Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PERANCANGAN ULANG KEMASAN TAUCO CAP BIRUANG

2.1 Tauco
Tauco adalah suatu produk kacang kedelai yang berbentuk pasta,
berwarna kekuning-kuningan, rasanya agak asin. Dibuat dengan cara
fermentasi yang menggunakan kedelai sebagai substrat, di tambah
dengan garam dan gula aren (Gula Merah). Sebagai bahan makanan
tauco terutama berfungsi sebagai pengharum karena baunya yang khas.
(Wikipedia Indonesia)

2.1.1 Keberadaan Tauco Cianjur


Tauco merupakan makanan khas dari Kabupaten Cianjur,
karena tauco pertama kali dibuat oleh seorang pendatang
yang berasal dari negeri Cina bernama Tan Ken Yan yang
menetap atau tinggal di Cianjur. Tan Ken Yan membuat
tauco pertama kali pada tahun 1880 yang kemudian di
wariskan turun temurun sampai sekarang ini.

Pembuatan tauco biasanya dilaksanakan di rumah-rumah


sebagai industri rumah tangga (home industri). Hal ini
karena prosesnya sangat mudah, hanya memerlukan modal
kecil namun keuntungan yang dapat diperoleh sudah barang
tentu dapat menambah pendapatan keluarga.

Hingga sekarang sudah banyak pabrik tauco yang berdiri di


Cianjur diantaranya adalah : Tauco Cap Meong, Tauco Cap
Maung, Tauco Cap Badak, Tauco Cap Macan Tutul, Tauco
Cap Biruang, dan lain-lain.

5
2.1.2 Profil Pabrik Tauco Cap Biruang
Salah satu pabrik tauco tertua di Cianjur setelah tauco cap
meong adalah tauco Cap Biruang. Pabrik tauco Cap Biruang
didirikan oleh H. Moch. Soleh pada tahun 1960. Saat ini
pabrik Tauco Cap Biruang dikelola oleh Ibu Tini, yang
merupakan generasi keempat. Pabrik ini bertempat di Jalan
Slamet Riyadi No.28 Cianjur, sekarang tauco Cap Biruang
ini memiliki dua orang pegawai tetap.

Selain untuk meneruskan usaha keluarga yang sudah turun


temurun, misi pemilik pabrik tauco Cap Biruang ini adalah
untuk melestarikan makanan tradisional khas Cianjur dan
memberikan peluang kerja kepada masyarakat sekitar.
Keinginan yang ingin dicapai pemilik tauco Cap Biruang
generasi keempat ini adalah memasarkan produk tauco ke
berbagai daerah di dan di luar Jawa Barat atau bahkan
hingga ke mancanegara. Saat ini area pemasaran yang di
lakukan oleh tauco Cap Biruang ini hanya sebatas wilayah
Cianjur dan sekitarnya.

2.1.3 Pemasaran Tauco Cap Biruang


Berdasarkan informasi pemilik tauco Cap Biruang, tauco
Cap Biruang saat ini pemasarannya hanya dilakukan di
sekitar wilayah kabupaten Cianjur saja, di karenakan tauco
cap Biruang ini masih merupakan makanan industri rumahan
yang masih terbatas akan modal dan pemasaran.
Diharapkan ke depan area pemasaran tauco Cap Biruang ini
lebih luas hingga ke daerah lain di Jawa Barat dan daerah
Indonesia lainnya.

6
Gambar 2.1 Bentuk Kemasan Botol Tauco Cap Biruang

2.2 Kemasan
Daya tarik sebuah produk tidak lepas dari kemasannya. Sebuah
produk baru yang berkualitas tinggi tetapi desain kemasannya kurang
menarik, tidak akan dicoba oleh konsumen sehingga konsumen tidak
pernah tahu bahwa produk tersebut bermutu tinggi. Kemasan adalah
salah satu bidang dalam desain grafis yang punya banyak masalah
khusus karena fungsinya yang langsung berhadapan dengan
konsumen, dan juga karena tuntutan teknis, kreatif, komunikatif, dan
pemasaran yang harus diwujudkan ke dalam bahasa visual.(Wirya,
2007 : 6)

Kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang


dan memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu
produk. Kemasan meliputi tiga hal, yaitu:
- merek
- kemasan itu sendiri
- label.

Tiga alasan utama untuk melakukan perancangan ulang kemasan


tauco cap biruang, yaitu:

1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan manfaat. Kemasan


melindungi produk dalam berjalannya dari produsen ke

7
konsumen. Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih,
menarik dan tahan terhadap kerusakan.

2. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran. Melalui


kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan menjadi
satu-satunya cara perusahaan membedakan produknya.

3. Kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan profit


perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan harus membuat
desain kemasannya semenarik mungkin. Kemasan yang
menarik akan memikat dan menarik perhatian konsumen. Selain
itu, kemasan juga dapat mengurangi kerusakan barang dan
kemudahan dalam pendistribusiannya.

2.2.1 Fungsi Kemasan


Kemasan telah dikenal sejak jaman purba. Orang-orang
primitive menggunakan kulit binatang dan keranjang rumput
untuk mewadahi buah-buahan yang dipungut dari hutan.
Selain itu, kemasan digunakan untuk melindungi barang
terhadap cuaca dan proses alam lainnya. Selama berabad-
abad, kemasan merupakan suatu konsep fungsional sebatas
untuk melindungi barang atau mempermudah barang untuk
dibawa dan masih terkesan seadanya.

Seiring perkembangan jaman, kemasan menjadi penentu


keberhasilan penjualan produk. Terutama pada abad
sekarang dimana persaingan dalam dunia usaha semakin
tajam dan berbagai kalangan produsen saling berlomba
merebut perhatian calon konsumen. Jika kemasan akan
digunakan semaksimal mungkin dalam pemasaran, fungsi
kemasan harus menampilkan sejumlah faktor penting yaitu
sebagai berikut

8
1. Faktor Pengamanan
Kemasan baru yang terbuat dari bahan plastik tidak akan
mudah pecah apabila terjatuh, ringan untuk di bawa.

2. Faktor Ekonomi
Perhitungan biaya yang efektif termasuk pemilihan bahan,
sehingga biaya pembuatan kemasan tidak Merugikan
pabrik tauco Cap Biruang yang termasuk usaha kecil
menengah.

3 Faktor Pendistribusian
Mudah didistribusikan dari produsen ke distributor atau
pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tangan
distributor kemasan ini tidak mempersulit dalam segala hal,
baik itu dalam hal pemajangan dan penjualan.

4. Faktor Komunikasi
Sebagai media komunikasi yang menerangkan atau
mencerminkan produk, citra, merek, dan juga sebagai
bagian dari promosi, dengan pertimbangan mudah dilihat,
dipahami, dan diingat. Dengan banyaknya pesaing hal ini
belum terlihat pada kemasan yang sudah ada sekarang,
kemasan belum mampu mengoptimalkan faktor
komunikasi bahkan cendrung membingungkan konsumen
dengan tidak adanya konsistensi dalam visualisasi, lay out,
ilustrasi, dan warna.

5. Faktor Ergonomi
Berbagai pertimbangan agar kemasan mudah di bawa, di
pegang, dibuka dan mudah diambil / dipakai isinya.

9
6. Faktor Estetika
Kemudahan merupakan daya tarik visual yang mencakup
pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek, logo,
ilustrasi, tipograpi, dan tata letak untuk mencakup mutu
daya tarik visual secara optimal, hal ini belum terlihat pada
kemasan sekarang yang beredar di pasaran.

7. Faktor Promosi
Kemasan baru Cap Biruang ini di kemas dengan
sedemikian rupa, mulai dari perubahan kemasan,
perubahan warna, perubahan tipografi, perubahan label
kemasan, dan ada beberapa factor yang di tambahkan
dalam kemasan baru tauco Cap biruang ini, seperti:
pemberian informasi nilai gizi, pemberian informasi
komposisi, pemberian iniformasi menu masakan,
perubahan elemen-elemen tersebut di gunakan untuk
menarik minat wisatawan mencoba sesuatu hal yang baru.

8. Faktor Identitas
Secara keseluruhan, kemasan antar produk satu dengan
yang lain harus menampakkan perbedaannya. Kemasan
harus memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan
dibedakan dengan produk lainnya. ( wirya, 2007 : 6)

Faktor fungsional ini sama penting satu dengan yang lainnya dan
merupakan satu kesatuan yang sangat vital untuk mendukung
keberhasilan penjualan. Apabila dengan adanya pola perdagangan
modern, khususnya metode penjualan sacara yang menuntut
produk untuk menonjolkan/menjual diri sendiri, penjualan
maksimum tidak akan tercapai bila secara keseluruhan penampilan
produk tersebut tidak dibuat semenarik mungkin (Wirya, 1999 : 8)

10
Dengan perubahan brand yang baru di harapkan agar brand
tersebut bisa memperkuat suatu memperjelas wisatawan luar
tentang pabrik tauco manakah yang mereka beli

2.3 Target Market


Mengingat tauco adalah sebagai oleh-oleh khas Cianjur yang
merupakan produk makanan yang dapat di nikmati oleh siapa saja
terutama orang tua, maka target pasar yang dituju orang dewasa
yang sudah berkeluarga atau belum, yang mempunyai hobi makan,
membeli oleh-oleh dan memasak dan selalu ingin mencoba
sesuatu yang baru, tetapi agar lebih terarah haruslah dikategorikan
dalam karakter yang lebih khusus agar desain yang dibuat lebih
spesifik. Berikut ini merupakan karakteristik target sasaran.

2.3.1 Wisatawan
Wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan
perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya
dengan tujuan rekreasi. (Definisi oleh Organisasi Pariwisata
Dunia)
Beragamnya karakteristik dan latar belakang wisatawan
menyebabkan beragamnya keinginan dan kebutuhan
mereka akan suatu produk. Pengelompokan-
pengelompokan wisatawan dapat memberi informasi
mengenai alasan setiap kelompok mengunjungi objek wisata
yang berbeda, berapa besar ukuran kelompok tersebut, pola
pengeluaran setiap kelompok, “kesetiaannya” terhadap
suatu produk tertentu, sensitivitas mereka terhadap
perubahan harga produk, serta respon kelompok terhadap
berbagai bentuk iklan produk. Lebih lanjut, pengetahuan
mengenai wisatawan sangat diperlukan dalam
merencanakan segala sesuatu yang sesuai dengan
keinginan kelompok pasar tertentu, termasuk merencanakan

11
strategi pemasaran yang tepat bagi kelompok pasar
tersebut.

2.4 Target Audiens


Demografis
Dilihat dari segi Demografis, target sasarannya adalah para
wisatawan yang bepergian jauh, jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.
Usia : 30-40 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan
Tingkat sosial : A / B+
Golongan : semua golongan
ekonomi : Menengah ke atas
Pada usia antara 30-40 terjadi perkembangan tingkat tinggi, yaitu
kemampuan merumuskan perencanaan strategis, atau
pengambilan keputusan.

Psikografis
Target sasaran utama adalah wisatawan luar yang berkunjung ke
kabupaten Cianjur, wisatawan yang sedang melakukan perjalanan
jauh biasanya memerlukan sesuatu hal untuk dijadikan sebagai
oleh-oleh terutama makanan, banyaknya pesaing dan bentuk
kemasan yang hampir sama dapat membingungkan wisatawan
dalam memilih produk tauco yang baik, bermutu, berkualitas tinggi.

Peminat makanan khas Cianjur ini kebanyakan orang-orang yang


berwisata atau melakukan perjalanan jauh, keinginan yang tak bisa
di sangkal sebagai orang yang melakukan perjalanan jauh yaitu
membeli oleh-oleh atau sesuatu yang di bawa ke tempat asal
mereka.

12
Gaya hidup wisatawan yang serba modern biasanya menginginkan
sesuatu dengan cara kembali ke asal, atau hal-hal yang serba
tradisional, contohnya wisata kuliner atau kembali ke makanan
tradisional.

Ditujukan untuk:
Umur 30-40, dimana sebagian besar pria atau usia 30-40 mungkin
adalah usia kritis. Ini adalah saat adaptasi dari kehidupan lajang ke
dalam kehidupan rumah tangga. Proses adaptasi ini tidak terlalu
mudah bagi yang sudah terbiasa hidup sendiri, kematengan
berpikir dan menyimpulkan sesuatu sangat dibutuhkan pada masa-
masa ini,biasanya pada umur 30-40 seseorang akan punya
kemampuan untuk berpikir dan membeli sesuatu, faktor dewasa
sudah melekat erat pada umur 30-40 tahun.

Geografis
Primer : Kota Jakarta dan Bandung
Sekunder : Kota-Kota besar di indonesia
Segmentasi : Luar kota Cianjur
Kepadatan : Perkotaan, Pinggiran Kota

13

Anda mungkin juga menyukai