Anda di halaman 1dari 21

`ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

Dosen Pengampu:
Istianah.,Ners.,MKep

Disusun Oleh:
FATIMATUL KAMILA
015 STYC20
II/3/A-1

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2022
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SYSTEM PERKEMIHAN

I. PENGKAJIAN
Pada pengkajian sistem perkemihan, data seperti usia, jenis kelamin, ras,
dan etnis merupakan data penting yang menjadi faktor risiko yang tidak
dapat di ubah. Perawat perlu mendalami anatomi dan fisiologi fungsi sistem
perkemihan, perbedaan struktur berdasarkan jenis kelamin, serta perubahan
fisiologis yang berhubungan dengan usia untuk memahami kondisi pasien
dihubungkan dengan gangguan yang sedang dialami (Ignatavicius et al.,
2018). Pasien perempuan lebih mudah mengalami peradangan pada kandung
kemih daripada laki-laki oleh karena uretra yang lebih pendek. Namun
walaupun lebih jarang mengalami infeksi saluran kemih, kasus pada laki-laki
lebih kompleks dan berhubungan dengan masalah prostat, batu ginjal, dan
kondisi lain (Bajic, 2021). Dilain pihak pada kejadian kanker kandung kemih
lebih banyak dialami oleh laki-laki dari pda perempuan, namun stadium yang
lebih lanjut lebih sering terjadi pada perempuan (Mancini et al., 2020).
Perubahan fungsi perkemihan sering terjadi seiring bertambahnya usia,
sehingga perawat perlu mempertimbangkan usia sebagai hal yang perlu di
perhatikan ketika melakukan pengkajian pada sistem perkemihan. Aliran
darah ke ginjal berkurang karena proses penebalan pembuluh darah yang
dialami oleh para lanjut usia. Hal ini menyebabkan laju filtrasi glomelular
menurun setelah usia 35 tahun. Pada perempuan penurunan ini terjadi lebih
cepat. Ketika usia mencapai diatas 60 tahun, laju filtrasi glomelular berkurang
setengah dibanding usia muda (Fenton et al., 2018). Perubahan lain pada
usia tua adalah lebih sering kencing pada malam hari atau yang dikenal
sebagai nocturia, selain itu kapasitas kandung kemih berkurang, spingter urin
melemah dan uretra memendek pada perempuan sehingga sering mengalami
inkontinesia (Kim et al., 2010; Touhy and Jett, 2016).
Penting untuk diingat bahwa pengkajian sistem perkemihan
membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik, oleh karena banyak
pasien yang merasa malu atau tidak nyaman jika membicarakan atau
melakukan pemeriksaan terkait uro-genital.
1. Identitas klien
Gangguan perkemihan banyak di alami sesorang, ada beberapa
penyakit yang mengganggu system perkemihan anataranya ada penyakit
ISK,penyakit ini paling umum terjadi pada wanita dan mempengaruhi
kandung kemih dan uretra,ada penyakit BPH Benign Prostatic Hyperplasia
merupakan kondisi yang menyebabkan terjadinya pembengkakan pada
kelenjar prostat. Kelenjar prostat ini hanya dimiliki oleh pria. Oleh sebab itu
BPH hanya bisa dialami oleh pria. Dalam kebanyakan kasus BPH, umumnya
kondisi ini lebih sering terjadi pada pria di atas usia 50 tahun. Ada penyakit
BSK (Batu saluran kemih) merupakan penyakit yang cukup banyak terjadi.
Bahkan, penyakit ini menempati urutan ke-tiga terbanyak di bidang urologi
setelah infeksi saluran kemih dan penyakit BPH (pembesaran prostat jinak).
Batu saluran kemih dapat mengenai pasien usia berapa pun.

2. Keluhan Utama

Pada mumnya keluhan utama yang sering ditemukan pada


klien dengan gangguan sistem perkemihan adalah perubahan pada
proses berkemih, sepeti mengedan ketika miksi (straining),
menunggu pada awal miksi (hesitancy), pancaran melemah
(weakness), miksi terputus (intermitten), dan tidak lampias setelah
miksi. Sedangkan gejala iritatif meliputi rasa ingin miksi yang tidak
bisa ditahan (urgency), sering miksi (frequency), sering miksipada
malam hari (nocturia), dan nyeri ketika miksi (dysuria).Keluhan
utama pada pasien gangguan perkemihan biasanya yaitu rasa
nyeri,perubahan pada proses berkemih,gejala ganstrointestinal, serta
kondisi anemia (Hinkle and Cheever,2018).

a. Nyeri. Keluhan nyeri sering menjadi keluhan utama yang dialami


pasien dengan masalah perkemihan. Nyeri bisa terasa seperti
terbakar atau perih. Nyeri biasa terjadi oleh karena kontraksi
otot kandung kemih dan peristaltis uretra yang akhirnya
menyebabkan urin berkontak langsung dengan jaringan mukosa
yang meradang. Hal ini memberi rangsangan pada reseptor nyeri
dan menyebabkan penderita merasakan nyeri. Nyeri ini
disebabkan oleh faktor infeksi maupun obstruksi yang terjadi di
daluran kemih (Mehta and Reddivari, 2021). Data yang perlu
ditanyakan berhubungan dengan keluhan nyeri yaitu lokasi,
penyebaran, karakteristik, skala dan durasi dari nyeri tersebut.
Hal apa yang memicu munculnya nyeri dan apa yang meringkan
nyeri, serta tanda penyerta lain yang muncul oleh karena nyeri
yang dialami (Hinkle and Cheever, 2018). Tipe dan karakteristik
nyeri yang berhubungan dengan masalah saluran kemih
yaitu(Lemone et al., 2017):

b. Perubahan pada proses berkemih. Secara normal proses


berkemih terjadi kurang lebih sebanyak delapan kali sehari
dengan jumlah total sekitar 1-2 liter urin. Jumlah urin yang
dikeluarkan dalam sehari tergantung pada jumlah asupan cairan,
keringat, suhu lingkungan, kejadian muntah atau diare.
Perubahan yang terjadi dalam proses berkemih yaitu frekuensi,
urgensi, disuria, kesulitan memulai berkemih, inkontinensia,
enuresis, poliuria, oliguria dan hematuria (Hinkle and Cheever,
2018
c. Gejala gastrointestinal. Gangguan pada sistem perkemihan sering
memunculkan gejala pada gastrointestinal atau sistem
pencernaan. Hal ini terjadi oleh karena secara anatomi sistem
saraf yang sama menginervasi kedua sistem ini. Sistem saraf yang
dimaksud yaitu saraf otonom, sensosry dan refleks
renointestinal. Sebagai contoh, rangsangan aferen dari pelvis
ginjal dapat menyebabkan spasme pilorus pada lambung,
sehingga pasien mengalami gejala seperti pada penyakit ulkus
peptikum. Contoh lain, pasien yang mengalami kolik renal dapat
disertai dengan gejala mual dan muntah. Tanda dan gejala
gastrointestinal yang paling sering yaitu mual, muntah, diare,
nyeri abdomen dan distensi abdomen (Patty and Leslie, 2021;
Tanagho and McAninch, 2021).

d. Fatigue. Gejala kelelahan sering dikeluhkan oleh penderita


gangguan ginjal. Walaupun penurunan fungsi ginjal terjadi secara
bertahap dan tanpa gejala, keluhan fatigue bisa terjadi oleh
karena penurunan jumlah sel-sel darah merah dan hemoglobin
pada kondisi kronis. Tanyakan tentang riwayat fatigue yang
dialami dan gejala penyerta seperti rasa sesak nafas ataupun
intoleransi aktivitas fisik. Penyebab anemia pada gangguan ginjal
kronis terjadi oleh karena berkurangnya eritropoietin dan
defisiensi zat besi (Batchelor et al., 2020; Portolés et al., 2021).

3. Diagnose medis

Diagnosa medis yang sering ada pada gangguan system


perkemihan yaitu ISK (Infeksi Saluran Kemih), GGK (Gagal Ginjal
Kronis).

4. Riwayat kesehatan pasien


a. Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini perawat mengkaji keadaan kesehatan
pasien sekarang. Pasien dengan retensi urine dapat mengalami
keluhan sepetimengedan ketika miksi (straining), menunggu pada
awal miksi (hesitancy), pancaran melemah (weakness), miksi
terputus (intermitten), dan tidak lampias setelah miksi. Sedangkan
gejala iritatif meliputi rasa ingin miksi yang tidak bisa ditahan
(urgency), sering miksi (frequency), sering miksipada malam hari
(nocturia), dan nyeri ketika miksi (dysuria).

b. Riwayat kesehatan dahulu


Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
kemudian dokumentasikan, Perlu dikaji riwayat pada
perkemihan, riwayat penyakit ginjal sebelumnya, riwayat
menggunakan obat-obatan nefrotoksik, kebiasaan diet, nutrisi,
riwayat tidak dapat kencing, penggunaan hormon.
c. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat keluarga yang mengalami masalah ginjal menjadi


petunjuk awal kemungkinan adanya gangguan atau ketidaknormalan
pada fungsi ginjal seseorang. Gangguan seperti penyakit ginjal kronis
dan infeksi salauran kemih berulang menjadi faktor risiko yang dapat
dialami oleh anggota keluarga(Drawz et al., 2012; Scholes et al.,
2010). Tanyakan apakah ada saudara kandung atau orang tua yang
memiliki riwayat malformasi saluran kemih, penyakit ginjal, riwayat
kanker, penyakit diabetes dan hipertensi (Bickley and Szilagyl, 2017).
Penggunaan genogram dapat mempermudah mengerti informasi
kesehatan keluarga. Genogram memperlihatkan struktur keluarga
pasien dengan menggunakan simbol. Sebagai contoh, anggota
keluarga ditunjukkan dengan kotak (laki-laki) atau lingkaran
(perempuan). Pada bagian anggota keluarga yang menderita penyakit
tertentu atau yang berhubungan dengan masalah genetik, serta
anggota keluarga yang telah meninggal diberi tanda khusus.

Riwayat keluarga yang mengalami masalah ginjal menjadi


petunjuk awal kemungkinan adanya gangguan atau
ketidaknormalan pada fungsi ginjal seseorang. Gangguan seperti
penyakit ginjal kronis dan infeksi saluran kemih berulang
menjadi factor risiko yang dapat dialami oleh anggota keluarga.

5. Pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar manusia menurut


Gordon dan Virginia Henderson.
1) Persepsi dan Penanganan Kesehatan, Menggambarkan persepsi,
pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti
kesehatan, dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan
menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
2) Nutrisi-Metabolik, menggambarkan intake makanan,
keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu makan, pola makan,
diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan,
mual, muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah penyembuhan
kulit, dan makanan kesukaan.
3) Eliminasi, menggambarkan pola fungsi eskresi, kandung kemih,
dan kulit.
4) Aktivitas-Latihan, menggambarkan pola aktivitas dan latihan,
fungsi pernafasan, dan sirkulasi.
5) Tidur-Istirahat, menggambarkan pola tidur istirahat dan persepsi
pada level tertinggi.
6) Pola aman dan nyaman, menggambarkan pola kenyamanan klien
sebelum sakit dan saat sakit.
7) Kognitif-persepsi, menggambarkan pola pendengaran,
penglihatan, pengecap, penciuman, persepsi nyeri, bahasa,
memori, dan pengambilan keputusan.
8) Persepsi diri-konsep diri, menggambarkan sikap terhadap diri
dan persepsi terhadap kemampuan harga diri dan gambaran diri
terhadap diri sendiri.
9) Peran-hubungan, menggambarkan keefektifan hubungan dan
peran dengan keluarga lainnya.
10) Seksualitas dan reproduksi, menggambarkan kepuasan masalah
seksualitas-reproduksi.
11) Koping-toleransi strees, menggambarkan kemampuan untuk
menangani stress dan menggunakan siistem pendukung.
12) Nilai-kepercayaan, Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem
kepercayaan dan tujuan dalam hidup.
6. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. TTV meliputi :
a. Pemeriksaan Nadi
Denyut nadi merupakan denyutan yang dirasakan dari
proses pemompaan jantung. Pemeriksaan nadi seharusnya
dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat. Penilaian
denyut nadi : ditandai dengan variasi 10 – 15 denyutan dari
menit ke menit
b. Pemeriksaan Tekanan Darah
indikator penting dalam menilai fungsi kardiovaskuler.
c. Pemeriksaan Pernapasan
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
proses pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe
atau pola pernapasan
d. Pemeriksaan suhu
Untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana
tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui
metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur dalam
pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang
diatur oleh hipotalamus.

7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah proses medis yang harus dijalani
saat diagnosis penyakit. Hasilnya dicatat dalam rekam medis yang
digunakan untuk menegakkan diagnosis dan merencanakan
perawatan lanjutan. Pemeriksaan fisik akan dilakukan secara
sistematis, mulai dari kepala hingga kaki (head to toe) yang
dilakukan dengan empat cara (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi).
Pemeriksaan ini memiliki tujuan untuk pengecekan kondisi
tubuh dan diagnosis penyakit. Berikut empat cara yang akan
dijalankan pada tiap pemeriksaan fisik yang dilakukan:

a. Inspeksi

Tujuannya melihat bagian tubuh dan menentukan apakah seseorang


mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal. Itu sebabnya
pemeriksa perlu mengetahui karakteristik normal dan abnormal tiap
usia. Kondisi tubuh abnormal pada orang dewasa muda adalah kulit
keriput dan tidak elastis karena kondisi ini umumnya dimiliki orang
lanjut usia.
Inspeksi bisa dilakukan secara langsung (seperti penglihatan,
pendengaran, dan penciuman) dan tidak langsung (dengan alat
bantu). Saat palpasi dilakukan, tubuh akan diperiksa secara
mendetail dan masing-masing sisi tubuh dibandingkan guna
mendeteksi potensi kelainan. Ikuti instruksi dokter untuk
memudahkan proses inspeksi.

b. Palpasi

Pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan


bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dilakukan hanya mengandalkan
telapak tangan, jari, dan ujung jari. Tujuannya untuk mengecek
kelembutan, kekakuan, massa, suhu, posisi, ukuran, kecepatan, dan
kualitas nadi perifer pada tubuh.Saat palpasi dilakukan, posisi harus
rileks dan nyaman untuk mencegah ketegangan otot. Dokter
menjelaskan apa yang akan dilakukan, alasan, dan apa yang
dirasakan. Kamu juga diminta menghela napas agar lebih rileks dan
berhenti jika merasakan nyeri saat pemeriksaan berlangsung.

c. Auskultasi

Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk


membedakan suara normal dan abnormal menggunakan alat bantu
stetoskop. Suara yang didengarkan berasal dari sistem
kardiovaskuler, respirasi, dan gastrointestinal.

d. Perkusi

Bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan struktur di bawa kulit.


Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Perkusi
secara langsung dilakukan dengan mengetukkan jari tangan langsung
pada permukaan tubuh.

Sementara perkusi secara tidak langsung dilakukan dengan


menempatkan jari tengah tangan non-dominan (biasanya tangan
kiri) di permukaan tubuh yang akan diperkusi, kemudian jaringan
tengah tangan dominan (biasanya tangan kanan) diketuk-ketuk di
atas jari tengah tangan non-dominan untuk menghasilkan suara.

Terdapat lima jenis suara yang dihasilkan (pekak, redup, sonor,


hipersonor, dan timpani) dan keseluruhannya menggambarkan
kondisi organ tubuh bagian dalam.

1. Pemeriksaan Pada Ginjal


Ginjal terletak dalam rueng retroperitoneal pada kedua
kuadran atas abdomen secara anatomis lobus kedua ginjal
menyentuh diafragma dan ginjal turun sewaktu inhalasi ginjal kanan
normal lebih mudah dipalpasi dari pada ginjal kiri, karena ginjal
kanan terletak lebih bawah dari pada ginjal kiri, hal ini karena ginja
kanan terdesak oleh hepar
Tekhnik Temuan
Inspeksi Inspeksi
1. Pasien tidur terlentang pemeriksaan Normal keadaan abdomen simetris
di sebelah kanan tidak tampak masa dan tidak ada
2. Kaji daerah abdomen pada garis pulsasi
mid klaikula kiri dan kanan atau Bila tampak masa dan pulsasi
daerah costovetebral angle (CVA) kemungkinan ada
atau lower edge of rib cage polikistik,hidroneprosis ataupun
3. Perhatikan simetris atau tidak nefroma
tampak ada masa dan pulsasi

Auskultasi Auskultasi
1. Dengan menggunakan stetoskop Normal tidak terdengar bunyi naskuler
kita dapat mendengar apakah ada aorta maupaun arteri renalis bila ada
bunyi desiran pada aorta dan arteri bunyi desiran kemungkinan, adanya
renalis RAS ( renalis arteri senisis)
2. Gunakan sisi bel stetoskop, nephrosclerotik
pemeriksan mendengarkan bunyi Bila tedengar bunyi desiran .jangan
desiran di daerah epigastrik di area melakukan palpasi cidera pada suatu
ini kita bisa mendengarkan bunyi aneurisma dibawah kulit dapat terjadi
aorta. sebagai akibatnya
3. Dengar pula pada daerah kuadran
kiri dan kanan atas karena pada
area ini terdapat arteri renalis kiri
dan kanan.
Perkusi
1. Pasien dalam posisi terlungkup
atau posisi duduk perkusi
dilakukan dari arah belakang
karena posisi ginjal berada
didaerah belakang. Letakan tangan
kiri diatas CVA dan lakukan perkusi
diatas tangan kiri dengan
menggunakan kepalan tangan Palpasi
untuk mengevaluasi nyeri tekan Normal tidak menghasilakn
ginjal nyeri tekan bila ada nyeri tekan
Palpasi diduga ada inflamasi akut Pada
1) Ginjal setinggi dibawah dia keadaan normal ginjal tidak
phragm sehingga tersembunyi teraba, apabila ginjal teraba dan
dibawah lekung iga mendasar dengan kenyal,
2) Untuk ginjal kiri dilakukan kemungkinan adanya polikistik
pemeriksa berada pada sisi maupaun hidroneposis Bila
kanan pasien posisi terlentang. dilakukan penekanan pasien
Pemeriksa meletakan tangan kiri mengeluh sakit, hal ini tanda
di bawah pinggang di dVA kiri, kemungkinan adanya
tangan kanan berada dibawah perandangan
iga kiri pada garis mid di bawah
klavikula
3) Nitruksikan pasien menarik
nafas dalam dan mengeluarkaan
dengan lengkap
4) Pada saat pasien menarik napas,
angkat bagian CVA kiri dengan
ta, gan kiri dan tangan kanan
melakukan palpasi kanan dalam
5) Bila ginjal teraba rasakan kontur
(bentuk), ukuran dan adanya
nyeri tekan
6) Untuk gijal kanan tempatkan
tangan kiri dibaawah pinggang
di daerah CVA kanan, tangan
kanan berada dilenggkungan iga
kanan
Lakukan maneuver yang sama
seperti pada palapasi ginjal kiri

2. Pemeriksaan kandung kemih


Tekhnik Temuan
Inspeksi Inpeksi
1) Perhatikan bagian abdomen Normalnya kandungan kemih
bagian bawah, kandungan terletak dibwah simpisis pubis. tetapi
kemih adalah organ berongga setelah membesar organ ini dapat
yang mampuh memebesar dilihat distensi pada area supra pubis
untuk mengumpulkan dan
mengeluarkan urin yang
dibuat ginjal
2) Didaerah supra pubis apakah
adanya distensi
Perkusi Perkusi
1) Pasien dalam posisi Bila kandungan kemih penuh maka
terlentang, perkusi dilakukan akan terdengar bunyi dullness/redup
mengetukan pada daerah
kandung kemih daerah supra
pubis Palpasi
Palapasi Pada kondisi normal urin
Lakukan palpasi kandungan dapat dikeluarkan secara
kemih pada daerah supra lengkap dan kandungan
pubis kemih tidak teraba. Bila ada
obstruksi dibawah ada
produksi urin normal maka
urin tidak dapat dikeluarkan
pada kandung kemih sehingga
akan terkumpul pada
kandung kemih. Hal ini
mengakibatkan distensi
kandungan kemih yang bisa
dipalapasi didaerah supra
pubis

3. Pemeriksaan uretra dan meatus uretra


Urethra tidak bisa diperiksa dari luar perlu pemeriksan penunjang
sperti BNO, CYSTOCOPY, yang bisa di identifikasi adalah urin yang keluar
a. Karakteristik urin
1) jumlah perhari
 oliguri : 100-400cc/hari
 anuri : urin output sampai 100cc/hari
 polyuria : urin output lebih dari 1500cc/hari
2) dysuria sakit pada saat mengeluarkan urin
3) warna (merah,kuning)
4) baunya
5) pola buang air kecil yang mengalami perubahan
6) kemampuan mengontrol buang air kecil
Urgency Tiba-tiba sangat mendesak ingin bak
Hesistensy Kesulitan pada saat memulai dan mengakiri bk
Dribling urin keluar secara menetes
ncontinensia urin urin keluar dengan sendirinya tidak bisa dikontrol
Retensi urin
7) Nocturia bak pada malam hari
4. Pemeriksaan prostat melalui anus
Pemeriksaan prostat untuk mengidentifikasi pembesaran kelenjar
prostat bagi pasien laki-laki yang mempunyai keluhan yang mengarah pada
hypertrhepy prostat. Prostat merupakan kelenjar yang berkapsul yang
beratnya kira-kira 20 gram yang melingkari.
urethra pria dibawah leher kandung kemih akibat pembesaran
kelenjar prostat. Berdampak penyumbatan partial atau sepenuhnya pada
saluran kemih bagian bawah.
Peralatan yang digunakan:
 Selimut
 Sarung tangan steril
 Pelumas
TEKHNIK TEMUAN
1. Bantu pasien mengatur posisi dorsal Normal kelenjar prostat dapat
rekumben atur paha berotasi keluar, teraba dengan diameter 4cm dan
lutut fleksi dan tutuplah bagian tubuh tidak nyeri tekan
yang tidak diperiksa
2. Nampakan bagian pantat dan anjurkan
pasien untuk memusatka perhatian
3. Kenakan sarung tangan dan beri
pelumas pada jari telunjuk kemudian
perlahan-lahan masukan jari telunjuk ke
dalam anus dan rectum
4. Lakukan palapsi pada dinding anterior
untuk mengetahui kelenjar prostat

5. Pemeriksaan Meatus Uretra


Peralatan yang digunakan ; sarung tangan
Inspeksi pada meatus urethra apakah ada kelainan sekitar labia. Untuk
warna apakah ada kelainan pada orifisiumuretrha pada laki-laki dan juga
lihat cairan yang keluar.
2.3. Pemeriksaan Penunjang pada system perkemihan
A. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan urine
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien
untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan
evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan
penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi
(hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum yang
meliputi Uji Makroskopik, Uji Kimiawi dan Uji Mikroskopik.
Pemeriksaan rutin yaitu terdiri dari:
 Jumlah urin \makropis: warna dan jernihnya urine
 Berat jenis
 Protein
 Glukosa
 Pemeriksaan sedimen.

Pemeriksaan
NO Keterangan Nilai normal
rutin urin

1. Jumlah urine Tujuan: Jumlah urin 24


- Adanya gangguan faal ginjal jam antara 800-
- Adanya kelainan 1300 pada
kesetimbangan cairan badan orang dewasa
Pengukuran Jumlah urine:
- Urin 24 jam
- Urin sewaktu
Warna urina Urine di temukan oleh besarnya Warna urine
dieuresis. normal
Interpretasi: tidak berwarna, berkisar
2. kining muda, kuning tua, kuning anatara kuning
bercampur merah, muda dan
merah,coklat,kuning bercampur kuning tua
hijau, putih serupa susu, dll.
Kejrnihan Interpretasi: jernih, agak Kejernihan
keruh,keruh, atau sangat keruh normal:jernih
Berat jenis Menggunakan urinometer Berat jenis urin
Makjun besar diuresis maka 24 jam orang
3. makin rendah berat jenis normal 1016-
1022
Bau Urine Bau berlainan dari yang normal Bau urin
isa berasal dari makanan, obat- normal
obatan, amoniak, ketonuria, dan disebabkan
bau busuk oleh asam-
asam organik
yang mudah
menguap
Derajat Kesamaan PH keasaman urin memakai Batas normal
kertas indicator pH 4,6-8,5 urin
24 jam
mempunyai pH
ratarata 6,2
Protein Menyatakan adanya protein Normal :
4. dalam urin berdasarkan kepda (-) tidak ada
timbulnya kekeruhan kekeruhan
Interpretasi :
- Positif(+) :adanya
kekeruhan ringan tanpa
butiran, kadar protein kira-
kira 0,01-0,05%
- Positi(++): kekeruhan
mudah dilihat dan nampak
- nampak(0.05-0,2%)
- Positif(+++): urin jelas
keruh dan kekeruhan itu
berkeping keping (0,2-
0,5%)
- Positif(++++): urine sangat
keruh dan kekeruhan
berkeping-keping besar atau
bergumpal-gumpal(>0,5%)
Glukosa Untuk menentukan glukosa Semikuantitatif:
5. dalam urine dengan cara normal (-) tetap
semikuantitatif dan kuantitatif biru jernih atau
Interpretasi: sedikit kehijau-
- Positif +: hijau hijauaan dan
kekuningkuningan dan agak keruh
keruh (0,5-1%)
- Positif ++: kuning keruh
(1-1,5%)
- Positif +++: jingga atau
warna lumpur kruh(2,5-
3%)
- Positif ++++: merah
keruha (>3,5%)
Bilirubin Interpretasi : adanya warna hijau
pada presipitasi di kertas saring
Berguna menilai kelainan faal gl Nilai normal :
paratiroidea dan gangguan tidak terjadi
metabolisme pada umumnya kekeruhan
Interpretasi (-) tidak terjadi
- Positif++: kekeruhan kekeruhan
(+) terjadi
sedang kekeruhan
- Positif+++: kekeruhan Halus
berat yang timbul < 2 detik
- Positif ++++: kekeruhan
yang terjadi seketika

2) Pemerriksaan Radiologi

Pemeriksaan bakteriologi Interpretasi Nilai normal


Pemeriksaan bakteriologi - Jumlah kuman antara Jumlah kuman <
dilakukan dengan cara 10.000-100.000 /ml 10.000 /ml urin
kuantitatif dengana cara urin berarti satu
memperhitungkan infeksi dalam saluran
berapa banyak kuman urin
didapat rata-rata/ mll - Jumlah kuman
urine pemeriksaan 100.000berarti
sedimen urine dengan infeksi
cara Gram dan Zhile
Neels, dan dengan kultur
urine.

II. Diagnosa keperawatan


1. Gangguan eliminasi urine bd penurunan kapasitas urine d.d Desekan
berkemih (Urgensi), Urin menetas, (dribbling) Sering buang air kecil,
mengompol
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasiein mengeluh nyeri
3. Retensi Urine b.d peningkatan tekanan uretra ditandai d.d sensasi
penuh pada kandung kemih

III. Intervensi keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Har (SDKI) Kriteria Hasil (SIKI)
i (SLKI)
tgl
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Observasi
pencedera fisiologis d.d tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
pasien mengeluh nyeri keperawatan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
didaerah abdomen kiri selama 1x24 jam nyeri
bagian atas diharapkan 2. Identifikasi skala nyeri
pasien: 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
1. Kemampuan 4. Identifikasi faktor yang memperberat
menuntaska dan memperingan nyeri
n aktivitas 5. Identifikasi pengetahuan dan
meningkat keyakinan tentang nyeri
2. Keluhan 6. Identifikasi pengaruh budaya
nyeri terhadap respon nyeri
menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
dan tidak kualitas hidup
lagi meringis 8. Monitor keberhasilan terapi
3. Gelisah dan komplementer yang sudah diberikan

protektif 9. Monitor efek samping penggunaan

menurun analgetik

4. Tanda-tanda Terapeutik

vital 10. Berikan teknik nonfarmakologis

membaik untuk mengurangi rasa nyeri (mis.


TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
11. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
14. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri Jelaskan strategi
meredakan nyeri
15. Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
16. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
17. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2 Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan Manajemen eliminasi urine
b.d penurunan kapasitas tindakan Observasi
keperawatan 1. Idenifikasi tanda dan gejala retensi
selama 1x24 jam urine atau unkintinensia urine
diharapkan 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan
pasien: retensi urine atau inkontinensia urine
1. Desakan 3. Monitor eliminasi urine I(misalnya
berkemih frekuensi,kosistensi,aroma,volume,da
(urgensi) n warrna)
membaik Terapeutik
1 Distensi 1. Catat waktu-waktu dan haluaran
kandung berkemih
kemih 2. Batasi asupan cairan,jika perlu
membaik 3. Ambil sampel urine tengah atau kultur
Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
sauran kemih
2. Anjurkan minum air yang cukup jika
tidak ada kontraindikasi
3. anjurkan mengurangi minum
menjelag tidur
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian obat
suppositoria uretra,jika perlu
3 1. Retensi Setelah dilakukan Observasi:
Urine b.d asuhan
a) Periksa kondisi pasien
peningkata keperawatan
Teraupetik:
n tekanan selama…1x 24
b) Siapkan bahan-bahan dan ruangan
uretra jam diharapkan
tindakan
ditandai d.d pasien tidak
c) Siapkan pasien,bebaskan daripakaian
sensasi mengalami
bawah dan posisikan dorsal recumbent
penuh pada gangguan
untuk wanita dan supine untuk laki-laki
kandung eliminasi urine
d) Pasang sarung tangan
kemih dengan
e) Bersihkan daerah perineal atau propasiu,
Kriteria hasil:
dengan cairan NAcl atau aquades
a) Sensasi
f) Lakukan insersi kateter urine dengan
berkemih
menerapkan prinsip aseptic
meningkat
g) Sambungkan kateter urine dengan urine
b) Desakan
bag
berkemih
h) Isi balon dngan NaCl 0,9 % sesuai
menurun
anjuran
c) Berkemih
i) Fiksasi selang kateter diatas simpisis
tidak tuntas
menurun atau dip aha
d) Urin menetes j) Pastikan kantung urine ditempatkan
menurun lebih rendaah dari kandung kemih
e) Frekuensi k) Berikan label waktu pemasangan
BAK
Edukasi:.
membaik
f) Nocturia
l) Jelaskan tujuan dan prosedur
menurun
pemasangan kateter urine
Dysuria menurun
m) Anjurkan menarik nafas saat insersi
selang kateter

Anda mungkin juga menyukai