Anda di halaman 1dari 6

Nama : Julieta Triani Abraham

Nim : 073001800025
Tugas : UU & Kebijakan Tambang (Kelas-A)

SUMBERDAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN TAMBANG

Data Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) menunjukkan, kebutuhan bahan baku bijih
tambang itu mencapai 255 juta ton per tahun. Dengan cadangan terukur bijih Nikel hanya 4,6
miliar ton, maka industri hilir Nikel hanya dapat bertahan maksimal 18 tahun. Pada grafik
sumberdaya dan cadangan Nikel yang terjadi pada tahun 2015-2019 menunjukkan adanya
kenaikan sumber daya Nikel serta ketidakstabilan cadangan Nikel. Hal ini didasarkan pada
kebutuhan bahan baku industri Nikel dari hulu ke hilir, dan juga berdasarkan dengan
meningkatnya permintaan Nikel pada tahun-tahun tersebut.
Sebagai negara pengekspor Timah terbesar di dunia yang menguasai hampir sepertiga
produksi Timah di dunia, Indonesia seharusnya memiliki posisi strategis untuk menjadi
penentu harga Timah. Keterbatasan industri Timah dalam negeri yang masih terkonsentrasi
pada produk-produk hulu dan keterbatasan cadangan Timah mengharuskan pemerintah
Indonesia melakukan perubahan orientasi industry Timah dengan secepatnya melaksanakan
hilirisasi industry. Pada grafik Timah dari tahun 2015-2016 sumberdaya dan cadangan Timah
mengalami peningkatan, berlanjut pada tahun 2017 mengalami penurunan sumber daya dan
cadangan yang sangat drastis, dan dapat dilihat bahwa pada grafik tahun 2018-2019
sumberdaya dan cadangan Kembali naik secara drastis karena adanya kemajuan atau
peningkatan terhadap kapasitas pengolahan dari perusahaan Timah tersebut, dan karena
adanya dukungan kuat dari pemerintah.
Sumberdaya Batubara dibagi sesuai dengan tingkat kepercayaan geologi ke dalam kategori
tereka, tertunjuk dan terukur. Sedangkan cadangan Batubara adalah bagian dari sumberdaya
Batubara tertunjuk dan terukur yang dapat ditambang secara ekonomis. Sumberdaya dan
cadangan Batubara di Indonesia berada pada angka 149,010 milyar ton sumberdaya dan
37,6045 milyar ton cadangan. Cadangan terbukti batubara dengan persentase sebesar 3,5%
dari total cadangan terbukti di dunia. Pada tahun 2015 untuk cadangan Batubara mencapai
32.264 milyar ton cadangan, sedangkan pada tahun 2016 cadangan Batubaranya berada pada
angka 28.457 milyar ton cadangan. Hal ini dikarenakan adanya penurunan yang yang
disebabkan oleh melemahnya nilai Batubara dipasar dunia, sehingga banyak perusahaan yang
menghentikan kegiatan eksplorasi dan produksi Batubara karena nilai jual Batubara tidak
dapat menutupi biaya produksi.
Bauksit merupakan sumberdaya alam yang diekstraksi logam aluminiumnya dan
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di industri hilir. Indonesia pada tahun 2019 memiliki
cadangan bauksit sebanyak 2.869 milyar ton yang terdiri dari 2.05 milyar ton cadangan terkira
dan 821 juta ton cadangan terbukti, serta sumberdaya bijih bauksit sebesar 3.878 milyar ton.
Stabil atau tidaknya sumberdaya dan cadangan dari Bijih Bauksit dapat berdasarkan pada
adanya dukungan pemerintah untuk mendorong para investor melakukan hilirisasi dan
industrialisasi pada komoditas Bijih Bauksit.
DATA PRODUKSI

Produksi Batubara

Target produksi Batubara ditetapkan menurun tiap tahunnya mulai dari 425 juta ton pada
2015, 419 juta ton pada 2016, 413 juta ton pada 2017, 406 juta ton pada 2018 dan 400 juta
ton pada 2019, dengan laju penurunan produksi rata-rata 1,5% per tahun. Persentase
konsumsi domestik ditargetkan meningkat tiap tahunnya, yaitu 24% atau 102 juta ton pada
2015, 26% atau 111 juta ton pada 2016, 29% atau 121 juta ton pada 2017, 32% atau 131 juta
ton pada 2018 serta 60% atau 240 juta ton pada 2019, dengan laju peningkatan rata-rata 8%
pada rentang 2015-2018 namun terjadi peningkatan yang cukup signifikan sebesar 83%
antara target pada 2018 dan 2019. Penurunan ekspor Batubara dilakukan secara bertahap
sebesar rata-rata 5% pada rentang waktu 2015-2018, namun terjadi penurunan target ekspor
yang cukup signifikan pada 2019 sebesar 41%.
Produksi Timah

Produksi Timah pada tahun 2019 mencapai sebesar 76.101 ton atau sebesar 108,7% dari
target yang telah ditetapkan. Produksi Timah yang didapat relatif di atas target, hal ini
dikarenakan dari perusahaan Timah sendiri juga telah melakukan penyewaan smelter –
smelter lain untuk proses peningkatan nilai tambah, sehingga menyebabkan produksi timah
pada perusahaan Timah akan meningkat di atas kapasitas produksi yang dimiliki oleh
perusahaan Timah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai