Dosen Pengampu:
Istianah.,Ners.,MKep
Disusun Oleh:
FATIMATUL KAMILA
015 STYC20
II/3/A-1
I. PENGKAJIAN
Pada pengkajian sistem perkemihan, data seperti usia, jenis kelamin, ras,
dan etnis merupakan data penting yang menjadi faktor risiko yang tidak
dapat di ubah. Perawat perlu mendalami anatomi dan fisiologi fungsi sistem
perkemihan, perbedaan struktur berdasarkan jenis kelamin, serta perubahan
fisiologis yang berhubungan dengan usia untuk memahami kondisi pasien
dihubungkan dengan gangguan yang sedang dialami (Ignatavicius et al.,
2018). Pasien perempuan lebih mudah mengalami peradangan pada kandung
kemih daripada laki-laki oleh karena uretra yang lebih pendek. Namun
walaupun lebih jarang mengalami infeksi saluran kemih, kasus pada laki-laki
lebih kompleks dan berhubungan dengan masalah prostat, batu ginjal, dan
kondisi lain (Bajic, 2021). Dilain pihak pada kejadian kanker kandung kemih
lebih banyak dialami oleh laki-laki dari pda perempuan, namun stadium yang
lebih lanjut lebih sering terjadi pada perempuan (Mancini et al., 2020).
Perubahan fungsi perkemihan sering terjadi seiring bertambahnya usia,
sehingga perawat perlu mempertimbangkan usia sebagai hal yang perlu di
perhatikan ketika melakukan pengkajian pada sistem perkemihan. Aliran
darah ke ginjal berkurang karena proses penebalan pembuluh darah yang
dialami oleh para lanjut usia. Hal ini menyebabkan laju filtrasi glomelular
menurun setelah usia 35 tahun. Pada perempuan penurunan ini terjadi lebih
cepat. Ketika usia mencapai diatas 60 tahun, laju filtrasi glomelular berkurang
setengah dibanding usia muda (Fenton et al., 2018). Perubahan lain pada
usia tua adalah lebih sering kencing pada malam hari atau yang dikenal
sebagai nocturia, selain itu kapasitas kandung kemih berkurang, spingter urin
melemah dan uretra memendek pada perempuan sehingga sering mengalami
inkontinesia (Kim et al., 2010; Touhy and Jett, 2016).
Penting untuk diingat bahwa pengkajian sistem perkemihan
membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik, oleh karena banyak
pasien yang merasa malu atau tidak nyaman jika membicarakan atau
melakukan pemeriksaan terkait uro-genital.
1. Identitas klien
Gangguan perkemihan banyak di alami sesorang, ada beberapa
penyakit yang mengganggu system perkemihan anataranya ada penyakit
ISK,penyakit ini paling umum terjadi pada wanita dan mempengaruhi
kandung kemih dan uretra,ada penyakit BPH Benign Prostatic Hyperplasia
merupakan kondisi yang menyebabkan terjadinya pembengkakan pada
kelenjar prostat. Kelenjar prostat ini hanya dimiliki oleh pria. Oleh sebab itu
BPH hanya bisa dialami oleh pria. Dalam kebanyakan kasus BPH, umumnya
kondisi ini lebih sering terjadi pada pria di atas usia 50 tahun. Ada penyakit
BSK (Batu saluran kemih) merupakan penyakit yang cukup banyak terjadi.
Bahkan, penyakit ini menempati urutan ke-tiga terbanyak di bidang urologi
setelah infeksi saluran kemih dan penyakit BPH (pembesaran prostat jinak).
Batu saluran kemih dapat mengenai pasien usia berapa pun.
2. Keluhan Utama
3. Diagnose medis
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah proses medis yang harus dijalani
saat diagnosis penyakit. Hasilnya dicatat dalam rekam medis yang
digunakan untuk menegakkan diagnosis dan merencanakan
perawatan lanjutan. Pemeriksaan fisik akan dilakukan secara
sistematis, mulai dari kepala hingga kaki (head to toe) yang
dilakukan dengan empat cara (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi).
Pemeriksaan ini memiliki tujuan untuk pengecekan kondisi
tubuh dan diagnosis penyakit. Berikut empat cara yang akan
dijalankan pada tiap pemeriksaan fisik yang dilakukan:
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
d. Perkusi
Auskultasi Auskultasi
1. Dengan menggunakan stetoskop Normal tidak terdengar bunyi naskuler
kita dapat mendengar apakah ada aorta maupaun arteri renalis bila ada
bunyi desiran pada aorta dan arteri bunyi desiran kemungkinan, adanya
renalis RAS ( renalis arteri senisis)
2. Gunakan sisi bel stetoskop, nephrosclerotik
pemeriksan mendengarkan bunyi Bila tedengar bunyi desiran .jangan
desiran di daerah epigastrik di area melakukan palpasi cidera pada suatu
ini kita bisa mendengarkan bunyi aneurisma dibawah kulit dapat terjadi
aorta. sebagai akibatnya
3. Dengar pula pada daerah kuadran
kiri dan kanan atas karena pada
area ini terdapat arteri renalis kiri
dan kanan.
Perkusi
1. Pasien dalam posisi terlungkup
atau posisi duduk perkusi
dilakukan dari arah belakang
karena posisi ginjal berada
didaerah belakang. Letakan tangan
kiri diatas CVA dan lakukan perkusi
diatas tangan kiri dengan
menggunakan kepalan tangan Palpasi
untuk mengevaluasi nyeri tekan Normal tidak menghasilakn
ginjal nyeri tekan bila ada nyeri tekan
Palpasi diduga ada inflamasi akut Pada
1) Ginjal setinggi dibawah dia keadaan normal ginjal tidak
phragm sehingga tersembunyi teraba, apabila ginjal teraba dan
dibawah lekung iga mendasar dengan kenyal,
2) Untuk ginjal kiri dilakukan kemungkinan adanya polikistik
pemeriksa berada pada sisi maupaun hidroneposis Bila
kanan pasien posisi terlentang. dilakukan penekanan pasien
Pemeriksa meletakan tangan kiri mengeluh sakit, hal ini tanda
di bawah pinggang di dVA kiri, kemungkinan adanya
tangan kanan berada dibawah perandangan
iga kiri pada garis mid di bawah
klavikula
3) Nitruksikan pasien menarik
nafas dalam dan mengeluarkaan
dengan lengkap
4) Pada saat pasien menarik napas,
angkat bagian CVA kiri dengan
ta, gan kiri dan tangan kanan
melakukan palpasi kanan dalam
5) Bila ginjal teraba rasakan kontur
(bentuk), ukuran dan adanya
nyeri tekan
6) Untuk gijal kanan tempatkan
tangan kiri dibaawah pinggang
di daerah CVA kanan, tangan
kanan berada dilenggkungan iga
kanan
Lakukan maneuver yang sama
seperti pada palapasi ginjal kiri
Pemeriksaan
NO Keterangan Nilai normal
rutin urin
2) Pemerriksaan Radiologi
menurun analgetik
4. Tanda-tanda Terapeutik