Anda di halaman 1dari 3

Prinsip-Prinsip Pengungkapan

A. Definisi Pengungkapan (Disclosure)

Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan (Ghozali
dan Chariri, 2007). Bila dikaitkan dengan pengungkapan informasi, disclosure
mengandung pengertian bahwa pengungkapan informasi tersebut harus memberikan
penjelasan yang cukup dan bisa mewakili keadaan yang sebenarnya dalam
perusahaan. Dengan demikian, informasi harus lengkap, jelas, akurat, dan dapat
dipercaya dengan mencitrakan kondisi yang sedang dialami perusahaan, baik
informasi keuangan maupun non-keuangan, sehingga tidak ada pihak yang akan
dirugikan. Evans (2003) berpendapat bahwa pengungkapan berarti menyampaikan
informasi dalam laporan keuangan, termasuk laporan keuangan itu sendiri, catatan
atas laporan keuangan, dan pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan laporan
keuangan. Pengungkapan menurut Evans hanya terbatas pada hal-hal yang
menyangkut pelaporan keuangan, tidak termasuk dengan pernyataan umum atau
private yang dibuat untuk manajemen atau informasi yang disampaikan di luar
lingkup pelaporan keuangan. Pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan
merupakan penyajian informasi yang diperlukan untuk berlangsungnya Pasar Modal
yang efisien secara optimum. Banyaknya informasi yang diungkap tidak hanya
tergantung pada keahlian pembaca tetapi juga standar yang dianggap cukup.

B. Jenis dan Tingkat Pengungkapan

Darrough (1998) dalam Putra (2009) mengemukakan ada dua jenis pengungkapan
dalam hubungannya dengan persyaratan standar, yaitu:

1. Mandated Disclosure (Pengungkapan Wajib)

Merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi


yang berlaku. Pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan apabila perusahaan
tidak mau mengungkapkan informasinya secara sukarela.

2. Voluntary Disclosure (Pengungkapan Sukarela)

Merupakan butir-butir pengungkapan yang dilakukan sukarela oleh perusahaan


tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku.
Hendriksen (1992) menyatakan bahwa pengungkapan dalam pengertian terluas hanya
berarti penyampaian (release) informasi. Hendriksen (1992) dan Evans (2003)
membagi tingkat pengungkapan menjadi tiga konsep pengungkapan yang bergantung
pada peraturan yang dianggap paling diinginkan. Tiga konsep pengungkapan tersebut
adalah:

1. Adequate disclosure (Pengungkapan cukup)


Konsep yang sering digunakan adalah Adequate Disclosure, yaitu pengungkapan
minimum yang dinyatakan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang
disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor.
2. Fair disclosure (Pengungkapan wajar)
Fair disclosure adalah pengungkapan yang secara tidak langsung merupakan
tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan
dengan menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca potensial.
3. Full disclosure (Pengungkapan penuh)
Full disclosure adalah pengungkapan yang mengimplikasikan penyajian dari
seluruh informasi yang relevan. Pengungkapan ini sering dianggap berlebihan.
Hendriksen berpendapat terlalu banyak informasi akan membahayakan, karena
penyajian atas informasi tidak penting yang rinci akan mengaburkan informasi
yang signifikan dan membuat laporan sulit untuk diinterpretasikan.

Disclosure meliputi seluruh proses pelaporan keuangan. Ada beberapa metode untuk
melakukan disclosure. Pemilihan metode yang terbaik tergantung pada sifat informasi
yang akan disampaikan dan penting atau kurang pentingnya informasi tersebut.
Beberapa metode yang lazim digunakan adalah Hendriksen (2002):
1) Bentuk dan cara pengaturan ikhtisar-ikhtisar keuangan
2) Istilah-istilah yang digunakan adalah penyajian secara terperinci
3) Info yang disajikan dalam ikhtisar keuangan yang bersangkutan dalam bentuk
tanda kurung (parenthefical information)
4) Catatan kaki (foot notes) atas ikhtisar dan perincian atau daftar tambahan
5) Supplementary statement (informasi tambahan yang disajikan dalam bentuk yang
agak berbeda diikhtisar keuangan dasar, misalnya nama dan ikhtisar laba rugi
dengan indeks harga konsumen).
Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principle) atau prinsip keterbukaan
adalah menyajikan semua informasi dalam laporan keuangan yang dapat
memengaruhi pemahaman pembaca. Penafsiran atas prinsip ini sangat subyektif dan
berpotensi menyebabkan terlalu banyak informasi yang disajikan. Oleh karena
itu, prinsip materialitas digunakan agar hanya mengungkapkan informasi tentang
peristiwa yang mungkin berdampak material terhadap posisi atau hasil keuangan
entitas. Pengungkapan dapat mencakup hal-hal yang belum dapat dihitung secara
tepat, seperti sengketa pajak dengan Pemerintah atau litigasi dengan pihak lain.
Pengungkapan penuh juga berarti bahwa kita harus selalu melaporkan kebijakan
akuntansi yang ada, serta perubahan atas kebijakan tersebut (misalnya, perubahan
metode penilaian aset atau metode depresiasi), transaksi non-moneter yang terjadi,
hubungan dengan pihak afiliasi bisnis yang memiliki volume transaksi signifikan,
jumlah aset diagunkan, jumlah kerugian material yang disebabkan oleh biaya yang
lebih rendah dari nilai pasar, uraian tentang kewajiban penghentian pengoperasian
aset, fakta dan keadaan yang menyebabkan penurunan goodwill, dll.

Ni Wayan Putri Padmasari. (2015). Pengungkapan dalam Laporan Keuangan (Prinsip-


prinsip Pengungkapan dan Catatan atas Laporan Keuangan). Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati. Makalah diakses pada tanggal 09 Desember 2021 pada
link
https://www.academia.edu/23716644/Akuntansi_Keuangan_2_Pengungkapan_dalam
_laporan_keuangan

Jurnal yang diekspos oleh Universitas Islam Indonesia. Diakses pada tanggal 09
Desember 2021 pada link
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/566/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=8&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai