Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

SISTEM PERKEMIHAN

DOSEN PEMBIMBING: Istianah, Ners, M. Kep

DISUSUN OLEH:
NAMA : SINGGI PEBIONI
NIM : 044STYC2O
KELAS : A1
TINGKAT II / SEMESTER 4

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan
Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami
mampu menyelesaikan penyusunan laporan penyuluhan mata kuliah Komunikasi
dalam Keperawatan dengan judul “Makalah Medikal Bedah II Tentang Sistem
Perkemihan” tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang
sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan laporan ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam laporan
ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta
aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-
luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya
demi penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari laporan yang sederhana ini
bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada
laporan-laporan berikutnya.

Mataram, 12 Maret 2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3. Tujuan Penyusunan Makalah........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................2
2.1. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Perkemihan...................................................................2
A. Pengertian Anatomi Fisiologi.....................................................................................2
B. Anatomi system perkemihan.....................................................................................3
2.2 Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan.........................................................................10
2.3. Pemeriksaan Penunjang Pada System Perkemihan................................................22
A. PEMERIKSAAN LABORATURIUM............................................................................22
B. PROSEDUR DIAGNOSTIK..........................................................................................26
C. PROSEDUR ENDOSKOPI...........................................................................................27
D. BIOPSI RENAL...........................................................................................................28
BAB III PENUTUP....................................................................................................................31
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................32

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan
homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya
bekerjasama untuk mengatur suhu tubuh, keasaman darah, ketersediaan
oksigen dan variabel lainnya. Ginjal berperan penting mempertahankan
homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama
elektrolit dan air dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme.
Sistem perkemihan merupakan bagian dari anatomi dan fisiologi tubuh
manusia, yang sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia.
Sistem perkemihan berfungsi untuk mengolah zat-zat yang tidak diperlukan
dalam tubuh dan memiliki beberapa proses. Sehingga dengan keluarnya zat
yang tidak baik bagi tubuh maka tubuh akan terhindar dari beberapa penyakit
yang menyangkut sistem perkemihan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja anatomi fisiologi system perkemihan
2. Bagaimana pemeriksaan fisik system perekemihan
3. Bagaimana pemeriksaan penunjang system perkemihan

1.3. Tujuan Penyusunan Makalah


1. Dapat mengetahui apa saja anatomi fisiologi system perkemihan
2. Dapat mengetahui cara pemeriksaan fisik system perkemihan
3. Dapat mengetahui cara pemeriksaan penunjang pada system perkemihan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Perkemihan


A. Pengertian Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu
sistem kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan
keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk
membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan banyak
fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.
Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang
menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika
urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin
dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

4
B. Anatomi system perkemihan
1). Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra
lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar.
a) Fungsi ginjal :
- Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun,
- Mempertahankan suasana keseimbangan cairan, osmotic, dan
ion,
- Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh,
- Fungsi hormonal dan metabolisme,
- Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak.
b) Strukrur Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex.
Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut
tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

5
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk
corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga
calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga
calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :

a. Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent yang
kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi
sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang melewatinya.

b. Kapsula bowman

Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan cairan


yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.

c. Tubulus, terbagi menjadi tiga :


- Tubulus proksimal
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan dari
cairan tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.
- Ansa Henle

6
Ansa henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari
pars descendens yaitu bagian yang menurun terbenam dari korteks ke
medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang naik kembali ke korteks.
Bagian bawah dari lengkung henle mempunyai dinding yang sangat tipis
sehingga disebut segmen tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal
disebut segmen tebal.
Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan
tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu,
berperan penting dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi urin.
- Tubulus distal
Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
d. Duktus pengampul (duktus kolektifus)
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron
yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk
mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.

e. Persyarafan ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

2. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika


urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :

- Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


- Lapisan tengah lapisan otot polos.
- Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
- Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.

7
3. Vesika urinaria (kandung kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:

- Lapisan sebelah luar (peritoneum).


- Tunika muskularis (lapisan berotot).
- Tunika submukosa.
- Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
4. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a) Urethra pars Prostatica
b) Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c) Urethra pars spongiosa.
Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter
urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra
disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
- Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria
mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar
urethra tetap tertutup.
- Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan
saraf.
- Lapisan mukosa.
5. Air kemih (urine)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

- Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari


pemasukan(intake) cairan dan faktor lainnya.

8
- Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
- Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
- Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
- Berat jenis 1,015-1,020.
- Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada
diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi
asam).
- Komposisi air kemih, terdiri dari:
- Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
- Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea
amoniak ,Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
- Pagmen (bilirubin dan urobilin).
- Toksin

 Fisiologi system perkemihan


Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa
meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300
ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai kontraksi
musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan
dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda
sampai ia menemukan waktu dan tempat yang cocok. Walaupun demikian,
bila rangsangan sensoris ditunda terlalu lama, maka akan memberikan rasa
sakit.
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka
terjadi relaksasi musculus pubococcygeus dan terjadi pengurangan
topangan kekuatan urethra yang menghasilkan beberapa kejadian dengan
urutan sebagai berikut :
a. Membukanya meatus intemus
b. Erubahan sudut ureterovesical
c. Bagian atas urethra akan terisi urine
d. Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine
e. Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat

9
f. Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intra abdominal
meningkat
g. Pembukaan sphincter extemus
h. urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong
Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus pubococcygeus
yang bekerja di bawah pengendalian secara volunteer :
a. Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine
mengalir
b. Vesica urinaria tertarik ke atas
c. Urethra memanjang
d. Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan
kontraksi.
Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka siklus
kejadian seperti yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara
otomatis.
Fungsi sistem homeostatis urinaria:
- Mengatur volume dan tekanan darah dengan mengatur banyaaknya
air yang hilang dalam urine, melepaskan eritropoietin dan
melepaskan rennin.
- Mengatur konsentrasi plasma dengan mengontrol jumlah natrium,
kalium, klorida, dan ion lain yang hilang dalam urin dan mengontrol
kadar ion kalsium.
- Membantu menstabilkan pH darah, dengan mengontrol kehilangan
ion hydrogen dan ion bikarbonat dalam urin.
- Menyimpan nutrient dengan mencegah pengeluaran dalam urin,
mengeluarkan produk sampah nitrogen seperti urea dan asam urat.
- Membantu dalam mendeteksi racun-racun.
- Mekanisme pembentukan urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 –
125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat
terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang
akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandungan kemih

10
Tahap – tahap Pembentukan Urine :

a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar
dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian
yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat
dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan
obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal
bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila
diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah,
penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan
sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan
urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke
ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih)
yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih
sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

Urin yang keluar dari kandungan kemih mempunyai komposisi utama yang sama
dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan yang berarti
pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan ureter
sampai kandung kemih.

11
2.2 Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu wawancara kepada klien yang ditujukan untuk
mengetahui secara dini penyakit yang kemungkinan di derita oleh klien.
Anamnesis merupakan suatu proses pengumpulan data adalah mengumpulkan
informasi yang sistematik tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien.
Data dikumpulkan dari klien (autoanamnesa) atau dari orang lain
(alloanamnesa), yaitu dari keluarga, orang terdekat, masyarakat.
Data yang diperoleh dari proses anamnesis merupakan data subjektif.
Data Subjektif menunjukkan persepsi dan sensasi klien tentang masalah
kesehatan. Klien mengungkapkan persepsi dan perasaan subjektif seperti harga diri
atau nyeri. Data subjektif adalah informasi yang diucapkan oleh klien kepada
perawat selama wawancara atau pengkajian keperawatan, yaitu komentar yang
didengar oleh perawat. Data subjektif biasa disebut ”gejala”. Data subjektif atau
gejala adalah fenomena yang dialami oleh klien dan mungkin suatu permulaan
kebiasaan dari sensasi normal klien. Contoh : saya merasa sakit dan perih ketika
buang air kecil, perut saya terasa melilit, badan saya sakit semua, dll.
Anamnesis yang sistematik mencakup : keluhan utama pasien, riwayat penyakit
saat ini yang sedang di derita klien, seperti : keluhan sistemik yang merupakan
penyulit dari kelainan urologi, seperti malaise, pucat, uremia yang merupakan
gejala gagal ginjal, atau demam akibat infeksi dan keluhan lokal, seperti nyeri,
keluhan miksi, disfungsi seksual, atau infertilitas. Selain itu perlu adanya
pengkajian terhadap riwayat penyakit lain yang pernah dideritanya maupun
pernah diderita keluarganya. Beberapa pertanyaan yang bias diajukan kepada
klien adalah :
a) Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan
dan
ada/tidaknya sedimen.
b) Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta
riwayat infeksi saluran kemih.
c) Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait
dengan sistem perkemihan.

12
a. Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia
dirasakan sebagai nyeri lokal (nyeri yang dirasakan di sekitar organ
tersebut) atau berupa referred pain (nyeri yang dirasakan jauh dari tempat
organ yang sakit). Inflamasi akut pada organ padat traktus urogenitalia
seringkali dirasakan sangat nyeri, hal ini disebabkan karena regangan
kapsul yang melingkupi organ tersebut. Maka dari itu, pielonefritis,
prostatitis, maupun epididimitis akut dirasakan sangat nyeri, berbeda
dengan organ berongga sperti buli-buli atau uretra, dirasakan sebagai
kurang nyaman/discomfort.
1. Nyeri Ginjal
Nyeri ginjal terjadi akibat regangan kapsul ginjal. Regangan kapsul ini dapat
terjadi pada pielonefritis akut yang menumbulkan edema, pada obstruksi
saluran kemih yang menjadi penyebab hidronefritis, atau pada tumor ginjal.
2. Nyeri Kolik
Nyeri kolik terjadi pada spasmus otot polos ureter karena gerakan
peristaltik yang terhambat oleh batu, bekuan darah atau corpus alienum
lain. Nyeri ini sangat sakit, namun hilang timbul bergantung dari gerakan
perilstaltik ureter. Nyeri tersebut dapat dirasakan pertama tama di daerah
sudut kosto-vertebra, kemudian menjalar ke dinding depan abdomen, ke
regio inguinal hingga ke daerah kemalian. Sering nyeri ini diikuti keluhan
pada sistem pencernaan, seperti mual dan muntah.
3. Vesika
Nyeri vesika dirasakan pada daerah suprasimfisis. Nyeri terjadi akibat
overdistensi vesika urinaria yang mengalami retensi urin atau terdapatnya
inflamasi pada buli buli. Nyeri muncul apabila buli-buli terisi penuh dan
nyeri akan berkurang pada saat selesai miksi. Stranguria adalah keadaan
dimana pasien merasakan nyeri sangat hebat seperti ditusuk-tusuk pada
akhir miksi dan kadang disertai hematuria.
4. Nyeri Prostat
Nyeri prostat disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan edema
kelenjar

13
postat dan distensi kapsul prostat. Lokasi nyeri sulit ditentukan, namun
umunya diaraskan pada abdomen bawah, inguinal, perineal, lumbosakral
atau nyeri rektum. Nyeri prostat ini sering diikuti keluhan miksi seperti
frekuensi, disuria dan bahkan retensi urine.
5. Nyeri testis/epididimis
Nyeri dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer (yakni
berasal dari kelainan organ di kantong skrotum) atau refered pain (berasal
dari organ diluar skrotum). Nyeri akut primer dapat disebabkan oleh toriso
testis atau torsio apendiks testis, epididimitis/orkitis akut, atau trauma
pada testis. Inflamasi akut pada testis atau epididimis menyebabkan
pergangan pada kapsulnya dan sangat nyeri. Nyeri testis sering dirasakan
pada daerah abdomen, sehingga sering dianggap disebabkan kelainan organ
abdominal. Blunt pain disekitar testis dapat disebabkan varikokel, hidrokel,
maupun tumor testis.
6. Nyeri penis
Nyeri yang dirasakan pada penis yang sedang flaccid (tidak ereksi) biasanya
merupakan refered pain dari inflamasi pada mukosa buli buli atau ueretra,
terutama pada meatus uretra eksternum. Nyeri pada ujung penis dapat
disebabkan parafimosis atau keradangan pada prepusium atau glans penis.
Sedangkan nyeri yang terasa pada saat ereksi mungkin disebabkan oleh
penyakit Peyronie atau priapismus (ereksi terus menerus tanpa diikuti
ereksi glans).
b. Keluhan Miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi keluhan
iritasi,obstruksi, inkontinensia dan enuresis. Keluhan iritasi meliputi
urgensi, polakisuria, nokturia dan disuria; sedangkan keluhan obstruksi
meluiputi hesitansi, harus mengejan saat miksi, pancaran urine melemah,
intermitensi dan menetes serta masih terasa ada sisa urine sehabis miksi.
Keluhan iritasi dan obstruksi dikenal sebagai lower urinary tract syndrome.
1. Gejala Iritasi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing hingga terasa sakit, akibat
hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli-buli sehingga inflamasi, terdapat
benda asing di dalam buli-buli, adanya obstruksi intravesika atau karena

14
kelainan bulibuli nerogen. Frekuensi, atau polaksuria, adalah frekuensi
berkemih yang lebih dari normal (keluhan ini paling sering ditemukan
pada pasien urologi). Hal ini dapat disebabkan karena produksi urine
yang berlebihan atau karena kapasitas buli buli yang menurun. Nokturia
adalah polaksuria yang terjadi pada malam hari. Pada malam hari,
produksi urin meningkat pada pasien-pasien gagal jantung kongestif dan
edema perifer karena berada pada posisi supinasi. Pada pasien usia tua
juga dapat ditemukan produksi urine pada malam hari meningkat karena
kegagalan ginjal melakukan konsenstrasi urine.
2. Gejala Obstruksi
Normalnya, relaksasi sfingter uretra eksterna akan diikuti pengeluaran
urin. Apabila terdapat obstruksi intravesika, awal keluarnya urine
menjadi lebih lama dan sering pasien harus mengejan untuk memulai
miksi. Setelah urine keluar, seringkali pancarannya lemah dan tidak jauh,
bahkan urine jatuh dekat kaki pasien. Di pertengahan miksi seringkali
miksi berhenti dan kemudian memancar lagi (disebut dengan
intermiten), dan miksi diakhiri dengan perasaan masih terasaada sisa
urine di dalam buli buli dengan masih keluar tetesan urine
(terminaldribbling). Apabila buli-buli tidak mampu lagi mengosongkan
isinya, akan terasa nyeri pada daerah suprapubik dan diikuti dengan
keinginan miksi yang sakit(urgensi). Lama kelamaan, buli-buli isinya
makin penuh hingga keluar urin yang menetes tanpa disadari yang
dikenal sebagai inkontinensia paradoksa. Obstruksi uretra karena
striktura uretra anterior biasanya ditandai dengan pancaran kecil, deras,
bercabang dan kadang berputar putar.
3. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk menahan
urine yang keluar dari buli buli, baik disadari ataupun tidak disadari.
Terdapat beberapa macam inkontinensia urine, yaitu inkontinensia true
atau continuous (urine selalu keluar), inkontinensia stress (Tekanan
abdomen meningkat), inkontinensia urge (ada keinginan untuk kencing)
dan inkontinensia paradoksa (Buli-buli penuh).

15
4. Hematuria Hematuria
adalah didapatkannya darah atau sel darah merah di dalam urine. Hal ini
perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge, yaitu adanya
perdarahan per uretram yang keluar tanpa proses miksi. Porsi
hematuria perlu diperhatikan apakah terjadi pada awal miksi (hematuria
inisial), seluruh proses miksi (hematuria total) atau akhir miksi
(hematuria terminal). Hematuria dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan pada saluran kemih, mulai dari infeksi hingga keganasan.
5. Pneumaturia
Pneumaturia adalah berkemih yang tercampur dengan udara, dapat
terjadi karena adanya fistula antara buli-buli dengan usus, atau terdapat
proses fermentasi glukosa menjadi gas karbondioksida di dalam urine,
seperti pada pasien diabetes mellitus.
6. Hematospermia
Hematospermia atau hemospermia adalah adanya darah di dalam
ejakulat, biasa ditemukan pada pasien usia 30-40 tahun. Kurang lebih
85-90% mengeluhkan hematospermia berulang. Hematospermia paling
sering disebabkan oleh kelainan pada prostat dan vesikula seminalis.
Paling banyak hematospermia tidak diketahui penyebabnya dan dapat
sembuh sendiri. Hematospermia sekunder dapat disebabkan oleh paska
biopsi prostat, adanya infeksi vesikula seminalis atau prostat, atau oleh
karsinoma prostat.
7. Cloudy Urine
Cloudy urine adalah urine bewarna keruh dan berbau busuk akibat
adanya infeksi saluran kemih.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan komponen pengkajian kesehatan yang bersifat
obyektif. Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima
untuk digunakan selama pemeriksaan fsik : inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Teknikteknik ini digunakan sebagai bingkai kerja yang menfokuskan
pada indera penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman. Data
dikumpulkan berdasarkan semua indera tersebut secara simultan untuk
membentuk informasi yang koheren. Teknik-teknik tersebut secara keseluruhan

16
disebut sebagai observasi/pengamatan, dan harus dilakukan sesuai dengan
urutan di atas, dan setiap teknik akan menambah data yang telah diperoleh
sebelumnya. Dua perkecualian untuk aturan ini, yaitu jika usia pasien atau
tingkat keparahan gejala memerlukan pemeriksaan ekstra dan ketika abdomen
yang diperiksa.
Inspeksi :
Langkah pertama pada pemeriksaan pasien dengan gangguan sistem perkemihan
adalah inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan
merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien. Secara
formal, pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat
pasien secara seksama, persisten dan tanpa terburu-buru, sejak detik pertama
bertemu, dengan cara memperoleh riwayat pasien dan, terutama, sepanjang
pemeriksaan fisik dilakukan.
Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk
mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan memvalidasi apa yang dilihat oleh mata dan
dikaitkan dengan suara atau bau yang berasal dari pasien. Pemeriksa kemudian
akan mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang diterima oleh semua
indera tersebut, baik disadari maupun tidak disadari, dan membentuk opini,
subyektif dan obyektif, mengenai pasien, yang akan membantu dalam membuat
keputusan diagnosis dan terapi. Pemeriksa yang telah melakukan observasi selama
bertahun-tahun (ahli) melaporkan bahwa mereka seringkali mempunyai persepsi
intuitif mengenai sumber/penyebab masalah kesehatan pasien segera setelah
melihat pasien. Inspeksi pada sistem perkemihan meliputi :
1) Keadaan umum sistem perkemihan
2) Keadaan lokalis sistem perkemihan (ginjal, kandung kemih, alat genitalia, rectum,
dll)
3) Penggunaan alat bantu seperti : condom catheter, folleys catheter, silikon kateter
atau urostomy atau supra pubik kateter.
Palpasi
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah
kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah
diperoleh melalui inspeksi sebelumnya. Palpasi struktur individu,baik pada
permukaan maupun dalam rongga tubuh, terutama pada abdomen, akan

17
memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk, konsistensi dan
mobilitas/gerakan komponen-komponen anatomi yang normal, dan apakah
terdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ atau adanya massa yang dapat
teraba. Palpasi juga efektif untuk menilai menganai keadaan cairan pada ruang
tubuh.
Palpasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pada awal selalu digunakan palpasi
ringan, dan kekuatan palpasi dapat ditingkatkan terus sepanjang pasien dapat
mentoleransi. Jika pada awal palpasi, anda melakukan terlalu dalam, anda mungkin
melewatkan dan tidak mengetahui jika terdapat lesi permukaan dan palpasi anda
akan mengakibatkan rasa nyeri yang tidak perlu pada pasien. Palpasi ringan bersifat
superfisial, lembut dan berguna untuk menilai lesi pada permukaan atau dalam otot.
Juga dapat membuat pasien relaks sebelum melakukan palpasi medium dan dalam.
Untuk melakukan palpasi ringan, letakkan/tekan secara ringan ujung jari anda pada
kulit pasien, gerakkan jari secara memutar.
Palpasi medium untuk menilai lesi medieval pada peritoneum dan untuk
massa, nyeri tekan, pulsasi (meraba denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur
tubuh. Dilakukan dengan menekan permukaan telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh
pasien, menggunakan gerakan sirkuler/memutar. Sedangkan palpasi dalam
digunakan untuk menilai organ dalam rongga tubuh, dan dapat dilakukan dengan
satu atau dua tangan. Jika dilakukan dengan dua tangan, tangan yang di atas
menekan tangan yang di bawah 2-4 cm ke bawah dengan gerakan sirkuler. Bagian
yang nyeri atau tidak nyaman selalu dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan untuk
membuat rasa tidak nyaman atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu
gejala
Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik palpasi dapat dilakukan
pada ginjal, kandung kemih, alat genitalia dan rectum klien dengan memperhatikan
prinsip diatas untuk mendapatkan informasi tambahan terkait kondisi klien.
Perkusi
Perkusi, merupakan langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk
permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan
densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan
menghasilkan gelombang suara yang berjalan sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di

18
bawahnya. Pantulan suara akan berbeda-beda karakteristiknya tergantung sifat
struktur yang dilewati oleh suara itu.
Prinsip dasarnya adalah jika suatu struktur berisi lebih banyak udara
(misalnya paru-paru) akan menghasilkan suara yang lebih keras, rendah dan
panjang daripada struktur yang lebih padat (misalnya otot paha), yang
menghasilkan suara yang lebih lembut, tinggi dan pendek. Densitas jaringan atau
massa yang tebal akan menyerap suara, seperti proteksi akustik menyerap suara
pada ruang “kedap suara”.
Ada dua metode perkusi langsung (segera) dan tak langsung (diperantarai).
Perkusi diperantarai (tak langsung) adalah metode yang menggunakan alat
pleksimeter untuk menimbulkan perkusi. Dari sejarahnya, pleksimeter adalah palu
karet kecil, dan digunakan untuk mengetuk plessimeter, suatu obyek padat kecil
(biasanya terbuat dari gading), yang dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini
merupakan metode yang disukai selama hampir 100 tahun, tetapi pemeriksa
merasa repot untuk membawa peralatan ekstra ini. Sehingga, perkusi tak langsung,
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah atau hanya jari tengah satu tangan
bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk jari tengah tangan yang lain sebagai
plessimeter, berkembang menjadi metode pilihan sekarang. Kini, jari pasif
(plessimeter) diletakkan dengan lembut dan erat pada permukaan tubuh, dan jari-
jari lainnya agak terangkat di atas permukaan tubuh untuk menghindari
berkurangnya suara. Pleksimeter, mengetuk plessimeter dengan kuat dan tajam, di
antara ruas interphalangeal proksimal. Setelah melakukan ketukan cepat, jari segera
diangkat, agar tidak menyerap suara.
Perkusi langsung dan tak langsung juga dapat dilakukan dengan kepalan
tangan. Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang
dominan yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi langsung
kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak berhasil.
Pada perkusi tak langsung dengan kepalan, plessimeter menjadi tangan yang pasif,
diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan dari tangan yang dominan)
mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat untuk menilai, misalnya, nyeri tekan
costovertebral angle (CVA) ginjal. Pada pemeriksaan fungsi sistem perkemihan pada
saat dilakukan perkusi mungkin akan dirasakan nyeri pada lokasi yang sakit.

19
Sehingga perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan perkusi agar dilakukan
dengan hati-hati dengan memperhatikan ekspresi klien.

Tekhnik jari tidak langsung

Perkusi kepala tangan


(A) Perkusi tak langsung pada daerah costovertebral (CVA).
(B) Perkusi langsung pada CVA.
Auskultasi
Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-
paru, jantung pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Umumnya,
auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-
suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam
paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang
melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi dijelaskan frekuensi (pitch),
intensitas (keras lemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan waktunya.

20
Auskultasi adalah keterampilan yang mudah dipelajari tapi sulit interpretasinya.
Pertama, suara normal yang bermacam-macam harus dipelajari sebelum dapat
membedakan mana suara yang abnormal dan ektra. Ketika menggunakan stetoskop,
kurangi suara-suara eksternal yang mengganggu dan suara artefak. Tutup mulut
anda dan, jika endpiece telah diletakkan pada permukaan tubuh, tutup mata anda
dan berkonsentrasilah. Dengan cara demikian, anda akan mengeliminasi suara yang
ditransmisikan melalui mulut yang terbuka, yang dapat berfungsi seperti
megaphone, dan gangguan akibat stimulasi visual terus menerus. Pada pemeriksaan
sistem perkemihan beberapa suara abnormal yang mungkin ditemukan adalah
suara bruit yang merupakan indikasi terjadinya stenosis arteri renal.
c. Pemeriksaan fisik ginjal
Ginjal terletak pada regio posterior, dilindungi oleh iga. Sudut
costovertebral adalah regio dimana kita menilai nyeri tekan dan nyeri ketok
pada ginjal. Pada level yang lebih bawah pada kwadran kanan atas, pool
bawah ginjal kanan, kadang-kadang dapat diraba. Vesica urinaria yang terisi
penuh dan uterus hamil dapat diraba di atas simpisis pubis. Beberapa hal
penting yang diperhatikan sewaktu pemeriksaan adalah cahaya ruangan
cukup baik, klien harus rileks, pakaian harus terbuka dari processus
xyphoideus sampai sympisis pubis. Kondisi rileks dari klien dapat
diperoleh dengan cara :
a) Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
b) Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut
pada posisi fleksi (bila diperlukan)
c) Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan diatas
kepala akan menarik dan menegangkan otot perut
d) Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, sdan kuku harus
pendek. Dengan jalan menggesek gesekan tangan akan membuat
telapak tangan jadi hangat.
e) Lakukan pemeriksaan perlahan lahan, hindari gerakan yang cepat
dan tak diinginkan
f) Jika perlu ajak klien berbicara sehingga pasien akan lebih relak

21
g) Jika klien sangat sensitif dan penggeli mulailah palpasi dengan
tangan klien sendiri dibawah tangan pemeriksa kemudian secara
perlahan lahan tangan pemeriksa menggantikan tangan klien
h) Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka
dan emosi klien

gambaram ginjal dari posterior


Inspeksi
Atur posisi pasien dengan tidur terlentang, minta klien membuka
bajunya. Perhatikan sekitar abdomen klien. Lakukan inspeksi pada
abdominal jika terdapat massa di abdominal atas, massa keras dan padat
kemungkinan terjadi keganasan atau infeksi perinefritis.
Palpasi
1) Palpasi Ginjal Kanan
a. Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita, paralel pada
costa ke-12, dengan ujung jari anda menyentuh sudut
kostovertebral. Angkat, dan cobalah mendorong ginjal kanan ke
depan (anterior).
b. Letakkan tangan kanan anda dengan lembut pada kuadran
kanan atas, di sebelah lateral dan sejajar terhadap otot rektus
(muskulus rektus abdominis dekstra)
c. Mintalah penderita untuk bernapas dalam. Pada waktu puncak
inspirasi, tekanlah tangan kanan anda dalam-dalam ke kuadran
kanan atas, di bawah arcus costa, dan cobalah untuk
“menangkap” ginjal diantara kedua tangan anda.

22
d. Mintalah penderita untuk membuang napas dan menahan napas.
Pelan-pelan, lepaskan tekanan tangan kanan anda, dan rasakan
bagaimana ginjal akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi.
Apabila ginjal teraba (normalnya jarang teraba), tentukan
ukurannya, contour, dan ada/tidaknya nyeri tekan.

Teknik palpasi bimanual pada ginjal kanan


2) Palpasi Ginjal Kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri penderita.
Gunakan tangan kanan Anda untuk menyanggga dan mengangkat
dari belakang, dan tangan kiri untuk meraba pada kuadran kiri atas.
Lakukan pemeriksaan seperti ginjal kanan. Ginjal kiri yang normal
jarang dapat teraba.
3) Palpasi Aorta
Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit di sebelah kiri
garis tengah, dan rasakan adanya pulsasi aorta. Pada penderita di
atas 50 tahun, cobalah memperkirakan lebar aorta dengan menekan
kedua tangan pada kedua sisi.

Perkusi
Teknik perkusi digunakan untuk mengetahui nyeri ketok pada ginjal.
Nyeri tekan ginjal mungkin ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga
dapat dilakukan pada sudut costovertebrae. Kadang-kadang penekanan
pada ujung jari pada tempat tersebut cukup membuat nyeri, tetapi
seringkali harus digunakan kepalan tangan untuk menumbuhkan nyeri
ketok ginjal (ditinju dengan permukaan ulnar kepalan tangan kanan
dengan beralaskan volar tangan kiri ( fish percussion). Letakkan satu

23
tangan pada sudut kostovertebra, dan pukullah dengan sisi ulner
kepalan tangan Anda.

Teknik nyeri ketok ginjal

2.3. Pemeriksaan Penunjang Pada System Perkemihan


A. PEMERIKSAAN LABORATURIUM
1) Pemeriksaan urine Urinalisis
adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis
infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus
dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status
kesehatan umum yang meliputi Uji Makroskopik, Uji Kimiawi dan Uji
Mikroskopik.
Pemeriksaan utin rutin yaitu terdiri dari:
 Jumlah urin \makropis: warna dan jernihnya urine
 Berat jenis
 Protein
 Glukosa
 Pemeriksaan sedimen
N Pemeriksaan Keterangan Nilai normal
o rutin urin
1. Jumlah urine Tujuan: Jumlah urin 24 jam
- Adanya gangguan faal ginjal antara 800-1300
- Adanya kelainan kesetimbangan pada orang dewasa

24
cairan badan
Pengukuran umlah urine:
- Urin 24 jam
- Urin sewaktu
2. Warna urina Urine di temukan oleh besarnya dieuresis. Warna urine normal
Interpretasi: tidak berwarna, kining muda, berkisar anatara
kuning tua, kuning bercampur merah, kuning muda dan
merah, coklat, kuning bercampur hijau, kuning tua
putih serupa susu, dll.
Kejrnihan Interpretasi: jernih , agak keruh,keruh, Kejernihan
atau sangat keruh normal:jernih
3. Berat jenis Menggunakan urinometer Berat jenis urin 24
Makjun besar diuresis maka makin rendah jam orang normal
berat jenis 1016-1022
Bau urine Bau berlainan dari yang normal isa berasal Bau urin normal
dari makanan, obat-obatan, amoniak, disebabkan oleh
ketonuria, dan bau busuk asam-asam organik
yang mudah
menguap
Derajat PH keasaman urin memakai kertas Batas normal pH 4,6-
keasaman indikator 8,5 urin 24 jam
mempunyai pH rata-
rata 6,2
4. Protein Menyatakan adanya protein dalam urin Normal : (-) tidak ada
berdasarkan kepda timbulnya kekeruhan kekeruhan
Interpretasi :
- Positif(+) : adanya kekeruhan ringan
tanpa butiran, kadar protein kira-kira
0,01-0,05%
- Positi(++): kekeruhan mudah dilihat
dan nampak-nampak(0.05-0,2%)
- Positif(+++): urin jelas keruh dan
kekeruhan itu berkeping keping (0,2-

25
0,5%)
- Positif(++++): urine sangat keruh dan
kekeruhan berkeping-keping besar
atau bergumpal-gumpal(>0,5%)
5. Glukosa - Untuk menentukan glukosa dalam Semikuantitatif:
urine normal (-) tetap biru
- Dengan cara semikuantitatif dan jernih atau sedikit
kuantitatif kehijau-hijauaan dan
- Interpretasi: agak keruh
 Positif +: hijau kekuning-kuningan
dan keruh (0,5-1%)
 Positif ++: kuning keruh (1-1,5%)
 Positif +++: jingga atau warna
lumpur kruh(2,5-3%)
 Positif ++++: merah keruha
(>3,5%)
Bilirubin Interpretasi : adanya warna hijau pada
presipitasi di kertas saring
Kalsium - Berguna menilai kelainan faal gl Nilai normal : tidak
paratiroidea dan gangguan terjadi kekeruhan
metabolisme pada umumnya (-) tidak terjadi
- Interpretasi kekeruhan
 Positif++: kekeruhan sedang (+) terjadi kekeruhan
 Positif +++: kekeruhan berat yang halus
timbul < 2 detik
 Positif ++++: kekeruhan yang
terjadi seketika
6. Pemeriksaaan Interpretasi: Epitel : normal
sedimen - Sel epitel hampir selalu ada.sel epitel ditemukan
bulat banyak menandakan glomerulus Leukosit normal : <
- Oval fat bodies ditemukan sel epitel 5/LPB
bulat yang mengalami degenerasi Kristal-kristal dalam
lemak pda sindrom nefrotik urin normal yaitu

26
- Leukosit,bila > 5 leukosit/LPB artinya kristal asam
da proses peradangan, tumor, dll urat(dalam urin asam
- Eritrosit , bila >1 eritrosit/LPB artinya urat) calsium
ada radang , trauma, diastesis osksalat(dalam urin
hemoragik, dll netral)
- Benang lendir, didapat pada iritasi
permukaan selaput lendir traktus
urogenitalis bagian distal
- Kristal. Dalam urin menunjukan
keaadaan abnormal dengan ditemukan
leusin, sistin, kolestrol, dll

2) Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi Interpretasi Nilai normal
Pemeriksaan bakteriologi - Jumlah kuman antara Jumlah kuman <
dilakukan dengan cara 10.000-100.000 /ml 10.000 /ml urin
kuantitatif dengana cara urin berarti satu
memperhitungkan berapa infeksi dalam saluran
banyak kuman didapat rata- urin
rata/ mll urine pemeriksaan - Jumlah kuman
sedimen urine dengan cara 100.000berarti
Gram dan Zhile Neels, dan infeksi
dengan kultur urine.

3) Pemeriksaan darah
No Pemeriksaan darah Keterangan Nilai normal
1. Darah rutin Bertujuan untuk menilai Hb:
- Hb kerusakan pada ginjal ♀12-14g/dl
- LED contoh pasien yang ♂13-16 g/dl
- Leukosit anemia kemungkinan LED:
- Hitung gagal ginjal
♀ < 10mm/jam
trombosit
♂ <15mm/jam
- Hitung jenis

27
leukosit Leukosit: 5000-10.000
ul
Trombosit : 150.000-
400.000/ul
Hitung jenis leukosit:
0-1 1-3 2-6 50-70 20-40
2-8
2. Faal ginjal Kllirens kratini Ureum darah: 20-
- Kadar kreatinin menunjukan kemampuan 40mg/dl
- Kadar ureum filtrasi ginjal. Dalam Kreatini: 0,5-1,5 mg/dl
atau BUN menilai faal ginjal Klirens kreatini: 80-120
- Kliren kratinin pemeriksaan ini lebih ml/menit
pekadari pada
pemeriksaan kreatinin
BUN. Memeriksa klierns
kreatini dengan
menampung urine 24
jam .

B. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Radiologi
No Pemeriksaan Keterangan Indikasi Kontra
radiologi indikasi
1. Foto polos - Untuk foto skrining Setiap -
abdomen untik pemeriksaan pemeriksaan
urologi traktus
- Yang diperhatikan urinarius
bayangan, besar dan
posisi kedua ginjal
2. Pielografi intra Foto dapat Keadaan - Pasien
vena menggambarkan keadaan fungsi ginjal riwayat
sistem urinaria melalui masih baik alergi
bahan kontras radio opak - Pasien

28
Pencitraan ini menunjukan gagal ginjal
kelainan anatomi dan
kelanian fungsi ginjal
3. Ultrasoundgrafi Pemeriksaan ini tidak
invasif dan tidak
menimbulkan efek radias.
USG dapat membedakan
antara masahiperechoik
dan masa
kitus(hipoechoik).
Pemeriksaan pada ginjal
bertujuan untuk:
1. mendeteksi
keberadaaan dan
keadaaan ginjal
2. sebagai penuntut saat
melakkukan pungsi ginjal
3. pemeriksaan penyaring
adanya dugaan trauma
ringan pada ginjal
4. CT scan dan Pemeriksaan ini banyak Pasien
MRI digunakan untuk diduga ada
menentukan penderajatan tumor pada
tumor yaitu batas-batas traktus
tumor, invasi organ skitar urinarius
tumor dll

C. PROSEDUR ENDOSKOPI (Ultrasound Ginjal)


Gelombang suara berfrekuensi tinggi, tdkterdengar ditransmisikan dr
sebuah transducermenuju ginjal dan struktur sekitarnya. Pantulan
gelombang dikonversikan menjadi citraanatomis dan ditampilkan pd layar
monitor. Mendeteksi akumulasi cairan, massa, malformasi,perubahan
ukuran, obstruksi, bentuk, posisi,komplikasi setelah transplantas.

29
Prosedur:
 Telungkup/ duduk
 Jely konduktif ultrasonik dioles pd areayg akan discan
 Transducer digerakan di atas jelymemancarkan berkas suara
melewati jaringan tubuh dgn beda kepadatan
 direfleksi ke transducer sbg gaung
 diubah mjd impuls listrik ditayangkanpd osiloskop (30mnt)
 Klien diminta bernafas dalam u/menunjukkan gerakan ginjal
slmrespirasi
Setelah tes:
 Bersihkan jely
 Diet biasa
Hasil normal: Ukuran, letak ginjal normal
Hasil abnormal:
 Kista penuh cairan
 tdk memantulkangelombang suara, tumor
 gemaganda, bentuk2 tdk teratur, absesmemantulkan sedikit
gelombang
D. BIOPSI RENAL
Biopsi ginjal dilakukan dengan menusukkan jarum biopsi melalui kulit ke
dalam jaringan renal atau dengan melakukan biopsi terbuka melalui luka
insisi yang kecil didaerah pinggang. Pemeriksaan ini berguna untuk
mengevaluasi perjalanan penyakit ginjal dan mendapatkan spasimen bagi
pemeriksaan mikroskopik elektron serta imunofluoresen. Khususnya bagi
penyakit glomerulus. Sebelum biopsi dilakukan, pemeriksaan koagulasi
perlu dilakukan lebih dahulu untuk mengidentifikasi setiap resiko terjadinya
perdarahan pascabiopsi.
a. Menentukan sifat, luas, danprognosis penyakit ginjal
b. Mengambil irisan jaringan korteksginjal u/ diperiksa dgn
teknikmikroskopik canggih
c. Metode: perkutan tertutup ataupembedahan terbuka
d. Mendiagnosa penyakit ginjal, monitorkemajuan penyakit ginjal,
mencekefektivitas terap

30
Sebelum tes:
 Inform consent
 Penkes prosedur, sensasi
 Kaji pemeriksaan hematologi (hitungdarah lengkap, waktu
perdarahan,waktu protombin, jml trombosis, tipeserta pemeriksaan silang
u/kemungkinan transfusi)
 Ambil spesimen urin u/ analisis rutin,kultur, sensitivitas
 IVP, USG, foto polos abdomen
 membantu menentukan tempat biopsi
 Puasa 8 jam sblm tes
Prosedur:
 Anestesi lokal
 Berbaring pd permukaan rata dgnbantal/ kantong pasir dibawah perut
u/meninggikan ginjal
 Nafas dalam saat ginjal diraba
 Tahan nafas, tdk bergerak
 jarumanestesi masuk mll otot2 punggungsampai ditarik kembali
 Dibuat insisi kecil pd kulit teranestesi,tahan nafas & tdk bergerak saat
doktermenusukkan jarum dgn stylet (jarumbiopsi) u/ mengambil spesimen
 Implikasi keperawatan selamaprosedur:
 Beri dukungan emosional, turunkankecemasan
 Latih pernafasan
 Jelaskan sensasi yg dirasakan
Setelah tes:
 Tekan area biopsi 3-5 menit untukmenghentikan perdarahan, pasangperban
 Baring terlentang paling sedikit selama12 jam u/ meminimalkan perdarahan
 Pantau TV, perdarahan, nyeri, baluttekan
 Observasi warna, jml, karakteristik urin
 Pemeriksaan hematologi
 Konsumsi cairan peroral
 Kurangi aktivitas berat selama 2 minggu

31
Kontraindikasi: kanker ginjal,gangguan perdarahan, hipertensi,hanya ada 1
ginjal
Komplikasi: perdarahan, hematoma,fistula arteriovenous, infeksi
Hasil normal: irisan jaringanmenunjukkan struktur normal
Hasil abnormal: kanker ataupenyakit ginjal lainnya

Biopsi pada ginjal

32
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Anatomi Sistem Perkemihan

 Ginjal (Ren)
 Ureter
 Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
 Uretra.

33
DAFTAR PUSTAKA

Pearce , Evelyn C.2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis .


Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sobotta.Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC.

Syaifuddin . 2003 . Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta : EGC.

Sudoyo A. W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK. S, Setiati S, eds.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi IV, Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta,

Zubir N. Pemeriksaan abdomen. Dalam: Acang N, Zubir N, Najirman,


Yuliwansyah R, Eds.

Buku Ajar Diagnosis Fisik. Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang. 2008

Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan pada sistem perkemihan &
penatalaksanaan keperawatan. Deepublish.

34

Anda mungkin juga menyukai