Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KONSEP KOMUNIKASI PADA

KOMUNITAS

DOSEN PEMBIMBING:
Baiq Nurul Hidayah., S.Kep., Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5


1. Andyansah (004 STYC22)
2. Efa Rosdiana (012 STYC20)
3. Hasriadi (017 STYC20)
4. Haura Inas Anisa (019 STYC20)
5. Khairil Anwar (023 STYC20)
6. Nurdewi Anggraini (036 STYC20)
7. Nursasih Hikmayati (038 STYC20)
8. Ninda Aulia (032 STYC20)
9. Nori Saputra (035 STYC20)
10.Serlin Susmila Cahyani (043 STYC20)
11.Vivi Sulastri (050 STYC20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala yang maha pemurah dan
lagi maha penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat allah subhanahu wa
ta’ala, yang telah melimpahkan hidayah, inayah dan rahmat-nya sehingga kami
mampu menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Konsep
Komunikasi Pada Komunitas” tepat pada waktunya.
Penyusunan Makalah ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak
yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan makalah ini.Tetapi
tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-
aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya
pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana
ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih
berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.

Mataram, 30 November 2021

ii
DAFTAR ISI

COVER --------------------------------------------------------------------------------- i
KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- iii
BAB I PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------- 1
1.1 Latar Belakang ------------------------------------------------------------- 1
2.1 Rumusan Masalah --------------------------------------------------------- 4
3.1 Tujuan ----------------------------------------------------------------------- 4
BAB II PEMBAHASAN ------------------------------------------------------------ 5
2.1 KOMUNIKASI PADA KOMUNITAS ------------------------------ 5
2.2 KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KELUARGA----------- 6
2.2.1 Pengertian Komunikasi Teraupetik Terhadap Keluarga ---- 6
2.2.2 Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga ---------------- 7
2.2.3 Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga 9
2.2.4 Strategi Komunikasi Terapeutik pada Keluarga ------------- 10
2.3 KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KELOMPOK
MASYARAKAT --------------------------------------------------------- 12
2.3.1 Pengertian Komunikasi Pada Kelompok Masyarakat ------- 13
2.3.2 Teknik Komunikasi Pada Kelompok Masyarakat ----------- 14
2.3.3 Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok Masyarakat 15
2.3.4 Pengaruh Kelompok Pada Prilaku Komunikasi-------------- 16
2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok 18
2.3.6 Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok ----------------------- 21
2.3.7 Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Keluarga, Kelompok
Masyarakat -------------------------------------------------------- 23
BAB III PENUTUP ------------------------------------------------------------------ 27
3.1 Kesimpulan ----------------------------------------------------------------- 27
3.2 Saran ------------------------------------------------------------------------ 28
DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------- 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina
hubungan terapeutik antara perawat-klien dan kualitas asuhan keperawatan
yang diberikan perawat kepada klien. Kelemahan dalam berkomunikasi
masih menjadi masalah bagi perawat maupun klien karena proses
keperawatan tidak berjalan secara maksimal dan menyebabkan
ketidaknyamanan pada pasien. Pasien sering mengeluh terhadap pelayanan
keperawatan dimana pelayanan yang kurang memuaskan dan membuat
pasien menjadi marah, komplain dan rewel, hal tersebut terkadang
disebabkan kesalahpahaman komunikasi dengan tenaga keperawatan yang
tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien.
Komunikasi perawat yang baik, akan meningkatkan citra
profesionalisme pada dirinya. Sebaliknya, jika komunikasi perawat kurang
baik, hal ini akan berimbas pada penilaian klien terhadap perawat. Karena
dalam komunikasi khususnya komunikasi terapeutik ada beberapa
karakteristik seorang perawat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
permasalahan dan memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik. Kejujuran
(trustworthy) yang dimiliki oleh seorang perawat, ekspresif dalam dalam
menyampaikan pesan, bersifat positif sehingga pasien merasa diperhatikan,
memiliki sikap empati dan bukan simpati, mampu melihat permasalahn
pasien dari sudut pandang pasien, sensitif terhadap perasaan pasien, tidak
terpengaruh oleh masa lalu klien maupun diri perawat.
Kemampuan berkomunikasi perawat yang baik berdampak langsung
pada kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan suatu tingkatan perasaan
yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh
setelah pasien tersebut membandingkan dengan apa yang diharapkannya.
Kondisi tersebut akan berdampak tehadap rendahnya mutu pelayanan yang
diberikan perawat dan beralihnya kepercayaan pasien. Maka salah satu
bentuk upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara menyeluruh

1
tidak dapat lepas dari komunikasi terapeutik yang baik.Komunikasi
merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna
karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama.
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi
lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang besar (Abdalati, 1989).Untuk itu perawat memerlukan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual,
tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih
sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Komunikasi berasal dari bahasa latin Communicatio, dan asal kata ini
bersumber pada kata Communis yang artinya sama makna, yaitu sama
makna mengenai satu hal (Effendy, 2005: 3). Banyak makna tentang arti kata
komunikasi namun dari sekian banyak definisi yang diungkapkan oleh para
ahli dapat disimpulkan secara lengkap dengan maknanya yang hakiki, yaitu
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberi tahu, atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik langsung (secara lisan), maupun tidak langsung melalui media.
(Effendy, 2005: 5). Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan
suatu tindakan yang memungkinkan kita mampu menerima dan memberikan
informasi atau pesan sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Secara teoritis,
tindakan komunikasi berdasarkan pada konteks terbagi menjadi beberapa
macam, yaitu konteks komunikasi interpersonal, komunikasi intrapersonal,
komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Jika
di lihat dari beberapa konteks komunikasi di atas, konteks komunikasi yang
berhubungan atau sesuai dengan penelitian ini adalah komunikasi organisasi.
Komunikasi kelompok Menurut Morissan, (2009: 141) adalah proses
sebagai instrumen yang digunakan kelompok untuk mengambil keputusan

2
dengan menekankan hubugan antara kualitas komunikasi dan kualitas
keluaran (output) kelompok. Komunikasi kelompok berfungsi dalam
sejumlah hal yang akan menentukan atau memutuskan hasil- hasil yang
dicapai kelompok. Kelompok atau komunitas adalah sebuah wadah yang
menampung orang-orang dan objek-objek; orang-orang dalam organisasi
yang berusaha mencapai tujuan bersama. Menurut Kertajaya Hermawan
(2008: 34) kelompok adalah beberapa orang yang saling peduli satu sama
lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah kelompok terjadi relasi
pribadi yang erat antar para anggota kelompok tersebut karena adanya
kesamaan interest atau values.
Ada beberapa arus komunikasi yang berlangsung dalam komunikasi
kelompok, yaitu arus komunikasi vertikal yang terdiri dari atas kebawah
(downward communication) dan arus komunikasi dari bawah ke atas
(upward communication) serta arus komunikasi yang berlangsung antara dan
diantarabagian dalam tingkatan yang sama. Arus komunikasi ini dikenal
dengan nama komunikasi horizontal. Dan komunikasi diagonal, komunikasi
dalam kelompok antara seseorang dengan lainnya yang satu sama lain
berbeda dalam kedudukandan unitnya. Komunikasi diagonal tidak
menunjukkan kekakuan sebagaimana dalam komunikasi vertikal, tetapi tidak
juga menunjukkan keakraban sebagaimana dalam komunikasi horizontal.
(Pace dan Faules dalam Mulyana, 2010: 189-195). Sebuah kelompok dapat
terbentuk karena mempunyai visi, misi dan tujuan yang sama. Serta dapat
memberikan manfaat kepada masyarakat dan bisa diakui keeksistensiannya.
Sehingga, dalam membangun sebuah kelompok berhasil atau tidaknya
ditentukan oleh individu-individu yang ada dalam kelompok tersebut secara
bersama-sama. Oleh karena itu, yang harus dimiliki individu-individu dalam
sebuah kelompok adalah adanya sebuah ikatan sosial diantara mereka yang
diharapkan akan menimbulkan rasa kepemilikan dan kepedulian individu
pada kelompok yang telah didirikan.
Untuk membangun ikatan sosial, dibutuhkan sebuah kesadaran pada
masing-masing individu yang didasari atas masalah dan kebutuhan bersama.
Individu harus mempunyai kesadaran akan ada gerakan bersama untuk

3
memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan bersama yang nantinya akan
membentuk solidaritas. Solidaritas pada masing-masing individu ini, akan
menjadi suatu ikatan tanggung jawab dalam kelompok.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Itu Komunikasi Teraupetik Terhadap Keluarga ?
2. Apa Itu Komunikasi Teraupetik Pada Kelompok Masyarakat?
1.3 Tujuan
1. Memahami Tentang Komunikasi Teraupetik Terhadap Keluarga
2. Memahami Tentang Komunikasi Teraupetik Terhadap Kelompok
Mayarakat

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KOMUNIKASI PADA KOMUNITAS


Komunitas merupakan kelompok sosial terdiri atas beberapa orang
yang menyatukan diri karena mempunyai kesamaan, misalnya, kebutuhan,
kepercayaan, maksud, minat, bakat, hobi, dan kesamaan lain
(Liliweri,2014:18).
Komunikasi merupakan proses penyampaian simbol-simbol baik
verbal maupun non verbal. Rangsangan atau stimulus yang disampaikan
komunikator akan mendapat respon dan komunikan selama keduanya
memiliki makna yang sama terhadap pesan yang disampaikan Jika
disimpulkan maka komunikasi adalah suatu proses, pembentukan,
penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam
seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu
sebagaimana diharapkan oleh komunikator (Effendy, 2008 dalam Sulistyo
Dwi Joko 2017)
Sebagai komunitas yang diisi oleh banyak orang tentu komunitas
tidak pernah lepas dari proses komunikasi, komunitas tanpa adanya
komunikasi tidak akan berjalan dengan baik dan tidak akan mampu
mempertahankan komunitasnya. Selain itu dalam komunitas, komunikasi
juga mampu mempengaruhi sikap atau pola pikir seseorang melalui proses
komunikasi yang dilakukan secara antarpersonal atau kelompok. Namun
perubahan tersebut dapat mengarah yang positif ataupun negatif, jika dapat
mengarahkan perubahan positif tentu akan memberikan keuntungan bagi
komunitas tersebut. Oleh sebab itu, setiap komunitas membutuhkan proses
komunikasi, karena kebutuhan akan berkomunikasi berguna untuk
mempertahankan kebersamaan atau keharmonisan diantara anggota.
Komunikasi pada komunitas mengacu pada sasaran (objek) dari
pelaksanaan perawatan komunitas yang terdiri dari 4 (empat) yaitu: (1),
individu, (2), keluarga, (3), kelompok khusus, dan (4), masyarakat. Wahid
IQbal Mubarak (2009:23)

5
2.2 KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KELUARGA
2.2.1 Pengertian Komunikasi Teraupetik Terhadap Keluarga
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama
antara perawat klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah
klien yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat klien
yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman
dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku
klien berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk
melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus
mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang
dirinya.Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan
(Stuart dan Sundeen, 1987, hal. 111) karena :
1. Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang
terapeutik. Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian
informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran.
2. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain.
Berarti, keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada
komunikasi karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah
perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang normal.
3. Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien
yang terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi.
Pengertian keluarga akan berbeda. Hal ini bergantung pada
orientasi yang digunakan dan orang yang mendefenisikannya.
Keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan atau
darah, biasanya meliputi ayah, ibu dan anak atau anak-anak.
(Singgih, 2008)Friedman (2009) mendefinisikan bahwa keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam
kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai
manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya.Pada dasaranya

6
keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam “satu atap”. Kesadaran
untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan saling
interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk
komunikasi baru yang disebut keluarga. Karenanya keluargapun
dapat diberi batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari
perhubungan laki-laki dan wanita perhubungan mana sedikit banyak
bertahan lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-
anak.Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit
atau lingkungan masyarakat yang paling kecil atau merupakan
masyarakat yang paling bawah dari satu lingkungan negara. Posisi
keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral seperti diungkapkan
oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa keluarga rumah tangga
adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa keluarga rumah
tangga berdirilah suatu kampung kemudian berdiri suatu kota. Dari
beberapa kota berdiri daru propinsi, dan dari beberapa propinsi
berdiridatu negara.
Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah
suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh
(gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image,
ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian. Komunikasi
dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan
dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan
masalah-masalah dalam keluarga dengan pemhiiaraan yang dijalani
dalam kesaharan dan kejujuran serta keterhukaan
2.2.2 Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga
Bentuk komunikasi keluarga ditandai dengan interaksi
keluarga satu sama lain. komunikasi dalam keluarga dapat
berlangsung secara vertikal maupun horizontal. Dari dua jenis
komunikasi ini berlangsung secara silih berganti komunikasi
komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara orang tua dan

7
anak, komunikasi antara ayah dan anak, dan komunikasi antara anak
dan anak (Djamarah 2004:4 Dalam Sari Cindenia Puspa, dkk 2018).
Bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga dapat di uraikan sebagai
berikut:
1. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih
menekankan pada peran penting suami istri sebagai penentu
suasana dalam keluarga. Keluarga dengan anggota keluarga
(ayah, ibu, anak).
2. Komunikasi orang tua dan anak
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam
satu ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam
mendidik anaknya. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan
anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman
bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak
berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat.
Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa
keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara
orang tua dan anak.
3. Komunikasi ayah dan anak
Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap
anak. Peran ayah dalam memberi informasi dan mengarahkan pada
hal pengambilan keputusan pada anak yang peran komunikasinya
cenderung meminta dan menerima. Misal, memilih sekolah.
Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat pengasuhan
kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu jika anak
merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.
4. Komunikasi anak dan anak yang lainnya
Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain.
Dimana anak yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing
pada anak yang masih muda. Biasanya dipengaruhi oleh tingkatan
usia atau faktor kelahiran.

8
2.2.3 Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga
Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat
berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Di lain waktu
seseorang mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada
orang lain. Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi dalam keluarga salah satunya adalah perbedaan usia
(Menurut Lunandi 2004 Dalam Sulistyo Dwi Joko, and Sri Mulyani
2017). faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi tersebut akan di
uraikan berikut ini:
1. Citra diri dan citra orang lain
Setiap orang mempunyai gambaran-gambaran tertentu
mengenai dirinya statusnya, kelebihan dan kekurangannya.
Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia
berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya,
didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang
berlangsung di sekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan
ekspresi dan persepsi orang.
2. Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi.
Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih,
bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka,
dan suasana psikologis lainnya.
3. Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja,
dengan gaya, dan cara yangberbeda. Komunikasi yang berlangsung
dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi disekolah. Karena
memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat
informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian
juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena
setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati,
makakomunikasi yang berlangsungpun harus taat norma.

9
4. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang
sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga
dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang
pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang
akan berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-
hubungan tersebut.
5. Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti
menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu.
Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh orang tua
ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang
dibicarakan secaratepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang
digunakan itu tidak mampu mewakili suatuobjek yang dibicarakan
secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator
dan komunikasi.
6. Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaru\hi oleh usia. Itu berarti setiap orang
tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa
yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika
berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-
masing yang harus dipahami.
2.2.4 Strategi Komunikasi Terapeutik pada Keluarga
Ada lima hal yang harus diperhatikan agar komunikasi di
dalam keluarga tercipta secara efektif yaitu REACH (Respect,
Empathy, Audible, Clarity dan Humble) yang artinya merengkuh atau
meraih (Roymond, 2018 Dalam Nubuwah, Resky Titha Nurun 2019).
Dimana aplikasi teknik REACH nantinya akan
mengkombinasikan tata krama berkomunikasi yang penuh perhatian (-
Respect), dilandasi kemampuan merasakan (-Emphaty), yang sudah
tentu dikomunikasinya dengan mudah dimengerti (-Audible), disertai

10
dengan kejelasan maksud dan intonasi (-Clearity), penuh rasa rendah
hati (-Humble). Maka dari hal di atas dapat dijejaskan seperti berikut:
a. Respek
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai
(respectfull attitude). Adanya penghargaan biasanya akan
menimbulkan kesan serupa (timbal balik) dari si lawan diskusi.
Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia
melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak
pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan
orangtua atau orang di sekitanya.
b. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada
situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari
sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti
orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain. Orangtua
yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti
keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau
pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan
mereka, mendengar keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini
tidak hanya melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula mata hati
dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa saling
percaya dan keterbukaan dalam keluarga.
c. Audibel
Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti
dengan baik. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara
atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka
yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau
cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audibel ini.
d. Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak
menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan
transparan. Ketika berkomunikasi dengan anak, orang tua harus

11
berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah
satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami
(melihat tingkatan usia).
e. Tepat
Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang
diberikan tepat baik waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu
yang tepat untuk membicarakan masalah anak misalnya pada waktu
makan malam. Pada waktu sarapan pagi, karena ketergesaan maka
yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja.
f. Rendah Hati
Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang
ramah, saling menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih
unggul ataupun lebih tahu, lemah lembut, sopan, dan penuh
pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati ini maka laaawaaan
diskusi kita memjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat
diungkapkan dari diskusi tersebut.
2.3 KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KELOMPOK MASYARAKAT
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Dalam dunia kesehatan, banyak kegiatan komunikasi terapeutik yang terjadi.
komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal yaitu komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain sacara langsung, baik secara verbal dan
nonverbal. (Menurut Mulyana 2005 dalam Prasanti Ditha 2017).
Komunikasi masyarakat adalah proses penyampaian informasi
kepada khalayak massa dengan menggunakan saluran-saluran media massa.
Jadi komunikasi masyarakat tidak sama dengan media massa. Media massa
hanyalah salah satu faktor yang membentuk proses komunikasi masyarakat
tersebut, yaitu sebagai alat atau saluran. masyarakat adalah sekelompok
orang yang membentuk sebuah system semi tertutup, dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu individu yang berada dalam kelompok
tersebut. Komunikasi kesehatan masyarakat merupakan bagian dari

12
komunikasi antar manusia yang memiliki fokus pada bagaimana seorang
individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu yang
berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara
kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005 dalam Metta
Rahmadiana 2012).
2.3.1 Pengertian Komunikasi Pada Kelompok Masyarakat
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai
tujuan hersama yang herinteraksi satu sama lain untuk meniapai
tujuan hersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sehagai hagian dari kelompok tersehu t (Deddy Mulyana,
2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi,
kelompok pemeiahan masalah, atau suatu komite yang tengah
herapat untuk mengamhil suatu keputusan. Dalam komunikasi
kelompok, juga melihatkan komunikasi antarprihadi. Karena itu
kehanyakan teori komunikasi antarprihadi herlaku juga hagi
komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang
berlangsung antara heherapa orang dalam suatu kelompok “keiil”
seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sehagainya (Anwar
Arifin, 1984). Miihael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005)
mendefinisikan komunikasi kelompok sehagai interaksi seiara tatap
muka antara tiga orang atau lehih, dengan tujuan yang telah
diketahui, seperti herhagi informasi, menjaga diri, pemeiahan
masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik prihadi anggota-anggota yang lain seiara tepat. Kedua
definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni
adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lehih dari dua
orang, dan memiliki susunan reniana kerja tertentu untuk meniapai
tujuan kelompok.
Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005,
h. 149) menyatakan komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang
atau lehih bertatap muka, hiasanya di bawah pengarahan seorang

13
pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan
mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan
tersehut menjaharkan sifat- sifat komunikasi kelompok sebagai
berikut:
a. Kelompok memiliki sedikit partisipan;
b. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka
c. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
d. Kelompok membagi tujuan atau sasaran hersama;
e. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
2.3.2 Teknik Komunikasi Pada Kelompok Masyarakat
a) Brainstorming/curah pendapat
1) Beri kebebasan mengungkapkan ide dan mendiskusikan
dalam kelompok hesar.
2) Beri kesempatam pada anggota untuk mengidentifikasi isu
dan mencari solusi.
b) Program komunitas
Program komunitas ini yaitu suatu pendekatan
individu/kelompok program yang dilakukan melalui
perencanaan sistematis.
c) Demontrasi
Teknik demontrasi ini yaitu memperlihatkan secara
langsung Tindakan yang harus dilakukan.
d) Ceramah
e) Menyampaikan informasi secara verbal (tatap muka)
1) Pembicara harus berpengalaman,nyaman,punya
kemampuan berbicara, memberikan penekanan pada point
yang penting.
2) Kombinasikan dengan media
3) Batasi ucapan dalam mempengaruhi sikap dan opini
masyarakat
f) Role play
1) Efektif dalam mempengaruhi sikap dan opini masyarakat.

14
2) Dapat mengembangkan kemampuan peserta dalam
menyelesaikan masalah dan berpikir kritis
3) Optimalkan partisipasi setiap anggota
4) Kombinasikan dengan metode ceramah & diskusi
2.3.3 Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok Masyarakat
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer
maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat
mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam
hampir semua aspek kehidupan. Kelompok bisa menjadi media
untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai
kelompok primer), Kelompok juga dapat menjadi sarana untuk
meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan
kelompok juga bisa menjadi alat untuk memecahkan persoalan
bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan
masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut
terlibat dalam suatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan
(interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya
dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci
kepada orang lain (misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang
yang antisosial.
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang
dikemukakan di atas, yaitu:
a. Elemen pertama, interaksi dalam komunikasi kelompok
merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi
inilah, kita dapat melihat perbedaan antarakelompok dengan
istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan
orang yang secara serentak terkait dalam aktivitas yang sama
namun tanpa komunikasi antara satu sama lain. Misalnya,
mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatu
perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai
kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila

15
sudah mulai mempertukarkan pesan dengan dosen atau rekan
mahasiswa yang lain.
b. Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang
berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat, tidak dapat
digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mempersyaratkan
interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan
interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak
dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
c. Elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan
dalam komunikasi kelompok. Tidak ada ukuran yang pasti
mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang
memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk
mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep
yang dikenal dengan smallness, yaitu kemampuan setiap
anggota kelompok untuk dapat mengenal dan memberi reaksi
terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan smallness ini,
kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu
mengenal dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap
anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang lain atau
seperti yang dikemukakan dalam definisi pertama.
d. Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian
bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu
individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat
mewujudkan satu atau lebih tujuannya.
2.3.4 Pengaruh Kelompok Pada Prilaku Komunikasi
1. Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan
menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang
real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok
mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para
anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi,
jika Anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok, aturlah

16
rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika Anda
meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan Anda secara
menyetujuan pendapat Anda. Tumbuhkan seakan-akan seluruh
anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-
anggota berikutnya untuk setuju juga.
Contohnya, pada waktu pemilihan Ketua Umum sebuah
partai politik yang dihadiri oleh 33 orang perwakilan daerah.
Salah seorang calon ketua umum (misalnya A) merancang 5
orang perwakilan daerah tersebut untuk berbicara dalam rapat
pemilihan tersebut dan menyatakan pilihannya pada A. Maka
setelah kelima orang tersebut selesai berbicara, anggota-anggota
perwakilan daerah lainnya tanpa sadar akan „terbawa” pada
pendapat atau pilihan kelima orang tersebut, sehingga akan
terpilih Calon A menjadi Ketua Umum.
2. Fasilitasi Sosial
Fasilitasi berasal dari bahasa Prancis facile, yang berarti
mudah, ini menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas
kerja karena ditonton oleh kelompok. Kelompok mempengaruhi
pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965)
menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan
efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi
pada berbagai situasi sosial, bukan hanya di depan orang yang
menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi
kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon
dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang
dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila
respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi.
Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah
respon yang banar; karena itu peneliti melihat kelompok mampu
mempertinggi kualitas kerja individu.
Contohnya, seorang anak sekolah ketika berada di rumah
akan terlihat baik perilakunya. Akan tetapi, ketika anak ini berada

17
di tengah-tengah kelompoknya (contoh: Geng Nero), maka
perilakunya akan berubah menjadi nakal dan agresif. Bahkan
ibunya terheran-heran dibuatnya, karena tidak menyangka
anaknya bisa seperti itu, padahal di rumah ia terlihat pendiam dan
kalem.
3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem.
Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap
agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan
lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum
diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu,
setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. Jadi
polarisasi adalah proses mengkutub, baik ke arah mendukung atau
positif atau pro maupun ke arah menolak atau negatif atau kontra
dalam suatu masalah yang diperdebatkan.
2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok .
Ada 4 faktor situasional yang mempengaruhi efektifitas komunikasi
kelompok sebagai berikut:
1) Ukuran kelompok
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja
kelompok atau performance bergantung pada jenis tugas yang
harus diselesaikan oleh kelompok. Sehubungan dengan hal
tersebut, ada dua tugas kelompok, yaitu tugas koaktif dan tugas
interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja
sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas
interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara
terorganisasi untuk menghasilkan produk, atau keputusan.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi
dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan
kelompok memerlukan kegiatan yang konvergen (mencapai satu
pemecahan yang benar), maka hanya diperlukan kelompok kecil
supaya sangat produktif, terutama bila tugas yang dilakukan

18
hanya membutuhkan sumber, ketrampilan, dan kemampuan yang
terbatas. Bila tuga memerlukan kegiatan yang divergen
(menghasilkan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah
anggota kelompok yang lebih besar.
2) Jaringan komunikasi
Pada jaringan komunikasi model roda, seseorang (biasanya
pemimpin) menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan
dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok
hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya. Pada jaringan
komunikasi rantai, A dapat berkomunikasi dengan B, B dapat
berkomunikasi dengan dengan C, C dapat berkomunikasi dengan
dengan D, dan begitu seterusnya. Pada jaringan komunikasi Y,
tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orang-orang di
sampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang
hanya dapat berkomunikasi dengan hanya seseorang di
sampingnya. Pada jaringan komunikasi lingkaran, setiap orang
hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang, di samping kiri
dan kanannya. Dengan perkataan lain, dalam model ini tidak ada
pemimpin. Pada jaringan komunikasi bintang, disebut juga
jaringan komunikasi semua saluran (all channel), setiap anggota
dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain.
Dalam hubungannya dengan prestasi kelompok, Leavit
menemukan bahwa jaringan komunikasi roda, yaitu yang paling
memusat dari seluruh jaringan komunikasi, menghasilkan produk
kelompok yang tercepat dan terorganisasi. Sedangkan kelompok
lingkaran, yang paling tidak memusat, adalah yang paling lambat
dalam memacahkan masalah. Jaringan komunikasi lingkaran
cenderung melahirkan sejumlah kesalahan. Penelitian-penelitian
selanjutnya membuktikan bahwa pola komunikasi yang paling
efektif adalah pola semua saluran. Karena pola semua saluran
tidak terpusat pada satu orang pemimpin, dan pola ini juga paling
memberikan kepuasan kepada anggota serta paling cepat

19
menyelesaikan tugas bila tugas itu berhubungan dengan masalah
yang sulit. Pola roda adalah pola komunikasi yang memberikan
kepuasan paling rendah.
3) Kohesi kelompok
Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang
tinggi, hubungan interpersonal yang akrab, kestiakawanan, dan
perasaan “kita” yang dalam. Kohesi kelompok merupakan
kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal
dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
Kohesi kelompok dapat diukur dari: keterikatan anggota secara
interpersonal antara satu sama lain, ketertarikan anggota pada
kegiatan dan fungsi kelompok, dan sejauh mana anggota tertarik
pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personalnya.
Menurut Bestinghaus, ada beberapa implikasi
komunikasi dalam kelompok kohesif, sebagai berikut:
a) Komunikator dengan mudah berhasil memperoleh dukungan
kelompok. Jika gagasannya sesuai dengan mayoritas anggota
kelompok.
b) Pada umumnya kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin
dipengaruhi persuasi.Ada tekanan ke arah uniformitas dalam
pendapat, keyakinan, dan tindakan.
c) Komunikasi dengan kelompok yang kohesif harus
memperhitungkan distribusi komunikasi di antara anggota-
anggota kelompok.
d) Dalam situasi pesan tampak sebagai ancaman kepada
kelompok, kelompok yang lebih kohesif akan cenderung
menolak pesan.
e) Sebagai konsekuensi dari poin 4 di atas, maka komunikator
dapat meningkatkan kohesi kelompok agar kelompok mampu
menolak pesan yang bertentangan.

20
4) Kepemimipinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif
mempengaruhi kelompok.
2.3.6 Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh
para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita
sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
a. Kelompok Primer dan Sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin
Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah
suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab,
personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama.
Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal,
dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan
karakteristik komunikasinya, sebagal berikut:
a) Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam
dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling
tersembunyi, menylngkap unsur- unsur backstage
(perliaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja).
Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan
rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok
sekunder komunikasi berslfat dangkal dan terbatas.
b) Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal,
sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
c) Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek
hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer
adalah sebaliknya.
d) Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif,
sedangkan kelompok sekunder lnstrumental.

21
e) Komunikasi kelompok primer cenderung informal,
sedangkan kelompok sekunder formal.
b. Kelompok Keanggotaan Dan Kelompok Rujukan
Theodore Newcomb (1930) melahirkan lstilah kelompok
keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan
(reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok
yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik
menjadi anggota kelompok ltu. Sedangkan kelompok rujukan
adalah kelompok yang dlgunakan sebagai alat ukur (standard)
untuk menilai dlrl sendiri atau untuk membentuk sikap.
Selain itu, islam juga memberikan kepada saya cara
memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi,
mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada
berbagal objek, peilstiwa, dan orang yang saya temul (fungsl
perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok
rujukan saya. Dalam bldang llmu, Ikatan Sarjana Komunlkasl
Indonesla (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, dl samplng
menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok
rujukan ltu, perilaku saya sangat dlpengaruhl, termasuk
perilaku saya dalam berkomunikasl.
c. Kelompok Deskriptif Dan Kelompok Presikriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi
kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori
deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat
proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan,
ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan
menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan
c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan
memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau
merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah
kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara
pokok.

22
Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih
banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa
adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar
mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik
yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun
1960-an menggunakan proses ini dengan cukup
banyak.Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah
yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai
tujuan kelompok.
2.3.7 Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Keluarga, Kelompok
Masyarakat
1. Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Keluarga
Problem komunikasi biasanya merupakan suatu gejala
bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Hambatan komunikasi ada
yang berasal dari pengirim, transmisi dan penerima. Berbagai
hambatan yang timbul dalam komunikasi, yaitu :
a. Kebisingan
b. Keadaan psikologis komunikan
c. Kekurangan komunikator atau komunikan
d. Kesalahan penilaian oleh komunikator
e. Keterhatasan pengetahuan komunikator atau komunikan
f. Bahasa
g. Isi pesan herlehihan
h. Bersifat satu arah
i. Faktor teknis
j. Kepentingan atau interes
k. Prasangka
l. Cara penyajian yang verhalistis
2. Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Kelompok
Hamhatan dari proses komunikasi kelompok hisa
ditemukan saat kegiatan herlangsung, misalnya dalam huku
Marhaeni (2009:62). a. Hamhatan dari pengirim pesan, misalnya

23
pesan yang akan disampaikan helum jelas hagi dirinya atau
pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi
emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong
seseorang untuk hertindak sesuai dengan keinginan, kehutuhan
dan kepentingan.
a. Hambatan dalam penyandian/symhol. Hal ini dapat terjadi
karena Bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga
mempunyai arti lehih dari satu, symhol yang digunakan
antara si pengirim dan penerima tidak sama atau Bahasa yang
digunakan sulit.
b. Hambatan media adalah hambatan yang terjadi dalam
penggunaan media komunikasi misalnya gangguan suara
radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan
pesan.
c. Hambatan dalam sandi, hambatan terjadi dalam penafsiran
sandi oleh si penerima.
d. Hambatan dari penerima pesan misalnya kurangnya perhatian
pada saat menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka
tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasu secara
lanjut.
e. Hambatan dalam memberikan umpan halik. Umpan balik
yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi
memherikan interpretif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan
sebagainya
Hambatan Semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi
kadang- kadang mempunyai arti mendua dan berbeda, tidak jelas
atau berbelit- belit antara pemheri pesan dan penerima dengan
kata lain Bahasa yang dipergunakan berheda dalam huku
marhaeni (2009:63).
Hambatan psikologis
Disehut juga hambatan psikologis karena hamhatan-

24
hamhatan tersehut merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis
manusia. Hamhatan psikologis di huku Effendi (2004:43) dihagi
menjadi 4 :
1) Perbedaan kepentingan atau interest akan membuat seseorang
selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. Orang
hanya akan memperhatikan perangsang yang ada
huhungannya.
2) Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang
atau kelompok lain dan sikap serta perilakunya terhadap
mereka.
3) Stereotif adalah gamharan atau tanggapan mengenai sifat atau
watak hersifat negative. Seandainya dalam proses komunikasi
massa ada komunikasi yang memiliki stereotif tertentu pada
komunikatornya maka dapat dipastikan pesan apapun tidak
dapat diterima oleh komunikan.
4) Motivasi merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua
penggerak, alas an-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri
manusia yang menyehahkan manusia herhuat sesuatu.
3. Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Masyarakat
Wursanto (2005) meringkas hambatan komunikasi yaitu
terdiri beherapa macam yaitu :
a. Hambatan fisik
Hambatan fisik dalam huku Marhaeni Fajar (2009:63)
dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan
alat komunikasi, dan lain-lain, misalnya :
1) Gangguan Kesehatan karena masyarakat menjadi
korhan kuka herat maupun ringan akihat tertimpa
reruntuhan serta kondisi mereka yang masih herada
ditenda-tenda darurat sehingga keadaan fisik mereka
tidak terjamin.
2) Sehuhungan dengan terputusnya jaringan listrik dan
telekomunikasi pasca gempa diheherapa wilayah yang

25
menyehahkan komunikasi terganggu.
3) Beherpa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektifitas
komunikasi. Hamhatam fisik komunikasi mencakup
panggilan telepon, jarak antara individu, dan radio.
Hamhatan fisik ini umumnya dapat diatasi.
b. Hambatan yang hersifat teknis
Hambatan yang hersifat teknis adalah hambatan yang
disehahkan oleh herhagai factor, seperti :
1) Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
proses komuunikasi.
2) Penguasaan Teknik dan metode komunikasi yang tidak
sesuai.
3) Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya
proses komunikasi yang dihagi menjadi kondisi fisik
manusia, kondisi fisik yang herhuhungan dengan waktu
atau situasi/keadaan dan kondisi peralatan.
c. Hambatan semantic
Hambatan yang disehahkan kesalahan dalam
menafsirkan, kesalahan dalam memherikan pengertian
terhadap Bahasa (kata- kata, kalimat, kode-kode) yang
dipergunakan dalam proses komunikasi.
d. Hambatan perilaku
Hambatan perilaku disebut juga hamhatan
kemanusiaan. Hamhatan yang disehahkan herhagai hentuk
sikap atau perilaku haik dari komunikator maupun
komunikan. Habhatan perilaku tampak dalam berhagai
bentuk seperti :
1) Pandangan yang sifatnya apriori
2) Prasangka yang didasarkan pada emosi
3) Suasana otorier
4) Ketidakmauan untuk berubah
5) Sifat yang egosentris

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat
dan klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling
memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk
membantu mengatasi masalah klien serta memperbaiki pengalaman
emosional klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien.
Komunikasi perawat yang baik pada klient tentusaja akan berdampak
pada kepuasan/respon pasien, tidak hanya itu kondisi klient juga di
pengaruhi oleh rasa nyaman pada pada pasien. emosi marah merupakan
repons yang alamiah, ketika manusia merasa terancam, stress, adanya
ingatan yang menyakitkan, perasaan terluka atau mendapatkan perlakuan
yang tidak adil atau menyenangkan.
Komplen atau protes dari klient atau pasien adalah suatu ungkapan rasa
tidak puas terhadap pelayanan yang ada. Kepuasan pelanggan adalah
perasaan senang atau kecewa yang didapatkan seseorang dari
membandingkn kinerja (atau hasil) produk yang dipersepsikan dengan
ekspetasinya. Apabila kinerjaa lebih rendah dibandingkan ekspetasinya,
maka konsumen bersangkutan akan merasa tidak puas. Apabila kinerja sama
dengan ekspetasi, maka ia akan merasa puas .
Adapun teknik yang di gunakan guna menghadapi pasien marah yakni;
mempersiapkan diri untuk menghadapi beragam macam emosi dari pasien,
menujukan empati kepada pasien, berhati hati dalam bicara, jangan
menghiraukan perasaan mereka, dan yang terakhir cobalah untuk menghibur
mereka. Sikap yang di inginkan klien pada saat mereka marah adalah
didengarkan, dimengerti, dihormati, diberi permintaan maaf, diberi
penjelasan, ada tindakan perbaikan dalam waktu yang tepat. Dan cara untuk
meredam amarah dari pasien tersebut iyalah perawat harus mendengarkan
terlebih dahulu luapan emosi dari pasien, berusaha untuk tetap menjaga aga
sependapat dengan klient, dan harus tetap teneng dan pandai dalam

27
mengatur dan menjaga emosi diri sendiri.
Teknik utama dalam menghadapi pasien komplain yakni kunci
utamanya adalah meredam kemarahan mereka adalah dengan berusaha
memenuhi kebutuhan, gagasan dan pengharapan mereka karena biasanya
pasien rewel ingin didengarkan dan dimengerti. Sedangkan pada klient
dengan rewel teknik yang di gunakan adalah Melalui Orang Lain atau Pihak
Ketiga, bercerita, memfasilitasi dan bibiloterapi.
2.4 Saran
1. Bagi perawat harus meningkatkan komunikasi yang baik terhadap klient
agar dapat mempengaruhi penilaian pasien terhada perawat da citra
profesi kperawatan itu sendiri.
2. Perawat pula harus mengetahui tentang teknik teknik dalam
berkomunikasi terutama pada saat menghadapi klien dengan emosi yang
labil atau sedang marah
3. Pada saat klien sedang marah ada baiknya agar perawat diam dan
membiarkan klien meluapkan emosinya terlebih dahulu.

28
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik


Keperawatan. Bandung: PT Refika Aditama.

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication,
Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.

Muwarni,anita.(2009). Komunikasi terapeutik panduan bagi keperawatan.


Fitramaya: Yogyakarta. Curtis, Dan B., Floyd, James J., Winsor, Jerry L.,
2005, Komunikasi Bisnis dan Profesional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Nubuwah, Resky Titha Nurun. "KOLABORASI INTERPROFESIONAL YANG


BAIK UNTUK PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN DI
RUMAH SAKIT." (2019).

Rahmadiana, Metta. "Komunikasi kesehatan: Sebuah tinjauan." Jurnal


Psikogenesis 1.1 (2012): 88-94.

Sari, Cindenia Puspa, and Nur Aqil Fitri. "Komunikasi Keluarga dalam Hubungan
Jarak Jauh pada Mahasiswa Perantau di Kota Lhokseumawe." Jurnal
Jurnalisme 7.2 (2018): 136-157.

Sulistyo, Dwi Joko, and Sri Mulyani. "PENGARUH KOMUNIKASI DAN


LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN FOOD
AND BAVERAGES DI PATRA JASA SEMARANG CONVENTION
HOTEL." Gemawisata: Jurnal Ilmiah Pariwisata 13.2 (2017).

Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana


Indonesia. Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi,
Jakarta, Rineka Cipta.

http://arippenky.blogspot.com/2015/04/komunikasi-terapeutik-pada-keluarga.html
http://ngurahj ayaantara.blogspot.com/2013/12Zkomunlkasl-keperawatan-
komunlkasl.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat
https://zulaiihatin26.blogspot.com/2018/12/makalah-komuniasi-terapeutik-
terhadap.html
https://www.scrlbd.com/doc/307188687/Mengenal-masalah-kesehatan-keluarga-
docx

29

Anda mungkin juga menyukai