18 Maret 2022
Pihak yang terlibat dalam proses perancangan
Sejak akhir tahun 2019 PSPK menjadi Kurikulum Merdeka (2020 - 2021):
mitra BSKAP (dahulu Balitbang)
Akademisi dan praktisi pendidikan anak usia dini, dasar,
dalam kajian dan pengembangan dan menengah dari Kemdikbud, Kemenag, PSPK,
Kurikulum Merdeka bersama puluhan INOVASI, Sekolah Cikal, Sekolah Integrasi Digital, Pusat
Studi Quran, Yayasan Bakti Barito, Paragon, Semua
organisasi Murid Semua Guru, Yayasan Litara, Jagabumi, Quipper
Indonesia, APPKHI, ABKIN, IGPKHI, HIMPAUDI, KWI,
MATAKIN, MLKI, YPSIM, Bebras, Rumah Main STrEAM,
Saat ini PSPK terus bekerja sama BPK Penabur Bandung, SMA Negeri Bali Mandara,
Sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, SMP Tumbuh Jogja,
dengan BSKAP, Ditjen. SMA Negeri 8 Jakarta, SMAI Al Azhar 1 Jakarta, SMA
PAUD-DASMEN, dan Dinas Negeri 96 Jakarta, Erudio Bogor, UI, UNS, ITB, UPI, UIN
Sulthan Thaha Saifuddin, UNPAD, UNJ, UNY, Universitas
Pendidikan di beberapa daerah untuk Bengkulu, UHAMKA, UNTIRTA, Universitas Sampoerna,
upaya implementasi Kurikulum Universitas Bina Nusantara, Calvin Institute of
Technology, UKSW, Universitas Pelita Harapan, ISBI
Merdeka secara mandiri Bandung, dunia kerja, dll.
Struktur Kurikulum
Capaian pembelajaran (CP) adalah kompetensi minimum yang harus dicapai peserta didik untuk
setiap mata pelajaran.
● Untuk peserta didik yang dapat melampaui capaian minimum lebih cepat, dapat diberikan
pengayaan, namun tidak dianjurkan untuk skip grade atau akselerasi
Suatu capaian dipelajari dalam fase-fase
● Sesuai logika penjenjangan satuan pendidikan
● Agar punya lebih banyak waktu untuk mencapai suatu kompetensi
CP terstandarisasi, namun tidak dirancang untuk langsung digunakan di kelas (tidak spesifik, belum
diselaraskan dengan konteks).
● Perlu diturunkan menjadi alur atau urutan (sequence) pembelajaran secara linear, dikenal
dengan alur tujuan pembelajaran
● Alur tujuan pembelajaran tidak terstandarisasi
Fleksibilitas pembelajaran dibutuhkan agar guru memiliki keleluasaan untuk mengajarkan semua muridnya hingga
mencapai kompetensi minimum
Langkah pertama (dan perubahan yang paling dianjurkan): awali pembelajaran dengan asesmen yang menilai kesiapan
dan kebutuhan belajar setiap individu untuk belajar
Diferensiasi pembelajaran berdasarkan capaian dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, selama tidak
menyebabkan diskriminasi dan sistem jalur berbasis capaian
● Pengelompokan tidak permanen (sepanjang semester atau tahun) dan tidak berlaku sama untuk semua mapel
● Pengelompokan sedapat mungkin tidak memisahkan siswa belajar di ruangan yang berbeda
● Memberikan kesempatan siswa belajar dari temannya
● Memberikan waktu belajar untuk siswa yang kesulitan belajar berdasarkan kesepakatan dengan orang tua
● Tidak membebani sepenuhnya kepada orangtua
Struktur kurikulum SMA terdiri atas dua fase yaitu: Fase E untuk Kelas X; dan Fase F
untuk Kelas XI dan Kelas XII. Setiap peserta didik wajib
mengikuti:
Di fase F, struktur mata pelajaran dibagi menjadi 5 (lima) kelompok utama, yaitu: a. seluruh mata pelajaran
dalam kelompok mata
a. kelompok mata pelajaran umum. Setiap SMA/MA wajib membuka atau
pelajaran umum; dan
mengajarkan seluruh mata pelajaran dalam kelompok ini dan wajib diikuti oleh
b. memilih 4 sampai dengan 5
semua peserta didik SMA/MA.
mata pelajaran dari minimal
b. kelompok mata pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).
dua kelompok mata
Setiap SMA/MA wajib menyediakan paling sedikit 3 (tiga) mata pelajaran dalam
pelajaran pilihan (maksimal
kelompok ini.
c. kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Setiap SMA/MA wajib mata pelajaran pilihan yang
menyediakan paling sedikit 3 (tiga) mata pelajaran dalam kelompok ini. diambil dari 1 kelompok
d. kelompok mata pelajaran Bahasa dan Budaya. Kelompok mata pelajaran ini mata pelajaran pilihan
dibuka sesuai dengan sumber daya yang tersedia di SMA/MA. adalah 3 mata pelajaran)
e. kelompok mata pelajaran Vokasi dan Prakarya. Kelompok mata pelajaran
Vokasi dan Prakarya dibuka sesuai dengan sumber daya yang tersedia di
SMA/MA.
Buku teks utama tidak harus digunakan setiap Contoh-contoh dokumen kurikulum disediakan
hari, dapat dikombinasikan dengan buku teks untuk melengkapi panduan
lainnya, modul ajar, atau perangkat ajar lainnya
yang dibuat oleh guru atau dari sumber lain Misalnya, ada (1) panduan pengembangan
(selama sesuai dengan CP) kurikulum operasional satuan pendidikan, dan (2)
contoh-contoh kurikulum operasional sekolah
Guru tidak wajib membuat modul ajar sendiri dengan tingkat kedetailan yang berbeda-beda
Modul ajar memiliki informasi yang lebih kaya Guru dan satpen dapat berbagi dokumen yang
daripada RPP, maka untuk guru yang mereka kembangkan dalam Platform Merdeka
menggunakan modul ajar, tidak harus membuat Mengajar
RPP dari nol lagi (tidak perlu membuat dua
dokumen yang sebenarnya memberikan informasi
yang sama
Mandiri Berbagi
Menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar di satuan
pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7 dan 10. Contoh-contoh yang disediakan oleh pemerintah digunakan sebagai
aspirasi dan rujukan saja, namun sebagian besar pengembangan kurikulum dilakukan di satuan pendidikan
Implementasi kurikulum
adalah proses belajar