Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN RISIKO

“Metode Pengukuran dan Manajemen Risiko Perubahan Tingkat Bunga”

Dosen Pengampu:
Dr. Ida Bagus Panji Sedana, S.E., M. Si.

Oleh Kelompok 3:

A.A. Bagus Dimas Bhaskara Bija (1907521152 / 19)


Luh Komang Anggi Putri Nugraheni (1907521218 / 22)
Putu Sakya Wardana (1907521223 / 25)
Lisa Setiawati (1907521229 / 29)
Ida Ayu Keysha Zeta Blanco Oka (1907521274 / 35)
I Gusti Ayu Agung Mitha Saritha Dian Ajnya (1907524186 / 36)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan paper “Metode Pengukuran dan
Manajemen Risiko Perubahan Tingkat Bunga”” ini tepat pada waktunya. Paper ini
disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Risiko. Dalam penyusunan
paper ini, kami mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan serta dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih banyak kepada bapak Dr. Ida
Bagus Panji Sedana, S.E., M. Si. selaku dosen mata kuliah Manajemen Risiko yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun paper ini. Kami sebagai penyusun
sadar bahwa paper ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
membutuhkan serta menerima kritik dan saran untuk perbaikan paper ini. Semoga paper ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Denpasar, 23 Februari 2022

Penyusun

(Kelompok 3)
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 1
BAB II................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Risiko Suku Bunga............................................................................... 2
2.2 Karakteristik Risiko Perubahan Tingkat Bunga ..................................................... 3
2.3 Metode Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga: Repricing Model ............ 5
2.4 Manajemen Risiko Perubahan Tingkat Bunga ..................................................... 11
BAB III ............................................................................................................................... 13
PENUTUP........................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya suatu perusahaan dan juga kompleksitas aktivitas pada
suatu bisnis, meningkatnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut tentu akan
semakin meningkat pula. Oleh karena itu, manajemen risiko merupakan salah satu faktor
terpenting dalam suatu perusahaan. Tujuannya antara lain meminimalisir kemungkinan
terjadinya kerugian yang mungkin akan timbul di dalam suatu perusahaan. Untuk itu,
dalam rangka mendapatkan hasil yang optimal, maka perusahaan harus
menyeimbangkan antara strategi bisnis dan juga pengelolaan risikonya. Risiko terjadi
karena ketidakpastian dan ketidakpastian dapat mendorong terjadinya risiko. Maka dari
itu, perusahaan harus bisa memastikan kemungkinan keuntungan dan kerugian dari
aktiivitas bisnis yang dilaksanakan, lalu kemudian mencari alternatif yang bisa dijadika
pilihan. Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat perubahan suku bunga yang
terjadi di pasaran yang dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan serta kegagalan
dalam mengelola risiko perubahan tingkat bunga sendiri dapat mengakibatkan
kehancuran bank. Oleh karena itu, agar proses manajemen suku bunga efektif, perlu
dijaga agar suku bunga tetap berada pada prudent level untuk keamanan dan Kesehatan
bank.

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana pengertian dari risiko suku bunga?
B. Bagaimana karakteristik risiko perubahan tingkat bunga?
C. Bagaimana metode pengukuran risiko perubahan tingkat bunga: repricing model?
D. Bagaimana manajemen risiko perubahan tingkat bunga?

1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian dari risiko suku bunga.
B. Untuk mengetahui karakteristik risiko perubahan tingkat bunga.
C. Untuk mengetahui metode pengukuran risiko perubahan tingkat bunga: repricing
model.
D. Untuk mengetahui manajemen risiko perubahan tingkat bunga.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Risiko Suku Bunga

Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat perubahansuku


bunga yang terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh pada perusahaan.
Risiko suku bunga merupakan exposur kondisi keuangan terhadap pegerakan suku
bunga yang merugikan. Menerima risiko tersebut merupakan bagian yang normal,
dan dapat merupakan bagian yang penting dalam menciptakan keuntungan dan
peningkatan nilai saham. Perubahan dalam suku bunga berakibat berubahnya
pendapatan bunga bersih dan tingkat pendapatan dan biaya operasional yang
sensitif terhadap perubahan suku bunga . Perubahan tingkat suku bunga juga
berakibat pada underlying value instrument assets, liability dan Off Balance Sheet
(OBF) karena present value dari future cash flow (bahkan cash flow –nya sendiri)
berubah karena suku bunga berubah. Sesuai dengan itu maka agar proses
manajemen suku bunga efektif, perlu dijaga supaya suku bunga tetap berada pada
prudent level untuk keamanan dan kesehatan perusahaan.
Terdapat 2 (dua) perspective paling umum untuk melakukan asesmen
terhadap risiko suku bunga yaitu :

• The earning perspective, yang difokuskan pada dampak perubahan

suku bunga pada pendapatan bank yang akan diterima dalam jangka
pendek.

• The economic value perspective, yang difokuskan pada nilai cashflow


suatu bank

2
2.2 Karakteristik Risiko Perubahan Tingkat Bunga
Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perusahaan menghadapi dua
tipe risiko:

1. Risiko perubahan pendapatan

Pendapatan bersih (hasil investasi dikurangi biaya) berubah, yaitu


berkurang dari yang diharapkan.

Perubahan tingkat bunga dapat menyebabkan sedikitnya perubahan


pendapatan. Ada 2 jenis risiko perubahan pendapatan yang dihadapi oleh
perusahaan :

➢ Risiko Penginvestasian kembali

Misal aset seperti berikut ini :

Aset Kewajiban (Pasiva)


Obligasi jangka waktu :1 Obligasi jangka waktu: 2 tahun,
tahun, bunga : 12% dengan bunga : 10% pertahun,
pertahun selama 2 tahun

Keterangan :
• Tahun 1 perusahaan peroleh keuntungan ( spreads ) 2% = 12% -10%
• Tahun kedua tergantung tingkat bunga investasi
• Bila 12% tingkat bunga tetap peroleh keuntungan sama dengantahun
pertama
• Bila bunga 8%, rugi 2%

➢ Risiko Pendanaan Kembali

Aset Pasiva
Obligasi jangka waktu 2 Obligasi jangka waktu 1
tahun ,bunga 12% tahun ,Bunga: 10%
pertahun pertahun

3
Keterangan :
• Tahun pertama spreads keuntungan 12%-10% = 2%
• Tahun ke-2 tergantung tingkat bunga obligasi berlaku
• Jika bunga pendanaan sama sebesar 10% maka diperoleh keuntungan2%
• Jika bunga 14% rugi 2%

2. Risiko perubahan nilai pasar

Nilai pasar berubah karena perubahan tingkat bunga,yaitu berubah


menjadi lebih kecil (turun nilainya). Perubahan tingkat bunga menyebabkan
perubahan nilai pasar asetatau kewajiban yang dipegang oleh perusahaan, jika
penurunan nilai aset lebih besar dibanding dengan penurunan nilai kewajiban,
maka perusahaan mengalami kerugian atau sebaliknya, Secara umum, jika
bunga meningkat maka nilai sekuritas cenderung mengalami penurunan.
Tingkat penurunan nilai tersebut bisa berbeda dari satu sekuritas ke sekuritas
lainnya.
Misal perusahaan mempunyai neraca sebagai berikut :

Aset Pasiva

Obligasi jangka waktu 10 Obligasi jangka waktu 2


tahun tahun

Nilai nominal : Rp. 1 juta. Nilai nominal: Rp. 1 juta.


Kupon Bunga :10% Kupon Bunga: 10%

Nilai pasar: Rp. 1 juta Nilai pasar: Rp. 1 juta

4
Misalkan tingkat yang b adalah 10%, maka nilai obligasi yangmenjadi
asset dan obligasi kewajiban adalah :
100.000 1.100.000
Obligasi asset = (1+0,1)1 +………..+ (1+0,1)10 = Rp 1 juta

100.000 1.100.000
Obligasi Kewajiban = (1+0,1)1 +………..+ = Rp 1 juta
(1+0,1)2

Obligasi asset dan kewajiban mempunyai nilai pasar yang sama yaitu Rp
1 juta. Misalkan tingkat bunga naik menjadi 12%, maka nilai obligasikeduanya
adalah:
100.000 1.100.000
Obligasi asset = (1+0,12)1 +………..+ (1+0,12)10 = Rp 886.996
100.000 1.100.000
Obligasi Kewajiban = (1+0,12)1
+………..+ (1+0,12)2 = Rp 966.199

Terlihat bahwa kedua obligasi tersebut mengalami penurunan nilainya.


Karena obligasi asset mengalami penurunan lebih besar dibandingkan turunnya
obligasi kewajiban, maka perusahaan tersebut mengalami kerugian.

2.3 Metode Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga: Repricing Model

1. Periode Harian

Model penilaian kembali (repricing model) mencoba mengukur risiko


perubahan tingkat bunga dengan menggunakan pendekatan pendapatan. Lebih
spesifik lagi, model tersebut ingin melihat bagaimana pengaruh perubahan
tingkat bunga terhadap pendapatan yang diperoleh suatu organisasi.

5
Aset Kewajiban (Pasiva)
Meminjamkan di pinjaman pasar Meminjam di pasar antar bank
antar 1 hari Rp 3M
Bank 1 hari Rp 2M Tabungan Rp 3M
Commercial Paper 3 bulan Rp 3M Deposito 1 bulan Rp 10M
Surat Utang 6 bulan Rp 5M Deposito 1 tahun Rp 10M
Pinjaman 1 tahun Rp 6M Deposito 2 tahun Rp 10M
Obligasi 3 tahun Rp 10M
Obligasi 3 tahun tingkat bunga Modal Rp 5M
Mengambang Rp 5M
Pinjaman bunga tetap jangka
Waktu 10 tahun Rp 10M
Total asset Rp 41M Total Pasiva Rp 41M

Dengan menggunakan model penilaian kembali, kita ingin melihat


bagaimana pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap pendapatan bank
tersebut. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: (1) mengidentifikasi
dan mengelompokkan aset atau kewajiban yang rentan terhadap perubahan
tingkat bunga, yaitu atau kewajiban yang harus dinilaiulang jika tingkat bunga
berubah, (2) menghitung gap antara aset yang sensitif dengan kewajiban yang
sensitif terhadap perubah bunga, danmenghitung perubahan pendapatan jika
tingkat bunga berubah.

A. Mengidentifikasi dan Mengelompokkan Aset dan Kewajibanyang Sensitif


Terhadap Perubahan Tingkat Bunga

Jika besok bunga berubah, aset atau kewajiban mana saja yang
bunganya berubah, dan mengakibatkan perubahan pendapatan bank? Dari
sisi aset neraca di atas terlihat bahwa bank mempunyai pinjaman
(meminjamkan) di pas antar bank satu hari sebesar Rp 2 miliar. Jika tingkat
bunga besok berubah (misal naik), maka pendapatan bunga yang diperoleh
akan berubah (meningkat dalam hal ini).

6
Dengan kata lain, bank tersebut mempunyai aset yang sensitif
terhadap perubahan bunga (rate sensitive assets atau RSA) harian sebesar R
miliar. Aset sebesar Rp2 miliar tersebut akan dinilai kembali (reprice) jika
bunga harian berubah.

Di sisi lain, jika kita melihat sisi pasiva, terlihat bahwa bank
meminjam di pasar antar bank satu hari sebesar Rp3 miliar. Jikatingkat
bunga besok berubah (misal naik), maka biaya bunga juga akan berubah
(meningkat). Dengan kata lain, bank tersebut mempunyai kewajiban yang
sensitif terhadap perubahan tingkat bunga (rate sensitive liabilities atau
RSL) harian sebesar Rp3 miliar Kewajiban sebesar Rp3 miliar tersebut
akan dinilai kembali (reprice) jika bunga harian berubah.

B. Menghitung Gap Antara Aset dan Kewajiban yang Sensitif Terhadap


Perubahan Tingkat Bunga dan Menghitung Perubahan Pendapatan

GAP antara RSA dengan RSL bisa dihitung sebagai berikut :

GAP = (Rp 2 miliar) - (RP 3 miliar)= -Rp 1 miliar

Bank tersebut mempunyai gap sensitive perubahan bunga sebesar


– Rp 1 miliar. Misalkan tingkat bunga meningkat sebesar 1% (misal dari
10% menjadi 11%), maka pendapatan bank tersebut berbubah sebesar :

Perubahan Pendapatan = (GAP) x (Δbunga)

= - Rp 1 miliar x 0,01 = -Rp 10 juta

Dengan kata lain, bank tersebut mengalami kerugian sebesar


Rp10juta jika tingkat bunga meningkat sebesar 1%.

7
2. Periode Lebih Dari 1 Hari

Dengan menggunakan cara yang sama, kita bisa memperluaskelompok


periode dari satu hari menjadi tiga bulan, enam bulan, 1 tahun, lima tahun, dan
lebih dari lima tahun. Misalkan kita akan menggunakan jangka waktu satu tahun
sebagai basis perhitungan aset dan kewajiban yang sensitif terhadap perubahan
tingkat bunga. Dengan menggunakan neraca bank di muka, pertama kita akan
mengidentifikasi aset yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dalam
jangka waktu satu tahun.Berikut ini hasil identifikasi tersebut.

Meminjamkan di pinjaman pasar antar bank 1 hari Rp 2 M


Commercial Paper 3 bulan Rp 3 M
Surat Utang 6 bulan Rp 5 M
Pinjaman 1 tahun Rp 6 M
Bagian obligasi 3 tahun yang jatuh tempo hari ini Rp 2 M
Obligasi 3 tahun tingkat bunga mengambang Rp 5 M

Total asset yang sensitive terhadap perubahan tingkat bunga Rp 23 M

Untuk obligasi 3 tahun, sebesar Rp2 miliar jatuh tempo tahun ini.
Karena itu sejumlah Rp2 miliar akan dinilai ulang jika tingkat bunga
berubah. Untuk obligasi dengan tingkat bunga mengambang, karena tingkat
bunga ditetapkan kembali setiap enam bulan, maka obligasi tersebut akan
dinilai ulang setiap enam bulan. Pinjaman dengan bunga tetap dengan
jangka waktu 10 tahun tidak masuk dalam perhitungan, karena tingkat
bunga tersebut tetap selama 10 tahun, tidak akan berubah meskipun tingkat
bunga berubah-ubah. Dari perhitungan di atas, nampak bahwa bank tersebut
mempunyai aset yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga selama
periode satu tahun (rate sensitive assets atau RSA) sebesar Rp23 miliar.

8
Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi kewajiban yang
sensitive terhadap perubahan tingkat bunga untuk periode satu tahun.

Meminjam di pasar antar bank 1 hari Rp 3 M

Tabungan Rp 3 M

Deposito 1 bulan Rp 10 M

Deposito 1 tahun Rp 10 M

Total kewajiban yang sensitive terhadap perubahan tingkat bunga Rp 26 M

Deposito dengan jangka waktu 2 tahun dan modal bank tidak


dimasukkan dalam kewajiban yang sensitif terhadap perubahan tingkat
bunga untuk periode satu tahun. Tabungan dimasukkan karena tabungan
membayarkan bunga. Dari perhitungan di atas nampak bahwa bank tersebut
mempunyai kewajiban yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga
selama periode satu tahun (Rate sensitive liabilities atau RSL)sebesar Rp26
miliar.

3. GAP Sebagai Indikator Risiko Tingkat Bunga

GAP atau disebut juga sebagai Kumulatif GAP (KGAP) satu tahun
RSA dengan RSL bisa dihitung sebagai berikut ini.

KGAP = RSA-RSL
Rp 23 miliar- Rp 26 miliar = -Rp 3 miliar

Bank tersebut mempunyai kumulatif GAP sebesar negatif Rp 3 miliar.


Semakin besar gap (baik negatif maupun positif), semakin besar eksposur bank
atau suatu perusahaan terhadap risiko perubahan tingkat bunga.
Jika gap suatu bank negatif, maka kenaikan bunga akan merugikan bank
tersebut. Sebaliknya, jika gap suatu bank positif, maka kenaikan bunga akan
menguntungkan bank tersebut.

9
Dalam beberapa situasi, kita ingin menghitung rasio gap terhadap total
aset (gap ratio). Gap ratio bisa dihitung sebagai gap dibagi total aset. Dalam
contoh di atas, gap ratio adalah:

GAP RATIO = -Rp3 miliar / Rp41 miliar = -0,073 atau -7,3%

Gap ratio bermanfaat karena memberikan informasi besarnya gap


relatif terhadap total aset. Sebagai contoh, misal ada dua bank dengan informasi
gap berikut ini :

Bank A Bank B
Gap -Rp 10miliar -Rp 20 miliar
Total aset Rp 100 miliar Rp 500 miliar
Gap Ratio -10% -4%

Nampak bank A mempunyai gap yang lebih kecil dibandingkan dengan


bank B, sehingga eksposur bank A terhadap risiko perubahan tingkat bunga
nampak lebih kecil dibandingkan dengan eksposur bank B. Tetapi jika total aset
bank diperhitungkan, akan terlihat bahwa gap ratio B lebih kecil, sehingga
eksposur bank B terlihat lebih kecil dibandingkan dengan eksposur bank A.
Jika suatu perusahaan atau bank ingin menghilangkan eksposur terhadap risiko
perubahan tingkat bunga, maka bank tersebut bisa membuat neraca dengan gap
sama dengan nol. Tetapi sebagai konsekuensinya, bank tersebut tidak akan
memperoleh keuntungan dari perubahan tingkat bunga. Dalam kebanyakan
situasi, bank memang sengaja mempunyai eksposur atau gap yang besarnya
tertentu, karena ingin memperoleh keuntungan dari perubahan tingkat bunga.
Sebagaicontoh, jika bank memperkirakan tingkat bunga akan turun, bank bisa
mengambil gap yang positif, dan sebaliknya. Angka gap ratio sebesar
plus/minus 15% biasa dilakukan oleh bank.

10
4. Perubahan Tingkat Bunga yang Berbeda Untuk Aset dan Kewajiban

Contoh di atas mengasumsikan perubahan tingkat bunga yang sama untuk


aset dan kewajiban. Dalam beberapa situasi, perubahan tingkat bunga untuk aset
dan kewajiban bisa berbeda. Jika hal tersebut terjadi, efek perubahan tingkat
bunga terhadap perubahan pendapatandan perubahan biaya bisa dihitung satu
per satu, berikut ini:

ΔPendapatan bersih = ΔPendapatan Bunga - ΔBiaya Bunga

Kembali ke contoh di muka, di mana bank mempunyai RSA sebesar


Rp23miliar, dan mempunyai RSL sebesar Rp26 miliar, atau gap sebesar -Rp3
miliar. Misalkan tingkat bunga untuk aset berubah 2%, sementara tingkat bunga
untuk kewajiban berubah 1%. Perubahan pendapatan bisa dihitung berikut ini.

ΔPendapatan bersih = (Rp23 miliar)(0,02) – (Rp26 miliar)(0,01)

= Rp460 juta Rp260 juta

= Rp200 juta

Terlihat bahwa bank justru memperoleh keuntungan karena pendapatan


bunga meningkat lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga.

2.4 Manajemen Risiko Perubahan Tingkat Bunga

Lembaga Keuangan seringkali tidak menyelaraskan maturitas antara aset-aset &


kewajiban-kewajibannya, sehingga mereka menanggung sendiri terhadap risiko tingkat
bunga. Akibatnya, cukup banyak Lembaga Keuangan yang mengalami kebangkrutan
ekonomi atau nilai bersih para pemiliknya terhapus. Dua metode untuk mengukur risiko
tingkat bunga:

• Model penentuan harga kembali sering disebut model kesenjangan pendanaan,


mengonsentrasikan pada pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap pendapatan
bunga bersih (NII) Lembaga Keuangan.

11
• Model maturitas melibatkan pengaruh peruba-han tingkat bunga terhadap nilai pasar
semua aset & kewajiban Lembaga Keuangan & pada akhirnya nilai bersihnya.

Dasar pergerakan tingkat bunga adalah strategi kebijakan moneter bank sentral.
Melalui operasi pasar terbuka secara harian seperti membeli & menjual T-bond & T-bill,
bank sentral berusaha mempengaruhi pasokan uang & level tingkat bunga. Tingkat bunga
mempengaruhi variabel2 keuangan yang berpengaruh terhadap keputusan ekonomi, seperti
apakah mengeluarkan atau menabung. Pengaruh bank sentral AS pada tingkat bunga
melalui strategi kebijakan moneternya adalah meningkatkan level integrasi pasar keuangan
ke seluruh dunia. Bank Indonesia mempengaruhi tingkat bunga melalui mekanisme jual
beli SBI, sehingga tingkat bunga yang diinginkan terhadap dunia perbankan dalam negeri
dapat dicapai.

➢ Model Pengelolaan Resiko

Model penentuan harga kembali atau kesenjangan pendanaan secara esensial


adalah analisis arus kas akuntansi nilai buku atas pendapatan bunga yang dihasilkan atas
aset-aset Lembaga Keuangan & beban bunga yang dibayar atas kewajiban- kewajibannya
(atau pendapatan bunga bersih) selama beberapa periode khusus. Fed mewajibkan bank-
bank untuk melaporkan secara triwulanan kesenjangan untuk aset-aset & kewajiban
dengan maturitas yang diklasifikasi dengan cara tertentu. Dengan ketentuan tersebut, bank
melaporkan kesenjangan dalam masing-masing kelompok maturitas dengan menghitung
sensitivitas tingkat bunga dari masing-masing aset (RSA) dan masing-masing kewajiban
(RSL) dalam neracanya. Sensitivitas tingkat bunga: aset atau kewajiban dihargai kembali
pada atau dekat tingkat bunga pasar yang berlaku dalam suatu kelompok maturitas.
Eksposur pendapatan bunga bersih Lembaga Keuangan (eksposur keuntungan) terhadap
perubahan-perubahan tingkat bunga dalam kelompok-kelompok maturitas berbeda.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat perubahansuku bunga
yang terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh pada perusahaan. Terdapat 2 (dua)
perspective paling umum untuk melakukan asesmen terhadap risiko suku bunga yaitu The
earning perspective dan The economic value perspective. Perubahan tingkat bunga bisa
menyebabkan perusahaan menghadapi dua tipe risiko yaitu Risiko Penginvestasian
kembali dan Risiko Pendanaan Kembali. Repricing model ada 4 yaitu periode harian,
periode lebih dari 1 hari, GAP sebagai risiko tingkat bunga, dan perubahan tingkat bunga
yang berbeda untuk asset dan kewajiban.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. 2016. Manajemen Risiko (Edisi Ketiga). Yogyakarta: Badan Penerbit UPP
STIM YKPN.

14

Anda mungkin juga menyukai