Anda di halaman 1dari 2

ALASAN PENGHAPUSAN PENUNTUTAN

KUHP

1. Tidak adanya pengaduan dalam delik-delik aduan. 72 KUHP


Pengaduan dari pihak korban atau keluarganya. Delik aduan proses penuntutan
digantungkan pada aduan, jika tidak ada aduan maka menjadi alasan penghapusan
pengaduan.
Contoh Pasal 284 tentang perzinahan satu satunya yang boleh mengadu adalah suami
istri yang tercemar.
Pasal 322
Pasal 72 siapa saja yang berhak mengadu: yang bersangkutan, yang belum cukup umur
KUHP dibawah 16 tahun atau dibawah pengampuan maka yang berhak mengadu orang
tuanya, wakilnya atau pengampunya, suami atau istri, keluarga sedarah atau menyamping
garis ke 3
Pasal 73 jika korbannya meninggal maka yang berhak mengadu adalah orang tuanya,
anaknya, atau suami atau istrinya yang masih hidup. Kecuali kalua yang meninggal tidak
menghendaki pengaduan
Pasal 74 pengaduan 6 bulan untuk yang ada di Indonesia, yang luar 9 bulan
Pasal 75 Jangka waktu penarikan pengaduan 3 bulan
2. Nebis and idem pasal 76 KUHP
Tidak boleh dituntut untuk kedua kalinya. Kalua udah diadili kemudian dibebaskan, tidak
boleh dituntut Kembali atas kasus yang sama
a. Untuk menjaga marwah martabat pengadilan
b. Menjamin kepastian bagi terdakwa yang sudah mendapat keputusan hakim atas tindak
pidana yang dilakukan.

Syarat:

a. Sudah berkekuatan hukum yang tetap


b. Orang yang akan diadili harus sama
c. Perbuatan yang dituntut juga harus sama.
Tidak boleh dituntut kedua kali untuk memperbaiki dakwaan
d. Jenis putusan hakimnya bebas pasal 181, 191, 193 (putusan lepas
3. Matinya terdakwa Pasal 77 KUHP
Jika terdakwa/tersangka meninggal dunia maka penuntutannya hapus
4. Daluwarsa atau lewat waktu 78 KUHP
5. Apabila telah terjadi pembayaran denda maksimum kepada pejabat tertentu. Khusus pidana
pelanggaran. Pasal 82 KUHP

Alasan Penghapusan Pidana

a. Alasan pembenar adalah alasan yang meniadakan sifat melawan hukum suatu
perbuatan. Jenis-jenis alasan pembenar adalah:
1. daya paksa (Pasal 48 KUHP);
2. pembelaan terpaksa (Pasal 49 Ayat (1) KUHP);
3. sebab menjalankan perintah undang-undang (Pasal 50 KUHP); dan
4. sebab menjalankan perintah jabatan yang sah (Pasal 51 Ayat (1) KUHP)

b. Sedangkan alasan pemaaf adalah alasan yang meniadakan unsur kesalahan dalam diri
pelaku. Pada umumnya, pakar hukum mengkategorikan suatu hal sebagai alasan pemaaf,
yaitu:

1. ketidakmampuan bertanggung jawab (Pasal 44 KUHP);

2. daya paksa (Pasal 48 KUHP);

3. pembelaaan terpaksa yang melampaui batas (Pasal 49 Ayat (2) KUHP); dan

4. menjalankan perintah jabatan tanpa wewenang (Pasal 51 Ayat (2) KUHP)

Anda mungkin juga menyukai