Dosen Pengampu :
Nurul Istiqomah,S.Si., M.Sc
Disusun Oleh :
Galang Wisnu Permadi 10120073
Gandes Wahyu Priyanti 10120074
Haningtyas Indah Pradika 10120077
1. Jahe
4. Sirih
6. Temulawak
Berdasarkan Tabel 4.1, Zingiber officinnale atau yang biasa dikenal dengan nama daerah
Jahe banyak digunakan oleh masyarakat kabupaten Tulungagung, kec. Bandil, kec. Besole, kec.
Boyolangu, kec. Campurdarat, kec. Gamping, kec. Gondang, kec. Kalidawir, kec. Kedungwaru,
kec. Ngentrong, kec. Ngunut, kec. Sawo, kec. Pakel, kec. Sumbergempol, kec.Tulungagung
sebagai obat yang berkhasiat untuk mengatasi karminativa (obat kembung), stimulansia
(penambah tenaga), diaforetika (memperbanyak pengeluaran keringat), ekspektoransia (obat
batuk berdahak), dan amara (penambah nafsu makan). Bagian tanaman jahe yang digunakan
adalah rimpang (rhizoma). Jahe diolah dengan berbagai cara, ada yang langsung direbus, ada
yang dibakar terlebih dahulu lalu digeprek dan diseduh dengan air panas, ada juga yang digeprek
saja lalu diseduh dengan air panas. Curcuma longa Linn syn, Curcuma domestica Val atau yang
biasa dikenal dengan nama daerah Kunyit banyak digunakan oleh masyarakat kabupaten
Tulungagung, kec. Bandil, kec. Besole, kec. Boyolangu, kec. Campurdarat, kec. Gamping, kec.
Gondang, kec. Kalidawir, kec. Kedungwaru, kec. Ngentrong, kec. Ngunut, kec. Sumbergempol,
kec.Tulungagung sebagai obat yang berkhasiat untuk obat panas dalam, diare, keputihan, gatal-
gatal, sesak nafas, eksim. Bagian tanaman kunyit yang digunakan adalah rimpang (rhizoma).
Kunyit diolah dengan berbagai cara, ada yang diparut kemudian diperas diambil sarinya, ada
juga yang direbus dan dicampur dengan bahan lain; Kaempferia galanga (L) atau yang biasa
dikenal dengan nama daerah Kencur banyak digunakan oleh masyarakat kabupaten
Tulungagung, kec. Bandil, kec. Besole, kec. Boyolangu, kec. Campurdarat, kec. Gamping, kec.
Gondang, kec. Kalidawir, kec. Kedungwaru, kec. Ngentrong, kec. Ngunut, kec. Sawo, kec.
Pakel, kec. Sumbergempol, kec.Tulungagung sebagai obat yang berkhasiat untuk
ekspektoransia, diaforetika, karminativa, stimulansia, dan roboransia. Bagian tanaman kencur
yang digunakan adalah rimpang (rhizoma). Kencur diolah dengan berbagai cara, ada yang
langsung direbus, ada yang dihaluskan kemudian diperas diambil sarinya, ada juga yang direbus
dan dicampur dengan bahan lain; Curcuma xanthorrhiza atau yang biasa dikenal dengan nama
daerah Temulawak banyak digunakan oleh masyarakat kabupaten Tulungagung, kec.
Campurdarat, kec. Gamping, kec. Gondang, kec. Kedungwaru sebagai obat yang berkhasiat
sebagai anti sariawan, anti batuk, anti septik. Bagian tanaman temulawak yang digunakan adalah
rimpang (rhizoma). Temulawak diolah dengan cara memotongnya terlebih dahulu kemudian
dikeringkan, setelah itu baru direbus dan diminum sarinya, ada juga cara pengolahan yang
langsung merebusnya tanpa dikeringkan; Piper betle L. atau yang biasa dikenal dengan nama
daerah Sirih banyak digunakan oleh masyarakat kabupaten Tulungagung, kec. Gamping, dan
kec. Ngunut sebagai obat yang berkhasiat untuk mengatasi gangguan pencernaan, meringankan
osteoarthritis, mengatasi kanker, sakit limfa, ginjal, sakit pinggang dan asma. Bagian tanaman
sirih yang digunakan adalah daun (folium). Sirih diolah dengan cara merebus daun sirih
kemudian air rebusan tersebutlah yang digunakan sebagai obat; Moringa oleifera atau yang biasa
dikenal dengan nama daerah Kelor banyak digunakan oleh masyarakat kabupaten Tulungagung,
kec. Gamping, kec. Kalidawir, kec. Sawo, kec. Tulungagung sebagai obat yang berkhasiat
sebagai penutup luka, obat pencahar, anti anemia. Bagian tanaman kelor yang digunakan adalah
daun (folium). Kelor diolah dengan cara merebus daun kelor kemudian dikonsumsi sebagai
makanan pendamping nasi.
4.2 Pembahasan
Dari data yang diperoleh, jahe merupakan tanaman yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat Tulungagung. Hal ini disebabkan karena tanaman jahe sudah terbukti berkhasiat dan
tanaman jahe sendiri mudah didapatkan oleh masyarakat. Jahe dapat tumbuh dengan baik di
wilayah kabupaten Tulungagung karena iklim dan letak geografisnya yang mendukung.
Kebanyakan dari masyarakat Tulungagung lebih menyukai olahan jahe sebagai minuman atau
biasa yang kita kenal dengan wedang jahe. Mereka lebih menyukai wedang jahe karena cara
pengolahannya yang praktis. Dari informasi yang didapat, jahe memiliki manfaat diantaranya
sebagai karminativa (obat kembung), stimulansia (penambah tenaga), diaforetika
(memperbanyak pengeluaran keringat), ekspektoansia (obat batuk berdahak), amara (penambah
nafsu makan) serta efek samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding obat kimia. Tanaman
yang kedua adalah kunyit. Tidak jauh berbeda dengan jahe, kunyit merupakan tanaman favorit
bagi masyarakat Tulungagung yang dijadikan sebagai obat. Mereka menyukai tanaman kunyit
bukan tanpa alasan, kunyit dapat diolah dengan berbagai macam cara. Dapat diolah sebagai
bumbu masakan atau juga dapat dikonsumsi secara langsung dengan dijadikan minuman. Kunyit
juga sudah terbukti berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam kondisi, misalnya untuk
mengobati panas dalam, diare, keputihan, gatal-gatal, sesak nafas, dan eksim. Kunyit juga mudah
didapatkan masyarakat, baik berupa bahan mentah maupun kunyit yang sudah dijadikan olahan
jadi. Kunyit yang masih berupa rimpang dapat dibeli di pasar maupun pedagang sayur keliling.
Seperti halnya jahe, kunyit juga dapat tumbuh dengan baik di wilayah Tulungagung karena
kondisi geografisnya serta iklimnya yang cocok sebagai tempat tumbuh tanaman kunyit.
Tanaman selanjutnya adalah Kencur. Penggunaan kencur sebagai obat bila dibandingkan dengan
jahe dan kunyit mungkin kurang populer di kalangan masyarakat Tulungagung. Akan tetapi
kencur masih dipilih oleh sebagian masyarakat karena manfaat yang dimilikinya yakni sebagai
ekspektoransia, diaforetika, karminativa, stimulansia, dan roboransia. Kencur memiliki rasa yang
khas sehingga dapat dijadikan alternatif dari jahe sebagai ekpektoransia (obat batuk berdahak)
apabila bosan dengan jahe. Selain itu, kencur juga mudah didapatkan seperti halnya jahe dan
kunyit. Namun, sebagai obat masyarakat kabupaten Tulungagung lebih menyukai kencur yang
telah berbentuk sebagai produk olahan jamu cair yakni beras kencur karena lebih praktis
daripada membuatnya sendiri. Meskipun demikian, tetap masih ada masyarakat yang
mengolahnya dengan tangan sendiri. Kemudian Temulawak, meskipun memiliki banyak manfaat
diantaranya, mengatasi gangguan pencernaan, meringankan osteoarthritis, mengatasi kanker,
sakit limfa, ginjal, sakit pinggang, asma, dll. Dikalangan masyarakat Tulungagung, temulawak
lebih dikenal sebagai obat peningkat nafsu makan dan penjaga stamina serta imun tubuh. Hal ini
dikarenakan informasi mengenai manfaat temulawak kebanyakan didapatkan turun temurun dari
keluarga sehingga informasi yang didapat hanya sebatas ini saja. Cara pengolahannya dengan
cara memotongnya terlebih dahulu kemudian dikeringkan setelah itu direbus. Cara ini dipilih
karena seperti halnya rimpang – rimpang sebelumnya yakni karena lebih praktis dan produk
olahan jamu cair lebih disukai oleh masyarakat Tulungagung. Selanjutnya ada tanaman Sirih,
bagian dari sirih yang digunakan adalah daunnya. Sirih banyak digunakan sebagai obat anti
sariawan, anti batuk, anti septik. Tanaman sirih juga mudah dijumpai di kalangan masyarakat
Tulungagung, karena tidak sedikit masyarakat Tulungagung yang menanam tumbuhan ini di
pekarangan rumahnya. Hal ini tidak lepas dari manfaat yang dimiliki daun sirih dan juga kondisi
geografis dan lingkungan yang cocok dengan tempat tumbuh Sirih. Kebanyakan masyarakat
Tulungagung menggunakan daun sirih sebagai obat dengan cara merebusnya kemudian
menggunakan air rebusannya untuk dijadikan campuran teh, menggunakan air rebusan tersebut
untuk membasuh bagian tubuh yang bermasalah atau digunakan sebagai obat kumur karena
fungsi anti septiknya. Yang terakhir adalah tanaman kelor. Bagian dari tanaman ini yang
digunakan adalah daun. Tidak seperti tanaman obat yang telah dibahas sebelumnya, daun kelor
mungkin belum terlalu familier di telinga kita sebagai tanaman obat. Disamping hal itu, tanaman
ini memiliki beragam manfaat diantaranya sebagai penutup luka, obat pencahar, anti anemia, dll.
Untuk cara pengolahannya pun masih sekedar hanya dengan direbus. Hal ini disebabkan karena
masih kurangnya informasi lebih lanjut tentang cara pengolahan daun kelor dan juga bagi
sebagian masyarakat Tulungagung daun kelor dimanfaatkan sebagai makanan pendamping nasi.
Pada pengolahan tanaman herba jahe, kunyit, kencur, temulawak, dan sirih masyarkat
Tulungagung kebanyakan memilih mengolahnya dalam bentuk jamu cair. Seperti yang diketahui
jamu merupakan ramuan dari tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang berkhasiat sebagai obat.
Jamu ini merupakan salah satu contoh bentuk obat tradisional yang sudah turun temurun di
masyarakat. Secara umum jamu dapat dibuat dengan cara :
1. Merebus tanaman herba hingga keluar sarinya, atau juga bisa menghaluskannya terlebih
dahulu kemudian diperas diambil sarinya.
2. Setelah sari tanaman tersebut diperoleh kemudian tambahkan air secukupnya sambil
dipanaskan.
3. Beri gula atau pemanis alami dan panaskan hingga gula larut sepenuhnya.
Langkah ketiga ini opsional bisa dilakukan atau juga bisa tidak dilakukan. Namun, kebanyakan
masyarakat Tulungagung lebih sering melakukannya untuk menghilangkan rasa pahit dari
tanaman yang direbus dan juga agar jamu terasa lebih nikmat. Selain gula, juga dapat diganti
dengan madu karena tidak hanya menambah rasa manis, madu juga memliki banyak manfaat
salah satunya memperkuat imunitas tubuh.
Bukan hanya mengolahnya sebagai jamu, masyarakat juga mengolah bagian tanaman
herba ini dalam bentuk kering atau bisa disebut dengan simplisia. Cara pembuatan simpilsia
yaitu pertama mengumpulkan bagian tanaman yang dibutuhkan, kedua melakukan sortasi basah
untuk menghilangkan bagian tanaman yang tidak diperlukan, ketiga bahan dicuci untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang masih menempel, keempat dirajang atau dipotong untuk
memudahkan proses pengeringan dan penyimpanan, kelima dikeringkan untuk mengurangi
kandungan air sehingga bahan lebih awet, keenam sortasi kering untuk memisahkan kembali
kotoran yang menempel pada saat pengeringan, dan yang terakhir penyimpanan untuk
melindungi simplisia dari kerusakan sehingga ketika suatu saat hendak menggunakan simplisia
yang telah dibuat, simplisia masih dalam keadaan yang baik. Masyarakat memilih pegolahan
simplisia dengan teknik mengeringkan karena lebih praktis dan lebih tahan lama.
Secara keseluruhan masyarakat di kabupaten Tulungagung masih menyukai tanaman obat
sebagai penunjang kesehatan. Dari data kuesioner juga didapatkan fakta bahwa rata – rata dari
masyarakat Tulungagung mendapatkan informasi menengenai tanaman obat ini dari keluarga dan
internet, sehingga cara pengolahan dan cara pemanfaatannya masih terbatas. Selain itu, ditambah
dengan adanya pandemi Covid-19 ini, menambah minat masyarakat untuk mengonsumsi obat
herbal sebagai penunjang imunitas tubuh.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Etnofarmakognosi merupakan bagian dari ilmu farmasi yang mempelajari penggunaan
obat dan cara pengobatan yang dilakukan oleh etnik atau suku bangsa tertentu.
Etnofarmakognosi juga merupakan bagian dari ilmu pengobatan masyarakat tradisional yang
seringkali terbukti secara empiris dan setelah melalui pembuktian-pembuktian ilmiah dapat
ditemukan atau dikembangkan senyawa obat baru. Budaya tradisional yang kuat menyebabkan
pengetahuan obat dan cara pengobatan juga diperoleh secara turun temurun, terbatas dalam
pengetahuan jenis penyakit dan cara penanggulangannya. Obat tradisional Indonesia merupakan
bagian dari sosio budaya bangsa yang menjadi salah satu aset kekayaan bangsa Indonesia.
Etnofarmakognosi adalah pengetahuan etnik yang mencakup tentang penggunaan tumbuhan
untuk obat dan pengobatan. Etnofarmakognosi juga mempertimbangkan rentang yang luas dari
produk alami yang digunakan sebagai agen terapeutik, untuk tujuan pengobatan, sebagai obat
pembantu, agen biologis dan racun.
Pengumpulan informasi masyarakat tentang penggunaan tanaman herba untuk
pengobatan, manfaat dan kegunaan yang telah dilakukan dengan metode link kuisioner dari 3
kecamatan yang ada di Tulungagung yaitu dari Kecamatan Tulungagung, Kecamatan
Campurdarat dan Kecamatan Kalidawir. Dari data tersebut untuk tanaman jahe yang sering
digunakan adalah bagian rimpang dan digunakan sebagai obat yang berkhasiat untuk mengatasi
karminativa (obat kembung), stimulansia (penambah tenaga), diaforetika (memperbanyak
pengeluaran keringat), ekspektoransia (obat batuk berdahak), dan amara (penambah nafsu
makan). Tanaman kunyit sebagai obat yang berkhasiat untuk obat panas dalam, diare, keputihan,
gatal-gatal, sesak nafas, eksim. Bagian tanaman kunyit yang digunakan adalah rimpang
(rhizoma). Kencur digunakan sebagai obat yang berkhasiat untuk ekspektoransia, diaforetika,
karminativa, stimulansia, dan roboransia. Bagian tanaman kencur yang digunakan adalah
rimpang (rhizoma). Temulawak digunakan sebagai obat yang berkhasiat sebagai anti sariawan,
anti batuk, anti septik. Bagian tanaman temulawak yang digunakan adalah rimpang (rhizoma).
Tanaman sirih digunakan sebagai obat yang berkhasiat untuk mengatasi gangguan pencernaan,
meringankan osteoarthritis, mengatasi kanker, sakit limfa, ginjal, sakit pinggang dan asma.
Bagian tanaman sirih yang digunakan adalah daun (folium). Tanaman kelor digunakan sebagai
obat yang berkhasiat sebagai penutup luka, obat pencahar, anti anemia. Bagian tanaman kelor
yang digunakan adalah daun (folium).
5.2 Saran
Diharapkan setelah melakukan survei mengenai penggunaan tanaman herba bisa
menambah wawasan mengenai berbagai tanaman herba. Selain itu kita juga dapat mengetahui
manfaat dari tanaman herba tersebut. Kita juga dapat mengetahui bagian tanaman apa saja yang
biasa atau sering dimanfaatkan oleh masyarakat kususnya masyarakat Kabupaten Tulungagung
yang berada di daerah Kecamatan Tulungagung, Kecamatan Campurdarat dan Kecamatan
Kalidawir
DAFTAR PUSTAKA
3. Kecamatan Kalidawir