Anda di halaman 1dari 8

SINTESIS

MATERI
Tugas 1.3.a.9 Koneksi Antar Materi

CGP | TIEN TRIANI


ANGKATAN I PEKANBARU
MURID MERDEKA
DENGAN VISI SEKOLAH
MERDEKA BELAJAR
Menciptakan Murid Merdeka dengan Filosofis Ki Hajar
Dewantara dan Model Manajemen Inkuiri Apresiatif
melalui Visi Merdeka Belajar bagi Guru Penggerak

Filosofis Ki Hajar Dewantara


Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang penidikan dan pengajaran adalah
menempatkan kemerdekaan sebagai syarat untuk memerdekakan jiwa
manusia menjadi pribadi yang berkarakter dan berguna bagi masyarakatnya
melalui olah pikir, olah rasa, olah karsa dan olah raga, melalui semboyan
ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri Handayani. Pada
hakikatnya pendidikan adalah memanusiakan manusia dengan karakter yang
positif dan berbudi pekerti yang baik melaui pendidikan sebagai tuntunan
menemukan jati diri dalam potensi terbaiknya dalam kearifan lokal budaya
bangsa sebagai kunci kemerdekaan lahir dan batin, untuk kebermanfaatan
kehidupan dunia dan akhiratnya.

2
Filosofi “Merdeka Belajar” disarikan dari asas penciptaan manusia yang
merdeka memilih jalan hidupnya dengan bekal akal, hati, dan jasad sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Merdeka belajar dimaknai kemerdekaan
untuk belajar yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
senyaman mungkin dalam suasana bahagia tanpa adanya rasa tertekan.

Guru Indonesia yang dapat menciptakan murid merdeka belajar tersebut


diharapkan mencirikan lima karakter yaitu:
• berjiwa nasionalisme Indonesia,
• bernalar,
• pembelajar,
• profesional,
• berorientasi pada peserta didik.

“Menuju Manusia Merdeka” melalui fefleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki


Hadjar Dewantara menjadi titik awal untuk menjadi agen perubahan dalam
transformasi Pendidikan di sekolah. Melalui konsep pemikiran Kodrat Alam
dan Kodrat Zaman, Asas TriKon, konsep 'Budi Pekerti', dan Patrap Triloka
dengan membandingkan penerapan pendidikan abad 21 pada konteks lokal
(budaya) di tempat asal serta bersikap reflektif kritis terhadap pemikiran
filosofis Ki Hadjar Dewantara dalam mendesain kerangka Filosofis
Pendidikan Merdeka untuk Pendidikan Indonesia sesuai dengan konteks
lokal daerah asal.

Kerangka Filosofis ‘Merdeka Belajar’ mengacu pada 7 Profil Pelajar Pancasila,


yaitu:
• Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan YME
• Berakhlak Mulia
• Kreatif
• Gotong Royong,
• Berkebhinekaan Global,
• Bernalar Kritis
• Mandiri

‘Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat


yang memiliki kompetensi global dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila’.

3
Tujuan utama Pendidikan Nasional Indonesia ini sejalan dengan pemikiran
KHD yaitu pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan
persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia baik dalam hidup
bermasyarakat maupun hidup berbudaya.

Visi Sekolah Murid Merdeka:


Mengelola Perubahan dan Lingkungan yang Positif

Diperlukan sebuah visi bagi guru penggerak untuk menggambarkan seperti


apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang akan diberikan pada murid
yang membuat guru terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta
menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga menjadi perbaikan
yang berkesinambungan disertai dengan kompetensi yang dimiliki.

Kategori Penguasaan Pengetahuan Profesional


Kompetensi
1. Menganalisis struktur & alur pengetahuan untuk pembelajaran
2. Menjabarkan tahap penguasaan kompetensi murid
3. Menetapkan tujuan belajar sesuai kurikulum, perkembangan murid dan
profil pelajar Indonesia

Kategori Praktik Pembelajaran Profesional


Kompetensi
1. Mengembangkan lingkungan kelas yang memfasilitasi murid belajar secara
aman dan nyaman
2. Mendesain, memandu dan merefleksikan proses belajar mengajar yang
efektif
3. Melakukan asesmen, menyediakan umpan balik dan laporan belajar
4. Melibatkan orangtua murid dan komunitas dalam proses belajar

Kategori Pengembangan Profesi Berkelanjutan


Kompetensi
1. Menunjukkan kebiasaan refleksi untuk pengembangan diri secara
mandiri (self regulated learning)
2. Menunjukkan kematangan moral, emosi dan spiritual untuk
berperilaku sesuai kode etik
3. Menunjukkan praktik dan kebiasaan bekerja yang berorientasi pada
anak (working with children)
4. Melakukan gotong royong pengembangan bersama dan bagi orang
lain untuk menumbuhkan nilai-nilai Pancasila (developing others)
5. Mengembangkan karier melalui partisipasi aktif dalam organisasi
6. profesi guru (professional development)

4
Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman nyaman dan bermakna bagi
murid menjadi hal yang diinginkan semua pihak, namun diperlukan
perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Menurut Evans (2001),
untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam
operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan
memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah.

Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin.
Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia melawan arus
naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat
manusiawi. Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya
membutuhkan waktu dan bersifat gradual.

Model Manajemen Perubahan


Inkuiri Apresiatif (IA) dan BAGJA
Metode Pendekatan Inkuiri apresiatif sebagai sebuah pendekatan dalam
mengembangkan perilaku organisasi merupakan metode yang mencoba
menggunakan cara pengajuan pertanyaan atas kondisi sekarang dan
pengalaman terbaik di masa lalu dan membayangkan imajinasi masa depan
untuk mendorong hubungan kolaboratif dan berbasis perubahan melalui
tahapan yang disebut dengan BAGJA:

Buat Pertanyaan - Ambil Pelajaran - Gali Mimpi -


Jabarkan Rencana –Atur Eksekusi:

5
6
7
Mengelola Perubahan dan Lingkungan yang Positif
Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi
murid menjadi hal yang diinginkan semua pihak, namun diperlukan
perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Untuk memastikan
bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka
para pemimpin sekolah seharusnya memulai dengan memahami dan
mendorong perubahan budaya sekolah.

Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin.
Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia melawan arus
naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat
manusiawi. Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya
membutuhkan waktu dan bersifat gradual.

Pada awal penerapannya akan terasa kejanggalan atau ragu akan


keberhasilannya. Kurva belajar ini mirip seperti seekor anak burung yang
belajar terbang yang jalur terbangnya tidak akan langsung ke atas, tapi akan
ke bawah dahulu kemudian meliuk ke atas sebagaimana terlihat pada
gambar.

Merujuk pada kurva belajar kita melihat bahwa pendekatan positif akan
menghasilkan hal yang luar biasa dan perlu dibiasakan menjadi kebiasaan
baru.

Sumber Bacaan: Elearning GP https://lms20-


gp.simpkb.id/course/view.php?id=71&sectionid=2388

Anda mungkin juga menyukai