )
T = (12 x 5 x 4) = 240 jam
To = Waktu pengambilan sampel ( waktu yang digunakan untuk pengambilan sampel
adalah 8 jam setiap hari )
To = ( 8 x 20 ) = 160 jam
Ti = Jumlah waktu yang digunakan responden untuk pengisian kuesioner ( waktu yang
digunakan untuk mengisi kuesioner adalah selama 2 menit setiap kansei words,
dimana ada 22 kansei words, ditambah dengan menjelaskan bagian tata cara
pengisian dan penjelasan kuesioner selama 5 menit )
Ti = ( 22 x 2 ) = 44 menit + 5 menit = 49 menit
Karena nilai n’ > n, 110 > 98, maka jumlah sampel yang didapatkan telah mencukupi
karena melebihi dari jumlah sampel yang dibutuhkan. Penentuan 110 responden tersebut
dilakukan dengan cara puposive sampling yaitu dengan mengambil sample yang memiliki
karakteristik, ciri, dan kriteria sample tertentu yang dinilai sesuai dengan tujuan atau masalah
penelitian dalam sebuah populasi. Peneliti menentukan siapa saja yang pantas menjadi
sample, dimana sample yang digunakan adalah para konsumen produk UMKM keripik
tempe, baik yaang digunakan untuk konsumsi sehari hari atau buah tangan. Para konsumen
terdiri dari mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, dan wiraswasta yang berdomisili di Kota
Malang dan sekitarnya.
Tabel 4.4
Iterasi Pertama Uji Validitas
No Kansei words Corrected Item Total Correlation Keterangan
1 Dekoratif - Praktis 0,228 Valid
2 Moderen - Tradisional 0,543 Valid
3 Tebal – Tipis 0,413 Valid
4 Khas – Umum 0,726 Valid
5 Maksimalis - Minimalis 0,044 Tidak Valid
6 Ergonomis - Tidak ergonomis 0,625 Valid
7 Berwarna - Polos 0,509 Valid
8 Kompleks - Sederhana 0,384 Valid
9 Cerah – Gelap 0,518 Valid
10 Lunak - Keras 0,348 Valid
11 Besar – Kecil 0,414 Valid
12 Fleksibel - Kaku 0,536 Valid
13 Elegan - Biasa 0,694 Valid
14 Rapi - Berantakan 0,762 Valid
15 Inovatif - Tidak Inovatif 0,748 Valid
16 Terbuka - Rapat 0,314 Valid
17 Halus - Kasar 0,658 Valid
18 Visual - Tekstual 0,716 Valid
19 Variatif - Monoton 0,758 Valid
20 Berkualitas – tidak berkualitas 0,332 Valid
21 Detail - Tidak detail 0,646 Valid
22 Kasual - formal 0,652 Valid
Dari hasil output iterasi pertama kansei words, diketahui bahwa terdapat 21 kansei
words yang valid, dan 1 kansei words yang tidak valid. 21 kansei words yang valid adalah
dekoratif, moderen, tebal, khas, ergonomis, berwarna, kompleks, cerah, lunak, besar,
fleksibel, elegan, rapi, inovatif, terbuka, halus, visual, variatif, berkualitas, detail, dan kasual.
Sedangkan untuk kansei words yang tidak valid adalah kata maksimalis. Karena pada iterasi
pertama terdapat data yang tidak valid, maka dilakukan tahapan iterasi kedua, yaitu dengan
menghilangkan kata yang tidak valid. Hasil perhitungan iterasi kedua terdapat pada Tabel
4.5
Tabel 4.5
Iterasi Kedua Uji Validitas Kansei Words 1-10
No Kansei words Corrected Item Total Correlation Keterangan
1 Dekoratif - Praktis 0,228 Valid
2 Moderen - Tradisional 0,543 Valid
3 Tebal – Tipis 0,413 Valid
4 Khas - Umum 0,726 Valid
5 Ergonomis - Tidak ergonomis 0,625 Valid
6 Berwarna - Polos 0,509 Valid
7 Kompleks - Sederhana 0,384 Valid
8 Cerah - Gelap 0,518 Valid
9 Lunak - Keras 0,348 Valid
10 Besar - Kecil 0,414 Valid
46
Tabel 4.6
Iterasi Kedua Uji Validitas Kansei Words 11-21
No Kansei words Corrected Item Total Correlation Keterangan
11 Fleksibel – Kaku 0,536 Valid
12 Elegan – Biasa 0,694 Valid
13 Rapi - Berantakan 0,762 Valid
14 Inovatif - Tidak Inovatif 0,748 Valid
15 Terbuka - Rapat 0,314 Valid
16 Halus – Kasar 0,658 Valid
17 Visual - Tekstual 0,716 Valid
18 Variatif - Monoton 0,758 Valid
19 Berkualitas – tidak berkualitas 0,332 Valid
20 Detail - Tidak detail 0,646 Valid
21 Kasual - formal 0,652 Valid
Dari hasil output iterasi kedua kansei words, didapatkan bahwa seluruh data valid,
sehingga tidak perlu dilanjutkan untuk tahapan iterasi ketiga. Sehingga kansei words yang
valid adalah sebanyak 21 kata, yaitu dekoratif, moderen, tebal, khas, ergonomis, berwarna,
kompleks, cerah, lunak, besar, fleksibel, elegan, rapi, inovatif, terbuka, halus, visual,
variatif, multilayer, detail, dan kasual. Untuk hasil tes iterasi pertama dan kedua terdapat
pada lampiran 3.
Tabel 4.7
Hasil Tes KMO dan Bartlett
KMO and Bartlett's Test
df 210
Sig. ,000
Berdasarkan dari Tes KMO dan Bartlett diketahui bahwa pada Tabel KMO dan bartlett's
test di atas terlihat angka KMO Measure of sampling Adequacy (MSA) adalah 0.843. Karena
nilai 0.568 ('> 0.5). Hal ini menunjukkan kecukupan dari sampel. Angka KMO dan Bartlet's
test (yang terdapat pada nilai chi-square) sebesar 960,725 dengan nilai signifikansi 0.000.
hal ini menunjukkan bahwa adanya korelasi antar variabel dan layak untuk dianalisis lebih
lanjut. Sedangkan untuk output dari Anti-Images Matrices didapatkan Measures Sampling
of Adequacy (MSA) yang dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Rekapitulasi Nilai MSA
No Kansei words Nilai MSA Keterangan
1 Dekoratif - Praktis 0,416 Tidak Layak
2 Moderen - Tradisional 0,819 Layak
3 Tebal - Tipis 0,860 Layak
4 Khas - Umum 0,892 Layak
5 Ergonomis - Tidak ergonomis 0,944 Layak
6 Berwarna - Polos 0,794 Layak
7 Kompleks - Sederhana 0,549 Layak
8 Cerah - Gelap 0,864 Layak
9 Lunak - Keras 0,698 Layak
10 Besar - Kecil 0,606 Layak
11 Fleksibel - Kaku 0,835 Layak
12 Elegan - Biasa 0,833 Layak
13 Rapi - Berantakan 0,898 Layak
14 Inovatif - Tidak Inovatif 0,911 Layak
15 Terbuka - Rapat 0,550 Layak
16 Halus - Kasar 0,906 Layak
17 Visual - Tekstual 0,903 Layak
18 Variatif - Monoton 0,877 Layak
19 Berkualitas – tidak berkualitas 0,608 Layak
20 Detail - Tidak detail 0,901 Layak
21 Kasual - formal 0,863 Layak
Hasil dari pengamatan nilai pada Anti-Images Matrices diketahi bahwa variabel dapat
diproses lebih lanjut apabila semua nilai MSA > 0,5 , sedangkan pada data hasil pengamatan
terdapat salah satu kansei words yang nilai MSA < 0,5 yaitu kansei words Dekoratif-Praktis.
Sehingga perlu dilakukan iterasi kedua dengan mengeluarkan variabel/kansei words
48
tersebut. Hasil dari Iterasi kedua pada pengamatan nilai Anti-Images Matrices terdapat pada
Tabel 4.9.
Tabel 4.9
Rekapitulasi Nilai MSA Kansei Words 1-15
No Kansei words Nilai Keterangan
MSA
1 Moderen - Tradisional 0,817 Layak
2 Tebal - Tipis 0,871 Layak
3 Khas - Umum 0,888 Layak
4 Ergonomis - Tidak ergonomis 0,956 Layak
5 Berwarna - Polos 0,799 Layak
6 Kompleks - Sederhana 0,619 Layak
7 Cerah - Gelap 0,889 Layak
8 Lunak - Keras 0,703 Layak
9 Besar - Kecil 0,602 Layak
10 Fleksibel - Kaku 0,832 Layak
11 Elegan - Biasa 0,842 Layak
12 Rapi - Berantakan 0,897 Layak
13 Inovatif - Tidak Inovatif 0,912 Layak
14 Terbuka - Rapat 0,555 Layak
15 Halus - Kasar 0,917 Layak
16 Visual – Tekstual 0,901 Layak
17 Variatif – Monoton 0,875 Layak
18 Berkualitas – tidak berkualitas 0,624 Layak
19 Detail - Tidak detail 0,898 Layak
20 Kasual – formal 0,863 Layak
Hasil dari pengamatan nilai pada Anti-Images Matrices diketahi bahwa variabel dapat
diproses lebih lanjut apabila semua nilai MSA > 0,5. Pada hasil iterasi diketahui bahwa
semua kansei words memiliki nilai MSA > 0,5 sehingga semua variabel/kansei words dapat
dianalisis lebih lanjut.
Tabel 4.10
Hasil Proses Ekstraksi Nilai Communalities
Pada Tabel 4.10 telah dihasilkan nilai communalities dari proses ekstraksi, dimana nilai
communalities sendiri menunjukkan keeratan hubungan antara variabel / kansei words
dengan faktor yang terbentuk. Misalnya pada kansei words moderen menunjukkan nilai
ekstraksi sebesar 0,558, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel / kansei words
moderen terhadap faktor yang terbentuk sebesar 0,58 %. Pada proses factoring / extraction
juga dapat diketahui berapa faktor yang terbentuk. Hasil dari berapa faktor yang terbentuk
berdasarkan nilai eigenvalues dapat dilihat pada Tabel 4.11.
50
Tabel 4.11
Hasil Proses Ekstraksi Total Variance Explained
Pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa berdasarkan nilai eigenvalues yang didapatkan
terdapat adalah 5 faktor yang terbentuk dari 20 variabel / kansei words yang dimasukkan.
Terdapat hanya 5 faktor yang terbentuk karena nilai eigen values yang kurang dari 1 tidak
dimasukkan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk.
Tabel 4.12
Nilai Component Matrix
Tabel 4.13
Nilai Rotated Component Matrix
Setelah nilai dari component matrix dilakukan rotasi faktor dengan metode varimax,
maka diperoleh hasil yang terdapat pada Tabel 4.12 Terdapat perbedaan nilai korelasi
variabel dengan setiap faktor sebelum dan sesudah dilakukan rotasi varimax dengan Kaiser
52
Normalizastion terdapat pada Tabel 4.13. Terlihat pula bahwa setiap variabel hanya
berkorelasi kuat dengan salah satu faktor saja. Angka yang terdapat dalam tabel tersebut
disebut dengan factor loadings, sehingga nilai factor loadings yang paling besar
menunjukkan korelasi yang paling besar antara variabel / kansei words tersebut dengan
faktor yang telah terbentuk. Misalkan pada variabel / kansei words moderen memiliki nilai
korelasi dengan faktor 1 sebesar (0,637), dengan faktor 2 sebesar (0,181), dengan faktor 3
sebesar (0,082), dengan faktor 4 sebesar (-0,239), dan faktor 5 sebesar (-0,237). Dari nilai
korelasi terhadap faktor tersebut dapat dikatakan bahwa variabel/kansei words moderen
termasuk dalam faktor 1 karena memiliki nilai loading paling besar dengan faktor 1, yaitu
sebesar (0,637). Demikian juga untuk variabel / kansei words yang lain untuk menentukan
faktor dari variabel tersebut dengan cara mencari nilai loading yang paling besar diantara 5
faktor tersebut. Hasil pengelompokkan tiap variabel / kansei words kedalam 5 faktor terdapat
pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14
Hasil Pengelompokkan Analisis Faktor
Faktor
1 2 3 4 5
Moderen Kompleks Berwarna Tebal Berkualitas
Khas Lunak Terbuka Besar
Ergonomis Fleksibel
Cerah
Elegan
Rapi
Inovatif
Halus
Visual
Varitif
Detail
Kasual
Dari hasil pengelompokkan analisis faktor seperti yang ada pada Tabel 4.14, tahapan
selanjutnya adalah pemberian nama pada masing-masing faktor untuk memudahkan sintesis
antara kansei words dan product properties. Untuk faktor 1 dengan kansei words (Moderen,
Khas, Ergonomis, Cerah, Elegan, Rapi, Inovatif, Halus, Visual, Variatif, Detail, dan Kasual)
diberi nama user feeling. Kemudian untuk faktor 2 dengan kansei words (Kompleks, Lunak,
dan Fleksibel) diberi nama fungsional. Kemudian untuk faktor 3 dengan kansei words
(Berwarna, Terbuka) diberi nama model. Kemudian untuk faktor 4 dengan kansei words
(Tebal,Besar) diberi nama ketahanan, dan yang terkahir faktor 5 dengan kansei words
berkualitas diberi nama practical purpose. Dari hasil analisis faktor tersebut tahapan
selanjutnya adalah menentukan product properties dari kemasan keripik tempe.
53
Dari pengamatan peneliti dan pendapat dari konsumen, kemasan pada keripik tempe
dapat diidentifikasi dari segi bentuk, bahan/material kemasan yang digunakan, dan asesoris
tambahan yang ada dalam kemasan. Kemudian dari aspek desain meliputi dekorasi yang
menarik pada bagian kemasan yaitu warna,motif, dan label yang akan digunakan pada
kemasan keripik tempe.
Hasil dari pengamatan, wawancara, dan studi literatur kemudian dibandingkan dengan
kebutuhan penelitian. Pada penelitian ini hanya dilakukan untuk merancang kemasan keripik
tempe, sehingga yang perlu diperhatikan adalah hal-hal yang berpengaruh pada kemasan
keripik tempe saja, tidak memperhatikan kemasan pada saat proses distribusi dan proses
transportasi. Dari hasil perbandingan mengenai product properties didapatkan elemen
desain kemasan dibagi menjadi 5 item, yaitu bentuk, bahan, motif/label ,warna, dan sarana
pendukung kemasan.
Dari klasifikasi dari 5 item tersebut, tiap item dibedakan menjadi beberapa kategori.
Klasifikasi dari tiap item terhadap kategori adalah sebagai berikut, Bentuk dibedakan
menjadi bentuk kotak, pouch, dan tabung/segi enam. Bahan dibedakan menjadi alumunium
foil plastik, dan kertas printing. Selanjutnya label dan warna digabungkan menjadi aspek
corak warna yang dibedakan menjadi warna warni,bermotif dan polos. Kemudian yang
terakhir adalah sarana pendukung kemasan yang dibedakan menjadi handle dan window.
Untuk warna dan label tidak dijabarkan lebih detail karena aspek dari warna dan label akan
dijelaskan lebih lajut pada tahap analisis aspek cultural ergonomics pada desain kemasan
keripik tempe. Klasifikasi dari setiap item dan kategori kemasan keripik tempe terdapat
pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15
Klasifikasi Item dan Kategori dari Desain Kemasan Keripik Tempe
No Item No Kategori Kode
1 Kotak X11
1 Bentuk 2 Pouch X12
3 Segi enam/tabunng X13
1 Alumunium Foil X21
2 Bahan 2 Plastik X22
3 Kertas printing X23
1 Polos X31
3 Warna 2 Warna-warni X32
3 Bermotif X33
1 Window X41
4 Sarana pendukung
2 Handle X42
55
8.2.8.1 Sintesis Kansei Words dan Product Properties dengan Metode Kualitatif
Pada tahapan sintesis antara kansei words dan product properties dengan metode
kualitatif, maka setiap kansei words dihubungkan dengan masing-masing elemen dari
product properties yang merpresentasikan dari kansei words tersebut. Pendekatan sintesis
dengan metode kualitatif ini dilakukan karena terkadang desainer lebih mengetahui apa yang
dibutuhkan oleh konsumen daripada konsumen itu sendiri. Pada sistesis dengan metode
kualitatif ini peneliti melakukan sintesis setiap kansei words dan product properties dengan
metode brainstorming. Brainstorming dilakukan dengan para desainer pada bidang
packaging, yaitu dengan para desainer tatarupa. Tatarupa sendiri merupakan salah satu
komunitas seni yang fokus terhadap packaging dari produk umkm khususnya Kota
Surabaya. Pada tahap brainstorming ini setiap desainer mengemukakan hubungan antara
kansei words dan product properties yang dalam bentuk tabel, setiap kansei words yang
berhubungan dengan item product properties, ditandai dengan tanda checklist kemudian
disertai dengan masukan untuk pengembangan produk dari masing-masing desainer. Hasil
dari brainstorming pada setiap faktor terhadap komponen produk menghasilkan 5 alternatif
konsep produk, yaitu :
Pada sintesis dengan metode kualitatif antara kansei words faktor 1 atau faktor user
feeling (moderen, khas, ergonomis, cerah, elegan, rapi, inovatif, halus, visual, variatif, detail,
dan kasual) dan product properties terdapat pada Tabel 4.16.
56
Tabel 4.16
Sintesis antara Kansei Words Faktor 1 dan Product Properties dengan Metode Kualitatif
Bentuk Bahan Warna Sarana pendukung
Kansei Words
Kotak Pouch Segi enam Foil Plastik Kertas Polos Warna warni Bermotif Window Handle
Moderen √ √ √
Khas √
Ergonomis √ √
Cerah √ √ √
Elegan √ √
Rapi √ √ √
Inovatif √ √
Halus √
Visual √ √ √
Variatif √ √
Detail √ √
Kasual √ √
Berdasarkan hasil sintesis, untuk faktor 1 atau user feeling memiliki kombinasi bentuk
kotak, bahan terbuat dari plastik dan kertas, berwarna warna warni dan bermotif, dan sarana
pendukung berupa handle. Berdasarkan masukan dari desainer, bahan terbuat dari plastik
dan kertas adalah untuk bungkus luar berupa kertas dan bungkus dalam yang bersentuhan
langsung dengan makanan terbuat dari plastik, kemudian untuk keperluan label saat digital
print menggunakan laminasi untuk menambah kesan menarik dan kasual bagi konsumen.
Selanjutnya pada sintesis dengan metode kualitatif antara kansei words faktor 2 atau faktor
fungsional (kompleks, lunak, dan fleksibel ) dan product properties terdapat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17
Sintesis antara Kansei Words Faktor 2 dan Product Properties dengan Metode Kualitatif
Bentuk Bahan Warna Sarana pendukung
Kansei Words
Kotak Pouch Segi enam Foil Plastik Kertas Polos Warna warni Bermotif Window Handle
Kompleks √ √ √ √
Lunak √
Flkesibel √ √ √
Berdasarkan hasil sintesis, untuk faktor 2 atau fungsional memiliki kombinasi bentuk
pouch, bahan terbuat dari foil /alumunium foil, berwarna warna warni dan bermotif dan
sarana pendukung berupa window dan handle, berdasarkan masukan dari desainer untuk
memudahkan proses konsumsi oleh konsumen, pada alumunium foil ditambahkan dengan
ziplock pada bagian atas. Selanjutnya pada sintesis dengan metode kualitatif antara kansei
words faktor 3 atau faktor model (berwarna dan terbuka ) dan product properties terdapat
pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18
Sintesis antara Kansei Words Faktor 3 dan Product Properties dengan Metode Kualitatif
Bentuk Bahan Warna Sarana pendukung
Kansei Words
Kotak Pouch Segi enam Foil Plastik Kertas Polos Warna warni Bermotif Window Handle
Berwarna √ √ √ √
Terbuka √ √ √
57
Berdasarkan hasil sintesis, untuk faktor 3 atau model memiliki kombinasi bentuk kotak,
bahan terbuat dari palstik dan kertas, memiliki warna berwarna warni dan bermotif, dengan
sarana pendukung berupa window dan handle. Berdasarkan masukand ari desainer karena
bahan terdiri dari 2 bahan, maka menggunakan material utama kertas kemudian pada window
menggunakan bahan dari plastik, dan pembungkus yang bersentuhan langsung dengan
makanan dari plastik. Kemudian untuk menambahkan kesan berwarna pada pembungkus
plastik bisa ditambakan aksesoris berupa mini stiker untuk memberikan identitas pada
makanan. Selanjutnya pada sintesis dengan metode kualitatif antara kansei words faktor 4
atau faktor ketahanan (tebal dan besar) dan product properties terdapat pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19
Sintesis antara Kansei Words Faktor 4 dan Product Properties dengan Metode Kualitatif
Bentuk Bahan Warna Sarana pendukung
Kansei Words
Kotak Pouch Segi enam Foil Plastik Kertas Polos Warna warni Bermotif Window Handle
Tebal √ √ √ √
Besar √ √ √ √ √
Berdasarkan hasil sintesis, untuk faktor 4 atau ketahanan memiliki kombinasi bentuk
segi enam, bahan terbuat dari palstik dan kertas, memiliki warna berwarna warni dan
bermotif, dengan sarana pendukung berupa window dan handle. Berdasarkan masukan ari
desainer karena bahan terdiri dari 2 bahan, maka menggunakan material utama kertas
kemudian pada window menggunakan bahan dari plastik, dan pembungkus yang
bersentuhan langsung dengan makanan dari plastik. Kemudian untuk menambahkan kesan
besar warna yang digunakan atau motif yang digunakan bisa menggunakan warna yang
cerah agar memberi kesan mengisi ruang. Selanjutnya pada sintesis dengan metode kualitatif
antara kansei words faktor 5 atau faktor practical purpose (berkualitas) dan product
properties terdapat pada Tabel 4.20
Tabel 4.20
Sintesis antara Kansei Words Faktor 5 dan Product Properties dengan Metode Kualitatif
Bentuk Bahan Warna Sarana pendukung
Kansei Words
Kotak Pouch Segi enam Foil Plastik Kertas Polos Warna warni Bermotif Window Handle
Berkualitas √ √ √ √
Berdasarkan hasil sintesis, untuk faktor 5 atau practical purpose memiliki kombinasi
bentuk pouch, bahan terbuat dari foil, memiliki warna polos, dengan dengan sarana
pendukung handle. Berdasarkan masukan dari desainer untuk menambahkan kesan produk
yang berkualitas kombinasi warna yang digunakan sebaiknya tidak terlalu banyak, kemudian
untuk label digital print menggunakan kertas laminasi.
Berdasarkan hasil sintesis antara kansei words dan product properties dengan metode
kualitatif diketahui terdapat 5 alternatif konsep desain yang dihasilkan beserta masukan dari
58
tim desainer kepada peneliti. Kemudian dari alternatif konsep desain yang dihasilkan
sintesis antara kansei words dan product properties baik metode kualitatif dan kuantitaitf
akan dibandingkan hasil dari analisis desain kemasan metode kansei engineering dengan
metode cultural ergonomics sebelum dilanjutkan pada tahapan pengembangan desain.
8.2.8.2 Sintesis Kansei Words dan Product Properties dengan Metode Statistik
Pada tahapan sintesis antara kansei words dan product properties dengan metode
statistik, maka metode yang digunakan adalah dengan melakukan analisis konjoin. Analisis
konjoin dilakukan untuk mengetahui hubungan antara item dan kansei words melalui
kuesioner semantic differential. Kuesioner semantic differential yang digunakan pada
metode analisis konjoin berbeda dengan kesioner semantic differential yang pertama.
Kuesioner semantic diffferential yang pertama responden hanya mengavaluasi kansei words
yang sesuai dengan keinginannya sedangkan kuesioner semantic differential yang kedua
responden mengevaluasi masing- masing sampel produk terhadap kansei words.
Tujuan dari evaluasi masing-masing sampel produk terhadap kansei words adalah untuk
mengalisan hubungan antara kansei words dengan item dalam kemasan keripik tempe. Pada
analisis konjoin terbagi menjadi beberapa tahapan, yang pertama adalah dengan menyiapkan
sampel produk dengan card design, yang kedua adalah evaluasi dengan semantic
differential, dan yang terakhir adalah pengolahan data analisis konjoin.
ORTHOPLAN
/FACTORS=
BENTUK 'bentuk' ('Kotak' 'pouch' 'Tabung/segienam')
BAHAN 'bahan' ('Alumunium foil' 'Plastik' 'Kertas Printing')
WARNA 'warna' ('Polos' 'warna warni' 'bermotif')
LABEL 'label' ('Digital printing' 'Kertas stiker')
/HOLDOUT=0.
SAVE OUTFILE='D:\CONJOINT SOAL 2.SAV'.
Dari hasil perintah syntax didapatkan kombinasi dari setiap sampel produk. Total
kombinasi yang didapatkan adalah sebanyak 9 sampel produk Dari 9 sampel produk akan
digunakan untuk evaluasi eksperimen dengan semantic differential, akan tetapi menurut
Aaker (2003), jumlah stimuli yang terlalu banyak akan menimbulkan kesulitan bagi
responden untuk menilai setiap profil stimuli yang ditanyakan, sehingga responden bisa
mengacuhkan variasi stimuli yang kurang penting serta membutuhkan waktu yang lama
untuk menjawabnya”. Sehingga dari jumlah stimuli/sampel yang terlalu banyak bisa
dilakukan pengurangan stimuli.sampel dengan ketentuan stimuli minimal. Berikut ini
merupakan rumus unuk menghitung jumlah minimum stimuli :
Minimum stimuli = 11 – 4 + 1 = 8
Dari perhitungan jumlah minimum stimuli didapatkan hasil berupa jumlah minimum
stimuli sebesar 8 sampel, Penulis memilih 9 sampel produk yang akan digunakan utnuk
evaluasi dengan semantic differential. 9 sampel produk yang digunakan untuk evaluasi
dengan semantic differential terdapat pada Tabel 4.21
Tabel 4.21
Sampel Kombinasi Desain Kemasan Keripik Tempe
No Bentuk Bahan Warna Sarana penunjang
1 Tabung/Segienam Kertas Bermotif Window
2 Tabung/segi enam Kertas Polos Handle
3 Pouch Alumunium foil Warna warni Window
4 Pouch Kertas Bermotif Window
5 Pouch Plastik Bermotif Handle
6 Kotak Kertas Bermotif Window
7 Kotak Plastik Polos Window
8 Tabung/segi enam Kertas Warna warni Window
9 Kotak Kertas Polos Handle
60
contoh interpretasi analisis konjoin pada salah satu kansei words yaitu kansei words
moderen-tradisional.
Tabel 4.22
Nilai Utilities Kansei Words Moderen-Tradisional
Tabel 4.23
Nilai Importance Valuess Kansei Words Moderen-Tradisional
Dari Tabel 4.23 dan Tabel 4.24 dapat diketahui nilai dari utilities dan impotance values
dari kansei words moderen-tradisional. Dari nilai utilities apabila menunjukkan nilai negatif
maka item tersebut sangat berhubungan dengan kansei words yang ada pada sisi kiri skala,
begitu juga sebaliknya. Sehingga untuk kansei words moderen memiliki atribut Bentuk segi
enam, bahan terbuat kertas printing , mempunyai corak warna bermotif, dan memiliki sarana
penunjang berupa handle. Kemudian untuk kansei words tradisional memiliki atribut bentuk
kotak, bahan terbuat dari alumunium foil, mempunyai corak warna polos, dan sarana
penunjang berupa window. Berdasarkan nilai importance value secara berurutan dari nilai
yang paling besar adalah bentuk kemasan, bahan kemasan, corak warna kemasan, dan sarana
penunjang. Hal ini berarti untuk kansei words moderen tradisional bentuk kemasan memiliki
faktor yang paling penting diantara faktor yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa elemen
bentuk kemasan merupakan faktor yang mempengaruhi penambahan citra kansei words
tersebut dibandingkan elemen lainnya.
63
Dalam perhitungan analisa utilitas pada penelitian ini, menggunakan nilai utilitas terbaik
setiap kansei yang bernilai negaitif, hal ini dikarenakan pada saat penyebaran kuesioner
semantic differential 2, kansei words yang positif berada di sebelah kiri skala. Rangkuman
nilai utilitas terbaik pada setiap kansei words terdapat pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24.
Rangkuman Nilai Utiliies Terbaik pada Setiap Kansei Words
Kode Kansei Bentuk Bahan Warna Sarana
101 Moderen Segienam Kertas Bermotif Handle
102 Tebal Segienam Kertas Bermotif Handle
103 Khas Segienam Kertas Bermotif Window
104 Ergonomis Segienam Kertas Polos Window
105 Berwarna Segienam Kertas Bermotif Handle
106 Kompleks Segienam Kertas Bermotif Handle
107 Cerah kotak Kertas Bermotif Handle
108 Lunak pouch Foil Polos Window
109 Besar kotak Kertas Berwarna Handle
110 Fleksibel pouch Foil Polos Window
111 Elegan Segienam Kertas Bermotif Window
112 Rapi Segienam Kertas Berwarna Handle
113 Inovatif Segienam Kertas Bermotif Window
114 Terbuka Segienam plastik Berwarna Handle
115 Halus pouch Kertas Bermotif Handle
116 Visual Segienam Kertas Bermotif Window
117 Variatif Segienam Kertas Bermotif Window
118 Berkualitas Segienam Kertas Bermotif Handle
119 Detail Segienam Kertas Bermotif Handle
120 Kasual Segienam Foil Bermotif Window
Pada Tabel 4.22 menunjukkan kombinasi dari setiap kansei words yang mempunyai
kesan bagi konsumen terhadap elemen desain. Misalkan pada kansei words moderen,
konsumen lebih cenderung memilih desain yang berbentuk segienam, berbahan kertas,
dengan corak warna bermotif dan sarana pendukung berupa handle. Untuk menentukan
elemen desain yang sesuai dengan keinginan konsumen, maka peneliti memilih elemen
desain yang paling sering muncul dari 20 kansei words. Elemen desain tersebut adalah
desain kemasan yang memiliki bentuk segienam/tabung kemudian dengan bahan berupa
kertas, memiliki corak warna yang bermotif dan dilengkapi dengan sarana pendukung
berupa handle. Nilai utilities rata-rata pada keseluruhan kansei words terdapat pada Tabel
4.25.
64
Tabel 4.25
Rangkuman Nilai Utilities Keseluruhan
Secara keseluruhan hasil dari nilai utilites, elemen desain dipilih dari nilai yang paling
besar pada setiap item. Elemen desain tersebut adalah desain kemasan yang memiliki bentuk
segienam/tabung kemudian dengan bahan berupa kertas, memiliki corak warna yang
bermotif dan dilengkapi dengan sarana pendukung berupa handle. Selain nilai utilites pada
analisis konjoin juga dapat dilihat nilai importance value pada setiap elemen desain. Nilai
importance setiap elemen desain pada setiap kansei words dapat dilihat pada Lampiran 5.
Rangkuman hasi dari pentingnya setiap elemen desain secara keseluruhan terdapat pada
Tabel 4.26.
Tabel 4.26
Rangkuman Nilai Importance Value
Berdasarkan hasil dari importance value secara keseluruhan pada Tabel 4.25 diketahui
bahwa untuk masing masing nilai importance value, tingkat kepentingan suatu item pada
produk kemasan keripik tempe adalah bentuk kemasan sebesar 39,219%, kemudian bahan
kemasan sebesar 27,798%, warna kemasan sebesar 25,364%, dan sarana penunjang sebesar
7,620%. Konsumen berpendapat bahwa bentuk kemasan merupakan faktor yang paling
penting daripada 3 faktor yang lain, hal ini dapat ditunjukkan bahwa nilai dari bentuk
kemasan memiliki nilai paling tinggi jika dibandingkan dengan nilai dari bahan kemasan,
warna kemasan, dan sarana penunjang kemasan. Hal tersebut memungkinkan karena bentuk
65
yang berbeda dengan bentuk yang ada selama ini lebih menarik perhatian dari konsumen
daripada faktor yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa desain kemasan yang sesuai
dengan keinginan oleh konsumen ditentukan secara berurutan oleh elemen desain berupa
bentuk kemasan, bahan kemasan, warna kemasan, dan sarana pendukung kemasan.
Setelah nilai utilities dan importance values, pada analisis konjoin juga diketahui nilai
output correlation. Nilai output correlation digunakan untuk hubungan antara elemen desain
dengan citra konsumen berupa kansei words. Nilai dari korelasi pearson dan kendall’s tau
digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel estimasi dengan citra
konsumen rata-rata aktual. Dengan kriteria nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan
nilai siginifikansi < 0,05 maka H1 ditolak. Hipotesa dari tes signifikansi berikut adalah :
H0 = Ada korelasi yang kuat antara variabel estimasi dengan citra konsumen (kansei words)
rata-rata aktual
H1 = Tidak Ada korelasi yang kuat antara variabel estimasi dengan citra konsumen (kansei
words) rata-rata aktual
Hasil analisis korelasi pada setiap kansei words dapat terdapat pada Lampiran 3.
Rangkuman hasil analisis kansei words secara keseluruhan terdapat pada Tabel 4.27.
Tabel 4.27
Rangkuman Output Korelasi Setiap Kansei Words
Kode Kansei Words Korelasi Pearson Tingkat Korelasi Kendall’s Tau Tingkat
Value Sig Korelasi value Sig Korelasi
101 Moderen 0,982 0,00 Kuat 0,889 0,00 Kuat
102 Tebal 0,962 0,00 Kuat 0,917 0,01 Kuat
103 Khas 0,980 0,00 Kuat 0,930 0,00 Kuat
104 Ergonomis 0,937 0,00 Kuat 0,722 0,03 Kuat
105 Berwarna 0,933 0,00 Kuat 0,778 0,02 Kuat
106 Kompleks 0,928 0,00 Kuat 0,778 0,02 Kuat
107 Cerah 0,975 0,00 Kuat 1,00 0,00 Kuat
108 Lunak 0,987 0,00 Kuat 0,944 0,00 Kuat
109 Besar 0,915 0,00 Kuat 0,667 0,00 Kuat
110 Fleksibel 0,917 0,00 Kuat 0,686 0,00 Kuat
111 Elegan 0,974 0,00 Kuat 0,944 0,00 Kuat
112 Rapi 0,939 0,00 Kuat 0,722 0,00 Kuat
113 Inovatif 0,983 0,00 Kuat 0,944 0,00 Kuat
114 Terbuka 0,961 0,00 Kuat 0,873 0,00 Kuat
115 Halus 0,988 0,00 Kuat 0,873 0,00 Kuat
116 Visual 1,00 0,00 Kuat 1,00 0,00 Kuat
117 Variatif 0,957 0,00 Kuat 0,889 0,00 Kuat
118 Berkualitas 0,998 0,00 Kuat 0,986 0,00 Kuat
119 Detail 0,976 0,00 Kuat 0,986 0,00 Kuat
120 Kasual 0,914 0,00 Kuat 0,778 0,00 Kuat
66
Dari hasil rangkuman output korelasi setiap kansei words pada Tabel 4.27 diketahui
bahwa setiap kansei words memiliki nilai korelasi yang kuat baik pada korelasi pearson atau
korelasi kendall’s tau karena memiliki nilai > 0,05. Kemudian untuk menguji nilai
signifikansi dari kedua korelasi diatas, kedua korelasi tersebut memiliki nilai signifikansi
cukup kuat karena memiliki nilai dibawah 0,05. Secara keseluruhan nilai korelasi dan nilai
signifikansi yang cukup kuat menunjukkan bahwa dari analisis konjoin dapat diandalkan
penggunaannya dalam memenuhi keinginan konsumen untuk mendesain kemasan keripik
tempe khas Kota Malang.
Pada alternatif 3 hasil dari metode kansei engineering kemasan desain keripik tempe
memiliki kombinasi bentuk kotak, bahan terbuat dari palstik dan kertas, memiliki
corak berwarna warna warni dan bermotif, , dengan sarana pendukung berupa
window dan handle. Berdasarkan masukan dari desainer karena bahan terdiri dari 2
bahan, maka menggunakan material utama kertas kemudian pada window
menggunakan bahan dari plastik, dan pembungkus yang bersentuhan langsung
dengan makanan dari plastik. Kemudian untuk menambahkan kesan berwarna pada
pembungkus plastik bisa ditambakan aksesoris berupa mini stiker untuk memberikan
identitas pada makanan.
4. Alternatif 4
Pada alternatif 4 hasil dari metode kansei engineering kemasan desain keripik tempe
memiliki kombinasi bentuk segi enam, bahan terbuat dari palstik dan kertas,
memiliki warna berwarna warni dan bermotif, dengan sarana pendukung berupa
window dan handle. Berdasarkan masukan dari desainer karena bahan terdiri dari 2
bahan, maka menggunakan material utama kertas kemudian pada window
menggunakan bahan dari plastik, dan pembungkus yang bersentuhan langsung
dengan makanan dari plastik. Kemudian untuk menambahkan kesan besar warna
yang digunakan atau motif yang digunakan bisa menggunakan warna yang cerah agar
memberi kesan mengisi ruang.
5. Alternatif 5
Pada Alternatif 5 hasil dari metode kansei engineering kemasan desain keripik tempe
memiliki kombinasi bentuk pouch, bahan terbuat dari foil, memiliki warna polos,
dengan sarana pendukung handle. Berdasarkan masukan dari desainer untuk
menambahkan kesan produk yang berkualitas kombinasi warna yang digunakan
sebaiknya tidak terlalu banyak.
6. Pada Alternatif 6 hasil dari metode kansei engineering kemasan desain keripik tempe
memiliki kombinasi bentuk segienam/tabung kemudian dengan bahan berupa kertas,
memiliki corak warna yang bermotif dan dilengkapi dengan sarana pendukung
berupa handle.
Selanjutnya dari 6 alternatif konsep desain yang telah terpilih maka akan dibuat bentuk
berupa prototype dari desain yang telah terpilih yang akan dibandingkan dengan desain hasil
dari analisis cultural ergonomics untuk keperluan pengembangan desain lebih lanjut dalam
perancangan produk kemasan keripik tempe khas Kota Malang.
68
bukunya yang berjudul Cultural ergonomics The Methods and Applications, Jackson
menjelaskan aspek cultural juga berpengaruh pada consumer product. Consumer product
terdiri dari berbagai macam jenis produk dari produk yang dikonsumsi untuk kebutuhan
sehari-hari hingga produk yang dikonsumsi untuk keperluan aktualisasi diri. Consumer
product dibedakan menjadi 3 tipe produk, yaitu convience product, shopping product, dan
specialty product. Convenience product merupakan produk yang dikonsumsi sehari hari
seperti makanan dan minuman serta barang untuk kebutuhan rumah tangga, dan berada pada
range harga rendah serta memiliki khas tertentu antar setiap daerah dalam penggunaannya
sedangkan shopping product merupakan produk yang dikonsumsi pada frekuensi tertentu
akan tetapi tidak setiap saat dan berada pada range harga yang lebih tinggi daripada shopping
prodcut seperti barang elektronik, pakaian, dan perabotan. Sedangkan specialty product
merupakan barang yang dikategorikan dalam jenis barang yang mewah dan sigunakan
sebagai kebutuhan aktualisasi diri dan berada pada harga range yang keih tnggi daripada 2
tipe sebelumnya, contohnya adalah pada produk kendaraan mewah.
Keripik tempe khas Kota Malang merupakan salah satu jenis produk yang termasuk
dalam convenience product akan tetapi juga dapat termasuk dalam shopping product, yaitu
pada convenience product karena termasuk produk yang yang memiliki positioning pada
harga ekonomis dan produk lokal yaitu untuk produk oleh-oleh dimana setiap daerah
memiliki oleh-oleh yang berbeda, sedangkan shopping product karena hanya dikonsumsi
pada frekuensi tertentu, akan tetapi tidak termasuk dalam kelas harga yang menengah. Dari
hasil identifikasi aspek tersebut, maka untuk analisis cultural ergonomics pada keripik
tempe, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan desain kemasan
berdasarkan hasil identifikasi aspek tersebut, yaitu desain kemasan untuk produk
convenience dan shopping product, yaitu desain kemasan yang dikonsumsi pada frekuensi
tertentu, memiliki harga pada range bawah dan bersifat lokal (memiliki perbedaan antar
setiap daerah)
Analisis desain kemasan pada cultiral dilakukan karena kemasan dapat mempengaruhi
perhatian konsumen terhadap merek tertentu, meningkatkan citra, dan merangsang persepsi
konsumen tentang produk, dan kemasan juga bisa menyampaikan nilai khas suatu produk
(Underwood, 2003). Dalam membuat kemasan yang efisien, menurut Rita Kuvykaite (2009)
ada enam variabel yang harus dipertimbangkan yaitu bentuk, ukuran, warna, grafis, material
dan rasa. Demikian pula, Kotler (2003) yang membedakan enam elemen yang menurutnya
harus dievaluasi ketika menggunakan keputusan kemasan, yaitu ukuran, bentuk, bahan,
warna, teks dan merek.
70
adalah salah satu bagian yang paling terlihat dari produk dan elemen penting dari
bauran pemasaran (Shah et al,2013)
4. Gambar dan latar belakang
Background image adalah gambar yang dibuat dalam pikiran pelanggan yang
membantu untuk mengidentifikasi merek produk. Gambar pada kemasan berupa
situasi menarik (pegunungan, pantai, rumah mewah dan mobil) dapat membantu
memicu aspirasi gaya hidup (Rundh, 2009).
5. Jenis Huruf
Tipografi adalah sebuah ilmu dalam desain grafis yang mempelajari tentang seluk
beluk huruf (Sihombing, 2001,) Tipografi sering digunakan sebagai pedoman untuk
mendesain tulisan yang akan digunakan baik pada iklan maupun kemasan.
(Kusrianto,2007) menuliskan tipe-tipe huruf yang ada di dalam ilmu tipografi. Huruf
adalah elemen penting dari kemasan yang menarik perhatian pelanggan. Informasi
kemasan dapat menciptakan hasil yang bertentangan. Hal ini dapat menyebabkan
informasi yang menyesatkan atau tidak akurat melalui front kecil dan gaya penulisan
padat yang digunakan (Deliya, 2012).
6. Bentuk Garis dan Geometri
Bentuk grafis pada kemasan dapat digunakan untuk membantu mengatur informasi
visual kemasan, membangun perasaan tertentu, mengarahkan mata konsumen saat
membaca teks pada kemasan dan memisahkan tulisan-tulisan yang terdapat pada
kemasan (Klimchuk dan Krasovec, 2007)
Dari setiap faktor yang telah disebutkan yaitu warna kemasan, desain pembungkus,
informasi yang dicetak, gambar latar belakang, dan jenis huruf. Yang dianalisis pada
tahapan cultural ergonomics hanya warna kemasan, informasi yang dicetak, jenis huruf, dan
gambar latar belakang. Karena faktor tersebut merupakan faktor yang terdapat pada aspek
tampilan dan legalitas dari kemasan. Sedangkan dari desain bentuk dan material kemasan
yang dipilih adalah alternatif desain dari metode kansei engineering yang juga berdasarkan
penilaian citra konsumen terhadap suatu produk. Analisis tiap kategori pada metode cultural
ergonomics terdapat pada sub bab berikutnya.
keripik tempe dengan berbagai pertimbangan untuk menentukan komposisi desain terbaik
bagi konsumen. Karena pada warna kemasan makanan juga ditentukan berdasarkan jenis
makanan yang ada di dalamnya. Berikut ini merupakan arti dan makna dari masing-masing
warna menurut Klimchuk dan Krasovec (2007).
a. Merah
Warna merah menggambarkan cinta, api, nafsu, agresi, sifat impulsif, mendebarkan,
berani, kuat, kecanggihan, kesetiaan, keotentikan, keseriusan dan efektifitas.
b. Oranye
Warna oranye melambangkan energi, suka cita, antusiasme, petualangan, ceria dan
kepuasan.
c. Kuning
Warna kuning menggambarkan sebuah kehidupan, kehangatan, idealisme, energi
dan sportif.
d. Hijau
Warna hijau menggambarkan warna yang membumi, damai, hidup, muda, segar,
organik, kesuburan, lingkungan, keberuntungan dan kemakmuran.
e. Biru
Warna biru melambangkan otoritas, harga diri, kesetiaan, kebenaran, kebijaksanaan,
keyakinan, kekuatan, konservatif, kepercayaan, stabilitas dan keamanan.
f. Ungu
Warna ungu melambangkan kepuasan, kebangsawanan, kemewahan, kemakmuran,
kebijaksanaan, spiritual, sensual, misteri, nafsu dan keberanian.
g. Coklat
Warna coklat melambangkan warna yang membumi, dapat dipercaya, nyaman dan
daya tahan.
h. Hitam
Warna hitam menggambarkan keandalan, kekuatan, kebijaksanaan, keberanian,
kewaspadaan, keseriusan, kekayaan, elegan, kesempurnaan dan kemewahan.
i. Putih
Warna putih merefleksikan cahaya serta dapat membuat warna di sekitarnya terlihat
menonjol. Warna putih menggambarkan kemurnian, kesegaran, kesucian,
kebersihan, keefektifan dan kebenaran.
Berdasarkan dari arti dan makna dari masing-masing warna, peneliti membandingkan
dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ariesta pada tahun 2013 mengenai
73
Pada pemetaan persepsi konsumen terhadap warna pada kemasan produk, untuk jenis
produk kelas atas dan elegan berada di sekitar warna pekat, hitam, biru, dan merah.
Kemudian untuk jenis produk kelas menengah adalah warna sejuk, oranye, dan terang.
Sedangkan untuk jenis produk bermutu tinggi dan aman adalah warna gelap dan warna
hangat. Kemudian untuk jenis produk lokal dan harga ekonomis adalah warna putih, kuning,
hijau, dan pudar. Produk keripik tempe merupakan jenis produk lokal dengan harga yang
ekonomis, berdasarkan dari pemetaan persepsi konsumen terhadap warna pada kemasan
produk maka warna yang sesuai dengan kemasan keripik tempe adalah warna putih, kuning,
hijau dan warna pudar. Warna tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam desain kemasan
keripik tempe, dengan pertimbangan warna coklat pudar yaitu warna dari keripik tempe
untuk keperluan estetika desain dari kemasan keripik tempe.
8.4.1.2 Cultural Ergonomics Kategori Informasi yang Tercetak
Dalam aspek cultural ergonomics pada kategori Informasi yang dicetak berhubungan
dengan label yang ada pada kemasan. Label yang ada pada kemasan harus sesuai dengan
peraturan/hukum yang berlaku dimana produk tersebut dipasarkan. Setiap negara
mempunyai kebijakan masing-masing mengenai kemasan, misalkan di Negara Amerika
untuk peraturan mengenai label ditentukan oleh FDA/Food and Drug Administration
sedangkan di Negara Indonesia peraturan mengenai label ditentukan oleh Peraturan
74
Dari hasil pemetaan persepsi konsumen terhadap gambar pada kemasan produk, untuk
jenis produk kelas atas dan bermutu tinggi berapa pada jenis gambar produk, kemudian
produk dengan harga ekonomis. produk lokal berdekatan dengan produk yang aman berada
pada jenis gambar fotografi, sedangkan utnuk produk elegan terlatak pada jenis gambar
ilustrasi. Produk keripik tempe merupakan produk lokal dan harga ekonomis, sehingga
berdasarkan pemetaan persepsi konsumen berada pada gambar berupa motif gambar
fotografi dan sedangkan untuk menambahkan unsur elegan pada kemasan akan ditambahkan
berupa gambar ilustrasi untuk mendukung gambar dari fotografi.
dari tipe huruf, ukuran huruf, kemiringan huruf,dan proporsi huruf juga mempengaruhi
aspek tipografi dalam kemasan.
Berdasarkan dari kategori huruf yaitu tipe huruf, ukuran huruf, kemiringan dan proporsi
huruf , peneliti membandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Ariesta pada tahun 2013 mengenai persepsi konsumen terhadap tipografi pada kemasan
dengan pendekatan multidimensioanl scaling didapatkan hasil pada Gambar 4.5.
Dari hasil pemetaan persepsi konsumen terhadap tipografi pada kemasan produk dapat
dikethaui bahwa produk kelas atas memiliki posisi relatif dekat dengan huruf bold, huruf
besar, dan berukuran besar. Sedangkan untuk produk kelas menengah dan elegan memiliki
posisi yang relatif dekat dengan jenis huruf italic dan tipe script. Kemudian untuk produk
lokal dan aman memiliki posisi yang relatif dekat dengan tipe huruf roman dan sans serif.
Sedangkan untuk produk dengan harga ekonomis berada dekat dengan posisi tipe huruf serif,
ukuran kecil dan serif. Produk keripik tempe merupakan jenis produk lokal dengan harga
ekonomis, maka komposisi tipografi yang akan digunakan dalam desain kemasan keripik
tempe adalah tipe huruf roman,sans serif,dan serf. Huruf dengan ukuran kecil dan huruf
kecil. Peneliti juga melakukan pertimbangan dalam desain yaitu pada satu desain maksimal
terdapat dua jenis huruf dalam tipografi yang akan digunakan pada kemasan keripik tempe.
dari garis dapat digunakan untuk membantu mengatur informasi visual pada kemasan,
membangun perasaan tertentu, dan mengrahkan mata konsumen saat membaca teks pada
kemasan dan memisahkan teks pada kemasan (Klimchuk & krasovec, 2007). Bentuk garis
juga memiliki makna yang berbeda beda. Garis lurus mempunyai makna kuat,kokoh,dan
tegas, kemudian garis lengkung dapat melambangkan suatu kelembutan,keanggunan dan
feminisme, selanjutnya garis zigzag yang dapat melambangkan ketajaman dan ketegasan.
Sedangkan bentuk geometris juga memiliki makna yang berbeda beda. Bentuk segitiga
melambangkan energi, kekuatan, dan keseimbangan. Bentuk kotak melambangkan
keteraturan, logis, dan keamanan. Bentuk lingkaran menggambarkan koneksi, keseluruhan,
kesan kewanitaan seperti hangat,nyaman,sensualitas, dan cinta. Karena bentuk grais dan
geometris dapat mempengaruhi perasaan konsumen pada kemasan maka dilakukan analisis
cultural ergonomics pada bentuk garis dan geometri.
Berdasarkan dari kategori garis dan geometri yaitu tipe garis dan bentuk geometris,
peneliti membandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ariesta
pada tahun 2013 mengenai persepsi konsumen terhadap garis dan bentuk pada kemasan
dengan pendekatan multidimensional scaling didapatkan hasil pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Pemetaan persepsi konsumen terhadap garis dan geometri pada kemasan
Sumber : Ariesta (2013)
Dari hasil pemetaan persepsi konsumen terhadap bentuk garis dan geometri pada
kemasan produk dapat dikethaui bahwa produk kelas dan aman terletak pada sekitar wilayah
bentuk lingkaran, komposisi simetris,dan vertikal. Produk bermutu tinggi terletak
berdekatan dengan bentuk kotak dan garis lengkung. Produk elegan dan kelas menengah
memiliki posisi yang relatif dekat dengan garis zigzag dan miring. Sedangkan untuk produk
78
lokal dan harga ekonomis terletak berdekatan dengan garis lurus, outline lurus, asimetris dan
bentuk segitiga.Produk keripik tempe merupakan jenis produk lokal dengan harga ekonomis,
maka komposisi garis dan bentuk yang sesuai dengan kemasan keripik tempe adalah garis
lurus, outline lurus, asimetris dan bentuk segitiga, sedangkan untuk menambahkan kesan
elegan bisa ditambahkan dengan garis zigzag atau garis miring, dan beberapa elemen.
Tabel 4.28
Item dan Kategori Hasil Identifikasi Metode Cultural Ergonomics
No Item Kategori
Tabel 4.28
Item dan Kategori Hasil Identifikasi Metode Cultural ergonomics
No Item Kategori
Berdasarkan hasil identifikiasi tiap kategori dan item pada aspek cultural ergonomics,
maka dilakukan perancangan alternatif desain label kemasan berdasarkan aspek cultural.
Pada perancangan alternatif desain, memperhatikan setiap aspek yang didapat pada setiap
item dan kategori. Sehingga dari hasil integrasi antara setiap item dan kategori menghasilkan
beberapa alternatif desain label kemasan. Misalkan untuk menghasilkan alternatif desain 1
(dapat dilihat pada Tabel 4.29) dengan mengkombinasikan pada warna kemasan dengan
warna kuning, putih dan hitam, kemudian pada gambar dan latar belakang dengan gambar
ilustrasi tempe, kemudian pada item tipografi dengan huruf kecil dan serif, dan bentuk
outline lutus dan bentuk geometri asimetris pada item garis dan geometri. Dari hasil integrasi
antara setiap item tersebut dengan item yang lain menghasilkan beberapa alternatif desain
label kemasan, kemudian hasil dari alternatif desain label kemasan akan diberikan kepada
para konsumen/responden dengan tujuan untuk mengetahui respon pilihan responden
mengenai label kemasan yang menarik bagi konsumen terhadap alternatif desain kemasan
yang berbeda-beda. Hasil dari alternatif desain kemasan cultural ergonomics yang terpilih
maka akan dibandingkan dan dikombinasikan dengan hasil alternatif desain kemasan dari
metode kansei engineering sehingga akan tercipta berbagai desain kemasan keripik tempe
yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Desain alternatif label kemasan
yang telah terbentuk dari aspek cultural ergonomics dapat dilihat pada Tabel 4.29.
Tabel 4.29
Alternatif Desain Label Kemasan
No Desain Label Komposisi Desain
81
Tabel 4.29
Alternatif Desain Label Kemasan
No Desain Label Komposisi Desain
Tabel 4.29
Alternatif Desain Label Kemasan
No Desain Label Komposisi Desain
Dari hasil alternatif desain label kemasan dibagikan kepada responden, kemudian
responden menentukan desain label kemasan mana yang menurut responden merupakan
desain yang menarik bagi responden, dimana responden diperbolehkan untuk memilih lebih
84
dari 1 desain label yang dianggap oleh responden menarik. Berdasarkan hasil dari vote yang
dilakukan oleh responden pada setiap label gambar, hasilnya terdapat pada Gambar 4.7.
Gambar 2
6%
Gambar 7
17% Gambar 3
10%
Gambar 6 Gambar 4
5% 8%
Gambar 5
17%
Dari gambar 4.7 dapat diketahui perbandingan pilihan konsumen pada setiap alternatif
label kemasan yang telah dibuat oleh peneliti. Dari hasil vote yang dilakukan oleh konsumen
diketahui bahwa gambar 1 merupakan gambar yang paling banyak dipilih oleh konsumen
yaitu sebesar 18%, diikuti dengan gambar 5 dan 7 sebesar 17%, gambar 3 dan 9 sebesar
10%, gambar 8 sebesar 9%, gambar 4 sebesar 8%, dan gambar 2 dan 6 sebesar 6% dan 5%.
Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa gambar 1 merupakan gambar yang paling
banyak dipilih oleh konsumen/dianggap konsumen merupakan label desain kemasan yang
menarik, tetapi sebagai pembanding dalam desain alternatif kemasan yang selanjutnya maka
diperlukan beberapa alternatif desain, sehingga digunakan gambar 5 dan 7 sebagai
pembanding dalam alternatif desain kemasan hasil dari kombinasi antara metode kansei
engineerig dan cultural ergonomics.
ada dalam kemasan. Pada metode kansei engineering terdapat 6 desain alternatif kemasan,
dimana 5 alternatif desain didapatkan dari hasil brainstorming peneliti dengan desainer,
kemudian 1 kemasan didapatkan dari hasil analisis konjoin yang merupakan salah satu
metode statistik untuk mengetahui hubungan antara item dengan citra pelanggan dengan
bantuan sematic differential yang ditentukan oleh konsumen. Alternatif desain kemasan
hasil dari kansei engineering adalah sebagai berikut :
1. Alternatif 1
Pada alternatif 1 hasil dari metode kansei engineering kemasan desain keripik tempe
memiliki kombinasi bentuk kotak, bahan terbuat dari plastik dan kertas, berwarna
warna warni dan bermotif, dengan kualitas label digital print, dan sarana pendukung
berupa handle. Berdasarkan masukan dari desainer, bahan terbuat dari plastik dan
kertas adalah untuk bungkus luar berupa kertas dan bungkus dalam yang
bersentuhan langsung dengan makanan terbuat dari plastik, kemudian untuk
keperluan label saat digital print menggunakan laminasi untuk menambah kesan
menarik dan kasual bagi konsumen. Bentuk desain konseptual dari alternatif 1 pada
Gambar 4.8
2. Alternaitf 2
Pada alternatif 2 hasil dari metode kansei engineering kemasan desain keripik tempe
memiliki kombinasi bentuk pouch, bahan terbuat dari foil /alumunium foil, berwarna
warna warni dan bermotif, dengan kualitas label digital print, dan sarana pendukung
berupa window dan handle, berdasarkan masukan dari desainer untuk memudahkan
proses konsumsi oleh konsumen, pada alumunium foil ditambahkan dengan ziplock
pada bagian atas. Bentuk desain konseptual dari alternatif 2 pada Gambar 4.9
86
3. Alternatif 3
Pada alternatif 3 hasil dari metode kansei engineering kemasan desain keripik tempe
memiliki kombinasi bentuk kotak, bahan terbuat dari palstik dan kertas, memiliki
warna berwarna warni dan bermotif, dengan kualitas label digital print, dengan
sarana pendukung berupa window dan handle. Berdasarkan masukan dari desainer
karena bahan terdiri dari 2 bahan, maka menggunakan material utama kertas
kemudian pada window menggunakan bahan dari plastik, dan pembungkus yang
bersentuhan langsung dengan makanan dari plastik. Kemudian untuk menambahkan
kesan berwarna pada pembungkus plastik bisa ditambakan aksesoris berupa mini
stiker untuk memberikan identitas pada makanan. Bentuk desain konseptual dari
alternatif 2 pada Gambar 4.10
4. Alternatif 4
Pada alternatif 4 hasil dari metode kansei engineering kemasan desain keripik tempe
memiliki kombinasi bentuk segi enam, bahan terbuat dari palstik dan kertas,
memiliki warna berwarna warni dan bermotif, dengan kualitas label digital print,
dengan sarana pendukung berupa window dan handle. Berdasarkan masukan ari
desainer karena bahan terdiri dari 2 bahan, maka menggunakan material utama kertas
kemudian pada window menggunakan bahan dari plastik, dan pembungkus yang
bersentuhan langsung dengan makanan dari plastik. Kemudian untuk menambahkan
87
kesan besar warna yang digunakan atau motif yang digunakan bisa menggunakan
warna yang cerah agar memberi kesan mengisi ruang. Bentuk desain konseptual dari
alternatif 4 pada Gambar 4.11
5. Alternatif 5
Pada Alternatif 3 hasil dari metode kansei engineering kemasan desain keripik tempe
memiliki kombinasi bentuk pouch, bahan terbuat dari foil, memiliki warna polos,
dengan kualitas label digital print, dengan sarana pendukung handle. Berdasarkan
masukan dari desainer untuk menambahkan kesan produk yang berkualitas
kombinasi warna yang digunakan sebaiknya tidak terlalu banyak, kemudian untuk
label digital print menggunakan kertas laminasi. Bentuk desain konseptual dari
alternatif 5 pada Gambar 4.12
6. Alternatif 6
Pada Alternatif 6 hasil dari metode kansei engineering kemasan desain keripik tempe
memiliki kombinasi bentuk segienam/tabung kemudian dengan bahan berupa kertas,
memiliki corak warna yang bermotif dan dilengkapi dengan sarana pendukung
berupa handle. Bentuk desain konseptual dari alternatif 6 pada Gambar 4.13
88
Untuk bentuk garis dan geometri untuk jenis produk lokal dan harga ekonomis, maka
komposisi dalam bentuk garis dan geometri adalah dengan garis lurus, outline lurus, dan
bentuk geometri bentuk segitiga/asimetris. Sedangkan untuk menambahkan kesan elegan
bisa ditambahkan dengan garis zigzag, garis miring atau beberapa elemen. Dari beberapa
faktor diatas kemudian peneliti membuat alternatif konsep yang terdiri dari 9 alternatif
konsep. Alternatif konsep desain label kemasan terdapat pada Gambar 4.14.
Dari desain alternatif yang dibuat, kemudian peneliti membagikan kepada responden
yaitu konsumen keripik tempe untuk memilih label kemasan yang menarik bagi konsumen,
setelah dilakukan tahap voting maka terpilih 3 desain label kemasan yang paling banyak
dipilih oleh konsumen. Label kemasan yang banyak dipilih konsumen terdapat pada Gambar
4.15.
Berikut ini merupakan matriks penyaringan konsep dengan kombinasi konsep alternatif
1 dari metode kansei engineering dengan alternatif cultural ergonomics dapat dilihat pada
Tabel 4.30.
Tabel 4.30
Matriks Penyaringan Konsep Alternatif 1
Alternatif Konsep
No Atribut
Desain 1 Label 1 Desain 1 Label 5 Desain 1 Label 7
1 Visibility 1 0 0
2 Shopability 1 1 1
3 Differentiation 1 1 1
4 Messaging 0 1 0
5 Consumption 0 1 1
6 Sustainability 0 0 0
Jumlah + 3 4 3
Jumlah - 0 0 0
Total 3 4 3
Dari hasil matriks penyaringan konsep dapat diketahui untuk konsep yang memiliki nilai
paling tinggi berdasarkan atribut kemasan adalah alternatif konsep desain 1 dan label 5.
Selanjutnya adalah perhitungan matriks penyaringan konsep dengan kombinasi konsep
alternatif 2 dari metode kansei engineering dengan alternatif cultural ergonomics dapat
dilihat pada Tabel 4.31
Tabel 4.31
Matriks Penyaringan Konsep Alternatif 2
Alternatif Konsep
No Atribut
Desain 2 Label 1 Desain 2 Label 5 Desain 2 Label 7
1 Visibility 0 0 1
2 Shopability 1 1 1
3 Differentiation 0 0 1
4 Messaging 1 1 0
5 Consumption 0 1 1
6 Sustainability -1 -1 -1
Jumlah + 2 3 4
Jumlah - 1 1 1
Total 1 2 3
Dari hasil matriks penyaringan konsep dapat diketahui untuk konsep yang memiliki nilai
paling tinggi berdasarkan atribut kemasan adalah alternatif konsep desain 2 dan label 7.
Selanjutnya adalah perhitungan matriks penyaringan konsep dengan kombinasi konsep
alternatif 3 dari metode kansei engineering dengan alternatif cultural ergonomics dapat
dilihat pada Tabel 4.32
92
Tabel 4.32
Matriks Penyaringan Konsep Alternatif 3
Alternatif Konsep
No Atribut
Desain 3 Label 1 Desain 3 Label 5 Desain 3 Label 7
1 Visibility 1 0 0
2 Shopability 1 1 1
3 Differentiation 1 0 1
4 Messaging 1 1 0
5 Consumption 0 1 1
6 Sustainability 0 0 0
Jumlah + 4 3 3
Jumlah - 0 0 0
Total 4 3 3
Dari hasil matriks penyaringan konsep dapat diketahui untuk konsep yang memiliki nilai
paling tinggi berdasarkan atribut kemasan adalah alternatif konsep desain 3 dan label 1.
Selanjutnya adalah perhitungan matriks penyaringan konsep dengan kombinasi konsep
alternatif 4 dari metode kansei engineering dengan alternatif cultural ergonomics dapat
dilihat pada Tabel 4.33
Tabel 4.33
Matriks Penyaringan Konsep Alternatif 4
Alternatif Konsep
No Atribut
Desain 4 Label 1 Desain 4 Label 5 Desain 4 Label 7
1 Visibility 1 0 1
2 Shopability 1 1 1
3 Differentiation 0 0 1
4 Messaging 1 1 0
5 Consumption 0 1 1
6 Sustainability -1 -1 -1
Jumlah + 3 3 4
Jumlah - 1 1 3
Total 2 2 3
Dari hasil matriks penyaringan konsep dapat diketahui untuk konsep yang memiliki nilai
paling tinggi berdasarkan atribut kemasan adalah alternatif konsep desain 4 dan label 7.
Selanjutnya adalah perhitungan matriks penyaringan konsep dengan kombinasi konsep
alternatif 5 dari metode kansei engineering dengan alternatif cultural ergonomics dapat
dilihat pada Tabel 4.34
93
Tabel 4.34
Matriks Penyaringan Konsep Alternatif 5
Alternatif Konsep
No Atribut
Desain 5 Label 1 Desain 5 Label 5 Desain 5 Label 7
1 Visibility 1 1 1
2 Shopability 1 1 1
3 Differentiation 1 0 1
4 Messaging 1 1 0
5 Consumption 0 0 0
6 Sustainability -1 -1 -1
Jumlah + 4 3 3
Jumlah - 1 1 1
Total 3 2 2
Dari hasil matriks penyaringan konsep dapat diketahui untuk konsep yang memiliki nilai
paling tinggi berdasarkan atribut kemasan adalah alternatif konsep desain 5 dan label 1.
Selanjutnya adalah perhitungan matriks penyaringan konsep dengan kombinasi konsep
alternatif 6 dari metode kansei engineering dengan alternatif cultural ergonomics dapat
dilihat pada Tabel 4.35
Tabel 4.35
Matriks Penyaringan Konsep Alternatif 6
Alternatif Konsep
No Atribut
Desain 6 Label 1 Desain 6 Label 5 Desain 6 Label 7
1 Visibility 1 1 1
2 Shopability 1 1 1
3 Differentiation 0 0 1
4 Messaging 1 1 1
5 Consumption 0 0 0
6 Sustainability 0 0 0
Jumlah + 3 3 4
Jumlah - 0 0 0
Total 3 3 4
Dari hasil matriks penyaringan konsep dapat diketahui untuk konsep yang memiliki nilai
paling tinggi berdasarkan atribut kemasan adalah alternatif konsep desain 6 dan label 7.
Selanjutnya adalah tahapan untuk membuat layout dan model nyata dari setiap kombinasi
desain kemasan yang telah terpilih pada tahapan penyaringan konsep.
Pada alternatif 1 dengan bentuk kotak, berbahan kertas dan plastik, memiliki corak
warna warna-warni dan bermotif, dengan aksesoris berupa handle dan kualitas hasil printing
laminasi, peneliti menggabungkan dengan label nomor 5. Yaitu label dengan desain label
menggunakan warna putih sebagai warna dasar, kemudian warna kuning , warna hitam dan
coklat, sedangkan warna coklat digunakan karena bentuk makanan keripik tempe yang
berwarna coklat. Tipe huruf roman yaitu bentuk huruf dengan garis pada setiap ujungnya.
Kemudian bentuk garis dan geometri, garis lurus dan outline dan bentuk asimetris, dengan
94
gabar ilustrasi yang dicantumkan pada label. Berikut ini merupakan gambar layout dari
desain kemasan sebelum proses cetak yang terdapat pada Gambar 4.16
Dari hasil layout desain kemasan, kemudian melalui proses printing untuk mewujudkan
desain tersebut kedalam model nyata. Perwujudan dari konsep desain ke dalam bentuk model
nyata atau embodiment design merupakan tahapan untuk menilai apakah kemasan tersebut
dapat dibuat dan secara ekonomi dan bisa dilanjutkan pada tahap pengujian desain. Hasil
dari model nyata atau embodiment design terdapat pada Gambar 4.17.
Pada alternatif 2 dengan bentuk pouch, berbahan alumunium foil, memiliki corak warna
warna-warni dan bermotif, dengan aksesoris berupa handle dan window dan digabungkan
dengan ziplock pada bagian atas, peneliti menggabungkan dengan label nomor 7. Yaitu label
dengan desain label menggunakan warna putih sebagai warna dasar, kemudian warna kuning
, warna hitam dan coklat, sedangkan warna coklat digunakan karena bentuk makanan keripik
tempe yang berwarna coklat. Tipe huruf roman yaitu bentuk huruf dengan garis pada setiap
ujungnya dan tipe huruf serif pada bagian merk. Kemudian bentuk garis dan geometri, garis
lurus dan outline dan bentuk asimetris, dengan gambar ilustrasi dan gambar produk yang
95
dicantumkan pada label. Berikut ini merupakan gambar layout dari desain kemasan sebelum
proses cetak yang terdapat pada Gambar 4.18
Dari hasil layout desain kemasan, kemudian melalui proses printing untuk mewujudkan
desain tersebut kedalam model nyata. Perwujudan dari konsep desain ke dalam bentuk model
nyata atau embodiment design merupakan tahapan untuk menilai apakah kemasan tersebut
dapat dibuat dan secara ekonomi dan bisa dilanjutkan pada tahap pengujian desain. Hasil
dari model nyata atau embodiment design terdapat pada Gambar 4.19.
Pada alternatif 3 dengan bentuk kotak, berbahan plastik dan kertas, memiliki corak
warna warnawarni dan bermotif, dengan aksesoris berupa handle, peneliti menggabungkan
dengan label nomor 1. Yaitu label dengan desain label menggunakan warna putih sebagai
warna dasar, kemudian warna kuning , warna hitam dan coklat, sedangkan warna coklat
digunakan karena bentuk makanan keripik tempe yang berwarna coklat. tipe huruf serif pada
bagian merk dan keterangan tagline. bentuk garis dan geometri, garis lurus dan outline dan
bentuk asimetris, dengan gambar ilustrasi yang dicantumkan pada label. Berikut ini
96
merupakan gambar layout dari desain kemasan sebelum proses cetak yang terdapat pada
Gambar 4.20
Dari hasil layout desain kemasan, kemudian melalui proses printing untuk mewujudkan
desain tersebut kedalam model nyata. Perwujudan dari konsep desain ke dalam bentuk model
nyata atau embodiment design merupakan tahapan untuk menilai apakah kemasan tersebut
dapat dibuat dan secara ekonomi dan bisa dilanjutkan pada tahap pengujian desain. Hasil
dari model nyata atau embodiment design terdapat pada Gambar 4.21.
Pada alternatif 4 dengan bentuk segienam, berbahan plastik dan kertas, memiliki corak
warna warnawarni dan bermotif, dengan aksesoris berupa handle dan window, peneliti
menggabungkan dengan label nomor 7. Yaitu label dengan desain label menggunakan warna
putih sebagai warna dasar, kemudian warna kuning , warna hitam dan coklat, sedangkan
warna coklat digunakan karena bentuk makanan keripik tempe yang berwarna coklat. Tipe
huruf roman yaitu bentuk huruf dengan garis pada setiap ujungnya dan tipe huruf serif pada
bagian merk. Kemudian bentuk garis dan geometri, garis lurus dan outline dan bentuk
97
asimetris, dengan gambar ilustrasi dan gambar produk yang dicantumkan pada label. Berikut
ini merupakan gambar layout dari desain kemasan sebelum proses cetak yang terdapat pada
Gambar 4.22.
Dari hasil layout desain kemasan, kemudian melalui proses printing untuk mewujudkan
desain tersebut kedalam model nyata. Perwujudan dari konsep desain ke dalam bentuk model
nyata atau embodiment design merupakan tahapan untuk menilai apakah kemasan tersebut
dapat dibuat dan secara ekonomi dan bisa dilanjutkan pada tahap pengujian desain. Hasil
dari model nyata atau embodiment design terdapat pada Gambar 4.23.
Pada alternatif 5 dengan bentuk pouch, berbahan alumunium foil, memiliki corak warna
polos , dengan aksesoris berupa handle, peneliti menggabungkan dengan label nomor 1.
Yaitu label dengan desain label menggunakan warna putih sebagai warna dasar, kemudian
warna kuning , warna hitam dan coklat, sedangkan warna coklat digunakan karena bentuk
makanan keripik tempe yang berwarna coklat. tipe huruf serif pada bagian merk dan
keterangan tagline. bentuk garis dan geometri, garis lurus dan outline dan bentuk asimetris,
98
dengan gambar ilustrasi yang dicantumkan pada label. Berikut ini merupakan gambar layout
dari desain kemasan sebelum proses cetak yang terdapat pada Gambar 4.24.
Dari hasil layout desain kemasan, kemudian melalui proses printing untuk mewujudkan
desain tersebut kedalam model nyata. Perwujudan dari konsep desain ke dalam bentuk model
nyata atau embodiment design merupakan tahapan untuk menilai apakah kemasan tersebut
dapat dibuat dan secara ekonomi dan bisa dilanjutkan pada tahap pengujian desain. Hasil
dari model nyata atau embodiment design terdapat pada Gambar 4.25.
produk yang dicantumkan pada label. Berikut ini merupakan gambar layout dari desain
kemasan sebelum proses cetak yang terdapat pada Gambar 4.26.
Dari hasil layout desain kemasan, kemudian melalui proses printing untuk mewujudkan
desain tersebut kedalam model nyata. Perwujudan dari konsep desain ke dalam bentuk model
nyata atau embodiment design merupakan tahapan untuk menilai apakah kemasan tersebut
dapat dibuat dan secara ekonomi dan bisa dilanjutkan pada tahap pengujian desain. Hasil
dari model nyata atau embodiment design terdapat pada Gambar 4.27.
yang diinginkan oleh konsumen. Bagi UMKM tahapan untuk beralih dari kemasan yang
selama ini digunakan ke desain kemasan yang baru juga perlu memperhatikan beberapa hal,
yaitu dari segi konsumen, segi desain, segi biaya, dan segi dampak bagi lingkungan.
Berikut ini merupakan estimasi biaya untuk desain kemasan keripik tempe yang baru
dengan memperhatkann aspek diatas, dengan asumsi mencetak 100 kemasan keripik tempe
yang baru.
102
Tabel 4.36
Perhitungan Komponen Biaya Kemasan Baru
No Komponen biaya Rincian komponen biaya Biaya
1 Material kertas art Biaya cetak kertas dengan material Rp 300.000,00
paper dan biaya art paper sebanyak 100 buah sebesar
laminasi Rp 200.000 kemudian untuk biaya
laminasi perlembar sebanyak 100
buah sebesar 100.000
2 Biaya kemasan Jika kemasan lama, 1 dus berisi 12 Rp 39.000
pengiriman buah kemasan keripik tempe, dengan
kemasan keripik tempe yang baru
berisi 8, dengan biaya kardus Rp
3000 setiap bijinya, maka diperlukan
13 kardus untuk 100 kemasan,
3 Biaya proses Dari percetakan dikenakan biaya Rp. 50.000
pembuatan pemotongan dan pelipatan kemasan
untuk memudahkan proses assembly,
biaya potong dan lipatan dibebankan
pada 100 kemasan
4 Biaya Dekorasi dan Biaya dekorasi meliputi pada saat Rp. 30.000
biaya lainnya proses stamping dimana meliputi
biaya pekerja, misalkan pekerja digaji
sebesar 30.000 untuk stamping 100
kemasan dan biaya assembly
Total Biaya Rp 419.000
Dari total biaya keseluruhan mencapai 419..000 terhadap 100 kemasan keripik tempe,
sehingga untuk setiap produk keripik tempe yang memiliki desain kemasan yang baru
sebesar Rp 4190, secara sederhana dalam penentuan harga keripik tempe yang baru,
misalkan dengan harga lama sebesar Rp 8000 ditambakan dengan harga pembuatan kemasan
yang baru sekitar Rp 4190, maka untuk harga keripik tempe yang baru adalah sebesar Rp
12.190 jika tidak memperhatikan aspek-aspke lainnya selain yang disebutkan diatas, maka
yang diperlukan disini adalah analisis biaya lebih lanjut, apabila dengan kemasan yang baru,
barang yang dapat dijual lebih banyak dan menarik lebih banyak konsumen maka kemasan
dpaat dikembangkan.
dengan membuat suatu program dimana setiap plastik/kertas kemasan yang telah selesai
dikonsumsi bisa ditukarkan dengan beberapa produk, akan tetapi kedua hal tersebut
memiliki investasi biaya yang cukup besar untuk pengembanganya. Selain kemasan yang
sudah jadi, proses mengurangi dampak bagi lingkungan sekitar juga dapat dilakukan saat
proses pembuatan kemasan, dimana minimalisir jumlah limbah dapat dilakukan dengan
pengurangan jumlah kertas yang gagal cetak, pengurangan jumlah plastik, dan menyiasati
layout kemasan sehingga satu kertas dapat digunakan untuk beberpa desain kemasan.
bahan kemasan. Ada banyak bahan untuk kemasan, mulai dari kertas/karton, bahan semi
rigid/PVC, bahan fleksibel seperti plastik, bahan kaca dan sebagainya. Pada bahan kemasan
mengikuti dari apa yang ada didalamnya. Pemilihan bahan kemasan harus sesuai dengan
barang yang dilindungi didalamnya, sesuai dengan barang yang dilindungi didalamnya
adalah bahan kemasan aman bagi produk yang ada didalamnya. Bahan kemasan juga harus
memperhatikan aspek lingkungan yaitu apabila kemasan dibuang, limbah yang dihasilkan
tidak berbahaya atau bisa terurai dengan baik. Kemudian selanjutnya adalah corak warna
kemasan. Corak warna dari kemasan dapat mempengaruhi daya beli konsumen. Kemasan
yang memiliki corak yang eye catching akan lebih menarik perhatian konsumen daripada
kemasan yang memiliki corak biasa saja. Karena setiap kemasan ditinjau dari 3 segi, yaitu
fungsional, emosional, dan hukum/legalitas. Dari segi fungsional terdapat bentuk
kemasan,bahan kemasan , dan sarana penunjang. Sedangkan dari segi emosional terdapat
penampilan kemasan dari segi warna, layout, dan toleransi warna. Macam bentuk corak dari
kemasan terdapat pada Gambar 4.28
Selain dari bentuk kemasan, bahan kemasan, dan corak warna kemasan yang terakhir
adalah sarana penunjang kemasan. Meskipun nilai dari importance values sarana penunjang
kemasan memiliki nilai yang paling kecil, tentu tidak boleh disepelekan dalam hal
pengembangan desain kemasan. Sarana penunjang dapat digunakan sebagai sarana untuk
menambah nilai jual dari kemasan tersebut terhadap konsumen asal dikembangkan dengan
baik dan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh kosumen, misalkan window pada kemasan.
Window berfungsi sebagai sarana konsumen untuk melihat produk apa yang ada didalamnya
tanpa harus menampilkan gambar produk pada label kemasan. Dari beberapa hal tersebut
dapat digunakan oleh desainer atau pihak ukm dalam perencanaan pengembangan kemasan
selanjutnya, kemudian dari setiap alternatif desain kemasan biasanya hanya terpilih 1-3
desain kemasan yang akan digunakan oleh produsen, ide-ide desain kemasan yang terlalu
ekstrem terkadang dimatikan oleh produsen maupun desainer karena bukan menjadi suatu
105
tren pada pangsa pasarnya, akan tetapi Sri Julianti (2014) mengemukakan bahwa ide
kemasan yang radikal atau terlalu ekstrem tidak boleh langsung dimatikan, karena dalam
waktu 4-5 tahun mendatang ide tersebut bisa saja menjadi tren di pasaran.
kemasan, yang mempunyai atribut warna, informasi yang tercetak, tipografi, bentuk
geometri kemasan, dan gambar kemasan. Dari hasil cultural ergonomics didapatkan
berupa 9 alternatif desain label kemasan, kemudian konsumen memilih label mana
yang menarik perhatian dari konsumen.
4. Perbandingan hasil kansei engineering dan cultural ergonomics
Pada perbandingan hasil antara kansei engineering dan cultural ergonomics, peneliti
membuat bentuk konsep dari setiap desain, kemudian dua komponen desain dari dua
aspek tersebut digabungkan dari setiap desain hasil kansei engineering pada setiap
desain hasil cultural ergonomics.
5. Desain kemasan pilihan konsumen
Pada tahapan desain kemasan pilihan konsumen, penelti membuat model nyata dari
setiap konsep desain yang dihasilkan pada perbandingan hasil kansei engineering
dan cultural ergonomics, yaitu dari 6 alternatif konsep desain dari kansei engineering
dan 3 desain label terpilih dari cultural ergonomics. Pada tahapan ini juga dilakukan
proses penyaringan matriks pada setiap konsep sehingga dihasilkan 6 desain
kemasan
6. Rencana pengembangan produk
Pada rencana pengembangan produk, peneliti memberikan masukan beberapa hal
yang harus diperhatikan saat mengembangkan produk berupa desain kemasan
keripik tempe, pertimbangan dalam desain kemasan keripik tempe untuk beberapa
tahun mendatang. Tahap pengembangan kemasan ada beberapa hal yang bisa
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan kemasan dikemudian
hari , dari hasil analisis konjoin diketahui nilai imporatnce values setiap elemen
dalam kemasan, mulai dari bentuk kemasan, bahan kemasan, warna kemasan dan
sarana pendukung kemasan. Berikut ini merupakan apa yang bisa dijadikan
pertimbangan dalam desain kemasan dikemudian hari :
- Bentuk kemasan, bentuk memiliki nilai importance value terbesar
dibandingkan dengan elemen lainnya, hal ini berarti elemen kemasan yang
memiliki dampak terbesar dalam persepsi konsumen mengenai desain
kemasan adalah bentuk kemasan, dalam alternatif kemasan yang telah
terbentuk pada alternatif desain memiliki bentuk kotak, tabung/segienam, dan
pouch. Bentuk kemasan seharusnya bisa dieksplorasi lebih lanjut,karena
macam-macam bentuk kemasan yang tersedia di pasar tersedia lebih banyak.
107
tentunya harus memperhatikan aspek apakah kemasan yang baru dibuat ramah bagi
lingkungan sekitarnya, pemilihan bahan yang biodegradable sangat membantu untuk
mengurangi dampak terhadap lingkungan .Keempat hal tersebut yang harus menjadi
perhatian pada saat mengganti kemasan lama ke model desain kemasan yang baru.
109
BAB V
PENUTUP
Pada bagian penutup akan dibahas mengenai kesimpulan berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan dan saran yanng diperlukan untuk penelitian berikutnya.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah :
2. Pada metode kansei engineering didapatkan kansei words yaitu kata moderen, tebal,
khas, ergonomis, berwarna, kompleks, cerah, lunak, besar, fleksibel, elegan, rapi,
inovatif, terbuka, halus, visual, variatif, berkualitas, detail, dan kasual. Dari kansei words
tersebut didapatkan 6 alternatif desain kemasan yang terdiri dari elemen bentuk kemasan,
bahan kemasan, corak warna kemasan, dan sarana penunjang kemasan.
3. Pada metode cultural ergonomics didapatkan faktor dalam aspek cultural adalah warna
kemasan, informasi yang tercetak dikemasan, tipografi, garis dan geometri kemasan, dan
gambar kemasan. Untuk kategori dalam setiap item adalah sebagai berikut, pada warna
kemasan warna yang cocok untuk jenis produk lokal dan harga ekonomis adalah warna
putih, kuning, dan warna pudar. Pada gambar latar belakang adalah gambar yang sesuai
adalah fotografi dan konsumen target, bisa ditambahkan ilustrasi mengenai produk untuk
menambahkan kesan elegan. Kemudian untuk Tipografi yang ada yaitu menggunakan
komposisi tipografi huruf serif dan roman, dan bentuk garis dan geometri adalah
komposisi garis lurus, dan outline lurus serta bentuk segitiga/asimetris.
4. Pada perancangan produk kemasan keripik tempe didapatkan 6 alternatif desain kemasan
yang didapatkan kombinasi dari metode kansei engineering dan cultural ergonomics.
Alternatif desain 1 yaitu kombinasi dari desain 1 dan label 5, alternatif desain 2 yaitu
kombinasi dari desain 2 dan label 7, alternatif 3 yaitu kombinasi dari desain 3 dan label
1, alternatif desain 3 yaitu kombinasi dari desain 3 dan label 1, alternatif desain 4 yaitu
kombinasi dari desain 4 dan label 7, alternatif desain 5 yaitu kombinasi dari desain 5 dan
label 1, dan yang terakhir yaitu alternatif desain 6 yaitu kombinasi dari desain 6 dan label
7.
109
110
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan adalah:
1. Untuk penelitian selanjutnya, hendaknya penelitian dilanjutkan hingga tahap pengujian
konsep sehingga spesifikasi produk yang dihasilkan bisa langsung diterapkan di pasaran
2. Melibatkan peran pemerintah dan UMKM secara langsung agar mempermudah proses
pengembangan konsep produk pada kemudian hari