Anda di halaman 1dari 123

MATERI BAHASA INDONESIA

Disusun oleh : Kelas 3C/D-III Teknik Kimia

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2020
ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB I 1
Daftar Pustaka BAB I 25
BAB II 26
Daftar Pustaka BAB II 43
BAB III 44
Daftar Pustaka BAB III 67
BAB IV 69
Daftar Pustaka BAB IV 94
BAB V 95
Daftar Pustaka BAB V107
BAB VI 108
Daftar Pustaka BAB VI 118

i
KATA DAN KALIMAT
Disusun oleh Kelompok 1/3C D-III Teknik Kimia :
Adinda Dwi Ifvournamasari NIM 1831410045

Amiral Haq Nur Al Saffa NIM 1831410007

Muhammad Alfin Firdaus NIM 1831410110

Shella Novita Setyawati NIM 1831410109

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020

1
BAB I
KATA DAN KALIMAT
1.1 Kata

Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan

makna, terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar

kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk

frasa, klausa, atau kalimat.

1.2 Jenis – jenis kata

1.2.1 Verba

Kata dikatakan berkategori verba jika dalam frasa dapat didampingipartikel

tidak dalam konstruksi dan tidak dapat didampingi partikel di, ke,dari, atau

dengan partikel seperti sangat, lebih, atau agak. Berdasarkan bentuknya

verba dibedakan menjadi :

1.2.1.1 Verba Dasar Bebas

Adalah verba yang berupa morfem dasar bebas.

Contoh: nonton, makan, mandi, minum, pergi, pulang, lari,dan loncat.

1.2.1.2 Verba Turunan

Adalah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi,

gabungan proses atau berupa paduan leksem.

1.2.1.3 Verba Majemuk

2
Contoh: buah tangan, cuci mata, unjuk gigi, adu domba, campur

tangan, dan main hakim.

1.2.2 Ajektiva

Ajektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk

bergabung dengan partikel tidak, mendampingi nomina, atau didampingi

partikel seperti: lebih, sangat, agak, mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –

er(dalam honorer), -if (dalam sensitif), dan –i (dalam alami), dan

dibentukmenjadi nomina dengan konfiks ke-an seperti keyakinan. Dari

bentuknya. ajektiva dapat dibedakan menjadi:

1.2.2.1 Ajektiva Dasar

(1) Dapat diuji dengan kata sangat, lebih, misalnya: adil, agung,

bahagia,bersih, cemberut, canggung, dungu, disiplin, enggan,

elok, fanatik,fatal, ganteng, galau, haus, halus, indah, iseng, jelita,

jahat, kenyal,kabur, lambat, lancar, mahal, manis, nakal, netral,

otentik, padat,paham, ramai, rapat, sadar, sabar, taat, takut,

untung, ulet, dan sebagainya.

(2) Tidak dapat diuji dengan kata sangat, lebih, misalnya: buntu,

cacat,gaib, ganda, genap, interlokal, kejur, lancing, langsung,

laun, musnah,niskala, pelak, tentu, tunggal, dsb.

1.2.2.2 Ajektiva Turunan

(1) Ajektiva turunan berafiks misalnya terhormat.

3
(2) Ajektiva bereduplikasi, misalnya ringan-ringan.

(3) Ajektiva berafiks R-an atau ke-an, misalnya kemalu-maluan.

(4) Ajektiva berafiks –i, misalnya alami, alamiah (alam).

(5) Ajektiva yang berasal dari pelbagai kelas dengan proses-proses

sebagai berikut

1.2.2.3 Ajektiva Majemuk

(1) Subordinatif: kepala dingin, juling bahasa, buta huruf, keras

kepala, tipis bibir, sempit hati, patah lidah, panjang akal, cepat

lidah, besar mulut,busuk tangan, lupa daratan, dll.

(2) Koordinatif: lemah gemulai, riang gembira, suka duka, lemah

lembut,tua muda, senasib seperjuangan, letih lesu, gagah

perkasa, aman sentosa, besar kecil, baik buruk, dll

1.2.3 Nomina

Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk

bergabung dengan partikel tidak dan mempunyai potensi untuk didahuluioleh

partikel dari. Nomina berbentuk:

1.2.3.1 Nomina dasar, seperti radio, udara, kertas, kemarin, dll.

1.2.3.2 Nomina turunan, terbagi atas:

(1) Nomina berafiks, seperti keuangan, perpaduan, gerigi.

(2) Nomina reduplikasi, seperti gedung-gedung, tetamu, pepatah.

(3) Nomina hasil gabungan proses, seperti batu-batuan, larutan.

4
(4) Nomina yang berasal dari pelbagai kelas karena proses:

- Deverbalisasi, seperti pengangguran, pemandian,

pengembangan, kebersamaan.

- Deajektivalisasi, seperti ketinggian, leluhur

- Denumeralisasi, seperti kepelbagian, kesatuan

- Deadverbalisasi, seperti keterlaluan, kelebihan

- Penggabungan, seperti jatuhnya, tridarma

(5) Nomina paduan leksem, seperti daya juang, cetak lepas, loncat

indah, tertibacara, jejak langkah

(6) Nomina paduan leksem gabungan, seperti pendayagunaan,

ketatabahasaan,pengambilalihan, kejaksaaan tinggi.

1.2.4 Pronomina

Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina, yang

digantikan itu disebut anteseden. Subkategorisasi, pronominal :

1.2.4.1 Dilihat dari hubungannya dengan nomina, yaitu ada

atau tidaknya anteseden dalam wacana. Berdasarkan hal itu,

dibagi lagi menjadi:

(1) Pronomina Intertekstual

Bila anteseden terdapat sebelum pronomina, itu dikatakan

anaforis,sedangkan bila anteseden muncul sesudah pronomina,

5
hal itu disebutkataforis. Contoh anaforis: Pak Arif sepupu Bapak.

Rumahnya dekat.

(2) Pronomina Ekstratekstual, yang menggantikan nomina yang

terdapat diluar wacana, bersifat deiktis. Contoh: Itu yang

kukatakan

1.2.4.2 Dilihat dari jelas atau tidaknya referennya

(1) Pronomina Taktrif

Pronomina taktrif yaitu menggantikan nomina yang referennya jelas.

Pronomina ini terbatas pada pronomina persona.

(a) Pronomina persona I: saya, aku, kami, kita

(b) Pronomina II: kamu, kalian

(c) Pronomina III: dia, mereka

(d) Pronomina tak takrif, yaitu pronomina yang tidak menunjuk

padaorang atau benda tertentu. Contoh: seseorang, barang

siapa.

(2) Pemakaian Pronomina

(a) Dalam ragam nonstandar jumlah pronomina lebih banyak

daripada yang terdaftar tersebut, karena pemakaian nonstandar

tergantung daridaerah pemakaiannya.

(b) Dalam bahasa kuno juga terdapat pronomina, seperti baginda.

6
(c) Semua pronomina tersebut hanya dapat mengganti nomina

orang,nama orang, atau hal lain yang dipersonifikasikan.

1.2.5 Numeralia

Numeralia adalah kategori yang dapat 1) mendamping nominadalam

konstruksi sintaksis, 2) mempunyai potensi untuk mendampinginumeralia

lain, 3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau sangat. Subskategorisasi:

1.2.5.1 Numeralia Takrif

Numeralia takrif yaitu numeralia yang menyatakan jumlah yang

tentu.Golongan ini terbagi atas :

(1) Numeralia utama (kardinal)

(2) Bilangan penuh, yaitu numeralia utama yang menyatakan jumlah

tertentu. Dapat berdiri tanpa bantuan kata lain. Contoh: satu, tiga.

Numeralia utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu,

harga uang, ukuran, panjang, dan sebagainya.

(3) Bilangan pecahan, yaitu numeralia yang terdiri atas pembilang

danpenyebut yang dibubuhi dengan partikel per- misalnya: dua

pertiga, lima perenam.

(4) Bilangan gugus, seperti likur: bilangan antara 20 dan 30, misalnya

selikur: 21, dua likur: 22.

1.2.5.2 Numeralia Tingkat

7
Adalah numeralia takrif yang melambangkan urutan dalam jumlah

danberstruktur ke + Num. Contoh: Catatan ketiga sudah diperbaiki.

1.2.5.3 Numeralia Kolektif

Adalah numeralia takrif yang berstruktur ke + Num, ber- + N, ber- +NR,

ber- + Num R atau Num + -an. Contoh: Ribuan kaum buruh melakukan

demonstrasi.

1.2.5.4 Numeralia Tak Takrif

Numeralia tak takrif adalah numeralia yang menyatakan jumlah yangtak

tentu. Misalnya: berapa, sekalian, semua, dan segenap.

1.2.6 Adverbia

Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau

proposisi dalam konstruksi sintaksis. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan

keterangan, karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan

keterangan merupakan konsep fungsi. Bentuk adverbia:

1.2.6.1 Adverbia dasar bebas, contoh: alangkah, agak, akan,

belum, dan bisa.

1.2.6.2 Adverbia turunan, yang terbagi atas :

(1) Adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri dari :

(a) Adverbia bereduplikasi, seperti jangan-jangan, lagi-lagi

(b) Adverbia gabungan, misalnya tidak boleh tidak

(2) Adverbia turunan yang berasal dari pelbagai kelas

8
1.2.6.3 Adverbia berafiks, misalnya terlampau, sekali

1.2.6.4 Adverbia dari kategori lain karena reduplikasi,

misalnya akhir-akhir,sendiri-sendiri

1.2.6.5 Adverbia de-ajektiva, misalnya awas-awas, benar-benar

1.2.6.6 Adverbia denumeralia, misalnya dua-dua

1.2.6.7 Adverbia deverbal, kira-kira, tahu-tahu

1.2.6.8 Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan

pronomina, misalnya rasanya, rupanya

1.2.6.9 Adverbia deverbal gabungan, misalnya ingin benar, tidak

terkatakan lagi

1.2.6.10 Adverbia de ajektival gabungan, misalnya tidak lebih,

kerap kali.

1.2.6.11 Gabunga proses, misalnya : se- +A +-nya: sebaiknya

1.2.7 Interogativa

Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi

menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau

mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara. Apa yang ingin diketahui

dan apa yang dikukuhkan itu disebut antesenden (ada di luar wacana) dan

karena baru akan diketahui kemudian, interogativa bersifat kataforis.

1.2.7.1 Interogativa dasar: apa, bila, bukan, kapan, mana, masa.

9
1.2.7.2 Interogativa turunan: apabila, apaan, apa-apaan,

bagaimana, bagaimanakah, berapa, betapa, bilamana, bilakah,

bukankah, dengan apa,di mana, ke mana, manakah, kenapa,

mengapa, ngapain, siapa, yang mana, dan masakan.

1.2.7.3 Interogativa terikat: kah dan tah.

1.2.8 Demonstrativa

Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkansesuatu

(antesenden) di dalam maupun di luar wacana. Dari sudut bentuk dapat

dibedakan berikut ini.

1.2.8.1 Demonstrativa dasar seperti itu dan ini

1.2.8.2 Demonstrativa turunan seperti berikut, sekian

1.2.8.3 Demonstrativa gabungan seperti di sini, di situ, di sana, ini

itu, sana sini

1.2.9 Artikula

Artikula dalam bahasa Indonesia adalah kategori yang mendampinginomina

dasar misalnya si kancil, sang matahari, para pelajar, nomina deverbal(si

terdakwa, si tertuduh), pronominal (si dia, sang aku), dan verba pasif

(kaumtertindas, si tertindas). Artikula berupa partikel, jadi tidak berafiksasi.

Berdasarkan ciri semantis gramatikal artikula dibedakan sebagai berikut :

10
1.2.9.1 Artikula yang bertugas untuk mengkhususkan nomina

singularis, jadi bermakna spesifikasi. Artikula tersebut

adalah

Si Dapat bergabung dengan nomina singularis, baik

nominapersona, satwa maupun benda ajektiva, pronominal,

dan menyatakan ejekan, keakraban, dan personifikasi

Sri Dipakai untuk mengkhususkan orang yang sangat

dihormati,misalnya Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus.

1.2.9.2 Artikula yang bertugas untuk mengkhususkan suatu

kelompok, yaitu :

Para digunakan untuk mengkhususkan kelompok, misalnya para

guru, para mahasiswa, para ibu, para hadirin.

Kaum digunakan untuk mengkhususkan kelompok yang berideologi

sama,misalnya kaum buruh, kaum teroris, kaum wanita, kaum

duafa

Umat digunakan untuk mengkhususkan kelompok yang berlatar

belakangagama yang sama, misalnya: umat Islam, umat

11
Kristiani, umat manusia.

1.2.10 Preposisi

Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain(terutama

nomina) sehingga terbentuk frasa eksosentris direktif. Ada tiga jenis preposisi,

yaitu sebagai berikut.

1.2.10.1 Preposisi dasar (tidak dapat mengalami proses

morfologis).

1.2.10.2 Preposisi turunan, terbagi atas :

(1) Gabungan preposisi dan preposisi

(2) Gabungan preposisi dan non-preposisi.

1.2.10.3 Preposisi yang berasal dari kategori lain (misalnya

pada dan tanpa) termasuk beberapa preposisi yang berasal dari

kelas lain yang berafiks se-(selain, semenjak, sepanjang, sesuai,

dsb).

Preposisi dalam Pemakaian

a) Parasanya bak bidadari yang turun dari langit.

12
b) Demi sesuap nasi ia meninggalkan anak dan istri ke negeri orang.

c) Selama kekasihnya pergi, ia selalu sendiri.

d) Para buruh demo karena gajinya tidak dibayarkan.

e) Menjelang senja dikayuhnya perahu ke laut.

1.2.11Konjungsi

Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan laindalam

kontruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih

dalam kontruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran

yangsetataran maupun yang tidak setataran. Contoh :

a) Dia marah karena saya.

b) Dia marah karena saya meninggalkannya.

c) Adik saya dua orang yaitu Adit dan Byan.

Menurut posisinya konjungsi dibagi menjadi berikut ini.

a) Konjungsi Intra-kalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan satuan-

satuan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.

b) Konjungsi Ektra-kalimat, yang terbagi lagi atas :

(1) Konjungsi intratekstual, yaitu menghubungkan kalimat dengan

kalimat,atau paragraph dengan paragraph, yaitu:

Akan tetapi, apalagi, bahkan, biarpun, demikian, biarpun, sekalipun

begitu

13
(2) Konjungsi ektratekstual, yang menghubungkan dunia di luar

bahasadengan wacana, yaitu :

Adapun, alkisah, begitu, maka, maka itu, sebermula

1.2.12Kategori Fatis

Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai,

mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan

lawanbicara. Kelas kata ini terdapat dalam dialog atau wawancara

bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan

kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam bahasa lisan

(non-standar) sehingga kebanyakan kalimat-kalimat non-standar banyak

mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.

Bentuk-bentuk fatis misalnya di awal kalimat Kok kamu melamun?, di tengah

kalimat, misalnya Dia kok bisa ya menulis puisi seindah ini?, dan di akhir

kalimat, misalnya Aku juga kok! Kategori fatis mempunyai wujud

bentukbebas, misalnya kok, deh, atau selamat, dan wujud bentuk terikat,

misalnya –lah atau pun.

1.2.13Interjeksi

Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaanpembicara:

dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran.

Interjeksi bersifat ekstrakalimat dan selalu mendahului ujaran sebagai teriakan

yang lepas atau berdiri sendiri

14
a) Bentuk dasar, yaitu: aduh, aduhai, ah, ahoi, ai, amboi, asyoi, ayo,

bah,cih, cis, eh, hai, idih, ih, lho, oh, nak, sip, wah, wahai, yaaa.

b) Bentuk tururnan, biasanya berasal dari kata-kata biasa, atau

pengalankalimat Arab, contoh: alhamdulillah, astaga, brengsek, buset,

dubilah,duilah, insya Alloh, masyallah, syukur, halo, innalillahi, yahud.

Jenis interjeksi dapat diuraikan sebagai berikut.

a) Interjeksi seruan atau panggilan minta perhatian, contoh : ahoi, ayo, eh,

halo, hai,he, sst, wahai.

b) Interjeksi keheranan atau kekaguman, contoh : aduhai, ai, amboi, astaga,

asyoi,hm, wah, yahud.

c) Interjeksi kesakitan, contoh : aduh.

d) Interjeksi kesedihan, contoh : aduh.

e) Interjeksi kekecewaan dan sesal, contoh : ah, brengsek, buset, wah, yaa.

f) Interjeksi kekagetan, contoh : lho, masyaallah, astaghfirullah.

g) Interjeksi kelegaan, contoh : Alhamdulillah, nah, syukur.

h) Interjeksi kejijikan, conoth : bah, cih, cis, hii, idih, ih.

1.3Kalimat

15
Kalimat adalah kumpulan kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan

predikat. Kalimat pun dapat terbentuk dari satu klausa maupun beberapa klausa.

1.4Jenis – jenis kalimat

1.4.1 Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu klausa. Contoh kalimat

tunggal adalah sebagai berikut:

a) Ayah sedang tidur.

b) Semua barang-barang berserakan di kamar tidur Ayah.

c) Semangat belajar nak!

d) Saya membaca buku IPA dan Bahasa Indonesia.

e) Ibu sedang memasak.

Kalimat tunggal memiliki fungsi :

a) Kalimat kata kerja untuk memberikan kalimat predikat dengan hanya kata

kerja setelah kata subjek.

b) Kalimat kata sifat untuk memberikan kalimat predikat dengan hanya kata

sifat setelah kata subjek.

c) Kalimat kata benda untuk memberikan kalimat predikat dengan kata

benda/nomina setelah kata subjek.

d) Kalimat kata depan dengan frasa empat untuk memberikan kalimat dengan

frasa sebanyak empat setelah kata subjek demi kata preposisional.

16
1.4.2 Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa.

Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:

a) Ayah dan Ibu senang membuat masakan soto banjar karena hidangan ini

adalah makanan favorit mereka.

Kalimat majemuk memiliki berbagai jenis. Kalimat ini dibedakan menjadi

kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk

campuran.

1.4.2.1 Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang memiliki tingkatan klausa

yang sama atau sederajat. Contoh

(1) Ayah membaca koran, lalu minum kopi di teras rumah.

(2) Ibu membaca buku dan aku berangkat ke sekolah.

(3) Seseorang yang ramah, seperti mentari yang sedang tersenyum.

(4) Anda membayar makananku atau saya yang membayar makanan

Anda.

1.4.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki tingkatan antar

klausa satu dengan yang lainnya tidak seimbang. Klausa pada kalimat

majemuk bertingkat terdiri atas klausa atas dan klausa bawah. Klausa

17
pertama biasa disebut klausa atas, sedangkan klausa kedua sering disebut

klausa bawah. Kedua klausa ini dihubungkan dengan konjungsi

subordinatif dan ditandai dengan kata berupa, meskipun, walaupun,

karena, ketika, kalau, sebelum, bahwa, agar, sebab, kendatipun, sebab,

sehingga, setelah, jika, dan apabila. Contoh :

(1) Kalau aku yang pergi, bisakah Ibu di rumah sendirian?

(2) Ketika saya menyimak gagasan yang anda bicarakan, saya tertarik

dengan hal tersebut.

(3) Ayah sekarang di sekolahku karena ibu tidak menjemputku pulang

pada hari ini.

(4) Walaupun Anda seorang manajer di perusahaan, hidup Anda sangat

sederhana dan sama sekali tidak menggambarkan sebagai seorang

manajer.

1.4.2.3 Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang memiliki klausa

sebanyak tiga atau lebih, tetapi klausa tersebut dihubungkan secara

subordinatif dan konjungtif. Contoh :

(1) Dina berangkat ke sekolah dan adik tetap pergi ke pasar, meskipun

panas di siang hari ini semakin terik.

18
(2) Kita mengerti bahwa tidak semua orang bisa merasakan kesenangan

dari apa yang kita buat, tetapi kita mampu bersyukur dan bahagia

dengan versi diri kita sendiri.

1.4.3 Kalimat Aktif

Ciri-ciri kalimat aktif adalah predikatnya cenderung memiliki Imbuhan me-

ataupun ber-, dan pada kalimat aktif imbuhan me- ataupun ber- cenderung

mengikat predikat yang menggambarkan suatu tindakan ataupun pekerjaan

dalam sebuah kalimat. Contoh :

a) Kakak membaca buku.

b) Ibu memasak sayur terong di dapur.

c) Sandi memperbaiki tugas kuliahnya.

Kalimat aktif juga ternyata dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu kalimat aktif

transitif, kalimat aktif intransitif, kalimat aktif semitransitif, dan kalimat aktif

dwitransitif.

1.4.3.1 Kalimat Aktif Transitif

Kalimat aktif transitif adalah kalimat aktif yang melibatkan unsur objek di

dalamnya.

19
1.4.3.2 Kalimat Aktif Intransitif

Kalimat aktif intransitif adalah kalimat aktif yang tidak memerlukan

keberadaan objek di dalamnya. Sebagai penggantinya, unsur keterangan

atau pelengkap yang menjadi unsur tambahan pada kalimat ini.

1.4.3.3 Kalimat Aktif Semitransitif

Kalimat aktif ini adalah kalimat aktif yang tidak bisa diikuti unsur objek

dan hanya dapat diikuti oleh unsur pelengkap saja.

1.4.3.4 Kalimat Aktif Dwitransitif

Kalimat aktif dwitransitif merupakan kalimat aktif yang mengandung

objek dan pelengkap sekaligus.

1.4.4 Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu pekerjaan/tindakan

atau aktivitas. Subjek pada kalimat pasif berada sebelum predikatnya. Kalimat

pasif ini merupakan kebalikan dari kalimat aktif. Berikut adalah ciri-ciri

kalimat pasif:

a) Subjeknya sebagai penerima perlakuan,

b) Predikatnya berimbuhan di-, ter-, ke-an, atau ter-kan,

c) Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang),

d) Objek pada kalimat pasif merupakan subjek pada kalimat aktif, dan

20
e) Biasanya ditandai dengan adanya kata-kata “oleh” dan “dengan”.

Contoh kalimat pasif di antaranya adalah:

a) Buah mangga dipetik oleh Ibu.

b) Buku ayah dipinjam oleh Ibu.

c) Penampilan kakak saat menari disaksikan oleh ribuan penonton.

1.4.5 Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang menggambarkan ucapan atau perintah.

Kalimat tersebut juga berisi bagaimanakah perkataan orang yang dimaksud,

sehingga kalimat ini ditandai dengan tanda petik (“…”).

Contoh kalimat langsung adalah sebagai berikut :

a) Ibu berkata,”Sayang hari ini kita makan buah yuk”.

b) “Kakak, ajarkan aku matematika kak.”

c) “Apakah benar kamu adalah seorang anak petani desa?”

1.4.6 Kalimat Tidak Langsung

Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang mendeskripsikan ucapan kembali

dari seseorang. Biasanya kalimat tidak langsung ini merupakan kalimat pasif

dan berupa kalimat berita. Contoh kalimat tidak langsung di antaranya adalah:

a) Bintang berkata bahwa saya harus bisa mengerjakan UN SMA.

b) Ayah berkata bahwa kami harus bisa mengerjakan soal Matematika.

21
c) Anal-anak berkata bahwa mereka tidak mau mengonsumsi sayur karena

mereka tidak suka dengan sayur.

1.4.7 Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat untuk memberi perintah kepada orang lain

dalam menjalankan sesuatu. Biasanya kalimat ini ditandai dengan tanda seru

jika dalam bentuk tulisan, sedangkan dalam bentuk lisan, itu ditandai dengan

intonasi/nada tinggi. Contoh :

a) Silakan Anda meninggalkan ruangan ini!

b) Jangan memberi contekan saat ujian!

c) Tolong sampaikan maksud saya ini kepada Ibu Anda!

d) Mohon untuk Anda tidak membuang sampah sembarangan!

1.4.8 Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang ditandai dengan tanda tanya dan memiliki

tujuan untuk mendapatkan informasi dari orang lain. Contoh kalimat tanya

adalah sebagai berikut:

a) Kapan saya bisa menemui Anda?

b) Di mana Anda bekerja saat ini?

c) Mengapa ada kejadian kebakaran di Pasar Senen?

d) Siapakah seseorang yang akan bertemu dengan kita pada sore nanti?

1.4.9 Kalimat Berita

22
Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan untuk memberi informasi

kepada orang lain. Kalimat ini ditandai dengan tanda titik (.) jika dituangkan

dalam bentuk tulisan, sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat tersebut

dilakukan dengan intonasi/nada rendah. Contoh kalimat berita adalah sebagai

berikut:

a) Saya yakin bahwa kita semua pasti bisa melewati rintangan tersebut.

b) Anda pasti tahu bahwa Anda pernah bersekolah di SMP terfavorit di

Jakarta.

c) Aku mengerti bahwa kamu sedang sedih.

1.4.10 Kalimat Seruan

Kalimat seruan adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan seseorang

dengan kata lain antara senang, kagum, bahkan terkejut. Kalimat tersebut

diungkapkan dengan intonasi tinggi jika dalam bentuk lisan, sedangkan dalam

bentuk tulisan bisa ditandai dengan tanda titik (.) atau tanda seru (!).Berikut

adalah beberapa contoh kalimat seruan.

a) Cantik sekali Anda pada hari ini.

b) Saya kagum dengan cara A

c) Aduh, saya lupa mengunci pintu rumah!

d) Ayo kita berangkat ke sekolah!

23
1.4.11 Kalimat Inversi

Adalah kalimat yang dicirikan dengan kata predikat yang mendahului kata
subjek .

Contoh: Bawa buku itu kemari

1.4.12 Kalimat yang Melepas

Kalimat ini terwujud jika kalimat majemuk diawali dengan induk kalimat dan

diikuti oleh anak kalimat, gaya penulisan inilah yang disebut kalimat melepas

Contoh: Saya akan diizinkan bermain jika saya sudah mengerjakan pekerjaan
rumah.

1.4.13 Kalimat yang Klimaks

Kalimat ini terbentuk jika kalimat majemuk diawali dengan anak kalimat dan

diikuti induk kalimat (kalimat utama).

Contoh: Karena pola makan yang tidak teratur, penyakit maagnya sering
kambuh.

1.4.14 Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan sesuai

dengan yang diharapkan oleh si penulis atau si pembicara. Artinya, kalimat

yang dipilih penulis/pembicara harus dapat digunakan untuk mengungkapkan

gagasan, maksud, atau informasi kepada orang lain secara lugas sehingga

gagasan itu dipahami secara sama oleh pembaca atau pendengar.

24
Contoh: Karena tidur terlalu larut malam, dia terlambat dating ke sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Siti Kusuma Wuryanti, “Kalimat: Pengertian, Ciri-Ciri, Unsur, Jenis, dan

Contoh Lengkap,” FA Bahasa, 2019.

Chaer, Abdul. 2010. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Darwis, Muhammad. 2012. Morfologi Bahasa Indonesia Bidang Verba.

Makassar: CV Menara Intan.

Muslich, Masnur. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

25
DIKSI DAN ARTI
Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh Kelompok 2/3C D-III Teknik Kimia :

Arifah Ramadhani NIM 1831410077

Atika Nabilla NIM 1831410014

Millenina Sulung Hanavia NIM 1831410072

Shintya Sofie Andalus NIM 1831410049

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

26
2020

BAB II

DIKSI DAN ARTI

2.1 Diksi

Diksi adalah pemilihan kata. Ungkapan kata yang ditulis haruslah dipahami

oleh pembaca dengan tepat. Untuk itulah, seorang penulis harus bisa memilih diksi

yang tepat untuk tulisannya. Pemilihan kata di sini harus memperhatikan kaidah

makna, kaidah kalimat, kaidah sosial dan kaidah karang-mengarang.

2.1.1 Persyaratan ketepatan dan kesesuaian di dalam pemilihan kata

Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu

persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat

mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan

itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan

apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan

kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan :

2.1.2.1 Kaidah Sintaksis

27
Diksi menurut kaidah sintaksis berarti pilihan kata/diksi yang sesuai

dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat,

seksama, lazim, dan benar.

1) Tepat adalah pemilihan kata dengan menempatkannya pada kelompoknya.

Contoh : Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi

kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan

mata.

2) Seksama adalah makna kata harus benar dan sesuai dengan apa yang hendak

disampaikan.

Contoh : Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang

bersinonoim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar,

tetapi tidak pernah mengatakan hari agung, hari akbar atau hari tinggi.

Unsur seksama ini berhubungan dengan makna kata serta berpaut dengan

pengertian sinonim, homonim, antonim, polisemi dan hipernimi.

3) Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa indonesia. Oleh karena itu,

di dalam sebuah karangan jangan dipergunakan ungkapan, frase, serta kata-kata

yang belum menjadi milik bahasa indonesia.

Contoh : Anjing makan, tidak bisa kita ganti dengan anjing

bersantap.Walaupun kata makan bersinonim dengan kata bersantap.

4) Benar adalah pilihan kata itu harus mempunyai bentuk yang sesuai dengan

kaidah-kaidah yang berlaku di dalam bahasa Indonesia.

28
Contoh : Pengrusak rumah, merubah rencana adalah contoh yang tidak benar,

yang benar adalah perusak rumahm mengubah rencana.

2.1.2.2 Kaidah Makna

Kaidah makna mengacu kepada persyaratan ketepatan pilihan kata

sebagai lambang objek, pengertian atau konsep. Kata adalah bunyi bahasa yang

dapat didengar atau diucapkan. Jika seseorang membaca atau mendengar sebuah

kata, maka akan timbul gambaran tentang kata tersebut. Pilihan kata/diksi yang

sesuai dengan makna kata harus memperhatikan sudut makna kata itu sendiri.

Kaidah makna berkaitan dengan homonim, homofon dan homogaf ; makna

konotasi dan denotasi ; kata abstrak dan konkret ; umum dan khusus ; luas dan

sempit ; kata populer dan ilmiah ; jargon ; serta kata serapan dan kata asing.

2.1.2.3 Kaidah Lingkungan Sosial

Diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakian kata-kata. Dengan

membedakan lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan akan lebih tepat dan

mengena. Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan :

1) Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek.

Contoh : Kata- kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus, mangkat

kita bedakan penggunaanya di dalam bahasa Indonesia berdasarkan

rasa bahasa bukanlah melihat tingkat sosialnya.

29
2) Daerah/geografi yang mengakibatkan dialek.

Contoh : Kata-kata bus, kereta, dan motor kita bedakan penggunaanya

berdasarkan geografinya.

3) Formal/nonformal yang mengakibatkan bahasa baku/tidak baku.

Contoh : Kata tersangka, terdakwa, dan tertuduh kita bedakan berdasarkan

maknanya.

4) Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan

khusus.

a) Makna umum (hipernim) adalah makna yang cakupannya luas.

Contoh : bunga, bulan, hewan, kendaraan.

b) Makna khusus (hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit atau

terbatas.

Contoh :

Umum Khusus
melihat menengok, menatap, melirik, menjenguk, melotot
bunga melati, anggrek, mawar
bulan Januari, Februari, Maret
hewan ayam, burung, kambing

Sehubungan dengan kesantunan berbahasa, setiap masyarakat memiliki aturan

yang berbeda. Namun dalam pembahasan ini, kesantunan berbahasa Indonesia,

baik dalam konteks nasional maupun konteks kedaerahan.

30
2.1.2.4 Kaidah Karang-Mengarang

Kaidah karangan-mengarang adalah kaidah pemilihan kata yang

mempertimbangkan kecocokan makna kata yang dipilih dengan aturan bahasa tulis

atau aturan dunia karang-mengarang. Pilihan kata akan memberikan imformasi

sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pilihan kata dengan kaidah mengarang

memiliki kelompok kata yang berpasangan tetap, pilihan kata langsung dan pilihan

kata yang dekat dengan pembaca.

Contoh :

c) Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas.

d) Ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan.

e) Ia menelpon kekasihnya (pilihan kata langsung), ia memanggil kekasihnya

melalui telepon (pilihan kata yang panjang dan berbelit-belit).

2.1.2 Ketepatan dan Kesesuaian Penggunaan Diksi

Ketepatan dan kesesuaian penggunaan diksi meliputi :

2.1.3.1 mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan

sesuai berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar;

2.1.3.2 menghasilkan penafsiran atau pemaknaan yang tepat, tidak ambigu,

dan tidak menyebabkan salah paham;

2.1.3.3 menghasilkan respons pembaca atau pendengar sesuai harapan

penulis atau pembicara; serta

31
2.1.3.4 menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.

2.1.3 Fungsi Diksi

Dengan mengacu pada pengertian diksi di atas, fungsi diksi yaitu agar

pemilihan kata dan cara penyampaiannya bisa dilakukan dengan tepat hingga orang

lain mampu mengerti maksud yang disampaikan.

Diksi juga berfungsi untuk memperindah kalimat. Misalnya diksi dalam suatu cerita,

dengan diksi yang baik dan benar maka penyampaian cerita bisa dilakukan secara

runtut, menjelaskan tokoh-tokoh, mendeskripsikan latar dan waktu, dan lain

sebagainya.

Fungsi diksi secara umum :

2.1.4.1 Membantu audiens ataupun para pembaca mengerti apa yang

disampaikan oleh penulis atau pembicara.

2.1.4.2 Menciptakan aktivitas komunikasi yang efektif dan efisien.

2.1.4.3 Menyampaikan gagasan / ide dengan tepat.

2.1.4.4 Menjadi lambang ekspresi pada suatu gagasan.

2.2 Arti

Makna atau arti adalah hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya

yang disepakati oleh masyarakat pemakai bahasa. Makna terbagi ke dalam dua

kelompok besar: speaker-sense dan linguistic-sense. Yang disebut pertama merujuk

32
pada tujuan atau niat pembicara ketika mengatakan sesuatu. Sedangkan yang disebut

terakhir merujuk pada makna linguistik yakni yang lazim dipersepsi penutur bahasa.

2.2.1 Ragam Makna dalam Bahasa Indonesia

Jenis-jenis/ragam makna dalam bahasa Indonesia, sebagai berikut :

2.2.1 Makna Sesuai Aturan Bahasa

2.2.1.1 Makna Leksikal

Makna leksikal merupakan makna yang ada pada leksem meski tanpa

konteks apapun atau makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan

hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam

kehidupan kita.

Contoh :

- Kata rumah, makna leksikalnya adalah bangunan untuk tempat tinggal

manusia. (Abdul Chaer, 2009: 60).

- Kata  tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang

menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam

kucing).

2.2.1.2 Makna Gramatikal

Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna-makna atau

nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak

bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi.

33
Contoh : Kata buku yang bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-

buku yang bermakna “banyak buku”.

2.2.1.3 Makna Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna sebuah kata atau gabungan kata atau

suatu ujaran di dalam konteks pemakaiannya. Konteks di sini bisa berupa konteks

kalimat, konteks situasi, atau konteks bidang pemakaian.

Contoh :

a) Anak itu mengambil buku saya.

b) Semester ini saya belum mengambil kuliah Sejarah Kemerdekaan.

c) Dalam hal itu kami harus pandai mengambil kesempatan.

Kata mengambil pada kalimat (a) adalah masih dalam makna leksikalnya yaitu

menjemput sesuatu lalu membawanya. Pada kalimat (b) kata mengambil bermakna

kontekstual yaitu ‘mengikuti’. Pada kalimat (c) bermakna ‘menggunakan’.

2.2.2 Makna Berdasarkan Kebutuhan Pemakai

2.2.2.1 Makna Denotatif (Makna Konseptual)

Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan

atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau yang didasarkan atas

konvensi tertentu dan bersifat objektif.

34
Contoh :

- Selama dua hari ia mengayuh bahtera di luar lepas.

Bahtera berarti perahu atau kapal.

- Para petani gagal panen karena padi mereka diserang tikus.

Tikus berarti salah satu binatang pengerat.

2.2.2.2 Makna Asosiatif

Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata

berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar

bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian

ataupun kata merah berasosiasi berani atau paham komunis.

Dimana makna asosiatif ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis makna, yaitu:

1) Makna Ko notatif

Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna

denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang atau kelompok orang

yang menggunakan kata tersebut.

Contoh : Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya

tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping

bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai

yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.

2) Makna Reflektif

35
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual

dengan konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat

sacral, suci/tabu terlarang, kurang sopan, atau haram serta diperoleh

berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.

Contoh :

- Pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta banyak

pejuang yang gugur dalam melawan penjajah.

- Anak itu kurang pandai, jika ia mau rajin belajar pasti bisa sukses.

3) Makna Kolokatif

Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan

beberapa kata di dalam lingkungan yang sama.

Contoh : Kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan

muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika

dihubungkan dengan makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh

unsur yang membentuk kata atau hubungan kata, (b) makna dibatasi

oleh tingkat kecocokan kata, (c) makna dibatasi oleh kecepatan.

4) Makna Stilistik

Makna stilistik merupakan makna yang ditimbulkan akibat pemakaian

bahasa. Efek pemakaian bahasa ini akan berdampak kepada emosi atau

perasaan pembaca. Penggunaan jenis makna yang satu ini seringkali ditemukan

dalam karya sastra. Dalam suatu karya sastra, gaya bahasa merupakan hal yang

36
dominan digunakan. Karena sebab inilah makna stilistik berkaitan erat dengan

karya sastra. Makna stilistik sendiri terdiri dari beberapa macam, yaitu makna

stilistik yang disampaikan dengan gaya bahasa perbandingan, makna stilistik

yang disampaikan dengan gaya bahasa pertautan, makna stilistik yang

disampaikan dengan gaya bahasa perulangan, dan makna stilistik yang

disampaikan dengan gaya bahasa pertentangan.

Untuk lebih memahami kalimat seperti apa saja yang mengandung makna

stilistik, berikut disajikan contoh-contoh kalimat yang memuat makna stilistik.

Contoh Makna Stilistik Perbandingan

- Melakukan hal yang paling dibenci ibarat menelan duri.

- Keinginan Rini untuk menemukan keberadaan ibunya selalu dianggap

orang lain bagaikan pungguk merindukan bulan.

Contoh Makna Stilistik Pertautan

- Aku merasa nyaman jika menulis dengan Pilot.

- Ayah dan Ibu terbang ke Mekkah naik Garuda.

- Ayah selalu suka membeli Gudang Garam di kala pikiran sedang

penat.

Contoh Makna Stilistik Perulangan

- Aku akan tetap menunggumu walaupun berjam-jam, berhari-hari,

berbulan-bulan, atau bertahun-tahun.

- Selamat jalan kekasihku, selamat jalan pujaanku, selamat jalan

37
idolaku, semoga kau tenang berada di sisi-Nya.

Contoh Makna Stilistik Pertentangan

- Rapi sekali tulisanmu, sampai aku bingung harus mulai membaca dari

mana.

- Bersih sekali kamar ini, tidak ada barang yang tertata dengan benar.

2.2.3 Makna Berdasarkan Wujudnya

Apabila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu diluar bahasa

yang diacu oleh kata itu, kata tersebut bermakna referensial, kalau tidak

mempunyai referen, maka kata disebut kata bermakna nonreferensial.

Contoh : Kata meja dan kursi (bermakna referensial). Kata karena dan tetapi

(bermakna nonreferensial).

2.2.4 Makna Berdasarkan Relasi Makna

2.2.10.1 Sinonim

Sinonim adalah kata-kata yang sama atau hampir sama maknanya. Suatu

kata dapat dikatakan bersinonim apabila kata-kata tersebut dapat saling

menggantikan dalam kaliman yang sama.

Contoh :

- Tidak ada manusia yang hidup abadi atau kekal di dunia ini.

38
- Para penonton sepak bola dengan riang gembira menyaksikan tim

kesebelasannya memasukkan bola ke gawang lawan.

Laksana = seperti Orisinal = asli

Makna = arti Santai = rileks

Upaya = usaha Wisma = rumah

2.2.10.2 Antonim

Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya.

Contoh :

- Perbuatan baik dan buruk selamt hidup di dunia akan kita pertanggung

jawabankan kelak di akhirat.

- Nilai bahasa Indonesia pada semester genap dan semester ganjil tidak

boleh kurang dari 7 (tujuh) jika Anda ingin masuk PTP melalui jalur

PMDK.

cekung X cembung gulita X terang


dinamis X statis impor X ekpor
feminim X maskulin konkret X abstrak

2.2.10.3 Homonim

Homonim adalah dua kata atau lebih yang tulisan dan lafalnya sama

tetapi artinya berbeda.

Contoh :

39
- Genting rumah itu banyak yang pecah.

Genting = atap.

- Akibat kecelakaan lalu-lintas, kini keadaannya sangat genting.

Genting = gawat.

1. arah mata angin


Utara
2. mengemukakan
1. raut muka
Roman
2. jenis prosa

2.2.10.4 Homograf

Homograf adalah dua kata atau lebih yang tulisannya sama tetapi lafal

dan artinya berbeda.

Contoh :

- Banyak pejabat teras yang menyalagunakan kedudukannya.

Teras : pejabat inti.

- Teras rumahnya kini penuh dengan bunga anturium.

Teras : bagian halaman (dilafalkan teras).

- seri (berseri-seri) gembira


- seri (dilafalkan seri) seimbang
- apel buah (buah apel)
- apel (dilafalkan apel) upacara

2.2.10.5 Homofon

40
Homofon adalah dua kata atau lebih yang lafalnya sama tetapi tulisan

dan artinya berbeda.

Contoh :

- Bunga kol itu bermanfaat untuk mencegah penyekit kanker.

kol : nama sayuran

- Kini mobil colt sudah semakin jarang kita jumpai.

colt : merek kendaraan

bank lembaga penyimpanan uang


bang kakak
sangsi ragu
sanksi hukuman

2.2.10.6 Polisemi

Polisemi adalah kata yang memiliki banyak makna tetapi saling

berhubungan.

Contoh :

- Daun pintu penuh dengan ukiran.

- Daun pisang kelutuk sangat baik untuk membungkus pepes ikan.

Hubungan makna : keduannya mengandung makna lebar.

 Kepala sekolah  Jatuh sakit

 Kepala pusing  Jatuh dari pohon

 Kepala susu  Jatuh bangun

41
2.2.10.7 Hipernim dan Hiponim

Hipernim adalah kata yang maknanya mancakup beberapa kata lain.

Contoh :

- Ada berbagai macam jenis unggas, yakni itik, ayam, dan angsa.

- Yang termasuk logam mulia adalah emas, perak, dan platina.

kayu sengon, mahoni, kamper


buah mangga, jeruk, jambu

Hiponim adalah kata yang maknannya telah tercakup pada kata yang

lain.

Contoh :

- Kelapa, palem, pinang, dan enau termasuk tumbuhan palma.

- Mengintip, melirik, memandang, dan memperhatikan masih

dikategorikan melihat.

permata, zamrud, giok batu berharga


menjinjing, memikul, mengepit membawa

42
DAFTAR PUSTAKA

Angga. 2020. Diksi : Jenis, Contoh, Fungsi dan Pendapat Para Ahli.

https://www.materi.carageo.com/pengertian-diksi/. Diakses pada tanggal 3

September 2020 pukul 10.22 WIB.

Duwi, Eni Jayanti. 2020. Bahasa

Indonesia.https://eniduwijayanti.wordpress.com/bahasa-indonesia/. Diakses

pada tanggal 5 September 2020 pukul 08.55 WIB.

Hamdan, Ely. 2010. SEMANTIK BAHASA INDONESIA (RANGKUMAN).

https://elyhamdan.wordpress.com/2010/04/16/semantik-bahasa-indonesia-

rangkuman/. Diakses pada tanggal 04 September 2020 pukul 16.00 WIB.

43
Hidayat, Wahyu. 2020. Diksi.

https://www.academia.edu/17977518/Diksi_ialah_pilihan_kata. Diakses

pada tanggal 5 September 2020 pukul 21.47 WIB.

Nurdjan, Sukirma. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Aksara

Timur : Makassar.

Sari, Eka Niaga, dkk. 2013. Bahasa Indonesia.

https://unserebloggie.wordpress.com/2013/05/05/kelompok-5-diksi/.

Diakses pada tanggal 05 September 2020 pukul 18.45 WIB.

44
PARAGRAF DAN WACANA
Disusun oleh Kelompok 3/3C D-III Teknik Kimia:
Arya Rizqy Irangga NIM 1831410137
Ednin Syahrul Ramadhan NIM 1831410162
Shafara Najla Marinda S. NIM 1831410116
Ummu Nikmatul Qomariyah NIM 1831410102

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020

45
BAB III
PARAGRAF DAN WACANA
3.1 Paragraf

Paragraf ialah suatu kumpulan dari kesatuan pikiran yang kedudukannya


lebih tinggi serta lebih luas dari pada kalimat atau dapat diartikan pula
paragraf adalah bagian dari sebuah karangan yang terdiri dari beberapa
kalimat yang berisikan tentang informasi dari penulis untuk pembaca dengan
minimal itu fleksibel artinya apabila terdapat satu kalimat yang sudah cukup
jelas aka tidak perlu kalimat – kalimat lagi, tetapi jika satu kalimat masih
belum jelas maka harus diberikan kalimat – kalimat penjelas. Paragraf terdiri
dari beberapa kalimat yang berhubungan antara satu dengan yang lain dalam
suatu rangkaian yang mengahasilkan sebuah informasi. Paragaraf juga dapat
disebut sebagai penuangan ide dari penulis melalui beberapa kalimat yang
berkaitan dan memiliki satu tema. Paragraf juga dapat disebut sebagai
karangan yang singkat.

3.1.1 Ciri – Ciri Paragraf

Suatu paragraph memiliki ciri visual dan ciri ideal. Ciri visual
adalah bahwa setiap baris pertama suatu pragraf diketik agar menjorok
ke dalam lima ketukan dari margin kiri dan selalu mulai dengan baris
baru. Ciri idealnya adalah setiap paragraf hanya berisi satu pikiran
gagasan atau tema.

3.1.2 Jenis Kalimat pada Paragraf

Struktur Paragraf Berdasarkan fungsinya, kalimat yang membangun


paragraf pada dasarnya terdiri atas tiga macam, yaitu (1) kalimat topik
atau kalimat pokok, (2) kalimat penjelas atau pendukung, dan (3)
kalimat penyimpul. Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok
atau ide utama paragraf, sedangkan kalimat penjelas atau pendukung
adalah kalimat yang berfungsi menjelaskan atau mendukung ide utama
paragraf. Kalimat penyimpul merupakan kalimat kesimpulan dari suatu
paragaf yang biasanya isinya tidak jauh dari topik dikarenakan untuk
mengigatkan pembaca tentang topik dari paragraph tersebut.

46
3.1.2.1 Ciri Kalimat Topik
a) Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan

diuraikan lebih lanjut.

b) Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.

c) Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan

dengan kalimat lain.

d) Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frase

transisi.

3.1.2.2 Ciri Kalimat Penjelas


a) Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri

(dari segi arti).

b) Arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah

dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf.

c) Pembentukannya sering memerlukan pembentukan kata

sambung dan frase transisi.

d) Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data

tambahan.

3.1.2.3 Ciri Kalimat Simpulan


a) Menggunakan bahasa sendiri.

b) Berdasarkan ide pokok suatu paragraph.

47
c) Memuat kata-kata kunci yang terdapat dalam kalimat

penjelas.

Pada paragraf juga terdapat kalimat mutlak dan


kalimat umum. Pada kalimat mutlak sifatnya memiliki
hukum yang harus ditaati, misalnya untuk menuliskan setiap
sila pada Pancasila harus urut berdasarkan urutannya.
Sedangkan, pada kalimat umum sifatnya tidak memiliki
hukum, misalnya untuk menuliskan tentang bagaimana
keadaan rumah kita tidak memerlukan urutan untuk
menjelaskan bagian rumah dari ruang tamu.

3.1.3 Fungsi Paragraf

Adapun fungsi dari paragraf sendiri adalah :


3.1.3.1 Mengekspresikan Gagasan yang Tertulis

Mengekspresikan gagasan disisni ialah memberikan


bentuk suatu pikiran dan juga perasaan ke dalam rangkaian
kalimat yang tersusun sehingga membentuk suatu kesatuan.

3.1.3.2 Menandai Peralihan Gagasan Baru

Maksudnya sebuah karangan yang terdiri beberapa


paragraf memiliki beberapa ide atau gagasan. Ide atau
gagasan tersebuat terletak di masing-masing paragraf.
Sehingga jika kita membuat paragraf baru maka kita juga
membuat gagasan baru.

3.1.3.3 Memudahkan Menulis dan Pembaca

Memudahkan penulis dalam menyusun gagasannya dan


memudahkan pembaca dalam memahami gagasan dari
penulis. Sehingga pembaca engetahui inti dari suatu
karangan dengan jelas.

3.1.3.4 Memudahkan Pengembangan Topik

48
Mengembangkan topik sebuah  karangan ke dalam
bentuk pemikiran yang lebih kecil dengan cara diberikan
suatu kalimat yang lebih rinci sehingga suatu topik yang
dibahas dapat lebih jelas.

3.1.3.5 Memudahkan Pengendalian Variabel

Pengarang lebih mudah dalam mengendalikan


variabel, terutama pada karangan yang terdiri dari banyak
variabel. Sehingga pembaca dapat lebih cepat menemukan
informasi dari variabel yang ingin dimengerti.

3.1.4 Persyaratan yang Baik dan Benar dalam Paragraf

Sebuah paragraf harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Paragraf


yang baik setidaknya harus memenuhi syarat kohesi, koherensi,
kelengkapan, dan kevariasian.

3.1.4.1 Kesatuan (Kohesi)

Sebuah paragraf dianggap memenuhi kriteria kesatuan


apabila kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut bersama-
sama mendukung suatu hal atau tema tertentu yang diangkat.
Hal ini karena sebuah paragraf yang baik biasanya hanya
mengangkat satu gagasan pokok saja.

3.1.4.2 Kepaduan (Koherensi)

Sebuah paragraf dianggap memenuhi kriteria kepaduan


apabila semua kalimat yang membangun paragraf saling
terkait antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya yang
membentuk paragraf tersebut.

3.1.4.3 Kelengkapan

Sebuah paragraf dianggap lengkap jika paragraf tersebut


dibangun oleh beberapa kalimat yang terdiri atas kalimat
utama, kalimat-kalimat uraian atau penjelas, dan kalimat
penyimpul.

49
3.1.4.4 Keruntutan

Sebuah paragraf dikatakan runtut jika uraian informasi


disajikan secara urut, tidak ada informasi yang melompat-
lompat sehingga pembaca lebih mudah mengikuti jalan
pikiran penulis.

3.1.4.5 Konsisten

Penulis harus menetapkan dan mempertahankan sudut


pandang dari awal hingga akhir pembahasan. Berikut ini
merupakan beberapa sudut pandang yang dapat digunakan
penulis dalam karangan.
a) Sudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata

ganti aku atau saya. Dengan sudut pandang ini penulis

seakan-akan terlibat dalam cerita dan seolah-olah bertindak

sebagai tokoh cerita.

b) Sudut pandang orang ketiga biasanya menggunakan kata

ganti orang ketiga, seperti dia atau nama orang yang menjadi

tokoh dalam cerita.

c) Sudut pandang pengamat menempatkan penulis sebagai

pengamat serba tahu yang bertindak seolah-olah mengetahui

segala tingkah laku dan peristiwa yang dialami tokoh.

d) Sudut pandang campuran merupakan kombinasi antara sudut

pandang orang pertama dan pengamat. Dengan sudut

pandang ini penulis mula-mula menggunakan sudut pandang

orang pertama kemudian bertindak sebagai pengamat yang

50
serba tahu dan bagian kembali lagi ke sudut pandang orang

pertama.

3.1.5 Jenis-jenis paragraf

3.1.5.1 Jenis paragraf berdasarkan pola penalaran


Dalam menuangkan gagasan harus memperhatikan pola
pernalaran. Berdasarkan pola pernalaran itu, pengelompokan
paragraf didasarkan pada penempatan gagasan utama.

a) Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau


gagasan utamanya terletak di awal paragraf dan diikuti oleh
kalimat-kalimat penjelas untuk mendukung gagasan utama.
Contoh:
" Jurusan Teknik Kimia melakukan program
kerjasama dengan industri PT Chandra Asri
Petrochemical. Kerjasama yang dilakukan untuk
pemberian beasiswa bagi mahasiswa tingkat 2 dari PT
Chandra Asri Petrochemical (CAP). Pada kesempatan lain
bagi mahasiswa yang telah menerima beasiswa juga dapat
uang saku dari PT CAP. Kerjasama yang dilakukan oleh
kedua pihak sudah berjalan 3 tahun. Disamping itu mahasiswa
yang mendapatkan beasiswa dapat dikontrak kerja selama dua
tahun oleh PT CAP.”

b) Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang ide pokok atau


gagasan utamanya terletak di kalimat akhir paragraf dan
diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas untuk mendukung
gagasan utama.
Contoh:
" Lulusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang
banyak terserap bekerja pada industri maupun instansi
pemerintah. Pada jurusan terdapat laboratoriun yang lengkap.
Memiliki dosen yang kompeten dan akreditasi yang baik.

51
Lulusan SMA dan SMK di Indonesia sangat antusias
untuk kuliah di Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang.

c) Paragraf Deduktif-Induktif

Paragraf deduktif – induktif dalah paragraf yang letak


gagasan utamanya di awal dan di akhir paragraf. Meskipun
ada dua kali pemunculan kalimat topik, hal itu bukan berarti
gagasan utamanya ada dua. Adanya dua kalimat topik itu
hanya merupakan bentuk pengulangan gagasan utama untuk
mempertegas informasi.
Contoh:
“ Bidang pembelajaran di Teknik Kimia dapat
mendapatkan gaji tinggi karena prospek kerja bagi
Sarjana Teknik Kimia sangat luas. Lulusan Teknik Kimia
banyak dibutuhkan oleh industri energi terbarukan, industri
minyak dan gas, industri pengolahan limbah, industri kimia,
industri obat, industri pangan, industri perancangan alat,
maupun instansi pemerintah. Maka, tidaklah heran apabila
gaji yang ditawarkan pun tentu saja bisa dibilang cukup
menjanjikan.”
d) Ide Pokok Menyebar

Paragraf dengan pola semacam itu tidak memiliki kalimat


utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau
tersirat pada kalimat-kalimatnya.
Contoh:
“ Teknik kimia adalah cabang
ilmu teknik atau rekayasa yang mempelajari
pemrosesan bahan mentah menjadi barang yang lebih
berguna, dapat berupa barang jadi ataupun barang setengah
jadi. Ilmu teknik kimia diaplikasikan terutama dalam
perancangan dan pemeliharaan proses-proses kimia, baik
dalam skala kecil maupun dalam skala besar seperti pabrik.”

52
Dengan memperhatikan setiap kalimat dalam paragraf itu,
kita dapat menyarikan isinya, yaitu gambaran jurusan
teknik kimia. Inti sari itulah yang menjadi gagasan
utamanya.”

e) Paragraf Ineratif

Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya


terletak di tengah-tengah paragraf. Paragraf ini diawali
dengan kalimat-kalimat penjelas sebagai pengantar kemudian
diikuti gagasan utama dan ditambahkan lagi kalimat-kalimat
penjelas untuk menguatkan atau mempertegas informasi.
Contoh:
“ Mulai tahun 1888, Lewis M. Norton mengajar di MIT
kursus teknik kimia pertama di Amerika Serikat. Tentu saja
Norton adalah kontemporer dan pada dasarnya apa yang
diajarkannya sama dengan kursus Armstrong. Kedua kursus,
bagaimanapun, hanya menggabungkan pelajaran kimia dan
mesin. "Para praktisi mengalami kesulitan meyakinkan
pengusaha bahwa mereka adalah insinyur dan juga ahli kimia,
bahwa mereka tidak hanya ahli kimia." Kursus unit operasi
diperkenalkan William Hultz Walker pada tahun 1905. Pada
awal tahun 1920-an, unit operasi menjadi aspek penting
dari teknik kimia di MIT dan universitas lain di AS, serta
di Imperial College London. The American Institute of
Chemical Engineers (AIChE), yang didirikan pada tahun
1908, memainkan peran kunci dalam membuat teknik kimia
dianggap sebagai ilmu mandiri, dan bahwa unit operasi
menjadi salah satu pusat penting di dalam teknik kimia.”
3.1.5.2 Jenis Paragraf Berdasarkan Urutan
Pada umumnya suatu karangan terdiri atas tiga bagian,
yaitu paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup.

53
a) Paragraf Pembuka atau Pengantar

Paragraf pembuka merupakan pembuka untuk sampai


pada permasalahan yang dibicarakan. Dengan kata lain
paragraf pembuka itu mengantarkan pembaca pada
pembicaraan. Berkaitan dengan itu, paragraf ini berfungsi
untuk memberi tahu latar belakang, masalah tujuan, dan
anggapan dasar. Pengantar yang baik dapat mengetuk hati
dan memperoleh simpati, menggugah minat dan gairah
orang lain untuk mengetahui lebih banyak.
Contoh:
“ Teknik kimia merupakan ilmu teknik yang
menitikberatkan pekerjaannya untuk menghasilkan proses
yang ekonomis. Untuk mencapai tujuan ini, seorang
insinyur teknik kimia dapat menyederhanakan atau
memperumit aliran proses produksi untuk memperoleh
proses yang ekonomis. Selain melalui perancangan aliran
proses produksi, seorang insinyur teknik kimia juga dapat
menghasilkan proses yang ekonomis dengan merancang
kondisi operasi. Beberapa reaksi kimia memiliki laju reaksi
yang lebih tinggi pada tekanan atau temperatur operasi
yang lebih tinggi. Proses produksi amonia adalah contoh
dari pemanfaatan tekanan tinggi. Agar laju pembentukan
amonia cepat, reaksi dilangsungkan dalam
suatu reaktor bertekanan tinggi.”

b) Paragraf Isi

Paragraf isi merupakan inti dari sebuah karangan yang


terletak di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Di dalam paragraf isi inilah inti pokok pikiran penulis
dikemukakan. Jumlah paragraf isi sangat bergantung pada
luas sempitnya cakupan informasi yang ingin disampaikan.

54
Yang terpenting adalah ketuntasan pembahasan pokok
pikiran yang dikemukakan.
Contoh:
“ Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam
mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada
semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri
kimia. Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah
165 juta ton, dengan nilai perdagangan seharga US$8 juta.
Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral,
sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan
minyak.”

c) Paragraf Penutup

Paragraf penutup merupakan simpulan dari


pokokpokok pikiran dalam paragraf isi. Tujuan penyajian
paragraf penutup ini adalah agar apa yang tertuang dalam
paragraf-paragraf sebelumnya terkesan mendalam di benak
pembaca. Untuk memberi kesan yang kuat kepada
pembaca, penulis dapat penutup karangan dengan (1)
menegaskan kembali tesis atau ide pokok karangan dengan
kata-kata lain; (2) meringkas atau merangkum gagasan-
gagasan penting yang telah disampaikan; (3) memberikan
kesimpulan, saran, dan proyeksi masa depan; (4)
memberikan pernyataan yang tegas dan kesan mendalam.
Contoh:
“ Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
Asam Sitrat merupakan bahan pengawet yang baik dan
alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam
pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam
sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam
sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting
dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat
digunakan sebagai zat pembersih yang
ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.”

55
3.2 Wacana

Wacana adalah satuan bahasa yang terstruktur secara lengkap yang


disajikan secara teratur dan membentuk suatu makna yang disampaikan secara
tertulis maupun lisan. Wacana paling sedikit terdiri dari 3 paragraf. Dalam
peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses
komunikasi antar penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara
tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penulis.

3.2.2 Ciri-ciri Wacana


Ciri-ciri Wacana adalah sebagai berikut :

3.2.2.1 Terdapat tema

3.2.2.2 Satuan terbesar, tertingi, atau terlengkap

3.2.2.3 Terdapat tema

3.2.2.4 Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap

3.2.2.5 Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan

3.2.2.6 Memiliki hubungan koherensi

3.2.2.7 Memiliki hubungan kohesi

3.2.2.8 Medium bisa lisan maupun tulis

3.2.2.9 Sesuai dengan konteks

Wacana dapat dibeda-bedakan atas beberapa macam penggolongan.


Dapat dibedakan atas wacana ilmiah dan nonilmiah. Dapat dibedakan atas
wacana fiksi dan nonfiksi. Dan masih dapat dibedakan atas penggolongan
lain lagi, sesuai dengan kebutuhan penulisnya. Adanya berbagai macam
penggolongan itu disebabkan oleh perbedaan dasar penggolongan masing-
masing. Penulis dapat membedakan wacana menurut dasar penggolongan
tertentu, sesuai dengan kebutuhan pembahasannya. Wacana bedasarkan cara
pemaparannya di golongkan dalam lima bentuk, yakni narasi (kisahan),
deskripsi (perian), eksposisi (paparan), argumentasi (bahasan), dan persuasi.

56
3.2.3 Jenis-jenis Wacana
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi empat, yaitu:

3.2.3.1 Wacana Narasi

Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu

kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris

dan narasi imajinatif .Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi

adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas

latar waktu, tempat, dan suasana. Pada teks narasi ini memiliki sifat

tidak untuk ilmiah.

Contoh:

“Eko Ivano Winata adalah seorang penulis yang berasal dari


jejaring maya khusus karya fiksi. Memiliki pengikut sebanyak 275
ribu di akunnya serta 4 karya yang sudah naik cetak.

Eko yang biasa disapa kokoh adalah laki-laki berdarah


sunda. Menyukai The Marvel dan kini sedang menggarap
satu project  film bersama suatu PH yang mengangkat cerita
pertamanya, Senior.

3 karyanya yaitu Senior, Inestable dan Athlas merupakan


kisah trilogy. 3 cerita ini menceritakan tentang percintaan.
Pertemanan dan kasih keluarga. Cerita ini merupakan karya terlaris
dan sempat menduduki peringkat 1 dalam beberapa minggu.

Dalam pesannya ketika Meet and Great di suatu acara, Eko


berkata untuk tidak menyerah dalam menekuni hobi menulis.
Jangan berpatokan dengan kesuksesan terlebih dahulu namun
nikmati proses yang ada didalamnya.”
3.2.3.2 Wacana Deskripsi

57
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan atau suatu

objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman

penulisnya. Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca,

penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari

sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu deskripsi

imajinatif atau impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.

Contoh:

“Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda

kaustik, soda api, atau sodium hidroksida, adalah

sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk

dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium

hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan

ke dalam air.

NaOH digunakan di berbagai macam bidang industri,

kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur

kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium

hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam

laboratorium kimia.

Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan

tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh

50% yang biasa disebut larutan Sorensen. Ia bersifat lembap cair

58
dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia

sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan,

karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara

eksotermis. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun

kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada

kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar

lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda

kuning pada kain dan kertas.”

3.2.3.3 Wacana Eksposisi

Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau

menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan

memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada

pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-

karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar,

simposium, atau penataran. Tahapan menulis karangan eksposisi,

yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola

penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun

kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi

karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi

dapat berpola penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks

dan antiklimaks.

59
Contoh:
“Dulu waktu pembuatan etanol dari pati garut dengan proses

hidrolisa asam. Asam yang digunakan adalah asam klorida (HCl)

dengan konsentrasi larutan sebesar 40 %, proses hidrolisa ini

berlangsung pada suhu 100 ˚C selama 1 jam. Proses hidrolisa ini

bertujuan untuk mengubah polisakarida (pati) menjadi

monosakarida (glukosa).

Monosakarida yang dihasilkan kemudian difermentasikan

menggunakan yeast sacharomyces cereviceae. Fermentasi dilakukan

selama seminggu dengan tempat kedap udara. Tanda dari

fermentasi berlangsung ditandai dengan adanya gelembung yang

menandakan mikrobanya hidup.

Hasil fermentasi ini selanjutnya disaring untuk memisahkan

mikroba. Proses selanjutnya yaitu destilasi dengan menggunakan

kolom destilasi yang berisi packing pada suhu 78-80 ˚C untuk

memisahakan air dari etanol, sehingga menghasilkan etanol murni.”

3.2.3.4 Wacana Argumentasi

Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat,

sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan,

bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan

60
karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan

kebenaran pendapat pengarang.Tahapan menulis karangan

argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik permasalahan,

merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan

berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung,

menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka

menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan argumentasi

dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan

masalah.

Contoh :

Banyak orang yang tidak mengerti kegiatan yang dianggap

biasa ternyata mengakibatkan bahaya. Pada seminar kesehatan yang

sering menyinggung bahwa meniup makanan yang masih dalam

keadaan panas sangatlah tidak dianjurkan.

Mendinginkan makanan akan mendatangkan keberkahan

tersendiri bagi kita. Selain itu, pakar kesehatan mengatakan bahwa

meniup makanan yang panas justru akan menyebabkan bakteri atau

virus yang berasal dari mulut berpindah pada makanan yang akan

dikonsumsi. Akibatnya, kita akan mudah terserang penyakit yang

disebabkan oleh virus-virus tersebut.

61
Oleh karena itu, kebiasaan meniup makanan yang panas

haruslah kita hentikan agar tubuh kita terhidar dari berbagai

penyakit yang membahayakan tubuh. Kita bisa menunggu makanan

atau minuman dingin terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya.

3.2.3.5 Wacana Persuasi

Pesuasi (dalam bahasa Inggris : persuasion) merupakan

suatu cara yang dilakukan oleh orang untuk menyakinkan orang lain

agar orang tersebut mau melakukan apa yang yang dikehendaki

penulis baik masa sekarang atau masa yang akan datang. Dengan

demikian, wacana persuasi adalah wacana yang disusun penulis

dengan tujuan akhir agar pembaca mau melakukan sesuai dengan

apa yang dikehendaki penulis dalam wacana tersebut. Untuk itu,

wacana semacam ini erat kaitannya upaya penulis untuk

mempengaruhi cara-cara pengambilan keputusan pembaca.

Keberhasilan penulis menyusun wacana persuasi akan

mengakibatkan keputusan-keputusan pembaca merupakan

keputusan yang disasarkan atas kesadarannya sendiri, dilakukan

secara bijak, dan benar.

Contoh :

62
“Penggunaan bahan kimia sebagai campuran bahan

makanan hewan ternak memang dapat mempercepat pertumbuhan

hewan ternak. Bahkan pertumbuhannya bisa dua kali lipat dari

biasanya.

Tapi kekurangan bahan kimia pada makanan ternak dapat

berdampak yang kurang baik pada hasil ternak karena pada bahan-

bahan kimia tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan hewan

ternak. Bukan hana itu saja. Penggunaan bahan kimia juga dapat

berpengaruh pada hasil produksi hewan ternak yang menjadi tidak

alami lagi sehingga akan berpengaruh pada struktur zat hasil

peternakan non-organik.

Oleh karena itu, beralihlah pada cara-cara beternak yang

sehat karena peternakan organik memanfaatkan bahan makan dari

alam seperti rumput liar sehingga dapat menghasilkan hewan ternak

yang lebih sehat dan juga menghasilkan struktur zat yang lebih

alami.”

3.2.4 Pola Pengembangan Wacana

3.2.4.3 Pola Umum- Khusus (General-Partikular)

63
Pola susunan umum-khusus adalah wacana yang diungkapkan

dengan pola pengembangan dari hal-hal atau kalimat yang bersifat

umum diikuti kalimat-kalimat yang bersifat khusus. Dengan kata

lain, pikiran utama bersifat umum diletakkan di awal wacana

kemudian pikiran penjelas yang b ersifat khusus diletakkan di akhir

wacana. Pola pengembangan ini bersifat sebaliknya, yaitu khusus-

umum. Pola ini meletakkan pernyataan-pernyataan khusus di awal

wacana dan ditutup dengan pernyataan yang bersifat umum.

3.2.4.4 Pola Seluruh-Bagian (Whole-Part/Componen)

Pola susunan wacana ini mengedepankan sesuatu secara

menyeluruh terlebih dahulu kemudian diikuti bagian-bagian dari

keseluruhan tersebut. Dengan kata lain suatu objek disampaikan

secara keseluruhannya terlebih dahulu kemudian diikuti penjelasan

secara lebih mendalam terhadap bagian-bagian yang telah

disampaikan. Seorang pengguna bahasa kadang-kadang tidak

menyampaikan seluruh informasi dengan menggunakan satu

kalimat. Hal ini disebabkan keterbatasan bahasa si penutur dan

pertimbangannya atas kemampuan penerima informasi. Dalam hal

ini penutur menyampaikan secara bertahap.

3.2.4.5 Pola Latar-Subjek-Unsur (Set-Subject-Element)

64
Pola latar-subjek-unsur adalah pola wacana yang di

dalamnya terdapat latar (waktu dan tempat peristiwa itu terjadi)

dengan jelas, disertai dengan subjek atau pelaku, serta diikuti

dengan unsur-unsur yang mendukung wacana tersebut.

3.2.4.6 Pola yang Mencakup-yang Tercakup (Including-Included)

Pola wacana ini mengedepankan bagian yang mencakupi

suatu objek sebagai pikiran pokoknya. Pada bagian ini disampaikan

hal-hal yang mencakupi atau yang menjadi inti dari suatu objek.

Pada bagian selanjutnya diikuti pikiran penjelas yang berupa bagian

yang dicakupi atau yang tercakup di dalam sesuatu yang telah

dijelaskan pada bagian awal. Pola ini senada dengan pola umum

khushs hanya saja lebih menonjolkan sesuatu objek.

3.2.4.7 Pola Besar-Kecil (Large-Small)

Selanggam dengan pola sebelumnya, pola besar-keci

diawali diawali dengan pikiran utama yang bersifat lebih besar

cakupannya/bidangnya/ukurannya. Setelah menyampaikan bagian

tersebut diikuti dengan pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang

bersifat lebih kecil. Namun demikian, antar bagian tersebut bukan

sesuatu yang saling bergantung/berkaitan sebagaimana dalam pola

yang mencakup dan tercakup.

65
3.2.4.8 Pola Luas-Dalam (Outside-Inside)

Pola ini hampir mirip dengan pola mencakup-tercakup,

hanya saja yang ditekankan bukan pada aspek

keberkaitan/hubungan antarbagian melainkan lebih pada aspek

keluasan topik. Pola ini diawali dengan pikiran utama yang bersifat

luas dan menyeluruh. Setelah itu, barulah diikuti dengan pikiran-

pikiran penjelas yang bersifat lebih dalam atau mengkhusus.

3.2.4.9 Pola yang Memiliki-yang dimiliki (Possessor-Possessed)

Pola ini berfokus pada sesuatu yang bersifat yang memiliki

dan yang dimiliki. Dengan bahasa lain pikiran utamanya berupa

hal-hal yang memiliki. Selanjutnya, diikuti dengan pikiran penjelas

yang berupa hal-hal yang dimiliki oleh sesuatu yang telah

disampaikan dalam pikiran utama.

3.2.4.10 Pola Sekuensi Temporal

Pola wacana ini dibuat berdasarkan urutan waktu atau

kronologis. Wacana ini umumnya menggambarkan urutan

terjadinya peristiwa, perbuatan atau tinakan.

3.2.4.11 Pola Sekuensi Spasial

66
Pola ini menekankan pada aspek spasial/ruang. Wacana

dibuat berdasarkan urutan ruang/tempat. Pembaca atau pendengar

diharapkan dapat membayangkan urutan dari satu titik ke titik yang

lain atau dari suatu tempat ke tempat yang lain.

3.2.4.12 Pola Ekuivalensi-Kontras

Pola ini sering disebut dengan pola perbandingan dan

pertentangan. Untuk memperjelas suatu paparan biasanya pengguna

bahasa berusaha memperbandingan dengan melihat aspek-aspek

kesamaan suatu objek dan mengontraskannya atau

mempertentangkannya dengan sesuatuhal yang lain. Suatu objek

dipaparkan kesamaanya kemudian diikuti perbedaan-perbedaan.

Hal ini dimaksudkan untuk menandaskan sesuatu. Hal-hal yang

diperbandingkan dan dipertentangkan ini lazimnya hal-hal yang

bersifat sepadan dan mencolok.

3.2.4.13 Pola Sebab-Akibat

Senada dengan pola yang lain, pola ini didahului dengan

pikiran utama yang berupa hal-hal yang menjadi penyebab

kemudian diikuti dengan pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang

menjadi akibat dari pikiran utama. Pola ini berlaku pula sebalinya.

Artinya terdapat pula pola akibat-sebab. Secara umum kesebelas

pola ini tidak bersifat saling mengecualikan. Hal ini berarti bahwa

67
sebuah pola wacana tidak serta-merta tidak dapat dipandang sebagai

pola yang lain. Dalam arti mudahnya, sebuah wacana dikatakan

memiliki pola A bukan berarti tidak dapat dikatakan memiliki pola

pengembangan B atau yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono. 2011. “Paragraf dan Wacana”.

http://budiyono151.blogspot.com/2011/06/paragraf-dan-wacana.html. Diakses pada

pukul 2 September 2020 pukul 18.00 WIB.

Guru Pendidikan. 2014. Wacana Adalah – Pengertian, Ciri, Syarat, Jenis,

Komunikasi, Pelibatnya, Pemaparan, Narasi, Eksposisi, Contoh,

https://www.gurupendidikan.co.id/wacana-adalah/, diakses pada pukul 2

September 2020 pukul 19.32 WIB.

Irawan, Dedy. 2014. Makalah Wacana Bahasa Indonesia,

https://ira113blog.wordpress.com/2014/12/26/makalah-wacana-bahasa-indonesia/,

diakses pada pukul 2 September 2020 pukul 19.20 WIB.

68
Kajian MKU Bahasa Indonesia. 2020. “PARAGRAF DALAM WACANA BAHASA

INDONESIA”,

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296144/pendidikan/PARAGRAF+dalam+wacana

+BI.pdf. Diakses pada pukul 2 September 2020 pukul 18.00 WIB.

Rahmawan, Arief. 2011. Pola Pengembangan Wacana,

http://gustipakoelangit.blogspot.com/2011/04/pola-pengembangan-wacana.html?

m=1, diakses pada pukul 3 September 2020 pukul 19.30 WIB.

Salamdian. 2018. “ PENGERTIAN PARAGFRAF: Fungsi, Ciri, Jenis-jenis

paragraph dan penjelasannya”. https://salamadian.com/pengertian-paragraf/. Diakses

pada pukul 2 September 2020 pukul 18.00 WIB.

Setiawati, Indra Yuli, dkk. 2015. Makalah Wacana Bahasa Indonesia Hakikat

Wacana,http://laukhilmahfidiyah.blogspot.com/2015/03/hakikat-wacana.html?m=1,

diakses pada pukul 3 September 2020 pukul 19.55 WIB.

Suladi. 2014. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia PARAGRAF. Jakarta : Pusat

Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Wikipedia Bahasa Indonesia. 2020. “Asam Sulfat”.

https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat. Diakses pada pukul 3 September 2020

pukul 21.00 WIB.

69
Wikipedia Bahasa Indonesia. 2020. “Asam Sitrat”.

https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sitrat. Diakses pada pukul 3 September 2020

pukul 21.00 WIB.

Wikipedia Bahasa Indonesia. 2020. “Teknik Kimia ”.

https://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_kimia. Diakses pada pukul 3 September 2020

pukul 21.00 WIB.

70
SURAT MENYURAT
Disusun oleh Kelompok 4/3C D-III Teknik Kimia :
Irsandra Diviandhira Salsabilla W NIM 1831410032

Mutakhabbibatillah NIM 1831410021

Rinda Mahendra NIM 1831410047

Zakiyya Hana Firdaus Muchtar NIM 1831410155

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020

71
BAB IV
SURAT MENYURAT
4.1 Pengertian Surat
Surat adalah suatu sarana untuk menyampaikan pernyataan-pernyataan
atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain, baik
atas nama sendiri, maupun atas nama jabatannya dalam sebuah organisasi,
instansi ataupun perusahaan. 

4.2 Pengertian Surat Menyurat

Surat menyurat adalah suatu kegiatan untuk mengadakan hubungan


secara terus menerus antara pihak yang satu kepada pihak yang lainnya dan
dilaksanakan dengan saling berkiriman surat. Kegiatan surat menyurat ini disebut
juga dengan istilah lainnya yaitu korespondensi. Jika hanya sepihak saja yang
mengirimkan surat secara terus menerus tanpa ada balasan atau tanggapan dari
pihak lainnya hal ini tidak dapat dinamakan kegiatan surat menyurat.

4.3 Korespondensi

Korespondensi searti dengan surat menyurat. Korespondensi adalah suatu


kegiatan atau hubungan yang dilakukan secara terus-menerus antara dua pihak
yang dilakukan dengan saling berkiriman surat.

Korespondensi dalam suatu kantor, instansi, atau organisasi dibagi


menjadi dua, yakni:

1. Korespondendi Eksteren, yaitu hubungan surat-menyurat yang dilakukan


oleh kantor atau bagian-bagiannya dengan pihak luar.

72
2. Korespondensi  Interen, yaitu hubungan surat-menyurat yang dilakukan oleh
orang-orang dalam suatu kantor, termasuk hubungan  antara  kantor pusat
dengan kantor cabang.

4.4 Tujuan Penulisan Surat

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang atau organisasi pasti
mempunyai tujuan, demikian juga penulisan surat mempunyai tujuan-tujuan
tertentu, diantaranya :

1. Menyampaikan warta atau informasi kepada pihak lain.


2. Mendapat balasan atau tanggapan dari penerima atau pihak yang dikirim
tentang informasi yang disampaikan tersebut.
3. Memperlancar arus informasi, sehingga informasi yang diterima jelas dan
tidak salah tanggap.

4.5 Fungsi Surat

Surat memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai :

1. Alat Komunikasi
Surat dapat menyampaikan informasi dari satu pihak ke pihak lainnya atas
nama pribadi maupun organisasi.
2. Alat Bukti Tertulis
Surat dapat digunakan sebagai bukti apabila terjadi perselisihan antar
organisasi atau pejabat yang mengadakan hubungan korespondensi, misalnya
surat perjanjian.
3. Alat Pengingat
Surat dapat digunakan untuk mengetahui hal-hal atau peristiwa yang telah
lampau, misalnya surat yang diarsipkan.

73
4. Alat Bukti Historis
Surat dapat digunakan untuk mengetahui sejarah atau perkembangan suatu
organisasi, misalnya surat-surat bersejarah.
5. Duta atau Wakil Organisasi
Kehadiran surat dapat mewakili organisasi dalam berkomunikasi atau bertatap
muka dengan pihak lain.

6. Alat Pedoman Kerja


Surat dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan,
misalnya surat keputusan dan surat perintah.

4.6 Jenis Surat


a. Berdasarkan sifatnya surat dapat digolongkan menjadi lima jenis
yaitu :
1. Surat Pribadi
Surat Pribadi adalah surat-surat yang bersifat kekeluargaan, berisi
masalah keluarga baik tentang kesehatan, keuangan keluarga, dan
sebagainya.
Surat Pribadi dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Surat pribadi yang bersifat resmi, yaitu surat atas nama pribadi
yang dikirim ke organisasi-organisasi resmi, seperti: surat
lamaran pekerjaan, surat izin tidak masuk kerja.
b) Surat pribadi yang bersifat tidak resmi, yaitu surat pribadi yang
bersifat kekeluargaan atau kekerabatan, seperti : surat kepada
orang tua, kakak, teman, dll.
2. Surat Dinas Pribadi
Surat Dinas Pribadi disebut juga surat setengah resmi, yaitu surat-
surat yang dikirimkan dari seseorang atau pribadi kepada instansi-
instansi, perusahaan-perusahaan, ataupun jawatan-jawatan.

74
3. Surat Dinas Swasta
Surat Dinas Swasta disebut juga surat resmi, yaitu surat-surat yang
dibuat oleh instansi-instansi swasta yang dikirimkan untuk para
karyawan, relasin, langganan atau instansi – instansi lain yang
terkait.

4. Surat Niaga
Surat Niaga adalah surat yang berisi soal-soal perdagangan yang
dibuat oleh perusahaan yang dikirimkan kepada para
langganannya.
5. Surat Dinas Pemerintah
Surat Dinas digunakan untuk kepentingan pekerjaan formal seperti
instansi dinas dan tugas kantor. Surat ini penting dalam
pengelolaan administrasi dalam suatu instansi Fungsi dari surat
dinas adalah sebagai dokumen bukti tertulis, alat pengingat
berkaitan fungsinya dengan arsip, bukti sejarah atas perkembangan
instansi, dan pedoman kerja dalam bentuk surat keputusan dan
surat instruksi.
b. Berdasarkan wujud surat dapat digolongkan menjadi lima jenis yaitu
:
1. Surat Yang Menggunakan Kartu Pos
Kartu pos adalah blanko yang dikeluarkan oleh Perum Postel atau
instansi lain yang telah diberi izin Perum Postel untuk mencetaknya
asal sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Perum
Postel.
2. Warkat Pos

75
Warkat pos adalah sehelai kertas yang telah dicetak dengan memakai
lembaga dan petunjuk penulisan berita, yang dikeluarkan oleh perum
postel atau instansi lain yang telah diberi izin.
3. Surat Bersampul
Surat bersampul adalah surat-surat yang isinya atau beritanya ditulis
pada kertas lain, kemudian kertas surat tersebut dimasukkan kedalam
sampul atau amplop.
4. Surat Terbuka dan Surat Tertutup
Surat terbuka adalah surat-surat yang isinya dapat dibaca oleh umum,
misalnya surat dari pembaca kepada pembaca atau surat yang
dikirimkan oleh pembaca untuk pemerintah, instansi lain melalui
redaksi surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya.
5. Memorandum dan Nota
Memorandum adalah salah satu alat komunikasi berupa surat-surat di
lingkungan dinas yang penyampaiannya tidak resmi dan digunakan
secara intern (didalam lingkungan sendiri baik perusahaan, instansi
lainnya).
Nota adalah merupakan alat komunikasi kedinasan antara pejabat dari
suatu unit organisasi yang digunakan secara intern dalam lingkungan
sendiri, tetapi bersifat resmi.
6. Telegram
Telegram adalah suatu alat komunikasi dengan cara menyampaikan
berita-berita melalui radio atau pesawat telegram mengenai sesuatu hal
yang perlu segera mendapat penyelesaian dengan cepat. Isi telegram
berupa tulisan-tulisan singkat yang dikirimkan dari jarak jauh.
7. Surat Biasa
Surat Biasa adalah surat-surat yang isinya tidak mengandung rahasia
walaupun terbaca oleh orang lain, seperti surat undangan pernikahan

76
atau khitanan, surat pertemuan para siswa untuk rekreasi dan
sebagainya.
c. Berdasarkan Tata Aliran Surat dapat digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Surat Masuk adalah surat-surat yang diterima oleh suatu
organisasi/perusahaan yang berasal dari seseorang atau dari suatu
organisasi.
2. Surat Keluar adalah surat-surat yang dikeluarkan/dibuat suatu
organisasi/perusahaan untuk dikirimkan kepada pihak lain, baik
perseorangan maupun kelompok. Setiap kantor setiap harinya akan
menangani surat-surat. Mungkin satu hari ada 1 surat, 2 surat, bahkan
ratusan surat. Jumlah yang banyak tersebut jika tidak ditangani dengan
baik tentunya akan dapat merugikan banyak pihak, khususnya bagi
kantor yang bersangkutan.
d. Berdasarkan Keamanan Isinya dapat digolongkan menjadi tiga jenis,
yaitu :
1. Surat Sangat Rahasia
Surat-surat yang digunakan untuk surat-surat yang berhubungan
dengan keamanan Negara atau surat-surat yang berupa Dokumen
Negara, sehingga bila surat ini jatuh ketangan yang tidak berhak maka
akan membahayakan masyarakat atau Bangsa dan Negara.
2. Surat Rahasia
Surat-surat yang isinya harus dirahasiakan, tidak boleh dibaca oleh
orang lain, karena bila jatuh ketangan orang yang tidak berhak, akan
merugikan perusahaan atau instansi tersebut.
3. Surat Konfidensial
Surat-surat yang termasuk surat rahasia juga, karena isinya tidak boleh
diketahui orang lain cukup hanya diketahui oleh pejabat yang
bersangkutan, karena kalau jatuh kepada orang yang tidak berhak akan

77
mencemarkan nama baik orang tersebut. Contohnya surat laporan
tentang karyawan yang korupsi.
e. Berdasarkan Proses Penyelesaiannya dapat digolongkan menjadi tiga
jenis, yaitu :
1. Surat Sangat Segera atau Surat Kilat.
Surat yang harus dikirimkan dengan sangat segera atau kilat adalah
surat yang harus ditangani secepat mungkin pada kesempatan yang
pertama karena surat ini harus segera dikirimkan secepatnya karena
penerima harus cepat menanggapi dan menyelesaikannya.
2. Surat Segera
Surat yang secepatnya diselesaikan tetapi tidak perlu pada kesempatan
yang pertama dan segera dikirimkan supaya mendapat tanggapan dan
penyelesainya dari pihak penerima.

3. Surat Biasa
Surat-surat yang tidak perlu tergesa-gesa untuk penyelesaian karena
tidak perlu mendapat tanggapan yang secepatnya dari penerima.
f. Berdasarkan Dinas Pos dapat digolongkan menjadi empat, yaitu :
1. Surat Biasa
Surat yang menurut penggolongan dinas pos, surat yang dibuat oleh
seseorang yang isinya atau sifatnya biasa atau tidak begitu penting,
karena pada umumnya surat ini tidak perlu mendapat tanggapan yang
secepatnya dari penerima, dengan demikian surat-surat ini
penyampaiannya kepada tujuan atau penerima waktunya tidak
dipastikan, tetapi biaya yang dikenakan dinas pos, prangkonya cukup
murah.
2. SuratKilat
Surat-surat yang secepatnya ditangani supaya mendapat tanggapan dan
penyelesaian yang secepatnya pula dari penerima. Oleh karena itu

78
surat kilat cara penyampaiannya, ongkos pengirimannya atau
prangkonya lebih mahal dari surat biasa.
3. Surat Kilat Khusus
Surat-surat yang dibuat seseorang yang isinya sangat penting dan
harus segera ditangani supaya mendapat tanggapan dan penyelesaian
yang secepatnya dari penerima.
4. Surat Tercatat
Surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya sangat penting, sehingga
harus segera ditangani dan diselesaikan secepatnya supaya surat
tersebut mendapat tanggapan dan penyelesaian secepatnya pula dari
pihak penerima, surat inipun hampir sama dengan kilat khusus, cara
penyampaiannya oleh dinas pos sangat diutamakan ongkosnya atau
prangkonya mahal.

g. Berdasarkan Cara Pengirimannya dapat digolongkan menjadi empat,


yaitu :
1. Surat Pos, yaitu surat yang dikirim melalui jasa pos atau usaha
pengiriman lainnya.
2. Telegram/telex, yaitu surat yang dikirim dari jarak jauh dengan
menggunakan pesawat telegram/telex.
3. Faxcimile, yaitu surat yang dikirim dengan menggunakan mesin
faxcimile.
4. Email, yaitu surat yang dikirim dengan menggunakan internet

4.7 Syarat Surat Yang Baik

Surat yang baik adalah surat yang disusun dan ditulis mengikuti syarat-syarat,
yaitu :

79
1. Tidak mengandung makna ganda
2. Antara penerima dan pengirim memiliki maksud yang sama
3. Sederhana
4. Tepat menggunakan kata dalam pemakaiannya
5. Tulisannya tersusun rapi dan berurutan

Bahasa yang digunakan dalam surat, sebaiknya :

1. Mengutamakan sama derajad


2. Tegas
3. Mudah dimengerti oleh pembaca
4. Menggunakan bahasa yang sopan
5. Jelas antara penulisan dan makna

4.8 Bentuk Surat

Bentuk surat adalah tata letak atau posisi bagian-bagian surat, masing-
masing bagian surat itu mempunyai posisi tertentu sesuai dengan fungsi dan
peranan terutama sebagai petunjuk atau identifikasi untuk memproses surat
tersebut. Berbagai bentuk surat yang satu sama yang lain berbeda pemakaiannya
sesuai dengan kebiasaan instansi atau gaya masyarakat tertentu.

Sebenarnya hanya ada dua bentuk surat yang paling utama yaitu bentuk
lurus atau bentuk balok (block style) dan bentuk lekuk atau bentuk bergigi
(indented style), yang lainnya hanya bentuk-bentuk variasi saja. Sedangkan
variasinya yang berdiri diantara keduanya adalah bentuk setengah lurus atau
bentuk setengah balok (semi block style), selain itu masih ada bentuk-bentuk
variasi lainnya,

Dengan demikian kalau kita perinci bentuk surat terdiri atas beberapa
macam yaitu:

4.8.1. Bentuk Lurus Penuh (Full Block Style)

80
Adalah merupakan variasi dari bentuk lurus dan pemakainnya
masih jarang kecuali pihak swasta banyak yang memakai bentuk ini.
Bentuk surat ini adalah model Eropa dan Amerika. Ditinjau dari segi
teknik pengertian bentuk lurus penuh paling efisien dibandingkan dengan
bentuk-bentuk lainnya karena hanya sekali memasang, pasak baris
pinggirseluruh mulai dari kiri, tanggal, nomor, hal, salam pembuka,
sampai kepada salam penutup tidak perlu sering menghitung hentakan,
hanya kita harus jarak (spasi) supaya tidak kelihatan bertumpuk.

4.8.2. Bentuk Lurus (Block Style)

Perbedaan dengan bentuk lurus penuh adalah dimana pada bentuk


lurus, tanggal ditulis sebelah kanan, sejajar dengan nomor surat,
kemudian salam penutup,dan tanda tangan penanggung jawab berada
disebelah kanan juga, sehingga bagian bawah kiri agak leluasa untuk
dipakai tembusan bila surat itu ada salinan yang harus dikirimkan, bentuk
ini adalah model Amerika.

4.8.3. Bentuk Setengah Lurus (Semi Block Style)

Penulisan hampir sama dengan bentuk lurus, hanya bedanya


bentuk setengah lurus pada alinea pertama harus menjorok kedalam
kurang lebih 5 spasi, begitu seterusnya. Untuk alinea-alinea yang baru
dan bentuk ini banyak sekali digunakan oleh perusahaan-perusahaan.
Bentuk setengah lurus termasuk model Eropa baru.

4.8.4. Bentuk Lekuk (Indented Style)

Pada bentuk ini baris pertama dari alamat ditulis lurus dari nomor
surat, kemudian nama jalan menjorok kedalam kurang lebih 5 spasi,

81
selanjutnya nama kota, menjorok lagi kedalam kurang lebih 5 spasi dari
pinggir, sehingga lurus dengan nama jalan, ini adalah model Eropa lama.

4.8.5. Bentuk Resmi (Official Style)

Pada bentuk ini alamat dalam ditulis sebelah kanan dibawah


tanggal, disebelah kiri ditulis nomor sejajar dengan tanggal, lampiran dan
perihal, setiap alinea pertama dan baru mulai kurang lebih 5 spasi dari
garis pinggir dan kalimat terakhir lurus dengan nomor, dengan perihal.

4.8.6. Bentuk Menggantung (Hanging Paragraph Style)

Bentuk ini memasang termasuk yang jarang digunakan baik oleh


perusahaan maupun dinas pemerintahan. Alamat dalam ditulis sebelah
kiri, alinea pertama dan setiap alinea baru ditulis dari baris pinggir, dan
kalimat-kalimat bersambung ditulis ditengah kurang lebih 10 spasi dari
pinggir sehingga kelihatannya jadi menggantung.

4.8.7. Bentuk Surat Model Depdikbud

Bentuk ini banyak sekali dipakai oleh dinas-dinas pemerintahan.


Penulisan tanggal berada disebelah kanan, sejajar dengan nomor surat,
kemudian alamat ditulis dari pinggir itu untuk kalimat atau kata
penghormatan, seperti yang terhormat atau kepada yang terhormat. Tetapi
nama orang yang dituju ditulis menjorok kurang lebih 5 spasi, selanjutnya
nama jabatan dan jawatan ditulis disebelah kanan.

4.8.8. Bentuk Resmi Pemerintahan

Bentuk ini banyak dipakai oleh dinas pemerintahan dan


pemakaiannya ada dua macam yaitu :

a. Bentuk resmi Indonesia lama, dan


b. Bentuk resmi Indonesia baru.

82
Bentuk ini penulisan tanggal, nomor dan alamat dalam tidak ada
bedanya dengan bentuk resmi niaga, hanya berbeda dalam penulisan
alinea pertama.

Alinea pertama dan baru menjorok kurang lebih 10 spasi dari baris
pinggir dan kalimat-kalimat bersambung tidak sampai ke pinggir seperti
resmi niaga, tetapi kurang lebih 5 spasi dari baris pinggiran dalam resmi
Indonesia lama maupun baru tidak ada salam pembuka dan salam
penutup.

Pada bentuk resmi Indonesia alamat dalam berada disebelah kiri,


sedangkan Indonesia lama disebelah kanan dibawah tanggal, sebelum
menulis tanggal, nama kota ditulis.

4.8.9. Bentuk-Bentuk Centering

Bentuk-bentuk centering dipakai pada surat-surat dinas seperti


surat keputusan, perintah, surat edaran, surat tugas dan sebagainya.

Dimana istilah kata-kata “surat keputusan” atau “perintah” berada


ditengah dengan memakai huruf-huruf kapital. Kemudian dibawahnya
nomor surat, alamat dan nama orang yang dituju berada pada isi surat
pada kaki surat ditulis nama kota, tanggal, bulan dan tahun, kemudian
nama jabatan, tanda tangan, nama jelas dan nip, biasanya ada tembusan-
tembusan kepada pihak yang terkait.

4.9 Bahasa Surat

Pada hakekatnya surat adalah suatu karangan yang berupa perumusan


dalam bentuk tertulis tentang pernyataan, pemikiran, permintaan, atau hal-hal
yang ingin disampaikan kepada pihak penerima surat. Karena surat sebagai
karangan, maka surat pun harus memenuhi berbagai ketentuan mengenai

83
penyusunan karangan ataupun komposisi seperti tema, tata bahasa, kalimat,
alenia, gaya bahasa, dan penggunaan tanda baca.

1. Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Surat


Penggunaan kata-kata yang belum dikaji kebenarannya tidak dibenarkan.
Penggunaan kata-kata seperti gimana, kenapa, entar, bikin dan semacamnya
sebaiknya dihindari. Dan sebaiknya menggunakan kata-kata yang baku seperti
Februasi, formal, November, pikir.
2. Kata Yang Lazim
Pilihlah kata yang lazim dalam istilah Bahasa Indonesia. Contoh : masukan
bukan input, suku cadang bukan sparepart, peringkat bukan rangking.
3. Kata Yang Cermat
Kata memohon, meminta, menugasi, memerintahkan, menganjurkan, dan
menyarankan merupakan kata-kata yang mempunyai arti yang sama. Penulis
surat dinas hendaknya dapat memilih kata tersebut dengan tepat sesuai dengan
pessan yang ingin disampaiakn dalam surat. Penggunaan sapaan Bapak, Ibu,
Saudara, dan Ananda hendaknya tepat pula sesuai dengan kedudukan orang
yang dikirimi surat.
4. Ungkapan Ideomatis
Unsur-unsur dalam ungkapan tidak boleh ditambah, dikurangi, atau
dipertukarkan. Yang termasuk ungkapan ideomatis antara lain, sesuai dengan,
dertemu dengan, terbuat dari, dan luput dari.

5. Ungkapan Yang Bersinonim


Ungkapan-ungkapan yang bersinonim atau berarti sama sebaiknya tidak
digunakan bersamaan. Contohnya sejak dan dari, adalah dan merupakan.

Sebagai karangan, surat dapat disusun secara :

1. Deduktif

84
Yaitu ketika penulis terlebih dahulu menjelaskan pokok permasalahan,
kemudian mengemukakan penjelasan atau alasannya.

2. Induktif
Adalah penyusunan kalimat yang terleboh dahulu mengemukakan alasannya,
kemudian melaporkan pokok permasalahannya.

4.10 Pengaturan dan Penulisan Bagian-Bagian Surat

a) Pengaturan Bagian-Bagian Surat


Setiap surat resmi kedinasan ataupun surat resmi niaga mempunyai
bagian-bagian surat atau unsur-unsur surat. Dari gabungan bagian-bagian
surat itulah terbentuk sebuah surat. Pada surat resmi niaga, terdiri dari
bagian-bagian yaitu sebagai berikut :
1. Kepala Surat atau Kop Surat
2. Nomor Surat
3. Nama Kota, Tanggal, Bulan dan Tahun Surat
4. Lampiran
5. Hal atau Perihal
6. Alamat dalam atau alamat yang dituju
7. Salam Pembuka
8. Isi Surat
9. Salam Penutup
10. Nama Instansi atau Organisasi dan Perusahaan yang mengeluarkan surat
11. Tanda Tangan, Nama Jelas dan Nama Jabatan
12. Penanggung Jawab Surat
13. Tembusan
14. Nama Inisial
15. Cap Perusahaan atau Instansi

85
b) Penulisan Bagian-Bagian Surat
1. Kepala Surat atau Kop Surat
Dalam surat-surat yang resmi selalu tercantum kepala surat atau disebut
juga kop surat. Adapun kegunaan kop surat adalah untuk memudahkan
mengetahui nama dan alamat kantor atau perusahaan dan keterangan
lainnya dari kantor atau perusahaan pengirim surat. Pada umumnya,
kepala surat dicetak dalam bentuk yang sangat menarik, yang terdiri atas:
1. Nama kantor atau perusahaan dan organisasi
2. Alamat atau nama jalan dan nomor gedung
3. Nomor telepon
4. Nomor telex bila ada
5. Nama dan alamat kawat bila ada
6. Nama dan alamat kantor bila ada
7. Nama dan alamat kantor cabang bila ada
8. Nama bankir
9. Macam usahanya
10. Nomor tromol pos atau kontak pos bila ada
11. Lambang atau logo
2. Penulisan Tanggal, Bulan dan Tahun Surat
Pada surat resmi niaga atau resmi kedinasan, penulisan tanggal tidak
perlu didahului dengan penulisan kota, sebab nama kota atau tempat
tersebut telah tercantum pada kepala surat. Nama kota atau tempat dapat
ditulis bila :
1. Surat pribadi atau surat keluarga karena tidak mempunyai kepala
surat.
2. Surat ditulis pada kertas polos yang tidak memakai kepala surat.
3. Perusahaan selain mempunyai kantor pusat, juga mempunyai kantor
cabang dan tertulis pada kepala surat. Maka untuk surat yang

86
demikian sebaiknya ditulis nama kota yang mengirimkan surat,
apakah surat tersebut dari kantor pusat atau dari kantor cabang.
4. Tanggal tidak boleh ditulis dengan cara ditumpuk, contoh : 1/5-1994.
5. Tahun surat tidak boleh disingkat, contoh : 1 Mei 94.

Perbedaan cara penulisan tanggal pada surat resmi niaga dan surat resmi
dinas pemerintah atau dinas swasta adalah :

1. Cara penulisan tanggal pada surat niaga biasanya selalu ditulis


sebelah kiri atas ataupun sebelah kanan tergantung dari bentuk surat
masing-masing. Bila ada kantor cabang ditulis dengan nama kota.
2. Pada surat dinas pemerintah atau dinas swasta, cara penulisan tanggal
dapat dibagi :
a. Di atas tidak perlu mencantumkan nama kota bila memakai kop
surat.
b. Di bawah sebelum nama jabatan dan ditulis lengkap dengan
nama kotanya dibawah kanan.

Kegunaan tanggal surat adalah untuk :

1. Mengetahui atau menunjukan waktu pembuatan surat


2. Mengetahui batas waktu masalah dalam surat harus diselesaikan.
3. Mengetahui tentang setiap persoalan yang diselesaikan atau
ditanggapi dengan cepat atau lambat

c) Cara Penulisan Nomor Surat


Setiap surat-surat resmi yang keluar biasanya diberi nomor yang
disebut nomor verbal. Cara pemberian dan penulisan nomor bermacam-

87
macam sesuai dengan kepentingan masing-masing dari perusahaan atau
instansi tersebut. Nomor surat ditulis di sebelah kiri sejajar dengan tanggal
surat. Kegunaan nomor surat adalah sebagai berikut:
1. Memudahkan pengaturannya sebagai arsip.
2. Memudahkan penunjukan pada waktu mengadakan hubungan surat
menyurat.
3. Memudahkan mencari surat itu kembali bila diperlukan.
4. Memudahkan kepada petugas kearsipan dalam menggolongkan dan
mengklasifikasi surat sesuai dengan sifat dan jenis surat untuk
penyimpanan.
5. Untuk mengetahui berapa banyaknya surat yang keluar pada suatu
periode (bulan maupun tahun).
d) Cara Penulisan Lampiran Surat
Lampiran surat adalah sesuatu dokumen-dokumen yang disertai ke
dalam surat karena mempunyai kaitan dengan isi surat. Dokumen-dokumen
yang disertakan tersebut bermacam-macam sesuai dengan kaitannya
terhadap isi surat, seperti untuk surat penawaran dilampirkan brosur dan
daftar harga, serta untuk surat perkenalan dilampirkan photo copy izin usaha,
neraca perusahaan, surat dari relasi, dan sebagainya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan dokumen adalah sebagai
berikut:
1. Untuk surat-surat niaga, lampiran ditulis di sebelah kiri bawah dengan
menyebutkan semua yang dilampirkan.
2. Untuk surat dinas pemerintahan ditulis di sebelah kiri atas, setelah
nomor surat. Bila ada yang dilampirkan cukup ditulis banyak
lembarannya dan tidak perlu dijelaskan, karena akan dijelaskan pada
isi surat. Namun, bila tidak ada yang dilampirkan diberi tanda garis.

Kegunaan lampiran adalah :

88
1. Untuk mengetahui apakah ada dokumen-dokumen atau berkas yang
disertakan dalam surat yang ada kaitannya dengan isi surat.
2. Untuk mengecoh atau memeriksa apakah berkas yang diterima itu
jumlahnya sama dengan tertulis dilampirkan atau tidak.
3. Memudahkan kepada penerima surat, bila ada hal-hal yang diperlukan
dengan segera, tidak perlu lagi meminta kepada pengirim surat karena
dokumen tersebut sudah tersedia.
e) Cara Penulisan Perihal atau Hal
Pada setiap surat resmi, seperti surat dinas pemerintahan maupun itu
surat-surat niaga, sebaiknya selalu dicantumkan pokok-pokok atau inti dari
surat yang disebut perihal atau hal. Jadi perihal itu merupakan inti sari dari
surat, pokok-pokok penting dari isi surat, maksud dan tujuan surat secara
singkat.
Kegunaan Perihal adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui terlebih dulu apa yang dibicarakan dan
dipermasalahkan dalam surat.
2. Supaya penerima atau pembaca mempunyai gambaran terlebih dulu
secara singkat, sebelum mengetahui secara keseluruhannya.
Penulisan perihal tidak perlu panjang-panjang karena akan
mengaburkan pembaca dan juga kurang etis. Perihal cukup ditulis singkat
saja asal pembaca cukup mengetahui secara garis besar apa yang akan
dipermasalahkan dalam surat tersebut.
f) Alamat Dalam
Penulisan alamat pada surat ada dua macam yaitu sebagai berikut :
1. Alamat luar adalah alamat yang ditulis pada sampul surat yang
penulisannya disesuaikan dengan bentuk surat.
2. Penulisan alamat di dalam kertas surat itu sendiri inilah yang dinamakan
alamat dalam.

89
Kegunaan alamat dalam adalah sebagai berikut:
1. Alamat penunjuk langsung bagi si penerima.
2. Petunjuk bagi petugas kearsipan, sehubungan dengan adanya system
penyimpanan dan penemuan kembali surat berdasarkan objek surat.
3. Dapat dipakai sebagai alamat luar bila memakai amplop berjendela.
Dalam penulisan alamat, baik alamat luar maupun alamat dalam didepan
nama seseorang perlu dicantumkan “Saudara” Bapak atau Ibu”. Tetapi
bila dalam alamat akan menuliskan secara resmi nama jabatan, pangkat
gelar akademis, maka pengirim hanya perlu menuliskan jabatan, pangkat
atau gelarnya saja dan didepan nama seseorang, tidak perlu
mencantumkan sebutan bapak, tuan dan sebagainya.
g) Salam Pembuka
Dalam surat-surat dinas pemerintahan salam pembuka tidak perlu
dipergunakan. Karena dalam surat dinas pemerintahan harus ada ketegasan.
h) Isi Surat atau Batang Tubuh Surat
Isi surat akan disebut juga batang tubuh surat terdiri atas tiga bagian :
1. Alinea pembuka
Alinea pembuka merupakan kata pengantar kepada isi surat yang
sesungguhnya dan bermaksud untuk menarik perhatian pembaca kepada
pokok pembicaraan. Hal yang harus diperhatikan adalah pemakaian kata
‘bersama ini’ dan pemakaian kata ‘dengan ini’. Kata ‘bersama ini’
dipergunakan apabila dalam surat tersebut ada yang dilampirkan seperti
dokumen, berkas, dan sebagainya. Sedangkan ‘dengan ini’
dipergunakan apabila pada surat tidak ada yang dilampirkan.
2. Isi Surat Sesungguhnya
Isi surat yang sesungguhnya adalah memuat apa yang harus
dilaporkan, diminta, dinyatakan kepada penerima surat. Untuk
menghindari salah paham, maka isi surat sebaiknya singkat tetapi jelas
dan pihak pembaca benar-benar mengerti maksud dan keinginan

90
pengirim. Dengan demikian, kata-kata dan istilah-istilah yang kurang
biasa dipergunakan jangan dipakai dalam surat tersebut, baik itu istilah-
istilah dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing.

3. Alinea Penutup
Pada suatu surat niaga maupun surat pribadi, alinea penutup
merupakan kesimpulan, kunci, dan penegasan dari isi surat, serta tanda
pembicaraan telah selesai. Disamping itu, alinea penutup juga
mengandung harapan penulis atau ucapan terima kasih kepada penerima
surat atas perhatiannya terhadap semua hal yang dikemukakan dalam isi
surat. Contoh-contoh alinea penutup :
a. Atas perhatian saudara, kami mengucapkan terima kasih.
b. Kami berharap agar kerjasama kita membuahkan, hasil yang baik.
c. Mudah-mudahan pertimbangan kami bermanfaat bagi saudara.
d. Sambil menunggu kabar lebih lanjut, kami ucapkan terima kasih.
e. Demikianlah laporan kami, semoga mendapat perhatian saudara.
i) Salam Penutup
Pada surat dinas pemerintahan biasanya tidak memakai salam penutup,
tetapi cukup disebutkan nama jabatan, selanjutnya tanda tangan pada nama
jelas, dan NIP (Nomor Induk Pegawai) ditulis di bawah. Hal ini dilakukan
apabila tanggal ditulis di atas, tetapi bila tanggal belum ditulis diatas, maka
harus ditulis dulu nama jabatan dan seterusnya seperti tersebut diatas.
j) Nama Organisasi, Perusahaan atau Instansi
Dalam surat niaga, setelah salam penutup dan sebelum tanda tangan,
dicantumkan dulu nama organisasi atau perusahaan yang mengeluarkan surat
tersebut. Pada umumnya, nama perusahaan dicantumkan apabila cap
perusahaan bentuknya bulat atau segi tiga, tetapi nama perusahaan tidak
perlu dicantumkan lagi apabila cap perusahaan berbentuk persegi empat
karena sudah tercetak pada cap tersebut.

91
k) Tanda Tangan dan Nama Jelas Serta Nama Jabatan Penanggung Jawab
Surat
Sebuah surat yang sudah dibubuhkan tanda tangan dan nama jelas bagi
pejabat yang berhak adalah sebuah surat yang sudah sah. Sebaliknya, apabila
surat tersebut belum ditanda tangani dan tidak memakai nama jelas,
merupakan surat yang tidak sah. Aapabila untuk mengetahui siapa yang
berhak menanda tangani surat tersebut, maka harus diketahui dulu siapa yang
bertanggung jawab terhadap organisasi, perusahaan dan instansi. Dengan
demikian penandatanganan surat dapat dilakukan langsung oleh pimpinan
yang bersangkutan, tetapi juga dapat ditanda tangani oleh mereka yang diberi
wewenang sesuai dengan struktur organisasi. Kemudian setelah diberi tanda
tangan dan nama jelas harus dicantumkan pula nama jabatannya masing-
masing.
Dalam surat-surat dinas pemerintahan, penandatanganan surat tidak
harus oleh pejabat yang bersangkutan, tetapi dilimpahkan kepada bawahan-
bawahannya atau pejabat yang berada dibawahnya. Biasanya memakai
istilah-istilah (atas nama),a,u,b (atas nama beliau), u,b (untuk beliau), a,p
(atas perintah), dan sebagainya. Dalam surat dinas pemerintahan setelah
tanda tangan dan nama jelas, dicantumkan NIP (Nomor Induk Pegawai). Hal
tersebut dimaksudkan untuk mengetahui identitas asal kesatuan atau asal
departemen pegawai tersebut. Begitu juga dengan nama pejabat, penting
dicantumkan untuk mengetahui asal bagian surat tersebut.
l) Cap Surat atau Stempel Surat
Pada surat-surat resmi baik itu surat niaga maupun surat dinas
pemerintahan, cap harus dibutuhkan pada sebuah surat, karena cap juga
merupakan tanda syahnya sebuah surat. Macam-macam cap atau stempel
surat disesuaikan dengan selera perusahaan atau organisasi yang
bersangkutan, ada cap segi tiga bulat dan persegi empat. Pemakaian cap

92
umumnya di sebelah kiri tanda tangan dan harus dekat dengan tanda tangan
atau nyerempet.
m) Tembusan
Istilah-istilah tembusan, distribusi surat atau c.c. (carbon copy)
merupakan salinan-salinan surat yang dikirimkan kepada pihak-pihak lain
yang terkait dengan isi surat, tembusan ditulis di sebelah kiri bawah.
n) Inisial
Inisial atau singkatan nama dari penyusun atau pengonsep dan
pengetik surat merupakan tanda pengenal nama dari mereka (pengetik atau
pengonsep). Biasanya hal ini hanya dipakai pada surat niaga yang berguna
untuk mengetahui siapa konseptor atau pengetik surat tersebut, karena
mudah mengurusnya atau menyelesaikannya bila ada kekeliruan. Inisial
sebenarnya hanya berguna bagi perusahaan pengirim, maka biasanya surat
yang akan dikirimkan, nama inisial hanya akan diambil dari huruf terdepan.

4.11 Kelebihan dan Kekurangan Surat

4.11.1 Kelebihan Surat

Adapun kelebihan surat sebagai alat komunikasi dibandingkan


dengan yang lain adalah sebagai berikut:

1. Surat merupakan sarana yang daoat merekam informasi secara


panjang lebar, terperinci dan terurai secara mudah.
2. Surat bersifat praktis, karena dapat menyimpan rahasia, dibandingkan
dengan telepon mungkin dapat disadap orang lain.
3. Setiap penyampaian berita, kata-kata dan kalimatnya diperkirakan
dengan seksama untuk menghilangakan perasaan yang tidak enak.
4. Efektif karena informasi itu asli sesuai dengan sumbernya
5. Ekonomis, karena biaya pembuatan dan pengiriman relative murah.

93
6. Surat lebih memasyarakatkan siapa saja yang dapat melakukan dan
melaksanakannya.
7. Alat-alat dan perlengkapan surat mudah didapat.

4.11.2 Kelemahan Surat

Dalam prakteknya ternyata berkomunikasi melalui surat menyurat


banyak sekali instansi pemerintah maupun organisasi kurang
memperhatikan pentingnya menguasai ketentuan-ketentuan yang berlaku
dalam surat menyurat. Sehingga banyak terjadi kesalahan-kesalahan
maupun kekurangan-kekurangan, adapun kelemahan-kelemahan yang
umum terjadi biasanya berupa :

1. Susunan surat tidak jelas.


2. Susunan kalimat tidak lengkap, berbelit-belit.
3. Kata-kata dan kalimat-kalimat tidak lengkap, tidak jelas dan tidak
pada tempat.
4. Penggunaan tanda baca salah.
5. Ejaan banyak yang salah, tidak sesuai dengan pedoman umum, ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan atau EYD.
6. Pemakaian istilah asing mestinya tidak perlu digunakan atau yang
tidak sesuai dengan pedoman umum pembentukan istilah dalam
bahasa Indonesia.
7. Tata bahasa yang tidak teratur.
8. Kurang sopan atau ceroboh dalam mengungkapkan gagasan.
9. Ketikan salah atau banyak yang kotor.
10. Alamat tidak tepat.
11. Bentuk atau model surat tidak menentu.

94
4.12 Contoh Surat Formal

PEMERINTAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA


DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS CENDANA
Jalan CendanaNo.9A, Jakarta 20155
Telepon/ Fax : 061-8246940, e-mail :sma_cendana@gmail.com

Jakarta, 25 Juni 2019


No : 0425/77/234
Lampiran :-
Hal : Rapat wali murid
Kepada
Bapak/Ibu/Orang Tua/Wali siswa kelas X
Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini Kepala Sekolah SMA Cendana mengundang Bapak/Ibu/Orang Tua/Wali
siswa kelas X untuk menghadiri Rapat Bagi Siswa Baru. Dengan tujuan untuk
mensosialisasikan kegiatan sekolah serta pemberitahuan tentang peraturan-peraturan
sekolah. Rapat ini akan dilaksanakan pada :

Hari / tanggal : Sabtu, 29 Juni 2019


Waktu : 09.00 WIB – selesai
Tempat : Aula SMA Cendana

Diharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Orang Tua/Wali siswa kelas X. Demikian surat


pemberitahuan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kehadirannya kami ucapkan
terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Kepala SMA Cendana

95
Dra. Hj. Yuliana, S. Pd
NIP. 13096342

DAFTAR PUSTAKA

Mirza, Muhammad. 2020. "Contoh Surat Undangan Resmi (Terbaru) yang Baik dan
Benar". https://saintif.com/contoh-surat-undangan-resmi/ (3 September 2020)
Nirida, Mutia. 2016. "Makalah Surat Menyurat".
https://www.google.com/amp/s/mutianirida28.wordp ress.com/2016/01/15/makalah-
surat-menyurat/amp/ (2 September 2020)
Setiawan, Muhammad, dkk. 2016. "Contoh Makalah Tentang Surat Menyurat".
https://hajiucokbjm.blogspot.com/2016/12/contoh-makalah-tentang-surat-
menyurat.html?m=1 (2 September 2020)

96
LAPORAN
Disusun oleh Kelompok 5/3C D-III Teknik Kimia:

Annisa Isma’ul Huda NIM 1831410024

Muhammad Rafi Anugerah NIM 1831410114

Ria Dwi Safitri NIM 1831410005

Zulfinazh Nur Akbar NIM 1831410069

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2020

97
BAB V

LAPORAN

5.1. Pengertian Laporan

Menurut Widyamartaya (2004:7), penulisan laporan adalah penyampaian


informasi yang bersifat faktual tentang sesuatu dari satu pihak ke pihak yang lain.
Dengan kata lain, penulisan laporan menyangkut tiga hal, yaitu (1) apa yang
dilaporkan (2) siapa yang melaporkan dan (3) kepada siapa laporan itu disampaikan.
Laporan adalah suatu tulisan berisi hasil pengamatan terhadap sebuah tempat atau
suatu pekerjaan (Indradi, 2008:80). Laporan adalah suatu bentuk penyajian informasi
yang berdasarkan fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan terhadap informasi
tersebut. Fakta yang disajikan merupakan bahan atau keterangan untuk informasi
yang dibutuhkan, berdsarakann objektif yang dialami sendiri (dilihat, didengar, atau
dirasakan sendiri) ketika telah melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan penulis
menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya.

5.2 Tujuan Laporan


1.Mengenal pasti masalah
2.Memberikan maklumat dan fakta
3.Mencadangkan penyelesaian
4.Mencadangkan tindakan yang perlu dilakukan
5.Membuat kesimpulan
6.Menilai sesuatu penyelidikan atau aktiviti
7.Membuat rekod sesuatu peristiwa
8.Menganalisi aktiviti perniagaan

98
9.Mensintesis sesuatu pelan tindakan
10.Menghuraikan sesuatu peristiwa, prosedur, tindakan dll.

5.3. Fungsi Laporan


Laporan merupakan alat komunikasi dalam suatu organisasi untuk
menyampaikan data-data fakta secara rinci. Dengan alat inilah anggota dari suatu
organisasi memberikan umpan balik (feed back) pada pimpinan memungkinkan untuk
menguji atau mengubah kebijaksanaan yang telah dibuat. Disamping itum laporan
juga sebagai alat manajerial dalam melaksanakan tugas atau fungsi perencanan,
perorganisasian, pengambilan keputusan, pengawasan dan pengendalian. Berikut
adalah penjelasan mengenai empat fungsi laporan (Pratiwi 2013:163).
1.      Penyampain Informasi
Laporan merupakan sumber informasi bagi penerima laporan dalam rangka
menyelsaikan tugasnya.
2.      Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Laporan merupakan suatu pertanggungjawaban dari seorang pejabat atau
petugas kepada atasannya sesuai dengan tugas dan fungsi yang dibebankan
kepadanya. Dari laporan itu seseorang atasan akan meneliti tentang pelaksanaan tugas
dan fungsi oleh pejabat bersangkutan.
3.      Bahan Pengambilan Keputusan
Untuk keperluan pengambilan keputusan seorang pimpinan memerlukan
data/dan informasi yang berhubungan dengan keputusan yang akan diambil.
4.      Alat Pembina Kerja Sama
Laporan dapat berperan sebagai salah satu alat untuk membina kerja sama.
Saling tukar informasi, saling pengertian, dan koordinasi antara atasan dan bawahan
sangat mendukung kerja sama yang baik.

99
5.4. Ciri-Ciri Laporan
Sebuah laporan akan dikatakan baik apabila laporan tersebut memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1.      Bahasa Formal
Bahasa Formal, yakni maksudnya bahasa yang digunakan dalam membuat
laporan haruslah memakai bahasa yang formal, jelas, baik, dan juga harus teratur.
Laporan yang baik dan benar tentu menggunakan bahasa formal atau menggunakan
kata yang baku dan sesuai dengan kaidah penulisan yang terdapat dalam EYD (Ejaan
Yang Disempurnakan)
Penyusunan antar paragraf, kalimat, kata, hingga tanda baca harus tepat dan
teratur dari segi sintaksis bahasa. Tidak menggunakan kata ganti orang. Titik berat
dan penekanan pada sebuah laporan yang baik ialah tidak berdasarkan pendapat
penyaji data namun berdasarkan fakta atau kenyataan.
2.      Objektif
Objektif, yakni maksudnya pernyataan yang dibuat dalam sebuah laporan
harus berdasarkan pada fakta atau kenyataan. Kesimpulan serta rekomendasi yang
diajukan harus disertai dengan bukti yang spesifik dan detail serta harus terhindari
dari sangkaan dan pendapat pribadi. Apabila ternyata fakta menunjukkan A yang
dilaporkan juga harus A tanpa ada tendensi apapun.
3.      Sistematis
Penulisan judul, subjudul, dan sebagainya disusun dengan teratur dengan
perencanaan yang baik. Bagian dari laporan seperti pendahuluan, isi, dan kesimpulan
disusun harus sesuai urutan agar mempermudah pembaca untuk mengerti isi dari
laporan yang ditulis tersebut.
4.      Pembacanya Tertentu
Laporan yang dibuat yaitu atas permintaan pihak tertentu dan berdasarkan
bidang tertentu dan tentunya dibaca dan ditujukan untuk pembaca yang khusus.
Contoh seperti laporan keuangan perusaahaan yang tentu saja ditujukan kemudian

100
dipublikasikan hanya pada direktur keuangan, bagian keuangan, dan juga direktur
utama ataupun pada orang-orang yang ada hubungannya dengan manajemen
keuangan pada sebuah perusahaan.
5.      Dibuat Atas Permintaan
Laporan biasanya ditulis atas permintaan dari pihak tertentu. Laporan tersebut
dibuat un bahtuk menjadi bahan pertanggungjawaban mengenai suatu tugas yang
sudah dilakukan. Laporan biasanya berupa laporan panjang atau pendek, sesuai
keperluan. Namun, ada waktu-waktu tertentu seseorang membuat suatu laporan atas
inisiatif sendiri.
6.      Logis
Laporan dianggap logis jika keterangan yang dikemukakan dapat ditelusuri
alasan-alasannya yang masuk akal.
7.      Tepat Waktu
Pihak yang membutuhkan laporan untuk menghadapi masalah-masalah yang
bersifat mendadak membuthkan pembuatan laporan yang bisa diusahakan secepat-
cepatnya dibuat dan disampaikan, sehingga laporan harus tepat waktu. 

5.5. Jenis Laporan


Jenis-jenis laporan dapat ditinjau dari beberapa hal, diantaranya dari waktu,
cara, bentuk, sifat, dan maksud laporan tersebut dibuat. (Sukoco, 2012:180)
1.         Laporan Berdasarkan Waktu
b.    Laporan Rutin
            Laporan rutin adalah laporan yang dibuat secara periodik atau rutin dalam
jangka waktu tertentu (laporan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan). Laporan
inibiasanya memuat informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pada
satuan unit organisasi atau tugas individu dalam organisasi. Contoh : laporan
kehadiran karyawan setiap bulan

101
c.     Laporan insidental
            Merupakan laporan yang di buat dan disampaikan dengan waktu yang tidak
terjadwal secara tepat. Laporan ini disusun bila ada suatu hal yang dipandang sangat
penting untuk disampaikan atau kegiatan yang bersifat khusus dan mendadak.
2.        Laporan Berdasarkan Cara Penyampaian
a.    Laporan Lisan
            Laporan lisan adalah laporan yang disampaikan secara langsung. Laporan ini
tidak memerlukan bentuk penulisan khusus, karena pelapor mengungkapkan isi
laporannya secara lisan kepada pimpinan, baik bertatp muka secara langsung maupun
melalui telepon. Tetapi penting diperhatikan bagwa menyampaikan laporan melalui
telepon, menurut etika perkantoran dianggap kurang sopan. Salah satu kelemahan
laporan lisan adalah adanya ketidakleluasaan untuk mengungkapkan isi laporan, baik
karena waktu terbatas maupun tekanan psikologis pelapor terhadap pimpinan.
b.    Laporan Tertulis
            Laporan tertulis adalah laporan yang diampaikan dalam bentuk tulisan
biasanya di ketik di komputer. Laporan ini bias berbentuk formal atay informal.
Melalui laporan tertulis diharapkan informasi yang disajikan lebih terstruktur disertai
dengan analisi yang mendalam.
c.     Laporan Visual
            Laporan visual merupakan laporan yang disajikan dalam bentuk gambar,
entah lukisan, foto, film, atau slide. Contoh: disampaikan melalui media presentasi
(power point)
d.    Laporan Audo Visual
            Laporan yang penyajiannya tidak hanya tulisan atau lisan, tapi juga
digabungkan dengan suara dan gambar.

102
3.         Laporan Berdasarkan Bentuk
a.    Laporan Berbentuk Surat
            Laporan yang dibuat secara tertulis dalam bentuk surat dengan isi yang
terbatas, biasanya hanya poin-poin penting saja yang ditulis. Contoh: laporan jumlah
siswa yang keluar dari suatu sekolah
b.    Laporan Berbentuk Karangan atau Naskah
            Laporan dibuat dalam bentuk karangan, karena informasi yang disampaikan
cukup banyak laporan. Laporan ini biasanya untuk menulis laporan formal, misalnya
skripsi atau tesis maupun disertasi.
c.     Laporan Berbentuk Memo
            Laporan yang ditulis menggunakan memo. Umumnya isi laporan singkat dan
langsung ditujukan terhadap pejabat suatu instansi. Untuk keperluan intern dan
dilakukan antar pejabat/pimpinan.
4.         Laporan Berdasarkan Sifat Penyajian
a.    Laporan Informal
            Laporan ini biasanya diwujudkan dalam bentuk e-mail, memo atau surat yang
dibuat dengan tidak mengikuti aturan pembuatan laporan pada umumnya.

b.    Laporan Formal  
            Laporan yang isinya bersifat penting dan sifatnya analitis dibuat dengan
mengikuti aturan resmi dalam pembuatan laporan dan didukung oleh dokumen-
dokumen resmi. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah pembuat
laporan harus mampu mengiterpretasikan data dengan benar. Kekeliruan dalam
menginterpretasikan data akan berdampak pada kesalahan dalam pembuatan
kesimpulan atau rekomendasi. Dalam pembuatan kesimpulan, unsur subjektivitas
pembuat laporan tidak boleh dimasukan agar laporan tetap bersifat benar dan objektif.

103
5.         Laporan Berdasarkan Maksud Penyampaian
a.    Laporan Informatif
Laporan yang dimaksudkan untuk memberi informasi dan bukan
dimaksudkan untuk memberi analisis atau rekomendasi. Titik pentingnya adalah
pemberian informasi yang akurat dan terinci.
b.    Laporan Rekomendasi
Laporan yang di samping memberikan informasi juga menyertakan pendapat
si pelapor, dengan maksud memberikan rekomendsasi (usul yang tidak mengikat).
Meski demikian akurasi dan rincian informasi tetap diperlukan supaya rekomendasi
yang diberikan juga meyakinkan.
c.     Laporan Analitis
            Laporan yang memuat sumbangan pikiran si pelapor, bisa berupa pendapat
atau saran, setelah melalui analitis yang matang dan mendalam. Kebanyakan laporan
akademis berada pada kategori ini.
d.    Laporan Pertanggung Jawaban
            Laporan memuat hal-hal yang dikerjakan ketika bertugas mewakili lembaga
atau instansi. Pelapor memberi gambaran tentang pekerjaan yang sedang
dilaksanalkan (Progress report) atau sudah dilaksanakan (bersofat evaluatif)

5.6. Sistematika Penyusunan

Agar laporan yang akan disampaikan kepada atasan dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya, maka laporan harus disusun secara tepat. Laporan dapat disusun secara
tepat apabila prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunannya
tepat pula. Berikut adalah langkah-langkah atau prosedur yang harus ditempuh dalam
membuat laporan (Widyamartya, 2004:33).
1.      Menganalisis masalah
a.       Siapa yang akan membaca laporan?

104
b.      Apa tujuan laporan?
c.       Tindakan apa yang diinginkan lembaga atau instansi?
d.      Apa ruang lingkup laporan?
e.       Apa yang telat diminta secara khusus?
f.       Dalam berapa lama laporan harus diselesaikan?
g.      Petunjuk atau perintah khusus apa saja yang harus dipertimbangkan?
2.      Merencanakan Penanganan Masalah
a.       Informasi apa saja yang harus dimasukkan: fakta, informasi, hasil wawancara, hasil
kuesioner, kesimpulan, saran, atau gabungan dari semua itu?
b.      Apa yang telah diketahui? Apa saja yang tidak diketahui?
c.       Mana unsur-unsur yang lebih penting, dan yang kurang penting?
d.      Studi atau laporan sebelumnya yang mana saja yang bisa membantu?
e.       Siapa yang dapat membantu untuk mendapatkan informasi?
f.       Mengurutkan sementara proses penyusunan laporan
3.      Menyelidiki Masalah
a.       Menganalisi data secara teliti.
b.      Melengkapi data yang kurang.
c.       Memilah fakta dan hasil yang paling penting.
d.      Memperkirakan kesimpulan yang didapatkan dari fakta dan hasil yang sementara
telat ditemukan.
4.      Menyusun Produk
a.       Menyusun laporan dengan berpatokan pada tujuan laporan
b.      Menafsirkan fakta-fakta yang ada dilapangan untuk menentukan hasil dan
disesuaikan dengan latar belakang laporan.
5.      Membenahi dan Menyiapkan Produk
a.       Memperhatikan penulisan laporan, ejaan, tanda baca, dan gaya penulisan.
b.      Menyesuaikan bentuk laporan sesuai yang diinginkan.
c.       Memilih kertas yang baku untuk keperluan cetak laporan.

105
5.7. Pokok-Pokok Laporan

Selain langkah-langkah penyusunan laporan, pokok-pokok bagian dari laporan adalah


sebagai berikut:
1.      Pendahuluan
            Pendahuluan bermaksud mengantarkan dan mengajak pembaca mengetahui isi
laporan. jadi, pendahuluan memuat latar belakang persoalan,apa sebabnya laporan di
buat, apa maksud penulisan, apa sesungguhnya perihal yang akakn di
kupas.singkatnya, di samping mengajak; memasuki "alam pikiran penulis", yang
membaca harus merasa tertarik setelah membaca pendahuluan untuk terus
membacanya.
2.      Batang Tubuh Laporan
            Bagian ini merupakan bagian laporan yang terpenting,karena di bagian inilah
di paparkan segala fakta dan data yang telah diolah tadi. Batang tubuh laporan dapat
dikelompokan ke dalam beberapa Bab sesuai dengan keperluan. Laporan yang kurang
dari 20 lembar, pemecahan batang tubuh laporan ke dalam bab-bab tidak
diperlukan.biasanya judul sub-sub di tempatkan pada bagian sebelah kiri.
            Pada batang tubuh laporan dapat pula dilengkapi dengan chart,diagram,tabel-
tabel,gambar-gambar dan lain sebagainya, sepanjang hal ini merupakan bagian dari
pembahasan.namun demekian,kalau chart dan yang lain-lain itu hanya sebagai
pelengkap saja,cukup di masukan oada bagian lampiran. Batang tubuh laporan
biasanya mengandung uraian tentang;
a.       Fakta dan data pelaksanaan kegiatan
b.      Fakta tenyang tujuan yang telah dicapai
c.       Masalah-masalah yang dihadapi. Dalam mengemukakan masalah sebaiknya di
kemukakan dalam pertanyaan negatif, misalnya; belum sempurnanya sistem
pengangkatan pegawai. Setelah permasalahan dikemukakan, kemudian di uraikan dan
ditunjukan faktanya.

106
d.      Pembahasan atau analisis masalah setelah di uraikan dan di tunjukan
faktanya,kemudian di analisis,maksudnya diuraikan sebab-musababnya timbulnya
asalah itu yang mengarah kepemecahan masalah (belum pemecahan masalah).
3.      Kesimpulan
            Yang dimaksud dengan kesimpulan adalah hal-hal yang besar (garis-garis
besar) dalam penyajian Bab sebelumnya. Perlu diingat bahwa masalah tidak
disimpulkan,yang disimpulkan adalah fakta,dan pemecahan masalah.
4.      Saran
            Saran adalah semacam terapi atau pengobatan,langkah-langak yang akan
dijalankan untuk pemecahan masalah  baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Saran sifatnya dinamis. Saran pada dasarnya berasal dari yang telah
disajikan maupun yang berasal di luar yang telah disajikan.
5.      Lampiran
            Lampiran merupakan data pendukung uraian isi laporan hang mungkin
terlalu  banyak, sehingga tidak dimasukkan dalam teks laporan. Karena apabila
dimasukkan dalam teks laporan, dapat mengganggu kontinuitas laporan, dan lebih
jauh lagi dikhawatirkan dapat mengggagu pengertian mengenai hal-hal yang
diuraikan dalam teks laporan. Lampiran laporan, dapat berupa; peraturan
perundangan, surat-surat, bagan, diagram, tabel gambar, foto, denah, da lain-lain.
Apabila jenis/macam lampiran banyaj, perlu dituliskan nomor urutannya. Misalnya,
lihat lampiran I, lihat lampiran II, dan selanjutnya. Kepustakaan perlu di cantumkan,
apabila penulisan suatu laporan mengambil acuan dari berbagai buku atau hasil
penelitian yang sudah dipublikasikan.

5.8. Bahasa Teks Laporan

Bahasa yang digunakan didalam teks laporan, yaitu:

1. Menggunakan verba relasional

107
2. Menggunakan verba aktif
3. Menggunakan nomina
4. Menggunakan konjungsi
5. Menggunakan kata kata kajian
6. Menggunakan paragraf dengan topik sentences

108
DAFTAR PUSTAKA

https://warnetghelegar.blogspot.com/2017/12/makalah-menulis-laporan-dengan.html?
m=0
https://halangrintang.com/contoh-makalah-teks-laporan/

109
KARYA ILMIAH
Mata Kuliah Bahasa Indonesia

disusun oleh Kelompok 6/3C D-III Teknik Kimia :


Cokorda Istri Anjani Meliati NIM 1831410074
Deby Andika Dion H NIM 1831410125
Gracela Ratu Salsabillah E. NIM 1831410029
Rizqina Kautsarrany NIM 1831410093

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020

110
BAB VI
KARYA ILMIAH
6.1 Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah dikenal juga dengan sebutan scientific paper adalah hasil
penelitian atau pemikiran yang diterbitkan dan ditulis dengan memenuhi kaidah
ilmiah dan etika keilmuan. Istilah karya ilmiah berkaitan dengan laporan tertulis dan
diterbitkan. Karya ilmiah berfungsi untuk memaparkan hasil penelitian atau kajian.
Kajian dapat dilakukan secara perseorangan atau berkelompok sesuai ketentuan
ilmiah yang berlaku. Ketentuan ilmiah melibatkan kaidah dan etika keilmuan yang
disepakati dan ditaati oleh masyarakat keilmuan itu sendiri.
Pengertian karya tulis ilmiah menurut beberapa sumber yaitu sebagai berikut :
a Karya Tulis Ilmiah atau yang sering disingkat menjadi KTI merupakan hasil dari
litbang atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran yang sistematis
kemudian dituangkan oleh perseorangan atau kelompok sesuai dengan kaidah
yang berlaku (LIPI 2012 : 2).
b Karya Tulis Ilmiah (KTI) terdiri dari dua kata yaitu karya dan tulis, yang artinya
karya adalah suatu pekerjaan, hasil perbuatan, buatan, ciptaan. Sedangkan tulis
adalah huruf atau angka yang dibuat dengan pena (pensil, cat dan lain
sebagainya), bersurat (yang sudah disetujui), yang ada tulisannya (KBBI).
c Karya Tulis Ilmiah (KTI) adalah tugas akhir mahasiswa berupa laporan studi
kasus atau hasil penelitian baik secara mandiri dengan bimbingan dosen sebagai
persyaratan memperoleh derajat/gelar ahli (Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
2019 : 2)
d Brotowidjoyo (dalam Arifin, 2008): karangan ilmiah adalah karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan
yang baik dan benar.

111
Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa kutipan diatas bahwa Karya Tulis
Ilmiah (KTI) adalah sebuah tulisan yang dibuat atas dasar penelitian, tinjauan, ulasan
(review), kajian serta studi kasus yang dibuat oleh individu atau kelompok sesuai
kaidah yang telah ditentukan dengan tujuan pembuatan yang berbeda-beda. 

6.2 Ciri - Ciri Karya Ilmiah


Sebuah karya tulis disebut sebagai karya ilmiah apabila karya tersebut
memenuhi beberapa karakteristik. Davis dan Cosenza (1993) menyebutkan
enam karakteristik yang meliputi:
1. Logis
2. Konseptual-teoritis
3. Kritis-analis
4. Obyektif
5. Empiris
6. Sistematis
Sedangkan Sekaran (2003), mengidentifikasikan delapan karakteristik, terdiri dari:
1. Kejelasan tujuan (perposiveness)
2. Tingkat kehati-hatian (rigor)
3. Teruji (testability)
4. Kemampuan untuk diulang (replicability)
5. Ketepatan dan kepercayaan (precision and confidence)
6. Obyektif
7. Kemampuan untuk digeneralisasi (generalizability)
8. Penyederhanaan (parsimony)

6.3 Jenis Karya Ilmiah


Jenis-jenis karya ilmiah terbagi menjadi dua yaitu karya tulis ilmiah yang
dipublikasikan dan karya tulis ilmiah yang tidak dipublikasikan, berikut
penjelasannya

112
6.3.1 Karya Tulis Ilmiah Dipublikasikan
1. Jurnal
Jurnal adalah terbitan berkala dalam bentuk pamflet berseri yang didalamnya
berisikan tulisan dan diminati orang lain saat diterbitkan. Jika dikaitkan dengan kata
ilmiah di belakang kata jurnal, maka mempunyai arti berkala yang berbentuk pamflet
dan berisi bahan ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan (Rifai, 1995).
2. Buku
Buku adalah kumpulan kertas yang disatukan atau dijilid. Di dalam buku
berisikan kertas yang temanya sama dan diasusun secara sistematik.
3. Prosiding
Prosiding adalah sebuah karya tulis yang dipublikasikan dalam seminar.
4. Merek Dagang, dan lain sebagainya.
Merek Dagang merupakan sebuah tanda yang ditampilkan, baik berupa logo,
gambar, susunan angka dan lain-lain bisa berupa dua dimensi atau tiga dimensi
bahkan gabungan antara dua dimensi dan tiga dimensi dengan tujuan agar suatu
produk barang atau jasa dapat dibedakan oleh badan hukum maupun pihak lain.
6.3.2 Karya Tulis Ilmiah Belum Dipublikasikan
1. Skripsi
Skripsi adalah sebutan dari karya tulis ilmiah yang merupakan hasil penelitian
dijenjang sarjana (S1) sesuai dengan struktur dan kaidah kaidah yang berlaku.
2. Tesis
Tesis adalah sebutan dari karya tulis ilmiah untuk menyelesaikan program
studi pascasarjana (S2) berupa pengetahuan baru yang didapat dari penelitian namun
lebih mendalam dibandingkan skripsi.
3. Disertasi
Disertasi atau Ph.D thesis adalah sebutan karya tulis ilmiah yang dibuat untuk
menyelesaikan program studi Doktor/Dr (S3) yang didalamnya mengemukakan
analisi penulis berdasarkan dengan data dan fakta yang valid serta terperinci. Disertai
dengan temuan penulis sendiri berupa temuan orisinil.

113
4. Laporan Penelitian
Laporan Penelitian adalah sebuah laporan yang disajikan melalui tulisan yang
berisi data penelitian, hasil dari penelitian dan kesimpulan penelitian.
5. Manuskrip
Manuskrip adalah sebuah jurnal yang belum dipublikasikan.
6. Working Paper
Working Paper adalah ringkasan penelitian yang dibuat oleh seseorang, atau
dalam kata lain Working Paper sama saja seperti tugas akhir namun tidak terlalu
rinci.

6.4 Sistematika Penulisan Karya Ilmiah


1. Judul
Judul yang baik dalam karya ilmiah harus sesingkat-singkatnya namun dapat
mencakup isi karya ilmiah tersebut dan tidak menimbulkan penafsiran yang lain
dengan maksimal 19 kata.
2. Abstrak
Abstrak biasanya terdiri dari dua Bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris namun kembali kagi ke peraturan lembaga masing-masing. Abstrak juga
biasanya terdiri dari 250 kata yang mencakup tujuan, metode, hasil, dan
kesimpulan penelitian.
3. Lembar Pengesahan
Lembar ini memuat identitas penulisan yang ditandatangani oleh pembimbing,
penguji dan dekan fakultas apabila pada skripsi. Dengan adanya lembar pengesahan
ini karya tersebut dapat dipublikasikan dan dikutip oleh jurnal lainnya.
4. Kata Pengantar
Kata pengantar merupakan salah satu bagian yang tidak mengandung unsur
ilmiah, karena berisi tentang maksud, penjelasan, dan ucapan terimakasih namun
tetap memperhatikan kode etik penulisan.

114
5. Daftar Isi
Pada daftar isi dapat memberikan informasi secara menyeluruh karena terdiri
dari uraian judul. Sub judul dan sub bab lainnya dan juga disertai nomor halamannya
dengan begitu mudah untuk kita mencarinya.
6. Pendahuluan
Mulai dari sini menjadi bagian utama suatu karya ilmiah pada bagian
pendahuluan terbagi lagi menjadi beberapa bagian :
 Latar Belakang
Pada bagian ini menjelaskan tentang maksud kita yang melatar
belakangi
penelitian kita, dan juga harus berisa data data otentik dan empiris tentang
masalah yang akan dicapai.
 Rumusan Masalah
Rumusan masalah menjadi acuan kita dalam dalam penelitian yang berupa
pertanyaan.
 Tujuan Penelitian
Menyebutkan secara spesifik tujuan yang akan dicapai dalam penelitian.
 Manfaat penelitian
Manfaat yang akan didapatkan setelah penelitian ini baik untuk ilmu
pengetahuan dan pembangunan.
7. Kajian Teori
Landasan teori yang dibahas lebih baik mengacu pada variabel-variabel yang
ada, lalu menggabungkan hubungan antara variable yang satu dengan yang lain
dengan melakukan telaah pustaka. namun, tetap mencantumkan sumber dengan cara
menuliskan nama penulis dan tahun terbit, dengan melakukan telaah sumber kita
mendapatkan teori yang dapat mendukung hipotesis.
8. Metodologi Penelitian

115
Pada metodologi penelitian mencakup :
 Tujuan
Tujuan yang dimaksud berbeda dengan tujuan pada pendahuluan karena
tujuan ini berisi tentang gambaran tentang pemecahan masalah yang akan
dilakukan dan dijelaskan secara operasional dan rinci.
 Waktu danTempat
Menjelaskan waktu dan tempat penelitian.
 Prosedur
Menjelaskan tata cara identifikasi masalah, cara penjelasan mengenai
tindakan dalam pemecahan suatu masalah, dan mencari solusi agar pemecahan
masalah berjalan dengan baik.
9. Hasil dan Pembahasan
Hasil dari penelitian lebih baik menggunakan data beruta tabel, grafik,
maupun gambar dan ditaruh dekat dengan pembahasan atau terlampir. supaya
memudahkan pembaca untuk memahami.
10. Kesimpulan dan Saran
Pada kesimpulan menjelaskan tentang hasil dan pembahasan namun secara
singkat, serta menjawab dari rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
dijelaskan sebelumnya pada pendahuluan.
11. Daftar Pustaka
Daftar pustaka sendiri berisi tentang sumber-sumber yang kita dapatkan dalam
penyusunan karya ilmiah tersebut supaya terhindar dari plagiat.

6.5 Teknik Penulisan Karya Ilmiah


Kaidah penulisan ilmiah terbagi menjadi 2 yaitu umum dan khusus
6.5.1 Umum
Kaidah umum yaitu oenulisan yang terkait dengan penggunaan EYD yang

116
baik dan benar dan penulisan secara umum yang berlaku. Dalam pengaplikasiannya
telah diatur dalam :
1. Penggunaan ejaan, Permendiknas No.46 Tahun 2009 tentang penggunaan
ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
2. Penggunaan tata istilah, Permendiknas No. 146/U/2004 tentang pedoman
pembentukan istilah.
3. Penggunaan penataan kalimat baku, buku tata Bahasa baku Bahasa
Indonesia
4. Pemilihan kata baku dalam penulisan, kamus besar Bahasa Indonesia edisi
IV
6.5.2 Khusus
Kaidah khusus yaitu peraturan penulisan yang telah disepakati di lingkungan
tersebut. Kaidah khusus dalam penulisan diantaranya :
1. Penomoran
Biasanya yang ditekankan dalam dalam penomoran yaitu jenis huruf, ukuran
dan letak yang berbeda, dan menggunakan angka romawi dan angka biasanya.
2. Sitasi atau pengutipan kata/kalimat
Dalam pengutipan suatu kalimat harus mencantukan nama dan tahun penulis
tersebut baik kutipan secara langsung maupun tidak langsung. Contoh cara
merujuk kutipan langsung : Ibrahim (2003:124) Menyimpulkan “Terdapat lebih
dari 80,5% potensi di Indonesia dalam penerapan energi terbarukan”.
Sedangkan cara merujuk kutipan tidak langsung : Jamal (2010:13) tidak
menyangka bahwa penerapan energi terbarukan hanya berjalan sekitar 5% dari
target tahun lalu.
3. Daftar Pustaka
Syarat dalam penulisan daftar pustaka meliputi : Nama pengarang ditulis
dengan urutan : nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar
akademik. Tahun terbit. Judul, termasuk subjudul dengan huruf dicetak miring.
Tempat penerbitan. Nama penerbit. Contoh penulisan daftar pustaka : Khasanah

117
(2012). Pembuatan Aplikasi Kontrak TI di Satuan Kerja Teknologi Informasi
pada PT Bukit Asam (Persero). Palembang. Bina Darma Pustaka.
Penulisan buku mengikuti urutan komponen sebagai berikut.
a Nama belakang pengarang, koma, nama atau namanama depan (apabila
ada), titik, tahun terbitan, titik, nama buku dengan huruf cetak miring, titik,
nama kota nama buku dengan huruf cetak miring, titik, nama kota tempat
penerbitan, titik dua, nama penerbit, titik.
b Bila pengarang buku lebih dari seorang, nama pengarang kedua dan
seterusnya boleh tidak dibalik (ditulis apa adanya). Bila buku telah
mengalami pengeditan, tuliskan edisi keberapa di dalam kurung setelah
nama buku tersebut.
 Bailey, K. M., and R. Ochsner. 1983. A methodological review of the
diary studies: Windwill tilting or social science? dalam K. M. Bailey,
M. H. Long, dan S. Peck (Eds.). Second Language Acquisition Studies.
Rowley, Mass.:Newbury House.
 Cohen, J. 1977. Statistical Power Analysis for the Behavioral Science
(Revised Ed.). New York: Academic Press.
 Nurgiyantoro, B. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.

6.6 Manfaat Penulisan Karya Ilmiah


1. Sarana Pengembangan Pemikiran
Tahap-tahap perkembangan kognitif seseorang membutuhkan dukungan.
Dukungan itu ialah pembiasaan diri untuk menyadari dan membedakan antara
pemikiran atau gagasan dengan segala sesuatu tentang dunia nyata; tentang
peristiwa-peristiwa, tentang berbagai kondisi atau keadaan. Dengan demikian,
diperlukan pula penciptaan simbol-simbol dan menyadari keberadaannya di samping
objek peristiwa itu sendiri. Langkah itu memungkinkan seseorang untuk

118
melakukan eksplorasi atas pengalaman-pengalaman nyata yang tidak mungkin
ditampung karena keterbatasan seseorang.
2. Sarana untuk menyimpan, mengorganisasi, dan mensintesiskan gagasan.
Kemampuan pikir untuk mengingat atau menyimpan seluruh pengalaman
sangat terbatas. Di samping itu, pikiran kita juga sangat terbatas kemampuannya
untuk mengorganisasikan seluruh pengalaman itu. Apalagi, jika kita ingin
mensintesiskannya. Dengan menulis, kita akan lebih mampu berfokus pada
pemikiran-pemikiran kita, sekaligus juga menemukan saling hubungan antar
materi (informasi dan gagasan) yang kita tulis. Hal itu akan memunculkan
pertanyaan-pertanyaan baru yang berharga untuk dijawab dan membantu kita untuk
menemukan cara baru dalam penyelesaian masalah.

3. Sarana untuk membantu menemukan kesenjangan dalam logika atau


pemahaman
Melalui kegiatan menulis, kita dapat menemukan adanya kesulitan dan atau
kekurangan pengetahuan kita tentang berbagai teori atau konsep. Dengan
ditemukannya kesulitan atau kekurangan itu, kita dimungkinkan untuk menyadari
dan kemudian menemukan alur pemahaman kita terhadap suatu masalah, konsep,
atau teori. Setidaknya, kita bisa menyadari adanya berbagai isu yang patut
dipikirkan dan mengkajinya melalui pembacaan ulang berbagai teori baru.
4. Sarana untuk membantu mengungkap sikap kita terhadap suatu masalah.
Melalui kegiatan menulis, kita akan memperoleh kejelasan letak atau
kedudukan kita di tengah-tengah permasalahan yang dikaji. Melalui kegiatan ini kita
dimungkinkan untuk melihat secara objektif kelemahan dan kekuatan dari berbagai
perspektif yang berbeda-beda.
5. Sarana untuk berkomunikasi.
Melalui kegiatan menulis kita dapat menata berbagai informasi yang
adakalanya bertentangan dan berserakan. Melalui kegiatan ini kita bisa menyusun
konsep, kategori, dan mengorganisasikan berbagai konsepsi yang simpang-siur

119
menjadi pola-pola yang mudah dipahami. Kata-kata sebagai simbol dari pikiran atau
emosi dapat kita gunakan untuk menyampaikan pikiran, emosi, dan memotivasi
tindakan. Dengan tulisan, akhirnya kita dapat menyampaikan gagasan, pikiran, dan
perasaan kita kepada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2008. Metodelogi Penelitan Pendidikan, Surabaya : Lentera Cendikia.


Sekaran, Uma (2003), Research Methods For Business: A Skill Building Aproach,
New York-USA: John Wiley and Sons, Inc
S.Nyimas (2012) Penggunaan Metode Analisi dan Rancangan Berorientasi Objek
Pada Web Jurnal Ilmiah Terpadu : UPN ”Veteran” Yogyakarta
Halimatu, dkk. 2017. Etika Karya Ilmiah : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 12
Oktober 2019

120

Anda mungkin juga menyukai