Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KOMUNIKASI TERAUPETIK

KEPERAWATAN PADA PASIEN DIARE DI PUSKESMAS GUNUNG SARI

Disusun Oleh:

Lalu Syahrul Azkian


025STYC20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JENJANG S1
KEPERAWATAN
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KOMUNIKASI TERAUPETIK

KEPERAWATAN PADA PASIEN DBD

Laporan komunikasi teraupetik keperawatan ini telah diperiksa, disetujui, dan dievaluasi
oleh pembimbing lahan dan pembimbing pendidikan pada :

Hari :

Tanggal :

Di susun oleh :

Lalu syahrul azkian (025STYC20)

Mengetahui :

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan

(Syamsul Munir, S. Kep., Ners) (Bq.Nurul Hidayati,


S.Kep.,Ners.,M.Kep )

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi teraupetik adalah komunikasi yang bertujuan untuk pengobatan dan
dapat membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi.

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta
frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4
kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Diare pada anak merupakan masalah
kesehatan dengan angka kematian yang tinggi terutama pada anak umur 1 sampai
4 tahun, jika tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dan memadai
(Kemenkes RI., 2011).
Petugas kesehatan dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang
tepat dan disesuaikan dengan tahap perkembangan pasien. Pada orang dewasa
mereka mempunyai sikap,pengetahuan dan keterampilan yang lama menetap
dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. Oleh sebab itu
perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat
tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat
makalah yang mencoba menerapkan model konsep komunikasi yang tepat pada
dewasa.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kegiatan bertujuan untuk mengetahui hubungan komuikasi terapeutik perawat
dengan kepuasan pasien rawat inap puskesmas Gunung Sari
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik perawat, meliputi umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan

3
b. Mengetahui karakteristik pasien, meliputi umur dan jenis kelamin di
Puskesmas Gunung sari
c. Mengetahui pelaksanaan komunikasi terapeutik
d. Mengetahui tingkat kepuasan pasien rawat inap di puskesmas Gunung Sari
e. Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien
rawat inap di Puskesmas Gunung Sari

BAB II
TEORI

A. Tehnik Komunikasi
1. Bertanya
Bertanya (questioning) merupakan tehnik yang dapat mendorong klien
untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Tehnik berikut sering
digunakan pada tahap orientasi.
2. Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi
terapeutik. Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta
penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima.
Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien
dengan penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan
tidak memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat
mempunyai waktu untuk mendengarkan.
3. Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan
klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi
perawat mengikuti pembicaraan klien. Restarting (pengulangan) merupakan
suatu strategi yang mendukung listening.
4. Klarifikasi

4
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran
klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari
ungkapannya.
Pada saat klarifikasi, perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang
dikatakan klien, juga tidak boleh menambahkan informasi. Apabila perawat
menginterpretasikan pembicaraan klien, maka penilaiannya akan berdasarkan
pandangan dan perasaannya. Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan,
karena pengertian terhadap perasaan klien sangat penting dalam memahami
klien.
5. Refleksi
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan,
pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk
memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan
menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap klien.

6. Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien
untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada
pencapaian tujuan. Dengan demikian akan terhindar dari pembicaraan tanpa
arah dan penggantian topik pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
mengguanakan metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan
ketika klien menyampaikan masalah penting.
7. Diam
Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada
klien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan
kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-
masing. Tehnik ini memberikan waktu pada klien untuk berfikir dan
menghayati, memperlambat tempo interaksi, sambil perawat menyampaikan
dukungan, pengertian, dan penerimaannya. Diam juga memungkinkan klien
untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan berguna pada saat klien harus
mengambil keputusan.
8. Memberi Informasi

5
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan
penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan
kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan
perawatan diri dan penyembuhan klien. Informasi yang diberikan pada klien
harus dapat memberikan pengertian dan pemahaman tentang masalah yang
dihadapi klien serta membantu dalam memberikan alternatif pemecahan
masalah.
9. Menyimpulkan
Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang membantu
klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawat-klien. Tehnik ini
membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat
mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan
kembali komunikasi yang telah dilakukan.
B. Model Komunikasi
1. Komunikasi verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan
di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama
pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan
tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk
mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau
menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan
arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi
verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon
secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
a. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin
sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya
kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan
mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat
penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari
pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa,
mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan
menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.

6
Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada
“saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak
enak.”
b. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan
dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat,
klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau
mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang
dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan
mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah
sementara saya mendengarkan paru-paru Anda”.
c. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide
yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu
kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis
untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika
berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata
sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting
ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
d. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada
pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa
perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat
sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas.
Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi
waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata.
Selaan yang tepat dapat dilakukan denganmemikirkan apa yang akan
dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari
pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan

7
kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan
perlu untuk diulang.
e. Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien
sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko
operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu
tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh
karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk
berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika
pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
f. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi
ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan
keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap
klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang
produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat,
meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas,
memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk
menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya
untuk berkomunikasi dengan klien.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan
katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan
pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-
verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi
asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan
verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan. Komunikasi non-verbal teramati pada:
a. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan
antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu
komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang
berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan

8
perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang
marah.
b. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang
diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul
dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari
kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya. Bentuk fisik, cara
berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan,
agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan
dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien
mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat.
Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan
perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa
percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
c. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan
yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung
mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika
sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa
tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
d. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang
tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan
sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam
menentukan pendapat

C. Strategi Komunikasi
1. Tahap Persiapan (Prainteraksi)
Tahap Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum
berinteraksi dengan klien. Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga

9
mencari informasi tentang klien. Kemudian perawat merancang strategi
untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahap ini harus dilakukan oleh
seorang perawat untuk memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan
meyakinkan dirinya bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
a.       Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum
berinteraksi dengan klien, perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri.
Perasaan apa yang muncul sehubungan dengan interaksi yang akan
dilakukan. Apakah ada perasaan cemas? Apa yang dicemaskan?.
b.      Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan ini sangat
penting dilakukan agar perawat mampu mengatasi kelemahannya secara
maksimal pada saat berinteraksi dengan klien. Misalnya seorang
perawat mungkin mempunyai kekuatan mampu memulai pembicaraan
dan sensitif terhadap perasaan orang lain, keadaan ini mungkin bisa
dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya dalam membuka
pembicaraan dengan klien dan membina hubungan saling percaya.
c.       Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting
karena dengan mengetahui informasi tentang klien perawat bisa
memahami klien. Paling tidak perawat bisa mengetahui identitas klien
yang bisa digunakan pada saat memulai interaksi.
d.      Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu
merencanakan pertemuan pertama dengan klien. Hal yang direncanakan
mencakup kapan, dimana, dan strategi apa yang akan dilakukan untuk
pertemuan pertama tersebut.

2. Tahap Perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali
bertemu atau kontak dengan klien. Pada saat berkenalan, perawat harus
memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien. Dengan
memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien
dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka dirinya. Tujuan
tahap ini adalah untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah

10
dibuat dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang
lalu.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
a.       Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan
komunikasi terbuka. Hubungan saling percaya merupakan kunci dari
keberhasilan hubungan terapeutik, karena tanpa adanya rasa saling
percaya tidak mungkin akan terjadi keterbukaan antara kedua belah
pihak. Hubungan yang dibina tidak bersifat statis, bisa berubah
tergantung pada situasi dan kondisi. Karena itu, untuk mempertahankan
atau membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka,
jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan
menghargai klien.
b.      Merumuskan kontrak pada klien. Kontrak ini sangat penting untuk
menjamin kelangsungan sebuah interaksi. Pada saat merumuskan
kontrak perawat juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi peran-
peran perawat dan klien agar tidak terjadi kesalah pahaman klien
terhadap kehadiran perawat. Disamping itu juga untuk menghindari
adanya harapan yang terlalu tinggi dari klien terhadap perawat karena
karena klien menganggap perawat seperti dewa penolong yang serba
bisa dan serba tahu. Perawat perlu menekankan bahwa perawat hanya
membantu, sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah ada pada
diri klien sendiri.
c.       Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien.
Pada tahap ini perawat mendorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya. Dengan memberikan pertanyaan terbuka, diharapkan
perawat dapat mendorong klien untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaannya sehingga dapat mengidentifikasi masalah klien.
d.      merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan
interaksi bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan
sulit dicapai. Tujuan ini dirumuskan setelah klien diidentifikasi.
Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan
kedua dan seterusnya, tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan
data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, dan

11
mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal
yang telah dilakukan bersama klien

3. Tahap Kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik. Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-
sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini
dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan
dan pikirannya. Perawat juga dituntut untuk mempunyai kepekaan dan
tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam respons verbal
maupun nonverbal klien.
Pada tahap ini perawat perlu melakukan activelistening karena tugas
perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien.
Melalui activelistening, perawat membantu klien untuk mendefinisikan
masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan
mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah dipilih.
Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien. Tehnik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk
memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan
membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide yang sama. Tujuan tehnik
menyimpulkan adalah membantu klien menggali hal-hal dan tema
emosional yang penting.

4. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien.
Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
Terminasi sementaraadalah akhir dari tiap pertemuan perawat-klien,
setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien
pada waktu yang telah ditentukan.Terminasi akhir terjadi jika perawat telah
menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
a.       Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
Evaluasi ini juga disebut evaluasi objektif. Dalam mengevaluasi,

12
perawat tidak boleh terkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi
sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
b.      Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan
menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
Perawat perlu mengetahui bagaimana perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat. Apakah klien merasa bahwa interaksi itu
dapat menurunkan kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa
interaksi itu ada gunanya? Atau apakah interaksi itu justru
menimbulkan masalah baru bagi klien.
c.       Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
Tindakan ini juga disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien. Tindak
lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang akan
dilakukan berikutnya. Misalnya pada akhir interaksi klien sudah
memahami tentang beberapa alternative mengatasi marah. Maka untuk
tindak lanjut perawat mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah
satu dari alternative tersebut.
d.      Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting
dibuat agar terdapat kesepakatan antara perawat dan klien untuk
pertemuan berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu,
dan tujuan interaksi.
Proses terminasi perawat-klien merupakan aspek penting dalam
asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak dilakukan dengan
baik oleh perawat, maka regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada
klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan
perawat untuk terbuka, empati dan responsif terhadap kebutuhan klien
pada pelaksanaan tahap sebelumnya.

D. Kendala Komunikasi
1. Pesan sulit dipahami
Pesan yang berbelit-belit atau memutar-mutar tanpa ada gagasan inti
yang jelas akan membuat komunikan susah memahami dan malas
memahami pesan yang dibuat oleh komunikator sehingga komunikasi bisa

13
gagal. Hal ini sangat sering dialami oleh mereka yang belum terbiasa
berkomunikasi dengan orang lain.Oleh karena itu, gunakanlah pesan yang
efektif dan efisien ya!

2. Persepsi negatif

Persepsi negatif terhadap komunikator akan berpengaruh terhadap


penerimaan pesan yang dilakukan oleh komunikan. Oleh karena itu,
cobalah untuk menghilangkan persepsi negatif tersebut, khususnya dengan
menunjukkan perilaku yang memang baik. Dengan demikian citra
komunikator bisa berkesan lebih positif. Tentunya hanya citranya saja
yang baik tanpa memiliki nilai yang benar-benar baik juga tidak etis
karena bisa terlihat menipu komunikan. Jadi intinya, jadilah orang baik
yang sesungguhnya ya.

3. Tidak percaya diri


Komunikator yang tidak percaya diri, terlihat sangat grogi, dan lain
sebagainya, sangat susah untuk membuat audiens menjadi betah
mendengarkan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Akibatnya,
pesan akan menjadi lebih sulit tertangkap dan menyebabkan komunikan
jadi tidak bisa memahami pesan dengan baik. Oleh karena itulah,
komunikator sebaiknya memiliki rasa percaya diri yang cukup. Rasa
percaya diri bisa diasah dengan berlatih ataupun dengan semakin banyak
melakukan komunikasi.

4. Tingkat kedekatan komunikator dan komunikan


Jauhnya tingkat hubungan komunikator dan komunikan bisa
menghambat komunikasi yang dilakukan. Misalnya apabila kamu baru
berkenalan dengan seseorang dan orang tersebut mengucapkan beberapa
hal yang membuatmu harus mengeluarkan biaya atau tenaga tertentu untuk
melakukannya, kamu cenderung tidak akan mau mengikuti hal tersebut
karena khawatir akan ditipu dan lain sebagainya. Dalam hal komunikasi

14
kelompok, kedekatan kelompok juga berpengaruh, sebagaimana bisa kita
baca pada teori komunikasi kelompok menurut para ahli.

5. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi seperti cacat fisik yang tidak diketahui, sumber
suara yang mengganggu suara komunikator, dan lain sebagainya bisa
menjadi salah satu penyebab gagalnya komunikasi yang dilakukan oleh
komunikator. Oleh karena itu, pilihan media, waktu, dan lain sebagainya
harus dipertimbangkan dengan benar oleh komunikator agar tidak muncul
gangguan komunikasi yang bisa mengganggu komunikasi yang dilakukan
oleh komunikator.

6. Bahasa tidak sama


Seperti yang telah disinggung pada bagian sebelumnya, bahasa
memegang peran yang penting dalam komunikasi, khususnya komunikasi
lisan. Apabila komunikasi yang dilakukan menggunakan bahasa yang tidak
sama, maka besar sekali kemungkinan bahwa komunikasi tersebut pasti
akan mengalami kegagalan. Oleh karena itulah, komunikator harus
memastikan bahwa bahasa yang digunakan oleh komunikator dan
komunikan adalah sama. Inilah salah satu faktor yang mempengaruhi
komunikasi kelompok menjadi gagal.
Itulah beberapa faktor keberhasilan dan kegagalan komunikasi yang
bisa kita bahas dalam kesempatan kali ini. Agar komunikasi bisa berhasil,
maka beberapa faktor keberhasilan komunikasi di atas harus diperhatikan
dengan baik oleh setiap komunikator. Jangan lupa untuk memerhatikan
elemen elemen komunikasi.

E. Pembahasan

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara


perawat klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang
mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat klien yang terapeutik

15
adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan menggunakan
berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif
seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang
efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami
tentang dirinya.

Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan karena :


1.      Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang
terapeutik. Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi
dan pertukaran perasaan dan pikiran.
2.      Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain.
Berarti, keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada
komunikasi karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah
perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang normal.
3.      Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang
terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi.
Dalam membina hubungan terpeutik dengan klien, perawat
perlu mengetahui proses komunikasi dan keterampilan berkomunikasi
dalam membantu klien memecahkan masalahnya.
Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah
pengirim pesan, penerima pesan, media dan umpan balik. Semua
perilaku individu pengirim dan penerima adalah komunikasi yang
akan member efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan dapat
berupa verbal dan nonverbal. Bermain merupakan cara berkomunikasi
dan berhubungan yang baik dengan klien anak.
Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji secara nonverbal
antara lain Vokal, nada, kualitas, keras ato lembut, kecepatan, yang
semuanya menggambarkan suasana emosi.

16
a. Gerakan; reflex, postur, ekspresi muka, gerakan yang berulang, atau
gerakan-gerakan yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat
diartikan sebagai suasana hati.
b. Jarak (space)
Jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan
keintiman.
c. Sentuhan
dikatakan sangat penting, namun perlu mempertimbangkan aspek
budaya dan kebiasaaan.

BAB III
KASUS

Tn.T datang ke IGD Puskesmas Gunungsari keluhan Diare,mual,muntah dan


lemas,pasien juga mengataka tidak nafsu makan sehingga menjadi lemas dan tidak
bertenaga

BAB IV

PEMBAHASAN

Konsep Dasar Diare

A. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 2002).

17
B. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh pelbagai infeksi, selain penyebab lain seperti
malabsorbsi. Menurut Ngastiyah (2014), faktor penyebab diare adalah
sebagai berikut.
a. Faktor infeksi

1) Infeksi Enternal yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enternal sebagai berikut :

a) Infekasi Bakteri: Vibrio, Escherichia Coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

b) Infeksi Virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsakie,

Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain).

c) Infeksi Parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa

(Entamoeba Histolyatica, Giardia Lambia, Trichomonas Hominis), jamur (Candida

Albicans).

2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti otitis

media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis, dan

sebagainya.

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat: diskarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Bayi dan

anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

18
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang
dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

C .Tanda dan Gejala

Menurut Ngastiyah (2014), gambaran klinis penyakit diare bermula


dengan pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai
lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan
karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet
karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus
selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan


asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit,
gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata
dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lender bibir dan mulut
serta kulit tampak kering.

D.Penatalaksanaan
Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI (2011), kebijakan pengendalian

penyakit diare di Indonesia bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan

angka kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor terkait.

Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah adalah :

a. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan

melalui lima langkah tuntaskan diare (LINTAS Diare) yaitu :

1) Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah

2) Zinc selama 10 hari berturut-turut

3) Pemberian ASI dan makanan

19
4) Pemberian antibiotik sesuai indikasi

5) Pemberian nasehat

b. Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan

benar.

c. Meningkatkan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini) dan penanggulangan KLB

(Kejadian Luar Biasa) diare.

d. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.

e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.

E.Pencegahan diare

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat

dilakukan adalah dengan perilaku sehat dan penyehatan lingkungan

(KementerianKesehatan RI, 2011). Menurut Fida (2012) dalam buku pengantar

ilmu kesehatan anak, biasanya diare menyebar dan menginfeksi anak melalui

empat faktor, yaitu food, feces, fly dan finger. Oleh karena, itu untuk

mencegah agar penyakit ini tidak menyebar dan menular, cara yang paling

praktis adalah memutuskan rantai penularan tersebut. Faktor kebersihan menjadi

faktor yang penting untuk menghindarkan anak dari penyakit diare.

Adapun beragam upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran dan

menularnya diare ialah (Fida, 2012) :

a. Pemberian makanan yang higienis

Faktor makanan juga sering menjadi faktor penyebab seseorang

mengalami diare. Makanan yang kita konsumsi harus diperhatikan kebersihannya

20
karena jika makanan yang kita konsumsi tidak bersih maka kuman atau bakteri

yang terdapat pada makanan dapat ikut masuk kedalam tubuh kita, sehingga

makanan harus selalu dalam keadaan tertutup agar tidak dihinggapi lalat.

Makanan basi dan makanan pedas, makanan basi tidak layak makan karena

ada bakteri yang masuk kedalam makanan tersebut. Makanan yang pedas dan

diare sepertinya tidak bisa dipisahkan, bila kita merasa sanggup memakan

makanan pedas, tidak berarti demikian dengan pencernaan kita. Makanan yang

pedas secara langsung dapat mengganggu pencernaan, menyebabkan terjadinya

diare bagi banyak orang dengan kondisi pencernaan yang sensitif. Adanya

komposisi kimia dalam makanan yang pedas serta bagaimana interaksinya dalam

tubuh dapat menyebabkan diare bagi pencernaan.

Berdasarkan penelitian Pradipta (2013) menyebutkan bahwa terdapat hubungan

antara perilaku jajan dengan kejadian diare pada anak sekolah dasar.

21
3

Jajanan yang diperjualbelikan biasanya tidak mengindahkan pedoman dalam

kesehatan. Kurangnya penutupan dan keterbukaan makanan terhadap lalat,

serangga dan hama akan menyebabkan penyakit seperti diare.

b. Menyediakan air minum yang bersih

Umumnya, orang menganggap bahwa penyakit diare hanya disebabkan oleh

makanan yang tidak bersih. Tetapi kalau dilihat dari faktor-faktor penyebab diare,

penyebab diare lebih dominan disebabkan oleh bakteri. Bakteri itu sendiri dapat

masuk ke tubuh kita melalui banyak hal, salah satunya melalui air minum yang

terkontaminasi. Berdasarkan penelitian Wirawan (2016) menyebutkan bahwa

ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare. Oleh karena

itu, air yang bersih dan steril patut kita perjuangkan seperti air minum harus

selalu dimasak, tidak minum air kran, selalu menutup minuman serta air minum

harus bersih, tidak berwarna dan tidak berbau.

c. Menjaga kebersihan perorangan

Berdasarkan penelitian Safira (2015) menyebutkan terdapat hubungan antara

kebersihan diri dengan kejadian diare. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

pendapat dari Dirjen PPM & PLP dalam buku materi program P2 diare pada

pelatihan P2ML terpadu bagi dokter Puskesmas bahwa personal hygiene adalah

langkah pertama untuk hidup lebih sehat. Dasar kebersihan adalah pengetahuan,

banyak masalah kesehatan timbul akibat kelalaian kita tetapi standar higyene dapat

mengontrol kondisi ini. Menjaga kebersihan diri merupakan salah satu cara agar

tubuh terhindar dari kuman dan bakteri sehingga tidak mudah terjangkit

penyakit, termasuk diare. Misalnya, mencuci tangan, menjaga

22
4

kebersihan kuku seperti memotong kuku agar kuku tidak panjang dan kuku tidak

kotor.

d. Membiasakan mencuci tangan

Langkah yang paling mudah dilakukan untuk menghindari diare adalah rajin

mencuci tangan pakai sabun, karena tangan adalah anggota tubuh yang

paling banyak kita gunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga

sangat rentan untuk bakteri dan kuman menempel pada tangan kita, saat kita

memegang apapun. Berdasarkan penelitian Purwandari (2013) menyebutkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku cuci tangan dengan

kejadian diare. Cuci tangan merupakan tindakan pencegahan yang murah, namun

efektif untuk menurunkan penyakit yang dapat ditularkan melalui tangan,

misalnya diare. Sehingga untuk menghindari diare dapat dilakukan dengan

mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan setelah makan, setelah

buang air besar, sebelum memegang makanan dan setiap tangan kotor.

e. Buang air besar pada tempatnya

Perilaku buang air besar (BAB) sembarangan masih terjadi di Indonesia,

disejumlah daerah masyarakat masih BAB sembarangan di kali atau sungai.

Data Joint Monitoring Program WHO/UNICEF (2014), sebanyak 55 juta

penduduk di Indonesia masih berperilaku BAB sembarangan. Akibatnya, mereka

rentan terkena penyakit diare. Dampak penyakit yang paling sering terjadi akibat

buang air besar sembarangan ke sungai adalah Escherichia Coli, itu merupakan

penyakit yang membuat orang terkena diare. Setelah itu bisa menjadi dehidrasi,

lalu karena kondisi tubuh turun maka masuklah penyakit-penyakit lain.

23
5

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2012), sebanyak

39-40 juta orang yang buang air besar sembarangan, itu termasuk orang yang

mempunyai WC, namun masih membuang kotorannya ke sungai. Riset yang

dilakukan UNICEF dan WHO, juga menyatakan lebih dari 370 balita Indonesia

meninggal akibat perilaku buruk BAB sembarangan yang menyebabkan diare.

Angka kematian akibat diare ini perlu diturunkun, maka dari itu semua pihak

harus sadar dan segera membuat dan memakai toilet yang sehat. Hal ini selaras

dengan kegiatan yang dicanangkan pemerintah dalam bentuk Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM). Kategori jamban disebut sehat jika pembuangan

kotorannya di penampungan khusus tinja atau septic tank. Kalau buangnya ke

sungai, itu belum termasuk sehat. Sehingga diharapkan tidak buang air besar di

sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau

pinggir jalan. Buang air besar di sungai atau di laut dapat memicu penyebaran

wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja. Buang air besar di pantai atau

tanah terbuka dapat mengundang serangga seperti lalat, kecoa, kaki seribu, dan

sebagainya yang dapat menyebarkan penyakit akibat tinja, seperti penyakit diare.

Berdasarkan hasil penelitian Dini (2013) didapatkan 34 (54,0%) responden

mempunyai masalah dalam pembuangan tinja yang dikategorikan sebagai

pembuangan tinja yang tidak sehat, ini disebabkan kebiasaan dan lokasi

pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat karena tidak tersedianya jamban

keluarga sehingga harus membuang tinja di parit, sungai bahkan ada di belakang

rumah dengan cara di timbun dengan tanah. Beberapa jamban ditemukan dalam

keadaan tidak tertutup dan tidak bersih yang memungkinkan untuk

berkembangbiaknya bibit penyakit seperti diare. Adapun hasil penelitian tersebut

24
6

menyebutkan terdapat hubungan yang signifikan antara pembuangan tinja dengan

kejadian diare.

f. Menyediakan tempat pembuangan sampah yang memadai

Selain merusak pemandangan, kebiasaan buang sampah sembarangan dapat

menimbulkan berbagai penyakit seperti diare. Berdasarkan penelitian Junias

(2008) menyebutkan bahwa ada hubungan antara kondisi penggunaan tempat

pembuangan sampah sementara dengan kejadian diare. Sehingga diperlukan

perilaku seperti membuang sampah di tong sampah, tidak membuang sampah di

sungai, tidak membuang sampah di selokan dan tempat sampah harus ditutup.

Secara tidak langsung, misalnya sampah-sampah tersebut menjadi tempat sarang

berkembangbiaknya hewan kotor seperti nyamuk, kecoak, lalat, dan tikus. Hewan-

hewan tersebut dapat menjadi perantara antara kuman penyakit dan manusia.

g. Memberantas lalat dan menjaga kebersihan lingkungan.

Kebersihan merupakan langkah awal agar dapat terhindar dari penyakit diare,

seperti menjaga kebersihan lingkungan dan memberantas lalat. Faktor kebersihan

menjadi faktor yang penting untuk menghindarkan anak dari penyakit diare (Fida,

2012). Berdasarkan penelitian Safira (2015) menyebutkan bahwa ada hubungan

antara kepadatan lalat dengan kejadian diare. Sehingga diperlukan perilaku

membersihkan lingkungan secara teratur, membuang sampah pada tempatnya,

membersihkan selokan secara rutin dan buang air besar pada tempatnya untuk

memberantas lalat dan menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit

diare

25
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam
kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut
mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
2. Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam
penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain
yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini
merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan
kemampuan berhubungan terapeutik.
B. Saran
1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien
untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa
yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman
komunikasi.
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh
etika keperawatan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition,


Mosby, St. louis, Missouri, 1999.
Siregar P. 2009.Gangguan KeseimbanganCairan dan Elektrolit.dalam: Buku Ajar Ilmu
PenyakitDalam, Edisi ke-5, Interna publishing, Jakarta.
Yaswir, R. &Ferawati, I. 2012. Fisiologi dan GangguanKeseimbanganNatrium, Kalium

dan Klorida Serta PemeriksaanLaboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas. 1. 2. 80-85.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018). StandarIntervensiKeperawatan Indonesia. Jakarta:

Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. StandarLuaranKeperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2017). StandarDiagnosaKeperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat PPNI

27
ANALISA PROSES INTERAKSI KLIEN

INISIAL KLIEN : Tn.T

USIA KLIEN :18

INTERAKSI KLIEN : Menerima dengan baik kedatangan perawat

LINGKUNGAN : Puskesmas Gunung Sari

LAMANYA : 30 menit

JARAK : 2 meter

TUJUAN INTERAKSI :

 Membantu klien untuk menjelaskan dan mengurangi beban pikiran karena penyakit
yang di alami pasien
 Meningkatkan kemampuan komunikasi
 Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien ,serta memudahkan
perkembangan dan perubahan pendekatan oleh perawat dan klien.
 Mengurangi keraguan klien dan mengambil tindakan yang efektif
 Mempengaruhi klien untuk menjaga kesehatan

DESKRIPSI KLIEN :

 Tn.T usian 18 tahun datang ke IGD Puskesmas Gunungsari dengan keluhan


Diare,mual,muntah dan lemas,pasien juga mengatakan tidak nafsu makan sehingga
menjadi lemas dan tidak bertenaga

28
KOMUNIKASI VERBAL KOMUNIKASI ANALISA ANALISA RASIONALI
NONVERBAL BERPUSA BERPUSAT SASI
T PADA PADA
KLIEN PERAWAT

P : Selamat pagi pak, P: K: P: memberi Salam


memamandang memberika salam kepada merupakan
K : iya pagi pak dan tersenyum n respon klien kalimat
P: Perkenalkan nama saya sepintas pembuka
K: tersenyum dan P : ingin untuk
lalu syahrul azkian membuka
mahasiswa dari kampus P: memandang menunjukk memulai
an percakapan suatu
STIKES YARSI dengan klien
Mataram,disini saya akan K : memandang perhatian percakapan
cukup dan berharap sehingga
melakukan komunikasi K: menoleh dengaan
teraupetik pada terhadap dapat terjalin
dengan sapaan
bapak,mohon kerja perawat rasa percaya.
tersenyum sederhana
samanya ya pak dan K : klien perawat bisa
Memperkenal
apakah bapak bersedia? P:
mulai di terima kan diri dapat
memperhatikan
K: nggih pak saya bersedia. tertarik menciptakan
respon P : merasa
dengan rasa percaya
P: Nggih pak terimakasih, berkom senang ada klien terhadap
K: menoleh
tadi saya udah konfirmasi unikasi tanggapan perawat
sama bapak bahwa saya P: tersenyum dengan atas salam mengenal
akan melakukan perawat P: ingin nama pasien
K: tersenyum
komunikasi terapeutik memulai akan
kepada bapak. K: mulai memudahkan
P: tersenyum
merasa percakapande interaksi
lalu menunduk ngan topik
K:Nggih pak bahwa nama
K: tersenyum. perawat ringan panggilanmer
P:Bagaimana keadaan bapak sebelum
yang upan nama
sekarang? masuk ke
datang akrab klien
untuk kondisi K
K: Sudah sedikit mendingan sehingga
pak bindingkan dengan memba P : merasa menciptakan
kemarin ntu bahwa K rasa senang
menyele harus di atau bisa di
P: Alhamdulillah yah mbak, sekan berikan panggil
kondisi mbak sekarang maslahn penjelasan dengan mbak
sedikit membaik. Tujuan ya tentang jika klien
saya disini ingin saling
bertukaran informasi K:beruntun kedatangan P setuju.
dengan bapak, untuk g bisa di P: senang Dengan diam
menunjang kesembuhan bantu karna mau therapiutik
bapak. masalahnya menentukan kalian klien
kontrak merasa di

29
K: ngih pak K: selanjutnya dengarkan
menentuka mennentukan dan bercerita
P: saya akan memberi sedikit n kontrak topik tentang
edukasi mengenai segala selanjutnya selanjutnya keadaanya
hal yang berkaitan dengan kepada yg akan di dengan
pencegahan penyakit diare perawat bahas seperti itu
K: baik pak membantu
K: P : senang klien
P: kita mulai ya bapak.. memikirka sekali klien mengungkapk
Diare merupakan kumpulan n tentang setuju dengan an perasannn
gejala yang disebabkan dari kegiatan kegiatan pada perawat
beberapa faktor, antara lain yang di yang akan di
faktor penyediaan air bersih, tawarkan lakukan Evaluasi fase
hygiene personal, dan perawat berhasil jikak
kepada P: p senang lien ingat
pengetahuan. Dikatakan karena klien
diare bila adanya klien terhadap
mau kontrak
perubahan konsistensi tinja K: setuju berentraksi
lunak ke cair dan frekuensi selanjutnya
tentang dengan yg sudah di
defikasi lebih dari kebiasaan kegiatan perawat.
individu tersebut. Diare ialah sepakati
yang bersama
keadaan frekuensi buang air ditawar
besar lebih dari empat kali perawat
kan
pada bayi dan lebih dari tiga perawat Salam
kali pada anak; konsistensi dan penutup
feses encer, dapat berwarna menunj merupakan
hijau atau dapat pula ukkan akhir fase
bercampur lendir dan darah rasa yang harus
atau lendir saja (Ngastiyah, percaya dilakukan
Sebenarnya, diare bukanlah kepada untuk
penyakit melainkan pertanda perawat mencegah
adanya bahaya dalam . tidak percaya
saluran cerna anak, sehingga dengan klien.
usus berusaha mengeluarkan
kuman tersebut dan
terjadilah diare

Bagaimana mbak apakah


ada yang ingin di
tanyakan lagi dan
bagaimana perasaan mbak
setelah mendapat sdikit
ilmu mengenai penyakit

30
yang mbak alami?

K: Alhamdulillahterimakasi
pak sangat jelas,tidak ada
yang saya tanyakan

P: alhamdulillah jika rasa


penjelasan yang saya beri
bermanfaat dan dapat
mengurangi rasa cemas
yang mbak alami jika
belum seleseibisa kita
berdiskusi lagi di lain
waktu yah mbak

K: baik pak

P: baik mbak kalau begitu


saya permisi dulu ya nanti
mbak kabarin saya lewat
WA apabila mbak ingin
menanyakan sesuatu
mengenai penyakit mbak

K: baik pak

P: saya sangat berterimakasih


kepada mbak, karena
mbak mau meluangkan
waktu mbak untuk
berdiskusi dengan saya.
Semoga bapak cepat
sembuh ya pak, dan mbak
terhindar dari segala
macam penyakit, semoga
babak sehat terus. Saya
pamit nggih pak
asalammualikumwarohma
tullohiwabarokatuh

K:nggih pak sama-sama, saya


juga berterimakasih
kepada bapak atas
penjelasan bapak tadi,
sehingga saya bisa
mengetahui banyak hal

31
tentang penyakit Diare
ini.
waalaikumsalamwarohma
tullohiwabarokatuh.

Keterangan:

P :Perawat

K :Klien

32

Anda mungkin juga menyukai