Anda di halaman 1dari 23

ETNOFARMAKOGNOSI PULAU JAWA PROVINSI JAWA TIMUR

KABUPATEN TULUNGAGUNG KECAMATAN TULUNGAGUNG,


KALIDAWIR DAN CAMPURDARAT

Dosen Pengampu :
Nurul Istiqomah,S.Si., M.Sc

Disusun Oleh :
Galang Wisnu Permadi 10120073
Gandes Wahyu Priyanti 10120074
Haningtyas Indah Pradika 10120077

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kabupaten Tulungagung terletak kurang lebih 154 km ke arah Barat Daya dari Kota
Surabaya. Secara administratif, Kabupaten Tulungagung dibagi menjadi 19 (sembilan belas)
Kecamatan, 257 (dua ratus lima puluh tujuh) Desa dan 14 (empat belas) Kelurahan.Kabupaten
Tulungagung memiliki luas wilayah 1.055,65 km 2 atau 105.565 Ha. Secara geografis, wilayah
Kabupaten Tulungagung terletak antara 111o43’ – 112o07’ Bujur Timur dan 7o51 – 8o18’
Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Tulungagung berbatasan di bagian utara dengan Kabupaten
Kediri, bagian timur dengan Kabupaten Blitar, di bagian barat dengan Kabupaten Trenggalek
dan Kabupaten Ponorogo, di bagian selatan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Tulungagung
memiliki wilayah dataran rendah, sedang dan tinggi dengan konfigurasi datar, pegunungan dan
perbukitan. Dataran rendah itu sendiri merupakan daerah dengan ketinggian dibawah 500 m dari
permukaan laut. Di Kabupaten Tulungagung hampir semua wilayahnya merupakan dataran
rendah kecuali Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang yang dataran rendahnya hanya 4
desa. Dataran sedang dengan ketinggian 500-700m dari permukaan laut meliputi Kecamatan
Pagerwojo sebanyak 6 desa dan Kecamatan Sendang 5 desa. Dataran tinggi dengan ketinggian di
atas 700m dari permukaan laut terdiri dari 1 desa di Kecamatan Pagerwojo dan 2 desa di
Kecamatan Sendang. Kecamatan Tulungagung memiliki letak geografis dengan luas wilayah
13,67 km2 yang berbatasan disebelah utara dengan Kecamatan Kedungwaru, disebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Kedungwaru, disebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Boyolangu dan Kecamatan Gondang dan disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kauman
dan Kecamatan Gondang. Kecamatan Campurdarat memiliki letak geografis dengan luas
wilayah 39,76 km2 yang berbatasan disebelah utara dengan Kecamatan Boloyangu, disebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Tanggunggunung, disebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Besuki dan disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pakel. Kecamatan
Kalidawir memiliki letak geografis dengan luas wilayah 97,43 km 2 yang berbatasan disebelah
utara dengan Kecamatan Sumbergempol, disebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ngunut
dan Kecamatan Pucanglaban, disebelah selatan berbatasan dengan Samodra Indonesia dan
disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tanggunggunung, Kecamatan Campurdarat dan
Kecamatan Boyolangu.
Pengumpulan informasi masyarakat tentang penggunaan tanaman untuk pengobatan,
manfaat dan kegunaan yang telah dilakukan dengan metode link kuisioner dari 3 kecamatan yang
ada di tulungagung yaitu dari Kecamatan Tulungagung, Kecamatan Campurdarat dan Kecamatan
Kalidawir. Untuk data yang diperoleh dari Dusun Bendil, Kecamatan Tulungagung dengan
pengumpulan data metode penyebaran link kuisioner secara online didapatkan 28 responden dari
beberapa kecamatan yaitu 11 orang dari Kecamatan Tulungagung, 7 orang dari Kecamatan
Kedungwaru, 2 orang dari Kecamatan Sumbergempol, satu orang dari Kecamatan Karangrejo, 5
orang dari Kecamatan Boyolangu, 1 orang dari Kecamatan Gondang dan 1 orang dari Kecamatan
Pakel. Dimana dari 28 responden didapatkan ada 13 jenis tanaman herba yaitu jahe, kunyit,
lengkuas, kencur, temulawak, daun salam, jahe merah, sambiloto, sere, sirih, teh, bawang lanang,
dan gagan.
Didapatkan data yang sering digunakan pada masyarakat Tulungagung adalah Jahe,
kunyit, dan temulawak. Masyarakat Tulugagung kebanyakan mengkonsumsi tanaman herba
dengan cara direbus dan dari bahan kering ataupun sudah berbentuk minuman jamu. Masyarakat
Tulungagung kebanyakan menggunakan bagian tanaman berupa rimpang (Rhizhoma). Jadi dapat
disimpulkan bahwa tanaman herba yang sering digunakan di Kabupaten Tulungagung adalah
jahe, kunyit, dan temulawak. Dimana masyarakat menggunakan jahe untuk obat masuk angin,
menghangatkan tubuh, dan meringankan flu. Lalu untuk kunyit dan temulawak digunakan untuk
meningkatkan imun tubuh atau menjaga daya tahan tubuh. Kebanyakan masyarakat Kabupaten
Tulungagung mengkonsumsi tanaman herba dengan cara diseduh dan direbus dimana tanaman
herba kenyakan dibuat berupa bahan kering (simplisia) dan minuman (jamu). Kebanyakan
masyarakat daerah Kecamatan Tulungagung mendapatkan informasi mengenai tanaman herba
dari keluarga.
Untuk data yang diperoleh dari Desa Gamping, Kecamatan Campurdarat dengan
pengumpulan data metode penyebaran link kuisioner secara olne didapatkan 66 responden yang
berasal dari daerah Desa Gamping, Ngentrong, Bandil, Campudarat, Sawo dan Besole. Dari 66
responden tersebut terdiri dari 48 orang dari Desa Gamping, 5 orang dari Desa Ngentrong, 3
orang dari Desa Bandil, 4 orang dari Desa Campurdarat, 3 orang dari Desa Sawo dan 3 orang
dari Desa Besole. Dari hasil pengumpulan data tersebut, diperoleh 6 tanaman herba yang sering
digunakan yaitu jahe, sirih, kunyit, kencur, temulawak, kelor. Dari data tersebut untuk tanaman
jahe yang sering digunakan adalah bagian rimpang (rhizome). Manfaat dari jahe tersebut adalah
untuk menghangatkan tubuh, sebagai obat batuk, untuk menambah daya tahan tubuh, sebagai
obat tenggorokan gatal, serta sebagai obat untuk masuk angin. Masyarakat sering mengolah
tanaman jahe tersebut dengan cara direbus, disari dan diseduh dicampurkan dengan teh.
Untuk tanaman sirih, masyarakat sering menggunakan tanaman tersebut pada bagian
daunnya (folium). Manfaat dari tanaman tersebut adalah sebagai obat kumur, untuk merilekskan
kaki, serta sebagai obat diabetes. Cara pengolahan yang sering dilakukan oleh masyarkat yaitu
dengan cara direbus dan diambil air hasil rebusan daun sirih tersebut. Untuk tanaman kunyit,
masyarakat sering memanfaatkan bagian rimpangnya atau rhizoma. Manfaat dari tanaman kunyit
tersebut untuk mengatasi maag, bahan dasar jamu kunir asem dan untuk obat peradangan
ataupun perut kembung. Cara pengolahan yang sering dilakukan masyarakat adalah disari
diambil pati dari kunyit tersebut atau direbus.
Untuk tanaman kencur masyarakat sering menggunakan tanaman tersebut pada bagian
rimpang (rhizoma). Manfaat dari kencur tersebut adalah untuk menambah nafsu makan,
digunakan sebagai obat batuk, kencur juga sering digunakan untuk jamu beras kencur dan juga
digunakan untuk menambah imun tubuh. Cara pengolahan yang sering dilakukan masyarakat
adalah disari dan juga direbus. Untuk tanaman temulawak, bagian tanaman yang sering
dimanfaatkan adalah rimpang (rhizome). Masyarakat sering menggunakan tanaman tersebut
sebagai obat asam lambung. Cara pengolahan yang sering dilakukan yaitu disari, direbus, dan
juga dikeringkan lalu saat akan mengkonsumsi direbus kembali. Untuk tanaman kelor, bagian
tanaman yang sering digunakan adalah bagian daun (folium). Manfaat dari tanaman tersebut
adalah sebagai upaya preventif untuk mencegah berbagai penyakit jangka panjang. Cara
pengolahan yang sering digunakan adalah direbus daunnya atau dimasak dan dimakan sebagai
pendamping nasi atau lauk. Kebanyakan masyarakat daerah Kecamatan Campurdarat
mendapatkan informasi mengenai tanaman herba dari keluarga.
Untuk data yang diperoleh dari Desa Kalidawir, Kecamatan Kalidawir dengan
pengumpulan data metode penyebaran link kuisioner secara online didapatkan 22 responden dari
beberapa kecamatan yaitu 12 orang dari Kecamatan Kalidawir, 3 orang dari Kecamatan
Tulungagung, 7 orang dari Kecamatan Ngunut. Dari pengumpulan data tersebut diperoleh ada 6
tanaman herba yang sering digunakan oleh masyarakat. Tanaman tersebut adalah Jahe, Kunyit,
Kencur, Kelor dan Sirih. Untuk tanaman jahe, masyarakat sering menggunakan pada bagian
rimpang (rhizoma). Tanaman jahe tersebut dimanfaatkan sebagai penghangat tubuh. Cara
pengolahan yang dilakukan yaitu dengan cara direbus. Untuk tanaman kunyit, masyarakat sering
menggunakan pada bagian rimpang (rhizoma). Tanaman kunyit tersebut dimanfaatkan sebagai
jamu radang tenggorokan dengan pengolahan diparut atau dihaluskan yang kemudian diambil
sarinya. Untuk tanaman kencur, masyarakat sering menggunakan pada bagian rimpang
(rhizoma). Tanaman kencur tersebut dimanfaatkan sebagai jamu dengan pengolahan direbus
diambil sarinya. Untuk tanaman kelor, masyarakat sering menggunakan pada bagian daun
(folium). Tanaman kelor tersebut dimanfaatkan sebagai bahan masakan. Untuk tanaman sirih,
masyarakat sering menggunakan pada bagian daun (folium). Daun tanaman sirih dimanfaatkan
air rebusannya untuk mandi. Kebanyakan masyarakat daerah Kecamatan Kalidari mendapatkan
informasi mengenai tanaman herba dari keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Etnofarmakognosi
Etnofarmakognosi merupakan bagian dari ilmu farmasi yang mempelajari penggunaan
obat dan cara pengobatan yang dilakukan oleh etnik atau suku bangsa tertentu. Ruang lingkup
dari etnofarmakognosi yaitu meliputi obat serta cara pengobatan dengan menggunakan bahan
alam. Masyarakat etnik dari suatu daerah memiliki kebudayaan dan kearifan local yang khas
sesuai dengan daerahnya masing-masing. Hal tersebut berdampak pada pengetahuan obat dan
pengobatan tradisionalnya. Bebagai etnik atau suku bangsa di Indonesia mempunyai pengalaman
empiris masing-masing dalam mengatasi gangguan kesehatan. Pengetahuan empiric etnis
berbeda pada setiap wilayah tergantung pada sifat khas dan kearifan budaya masing-masing.
Etnofarmakognosi juga merupakan bagian dari ilmu pengobatan masyarakat tradisional yang
seringkali terbukti secara empiris dan setelah melalui pembuktian-pembuktian ilmiah dapat
ditemukan atau dikembangkan senyawa obat baru.
Masyarakat etnik tradisional umumnya memilki budaya kehidupan yang tradisional,
termasuk dalam hal pemeliharaan kesehatan. Budaya tradisional yang kuat menyebabkan
pengetahuan obat dan cara pengobatan juga diperoleh secara turun temurun, terbatas dalam
pengetahuan jenis penyakit dan cara penanggulangannya. Kehidupan yang menyatu dengan alam
dan keyakinan bahwa dirinya merupakan bagian dari alam menumbuhkan kesadaran bahwa alam
adalah penyedia obat bagi dirinya dan masyarakatnya. Mulai dari sinilah berkembang pengertian
obat tradisional. Obat tradisional Indonesia merupakan bagian dari sosio budaya bangsa yang
menjadi salah satu aset kekayaan bangsa Indonesia.
Etnofarmakognosi adalah pengetahuan etnik yang mencakup tentang penggunaan
tumbuhan untuk obat dan pengobatan. Etnofarmakognosi ini berkaitan erat dengan
etnobotani,antropologi, serta obat dan pengobatan tradisional. Etnofarmakognosi juga
mempertimbangkan rentang yang luas dari produk alami yang digunakan sebagai agen
terapeutik, untuk tujuan pengobatan, sebagai obat pembantu, agen biologis dan racun.
Etnofarmakologi berkaitan dengan sejarah, nilai ekonomi dan komersial dari pembuatan
substansi alami yang memberikan efek pada kesehatan manusia.
Dalam pencarian dan pengembangan obat baru, pengetahuan etnofarmakognosi banyak
memberi arahan pendahuluan. Sebagai ilustrasi, untuk mengatasi gangguan diare, hampir seluruh
komunitas etnik di Indonesia, terutama di Indonesia bagian Barat, menggunakan godogan pucuk
daun jambu biji (Psidium guajava L.). Penelitian farmakologi yang telah banyak dilakukan
memberi arahan bahwa pucuk daun jambu biji dapat digunakan untuk mengatasi gangguan diare
karena senyawa kimia golongan tannin yang dikandungnya. Pengetahuan tersebut memberikan
kemungkinan dilakukannya pencarian dan pengembangan obat baru dengan aktivitas antidiare
yang berasal dari tumbuhan. Penelitian untuk pengembangan obat tradisional untuk mengatasi
gangguan diare berdasarkan penggunaan etnofarmakognosi tersebut kini telah banyak
menghasilkan berbagai formula obat herbal antidiare yang harganya dapat dijangkau masyarakat.
B. Deskripsi Tanaman
Tanaman herba yang sering digunakan menurut hasil kuisioner untuk Kecamatan
Tulungagung, Kecamatan Campurdarat dan Kecamatan Kalidawir, sebagai berikut :

1. Jahe

Nama latin : Zingiber officinale


Bagian tanaman yg digunakan : Rimpang (rhizome)
Nama simplisia : Zingiberis rhizome
Famili : Zingiberaceae
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc.
Zat berkhasiat : Pati, damar, oleo resin, gingerin dan minyak atsiri
mengandung Zingiron, zingiberol, zingiberin,
borneol, kamfer, sineol, felandre
Manfaat : Karminativa (obat kembung), stimulansia
(penambah tenaga), diaforetika (memperbanyak
pengeluaran keringat), ekspektoansia (obat batuk
berdahak), amara (penambah nafsu makan)
2. Kunyit

Nama latin : Curcuma longa Linn syn, Curcuma domestica Val


Bagian tanaman yg digunakan : Rimpang (rhizome)
Nama simplisia : Curcuma domesticae Rhizoma
Famili : Zingiberaceae
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val
Zat berkhasiat : Kurkumin, minyak atsiri, protein, pati, zat besi dan
fosfor
Manfaat : Obat panas dalam, diare, keputihan, gatal-gatal,
sesak nafas, eksim
3. Kencur

Nama latin : Kaempferia galanga (L)


Bagian tanaman yg digunakan : Rimpang (rhizome)
Nama simplisia : Kaempferia Rhizoma
Famili : Zingiberaceae
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Genus : Kaempferia L.
Spesies : Kaempferia galanga L.
Zat berkhasiat : Alkaloida, minyak atsiri yang menganndung sineol
dan kamferin, mineral dan pati
Manfaat : Ekspektoransia, diaforetika, karminativa,
stimulansia, roboransia

4. Sirih

Nama latin : Piper betle L.


Bagian tanaman yg digunakan : Daun (folium)
Nama simplisia : Piper betle folium
Famili : Piperaceae
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dikotiledonaea
Ordo : Piperales
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L
Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung Fenol yang khas
disebut betelfenol atau aseptol
Manfaat : Anti sariawan, anti batuk, anti septik
5. Kelor

Nama latin : Moringa oleifera


Bagian tanaman yg digunakan : Daun (folium)
Nama simplisia : Moringae folium
Famili : Moringaceae
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam
Zat berkhasiat : Flavonoid, fitosterol, kalsium, potassium dan
kalium
Manfaat : Penutup luka, obat pencahar, anti anemia

6. Temulawak

Nama latin : Curcuma xanthorrhiza


Bagian tanaman yg digunakan : Rimpang (rhizome)
Nama simplisia : Curcuma xanthorrhiza Rhizoma
Famili : Zingiberaceae
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb.
Zat berkhasiat : Fellandrean, turmerol, kamfer, glukosida,
foluymetik karbinol dan kurkuminoid
Manfaat : Mengatasi gangguan pencernaan, meringankan
osteoarthritis, mengatasi kanker, sakit limfa,ginjal,
sakit pinggang dan asma
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Pengumpulan data dengan penyebaran form kuisioner secara online pada masyarakat
sekitar khususnya Kabupaten Tulungagung pada Kecamatan Tulungagung, Kecamatan
Kalidawir dan Kecamatan Campur Darat. Pengambilan informasi pada masyarakat sekitar
Kecamatan Tulungagung dilakukan pada tanggal 04-05 Januari 2022, pada masyarakat sekitar
Kecamatan Kalidawir pada tanggal 05 Januari 2022, pada masyarakat sekitar Kecamatan
Campur Darat pada tanggal 03-05 Januari 2022.
3.2 Metode Pengambilan Data
Metode pengampilan data yang digunakan dengan cara pengumpulan data menggunakan
media kuisioner. Dengan responden yang harus menjawab beberapa pertanyaan yang telah
dicantumkan, yaitu:
1. Nama?
2. Alamat?
3. Pernahkah anda menggunakan tanaman obat atau herba?
4. Menurut Anda, tanaman obat apa atau herba apakah yang paling sering dimanfaatkan
oleh masyarakat daerah anda?
5. Pada bagian apa tanaman yang sering dimanfaatkan?
6. Bagaimana cara memanfaatkan tanaman obat atau herba tersebut? (Misal : Digunakan
sebagai obat, lalu disebutkan untuk obat apa)
7. Apakah tingkat konsumsi tanaman obat atau herba di Kabupaten Tulungagung
meningkat? terutama sejak meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia
8. Dari mana Anda mendapatkan sumber informasi mengenai penggunaan,cara pengolahan,
dan takaran yang cukup agar tidak terjadi efek samping dalam pengolahan secara mandiri
9. Tanaman obat yang anda konsumsi dalam sediaan apa? (contoh : jamu cair, bubuk, bahan
kering)
10. Bisakah anda mendeskripsikan sedikit cara anda mendapatkan/ membuat tanaman herba
tersebut? (Contoh membeli di toko jamu, membuat sendiri dengan bahan dikeringkan)
11. Darimana anda mendapat informasi bahwa tanaman itu tanaman herba?

3.3 Penelusuran Tanaman


Dari data yang diperoleh, tanaman yang sering digunakan adalah jahe, kunyit, kencur,
sirih, kelor, dan temulawak. Tanaman herbal tersebut sering digunakan karena dipercaya
mempunyai banyak manfaat terutama digunakan untuk obat herbal. Tanaman jahe, kunyit,
kencur, sirih, kelor, dan temulawak pada masyarakat Kabupaten Tulungagung mudah untuk
didapatkan. Ada yang menanam sendiri di perkarangan rumah atau kebun belakang rumah.
Namun kebanyakan masyarakat memilih untuk membeli bahan tersebut di pasar kususnya pasar
tradisional disekitar mereka. Tanaman sirih dan kelor pun juga sering ditemukan pada
perkarangan-perkarangan rumah warga. Tanaman sirih sendiri memang banyak ditanam oleh
masyarakat, selain untuk obat herbal masyarakat menamam tanaman sirih juga untuk
mempercantik halaman rumah mereka. Sedangkan tanaman kelor juga banyak tumbuh liar di
kebun warga ataupun dipinggir jalan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1
Bagian
No. Nama Nama tanaman Asal daerah Khasiat Cara
ilmah daerah yang pengolahan
digunakan
1 Zingiber Jahe Rhizoma Bandil, Besole, Karminativa Direbus,
officinnale Boyolangu, (obat digeprek,
Campurdarat, kembung), dibakar,
Gamping, stimulansia diseduh
Gondang, (penambah
Kalidawir, tenaga),
Kedungwaru, diaforetika
Ngentrong, (memperbanyak
Ngunut, Sawo, pengeluaran
Pakel, keringat),
Sumbergempol, ekspektoansia
Tulungagung (obat batuk
berdahak),
amara
(penambah
nafsu makan)

2 Curcuma Kunyit Rhizoma Bandil, Besole, Obat panas Diparut


longa Linn Boyolangu, dalam, diare, kemudian
syn, Campurdarat, keputihan, diperas
Curcuma Gamping, gatal-gatal, diambil
domestica Gondang, sesak nafas, sarinya,
Val Kalidawir, eksim direbus dan
Kedungwaru, dicampur
Ngentrong, dengan
Tulungagung bahan lain
3 Kaempferia Kencur Rhizoma Besole, Ekspektoransia, Direbus,
galanga (L) Gamping, diaforetika, dihaluskan
Kedungwaru, karminativa, kemudian
Ngunut, stimulansia, disari,
Tulungagung roboransia direbus
dengan
bahan lain
4 Curcuma Temulawak Rhizoma Campurdat, Mengatasi Dikeringkan
xanthorrhiza Gamping, gangguan lalu direbus
Gondang, pencernaan,
Kedungwaru, meringankan
osteoarthritis,
mengatasi
kanker, sakit
limfa, ginjal,
sakit pinggang
dan asma

5 Piper betle Sirih Folium Gamping, Anti sariawan, Direbus,


L. Ngunut anti batuk, anti
septik

6 Moringa Kelor Folium Gamping, Penutup luka, Direbus


oleifera Kalidawir, obat pencahar,
Sawo, anti anemia
Tulungagung,

Berdasarkan Tabel 4.1, Zingiber officinnale atau yang biasa dikenal dengan nama daerah
Jahe banyak digunakan oleh masyarakat kabupaten Tulungagung, kec. Bandil, kec. Besole, kec.
Boyolangu, kec. Campurdarat, kec. Gamping, kec. Gondang, kec. Kalidawir, kec. Kedungwaru,
kec. Ngentrong, kec. Ngunut, kec. Sawo, kec. Pakel, kec. Sumbergempol, kec.Tulungagung
sebagai obat yang berkhasiat untuk mengatasi karminativa (obat kembung), stimulansia
(penambah tenaga), diaforetika (memperbanyak pengeluaran keringat), ekspektoransia (obat
batuk berdahak), dan amara (penambah nafsu makan). Bagian tanaman jahe yang digunakan
adalah rimpang (rhizoma). Jahe diolah dengan berbagai cara, ada yang langsung direbus, ada
yang dibakar terlebih dahulu lalu digeprek dan diseduh dengan air panas, ada juga yang digeprek
saja lalu diseduh dengan air panas. Curcuma longa Linn syn, Curcuma domestica Val atau yang
biasa dikenal dengan nama daerah Kunyit banyak digunakan oleh masyarakat kabupaten
Tulungagung, kec. Bandil, kec. Besole, kec. Boyolangu, kec. Campurdarat, kec. Gamping, kec.
Gondang, kec. Kalidawir, kec. Kedungwaru, kec. Ngentrong, kec. Ngunut, kec. Sumbergempol,
kec.Tulungagung sebagai obat yang berkhasiat untuk obat panas dalam, diare, keputihan, gatal-
gatal, sesak nafas, eksim. Bagian tanaman kunyit yang digunakan adalah rimpang (rhizoma).
Kunyit diolah dengan berbagai cara, ada yang diparut kemudian diperas diambil sarinya, ada
juga yang direbus dan dicampur dengan bahan lain; Kaempferia galanga (L) atau yang biasa
dikenal dengan nama daerah Kencur banyak digunakan oleh masyarakat kabupaten
Tulungagung, kec. Bandil, kec. Besole, kec. Boyolangu, kec. Campurdarat, kec. Gamping, kec.
Gondang, kec. Kalidawir, kec. Kedungwaru, kec. Ngentrong, kec. Ngunut, kec. Sawo, kec.
Pakel, kec. Sumbergempol, kec.Tulungagung sebagai obat yang berkhasiat untuk
ekspektoransia, diaforetika, karminativa, stimulansia, dan roboransia. Bagian tanaman kencur
yang digunakan adalah rimpang (rhizoma). Kencur diolah dengan berbagai cara, ada yang
langsung direbus, ada yang dihaluskan kemudian diperas diambil sarinya, ada juga yang direbus
dan dicampur dengan bahan lain; Curcuma xanthorrhiza atau yang biasa dikenal dengan nama
daerah Temulawak banyak digunakan oleh masyarakat kabupaten Tulungagung, kec.
Campurdarat, kec. Gamping, kec. Gondang, kec. Kedungwaru sebagai obat yang berkhasiat
sebagai anti sariawan, anti batuk, anti septik. Bagian tanaman temulawak yang digunakan adalah
rimpang (rhizoma). Temulawak diolah dengan cara memotongnya terlebih dahulu kemudian
dikeringkan, setelah itu baru direbus dan diminum sarinya, ada juga cara pengolahan yang
langsung merebusnya tanpa dikeringkan; Piper betle L. atau yang biasa dikenal dengan nama
daerah Sirih banyak digunakan oleh masyarakat kabupaten Tulungagung, kec. Gamping, dan
kec. Ngunut sebagai obat yang berkhasiat untuk mengatasi gangguan pencernaan, meringankan
osteoarthritis, mengatasi kanker, sakit limfa, ginjal, sakit pinggang dan asma. Bagian tanaman
sirih yang digunakan adalah daun (folium). Sirih diolah dengan cara merebus daun sirih
kemudian air rebusan tersebutlah yang digunakan sebagai obat; Moringa oleifera atau yang biasa
dikenal dengan nama daerah Kelor banyak digunakan oleh masyarakat kabupaten Tulungagung,
kec. Gamping, kec. Kalidawir, kec. Sawo, kec. Tulungagung sebagai obat yang berkhasiat
sebagai penutup luka, obat pencahar, anti anemia. Bagian tanaman kelor yang digunakan adalah
daun (folium). Kelor diolah dengan cara merebus daun kelor kemudian dikonsumsi sebagai
makanan pendamping nasi.
4.2 Pembahasan
Dari data yang diperoleh, jahe merupakan tanaman yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat Tulungagung. Hal ini disebabkan karena tanaman jahe sudah terbukti berkhasiat dan
tanaman jahe sendiri mudah didapatkan oleh masyarakat. Jahe dapat tumbuh dengan baik di
wilayah kabupaten Tulungagung karena iklim dan letak geografisnya yang mendukung.
Kebanyakan dari masyarakat Tulungagung lebih menyukai olahan jahe sebagai minuman atau
biasa yang kita kenal dengan wedang jahe. Mereka lebih menyukai wedang jahe karena cara
pengolahannya yang praktis. Dari informasi yang didapat, jahe memiliki manfaat diantaranya
sebagai karminativa (obat kembung), stimulansia (penambah tenaga), diaforetika
(memperbanyak pengeluaran keringat), ekspektoansia (obat batuk berdahak), amara (penambah
nafsu makan) serta efek samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding obat kimia. Tanaman
yang kedua adalah kunyit. Tidak jauh berbeda dengan jahe, kunyit merupakan tanaman favorit
bagi masyarakat Tulungagung yang dijadikan sebagai obat. Mereka menyukai tanaman kunyit
bukan tanpa alasan, kunyit dapat diolah dengan berbagai macam cara. Dapat diolah sebagai
bumbu masakan atau juga dapat dikonsumsi secara langsung dengan dijadikan minuman. Kunyit
juga sudah terbukti berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam kondisi, misalnya untuk
mengobati panas dalam, diare, keputihan, gatal-gatal, sesak nafas, dan eksim. Kunyit juga mudah
didapatkan masyarakat, baik berupa bahan mentah maupun kunyit yang sudah dijadikan olahan
jadi. Kunyit yang masih berupa rimpang dapat dibeli di pasar maupun pedagang sayur keliling.
Seperti halnya jahe, kunyit juga dapat tumbuh dengan baik di wilayah Tulungagung karena
kondisi geografisnya serta iklimnya yang cocok sebagai tempat tumbuh tanaman kunyit.
Tanaman selanjutnya adalah Kencur. Penggunaan kencur sebagai obat bila dibandingkan dengan
jahe dan kunyit mungkin kurang populer di kalangan masyarakat Tulungagung. Akan tetapi
kencur masih dipilih oleh sebagian masyarakat karena manfaat yang dimilikinya yakni sebagai
ekspektoransia, diaforetika, karminativa, stimulansia, dan roboransia. Kencur memiliki rasa yang
khas sehingga dapat dijadikan alternatif dari jahe sebagai ekpektoransia (obat batuk berdahak)
apabila bosan dengan jahe. Selain itu, kencur juga mudah didapatkan seperti halnya jahe dan
kunyit. Namun, sebagai obat masyarakat kabupaten Tulungagung lebih menyukai kencur yang
telah berbentuk sebagai produk olahan jamu cair yakni beras kencur karena lebih praktis
daripada membuatnya sendiri. Meskipun demikian, tetap masih ada masyarakat yang
mengolahnya dengan tangan sendiri. Kemudian Temulawak, meskipun memiliki banyak manfaat
diantaranya, mengatasi gangguan pencernaan, meringankan osteoarthritis, mengatasi kanker,
sakit limfa, ginjal, sakit pinggang, asma, dll. Dikalangan masyarakat Tulungagung, temulawak
lebih dikenal sebagai obat peningkat nafsu makan dan penjaga stamina serta imun tubuh. Hal ini
dikarenakan informasi mengenai manfaat temulawak kebanyakan didapatkan turun temurun dari
keluarga sehingga informasi yang didapat hanya sebatas ini saja. Cara pengolahannya dengan
cara memotongnya terlebih dahulu kemudian dikeringkan setelah itu direbus. Cara ini dipilih
karena seperti halnya rimpang – rimpang sebelumnya yakni karena lebih praktis dan produk
olahan jamu cair lebih disukai oleh masyarakat Tulungagung. Selanjutnya ada tanaman Sirih,
bagian dari sirih yang digunakan adalah daunnya. Sirih banyak digunakan sebagai obat anti
sariawan, anti batuk, anti septik. Tanaman sirih juga mudah dijumpai di kalangan masyarakat
Tulungagung, karena tidak sedikit masyarakat Tulungagung yang menanam tumbuhan ini di
pekarangan rumahnya. Hal ini tidak lepas dari manfaat yang dimiliki daun sirih dan juga kondisi
geografis dan lingkungan yang cocok dengan tempat tumbuh Sirih. Kebanyakan masyarakat
Tulungagung menggunakan daun sirih sebagai obat dengan cara merebusnya kemudian
menggunakan air rebusannya untuk dijadikan campuran teh, menggunakan air rebusan tersebut
untuk membasuh bagian tubuh yang bermasalah atau digunakan sebagai obat kumur karena
fungsi anti septiknya. Yang terakhir adalah tanaman kelor. Bagian dari tanaman ini yang
digunakan adalah daun. Tidak seperti tanaman obat yang telah dibahas sebelumnya, daun kelor
mungkin belum terlalu familier di telinga kita sebagai tanaman obat. Disamping hal itu, tanaman
ini memiliki beragam manfaat diantaranya sebagai penutup luka, obat pencahar, anti anemia, dll.
Untuk cara pengolahannya pun masih sekedar hanya dengan direbus. Hal ini disebabkan karena
masih kurangnya informasi lebih lanjut tentang cara pengolahan daun kelor dan juga bagi
sebagian masyarakat Tulungagung daun kelor dimanfaatkan sebagai makanan pendamping nasi.
Pada pengolahan tanaman herba jahe, kunyit, kencur, temulawak, dan sirih masyarkat
Tulungagung kebanyakan memilih mengolahnya dalam bentuk jamu cair. Seperti yang diketahui
jamu merupakan ramuan dari tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang berkhasiat sebagai obat.
Jamu ini merupakan salah satu contoh bentuk obat tradisional yang sudah turun temurun di
masyarakat. Secara umum jamu dapat dibuat dengan cara :
1. Merebus tanaman herba hingga keluar sarinya, atau juga bisa menghaluskannya terlebih
dahulu kemudian diperas diambil sarinya.
2. Setelah sari tanaman tersebut diperoleh kemudian tambahkan air secukupnya sambil
dipanaskan.
3. Beri gula atau pemanis alami dan panaskan hingga gula larut sepenuhnya.
Langkah ketiga ini opsional bisa dilakukan atau juga bisa tidak dilakukan. Namun, kebanyakan
masyarakat Tulungagung lebih sering melakukannya untuk menghilangkan rasa pahit dari
tanaman yang direbus dan juga agar jamu terasa lebih nikmat. Selain gula, juga dapat diganti
dengan madu karena tidak hanya menambah rasa manis, madu juga memliki banyak manfaat
salah satunya memperkuat imunitas tubuh.
Bukan hanya mengolahnya sebagai jamu, masyarakat juga mengolah bagian tanaman
herba ini dalam bentuk kering atau bisa disebut dengan simplisia. Cara pembuatan simpilsia
yaitu pertama mengumpulkan bagian tanaman yang dibutuhkan, kedua melakukan sortasi basah
untuk menghilangkan bagian tanaman yang tidak diperlukan, ketiga bahan dicuci untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang masih menempel, keempat dirajang atau dipotong untuk
memudahkan proses pengeringan dan penyimpanan, kelima dikeringkan untuk mengurangi
kandungan air sehingga bahan lebih awet, keenam sortasi kering untuk memisahkan kembali
kotoran yang menempel pada saat pengeringan, dan yang terakhir penyimpanan untuk
melindungi simplisia dari kerusakan sehingga ketika suatu saat hendak menggunakan simplisia
yang telah dibuat, simplisia masih dalam keadaan yang baik. Masyarakat memilih pegolahan
simplisia dengan teknik mengeringkan karena lebih praktis dan lebih tahan lama.
Secara keseluruhan masyarakat di kabupaten Tulungagung masih menyukai tanaman obat
sebagai penunjang kesehatan. Dari data kuesioner juga didapatkan fakta bahwa rata – rata dari
masyarakat Tulungagung mendapatkan informasi menengenai tanaman obat ini dari keluarga dan
internet, sehingga cara pengolahan dan cara pemanfaatannya masih terbatas. Selain itu, ditambah
dengan adanya pandemi Covid-19 ini, menambah minat masyarakat untuk mengonsumsi obat
herbal sebagai penunjang imunitas tubuh.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Etnofarmakognosi merupakan bagian dari ilmu farmasi yang mempelajari penggunaan
obat dan cara pengobatan yang dilakukan oleh etnik atau suku bangsa tertentu.
Etnofarmakognosi juga merupakan bagian dari ilmu pengobatan masyarakat tradisional yang
seringkali terbukti secara empiris dan setelah melalui pembuktian-pembuktian ilmiah dapat
ditemukan atau dikembangkan senyawa obat baru. Budaya tradisional yang kuat menyebabkan
pengetahuan obat dan cara pengobatan juga diperoleh secara turun temurun, terbatas dalam
pengetahuan jenis penyakit dan cara penanggulangannya. Obat tradisional Indonesia merupakan
bagian dari sosio budaya bangsa yang menjadi salah satu aset kekayaan bangsa Indonesia.
Etnofarmakognosi adalah pengetahuan etnik yang mencakup tentang penggunaan tumbuhan
untuk obat dan pengobatan. Etnofarmakognosi juga mempertimbangkan rentang yang luas dari
produk alami yang digunakan sebagai agen terapeutik, untuk tujuan pengobatan, sebagai obat
pembantu, agen biologis dan racun.
Pengumpulan informasi masyarakat tentang penggunaan tanaman herba untuk
pengobatan, manfaat dan kegunaan yang telah dilakukan dengan metode link kuisioner dari 3
kecamatan yang ada di Tulungagung yaitu dari Kecamatan Tulungagung, Kecamatan
Campurdarat dan Kecamatan Kalidawir. Dari data tersebut untuk tanaman jahe yang sering
digunakan adalah bagian rimpang dan digunakan sebagai obat yang berkhasiat untuk mengatasi
karminativa (obat kembung), stimulansia (penambah tenaga), diaforetika (memperbanyak
pengeluaran keringat), ekspektoransia (obat batuk berdahak), dan amara (penambah nafsu
makan). Tanaman kunyit sebagai obat yang berkhasiat untuk obat panas dalam, diare, keputihan,
gatal-gatal, sesak nafas, eksim. Bagian tanaman kunyit yang digunakan adalah rimpang
(rhizoma). Kencur digunakan sebagai obat yang berkhasiat untuk ekspektoransia, diaforetika,
karminativa, stimulansia, dan roboransia. Bagian tanaman kencur yang digunakan adalah
rimpang (rhizoma). Temulawak digunakan sebagai obat yang berkhasiat sebagai anti sariawan,
anti batuk, anti septik. Bagian tanaman temulawak yang digunakan adalah rimpang (rhizoma).
Tanaman sirih digunakan sebagai obat yang berkhasiat untuk mengatasi gangguan pencernaan,
meringankan osteoarthritis, mengatasi kanker, sakit limfa, ginjal, sakit pinggang dan asma.
Bagian tanaman sirih yang digunakan adalah daun (folium). Tanaman kelor digunakan sebagai
obat yang berkhasiat sebagai penutup luka, obat pencahar, anti anemia. Bagian tanaman kelor
yang digunakan adalah daun (folium).
5.2 Saran
Diharapkan setelah melakukan survei mengenai penggunaan tanaman herba bisa
menambah wawasan mengenai berbagai tanaman herba. Selain itu kita juga dapat mengetahui
manfaat dari tanaman herba tersebut. Kita juga dapat mengetahui bagian tanaman apa saja yang
biasa atau sering dimanfaatkan oleh masyarakat kususnya masyarakat Kabupaten Tulungagung
yang berada di daerah Kecamatan Tulungagung, Kecamatan Campurdarat dan Kecamatan
Kalidawir
DAFTAR PUSTAKA

Cahyawati, Nilam. 2019. Studi Etnofarmakologi Tanaman Obat Di Desa Sumberjaya,


Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur Sebagai Sumber Literasi
Keanekaragaman Hayati [skripsi]. Lampung (ID): Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung
BPK PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR. Pemerintahan Kabupaten Tulungagung,
https://jatim.bpk.go.id/kabupaten-tulungagung/ . (diakses pada tanggal 21 Januari
2022)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung. 2018. Letak Geografis, Batas Wilayah atau
Daerah dan Luas Wilayah Kecamatan Campurdarat, 2016,
https://tulungagungkab.bps.go.id/statictable/2018/04/23/2189/letak-geografis-ba
tas-wilayah-atau-daerah-dan-luas-wilayah-kecamatan-campurdarat-2016.html.
(diakses pada tanggal 21 Januari 2022)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung. 2018. Letak Geografis, Batas Wilayah atau
Daerah dan Luas Wilayah Kecamatan Tulungagung, 2013,
https://tulungagungkab.bps.go.id/statictable/2018/05/08/3272/letak-geografis-
batas-wilayah-atau-daerah-dan-luas-wilayah-kecamatan-tulungagung-2013.html.
(diakses pada tanggal 21 Januari 2022)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung. 2018. Letak Geografis, Batas Wilayah atau
Daerah dan Luas Wilayah Kecamatan Kalidawir, 2018,
https://tulungagungkab.bps.go.id/statictable/2018/05/03/2632/letak-geografis-
batas-wilayah-atau-daerah-dan-luas-wilayah-kecamatan-kalidawir-2016. (diakses
pada tanggal 21 Januari 2022)
GS, Bintari. I, Windarti & DN, Fiana. 2016. Temualawak (Curcuma xanthrrhiza Roxb)
Sebagai Pencegah Kerusakan Mukosa Lambung.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/269/267.
(diakses pada tanggal 22 Januari 2022)
Labesa, Recci. 2016. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT ASAM
(CURCUMA DOMESTICA DAN TAMARINDUS INDICA) DALAM
PERIODE GESTASI TERHADAP GAMBARAN MORFOMETRI FETUS
MENCIT BALB/C,
http://eprints.undip.ac.id/56172/3/RECCI_LABESA_22010113120003_Lap._KTI
_Bab_2.pdf. (diakses pada tanggal 22 Januari 2022)
MW, Moelyono. 2010. Etnofarmakognosi, Cukal Bakal Penemuan Obat Baru,
https://farmasi.unpad.ac.id/2010/09/etnofarmakognosi-cukal-bakal-penemuan-
obat-baru/. (diakses pada tanggal 22 Januari 2022)
Monografi Kencur. 2010. http://eprints.umm.ac.id/39314/3/BAB%202.pdf. (diakses pada
tanggal 22 Januari 2022)
Morfologi Sirih. 2015. http://eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-
3-babii.pdf. (diakses pada tanggal 22 Januari 2022)
Samoko. Nur, Alfan Kholid. 2015. Kelor (Moringa oleifera L.),
https://www.google.co.id/amp/s/ccrc.farmasi.ugm.ac.id/%3fpage_id=2363&amp=
1 . (diakses pada tanggal 22 Januari 2022)
Wardani, Erinda Trias. 2012. PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale Rosc.)
var. Gajah TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus
musculus) YANG TERPAPAR 2-METHOXYETHANOL,
http://repository.unair.ac.id/25661/14/14.%20Bab%202.pdf. ( diakses pada
tanggal 22 Januari 2022)
LAMPIRAN
➢ Bukti Penyebaran Kuisioner:

1. Penyebaran Kuisioner Kecamatan Tulungagung

2. Penyebaran Kuisioner Kecamatan Campurdarat


3. Penyebaran Kuisioner Kecamatan Kalidawir

➢ Bukti Data Kuisioner:


1. Kecamatan Tulungagung
2. Kecamatan Campurdarat

3. Kecamatan Kalidawir

Anda mungkin juga menyukai